Anda di halaman 1dari 25

KANTOR ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM

AUFA SEPTIARA LAW OFFICE & ASSOCIATES

Sk Men.Keh No. D – 2021 Kp. 02.15

Jalan Bhayangkara, Surakarta 57149

Kepada Yang Terhormat :

Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Tindak Pidana

NO.REG.PERK. : PDM-92/SKA/Eku.2/05/2021

Pengadilan Negeri Surakarta

di-

Surakarta

NOTA PEMBELAAN

Fiat Justitia et Pereat Mundus

Dalam Perkara Tindak Pidana : PDM-92/SKA/Eku.2/05/2021 atas


Klien kami :
Nama : REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO

Tempat Lahir : SURAKARTA

Umur / Tanggal Lahir : 16 Tahun / 11 Maret 2005

Jenis Kelamin : Laki - laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal :Jalan Kabut Nomor 2 Kelurahan


Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah.

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Atas Surat Tuntutan perkara tindak pidana dari Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Surakarta No. Reg. Perkara : PDM-
92/SKA/Eku.2/05/2021 tertanggal 19 Juni 2021 dibacakan di
persidangan Pengadilan Negeri Surakarta pada 26 Juni 2021:
∙ Majelis Hakim Yang yang kami muliakan;

∙ Penuntut Umum Yang Terhormat;

∙ Dan Persidangan Yang Terhormat.

Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Para Advokat pada kantor Advokat dan Konsultan Hukum “AUFA
SEPTIARA LAW OFFICE & ASSOCIATES”, berkantor di Jalan
Jalan Bhayangkara, Surakarta 57149 yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama serta untuk kepentingan hukum
ANAK PELAKU : REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO. Dengan ini,
perkenankanlah kami, untuk menyampaikan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada Majelis Hakim yang telah memberikan
kesempatan kepada kami, selaku Penasihat Hukum Anak Pelaku,
untuk menyusun, menandatangani, serta mengajukan Nota
Pembelaan ini, yang berkenaan dengan pengajuan Tuntutan Pidana
oleh Penuntut Umum terhadap TERDAKWA, seperti tersebut di
bawah ini : TERDAKWA telah didakwa oleh Penuntut Umum sebagai
berikut :
Dakwaan Alternatif, sebagaimana diatur dan diancam dalam:
- Primer : Pasal 81 Undang Undang No.23 Tahun 2002
- Subsidair : Pasal 285 KUHP

I. DASAR HUKUM PENGAJUAN PEMBELAAN


● Bahwa Tuntutan Pidana dan Nota Pembelaan pada dasarnya
merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan dalam
suatu proses pemeriksaan perkara pidana dan sebenarnya
dapatlah dikatakan bahwa keberadaan tuntutan pidana yang
diajukan oleh Penuntut Umum, saling berkaitan dengan Nota
Pembelaan yang diajukan oleh ANAK PELAKU dan/atau
Penasihat Hukum ANAK PELAKU, karena tuntutan pidana
yang diajukan oleh Penuntut Umum, maupun Nota
pembelaan yang diajukan oleh ANAK PELAKU dan/atau
Penasihat Hukum ANAK PELAKU, pada hakekatnya
merupakan proses “dialogis jawab menjawab terakhir” dalam
suatu proses pemeriksaan suatu perkara pidana;
● Bahwa berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana Pasal
182 ayat (1) huruf b KUHAP, maka kepada ANAK PELAKU
dan atau Penasihat Hukum ANAK PELAKU diberikan hak
untuk mengajukan Nota Pembelaan atas Tuntutan Pidana
yang telah diajukan oleh Penuntut Umum;
● Bahwa dalam kesempatan ini perlu kami tegaskan, karena
pada hakekatnya pengajuan Nota Pembelaan ini bukanlah
bertujuan untuk melumpuhkan dakwaan dan Tuntutan
Pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum, akan tetapi
perbedaan argumentasi, prinsip dan pandanganlah yang
menimbulkan kesenjangan diantara kedua misi yang
diemban, namun kesemuanya itu bermuara pada kesamaan
tujuan yaitu: usaha dan upaya melakukan penegakan hukum
serta keinginan untuk menemukan kebenaran hukum;
● Bahwa berdasarkan uraian dan penjelasan yang telah kami
sampaikan tersebut di atas, dapatlah kiranya dijadikan
sebagai suatu dasar hukum bagi ANAK PELAKU/ Penasihat
Hukum ANAK PELAKU dalam menyampaikan Nota Pembelaan
ini.

II. LATAR BELAKANG KASUS/PERMASALAHAN


● Bahwa sebelum kami mengemukakan nota pembelaan
dalam perkara ini, maka pada bagian ini, kami TERDAKWA/
Penasihat Hukum TERDAKWA terlebih dahulu menyampaikan
dan mengemukakan mengenai masalah dalam perkara ini,
yaitu :
● Bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO
merupakan remaja berumur 16 tahun yang baru saja lulus
dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 400 di kota Surakarta
yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi Blok G-14, Surakarta,
Jawa Tengah.
● Bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO dan
KORBAN ALUNA TRISHA merupakan pasangan yang telah
berpacaran sejak kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama.
● Bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO
saat ini telah berumur 16 tahun sedangkan KORBAN ALUNA
TRISHA berumur 15 tahun.
● Bahwa pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2021 tepatnya pada
pukul 16.00 WIB, KORBAN yang bernama ALUNA TRISHA
sudah mendapatkan izin dari orang tuanya untuk menemani
ANAK PELAKU latihan renang di kolam renang “CENDOL
WATERPARK” yang terletak di Jalan Ciblon No.11 Kel.
Mojosongo, Kec. Jebres, Surakarta.
● Bahwa ANAK PELAKU secara diam-diam mengirimkan pesan
melalui WhatsApp kepada 3 (tiga) temannya yakni ANAK
PELAKU ABDUL, ANAK PELAKU DUDUL, dan ANAK PELAKU
DIDIL untuk mendatangi kolam renang tersebut tanpa
sepengetahuan KORBAN. Bahwa hal tersebut, dimanfaatkan
oleh ANAK PELAKU untuk melancarkan aksinya yaitu
melakukan persetubuhan kepada KORBAN.
● Bahwa, ketiga temannya, diminta ANAK PELAKU untuk
menunggu di kamar mandi pria nomor 2 sembari ANAK
PELAKU mengajak KORBAN ke kamar mandi tersebut. Ketika
waktu telah menunjukkan pukul 18.00 WIB dimana ANAK
PELAKU, teman-temannya, beserta KORBAN adalah
pengunjung terakhir di kolam renang “CENDOL WATERPARK”
tersebut.
● Bahwa, ANAK PELAKU pergi ke kamar mandi nomor 2 dengan
alasan ingin mandi, sedangkan KORBAN menunggu di Food
Court. Kemudian ANAK PELAKU mulai melancarkan aksinya
dengan meminta bantuan kepada KORBAN melalui pesan
WhatsApp untuk membawakan baju gantinya ke kamar mandi
tersebut pada pukul 18.15 WIB.
● Bahwa, ketika KORBAN sampai di kamar mandi tersebut, Ia
mengetuk pintu kamar mandi tanpa merasa curiga dan saat
KORBAN ingin menyodorkan baju ganti, ANAK PELAKU
menarik tangan KORBAN sehingga KORBAN tertarik ke dalam
kamar mandi tersebut, yang ternyata juga ada 3 teman ANAK
PELAKU. Selanjutnya, salah satu teman ANAK PELAKU yang
bernama ABDUL bergegas mengunci pintu kamar mandi untuk
memaksa KORBAN melakukan persetubuhan dengan ANAK
PELAKU dan teman-temannya yang dilakukan dengan cara
menutup mulut dan menelentangkan kedua tangan KORBAN
di dinding kamar mandi lalu melakukan persetubuhan secara
bergilir. Jika KORBAN berteriak, maka ANAK PELAKU
mengancam akan memukul KORBAN.
● Bahwa, ANAK PELAKU melepas pakaian renangnya berwarna
biru dongker motif lumba-lumba yang masih melekat di
badannya dan pelan-pelan membuka celana jeans serta
kemeja ungu bermotif kotak-kotak milik KORBAN. Kemudian
ANAK PELAKU memasukan alat vitalnya pada kemaluan
KORBAN. Hal tersebut dilakukan secara bergilir oleh ANAK
PELAKU dan teman-temannya.
● Bahwa, ketika ANAK PELAKU Abdul melakukan persetubuhan,
dengan keadaan lelah dan kesakitan, KORBAN melawan
sekapan ANAK PELAKU DUDUL sehingga penutup mulutnya
lepas. KORBAN pun berteriak menjerit menyebabkan si ANAK
PELAKU ABDUL mengancam akan memukul
● KORBAN jika berteriak lagi. ANAK PELAKU DIDIL merasa
ketakutan ada orang yang akan mengetahuinya, ia pun
langsung memukul bagian leher KORBAN menggunakan
gayung kuning yang terletak di atas bak mandi tidak jauh
dari posisi ANAK PELAKU DIDIL dan menyebabkan KORBAN
lemas tidak berdaya.
● Bahwa, setelah melakukan aksinya ANAK PELAKU dan
teman-temannya membersihkan tubuh KORBAN dan
membawanya keluar dari kamar mandi. Ketika menuju pintu
gerbang keluar kolam renang “CENDOL WATERPARK”,
KORBAN diminta untuk tutup mulut atas kejadian tersebut,
jika tidak ANAK PELAKU mengancam akan menyebarkan
berita bahwa KORBAN sudah tidak perawan lagi.

III. FAKTA FAKTA HUKUM DI DALAM PERSIDANGAN


● Bahwa pada bagian ini kami ANAK PELAKU / Penasihat
Hukum ANAK PELAKU tidak akan mengulang dan
menguraikan kembali secara detail mengenai keterangan
saksi-saksi maupun keterangan ANAK PELAKU, karena
semuanya secara lengkap telah tercantum dan tercakup
jelas dalam Berita Acara Sidang.
● Bahwa kami ANAK PELAKU/ Penasihat Hukum ANAK PELAKU,
hanya menitik beratkan pada keterangan saksi yang
mematahkan dan melemahkan dakwaan Penuntut Umum,
diantaranya :

SAKSI A CHARGE
a. Saksi I

ERMAWAN SUSANTO

Lahir di Surakarta, 20 Agustus 1994, 27 tahun. Alamat


Rumah Surakarta Jalan Sawah Karang RT/RW 05/10, Kelurahan
Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta 57231.
Jenis Kelamin Laki-Laki, Agama Islam, Pekerjaan Penjaga
Kolam Renang Cendol Waterpark, Kebangsaan Indonesia,
Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Saksi disumpah menurut agama dan kepercayaannya


menerangkan sebagai berikut :
a. Bahwa benar saksi bekerja sebagai penjaga kolam
renang di kolam renang “CENDOL WATERPARK” yang
terletak di Jalan Ciblon No.11 Kel. Mojosongo, Kec.
Jebres, Surakarta.
b. Bahwa benar saksi pada tanggal 6 Mei 2021 sedang
bertugas menjaga kolam renang Cendol Waterpark
sekitar pukul 16.00 WIB
c. Bahwa benar saksi Ketika tengah membereskan
peralatan kolam renang, melihat korban mendekati
kamar mandi pria.
d. Bahwa benar saksi mendengar suara gaduh yang
berasal dari kamar mandi pria
e. Bahwa benar keterangan yang diberikan saksi adalah
benar
f. Bahwa benar keterangan yang diberikan saksi cukup
g. Bahwa benar saksi tidak menambahkan keterangan
lagi
h. Bahwa benar dalam keterangan saksi tidak merasa di
bawah tekanan dan ancaman maupun diarahkan.
Tanggapan Anak Pelaku :
Terhadap keterangan saksi, ANAK PELAKU memberikan
pendapat bahwa keterangan saksi tersebut diatas benar dan ANAK
PELAKU tidak berkeberatan.

b. Saksi II

SRI WAHYUNI

Lahir di Sukoharjo, 15 Januari 1983, 38 tahun, Jalan


Patimura Gang 9 No.29, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan
Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Jenis Kelamin Perempuan,
Agama Islam, Pekerjaan Sebagai Penjaga kantin di Kolam renang
Cendol Waterpark, Kebangsaan Indonesia, Pendidikan Sekolah
Menengah Atas.

Saksi diangkat sumpah menurut agama dan kepercayaannya


menerangkan sebagai berikut :
a. Bahwa benar saksi bekerja sebagai penjaga kantin di kolam
renang Cendol Waterpark setiap harinya.
b. Bahwa benar saksi ketika sedang membereskan peralatan
kantin melihat korban masuk ke dalam kamar mandi pria
c. Bahwa benar saksi yang tengah berkeliling kolam renang
untuk membereskan peralatan kantin yang sempat disewa
sempat mendengar suara gaduh dari dalam bilik kamar
mandi.
d. Bahwa benar ketika hendak menghampiri sumber suara
tersebut, namun sudah tenang kembali sehingga saksi
mengurungkan niatnya
e. Bahwa benar saksi Ketika hendak menutup kantin sempat
melihat anak pelaku dan teman temannya keluar bersamaan
dari dalam kamar mandi beserta korban yang sudah terlihat
lemas.
f. Bahwa benar keterangan yang diberikan saksi cukup
g. Bahwa benar saksi tidak menambahkan keterangan lagi
h. Bahwa benar dalam keterangan saksi tidak merasa di bawah
tekanan dan ancaman maupun diarahkan.

Tanggapan Anak Pelaku :


Terhadap keterangan saksi, ANAK PELAKU memberikan
pendapat bahwa keterangan saksi tersebut diatas benar dan ANAK
PELAKU tidak berkeberatan.

SAKSI A CHARGE

SAKSI KORBAN

ALUNA TRISHA

Lahir di Surakarta, 12 Juni 2006, 15 tahun, Alamat Rumah Jalan


Surya Gang Nusa Nomor 29, RT/RW 03/20, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Laweyan, Surakarta 57122. Jenis Kelamin Perempuan,
Agama Islam, Pekerjaan Sebagai Pelajar, Kebangsaan Indonesia,
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Saksi diangkat sumpah menurut agama dan kepercayaannya


menerangkan sebagai berikut :
a. Bahwa benar Saksi pada tanggal 6 Mei 2021 sekitar Pukul
16.00 WIB diajak oleh ANAK PELAKU untuk menemani ANAK
PELAKU latihan renang di kolam renang “CENDOL
WATERPARK” yang terletak di Jalan Ciblon No.11 Kel.
Mojosongo, Kec. Jebres, Surakarta
b. Bahwa benar saksi diminta untuk membawakan baju ganti
ANAK PELAKU ke kamar mandi pria nomor 2 sekitar pukul
18.15.
c. Bahwa benar saksi ditarik tangannya oleh ANAK PELAKU ke
dalam kamar mandi pria nomor 2 yang di dalamnya sudah
berada ketiga teman ANAK PELAKU.
d. Bahwa benar saksi dibekap mulutnya oleh ANAK PELAKU
DUDUL menggunakan sapu tangan
e. Bahwa benar saksi ditelentangkan kedua tangannya di
dinding kamar mandi oleh ANAK PELAKU DIDIL.
f. Bahwa benar saksi dilepas pakaian nya secara paksa oleh
ANAK PELAKU. Kemudian ANAK PELAKU memasukan alat
vitalnya pada kemaluan KORBAN dan hal tersebut dilakukan
secara bergilir oleh ANAK PELAKU dan teman-temannya.
g. Bahwa benar saksi diancam akan dipukul oleh ANAK PELAKU
ABDUL jika saksi berteriak kembali.
h. Bahwa benar saksi dipukul di bagian leher oleh ANAK PELAKU
DIDIL dan menyebabkan korban lemas dan tak berdaya.
i. Bahwa benar saksi diancam akan disebarkan aib nya oleh
ANAK PELAKU jika berani untuk melaporkan kejadian
tersebut.
j. Bahwa benar keterangan yang diberikan saksi adalah benar
k. Bahwa benar keterangan yang diberikan saksi cukup
l. Bahwa benar saksi tidak menambahkan keterangan lagi
m. Bahwa benar dalam keterangan saksi tidak merasa di bawah
tekanan dan ancaman maupun diarahkan.

Tanggapan ANAK PELAKU :


Bahwa terhadap keterangan saksi diatas ANAK PELAKU
menyangkal keterangan saksi tersebut tidak benar.
Keterangan ANAK PELAKU

Rehan Tunawijaya bin Suranto

Lahir di Surakarta, 11 Maret 2005, 16 tahun, Alamat Rumah Jalan Kabut


No.2 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah.
Jenis Kelamin Laki laki, Agama Islam, Pekerjaan Pelajar, Kebangsaan
Indonesia, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Menerangkan :

a. Bahwa benar ANAK PELAKU bersedia memberikan keterangan


dibawah sumpah
b. Bahwa benar ANAK PELAKU mengenal KORBAN
c. Bahwa benar ANAK PELAKU mengetahui sebab dipanggil untuk
memberikan keterangan atas tindak pidana Tindak Pidana
Pemerkosaan yang dilakukan oleh Anak Pelaku Rehan Tunawijaya
Jalan Ciblon No.11 Kel. Mojosongo, Kec. Jebres, Surakarta.
d. Bahwa benar ANAK PELAKU memiliki hubungan asmara dengan
KORBAN
e. Bahwa benar pada hari Kamis tanggal 06 Mei 2021 sekitar pukul
16.00 WIB pergi ke kolam renang “CENDOL WATERPARK” yang
beralamat di Jalan Ciblon No.11 Kel. Mojosongo, Kec. Jebres,
Surakarta untuk Latihan renang.
f. Bahwa benar ANAK PELAKU menghubungi teman temannya untuk
datang ke kolam renang “CENDOL WATERPARK”
g. Bahwa benar ANAK PELAKU menarik tangan korban agar masuk ke
dalam bilik kamar mandi pria nomor 2
h. Bahwa benar ANAK PELAKU melakukan pemerkosaan terhadap
korban secara bergiliran dengan teman teman nya
i. Bahwa benar ANAK PELAKU tidak menyekap maupun memukul
korban dan hanya melakukan kegiatan persetubuhan
j. Bahwa benar ANAK PELAKU memberikan ancaman kepada KORBAN
akan menyebarkan seluruh kegiatan mereka jika KORBAN berani
melaporkan tentang kejadian tersebut.
IV. ANALISA HUKUM ATAS TUNTUTAN PENUNTUT UMUM

Setelah kami paparkan surat dakwaan Penuntut Umum,


ijinkanlah kami membahas dakwaan Penuntut Umum sebagaimana
termuat dalam surat dakwaan tertanggal 15 Mei 2021.

DAKWAAN: Pasal 81 Undang Undang Nomor 23 Tahun


2002 : “(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan denganya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
Tahun dan paling singkat (3) tahun dan denda paling banyak
Rp 300.000.000,00 ( tiga ratus juta rupiah) dan paling
sedikit Rp 60.000.000,00 ( enam puluh juta rupiah).”

unsur unsur esensial pada pasal tersebut :

UNSUR SETIAP ORANG

Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam


membuktikan unsur “setiap orang” hanya dengan argumentasi
bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO dalam
persidangan dalam keadaan sehat dan tidak ada satupun alasan
yang ditemukan dalam diri ANAK PELAKU untuk meniadakan atau
menghapuskan kesalahan ANAK PELAKU. Tentunya argumentasi
seperti ini kurang pantas untuk disampaikan dalam pengadilan
untuk membuktikan unsur dalam suatu tindak pidana. Tentunya
Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang sarjana hukum, dapat
memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan
unsur tersebut.

Maka Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia No. 102/Pid.Sus/2014/PN Sdw tertanggal 10 Februari
2015 dengan nama TERDAKWA ARDHYNALDO alias ARDI bin
SUGINO, yang antara lain menerangkan bahwa unsur “setiap orang”
dapat dipersamakan dengan barang siapa, yang mana menunjukkan
orang yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang
didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai orang yang harus
dijadikan terdakwa dalam perkara ini.

Dimana berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia No. 951-K/Pid/1982 tertanggal 10 Agustus 1983 dengan
nama TERDAKWA Yojiro Kitajima, yang antara lain menerangkan
bahwa unsur “barang siapa” hanya merupakan kata ganti orang di
mana unsur ini harus mempunyai makna jika dikaitkan dengan
unsur-unsur pidana lainnya. Oleh karena itu, haruslah unsur “setiap
orang” dibuktikan dengan unsur unsur delik lainnya dalam delik
yang didakwakan.

Dengan demikian,hadirnya ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA


bin SURANTO di persidangan tidaklah berarti unsur “setiap orang”
langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur delik
lainnya. Setelah terbukti unsur-unsur lainnya barulah Jaksa
Penuntut Umum dapat menyatakan bahwa unsur “setiap orang”
telah terbukti.

Dengan demikian unsur “setiap orang” adalah TIDAK


TERPENUHI

UNSUR DENGAN SENGAJA

Bahwa penuntut umum dalam menafsirkan pasal tersebut,


penuntut umum salah menganalisis dimana bila hanya
menggunakan unsur “dengan sengaja” maka setiap orang terbukti
dengan sengaja melakukan persetubuhan pada korban karena
dalam hal tersebut jelas tidak ada ketidaksengajaan.

Yang dimaksud dengan kata dengan sengaja menurut KBBI,


adalah sesuatu perbuatan yang dimaksudkan atau direncanakan;
memang diniatkan begitu; tidak secara kebetulan. Jika
dihubungkan dengan tindak pidana, sengaja berarti juga adanya
kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan
kejahatan tertentu.

Dengan demikian berdasarkan fakta-fakta yang


terungkap di persidangan dan uraian pembuktian, unsur
“dengan sengaja” adalah TIDAK TERPENUHI.

UNSUR MELAKUKAN TIPU MUSLIHAT DAN SERANGKAIAN

KEBOHONGAN

Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam


membuktikan unsur “melakukan tipu muslihat dan serangkaian
kebohongan” dengan argumentasi bahwa ANAK PELAKU REHAN
TUNAWIJAYA bin SURANTO telah merencanakan persetubuhan
terhadap korban sejak lama bersama teman-temannya. Setelah
itu, anak pelaku mengajak temannya untuk datang ke kolam
renang tanpa sepengetahuan korban sehingga mereka dapat
melancarkan aksinya.

Berdasarkan Pasal 370 KUHP tentang Penipuan, yang


dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang
dilakukan sedemikian rupa, sehingga perbuatan itu menimbulkan
kepercayaan atau keyakinan atas kebenaran dari sesuatu kepada
orang lain. Jika tipu muslihat ini bukanlah ucapan melainkan
perbuatan atau tindakan.

Berdasar Pasal 378 KUHP yang dimaksud dengan rangkaian


kebohongan adalah susunan kalimat-kalimat bohong yang
tersusun sedemikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang
seakan-akan benar.
Dengan demikian berdasarkan fakta-fakta yang
terungkap di persidangan dan uraian pembuktian, unsur
“melakukan tipu muslihat dan serangkaian kebohongan”
adalah TERPENUHI.

UNSUR MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN


DENGANNYA ATAU DENGAN ORANG LAIN
Bahwa penuntut umum dalam menafsirkan pasal tersebut,
penuntut umum salah menganalisis dimana bila hanya
menggunakan unsur “membujuk anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain” maka terbukti salah.
Yang dimaksud dengan tindakan menganjurkan atau
membujuk diatur dalam Pasal 55 ayat (1) ke 2 dan Pasal 55 ayat
(2) KUHP. Penempatan Tindakan menganjurkan/membujuk dalam
Buku Kesatu (Aturan Umum) menunjukkan bahwa pada dasarnya
hal itu berlaku untuk semua tindak pidana, dengan kata lain
perbuatan yang tidak secara langsung terjun dalam pelaksanaan
tindak pidana alam bentuk menganjurkan/membujuk ini memiliki
kemungkinan untuk diterapkan terhadap semua peristiwa yang
merupakan tindak pidana.
Dengan demikian berdasarkan fakta-fakta yang
terungkap di persidangan dan uraian pembuktian, unsur
“membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain” TIDAK TERPENUHI.

DAKWAAN : Pasal 285 KUHP “Barang siapa dengan


kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.”

unsur unsur esensial pada pasal tersebut :


UNSUR BARANG SIAPA

Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam


membuktikan unsur “barangsiapa” hanya dengan argumentasi
bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO dalam
persidangan dalam keadaan sehat dan tidak ada satupun alasan
yang ditemukan dalam diri ANAK PELAKU untuk meniadakan atau
menghapuskan kesalahan ANAK PELAKU. Tentunya argumentasi
seperti ini kurang pantas untuk disampaikan dalam pengadilan
untuk membuktikan unsur dalam suatu tindak pidana. Tentunya
Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang sarjana hukum, dapat
memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan
unsur tersebut.

Maka Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik


Indonesia No. 951- K/Pid/1982 tertanggal 10 Agustus 1983 dengan
nama TERDAKWA Yojiro Kitajima, yang antara lain menerangkan
bahwa unsur “barangsiapa” hanya merupakan kata ganti orang di
mana unsur ini harus mempunyai makna jika dikaitkan dengan
unsur- unsur pidana lainnya. Oleh karena itu, haruslah unsur
“barangsiapa” dibuktikan dengan unsur-unsur delik lainnya dalam
delik yang didakwakan.

Dengan demikian, hadirnya ANAK PELAKU REHAN


TUNAWIJAYA bin SURANTO di persidangan tidaklah berarti unsur
“barangsiapa” langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-
unsur delik lainnya. Setelah terbukti unsur-unsur lainnya barulah
Jaksa Penuntut Umum dapat menyatakan bahwa unsur
“barangsiapa” telah terbukti.

Dengan demikian unsur “barang siapa” adalah


TIDAK TERPENUHI

UNSUR DENGAN KEKERASAN ATAU ANCAMAN


KEKERASAN
Bahwa penuntut umum dalam menafsirkan pasal tersebut,
penuntut umum salah menganalisis dimana bila hanya
menggunakan unsur “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”
maka terbukti salah.
Dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan.
KUHPidana tidak memberi definisi apa yang dimaksudkan dengan
“kekerasan”. Dalam Pasal 89 KUHPidana hanya dikatakan bahwa
dipersamakan dengan melakukan kekerasan, yaitu perbuatan
membuat dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya. Dengan
demikian, yang ditentukan dalam pasal 89 KUHPidana adalah
perluasan dari pengertian melakukan kekerasan.
Termasuk ke dalam pengertian “dengan kekerasan” pada
pasal 285 KUHPidana adalah perbuatan membuat seseorang dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya. Pingsan atau tidak berdaya
itu adalah akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku.
Sebagai contoh adalah pelaku membubuhkan obat tidur dengan
kadar yang tinggi ke dalam minuman yang akan diminum
seseorang sehingga pada akhirnya yang bersangkutan tidak
sadarkan diri.

Dengan demikian, ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin


SURANTO unsur “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”
langsung tidak lah terpenuhi, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur
delik lainnya. Setelah terbukti unsur-unsur lainnya barulah Jaksa
Penuntut Umum dapat menyatakan bahwa unsur “Dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan” telah terbukti.

Dengan demikian unsur “Dengan kekerasan atau


ancaman kekerasan” adalah TIDAK TERPENUHI

UNSUR MEMAKSA
Yang dimaksud dari Unsur memaka menurut S.R. Sianturi
adalah suatu tindakan yang memojokkan seseorang hingga tiada
pilihan lain yang lebih wajar baginya selain dari pada mengikuti
kehendak dari sipemaksa. Dengan perkataan lain tanpa tindakan
sipemaksa itu siterpaksa tidak akan melakukan atau melalaikan
sesuatu sesuai dengan kehendak sipemaksa. Dalam hal ini tidak
diharuskan bagi siterpaksa u tuk mengambil risiko yang sangat
merugikannya, misalnya lebih baik mati atau luka-luka/keesakitan
dari pada mengikuti kehendak si pemaksa. Di sini harus dinilai
secara kasuistis kewajarannya. Pemaksaan pada dasarnya dibarengi
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

Memaksa secara hurufiah berarti melakukan sesuatu


terhadap seseorang yang bertentangan dengan kehendak orang
tersebut. Hal memaksa ini, sebagaimana dikatakan Sinturi, pada
dasarnya dibarengi dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Dengan demikian, ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin


SURANTO unsur “Memaksa” langsung tidak lah terpenuhi, tanpa
dibuktikannya juga unsur-unsur delik lainnya. Setelah terbukti
unsur-unsur lainnya barulah Jaksa Penuntut Umum dapat
menyatakan bahwa unsur “Dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan” telah terbukti.

Dengan demikian unsur “Memaksa” adalah TIDAK


TERPENUHI

UNSUR SEORANG WANITA


Bahwa penuntut umum dalam menafsirkan pasal tersebut,
penuntut umum salah menganalisis dimana bila hanya
menggunakan unsur “Seorang Wanita” maka terbukti salah.
Menurut Hurlock E.B., Istilah kata wanita diberikan kepada
seseorang gadis yang telah mencapai usia tertentu pada masa
perkembangannya yaitu pada usia memasuki tahap perkembangan
dewasa yaitu usia 20-40 tahun. Sedangkan seorang gadis yang
masih berusia dibawah 20 tahun belum dapat dikatakan sebagai
wanita (dewasa) tetapi disebut dengan anak usia belasan atau
anak remaja sampai ia mencapai usia dewasa atau mencapai usia
21 tahun.
Menurut Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa
wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan
yang merupakan dorongan intinkif yang berhubungan erat dengan
sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. ia sangat melindungi
dan menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil.
Dengan demikian berdasarkan fakta-fakta yang
terungkap di persidangan dan uraian pembuktian, unsur
“Seorang Wanita” TIDAK TERPENUHI.

UNSUR WANITA ITU BUKAN ISTERINYA ATAU DI LUAR


PERKAWINAN
Unsurr “Wanita itu bukan isterinya atau di luar perkawinan”
memiliki pengertian bahwa “Di luar perkawinan” berarti di luar
perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Undang-undang No.1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 2 ayat (1) undang-
undang ini ditentukan bahwa perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut ketentuan masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu.
Oleh karenanya oleh S.R. Sianturi diberikan komentar
mengenai apa yang dinamakan kawin gantung bahwa, “Jadi ‘kawin
gantung’ yang dikenal sebagai salah satu bentuk perkawinan adat,
tidak termasuk pengertian di dalam perkawinan. Dengan perkataan
lain dalam rangka penerapan pasal ini tetap dipandang sebagai di
luar perkawinan.
Dengan demikian unsur “Wanita itu bukan isterinya
atau di luar perkawinan” adalah TIDAK TERPENUHI
UNSUR BERSETUBUH ATAU MELAKUKAN
PERSETUBUHAN DENGANNYA
Bahwa yang dimaksud dengan bersetubuh atau melakukan
persetubuhan dengannya ialah memasukkan kemaluan si pria ke
kemaluan si wanita sedemikian rupa yang normaliter atau yang
dapat mengakibatkan kehamilan. Jika kemaluan si pria hanya
“sekedar menempel” di atas kemaluan si wanita, tidak dapat
dipandang sebagai persetubuhan, malainkan percabulan dalam arti
sempit, yang untuk itu diterapkan pasal 289. Persetubuhan
tersebut harus dilakukan oleh orang yang memaksa tsb. Jika ada
orang lain (pria atau wanita) yang turut memaksa, maka mereka
ini adalah peserta petindak (mededader).
Dengan demikian unsur “bersetubuh atau melakukan
persetubuhan dengannya” adalah TIDAK TERPENUHI

Hal-hal yang meringankan TERDAKWA


Berdasarkan penjelasan kami selaku Penasehat Hukum ANAK
PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO, perkenankanlah kami
menyampaikan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan
bagi Majelis Hakim untuk memutus perkara ini berdasarkan hal-hal
yang melekat pada diri ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin
SURANTO, antara lain :
● ANAK PELAKU belum pernah melakukan perbuatan kriminal
dan belum pernah dihukum.
● ANAK PELAKU tidak berbelit-belit dalam memberikan
keterangan di persidangan sehingga memudahkan jalannya
persidangan.
● ANAK PELAKU berlaku sopan saat di pengadilan.
● ANAK PELAKU berterus terang selama di persidangan, jujur
dan mengakui kesalahannya serta menyesali perbuatannya
dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.
● ANAK PELAKU masih dibawah umur.
KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Demikian Nota Pembelaan atau Pledoi ini kami ajukan, yang mana
di dalam penyusunannya masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan, meskipun demikian, sesuai dengan slogan dari Nota
Pembelaan Kami yaitu Fiat justitia ruat caelum, artinya Hendaklah
keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh hukum harus
tetap ditegakkan maka Kami berharap semoga Nota Pembelaan
atau Pledoi ini dapat berguna bagi penegakan hukum dan keadilan,
serta mempunyai makna bagi kami, ANAK PELAKU selaku Pencari
Keadilan. Bahwa oleh karena persidangan dan nota pembelaan
tersebut telah selesai kami uraikan satu persatu, maka dengan
segala kerendahan hati kami Tim Penasihat Hukum ANAK PELAKU
REHAN TUNAWIJAYA bin SURANTO, memohon dengan hormat
kepada Majelis Hakim yang mengadili perkara ini berkenan
memutuskan:
1. Menyatakan bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin
SURANTO tidak terbukti kesalahannya secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana dalam Pasal 81
Undang-Undang No 23 tentang perlindungan anak
sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan tersebut diatas ;
2. Menyatakan bahwa ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin
SURANTO tidak terbukti kesalahannya secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana dalam Pasal 285 Kitab
Undang-Undang Pidana (KUHP) tentang yang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Dakwaan tersebut diatas ;
3. Membebaskan ANAK PELAKU REHAN TUNAWIJAYA bin
SURANTO dari semua tuntutan hukum (Vrijspraak) ;
4. Membebankan biaya perkara kepada negara.
Akhirnya, tibalah saatnya kami menutup pembelaan ini, dengan
mengutip adagium hukum yang selalu kita dengar bersama, walau
tidak pernah diterapkan secara konsisten, yaitu Azas Indubio
Proreo maupun Pasal 183 KUHAP yaitu: “Lebih baik membebaskan
100 orang yang bersalah daripada menghukum satu orang yang
tidak bersalah.” Dan akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pengasih melimpahkan berkat dan karunia kepada
Majelis Hakim yang mengadili dan memutus perkara ini. Sekian
dan terima kasih.

Surakarta, 26 Juni 2021

Penasihat Hukum ANAK PELAKU


Aufa Septiara Putri, S.H., M.H.
PEMBELAAN REHAN TUNAWIJAYA BIN SURANTO ATAS TUNTUTAN
PENUNTUT UMUM DALAM KASUS PEMERKOSAAN

Disampaikan : Tanggal 26 Juni 2021


Di Pengadilan Negeri Surakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera untuk kita semua

Ketua dan Anggota Majelis Hakim Yang Mulia,


Penuntut Umum yang Terhormat,
Dan hadirin sidang yang Terhormat,

Hari ini adalah saat bersejarah bagi saya karena akan


membacakan Nota Pembelaan (Pledoi) pribadi selaku ANAK PELAKU di
persidangan ini. Karena itulah saya mengucapkan terima kasih kepada
Ketua Majelis Hakim yang berkenan memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyampaikan Nota Pembelaan pada persidangan yang
terhormat ini. Terima kasih juga saya sampaikan atas jalannya
persidangan yang baik, sungguh-sungguh, terbuka, bebas dan berhasil
membuka fakta-fakta penting terkait dengan kasus yang didakwakan
kepada saya. Tidak keliru kalau saya menyebut persidangan Ini sebagai
persidangan yang berkualitas.
Persidangan yang berkualitas tidak akan hadir tanpa
kepemimpinan sidang yang berkualitas pula. Kualitas persidangan sangat
ditentukan oleh kesungguhan dan kecakapan Ketua Majelis dan dibantu
oleh para Anggota Majelis di dalam memandu dan memimpin jalannya
persidangan. Kami semua bisa menilai dan merasakannya, demikian pula
publik yang mengikuti persidangan ini. Terima kasih juga saya
sampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum yang telah menjalankan
tugasnya secara amat sering. Saya juga menghormati kerja keras Jaksa
Penuntut Umum yang menyebut berangkat dari kepentingan objektif.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Penasihat
Hukum yang sabar, telaten dan gigih mendampingi saya, baik dalam
proses penyidikan maupun persidangan. Saya menghargai toleransi dan
pengertian para Penasehat Hukum kepada saya yang berusaha belajar
maksimal di dalam ikhtiar agar terbentang terang fakta-fakta yang
sesungguhnya terkait dengan kasus yang didakwakan kepada saya.
Terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada para sahabat, baik
yang hadir maupun tidak hadir di persidangan, yang tulus memberikan
doa dan simpati serta merindukan berlakunya keadilan.Ketika Ali bin Abi
Thalib ditanya tentang sahabatnya yang sangat banyak, beliau
menjawab akan menghitung jumlah sahabatnya pada saat terkena
musibah.
Pembelaan ini saya awali dengan pernyataan bahwa saya benar-
benar sangat menyesal dengan apa yang telah saya lakukan. Tidak ada
sama sekali niat dalam diri saya untuk melakukan kecelakaan yang
disengaja yang mengakibatkan luka berat dan pengrusakan kendaraan
dan penggelapan uang seperti yang telah didakwakan kepada diri saya.
Namun apapun putusan dari persidangan nantinya, saya akan mencoba
untuk menerimanya dengan lapang dada.

Ketua dan Anggota Majelis Hakim Yang Mulia,


Penuntut Umum yang Terhormat,
Dan hadirin sidang yang Terhormat,

Saya mohon kebijaksanaan dan kemurahan Majelis Hakim yang


dimuliakan atas kekhilafan saya yang saya benar-benar sesali ini.
Kebijaksanaan dan kemurahan majelis hakim saya mohonkan atas dasar
beberapa pertimbangan. Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara
yang dimana saya menjadi contoh untuk adik-adik saya. Di mana saya
harus selalu membimbing mereka supaya masa depan mereka tidak
suram melainkan cerah. Majelis Hakim yang dimuliakan, mohon juga
mempertimbangkan kondisi saya sebagai siswa dimana saya harus
belajar dan menyelesaikan masa studi dengan cepat untuk mendapatkan
masa depan yang baik.
Saya sebagai hamba Allah yang taat juga tak lupa menjalankan
ibadah setiap hari, dan bahkan saya bergabung dengan kelompok remaja
masjid, untuk memperdalam ilmu agama saya, sehingga sangatlah tidak
mungkin dan tidak beralasan jikalau saya berniat dan ingin melakukan
tindakan pemerkosaan.
Demikian pokok-pokok pembelaan pribadi yang saya sampaikan,
dengan harapan kiranya Majelis Hakim Yang Terhormat dapat
memberikan keputusan bebas kepada saya dari segala tuduhan, karena
saya yakin bahwa Majelis Hakim Yang Mulia tidak akan berada di bawah
suatu pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun. Selanjutnya,
pembelaan hukum secara rinci akan disampaikan oleh Tim Penasihat
Hukum saya.

Anda mungkin juga menyukai