Kepada Yth.
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Di
JAKARTA
Melalui
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini kami ;
Advokat berkantor di POSBAKUM (Pos Bantuan Hukum) DPC IKADIN Surakarta Jl.
Songgorunggi 17 A Laweyan, Kota Surakarta
Berdasar Surat Kuasa Khusus tanggal 5 Maret 2007.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta demi kepentingan hukum klien kami
Nama : TEGUH SUBAKRI, BA
Umur : 53 Tahun / 15 Maret 1953
Pekerjaan : PNS Guru SMUN 6 Surakarta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Penjalan, Rt. 03 / Rw. 04, Gandekan, Jebres, Kota
Surakarta
Dengan ini mengajukan Memori KASASI atas keberatan putusan Pengadilan Tinggi
Jawa Tengah No.286/Pid/2006/PT.Smg tanggal 17 Januari 2007 Jo Putusan Pengadilan
Negeri Surakarta No. 223/PidB/2006/PN.Ska tanggal 25 September 2006 yang amar
putusannya sebagai berikut :
1. Menerima permintaan pemeriksaan banding dari Terdakwa--------------------------
2. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Surakarta tanggal 25 September 2006
Nomor 223/Pid.B/2006/PN.Ska yang dimohonkan banding tersebut----------------
3. Membebankan biaya perkara dalam dua tingkat peradilan kepada terdakwa, yang
dalam tingkat banding sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)-----------------------
Bahwa adapun dasar dan alasan Terdakwa mengajukan Memori KASASI adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa pengajuan memori kasasi oleh Terdakwa telah sesuai dengan
tenggang waktu yang telah ditentukan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu pemberitahuan putusan Pengadilan Tinggi Semarang yang
diterima Terdakwa tanggal 22 Februari 2007, pada tanggal 26 February 2007
Terdakwa mengajukan Permohonan Kasasi dan selanjutnya tanggal 5 Maret
2007 Terdakwa mengajukan memori kasasi, sehingga permohonan kasasi
Terdakwa telah memenuhi undang-undang maka dapatlah diterima.
Bahwa jelas pasal 1 sampai dengan pasal 4 dalam Pen.Pres. No. 1 Tahun 1965
adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan atau saling
berhubungan, maka untuk dapat dikenakan pasal 156a KUHP haruslah
memenuhi syarat sebagaimana yang dimaksud dalam Pen.Pres. No. 1 Tahun
1965 pasal 1 sampai dengan pasal 4.
Bahwa dengan demikian jelas setiap orang perorangan atau orang dalam suatu
organisasi yang diduga melakukan perbuatan atau mengusahakan dukungan
umum yang bertujuan melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di
Indonesia baru dapat dikenakan pasal 156a KUHP apabila telah terpenuhi unsur-
unsur yang dimaksud dalam Pen.Pres. No. 1 Tahun 1965 tersebut, yaitu “barang
siapa melanggar sebagaimana pasal tersebut diatas (pasal 156a huruf a KUHP)
diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu
dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/ Jaksa Agung dan
Menteri Dalam Negeri.
4. Bahwa Pengadilan Tinggi Semarang telah salah dalam penerapan hukum dengan
hanya mengambil alih pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Surakarta
sehubungan dengan unsur di muka umum, karena jelas yang dimaksud dimuka
umum adalah suatu tempat umum atau ruangan terbuka dimana setiap orang
umum dapat melihat, melewati atau menggunakan ruang terbuka tersebut yang
sifatnya umum.
Bahwa dalam perkara ini Terdakwa saat mengucapkan kalimat “Koran buatan,
Qur’an buatan” ditempat ruang khusus guru SMAN 6 Surakarta bagian selatan
yang sifatnya khusus dalam artian tidak semua orang umum boleh masuk dalam
ruangan tersebut aquo hanya untuk para Guru SMAN 6 Surakarta.
Bahwa dengan demikian jelas dan nyata unsur dimuka umum dalam perkara ini
tidak terbukti, oleh karena itu kami mohon kepada Mahkamah Agung Republik
Indonesia untuk mempertimbangkannya kembali, lebih-lebih perkara ini
muncul adanya Laporan dari MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) Surakarta
yang secara fakta tidak mengetahui secara pasti ketika Terdakwa mengucapkan
“Koran karangan, Qur’an karangan”.
5. Bahwa selama proses persidangan sama sekali tidak diketemukannya unsur sifat
melanggar hukum atau Wederrechtelijkbeid yang terdapat dalam pasal 156a
huruf a KUHP sebagai unsur-unsur obyektif suatu tindak pidana. Yang mana
unsur-unsur obyektif yang dimaksud adalah unsur-unsur yang melekat pada diri
Terdakwa atau yang berhubungan dengan terdakwa dan termasuk ke dalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Dengan demikian alasan pembenar dan alasan pema’af dapat menghapuskan
Terdakwa dari tanggung jawab pidana telah terpenuhi sebagaimana yang
terungkap dalam fakta persidangan sebagai berikut :
Bahwa maksud Terdakwa mengucapkan “Al Qur’an itu digawe” adalah dalam
bentuk fisiknya, bahwa dalam kitab suci Al Qur’an pasti tertulis kalimat
“Dicetak dan diterbitkan oleh suatu Penerbit atau Percetakan”, jadi kata
buatan/ digawe bukan kata yang melanggar hukum.
6. Bahwa pada kenyataannya kami masih yakin apa yang disebut keadilan
berdasarkan pertimbangan moral, yakni layakkah orang yang sudah menjalankan
tugas Negara sebagai seorang guru yang mengucapkan dengan kelakar yang atas
ucapannya itu telah dimintakan ma’af tidak dipertimbangkannya ? .
Bahwa dengan permohonan ma’af Terdakwa kepada para teman Guru dan
organisasi MMI, apakah kemudian dianggap bersalah lantas dihukum ? Tidak
adakah keadilan itu dibuat atau disusun berdasarkan pertimbangan moral ?
Apakah kenyataan yang demikian ini harus dihapuskan dengan alasan semata-
mata pertimbangan hukum formal ? Didalam Agama Islam, nyawa manusia
lebih mahal dari dunia dan seisinya. Dan inilah yang telah dilakukan Terdakwa
terhadap ucapannya yang mengatakan “Koran buatan, Qur’an juga buatan” yang
kemudian atas ucapannya itu terdakwa minta ma’af haruskan ini dihapuskan
karena keadilan berdasarkan proses hokum formal belaka ?
Bahwa selain hal tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam
mempertimbangkan dan memutus terhadap diri Terdakwa penuh dengan
tekanan, karena setiap persidangan digelar selalu didemo, dicemooh dan dicaci
maki oleh MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) Surakarta, sehingga hakim
dalam memutus perkara tidak independen, tidak merdeka, dan tidak bebas
dengan sendirinya tidak obyektif.
Bahwa untuk itu kami Team Penasehat Hukum Terdakwa Teguh Subakri, BA
mohon kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia selaku benteng keadilan
yang tertinggi berkenan untuk memberi putusan sesuai rasa keadilan sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan Permohonan KASASI Terdakwa
3. Mengadili sendiri :
- Membebaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum
ATAU
- Mohon Putusan yang seringan ringannya
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Tengah
Di
SEMARANG
Melalui
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini kami ;
Dengan demikian jelas dan nyata niat jahat (MANS REA) terhadap diri
Terdakwa sama sekali tidak ada sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut
Umum, sehingga jelas dan nyata unsur dengan sengaja dalam pasal ini
sama sekali tidak terbukti dan tidak terpenuhi.
19. Bahwa untuk itu mohon Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di
Semarang berkenan untuk memeriksa dan menghadirkan saksi a de
Charge terhadap diri Terdakwa, yang bernama :
Bahwa untuk itu kami Team Penasehat Hukum mohon kepada Ketua
Pengadilan Tinggi Jawa Tengah berkenan untuk memberi putusan sebagai
berikut :
4. Menerima dan mengabulkan Permohonan BANDING terhadap Terdakwa
untuk seluruhnya
5. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri
6. Mengadili sendiri :
- Membebaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum
Demikian memori banding ini disampaikan dan terimakasih
Hormat kami,
Tim Penasehat Hukum
TEGUH SUBAKRI, BA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
PASAL 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja dimuka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan agama yang menyerupai kegiatan-
kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran yang mana menyimpang
dari pokok-pokok ajaran agama itu.
PASAL 2
(1). Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi
PERINTAH dan PERINGATAN KERAS untuk menghentikan
perbuatannya itu didalam suatu keputusan bersama Menteri Agama,
Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri
(2). Apabila setelah dilakukan pelanggaran tersebut dalam pasal 1
dilakukan oleh organisasi atau sesuatu aliran kepercayaan, maka
Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisasi tersebut
dan menyatakan atau aliran tersebut sepertimbangan dari Menteri
Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.
PASAL 3
Apabila setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-
bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam
Negeri atau Presiden Republik Indonesia menurut ketentuan pasal 2
terhadap orang, organisasi, atau aliran Kepercayaan, MEREKA MASIH
TERUS MELANGGAR ketentuan dalam pasal 1 maka, orang anggota
dan/atau anggota pengurus organisasi yang bersangkutan dari aliran itu
di pidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun.
PASAL 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru pasal
156 a.
Bahwa berdasar hal – hal yang telah diuraikan tersebut diatas, kami Tim
Penasehat Hukum Terdakwa tetap berpegang pada permohonannya, yaitu
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Assalamu’alaikum Wr. Wb
I. Pendahuluan
II. Kontruksi Pasal 156 a KUHP
III. Fakta – Fakta Yang Terungkap Dalam Persidangan
IV. Permohonan
I. Pendahuluan :
Pertama – tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT. yang
telah melimpahkan hidayahnya, sehingga kita dapat bersua dalam persidangan
yang terhormat ini.
Selanjutnya kami Tim Penasehat Hukum dari hati yang paling dalam
mengucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah menyidangkan
perkara ini penuh dengan kesabaran, ketekunan dan ketelitian yang telah
berupaya semaksimal mungkin untuk mengungkapkan fakta-fakta yang sama-
sama kita cari di Persidangan ini, guna dan untuk menemukan kebenaran
materiil dari hukum pidana ke arah tercapainya prinsip dan tujuan hukum serta
tegaknya keadilan yang menjadi fokus utama dalam persidangan ini.
Kita yang terlibat aktif dalam perkara ini tentunya sama – sama menuju
dataran idaman yang sama yakni tegaknya kebenaran dan keadilan. Dan peran
kita sebagai pelaku aktif ( Jaksa, Hakim dan Penasehat Hukum ) dalam proses
pencarian kebenaran hukum dalam persidangan ini merupakan kewajiban
hukum, karena undang – undang memang mengharuskan demikaian. Dan
secara prosesual masing – masing kita adalah melaksanakan tanggung jawab
hukum sesuai dengan porsi dan posisi masing – masing, ada perasaan bahwa
kita telah berupaya maksimal untuk mengungkap fakta di Persidangan ini
sehingga kita akan mencapai puncak idaman kebenaran dan keadilan hukum
dalam perkara ini.
Dalam hubungan itu, adalah realistis kalau kita melihat diri kita pada
fitrah sifat dasar manusia yang diciptakan oleh sang maha Pencipta. Yang
mana pada diri manusia terdapat potensi – potensi keunggulan di samping
kelemahan – kelemahan. Kesadaran untuk mengingat kelemahan – kelemahan
sifat manusia dalam rangka proses persidangan ini bukanlah bermaksud untuk
memberikan dispensasi moral bagi perbuatan atau sikap yang tidak benar, tidak
adil ataupun tidak obyektif, akan tetapi agar kita tidak over estimate mengenai
apa – apa yang telah kita sikapi selama persidangan ini. Hal ini perlu kita
renungkan bersama, karena salah satu kelemahan kita sebagai manusia
adalah kadang – kadang tanpa kita sadari tidak jujur dalam melihat dan menilai
atau mengadili dirinya sendiri. Pada saat yang sama pula sifat manusia itu
suggestible dapat di pengaruhi oleh faktor – faktor atau rangsangan –
rangsangan dari luar. Dan akibat rangsangan atau pengaruh dari luar maka
perasaan manusia sering tidak terkendali dan akhirnya akan sulit untuk
menggapai keobyektifan dan kebenaran sejati.
Karena hanya pengadilan di depan Alloh SWT lah yang tidak ada
prejudice dan akan menjadi Mahkamah Yang Maha Adil. Mahkamah sesudah
kita hidup di dunia inilah yang nantinya akan mengadili seluruh kejadian di
dunia yang fana ini secara obyektif dan seadil-adilnya karena tidak berlaku
segala bentuk kepalsuan dan tidak ada pengarahan, janji balas budi atau
ancaman psikologis kepada para saksi baik untuk yang memberatkan atau
meringankan Terdakwa.
PASAL 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja dimuka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan
kegiatan-kegiatan agama yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari
agama itu, penafsiran yang mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama
itu.
PASAL 2
(1). Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi
PERINTAH dan PERINGATAN KERAS untuk menghentikan perbuatannya itu
didalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan
Menteri Dalam Negeri
PASAL 3
Apabila setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-bersama
Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau Presiden
Republik Indonesia menurut ketentuan pasal 2 terhadap orang, organisasi,
atau aliran Kepercayaan, MEREKA MASIH TERUS MELANGGAR ketentuan
dalam pasal 1 maka, orang anggota dan/atau anggota pengurus organisasi
yang bersangkutan dari aliran itu di pidana dengan pidana penjara selama-
lamanya 5 tahun.
PASAL 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru pasal 156 a.
Bahwa dengan demikian jelas dan nyata orang yang didakwa dan /atau
dituntut dengan pasal 156 a KUHP haruslah terpenuhinya unsure-unsur pasal
1sampai pasal 4 sebagaimana yang dimaksud dalam Penetapan Presiden
Republik Indonesia No. 1 Tahun 1965 tentang “Pencegahan, Penyalah gunaan/
atau Penodaan Agama.
KETERANGAN SAKSI
Bahwa berdasarkan Keterangan Para Saksi dapatlah pula diambil
kesimpulan dalam pembuatan pembelaan ini :
4. Dra. Hj. Churry Martiningsih, Umur 57 th, Agama Islam, Pekerjaan PNS
Guru SMUN 6 Surakarta, Alamat Jl. Bali, Setabelan, Surakarta
Di bawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa pada tanggal 14 Desember 2005 jam ke 4 (09.00-09.45) di kantor
ruangan guru sebelah selatan SMUN 6 Surakarta saksi mendengar
Terdakwa mengatakan Koran karangan, Qur’an ugo karangan
- Bahwa ketika itu yang ada dalam ruangan adalah Muslimin, Sudadi,
saksi (Churry), sri muwarni, Mudjiati, dan Terdakwa
- Bahwa jarak antara Terdakwa dengan saksi adalah 5 meter di belakang
Terdakwa
- Bahwa terhadap ucapan Terdakwa tersebut, saksi mengatakan akan
berjihad
- Bahwa Terdakwa setelah mengucapkan “Koran karangan, Qur’an juga
karangan” kemudian masuk kamar mandi
- Bahwa setelah keluar kamar mandi, Terdakwa meminta Ma’af kepada
saksi
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa mengatakan ada yang
benar dan ada yang salah
- Bahwa keterangan yang salah adalah “Koran karangan, Qur’an juga
karangan” yang benar “Koran buatan manusia, Qur’an juga buatan”
- Bahwa ucapan Terdakwa tersebut diucapkan dalam spontanitas dan
kelakar
5. Dra. SRI MUWARNI, Umur 51 tahun, Agama Islam, Pekerjaan PNS Guru
SMUN 6 Surakarta, Alamat Kadipiro, Surakarta
Di bawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa pada tanggal 14 Desember 2005 sekira jam 09.00 di kantor
ruang Guru sebelah selatan SMAN 6 Surakarta saksi mengetahui
Terdakwa bersama teman guru yang lain yaitu Drs. Muslimin, Drs.
Sudadi, Dra. Hj. Churry Martiningsih dan Mujiati, Spd.
- Bahwa dalam ruangan tersebut saksi mendengar perkataan terdakwa
yang mengatakan “koran karangan, Al-Qur’an juga karangan”
- Bahwa saksi menanggapi dengan ucapan “ojo ngono pak, Qur’an firman
Allah SWT yang kebenarannya dijaga sampai hari kiamat,
- Bahwa kemudian terdakwa pergi ke kamar mandi dan setelah itu
meminta maaf kepada Bu Churry
- Bahwa ucapan Terdakwa tersebut diucapkan dalam kelakar dan
spontanitas
2. SUPANTO, SH.MH
Dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa menurut saksi pasal 156 a huruf a KUHP adalah sebagai berikut
:
Barang siapa : dalam hal ini adalah orang yang melakukan
Dengan sengaja : ada niat kehendak sendiri, tidak ada paksaan
Di muka umum : forum yang dihadiri tidak tergantung banyaknya
orang,
Mengeluarkan Perasaan atau melakukan perbuatan : yang mana
perbuatan tersebut muncul/mengeluarkan perasaan baik secara
lisan maupun tulisan karena perbedaan keyakinan dianggap
permusuhan;
Penodaan agama yang dianut di Indonesia : yaitu yang
berhubungan dengan keyakinan, system ritual dan emosi
keagamaan.
FAKTA HUKUM :
Bahwa sebagimana dimaksud dalam pasal 156 a huruf a KUHPidana
adalah
“ Barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan : yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah
gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia”
Bahwa jelas dan nyata dengan demikian keterangan Para saksi yang
berbeda-beda dan tanpa dilandasi bukti-bukti objektif serta tidak dapat dijadikan
dasar penuntutan terhadap diri Terdakwa. Hal ini sesuai keterangan Saksi Drs.
H. Sudadi Mulyono,Msi yang mengatakan : ”Koran iku karangan, wong Al-
Qur’an yo karangan”.
Oleh karena itu mohon Majelis Hakim pemeriksa perkara ini tidak
memutus perkara yang tidak dapat membuktikan fakta hukum, karena fakta
yang di dramatisir tanpa didasari bukti apapun, baik keterangan para saksi
maupun tuntutan Jaksa Penuntut Umum baik secara sendiri-sendiri maupun
besama-sama tidak bisa meyakinkan untuk mengungkap fakta hukum.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
TEGUH SUBAKRI, BA
PENGADILAN NEGERI
SURAKARTA
2006
Hal : MEMORI BANDING
Putusan Pengadilan Negeri Surakarta
Tanggal 25 September 2006
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Tengah
Di
SEMARANG
Melalui
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini kami ;
Bahwa untuk itu kami Team Penasehat Hukum mohon kepada Ketua
Pengadilan Tinggi Jawa Tengah berkenan untuk memberi putusan sebagai
berikut :
7. Menerima dan mengabulkan Permohonan BANDING terhadap Terdakwa
untuk seluruhnya
8. Membatalkan putusan Pengadilan Negeri
9. Mengadili sendiri :
- Membebaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum
MEMORI BANDING
TEGUH SUBAKRI, BA
DPC IKADIN SURAKARTA
POSBAKUM
(Pos Bantuan Hukum)
2006
DULPLIK
PERKARA PIDANA No. 223/Pid.B/2006/PN. Surakarta
Atas nama Terdakwa
Assalamu’alaikum Wr. Wb
PASAL 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja dimuka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan agama yang menyerupai kegiatan-
kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran yang mana menyimpang
dari pokok-pokok ajaran agama itu.
PASAL 2
(1). Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi
PERINTAH dan PERINGATAN KERAS untuk menghentikan
perbuatannya itu didalam suatu keputusan bersama Menteri Agama,
Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri
PASAL 3
Apabila setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-
bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam
Negeri atau Presiden Republik Indonesia menurut ketentuan pasal 2
terhadap orang, organisasi, atau aliran Kepercayaan, MEREKA MASIH
TERUS MELANGGAR ketentuan dalam pasal 1 maka, orang anggota
dan/atau anggota pengurus organisasi yang bersangkutan dari aliran itu
di pidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun.
PASAL 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru pasal
156 a.
Bahwa berdasar hal – hal yang telah diuraikan tersebut diatas, kami Tim
Penasehat Hukum Terdakwa tetap berpegang pada permohonannya, yaitu
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
PEMBELAAN
PERKARA PIDANA No. 223/Pid.B/2006/PN. Surakarta
Atas nama Terdakwa
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Majelis Hakim yang Terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat
Dan Pengunjung Sidang yang berbahagia
Setelah kami, tim Penasehat hukum diberi kesempatan oleh Majelis
Hakim untuk membaca, mempelajari, menyimak serta menelaah Surat
Dakwaan dan/atau Tuntutan Jaksa Penuntut Umum serta fakta – fakta yang
terungkap dalam persidangan, maka kami akan memulai pembelaan ini dengan
sistematika sebagai berikut :
V. Pendahuluan
VI. Kontruksi Pasal 156 a KUHP
VII. Fakta – Fakta Yang Terungkap Dalam Persidangan
VIII. Permohonan
IV. Pendahuluan :
Pertama – tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT. yang
telah melimpahkan hidayahnya, sehingga kita dapat bersua dalam persidangan
yang terhormat ini.
Selanjutnya kami Tim Penasehat Hukum dari hati yang paling dalam
mengucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah menyidangkan
perkara ini penuh dengan kesabaran, ketekunan dan ketelitian yang telah
berupaya semaksimal mungkin untuk mengungkapkan fakta-fakta yang sama-
sama kita cari di Persidangan ini, guna dan untuk menemukan kebenaran
materiil dari hukum pidana ke arah tercapainya prinsip dan tujuan hukum serta
tegaknya keadilan yang menjadi fokus utama dalam persidangan ini.
Demikian pula Saudara Jaksa Penuntut Umum yang telah dengan
kesabaran dan keseriusan serta ketekunan mengikuti jalannya persidangan.
Begitu pula dengan Saudara Panitera Pengganti yang dengan tekun mengikuti,
mencatat semua fakta – fakta yang terungkap selama persidangan
berlangsung, karena dari fakta – fakta inilah kebenaran meteriil dalam hukum
pidana akan dapat terungkap, meskipun kita sadari sepenuhnya bahwa
kebenaranlah yang menjadi tujuan dalam persidangan ini yaitu kebenaran
manusia yang terlepas dari kekurangan dan kekhilafan dikarenakan sifat
manusia sendiri yang relatif, kerena kebenaran yang mutlak ( absolut ) adalah
kebenaran yang bersumber dari Allah Robbul ‘ Alamin ( Al Qur’an Surat 3 Ayat
60 )
Kita yang terlibat aktif dalam perkara ini tentunya sama – sama menuju
dataran idaman yang sama yakni tegaknya kebenaran dan keadilan. Dan peran
kita sebagai pelaku aktif ( Jaksa, Hakim dan Penasehat Hukum ) dalam proses
pencarian kebenaran hukum dalam persidangan ini merupakan kewajiban
hukum, karena undang – undang memang mengharuskan demikaian. Dan
secara prosesual masing – masing kita adalah melaksanakan tanggung jawab
hukum sesuai dengan porsi dan posisi masing – masing, ada perasaan bahwa
kita telah berupaya maksimal untuk mengungkap fakta di Persidangan ini
sehingga kita akan mencapai puncak idaman kebenaran dan keadilan hukum
dalam perkara ini.
Dalam hubungan itu, adalah realistis kalau kita melihat diri kita pada
fitrah sifat dasar manusia yang diciptakan oleh sang maha Pencipta. Yang
mana pada diri manusia terdapat potensi – potensi keunggulan di samping
kelemahan – kelemahan. Kesadaran untuk mengingat kelemahan – kelemahan
sifat manusia dalam rangka proses persidangan ini bukanlah bermaksud untuk
memberikan dispensasi moral bagi perbuatan atau sikap yang tidak benar, tidak
adil ataupun tidak obyektif, akan tetapi agar kita tidak over estimate mengenai
apa – apa yang telah kita sikapi selama persidangan ini. Hal ini perlu kita
renungkan bersama, karena salah satu kelemahan kita sebagai manusia
adalah kadang – kadang tanpa kita sadari tidak jujur dalam melihat dan menilai
atau mengadili dirinya sendiri. Pada saat yang sama pula sifat manusia itu
suggestible dapat di pengaruhi oleh faktor – faktor atau rangsangan –
rangsangan dari luar. Dan akibat rangsangan atau pengaruh dari luar maka
perasaan manusia sering tidak terkendali dan akhirnya akan sulit untuk
menggapai keobyektifan dan kebenaran sejati.
Karena hanya pengadilan di depan Alloh SWT lah yang tidak ada
prejudice dan akan menjadi Mahkamah Yang Maha Adil. Mahkamah sesudah
kita hidup di dunia inilah yang nantinya akan mengadili seluruh kejadian di
dunia yang fana ini secara obyektif dan seadil-adilnya karena tidak berlaku
segala bentuk kepalsuan dan tidak ada pengarahan, janji balas budi atau
ancaman psikologis kepada para saksi baik untuk yang memberatkan atau
meringankan Terdakwa.
PASAL 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja dimuka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan
kegiatan-kegiatan agama yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari
agama itu, penafsiran yang mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama
itu.
PASAL 2
(1). Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi
PERINTAH dan PERINGATAN KERAS untuk menghentikan perbuatannya itu
didalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan
Menteri Dalam Negeri
PASAL 3
Apabila setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-bersama
Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau Presiden
Republik Indonesia menurut ketentuan pasal 2 terhadap orang, organisasi,
atau aliran Kepercayaan, MEREKA MASIH TERUS MELANGGAR ketentuan
dalam pasal 1 maka, orang anggota dan/atau anggota pengurus organisasi
yang bersangkutan dari aliran itu di pidana dengan pidana penjara selama-
lamanya 5 tahun.
PASAL 4
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru pasal 156 a.
Bahwa dengan demikian jelas dan nyata orang yang didakwa dan /atau
dituntut dengan pasal 156 a KUHP haruslah terpenuhinya unsure-unsur pasal
1sampai pasal 4 sebagaimana yang dimaksud dalam Penetapan Presiden
Republik Indonesia No. 1 Tahun 1965 tentang “Pencegahan, Penyalah gunaan/
atau Penodaan Agama.
KETERANGAN SAKSI
Bahwa berdasarkan Keterangan Para Saksi dapatlah pula diambil
kesimpulan dalam pembuatan pembelaan ini :
10. Dra. Hj. Churry Martiningsih, Umur 57 th, Agama Islam, Pekerjaan PNS
Guru SMUN 6 Surakarta, Alamat Jl. Bali, Setabelan, Surakarta
Di bawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa pada tanggal 14 Desember 2005 jam ke 4 (09.00-09.45) di kantor
ruangan guru sebelah selatan SMUN 6 Surakarta saksi mendengar
Terdakwa mengatakan Koran karangan, Qur’an ugo karangan
- Bahwa ketika itu yang ada dalam ruangan adalah Muslimin, Sudadi,
saksi (Churry), sri muwarni, Mudjiati, dan Terdakwa
- Bahwa jarak antara Terdakwa dengan saksi adalah 5 meter di belakang
Terdakwa
- Bahwa terhadap ucapan Terdakwa tersebut, saksi mengatakan akan
berjihad
- Bahwa Terdakwa setelah mengucapkan “Koran karangan, Qur’an juga
karangan” kemudian masuk kamar mandi
- Bahwa setelah keluar kamar mandi, Terdakwa meminta Ma’af kepada
saksi
- Terhadap keterangan saksi tersebut, Terdakwa mengatakan ada yang
benar dan ada yang salah
- Bahwa keterangan yang salah adalah “Koran karangan, Qur’an juga
karangan” yang benar “Koran buatan manusia, Qur’an juga buatan”
- Bahwa ucapan Terdakwa tersebut diucapkan dalam spontanitas dan
kelakar
11. Dra. SRI MUWARNI, Umur 51 tahun, Agama Islam, Pekerjaan PNS Guru
SMUN 6 Surakarta, Alamat Kadipiro, Surakarta
Di bawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa pada tanggal 14 Desember 2005 sekira jam 09.00 di kantor
ruang Guru sebelah selatan SMAN 6 Surakarta saksi mengetahui
Terdakwa bersama teman guru yang lain yaitu Drs. Muslimin, Drs.
Sudadi, Dra. Hj. Churry Martiningsih dan Mujiati, Spd.
- Bahwa dalam ruangan tersebut saksi mendengar perkataan terdakwa
yang mengatakan “koran karangan, Al-Qur’an juga karangan”
- Bahwa saksi menanggapi dengan ucapan “ojo ngono pak, Qur’an firman
Allah SWT yang kebenarannya dijaga sampai hari kiamat,
- Bahwa kemudian terdakwa pergi ke kamar mandi dan setelah itu
meminta maaf kepada Bu Churry
- Bahwa ucapan Terdakwa tersebut diucapkan dalam kelakar dan
spontanitas
12. Drs. H. SUDADI MULYONO, MSi. Umur Tahun, Agama Islam, Pekerjaan
PNS Guru SMUN 6 Surakarta, Alamat Kadipiro, Surakarta
Di bawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut :
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa (tidak ada hubungan keluarga)
- Bahwa pada tanggal 14 Desember 2005 jam 09.00 di kantor ruangan
guru sebelah selatan SMUN 6 Surakarta saksi sedang membaca Koran
dengan mengatakan “wah ini ada dosen professor kok mati dengan
selingkuhannya” kemudian Terdakwa berkomentar “Koran iku karangan
wong Al-Qur’an yo karangan”
- Bahwa dalam ruangan itu yang ada adalah Dra. Hj. Churry Martiningsih,
Drs., Muslimin, Dra. Sri Muwarni dan Mujiati Spd.
- Bahwa yang diucapkan Terdakwa dalam kelakar / guyonan
- Bahwa terhadap keterangan saksi, terdakwa menyakal dengan
mengatakan yang benar adalah “koran buatan manusia, Qur’an juga
buatan”
2. SUPANTO, SH.MH
Dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa menurut saksi pasal 156 a huruf a KUHP adalah sebagai berikut
:
Barang siapa : dalam hal ini adalah orang yang melakukan
Dengan sengaja : ada niat kehendak sendiri, tidak ada paksaan
Di muka umum : forum yang dihadiri tidak tergantung banyaknya
orang,
Mengeluarkan Perasaan atau melakukan perbuatan : yang mana
perbuatan tersebut muncul/mengeluarkan perasaan baik secara
lisan maupun tulisan karena perbedaan keyakinan dianggap
permusuhan;
Penodaan agama yang dianut di Indonesia : yaitu yang
berhubungan dengan keyakinan, system ritual dan emosi
keagamaan.
FAKTA HUKUM :
Bahwa sebagimana dimaksud dalam pasal 156 a huruf a KUHPidana
adalah
“ Barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan : yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah
gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia”
Bahwa jelas dan nyata dengan demikian keterangan Para saksi yang
berbeda-beda dan tanpa dilandasi bukti-bukti objektif serta tidak dapat dijadikan
dasar penuntutan terhadap diri Terdakwa. Hal ini sesuai keterangan Saksi Drs.
H. Sudadi Mulyono,Msi yang mengatakan : ”Koran iku karangan, wong Al-
Qur’an yo karangan”.
Oleh karena itu mohon Majelis Hakim pemeriksa perkara ini tidak
memutus perkara yang tidak dapat membuktikan fakta hukum, karena fakta
yang di dramatisir tanpa didasari bukti apapun, baik keterangan para saksi
maupun tuntutan Jaksa Penuntut Umum baik secara sendiri-sendiri maupun
besama-sama tidak bisa meyakinkan untuk mengungkap fakta hukum.
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
TEGUH SUBAKRI, BA
PENGADILAN NEGERI
SURAKARTA
2006