Anda di halaman 1dari 7

BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA

“RESUME PENGARUH DISOLUSI OBAT DALAM BIOFARMASETIKA”

PERTEMUAN KE-4

Oleh :

KELOMPOK 3

FADILLAH SALSABILLA 2148201135

MELYAWATI 2148201136

ULLY RAHMI 2148201137

NURSYIFA 2148201138

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

PROGRAM STUDI S1 JK FARMASI JAMBI

2021/2022
TEORI PELEPASAN/DISOLUSI OBAT

Ada beberapa poin penting pada proses disolusi :


1. Proses Disentrigasi : Obat yang berbentuk padat berubah menjadi granul
2. Proses Degregasi : Obat dari granul berubah menjadi partikel kecil
3. Proses Disolusi : Disolusi sudah terjadi pada obat bebentuk padat akan tetapi
kecepatannya sangat lambat dibandingkan jika bentuknya granul maupun partikel kecil

Pengertian Disolusi : Suatu proses dimana zat padat larut dalam pelarut tertentu yaitu
perpindahan massa dari permukaan padat ke fase cair.

Kecepatan Disolusi : Jumlah obat yang masuk ke dalam larutan per satuan waktu di bawah
kondisi standar antarmuka cair/padat. Pada hal tersebut perlu di perhatikan suhu dan komposisi
pelarutn.

Ada 3 teori disolusi obat :


1. Teori film/model lapisan difusi
Ada 2 step :
- Larutan padatan membentuk fil stagnan/lapisan difusi yang jauh dengan obat dan langkah
ini biasanya cepat
- Difusi zat terlarut yang larut dari lapisan stagnan ke sebagian besar larutan; langkah ini
lambat dan langkah penentu laju dalam disolusi obat

Ada 2 persamaan pada lapisan difus :


- Persamaan Noyes dan Whitney 1
- Persamaa Noyes dan Whitney yang dimodifikasi

 Asumsi Noyes & Whitney dikesampingkan oleh Hixson dan Crowel. Ia berpendapat
bahwa luas permukaan padat tidak tetap konstan selama disolusi berjalan. Luas
permukaan terus berkurang seiring dengan proses pelarutan. Berdasarkan pemikirannya,
dia mengembangkan persamaan baru yaitu “Hixson and Crowell’s Cubic root law”

2. Teori model Danckwert’s/penetrasi atau teori pembaruan permukaan


- Dia mengesampingkan adanya lapisan stagnan. Selama pencernaan, perut bergerak. Pada
gerak tersebut terjadi turbulensi medium disolusi
- Dalam turbulensi seperti itu tidak ada kemungkinan pembentukan lapisan stagnan.
Sebaiknya, terjadi pembentukan pusaran air/paket air pada media pelarutan lambung.
- Pembentukan pusaran air/air hadir dalam agitasi yang mencapai antarmuka padat-cair dan
menyerap partikel zat terlarut obat melalui difusi dan dengan demikian membawa ke
dalam sebagian besar larutan.
- Paket pusaran air/air ini terus menerus diganti dengan yang baru dan mengekspos ke
permukaan padat baru setiap saat. Dengan demikian teori ini disebut juga teori
pembaharuan permukaan.
Persamaan teori dankwert :

3. Teori model penghalang antarmuka


- Konsentrasi menengah dapat ada pada antarmuka sebagai akibat dari mekanisme solvasi.
Ini adalah fungsi kelarutan daripada difusi
- Saat mempertimbangkan disolusi Kristal, setiap permukaan Kristal akan memiliki
penghalang antarmuka yang berbeda.
- Sehingga muncul persamaan :

Kondisi Sink dan Kondisi Non Sink :


 Kondisi Sink => kondisi obat didalam lambung
- Obat yang dilepaskan ke dalam pearut curah akan masuk ke dalam darah secara bersamaan
- Pelarut tidak pernah jenuh dengan obat
- Ct-Cb tidak pernah diperoleh
- Disolusi akan terjadi terus menerus

 Kondisi Non Sink => kondisi ketika obat bukan didalam tubuh kita, menggunakan alat
disolusi (dissolution tester)
- Obat yang dilepaskan ke dalam pearut curah akan terakumulasi dengan dalam pelarut
- Pelarut menjadi jenuh dengan obat
- Setelah beberapa waktu Ct-Cb diperoleh
- Selanjutna tidak akan terjadi disolusi

Note : Ct = konsentrasi obat dalam tablet ; Cb = konsentrasi dalam pelarut curah


MEKANISME TRANSPORTASI OBAT/ABSORBSI OBAT

Beberapa mekanisme transport obat :


1. Transpor paraseluler (permeasi melalui junction)
2. Transport seluler/trasportasi intraseluler
Permeasi ini melalui :
 Trasport pasif (sangat mudah terjadi) (ex: lemak, non ion, CO2, O2, H2O, dll)
- Trasportasi yang dimediasi oleh operator
- Trasportasi yang difasilitasi
- Trasportasi pori (trasportasi konvektif, aliran curah, filtrasi)
- Transportasi pasangan ion
 Transport aktif (keterlibatan ATP/energy) (ex: glukosa, vitamin C, asam amino, dll)
- Transportasi aktif primer (keterlibatan langsung dengan ATP/energi)
=> Transportasi panjang
=> Transportasi ABC
- Transport aktif sekunder (keterlibatan tidak langsung dengan ATP/energi)
 Simport
 Antiport
3. Vesikular/Endositosis/Seluler
- Fagositosis
- Pinositosis

Transportasi yang dimediasi operator :


Harus ada keterlibatan :
- Pembawa
- Perantara

Sinonim dari carrier ada : difusi pembawa, trasportasi pembawa, kapasitas terbatas)

1. Konsep traspor palsu, nutrisi palsu


- Partikel lain yang memiliki struktur serupa juga akan berpindah. Contohnya 5-flurourasil,
5-bromourasil
2. Konsep jendela penyerapan/absorbs
3. Konsep kapasitas transportasi terbatas
PERAN BIOFARMASETIKA DALAM DESAIN BENTUK SEDIAAN

 Quinarcrine (pengganti kina) yang dikembangkan selama perang dunia II pada awalnya
dibuang karena ketidakefektifannya ketika diberikan dalam dosis rendah dan ketika diberikan
dalam dosis tinggi menghasilkan toksisitas akut
 Hanya setelah pembentukan farmakokinetiknya berhasil digunakan dengan dosis awal yang
besar diikuti dosis yang lebih kecil karena distribusinya yang luas ke berbagai jaringan

Regimen dosis adalah “kunci”


- Ini adalah keseimbangan antara respons terapeutik yang diinginkan dan toksisitas
- Jika dosis terlalu sering akan menimbulkan efek toksik
- Jika dosis yang diminum lebih jarang maka tidak ada efek terapi/efek subterapi/efek terapi
terlalu sedikit
- Untuk menjaga “efek terapi maksimum” apoteker harus mengoptimalkan rejimen dosis

Optimalkan dosis regimen itu penting


- Poin ideal untuk regimen dosis yang dioptimalkan adalah : respon terapi maksimum, minimal
toksik, efek samping, hari minum perawatan
- Apoteker harus mampu menjaga keseimbangan keunggulan antara lain : dosis, frekuensi
dosis, hari perawatan
- Dengan keseimbangan itu, hanya pengembangan formulasi yang dioptimalkan yang
dimungkinkan
- Untuk tujuan ini apoteker harus memiliki pengetahuan mendalam tentang prinsip BP, PK &
CPK. Jika tidak formulasi yang dikembangkan akan disaring.

Penetapan aturan dosis :


- Empiris => berdasarkan pengamatan atau pengalaman
- Non empiris => berdasarkan pengetahuan dari BPPK prinsip
SYSTEM KLASIFIKASI BIOFARMASETIKA (BCS)

Ada beberapa kalsifikasi :


 Klasifikasi farmakologis => berdasarkan mekanisme aksi => penghambat beta (atenolol)
 Klasifikasi kimia farmasi => berdasarkan molekul structural obat => asam asetilsalisilat
(aspirin)
 Klasifikasi biofarmasetik => berdasarkan kelarutan dan permeabilitas suatu obat didalam
lambung

Ada 4 kelas klasifikasi :


1. Kelarutan tinggi, permeabilitas tinggi => Kelas 1 (absorbsi angka nya tinggi, disolusi
angkanya tinggi juga). IVIVC nya masih mungkin berkorelasi
2. Kelarutan rendah, permeabilitas tinggi => kelas II (absorbs angkanya tinggi, disolusi
angkanya rendah). IVIVC nya masih mungkin berkorelasi. Tebagi lagi sub a,b,c
3. Kelarutan tinggi, permeabilitas rendah => kelas III . IVIVC nya kurang berkorelasi
4. Kelarutan rendah, permeabilitas rendah => kelas IV. IVIVC nya tidak berkorelasi

 Kelarutan tinggi = dosis tertinggi, kekuatan larut dalam <250 ml air (yaitu diatas kisaran Ph
1-7,5). Parasetamol kekuatan tertinggi = Dolo 650 mg. Semua 650 mg parasetamol harus
larut dalam 250 ml air
 Permeabilitas tinggi = tingkat penyerapan/absorpsi nya adalah > 90% dari dosis yang
diberikan menurut hokum fick’s first. Dosis pemberian parasetamol = Dolo 650 mg. Lebih
dari 585 mg parasetamol harus diserap
 Kecepatan larutan = itu > 85% dari jumlah label harus dilarutkan dalam waktu 30 menit
menggunakan USP tipe I atau tipe II aparat (<900 ml buffer). Kekuatan/dosis parasetamol =
Dolo 650 mg. 552,5 mg. Parasetamol harus larut dalam 30 menit

Ada beberapa hal yang penting (tidak ada satuan dimensi) :


 Nomor penyerapan/absorbsi
- Didefinisikan sebagai rasio waktu tinggal rata-rata obat dalam GIT dengan waktu penyerapan
rata-rata.
- An = MRT/MAT
- Idealnya An >1
- Ini adalah parameter tak berdimensi yang sesuai untuk permeabilitas
- Permeabilitas yang lebih rendah menurunkan rasio

 Nomor disolusi
- Didefinisikan sebagai rasio waktu tinggal rata-rata dengan waktu pelarutan rata-rata
- Idealnya D>1
- Kelarutan yang tidak memadai, difusivitas, ukuran partikel yang berlebihan mengurangi rasio
ini
- Ini adalah parameter tak berdimensi yang sesuai untuk disolusi kecepatan

 Nomor dosis
- Didefinisikan sebagai massa obat dibagi dengan volume serapan (250 ml) dan kelarutan obat
- Idealnya D0 < 1 untuk disolusi penuh sesuai pada prinsinya
- Ini adalah parameter tidak berdimensi yang sesuai untuk kelarutan

Tujuan aplikasi atau penggunaan BCS :


- Untuk memprediksi farmakokinetika obat In-Vivo hanya dengan bantuan studi In-Vitro atau
IVIVC = In-Vitro In-Vivo korelasi
- Mengurangi paparan obat yang tidak perlu atau medium disolusi
- Kenapa tidak dicoba langsung dilambung?
Karena : untuk menghemat waktu udang dalam proses pengembangan obat, untuk membantu
QC di SUPAC, membantu mengembangkan pengabaian bio

Batasan kalsifikasi BCS :


- BCS dan IVIVC tidak berlaku untuk produk obat kisaran terapi sempit
- Tidak ada korelasi BCS IVIVC untuk obat BCS kelas III & IV
- BCS tidak berlaku untuk bentuk sediaan yang dimaksudkan untuk penyerapan dirongga
mulut itu sendiri. Misalnya tablet sublingual, tablet bukal

Anda mungkin juga menyukai