Wilis Milayanti K012192014
Wilis Milayanti K012192014
TUGAS INDIVIDU
Oleh :
Jawab:
a. Sumber-sumber hazard:
1. Bahaya fisik
a. Suhu
1) Suhu terlalu tinggi, menyebabkan : heat stroke, heat cramp, dan heat
exhaustion
2) Suhu terlalu rendah, menyebabkan : Frosbite, Chilblain, dan Trenchfoot
b. Tekanan
1) Tekanan udara tinggi : sering ditemui pada penyelam, pekerja tambang
dll. Penyakit yang timbul disebut “Caisson” (disebabkan bebasnya
nitrogen dalam jaringan pada waktu dekompresi).
2) Tekanan udara rendah : sering dihadapi oleh penerbang, Astronout,
pendaki gunung dll. Gangguan kesehatan akibat kurangnya O2 di dalam
udara pernafasan.
c. Kebisingan, menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran
d. Pencahayaan, menyebabkan kelainan pada indera penglihatan
e. Radiasi
1) Radiasi sinar inframerah : katarak pada lensa mata
2) Radiasi sinar ultraviolet : konjungtivitis foto elektrika
3) Radiasi sinar rontgen/radioaktif : gangguan pada sumsum tulang,
kelainan kulit, impotensi dll.
f. Getaran, raynaund yaitu gangguan pada rangsangan reseptor syaraf di dalam
jaringan
2. Bahaya kimia
a. Debu menimbulkan pneumoconiosis, diantaranya yaitu : silicosis, asbestosis,
berryliosis, siderosis, stenosis, byssinosis, anthrakosis
b. Uap
1) Uap logam, menimbulkan “demam ap logam”, dermatitis atau keracunan
2) Gas, menyebabkan keracunan, misalnya : Gas sianida, Gas asam sulfide,
dan Karbon Monoksida.
c. Larutan, larutan korosif menyebabkan kerusakan pada kulit (dermatosis)
3. Bahaya Biologi
a. Penyakit E/bakteri : antrhrax
b. Penyakit jamur
c. Penyakit parasit
d. Penyakit virus
4. Bahaya fisiologis (Ergonomi) yaitu posisi tubuh, dimana faktor ini
mempengaruhi terhadap beban kerja dan kelelahan kerja pekerja
5. Bahaya psikososial, mengenai hubungan sesama pekerja, atasan-bawahan
6. Bahaya Mekanis : mesin. Alat-alalt bergerak
7. Bahaya Listrik : arus listrik, percikan bunga api listrik
8. Bahaya Perilaku : tidak mematuhi peraturan, kurangnya ketrampilan kerja
9. Bahaya Lingkungan : cuaca buruk, api, bekerja di tempat tak rata
Kita semua mengetahui apa itu bahaya dan jenis-jenis bahaya di tempat kerja
tetapi kecelakaan dan penyakit akibat kerja masih saja terjadi di lingkungan kerja
kita. Mengapa hal ini terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan
kerja kita seperti:
1. Tempat kerja seperti bangunan, peralatan dan instalasi
Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruang
dan tempat kerja harus baik. tersedia penerangan darurat yang diperrlukan.
jalan dan gang harus diberi marka yang jelas. pada tempat yang memerlukan
dipasang rambu sesuai keperluan. tersedia jalan penyelamatan diri yang
diperlukan lebih dari satu pada sisi yang berlawanan. pintu harus membuka
keluar untuk mempermudah penyelamatan diri. Dalam industri digunakan
berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan
dengan semestinya serta tidak dilengkapi dangan alat pelindung dan
penaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti:
Kebakaran, Sengatan listrik, Ledakan, Luka-luka dan cedera yang cukup
serius.
2. Bahan
Bahaya dari bahan ini meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat
bahannya, antara lain; mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi,
menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker,
mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat beracun, dan radioaktif
3. Proses
Dalam proses banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai
bahan baku dan bahan penolong. ada bahan kiia yang merupakan hasil
sampingan, sebagian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti
mudah terbakar, meledak, iritan, beracun dsb. Skala ingustri kimia cenderong
semakin besar untuk mengingkatkan efisiensi dan mengendalikan biaya,
namun hal ini juga berakibat kemungkinan timbulnya bencana bila terjadi
kegagalan operasi normal.
4. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sedini dan
orang lain disekitarnya, cara kerja yang demikian antara lain:
a. Cara mengakat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang
salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering adalah cidera
pada tulang punggung, juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibar cara
mengagkat atau mengangkut.
b. Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
periciakan api serta tumpahan bahan berbahaya.
c. Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai
yang salah, Penyelia perlu memperhatikan cara kera yang dapat
membahayakanini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
5. Lingkungan Kerja.
Dengan mengetahui sumber-sumber bahaya di tempat kerja ini, kita sudah
dapat mengantisipasi datangnya bahaya itu dan tidakan pencegahan dan
menetapkan pengendalian agar para pekerja tidak mengalami kecelakaan
yang diakibatkan oleh bahaya-bahaya yang telah kita identifikasi sebelumnya
dan membuat tempat kerja kita menjadi tempat yang aman dan sehat untuk
bekerja.
b. Jenis kasus penyakit dan kecelakaan akibat hazard 5 artikel terakreditasi
internasional
1. Jurnal Tentang sumber bahaya fisik :
“Effect of Chronic Noise Exposure on Aggressive Behavior of
Automotive Industry Workers”
Pada jurnal tersebut memaparkan tentang pengaruh kebisingan terhadap
pekerja industri otomotif. Polusi suara yang melebihi standar akan
mengakibatkan kebisingan pada pekerja. Kebisingan pada frekuensi tinggi
dan rendah dianggap berpengaruh terhdap mental dan jiwa pada stimulus
kerja otak sehingga meningkatkan kesalahan manusia, mengurangi akurasi,
dan meningkatkan psikologi tanggapan seperti agresi, sehingga orang yang
terpapar mungkin pada akhirnya juga mengalami gangguan penglihatan dan
pendengaran.
Pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) telinga sesuai standar seperti
Ear Muff, dan Ear Plug untuk menurunkan intensitas kebisingan yang
mencapai alat pendengaran
2. Mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising dengan menyusun
jadwal kerja berdasarkan perhitungan dosisi paparan sesuai NAB (Nilai
Ambang Batas)
3. Mengadakan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala untuk memantau
kondisi kesehatan para pekerja.
2. Jurnal tentang sumber bahaya kimia:
“Cotton Dust Exposure and Resulting Respiratory Disorders Among
Home-Based Garment Workers”
Dalam jurnal tersebut memaparkan tentang paparan debu kapas dan
gangguan pernafasan yang ditimbulkan pada pekerja. Paparan debu pada
pekrja dapat menyababkan penyakit akut gejala pernafasan, seperti sesak
dada, brokokontriksi, dan dispnea pada pekerja. Hal ini dikarenakan, pada
debu kapas terdapat campuran bakteri, pestisida, kapang, agen anticrease,
antimikroba pada saat penanganan dan pengolahan kapas.
Pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Mengurangi Jam kerja
2. Meminimalkan paparan debu pada pekerja
3. Mempromosikan perilaku pencegahan
4. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk mencegah pekerja yang
bernafas menghirup debu dilingkungan kerja
5. Menyediakan alat untuk perawatan kesehatan penyedia layanan
6. Memperbaiki kondisi tempat kerja
3. Jurnal tentang sumber bahaya biologi:
“Risk Factors and Rates of Hepatitis B Virus Infection among
Municipal Waste Management Workers and Scavengers in Ilorin,
Kwara State, Nigeria”
Jurnal tersebut membahas tentang penyakit Hepatiti B pada pekerja yang
disebabkan oleh Virus yang merupakan penyakit yang diakibatkan dari
sumber bahaya biologi. Kurangnya manajemen keselamatan kesehatan kerja
yang yang tidak tepat diantara pekerja pengelolaan limbah kota merupakan
faktor risiko ternyadinya Hepatitis B. Hal ini dikarenakan jalur penularan
virus pada saat pemisahan limbah biasanya dilakukan dengan tangan
kosong, dan kurangnya kebersihan dan keselamatan kerja selama kegiatan
pengelolaan limbah. Selain itu, infeksi virus tersebut meningkat karena
durasi kerja yang lebih lama serta pekerja tidak mengikuti prosedur yang
ada pada saat pembongkaran limbah, pemisahan, pengangkutan bahan daur
ulang ke titik penjualan dan pembuangan, sehingga menimbulkan cedera
dan akan membawa risiko penularan penyakit seperti hepatitis.
Pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan berkala tentang program
keselamatan kerja pada pekerja untuk membantu mengendalikan risiko
terinfeksi penyakit
2. Menyediakan APD pada semua pekerja limbah serta menjelaskan cara
penggunaan dan manfaatnya
3. Vaksinasi terhadap Hepatitis
4. Mempraktikan kebersihan pribadi
Jawab:
Peraturan Perundang-Undangan No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
a. Sumber
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Pada pasal 16 ayat 2 potensi yang memiliki bahaya tinggi
antara lain perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas
bumi.
b. Alur
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian dilakukan
dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan:
1) standar bagi tempat kerja;
2) perancangan pabrik dan bahan; dan
3) prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
1) Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
a) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan
b) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
2) Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
3) Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
a) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higienitas dan sanitasi;
b) pendidikan dan pelatihan;
c) insentif, penghargaan dan motivasi diri;
d) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi; dan
e) penegakan hukum.
c. Sasaran
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan
perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi kualifikasi:
1) dapat diukur;
2) satuan/indikator pengukuran; dan
3) sasaran pencapaian.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi
dengan:
1) Wakil pekerja/buruh;
2) Ahli K3;
3) P2K3; dan
4) Pihak-pihak lain yang terkait.
d. Cara Pelaksanaan di Perusahaan, dalam bab III, pasal 4 penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
Dalam penerapan Sistem Manajemen K3, setiap perusahaan wajib
melaksanakan:
1) Penetapan Kebijakan K3
2) Perencanaan K3
3) Pelaksanaan rencana K3
4) Pemantauan dan ecaluasi kinerja K3, dan
5) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Jawab:
SMK3 di Indonesia (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Internasional : OHSAS 18001, ISO series, KOHSA (korea),
a. Kelebihan/ Manfaat SMK3 di Indonesia:
1. Jika tidak menerapkan standar dari SMK3 maka akan dikenakan sanksi
2. Selain sertifikat, perusahaan atau organisasi akan mendapatkan bender K3
(Emas/perak)
3. Peninjauan SMK3 dilakukan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3
secara berkesinambungan
4. Dalam mengambil tindakan dilakukan pengukuran pemantauan, dan evaluasi
kinerja K3, sehingga hasil pemantauan dilaporkan dan digunakan untuk
melakukan tindakan perbaikan
5. Membuat sistem manajemen efektif
Penerapan SMK3 tidak jauh beda dengan ISO dimana semua tindakan
terdokumentasi dengan baik, dengan adanya dokumen yang lengkap
memudahkan melakukan tindakan perbaikan jika ada alur kerja yang tidak
sesuai.
6. Melindungi Pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah melindungi pekerja dari segala
macam bahaya kerja dan juga yang bisa mengganggu kesehatan saat kerja.
dengan melindungi pekerja dengan SMK3 maka perusahaan otomatis akan
untung karena meningkatkan produktivitas pekerja
7. Mematuhi Peraturan Pemerintah
Dengan menerapkan SMK3 maka perusahaan telah mematuhi peraturan
pemerintah Indonesia. Perusahaan yang tidak melaksanakan SMK3 akan
diberikan sangsi oleh pemerintah karena dianggap lalai dalam melindungi
pekerja
8. Meningkatkan kepercayaan konsumen
Dengan menerapkan SMK secara otomatis akan membuat kepercayaan
konsumen. Ketika perusahaan sudah menerapkan SMK3 dalam memproduksi
suatu produk, konsumen bisa meyakini prosedur telah bagus dan produksi
bisa kontinu. Dengan menerapkan SMK3 akan dapat menjamin proses yang
aman, tertib, dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi
produk cacat.
9. SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan
menyusun rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha
melibakan ahli K3, panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3),
wakil pekerja dan pihak lain yang terkait
b. Kekurangan SMK3 di Indonesia :
1. Peraturan perundang-undangan mengenai K3 masih
terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional
2. Sertifikasi SMK3 hanya dikeluarkan oleh Menteri
Tenaga Kerja (pemerintah)
3. Sertifikasi SMK3 dirasakan kurang membantu
promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi ISO series,
OHSAS, KOHSA (korea)
4. Peran aktif dari pengusaha Indonesia yang masih
belum mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost
5. SMK3 hanya berlaku secara nasional, yaitu dalam
wilayah hukum Indonesia saja
c. Cara-cara untuk membuat penerapan SMK3 Indonesia berjalan efektif
Untuk lebih memudahkan penerapan standar SMK3, berikut ini dijelaskan
mengenai tahapan dan langkah – langkahnya yang terbagi menjadi dua bagian
besar, yaitu :
Ahmad, I., & Sattar, A. 2017. The Mediating Role Of Perceived Job Satisfaction In The
Relationship Between Occupational Health & Safety And
Employees’performance. Gomal Journal of Medical Sciences, 15(1).
Ersoy, M., Eleren, A., & Kayacan, S. 2017. An Application of Failure Mode and Effect
Analysis on Improving Occupational Health and Safety Process of Marble
Factories. Int J Natural Disaster Health Secur, 4(1), 22-29.
Galletta, M., Portoghese, I., D’Aloja, E., Mereu, A., Contu, P., Coppola, R. C., ... &
Campagna, M. 2016. Relationship Between Job Burnout, Psychosocial Factors
And Health Care-Associated Infections In Critical Care Units. Intensive and
critical care nursing, 34, 59-66.
Mohammadfam, I., Kamalinia, M., Momeni, M., Golmohammadi, R., Hamidi, Y., &
Soltanian, A. 2017. Evaluation of the quality of occupational health and safety
management systems based on key performance indicators in certified
organizations. Safety and health at work, 8(2), 156-161.
Ruliati, L. P., Maisal, F. M., Junias, M. S., & Santi, L. E. N. 2020. Ergonomic Analysis
of Work Fatigue and Eyestrain Among Wig Makers at PT. SCI Indonesia Kupang
City. In 4th International Symposium on Health Research (ISHR 2019) (pp. 434-
439). Atlantis Press.
Santiana, I. M. A., Wibawa, I. G. S., Tapayasa, I. M., Suasira, I. W., & Sutapa, I. K.
2018. Analysis of The Implementation of Occupational Health and Safety
Management System on Workers Productivity on Structural Finishing Works of
Reinforced Concrete Columns. Logic: Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi,
18(3), 98-102.
Sawyerr, H. O., Yusuf, R. O., & Adeolu, A. T. 2016. Risk factors and rates of hepatitis
B virus infection among municipal waste management workers and scavengers in
Ilorin, Kwara State, Nigeria. Journal of Health and Pollution, 6(12), 1-6.
Sembe, F., & Ayuo, A. 2017. Effect of selected occupational health and safety
management practices on job satisfaction of employees in university campuses in
Nakuru Town, Kenya. Journal of Human Resource Management, 5(5), 70-77.
Silpasuwan, P., Prayomyong, S., Sujitrat, D., & Suwan-ampai, P. 2016. Cotton dust
exposure and resulting respiratory disorders among home-based garment
workers. Workplace health & safety, 64(3), 95-102.