Anda di halaman 1dari 86

2nd – 5th September

2019
SESI 07 –
JALAN PENDEKAT,
DINDING PENAHAN TANAH
DAN STABILITAS LERENG
SESI 07 –
JALAN PENDEKAT,
DINDING PENAHAN
TANAH DAN
STABILITAS LERENG
RINA YULIET, ST, MT
- UNIVERSITAS ANDALAS

RIKO ZULHENDRA, ST, MT


- PT REKAYASA PRATAMA KONSULTAN
1. Peserta mengetahui pengujian tanah lapangan dan laboratorium
2. Peserta memahami kondisi lapisan tanah dan dapat melakukan intepretasi terhadap hasil uji
lapangan
3. Peserta mengetahui potensi bidang gelincir pada lereng
4. Peserta memahami penggunaan data tanah dari pengujian yang akan digunakan untuk
desain daya dukung tanah dasar terhadap bangunan oprit
5. Peserta memahami dalam menganalisa penurunan yang akan terjadi bangunan oprit
6. Peserta mengetahui jenis-jenis perkuatan yang umum digunakan bangunan oprit
7. Peserta memahami beban yang bekerja pada dinding penahan tanah
8. Peserta memahami konsep desain dinding penahan tanah terhadap ketahanan daya dukung,
guling dan geser
9. Peserta memahami konsep desain dinding MSE terhadap stabilitas internal (pusut/patah
dan tarik/tercabut) dan stabilitas eksternal (daya dukung, guling dan geser)
10. Peserta memahami gambar detail dinding penahan tanah
1. Pengenalan Pengujian Lapangan yang umum dilakukan berdasarkan SNI 8460-2017
2. Contoh Hasil Uji Sondir (CPT)
3. Intepretasi Lapisan Tanah Terhadap Hasil Uji CPT
4. Intepretasi Lapisan Tanah Terhadap Hasil Uji SPT
5. Konsep Penggunaan data tanah dalam analisa jangka pendek dan analisa jangka panjang
6. Analisa Stabilitas Timbunan Oprit
7. Perkiraan Lokasi Bidang Gelincir
8. Kriteria Perancangan Lereng
9. Perhitungan daya dukung tanah
10. Metode Analisis Stabilitas Lereng
11. Perhitungan penurunan konsolidasi
12. Perkuatan Stabilitas Lereng
13. Konsep Perhitungan Dinding Penahan Tanah Kantilever
14. Teori Tekanan Tanah Lateral
15. Analisa Stabilitas Dinding Penahan Tanah
16. Desain Dinding Penahan Tanah Kantilever
17. Desain dingng MSE (Mechanically Stabilized Earth Wall, MSE Wall)
Pada perencanaan oprit jembatan dengan
konstruksi timbunan tanah terdapat beberapa
hal penting yang perlu dianalisa agar pada saat
konstruksi dan layan tidak terdapat kerusakan.

1. Daya Dukung Tanah Dasar, akan menjadi


penting terkait apakah tanah dasar mampu
menahan beban tanah timbunan,
bagaimana proses konstruksi timbunan
yang akan dilakukan, bahkan jenis
perbaikan tanah dasar yang akan
digunakan.
2. Stabilitas Lereng Timbunan, analisa
dilakukan untuk mendapatkan bentuk dari
kondisi stabil dari sebuah lereng
3. Penurunan yang Terjadi, hal ini sangat
penting ketika oprit dikonstruksi pada
tanah yang mudah termapatkan,
Panduan yang digunakan dalam bahasan oprit, stabilitas lereng dan jalan pendekat ini adalah
1. SNI 8460:2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
2. Pedoman Konstruksi dan Bangunan N0. 003/BM/2009. Perencanaan Pelaksanaan
Perkuatan Tanah dengan Geosintetik.
3. Surat Edaran Nomor 18/SE/Db/2017 Tentang Penyampaian Perubahan Bridge
Management System (BMS) Panduan Perencanaan Jembatan Volume 2 (Bridge Design
Manual Section 8, 9 & 10)
Penyelidikan tanah harus memberikan deskripsi kondisi tanah yang relevan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dan menetapkan dasar untuk penilaian parameter geoteknik yang
relevan untuk semua tahap konstruksi.

Penyelidikan tanah harus dilakukan secara bertahap untuk memperoleh informasi yang
komprehensif sepanjang perancangan awal, perancangan, dan pembangunan proyek

- Penyelidikan awal untuk penentuan posisi dan perancangan awal dari bangunan
- Penyelidikan tahap perancangan
- Pemeriksaan kesesuaian hasil penyelidikan selama konstruksi
Jenis Struktur Jumlah Minimum Penyelidikan Tanah
- Untuk jembatan konvensional dengan bentang < 50 m : minimum 1
titik padatiap abutment dan pilar per 2 lajur lalu lintas
Jembatan
- Untuk jembatan khusus dengan bentang ≥ 50 m atau jembatan di
laut: ditentukan oleh tenaga ahli geoteknik
Sabilitas lereng, galian - 3 – 5 titik pada potongan kritis untuk menghasilkan model untuk
dalam, dan timbunan dilakukan analisis. Jumlah potongan kritis tergantung tingkat masalah
tinggi dengan ketinggian >
6m untuk tanah normal
stabilitas.
dan > 3m pada tanah lunak - Untuk kelongsoran yang masih aktif, minimum satu titik pada sisi atas
lereng yang longsor.
Berdasarkan SNI 2827-2008 uji CPT digunakan untuk memperoleh parameter-
parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan berupa perlawanan
konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total
tanah (Tf) yang dapat digunakan untuk interpretasi perlapisan tanah yang
merupakan bagian dari desain geoteknik.

Berdasarkan SNI 4153-2008 uji NSPT digunakan untuk memperoleh parameter


perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan dengan SPT, yang dapat
dipergunakan untuk identifikasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari
desain geoteknik.
Karena pada pengujian CPT tidak ada sample tanah yang tertahan, maka untuk
menentukan lapisan tanah hanya berdasarkan dari nilai qc dan fs
Nilai NSPT yang
Muka Air Tanah digunakan merupakan
penjumlahan N2 +N3
N1 tidak
diperhitungkan untuk
nilai NSPT karena
dianggap tanah
terganggu akibat
proses pengeboran
Salah satu kelebihan uji NSPT adalah sample tanah pada saat proses pengujian dapat diambil.
Oleh karena itu, jenis tanah sudah bisa diketahui saat proses pengujian namun konsistensi /
kepadatan dapat diketahui dari nilai N-SPT.
Analisa yang umum digunakan dalam bidang geoteknik dibagi menjadi 2 (dua) :
1. Analisa jangka pendek (short term analysis) yaitu analisa yang dilakukan pada
kondisi air pori belum sempat untuk terdisipasi, parameter yang digunakan dalam
analisis berupa parameter total (cu dan u).
2. Analisa jangka panjang (long term analysis), yaitu analisa yang dilakukan pada saat
kondisi air pori sudah terdisipasi, parameter yang digunakan dalam analisi berupa
parameter efektif (c’ dan ).
Hal-Hal yang perlu dipastikan dalam konstruksi timbunan oprit adalah
1. Daya dukung tanah dasar
2. Stabilitas Lereng Timbunan
3. Penurunan yang terjadi
1. Kriteria Pembebanan
a. Beban Gempa

Dengan Faktor Keamanan minimum FK > 1.1


b. Beban Lalu Lintas
2. Kriteria Loading dan Unloading (stress history)
3. Kriteria Umur Rencana
4. Kriteria Deformasi
5. Kriteria Faktor keamanan
Perhitungan daya dukung tanah pada timbunan oprit dapat dilakukan juga dengan
menggunakan pendekatan untuk menghitung daya dukung tanah umum oleh Mayerhof

Dengan :

qu = Daya Dukung Ultimit Tanah (kPa)


c’ = Kohesi Tanah Dasar (kPa)
q = Df (kPa)
 = Berat Jenis (kN/m3)
B = Lebar Pondasi (m)
Nc, Nq dan N = Faktor Daya Dukung
Fcs, Fqs, Fs = Faktor Bentuk
Fcd, Fqd, Fd = Faktor Kedalaman
Fci, Fqi, Fi = Faktor Inklinasi
1. Analisis stabilitas lereng terbatas (finite slope) metode sederhana asumsi bidang longsor
datar
Tahap 1. Tentukan bidang longsor yang dicoba

Tahap 2. Hitung berat tanah timbunan yang


akan longsor. Segitiga ABC adalah masa
tanah yang tidak stabil (akan longsor)

Tahap 3. Hitung gaya normal yang bekerja :

Tahap 4. Hitung gaya geser yang bekerja

Tahap 5. Hitung tahanan geser yang dikerahkan

Tahap 6. Hitung Faktor Keamanan Lereng (FK)


2. Analisis Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) dengan Menggunakan Diagram
(Chart)

Analisa stabilitas lereng ini ditujukan untuk stabilitas lereng pada tanah-tanah yang memiliki nilai sudut geser
dalam () = 0 dikembangkan oleh Janbu (1968) dengan tahapan:

Tahap 1. Perkirakan lokasi lingkaran kritis yang mungkin untuk diselidiki. Untuk kondisi tanah homogen,
lingkaran kritis melewati kaki lereng jika lereng lebih curam dengan perbandingan kira-kira 1 H : 1 V.

Tahap 2. Melakukan analisa terhadap kriteria yang dapat menentukan kemungkinan yang harus diperiksa

- Jika ada air di luar lereng, maka suatu lingkaran yang melintas di atas air mungkin kritis
- Jika suatu lapisan tanah lebih lunak dari pada yang di atasnya, maka lingkaran kritis
diperluas ke lapisan yang lebih rendah (lebih lunak). Ini berlaku untuk lapisan di atas dan
di bawah kaki lereng
- Jika suatu lapisan tanah lebih kuat dari pada yang di atasnya, maka lingkaran kritis
mungkin bersinggungan dengan bagian atas lapisan.
2. Analisis Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) dengan Menggunakan Diagram
(Chart)

Tahap 3. Hitung faktor kedalaman (d) menggunakan persamaan berikut


2. Analisis Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) dengan Menggunakan Diagram
(Chart)

Tahap 4. Dapatkan pusat lingkaran kritis untuk kedalaman yang dicoba

Tahap 5. Tentukan nilai rata-rata dari parameter kuat geser tanah dengan persamaan
2. Analisis Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) dengan Menggunakan Diagram
(Chart)

Tahap 6. Hitung kuantitas Pd dengan menggunakan persamaan


2. Analisis Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) dengan Menggunakan Diagram
(Chart)

Tahap 7. Menentukan nilai angka stabilitas/stability Tahap 8. Hitung Faktor Keamanan (FK)
number (N0) yang tergantung pada sudut kemiringan
lereng (β) dan nilai d.
3. Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Lembar Kerja (Spreadsheet)

Untuk perhitungan angka keamanan didasari pada asumsi bahwa gaya-gaya yang bekerja
diakibatkan oleh berat volume dari massa tanah saja, dan gaya-gaya yang menahan hanya
diakibatkan oleh kuat geser tanah.
3. Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Lembar Kerja (Spreadsheet)

Metode Lingkaran Swedish ( = 0)

Metode ini digunakan untuk analisa stabilitas lereng pada kasus dimana sudut geser dalam () = 0
Menggunakan Lembaran Kerja (Spreadsheet), Metode
Lingkaran Swedish (φ = 0)

Mulai

Input data Tanah :


 (Lebar horizontal irisan, m)
 (Tinggi irisan pada material, m)
 (Berat volume, kN/m³)
 (Sudut kemiringan dasar, derajat)
 (Kohesi, kN/m²)

Hitung nilai W

Hitung nilai Δ l

Periksa faktor
keamanan

Diperlukan tindakan Ya Kurang dari yang


penstabilan lereng disyaratkan

Tidak

Selesai
3. Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Lembar Kerja (Spreadsheet)

Metode Irisan Biasa (Ordinary Methods of Slices)


3. Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Lembar Kerja (Spreadsheet)

Metode Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop Method)


Diagram Alir Perencanaan Stabilitas Lereng
Menggunakan Lembaran Kerja (Spreadsheet), Metode
Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop Method)

Mulai

Periksa faktor A
Input data Tanah : keamanan
 b (Lebar horizontal irisan, m)
 hi (Tinggi irisan pada material i, m)
  i (Berat volume total material i, kN/m³)
 c ' b  (W  ub) tan  ' 
  (Sudut kemiringan dasar, derajat)   
 c ' (Kohesi pada irisan, kN/m²) FK 
ma
  ' (Sudut geser dalam, derajat)
 u (Tekanan air pori)
 W sin 
  w (Berat volume air, kN/m³)
 Fi (Faktor keamanan yang dicoba)
Diperlukan FK
tindakan Ya Kurang dari yang
Hitung nilai W penstabilan lereng disyaratkan
W  bx(h1. 1  h 2. 2  h3. 3)
Tidak

Hitung nilai Δ l
b Selesai
l 
cos 
Hitung nilai u

u   w.hpizometer sin  tan  '


(a) detail ma  cos  
Hitung nilai ma Fi
untuk setiap nilai (b) CATATAN : untuk masing-masing
sin  tan  ' F1, F2, dan F3
ma  cos   perhitungan nilai ma dan nilai faktor
Fi keamanan yang dicoba untuk
perhitungan Faktor Keamanan

Lanjut
ke A
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam
melakukan perencanaan timbunan oprit pada tanah
kohesif (terutama tanah kohesif lunak) adalah besar
penurunan yang terjadi akibat konsolidasi.
Konsolidasi dapat diartikan suatu proses terjadinya
disipasi air pori pada tanah dengan permeabilitas
rendah akibat diberikan beban yang mengakibatkan
terjadinya perubahan voume dan ditandai dengan
penurunan.
Pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan besar
penurunan pada tanah kohesif tergantung pada
kenaikan tegangan dan apakah tanah terlalu
terkonsolidasi (Overconsolidated) atau terkonsolidasi Penurunan Disekitar Tiang yang Mendukung Kepala
normal (Normally Consolidated) Jembatan yang Menyebabkan Gaya Gesek Dinding Negatif

Pada saat melakukan pehitungan untuk menentukan Untuk tanah kohesif terlalu terkonsolidasi
besar penurunan konsolidasi, beban tambahan yang dimana po + p > pc penurunan dapat dihitung
diberikan harus mencakup seluruh beban yang dengan persamaan
nantinya akan bekerja pada oprit jembatan
• Untuk tanah kohesif terlalu terkonsolidasi dimana po + p < pc
penurunan dapat dihitung dengan persamaan

• Untuk tanah kohesif terlalu terkonsolidasi dimana po + p < pc


penurunan dapat dihitung dengan persamaan
Kenaikan tegangan vertikal akibat beban timbunan
(embankment)
Beban Timbunan
Cara-cara Yang Digunakan Untuk Menstabilkan Lereng Dimana Faktor
Keamanan Kurang Dari Yang Disyaratkan

• Perubahan geometri lereng


Prinsip mengubah geometri lereng dengan penimbunan adalah menambah gaya
penahan tanah dengan penimbunan pada ujung kaki lereng Penimbunan pada area
kaki tanah berfungsi untuk memberikan momen perlawanan.
Cara yang umum digunakan pada timbunan oprit adalah dengan melandaikan
kemiringan timbunan dan menambah timbunan pada kaki lereng.
Cara-cara Yang Digunakan Untuk Menstabilkan Lereng Dimana Faktor
Keamanan Kurang Dari Yang Disyaratkan

• Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan adalah konstruksi untuk menahan tanah dengan kemiringan atau
lereng yang kestabilannya tidak dapat terjamin. Digunakan untuk menahan tekanan
tanah lateral akibat tanah urugan atau tanah asli yang tidak stabil. Dinding penahan
tanah dapat berupa pasangan batu, beton, atau beton bertulang.
• Dinding Penahan Gravitasi • Dinding Penahan Kantilever
Cara-cara Yang Digunakan Untuk Menstabilkan Lereng Dimana Faktor
Keamanan Kurang Dari Yang Disyaratkan
• MSE Wall (Mechanical Stabilized Earth Wall)
Merupakan metode perbaikan tanah dengan menggunakan
bronjong, blok modul dan panel beton sebagai dinding
penahan yang diberi perkuatan dari bahan geosintetik
(geogrid atau geotextile) atau dari bahan metalik (baja
batangan atau jaring baja) secara berlapis yang memiliki
fungsi utama untuk menghasilkan tegangan tarik untuk
memperkecil pergerakan aktif tanah timbunan dan menjaga
kestabilan lereng
1. Tekanan Tanah dalam Kondisi Diam (at rest)
Tekanan tanah pada kondisi diam dapat ditentukan dengan persamaan
Tekanan Tanah Aktif Rankine Tekanan Tanah Pasif Rankine
Tekanan Tanah Aktif dan Pasif Rankine untuk Timbunan Di Belakang Tembok pada Tanah Non
Kohesif (c = 0) dengan permukaan miring
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Tekanan Tanah Aktif menurut Coulomb
Prosedur Secara Umum
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah

Stabilitas Dinding Penahan


Tanah harus memenuhi
persyaratan :

• FS Guling  2
• FS Geser  1.5
• FS Daya Dukung  3
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah

Cek Terhadap Guling (overturning)

∑MR = Jumlahan Momen yang Menahan Guling


∑MO =Jumlahan Momen yang Menyebabkan Guling

Untuk menghitung momen penahan MR maka Pp


diabaikan. Yang diperhitungkan sebagai momen
penahan adalah berat tanah di atas slab, berat beton
dan komponen vertikal Pv dari gaya aktif Pa
Titik Guling
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah

Cek Terhadap Geser Sepanjang dasar Slab


(sliding)

∑FR = Jumlahan Gaya yang Menahan Guling


∑FO =Jumlahan Gaya yang Menyebabkan Guling

Pp dalam hal ini berkontribusi sebagai penahan


Gaya geser, sehingga persamaan angka keamanan
geser dapat dituliskan menjadi :
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah
Cek Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
(bearing capacity failure)

qu = Daya dukung Ultimit


v = Distribusi Teg. Vertikal di bawah slab
Perencanaan Dimensi Dinding Penahan Tanah

Cek Terhadap Keruntuhan Daya Dukung (bearing capacity failure)


Mulai A

Menentukan nilai-nilai parameter Hitung Faktor Keamanan (FS)


untuk Stabilitas Geser

Menetapkan nilai-nilai tekanan tanah


aktif dan tekanan pasif dengan salah
satu cara menurut Rankine, Columb Periksa Stabilitas
ataupun akibat gempa terhadap Guling.
FS Geser terpenuhi

Tidak
Ya
Mengasumsikan dimensi untuk dinding
penahan tanah
Hitung Faktor Keamanan (FS)
Tidak untuk Stabilitas Daya Dukung

Hitung Faktor Keamanan (FS)


untuk Stabilitas terhadap guling
Periksa Stabilitas
Tidak terhadap
Daya Dukung.
FS Geser terpenuhi
Periksa Stabilitas
terhadap geser.
Ya
FS Geser terpenuhi

Dinding penahan tanah stabil


Ya
Selesai
A
Tekanan Tanah Lateral dan Tahanan Geser Pada Dasar Pondasi di
atas Tanah Non Kohesif yang Berlapis
Tekanan Tanah Lateral Ultimit Rencana dan Tahanan Geser pada
Dasar Pondasi di atas Tanah Kohesif yang Berlapis
DINDING PENAHAN TANAH YANG DISTABILISASI SECARA MEKANIS
(Mechanically Stabilized Earth WalL, MSE Wall)
(Pedoman Konstruksi dan Bangunan N0. 003/BM/2009. Perencanaan Pelaksanaan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik.)

• Biasanya memiliki kemiringan muka 70o – 90o sehingga bisa


diklasifikasikan sebagai dinding penahan tanah.
• Lebih fleksibel dibandingkan dinding penahan konvensional (dinding
kantilever dan dinding gravitasi)
• Cocok untuk daerah dengan tanah pondasi yang buruk dan daerah
seismik aktif
• Bahan perkuatan biasanya berupa besi lunak yang digalvanis atau dilapisi
epoksi (pita metalik) dan geosintetik.
a. Tinggi maksimum dinding dengan perkuatan pita metalik bisa
melebihi 30 m, sedangkan perkuatan geosintetik 15 m – 22 m.
b. Pilihan jenis penutup permukaan (facing element) untuk pita
metalik adalah panel beton pracetak sedangkan dinding MSE
dengan perkuatan geosintetik lebih bervariasi.
PENUTUP MUKA (FACING ELEMENT)

Aplikasi Panel Beton Pracetak Segmental


Penutup muka

Aplikasi Penutup Muka dari Bronjong

Aplikasi Penutup Muka dari Geosintetik


Unit Dinding Blok Modular Cetakan Kering dengan Vegetasi
Penutup muka untuk pasca konstruksi

Untuk dinding yang menggunakan geotekstil, geogrid


atau anyaman kawat sebagai penutup permukaan,
setelah konstruksi berakhir dinding tersebut bisa
ditutup dengan menggunakan beton semprot
(shotcrete), semprotan campuran semen, pasir dan air
dengan menggunakan tekanan (guniting), beton cetak,
atau material pabrikan seperti beton dan kayu.
Perencanaan dinding MSE

• Stabilitas eksternal terdiri dari stabilitas global dari


massa tanah yang distabilisasi serta dievaluasi dengan
menggunakan bidang keruntuhan di luar massa tanah
tersebut
• Analisis stabilitas internal terdiri dari evaluasi bidang
keruntuhan potensial di dalam massa tanah yang
diperkuat
• Pada beberapa kasus, bidang keruntuhan kritis sebagian
berada di luar dan sebagian lagi berada di dalam massa
tanah yang distabilisasi sehingga dibutuhkan suatu
analisis stabilitas eksternal dan internal gabungan.
Stabilitas internal
• Stabilitas terhadap rapture/ breaking (putus/ patah)

patah

• Stabilitas terhadap tarik (pullout)


Dinding penahan tanah dengan pita metalik sebagai
perkuatan

Komponen-komponen
perkuatan :
• Timbunan (Backfill)
berupa tanah berbutir
kasar
• Perkuatan pita metalik
yang tipis
• Penutup permukaan
(facing element)
Analisis menggunakan daya dukung friksi
• Pada perkuatan lajur (strip reinforcement)
FR =As.(’v tanu) = (2wLe).(’v tanu) 1
Le1
dimana : 2
FR = Gaya geser yang Le2
3
ditahan oleh perkuatan Le3
akibat dipegang oleh tanah 4
Le4
v’= Tegangan vertikal efektif 5
As = Luas penampang perkuatan Le5
Le = panjang efektif
T

FR t
Le w
Faktor keamanan terhadap putus/patah
(Rapture/ Breaking)
Gaya horizontal yang dipikul (T)
perkedalaman

SH
T  a SV SH   z K a SV SH
a
Kapasitas tarik perkuatan = w t f y
SV t
w Faktor keamanan terhadap putus/patah
w t fy w t fy
FS( B)  
T  a S V SH

FSB biasanya 2.5 - 3


Faktor kemanan terhadap tarik (pullout)
v’

FR

Le

2 
FR  2 L e w  v tanu   2 L e w  v tan  
3 
2 
2 L e w  v tan  
FSP   3  (2)
 a SV SH
Menentukan panjang total perkuatan

Panjang total perkuatan (L) : L  L R  Le (3)

Dimana :
LR = panjang dalam zona keruntuhan rankine
Le = panjang efektif

Panjang dalam zona rankine (LR)


Dari persamaan (2)
perkedalaman

FSP   a SV SH Hz
Le  (4) LR  (5)
2   
2 w  v tan   tan 45  
3   2
Stabilitas eksternal

Mekanisme keruntuhan eksternal untuk dinding MSE


Chek Stabilitas Eksternal
Contoh
Dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis (MSE Wall)
dengan menggunakan pita metalik (Metalic strip), memiliki material
timbunan dengan 1 = 16.6 kN/m3 dan 1 = 30o. FSB = 3, FSP = 3, fy = 2.4
x 105 kN/m3 dan u = 20o. Sifat-sifat tanah di bawah dinding penahan
adalah : 2 = 18 kN/m3 dan 2 = 28o dan c2 = 52 kN/m2.

Penyelesaian :
Rencanakan ketebalan dari tie.
Asumsikan Sv = 0.5 m, SH = 1 m dan w = 75 mm. Diketahui
1 = 30o sehingga Ka = tan2 (45 - /2 == 1/3. Gaya tie :

T = a Sv SH
Penyelesaian :

Gaya tie maksimum (Tmax) terjadi pada a(max) yaitu pada kedalaman H. Untuk kasus ini
a(max) =  H Ka

Tmax =  H Ka Sv SH = (16.6) (8) (1/3) (0.5) (1) = 22.14 kN

Ketebalan tie (t) adalah :

Jika nilai korosi adalah 0.025 mm/tahun dan umur layan struktur adalah 50
tahun, ketebalan aktuan dari tie adalah : t = 3.69 +(0.025 x 50) = 4.94 mm 5
mm

Anda mungkin juga menyukai