Anda di halaman 1dari 24

MODUL 6

STRUKTUR DAN SPEKTRA


ATOM HIDROGEM

Prinsip-prinsip mekanika kuantum dapat digunakan menggambarkan struktur atom yang terdiri atas
sejumlah elektron mengelilingi inti atom. Pembahasan pertama-tama dilakukan pada atom
hidrogen. Fungsi gelombang elektron yang disebut orbital diperoleh dengan menyelesaikan
persamaan Schrödinger dalam koordinat bola atomik yang melibatkan bagian radial dan bagian
sudut. Selanjutnya hasil tersebut diterapkan untuk menggambarkan struktur atom banyak elektron.
Pembahasan ini penting untuk memahami hubungan struktur dengan reaktivitas atom yang memiliki
penerapan sangat luas dalam ilmu kimia.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai: dapat menentukan struktur dan spektra atom hidrogen.

6.1 Persamaan Schrödinger bagi atom hidrogen

Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana. Atom hidrogen tersusun atas satu elektron 𝑒 dan
ion penentu nomor atom 𝑍 yang disebut inti atom. Atom-atom yang termasuk dalam kelompok
atom hidrogen adalah H, He+ , Li2+, Cl16+ , U91+ , dan lain-lain.

Elektron dari atom hidrogen berinteraksi dengan inti menggunakan energi potensial Coulomb,

𝑍𝑒 2
𝑉=− (6.1)
4𝜋𝜀0 𝑟

Pada persamaan ini, 𝑟 adalah jarak elektron dari inti atom dan 𝜀0 adalah permitivitas ruang hampa
8,854187817620... × 10−12 C2N−1m−2.

Persamaan berikut menunjukkan bentuk hamiltonian untuk elektron bermassa 𝑚𝑒 dan inti atom
bermassa 𝑚𝑁 ,

̂ = 𝑇̂𝑒 + 𝑇̂𝑁 + 𝑉̂
𝐻 (6.2a)

ℏ2 ℏ2
̂=−
𝐻 ∇2𝑒 + − ∇2𝑁 + 𝑉̂ (6.2b)
2𝑚𝑒 2𝑚𝑁

Notasi 𝑇𝑒 dan 𝑇𝑁 menandai energi kinetik elektron dan energi kinetik inti atom. Subskrip pada ∇2𝑒
dan ∇2𝑁 menunjukkan perbedaan di antara koordinat elektron dan koordinat inti.
Persamaan Schrödinger berdasarkan operator Hamiltonian (6.2b) dapat diuraikan menjadi dua jenis
persamaan. Yang pertama merupakan persamaan bagi gerak eksternal atom secara menyeluruh
dalam ruang dan yang kedua merupakan gerak internal atom melalui gerak elektron relatif terhadap
inti atom. Berikut ini merupakan persamaan Schrödinger untuk gerak internal elektron relatif
terhadap inti atom.

ℏ2
− ∇2 𝜓 + 𝑉̂𝜓 = 𝐸𝜓 (6.3a)
2𝜇

atau

ℏ2 𝑍𝑒 2
− ∇2 𝜓 − 𝜓 = 𝐸𝜓 (6.3b)
2𝜇 4𝜋𝜀0 𝑟

Kuantitas μ disebut massa tereduksi,


1 1 1
= + (6.4a)
𝜇 𝑚𝑒 𝑚𝑁

atau
𝑚𝑒 ×𝑚𝑁
𝜇= (6.4b)
𝑚𝑒 +𝑚𝑁

Massa tereduksi sangat mirip dengan massa elektron. Karena itu, dalam semua pekerjaan kecuali
yang paling tepat, massa tereduksi dapat digantikan dengan massa elektron.

Persamaan Schrödinger (6.3b) dapat ditulis dengan notasi lebih panjang dalam tiga dimensi
koordinat Kartesian,

ℏ2 𝜕2 𝜕2 𝜕2 𝑍𝑒 2
− ( 2
+ 2
+ 2
) 𝜓(𝑥, 𝑦, 𝑧) − 𝜓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝐸𝜓(𝑥, 𝑦, 𝑧) (6.5)
2𝜇 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 4𝜋𝜀0 𝑟

Karena energi potensial adalah sentrosimetrik maka Hamiltonian harus dikonversi dari koordinat
Kartesian menjadi koordinat bola,

Gambar 6.1 konversi koordinat Kartesian menjadi koordinat bola/sferik

Batas-batas konversi adalah 0 ≤ 𝑟 ≤ ∞, 0 ≤ 𝜃 ≤ 𝜋, dan 0 ≤ 𝜙 ≤ 2𝜋. Berikut adalah hasil konversi


Hamiltonian dari koordinat Kartesian ke dalam koordinat bola/sferik,
ℏ2 𝜕 𝜕 1 𝜕 𝜕 1 𝜕2 𝑍𝑒 2
̂=−
𝐻 [ (𝑟 2 )+ (sin 𝜃 )+ ( )] − (6.6)
2𝜇𝑟 2 𝜕𝑟 𝜕𝑟 sin 𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝜃 sin2 𝜃 𝜕𝜙2 4𝜋𝜀0 𝑟

Berdasarkan persamaan ini maka dapat dituliskan secara lengkap persamaan Schrödinger bagi gerak
internal elektron relatif terhadap inti atom dalam koordinat bola/sferik,

ℏ2 𝜕 𝜕𝜓 1 𝜕 𝜕𝜓 1 𝜕2𝜓 𝑍𝑒 2
− [ (𝑟 2 )+ (sin 𝜃 )+ ( )] − 𝜓 = 𝐸𝜓 (6.7)
2𝜇𝑟 2 𝜕𝑟 𝜕𝑟 sin 𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝜃 sin2 𝜃 𝜕𝜙2 4𝜋𝜀0 𝑟

Fungsi gelombangpun dikonversi dari fungsi koordinat (𝑥, 𝑦, 𝑧) menjadi fungsi jarak dan sudut
(𝑟, 𝜃, 𝜙). Selanjutnya fungsi gelombang dapat dipisahkan menjadi komponen radial dan sudut,

𝜓(𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅(𝑟)Θ(𝜃)Φ(𝜙) (6.8)

Berdasarkan hal ini maka persamaan Schrödinger dapat dipisahkan menjadi dua bagian. Satu
persamaan untuk menghasilkan solusi fungsi gelombang sudut 𝑌(𝜃, 𝜙) dan persamaan yang lain
untuk menghasilkan solusi fungsi gelombang radial 𝑅(𝑟),

Λ2 Y(𝜃, 𝜙) = −𝑙(𝑙 + 1)Y(𝜃, 𝜙) (6.9a)

ℏ2 𝑑 2 𝑢
− + 𝑉𝑒𝑓𝑓 𝑢 = 𝐸𝑢 (6.9b)
2𝜇 𝑑𝑟 2

Pada persamaan ini 𝑢 merupakan koreksi jarak 𝑟 pada fungsi gelombang radial 𝑅,

𝑢 = 𝑟𝑅 (6.10)

Persamaan (6.9a) sama dengan persamaan Schrödinger bagi partikel yang mengelilingi titik pusat. Ini
telah dibahas pada bagian kuantum rotasi. Solusinya adalah harmonik sferis yang ditentukan oleh
bilangan kuantum 𝑙 dan 𝑚𝑙 . Persamaan (6.9b) disebut persamaan gelombang radial. Persamaan
yang menggambarkan gerakan partikel bermassa 𝜇 pada lokasi 0 ≤ 𝑟 ≤ ∞ yang memiliki energi
potensial efektif sebagai kombinasi dari energi potensial akibat gaya Coulomb dan gaya sentrifugal,

𝑍𝑒 2 𝑙(𝑙+1)ℏ2
𝑉𝑒𝑓𝑓 = − + (6.11)
4𝜋𝜀0 𝑟 2𝜇𝑟 2

6.2 Fungsi gelombang radial

Bagian pertama potensial efektif pada persamaan (6.11) merupakan sumbangan energi potensial
Coulomb dari elektron dalam medan inti atom. Bagian kedua berasal dari gaya sentrifugal yang
muncul dari momentum sudut elektron yang mengelilingi inti atom. Substitusi persamaan (6.11)
dalam persamaan (6.9b) menghasilkan bagian persamaan Schrödinger yang digunakan untuk
menghasilkan solusi fungsi gelombang radial,

ℏ2 𝑑 2 𝑢 𝑍𝑒 2 𝑙(𝑙+1)ℏ2
− 2 −(
− ) 𝑢 = 𝐸𝑢 (6.12)
2𝜇 𝑑𝑟 4𝜋𝜀0 𝑟 2𝜇𝑟 2

Elektron tidak memiliki momentum sudut bila 𝑙 = 0. Energi potensial efektif murni bersifat
Coulombik dan menarik pada semua jari-jari seperti ditunjukkan gambar 6.2 berikut ini.
Gambar 6.2 𝐕𝐞𝐟𝐟 pada 𝑙 = 𝟎

Bagian sentrifugal memberi kontribusi positif, yaitu menolak, terhadap energi potensial efektif bila
𝑙 ≠ 0. Saat elektron dekat dengan inti atom, 𝑟 ≈ 0, tolakannya sebanding dengan 1⁄𝑟 2. Tolakan
tersebut mengalahkan tarikan Coulombik yang sebanding dengan 1⁄𝑟. Yang terjadi kemudian adalah
tolakan efektif terhadap elektron dari inti atom seperti ditunjukkan melalui gambar 6.3.

Gambar 6.3 𝐕𝐞𝐟𝐟 pada 𝑙 ≠ 𝟎

Kedua energi potensial efektif tersebut, yang dari 𝑙 = 0 dan 𝑙 ≠ 0, sangat berbeda saat dekat
dengan inti atom. Keduanya sama pada saat berjarak jauh dari inti. Hal ini dapat dilihat pada gambar
6.4 yang merupakan gabungan dari gambar 6.2 dan 6.3. Ini terjadi karena kontribusi sentrifugal
cenderung lebih cepat menjadi nol daripada kontribusi Coulombik.

Gambar 6.4 𝐕𝐞𝐟𝐟 pada 𝑙 = 𝟎 dan 𝑙 ≠ 𝟎


Pada saat 𝑟 sangat kecil yaitu pada saat elektron dekat dengan inti atom, 𝑢 = 𝑟𝑅 ≈ 0, maka sisi
kanan persamaan (6.9b) menjadi sama dengan nol.

ℏ2 𝑑 2 𝑢
− + 𝑉𝑒𝑓𝑓 𝑢 ≈ 0 (6.13)
2𝜇 𝑑𝑟 2

Energi potensial efektif dari kontribusi bagian Coulombik diabaikan pada saat elektron dekat dengan
inti atom. Energi potensial efektif didominasi oleh bagian sentrifugal,

𝑙(𝑙+1)ℏ2
𝑉𝑒𝑓𝑓 = (6.14)
2𝜇𝑟 2

Kombinasi persamaan (6.14) dan persamaan (6.13) ini menghasilkan persamaan bagi elektron yang
sangat dekat dengan inti atom yaitu pada saat 𝑟 ≈ 0,

𝑑2 𝑢 𝑙(𝑙+1)
− + ≈0 (6.15)
𝑑𝑟 2 𝑟2

Berikut merupakan solusi dari persamaan bagi elektron yang sangat dekat dengan inti atom,
𝐵
𝑢 ≈ 𝐴𝑟 𝑙+1 + (6.16)
𝑟𝑙

Telah diketahui dari persamaan (6.10) bahwa 𝑅 = 𝑢⁄𝑟 . Fungsi gelombang radial ini dimana-mana
harus bernilai tertentu, khususnya pada 𝑟 = 0. Dengan menetapkan 𝐵 = 0 maka diperoleh

𝑅 = 𝐴𝑟 𝑙 (6.17)

Elektron yang Jauh dari inti atom mempunyai 𝑟 yang sangat besar. Energi potensial efektif diabaikan
dari persamaan (6.9b) pada keadaan ini.

ℏ2 𝑑 2 𝑢
− ≃ 𝐸𝑢 (6.18)
2𝜇 𝑑𝑟 2

Tanda ≃ berarti 'secara asimtotik sama dengan'. Ini berarti nilainya menjadi sama bila 𝑟 menjadi tak
hingga.

Dengan menggunakan persamaan (6.10) maka bagian turunan kedua di sisi kiri persamaan (6.18)
menjadi sebagai berikut,

𝑑2 𝑢 𝑑2 𝑅
=𝑟 (6.19)
𝑑𝑟 2 𝑑𝑟 2

Substitusi persamaan ini dalam persamaan (6.18) menghasilkan persamaan bagi elektron pada jarak
yang sangat besar yaitu pada jarak 𝑟 ≈ ∞,

ℏ2 𝑑 2 𝑅
− ≃ 𝐸𝑅 (6.20)
2𝜇 𝑑𝑟 2

Berikut adalah solusi yang dapat diterima bagi persamaan ini,

2 )1/2 𝑟
𝑅 = 𝑒 −(2𝜇|𝐸 |⁄ℏ (6.21)
Fungsi gelombang ini meluruh secara eksponensial menuju nol terhadap kenaikan jarak 𝑟.

Persamaan berikut menunjukkan tingkat energi yang diizinkan dalam solusi dari bagian persamaan
Schrödinger yang berkaitan dengan fungsi radial (6.12),

𝑍 2 𝜇𝑒 4
𝐸𝑛 = (6.22)
32𝜋2 𝜀02 ℏ2 𝑛2

Notasi n merupakan bilangan kuantum yang merupakan bilangan bulat positif.

𝑛 = 1, 2, 3, …. (6.23)

Fungsi gelombang radial sebagai solusi bagian persamaan Schrödinger tersebut bergantung pada
nilai 𝑛 dan 𝑙,

𝑑 2𝑙+1 𝑑 𝑛+1
𝑅𝑛,𝑙 (𝑟) = 𝑒 −𝜌⁄2 𝜌𝑙 2𝑙+1 𝑒
𝜌
(𝜌𝑛+1 𝑒 −(𝑛+1) ) (6.24)
𝑑𝜌 𝑑𝜌𝑛+1

Fungsi gelombang radial tidak bergantung pada 𝑚𝑙 karena bilangan kuantum magnetik tersebut
tidak muncul dalam persamaannya. Fungsi gelombang ini terdiri atas tiga faktor, yaitu: faktor
peluruhan yang merupakan eksponensial dalam 𝑟, faktor 𝑟 𝑙 , dan faktor polinomial dalam 𝑟.
Kebergantungan terhadap jarak 𝑟 dapat dirunut dari definisi besaran tidak berdimensi 𝜌 (rho),
2𝑍𝑟
𝜌= (6.25)
𝑛𝑎0

Pada persamaan ini 𝑎0 menandai jari-jari Bohr,

4𝜋𝜀0 ℏ2
𝑎0 = (6.26)
𝑚𝑒 𝑒 2

Jari-jari Bohr yang menunjukkan jarak orbit elektron yang berenergi paling rendah tersebut
mempunyai nilai 𝑎0 = 52,9 pm.

Fungsi gelombang radial bagi elektron yang bergantung pada bilangan kuantum utama 𝑛 dan
bilangan kuantum azimut 𝑙 pada persamaan (6.24) merupakan fungsi real yang dapat ditulis dengan
lebih sederhana berkaitan dengan tiga faktor penyusunnya,
−𝜌 ⁄2
𝑅𝑛,𝑙 (𝑟) = 𝑁𝑛,𝑙 𝜌𝑙 𝐿2𝑙+1
𝑛+1 (𝜌)𝑒 (6.27)

Penulisan ini telah menggunakan fungsi gelombang radial yang ternormalisasi. Faktor normalisasi
dari fungsi gelombang tersebut ditunjukkan dengan notasi 𝑁𝑛,𝑙 . Beberapa fungsi gelombang radial
untuk atom hidrogen dapat dilihat pada tabel 6.1. Notasi 𝐿2𝑙+1
𝑛+1 (𝜌) menandai polinomial Laguerre
yang merupakan faktor polinomial dalam 𝑟 yang menghubungkan solusi untuk 𝑟 ≈ 0 yang berada di
sebelah kirinya dengan fungsi peluruhan eksponensial yang berada di sebelah kanannya.

Table 6.1 Beberapa fungsi gelombang radial atom hidrogen


Penggambaran dari beberapa fungsi gelombang radial yang rumusannya tercantum dalam tabel 6.1
di atas adalah sebagai berikut.

Gambar 6.5 beberapa keadaan fungsi gelombang radial atom hidrogen

Beberapa gambar ini seolah menunjukkan bahwa kudrat fungsi gelombang sebagai kerapatan
elektron sangat tinggi pada inti atom, padahal seharusnya tidak ada. Hal ini dapat diselesaikan
dengan mengadopsi bentuk fungsi radial terkoreksi 𝑟 pada persamaan (6.10) sebagai dasar penghasil
kerapatan elektron sehingga fungsi gelombang yang memiliki faktor normalisasi 𝑁𝑛,𝑙 memberi
keyakinan ternormalisasi menjadi 1,

∫0 𝑅𝑛,𝑙 (𝑟)2 𝑟 2𝑑𝑟 = 1 (6.28)

Faktor 𝑟 2 sebagai koreksi ini berasal dari elemen volume dalam koordinat bola. Dengan demikian
kerapatan fungsi gelombang radial 𝑃(𝑟),

𝑃(𝑟) = 𝑅𝑛,𝑙 (𝑟)2 𝑟 2, (6.29)

kalau digrafikkan terhadap jarak 𝑟 menghasilkan gambaran sebagai berikut.

Gambar 6.6 beberapa kerapatan 𝐏(𝐫) yang digrafikkan terhadap jarak 𝐫

Grafik kerapatan terhadap jarak ini memberi keyakinan bahwa tidak ada elektron berada pada inti
atom. Kerapatan-kerapatan elektron terbesar yang ditunjukkan dengan puncak-puncak kerapatan
berada pada jarak-jarak tertentu dari inti atom. Hal ini juga dapat ditafsirkan dari ketiga faktor
penyusun persamaan (6.27), yaitu:

a. Faktor eksponensial 𝑒 −𝜌⁄2 memastikan bahwa fungsi gelombang mendekati nol saat sangat
jauh dari Inti atom.
b. Faktor 𝜌𝑙 memastikan bahwa fungsi gelombang lenyap pada inti atom.
c. Polinomial Laguerre 𝐿2𝑙+1
𝑛+1 (𝜌) merupakan suatu fungsi yang secara umum berosilasi dari
nilai positif menuju nilai negatif dan memperhitungkan adanya nodus radial.

Latihan soal:
Hitunglah rapat kebolehjadian elektron dengan 𝑛 = 1, 𝑙 = 0, dan 𝑚𝑙 = 0 berada pada inti atom 11H.

Jawab:
Evaluasi fungsi gelombang 𝜓 dilakukan pada 𝑟 = 0,
⁄2 ⁄2
𝑍 3 1 1
𝜓1,0,0(0, 𝜃, 𝜙) = 𝑅1,0 (0)𝑌0,0 (𝜃, 𝜙) = 2 ( ) ( )
𝑎0 4𝜋
Rapat kebolehjadian elektron pada inti menjadi
𝑍3
𝜓1,0,0(0, 𝜃, 𝜙)2 = = 2,15 × 10−6 pm-3
𝜋𝑎03
Latihan soal mandiri:
Evaluasi rapat kebolehjadian elektron dengan 𝑛 = 2, 𝑙 = 0, dan 𝑚𝑙 = 0 berada pada inti atom 11H.

6.3 Orbital-orbital atom

Orbital atom adalah fungsi gelombang satu elektron untuk elektron dalam sebuah atom. Setiap
orbital atom hidrogen ditentukan dengan tiga bilangan kuantum, yaitu 𝑛, 𝑙, dan 𝑚𝑙 . Elektron yang
digambarkan dengan suatu fungsi gelombang dikatakan 'menempati' orbital. Elektron dikatakan
berada dalam keadaan |𝑛, 𝑙, 𝑚𝑙 ⟩. Sebagai contoh elektron yang digambarkan dengan fungsi
gelombang 𝜓1,0,0 dan pada keadaan |1, 0,0⟩ dikatakan 'menempati' orbital dengan 𝑛 = 1, 𝑙 = 0, dan
𝑚𝑙 = 0.

6.3.1 Spesifikasi dari orbital-orbital

Bilangan kuantum 𝑛 disebut bilangan kuantum utama. Nilainya merupakan bilangan bulat positif
seperti ditunjukkan persamaan (6.23). Bilangan kuantum tersebut menentukan energi dari elektron.
Energi setiap elektron dalam suatu orbital dengan bilangan kuantum 𝑛 ditentukan dengan
persamaan (6.22)

Bilangan kuantum 𝑙 dan 𝑚𝑙 yang berasal dari solusi sudut menentukan momentum sudut elektron
yang mengelilingi inti atom. Bilangan kuantum 𝑙 disebut bilangan kuantum azimut. Suatu elektron
yang mempunyai bilangan kuantum azimut 𝑙 dalam suatu orbital mempunyai momentum sudut
sebesar {𝑙(𝑙 + 1)}1⁄2 ℏ dengan 𝑙 = 0, 1, 2, … , 𝑛 − 1.

Bilangan kuantum 𝑚𝑙 disebut sebagai bilangan kuantum magnetik. Suatu elektron dalam orbital
dengan bilangan kuantum magnetik 𝑚𝑙 memiliki komponen 𝑧 momentum sudut 𝑚𝑙 ℏ. Nilai dari
bilangan kuantum magnetik adalah 𝑚𝑙 = 0, ± 1, ± 2,. . . , ± 𝑙.

Perhatikan bahwa nilai dari bilangan kuantum utama n menentukan nilai maksimum bilangan
kuantum azimut 𝑙. Nilai bilangan kuantum 𝑙 mengendalikan kisaran nilai dari bilangan kuantum
magnetik 𝑚𝑙 .

Keadaan elektron dalam atom hidrogen secara lengkap ditentukan di samping oleh keadaan orbital
yang ditempati juga ditentukan oleh keadaan spinnya. Telah dibahas pada kuantum rotasi bahwa
suatu elektron memiliki momentum sudut intrinsik yang digambarkan oleh dua bilangan kuantum 𝑠
dan 𝑚𝑠 . Penentuan nilai 𝑠 tidak menjadi masalah karena hanya berkaitn dengan keberadaan
elektron. Yang perlu diperhatikan adalah nilai dari 𝑚𝑠 yang harus mempertimbangkan notasi positif
atau negatif sesuai keadaan elektron dalam atom hidrogen. Dengan demikian, dibutuhkan empat
nilai bilangan kuantum untuk menentukan keadaan suatu elektron dalam atom hidrogen, yaitu: 𝑛, 𝑙,
𝑚𝑙 , dan 𝑚𝑠 .

6.3.2 Tingkat-tingkat energi

Tingkat-tingkat energi yang diprediksi dengan persamaan (6.22) diilustrasikan pada gambar 6.7.
Energi pada masing-masing tingkat energi sebanding dengan 𝑍 2.
Gambar 6.7 tingkat energi atom hidrogen

Perbedaan energi di antara tingkat-tingkat energi yang bertetangga juga sebanding dengan 𝑍 2,

𝑍 2 𝜇𝑒 4 1 1
𝐸𝑛+1 − 𝐸𝑛 = [ − ] (6.30)
32𝜋2 𝜀02 ℏ2 (𝑛+1)2 𝑛2

Sebagai contoh, perbedaan energi antara tingkat-tingkat energi pada He+ (𝑍 = 2) empat kali lebih
lebar daripada perbedaan energi antara tingkat-tingkat energi pada H (𝑍 = 1 ).

Persamaan (6.22) menghasilkan energi negatif. Ini merujuk pada keadaan terikat dari suatu atom.
Keadaan energi atom yang lebih rendah daripada keadaan elektron stasioner dan inti yang berjarak
jauh tak hingga yang dirujuk sebagai energi nol energi. Hasil tersebut konsisten dengan spektrum
atom hidrogen yang ditunjukkan dengan gambar 6.8 sebagai hasil spektroskopi yang telah
dirumuskan dalam bentuk persamaan atas bantuan seorang ahli fisika Swedia yang bernama
Johannes Rydberg,
1 1
𝜈 = 𝑅H [ − ] (6.31)
𝑛21 𝑛22

𝑅H menandai konstanta Rydberg yang bernilai 109677 cm−1 dan 𝜈 menandai bilangan gelombang.

Gambar 6.8 spektrum atom hidrogen


Pada pembahasan bagian pertama buku ini tentang pengantar kimia kuantum telah diketahui besarnya tetapan
Rydberg,

𝜇𝑒 4
𝑅H = (6.32)
8𝜀02 ℎ 3𝑐

Persamaan energi (6.22) kemudian dapat disederhanakan dengan menerapkan tetapan Rydberg ini,
𝑅H ℎ𝑐
𝐸𝑛 = (6.33)
𝑛2

Hasil ini sesuai dengan penjelasan Bohr tentang orbit stasioner atom hidrogen yang telah dibahas
pada bagian pengantar kimia kuantum. Dengan mengacu pada hal ini maka perbedaan energi antara
tingkat-tingkat energi atom hidrogen yang ditunjukkan persamaan (6.30) dapat ditulis dengan
formulasi yang lain,

1 1
𝐸𝑛+1 − 𝐸𝑛 = 𝑅H ℎ𝑐 [ − (𝑛+1)2 ] (6.33)
𝑛2

Penulisan ini berdasarkan pertimbangan bahwa energi yang diperoleh dari persamaan (6.22) selalu
bernilai negatif.

6.3.3 Energi ionisasi

Energi ionisasi yang disimbolkan dengan 𝐼 adalah energi minimum yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari keadaan dasar yang merupakan keadaan dengan energi terendah dari
atom suatu unsur dalam fase gas. Sebagai contoh adalah hidrogen. Atom unsur hidrogen
mempunyai keadaan dasar 𝑛 = 1 dengan energi 𝐸1 = −𝑅H ℎ𝑐. Atom unsur hidrogen terionisasi pada
saat elektron tereksitasi ke keadaan 𝑛 = ∞ seperti diilustrasikan pada gambar 6.7. Berdasarkan
uraian tersebut dapat diketahui nilai energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron yang juga
disebut sebagai energi ionisasi,

𝐼 = 𝑅H ℎ𝑐 (6.34)

Perhitungan terhadap atom unsur hidrogen menghasilkan nilai energi ionisasi hidrogen sama dengan
2.179 atto Joule atau 2.179 aJ yang sebanding dengan 13,60 eV. Dalam hal ini, Atto berarti 10-18.

Latihan soal:
Tentukanlah energi ionisasi dari atom hidrogen yang mempunyai spektrum emisi menunjukkan garis
pada 82259, 97492, 102824, 105292, 106632, dan 107440 cm-1.

Jawab:
Plot 1⁄𝑛 2 menghasilkan gradien 109679 cm-1 sebagai tetapan Rydberg sehingga energi ionisasi sama
dengan 2.1788 aJ atau 1312,1 kJ mol-1.

Latihan soal mandiri:


Tentukan energi ionisasi deuterium yang menghasilkan garis-garis spektra pada 15238, 20571,
23039, dan 24380 cm-1.

6.3.4 Kulit dan subkulit


Satu bilangan kuantum 𝑛 merujuk pada satu tingkat energi yang disebut sebagai kulit atom yang
ditandai dengan huruf kapital mulai dari K dan seterusnya,

(6.35)

Sebagai contoh untuk 𝑛 = 1, semua orbital yang mempunyai 𝑛 tersebut berada pada kulit K suatu
atom. Semua orbital yang mempunyai 𝑛 = 2 sebagai contoh yang lain, berada pada kulit L.

Orbital dengan nilai n yang sama tetapi nilai 𝑙 berbeda membentuk sub-tingkat energi tertentu yang
disebut sebagai subkulit. Nama dari setiap subkulit ini umumnya ditulis dengan huruf kecil,

(6.36)

Huruf selanjutnya ditulis secara alfabetis. Kedudukan kulit 𝑛 dan subkulit 𝑙 diilustrasikan pada
gambar 6.9. Ilustrasi yang menggambarkan tingkat-tingkat energi dalam atom hidrogen.

Gambar 6.9 kulit dan subkulit pada tingkat-tingkat energi atom hidrogen

Nilai subkulit 𝑙 berkisar dari 0 sampai 𝑛 – 1. Jumlah subkulit 𝑙 karenanya menjadi sama dengan nilai
dari kulit 𝑛. Sebagai contoh bilangan kuantum utama yang bernilai 𝑛 = 1 mempunyai satu subkulit
bernilai 𝑙 = 0 yang disebut subkulit 1s. Bilangan kuantum utama yang bernilai 𝑛 = 2 sebagai contoh
yang lain mempunyai dua subkulit, yang bernilai 𝑙 = 0 disebut subkulit 2s (dengan l = 0) dan yang
bernilai 𝑙 = 1 disebut subkulit 2p.

Bilangan kuantum utama 𝑛 menjadi pengontrol dari jumlah orbital dalam kulit atom. Contohnya
adalah bilangan kuantum utama 𝑛 = 1 yang ditandai dengan kulit K hanya memiliki subkulit 𝑙 = 0
yang dinamai subkulit 1s hanya tersusun dari satu orbital 𝑚𝑙 = 0. Bilangan kuantum utama 𝑛 = 2
yang ditandai dengan kulit L memiliki subkulit 𝑙 = 0 yang dinamai subkulit 2s hanya tersusun dari
satu orbital 𝑚𝑙 = 0 serta subkulit 𝑙 = 1 yang dinamai subkulit 2p yang tersusun dari tiga orbital
𝑚𝑙 = −1, 𝑚𝑙 = 0, dan 𝑚𝑙 = +1. Jumlah total orbital dalam kulit tersebut sama dengan 4.
Berdasarkan keteraturan tersebut maka jumlah orbital dalam setiap kulit dirumuskan sebagai,

Jumlah orbital pada suatu kulit = 𝑛 2 (6.37)


Pada tabel 6.2 dirangkumkan jumlah orbital dalam masing-masing 3 bilangan kuantum utama yang
pertama.

Table 6.2 Jumlah Orbital dalam msing-masing kulit atom hidrogen

6.3.5 Orbital s

Orbital atom hidrogen yang berada pada keadaan dasar atau groundstate adalah orbital yang berada
pada kulit K dengan tingkat energi 𝑛 = 1. Orbital yang berada pada subkulit 1s tersebut mempunyai
bilangan kuantum azimut 𝑙 = 0 dan bilangan kuantum magnetik 𝑚𝑙 . Bahasan kuantum rotasi
menunjukkan bahwa fungsi gelombang harmonik sferik 𝑌0,0 = 1⁄(2𝜋)1⁄2. Berdasarkan data-data
tersebut dapat dituliskan bentuk fungsi gelombang dari orbital 1s tersebut,
1
𝜓= 1 ⁄2 𝑒 −𝑟⁄𝑎0 (6.38)
(𝜋𝑎03 )

Fungsi gelombang ini tidak bergantung pada sudut. Nilainya sama pada semua titik dari jari-jari yang
konstan. Ini menyebabkan orbital 1s mempunyai bentuk seperti bola yang simetris seperti
ditunjukkan melalui gambar 6.10.

Gambar 6.10 orbital 1s atom hidrogen

Fungsi gelombang kalau dikuadratkan, |𝜓|2, menghasilkan rapat kebolehjadian menemukan


elektron,

|𝜓|2 ∝ 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 (6.39)

Kebergantungan rapat kebolehjadian terhadap jarak 𝑟 digrafikkan pada gambar 6.11. Rapat
kebolehjadian menemukan elektron ternyata menurun secara eksponensial terhadap jarak 𝑟.
Nilainya menuju nol pada jarak yang sangat jauh dari inti atom.
Gambar 6.11 rapat kebolehjadian elektron dalam orbital 1s atom hidrogen

Rapat kebolehjadian terbesar menemukan elektron ternyata tampak pada inti atom. Adapun jari-jari
rata-rata orbital 1s dari atom hidrogen dapat dihitung dengan cara sebagai berikut,

〈𝑟〉 = ∫ 𝜓 ∗ 𝑟 𝜓𝑑𝜏 = ∫ 𝑟 |𝜓|2 𝑑𝜏 (6.40)

Notasi 𝑑𝜏 dalam persamaan ini menandai elemen volume,

𝑑𝜏 = 𝑟 2 𝑑𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 (6.41)

Fungsi sudut dari fungsi gelombang harus memenuhi syarat normalisasi,


𝜋 2𝜋 2
∫0 ∫0 |𝑌𝑙,𝑚𝑙 | sin 𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 = 1 (6.42)

Hasil normalisasi fungsi sudut dapat digunakan untuk menyederhanakan bentuk persamaan (6.38),
∞ 2𝜋 2𝜋 2 2∞
〈𝑟〉 = ∫0 ∫0 ∫0 𝑟𝑅𝑛,𝑙 |𝑌𝑙,𝑚𝑙 | 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 = ∫0 𝑟 3 𝑅𝑛,𝑙 𝑑𝑟 (6.43)

Persamaan ini berlaku secara umum untuk memprediksi jarak kerapatan orbital dari inti atom
hidrogen.

Latihan soal:
Tentukan prediksi jari-jari untuk menemukan elektron dalam orbital 1s.

Jawab:
Dengan menggunakan fungsi gelombang radial pada tabel 6.1 dapat dievaluasi prediksi jari-jari
untuk menemukan elektron bagi orbital 1s,

4𝑍 3 ∞ 3𝑎0
〈𝑟〉 =
𝑎03
∫0 𝑟 3 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 𝑑𝑟 = 2𝑍

Latihan soal mandiri:


Tentukan jari-jari dari orbital 3s (jawabannya 27𝑎0 ⁄2𝑍)

Semua orbital s adalah bola simetris, namun berbeda dalam jumlah nodus radial atau jumlah titik nol
keberadaan elektron secara radial. Orbital 1s, 2s, dan 3s masing-masing memiliki 0, 1, dan 2 nodus
radial seperti ditunjukkan pada gambar 6.6 yang disederhanakan menjadi gambar 6.12 untuk
memperlihatkan secara tegas orbital s.
Gambar 6.12 Kerapatan elektron 𝐏(𝐫) yang digrafikkan terhadap jarak 𝐫 dari orbital s

Ketiga orbital s yang pertama seperti 1s, 2s, dan 3s yang digambarkan di atas, diilustrasikan dalam
dua dimensi pada gambar 6.13. Dengan demikian, orbital 𝑛s secara umum mempunyai 𝑛-1 nodus
radial.

Gambar 6.13 Nodus pada orbital 1s, 2s, dan 3s dalam 3 dimensi

Latihan soal mandiri:


Tentukan satu simpul nodus radial 2s dengan memakai faktor polinomial sama dengan nol dan
tentukan juga dua simpul nodus radial dari orbital 3s.

Jawab:
2𝑎0 ⁄𝑍 serta 1,90𝑎0⁄𝑍 dan 7,10𝑎0 ⁄𝑍

6.3.6 Fungsi distribusi radial

Kuadrat fungsi gelombang |𝜓|2 menunjukkan rapat kebolehjadian menemukan elektron. Untuk
mengetahui kebolehjadian menemukan elektron pada elemen volume dτ maka digunakan ungkapan
|𝜓|2 𝑑𝜏. Persamaan (6.39) menunjukkan bahwa kerapatan elektron membesar mendekati inti atom
hidrogen dan penyelesaian (6.43) menunjukkan bahwa dalam inti atom tidak ada elektron.
Kerapatan elektron keadaan dasar atom hidrogen menurun secara eksponensial dengan peningkatan
jari-jari atom, namun tetap konstan dalam lingkaran berjari-jari konstan seperti ditunjukkan pada
gambar 6.13.

Perhatikan volume total yang menjadi wadah menemukan elektron di antara dua dinding kulit atom
yang memiliki ketebalan 𝑑𝑟,

V = 4𝜋𝑟 2 𝑑𝑟 (6.44)

Kebolehjadian menemukan elektron dalam volume ini merupakan perkalian dari rapat kebolehjadian
menemukan elektron pada jari-jari 𝑟 yaitu 𝑃(𝑟) dikalikan dengan volume 4𝜋𝑟 2 𝑑𝑟,
𝑃(𝑟) = 4𝜋𝑟 2 𝜓2 (6.45)

Persamaan ini dievaluasi melalui evaluasi rapat kebolehjadian menemukan elektron pada jari-jari 𝑟
dengan bantuan persamaan (6.41),
𝜋 2𝜋 2
𝑃(𝑟)𝑑𝑟 = ∫0 ∫0 𝑅(𝑟)2 |𝑌𝑙,𝑚𝑙 | 𝑟 2 𝑑𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 (6.46)

Fungsi radial dan yang berkaitan dengan jari-jari 𝑟 menjadi tetapan pada evaluasi fungsi gelombang
yang bergantung sudut. Menggunakan bentuk normalisasi pada persamaan (6.42) menghasilkan
ungkapan lebih umum bagi persamaan (6.45) yang berlaku bagi orbital tidak bulat simetris tanpa
fungsi sudut dan hanya merupakan fungsi radial,

𝑃(𝑟) = 𝑟 2 𝑅(𝑟)2 (6.47)

Notasi 𝑅(𝑟) menandai fungsi gelombang radial untuk orbital yang dmaksudkan. Fungsi distribusi
radial 𝑃(𝑟) merupakan kebolehjadian menemukan elektron dalam elemen volum 𝑑𝑟 yaitu dalam
ruang di antara dua dinding kulit atom dengan ketebalan ketebalan 𝑑𝑟 pada jari-jari 𝑟.

Sebagai contoh penerapan (6.47) adalah kerapatan elektron dalam orbital 1s,

4𝑍 3 2 −2𝑍𝑟⁄𝑎
𝑃(𝑟) = 𝑟 𝑒 0 (6.47)
𝑎03

Persamaan ini menunjukkan bahwa tidak ada kerapatan elektron dalam inti atom karena pada saat
𝑟 = 0 kerapatan elektron 𝑃(𝑟) = 0. Bentuk eksponensial menunjukkan bahwa kerapatan elektron
pada jarak sangat jauh dari inti sama dengan nol kareya 𝑟 = ∞. Kombinasi bentuk 𝑟 2 dan bentuk
eksponensial 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 memberitahukan bahwa kerapatan elektron mencapai maksimum pada jarak
tertentu di antara inti atom dan kulit terluar atom seperti diilustrasikan dengan gambar 6.14.

Gambar 6.14 kerapatan elektron dalam orbital 1s

Kerapatan maksimum menandai jari-jari yang paling mungkin menemukan elektron. Untuk orbital 1s
dalam hidrogen kerapatan maksimum terjadi pada 𝑟 = 𝑎0 atau jari-jari Bohr. Perhitungan untuk
fungsi distribusi radial orbital 2s dalam hidrogen menghasilkan jari-jari 5,2 𝑎0 = 275 pm. Nilai yang
lebih besar ini mencerminkan perluasan atom saat energinya meningkat.

Hasil di atas mengoreksi pemahaman terhadap rapat kebolehjadian menemukan elektron yang
diilustrasikan pada gambar 6.11. Ilustrasi rapat kebolehjadian elektron sesuai dengan yang dihasilkan
persamaan (6.47) yang ditunjukkan dengan gambar 6.6. Rapat kebolehjadian menemukan elektron
sama dengan nol pada jarak 𝑟 ≈ 0 yang berarti tidak ada elektron dalam inti atom dan rapat
kebolehjadian menemukan elektron juga sama dengan nol pada jarak 𝑟 ≈ ∞ yang berarti pada jarak
yang sangat jauh dari inti atom yaitu di luar atom juga tidak ada elektron. Elektron berada pada
jarak-jarak tertentu dari inti atom sampai di kulit terluar atom.

Latihan soal:
Hitung jari-jari yang paling mungkin, 𝑟 ∗, menemukan elektron saat menempati orbital 1s dari atom
hidrogen yang mempunyai nomor atom 𝑍 dan tabulasikan nilainya untuk spesies satu elektron dari
atom H sampai Ne9+.

Jawab:
Kerapatan maksimum terjadi pada jarak titik balik, berarti:

𝑑𝑃(𝑟)
=0
𝑑𝑟

4𝑍 3 2𝑍𝑟 2 2 −2𝑍𝑟⁄𝑎
(2𝑟 − )𝑟 𝑒 0 = 0
𝑎03 𝑎0

𝑎0
𝑟∗ =
𝑍
Tabulasi hasil jarak paling mungkin:

Orbital 1s semakin tertarik ke arah inti atom bila muatan inti meningkat. Pada uranium radius yang
paling mungkin hanya 0,58 pm, hampir 100 kali lebih dekat dari pada hidrogen seperti ditunjukkan
pada gambar 6.15. Namun, perlu berhati-hati dalam mendapatkan hasil ini bagi atom-atom yang
sangat berat karena efek relativistik menjadi penting dan menyulitkan perhitungan.

Gambar 6.15 representasi jari-jari yang paling mungkin untuk menemukan elektron dalam orbital 1s

Latihan soal mandiri:


Tentukan jarak yang paling mungkin menemukan elektron dalam orbital 2s dari inti atom hidrogen.
Jawab:
⟦(3 + 51⁄2 )𝑎0 ⁄𝑍⟧

6.3.7 Orbital-orbital p

Bilangan kuantum utama kedua 𝑛 = 2 atau kulit K mempunyai bilangan kuantum azimut terbesar
𝑙 = 1 yang menghasilkan subkulit 2p. Subkulit ini tersusun atas 3 orbital. Ketiga orbital 2p dibedakan
oleh tiga nilai 𝑚𝑙 bagi 𝑙 = 1, yaitu: 𝑚𝑙 = −1, 𝑚𝑙 = 0, dan 𝑚𝑙 = 1. Bilangan kuantum magnetik 𝑚𝑙
menggambarkan momentum sudut orbital di sekitar suatu sumbu.

Perbedaan nilai 𝑚𝑙 menandai orbital-orbital dengan elektron yang memiliki momentum sudut
orbital berbeda di sekitar sumbu z sembarang tetapi mempunyai besaran momentum yang sama.
Hal ini terjadi karena 𝑙 sama untuk ketiga orbital tersebut. Sebagai contoh orbital dengan 𝑚𝑙 = 0.
Orbital tersebut mempunyai momentum sudut nol di sekitar sumbu z. Variasi sudut orbital tersebut
sebanding dengan cos 𝜃. Karenanya, rapat kebolehjadiannya sebanding dengan cos2 𝜃. Rapat
kebolehjadian ini memiliki nilai maksimum pada kedua sisi inti atom sepanjang sumbu 𝑧, yaitu pada
𝜃 = 0° dan 𝜃 = 180°.

Fungsi gelombang orbital 2p dengan 𝑚𝑙 = 0 adalah

1 𝑍 5⁄2
𝜓𝑝,0 = 1 ⁄2 ( ) 𝑟 cos 𝜃 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 (6.48)
4(2𝜋) 𝑎0

Semua bagian yang bergantung pada 𝑟 dapat didefinisikan sebagai 𝑓(𝑟),

1 𝑍 5⁄2
𝑓(𝑟) = ( ) 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 (6.49)
4(2𝜋)1⁄2 𝑎0

Dengan menggunakan hal ini dan konversi 𝑧 = 𝑟 cos 𝜃 dalam koordinat bola maka bentuk fungsi
gelombang pada persamaan (6.48) dapat disederhanakan,

𝜓𝑝𝑍 = 𝑧𝑓(𝑟) (6.50)

Karena berkaitan dengan orientasi pada sumbu 𝑧, maka selanjutnya fungsi gelombang 𝜓𝑝,0 disebut
sebagai fungsi gelombang 𝜓𝑝𝑍 .

Fungsi gelombang 𝜓𝑝𝑍 pada berbagai bagian bidang 𝑥𝑦 sama dengan nol karena harga 𝑧 = 0. Ini
berarti bahwa bidang 𝑥𝑦 merupakan bidang nodal orbital, yaitu bidang orbital yang kemungkinan
menemukan elektron sama dengan nol. Bentuk gelombang seperti ditunjukkan pada gambar 6.16
tersebut berubah dari satu sisi ke sisi lain setelah melewati bidang nodal 𝑥𝑦.

Fungsi gelombang orbital 2p dengan 𝑚𝑙 = ±1 memiliki bentuk sebagai berikut,

1 𝑍 5⁄2
𝜓𝑝,±1 = ∓ ( ) 𝑟 sin 𝜃 𝑒 ±𝑖𝜙 𝑒 −2𝑍𝑟⁄𝑎0 (6.51)
8𝜋1⁄2 𝑎0

Persamaan ini dapat disederhanakan dengan memanfaatkan definisi pada persamaan (6.49),
1
𝜓𝑝,±1 = ∓ 𝑟 sin 𝜃 𝑒 ±𝑖𝜙 𝑓(𝑟) (6.52)
2 1 ⁄2
Fungsi yang sesuai dengan momentum sudut tak nol di sekitar sumbu 𝑧 adalah 𝑒 ±𝑖𝜙 . Fungsi 𝑒 +𝑖𝜙
sesuai dengan rotasi searah jarum jam bila dilihat dari bawah. Sedangkan 𝑒 −𝑖𝜙 sesuai dengan rotasi
berlawanan arah jarum jam kalau dilihat dari sudut pandang yang sama. Kedua fungsi tersebut
mempunyai amplitudo nol pada 𝜃 = 0 dan 𝜃 = 180 ° sepanjang sumbu 𝑧. Keduanya mempunyai
amplitudo maksimum pada 𝜃 = 90° pada bidang 𝑥𝑦.

Fungsi gelombang biasanya digambarkan dengan gelombang berdiri. Refresentasi ini diperoleh
dengan cara melakukan kombinasi linier antara 𝜓𝑝,+1 dan 𝜓𝑝,−1 ,

1
𝜓𝑝𝑥 = − (𝜓𝑝,+1 − 𝜓𝑝,−1 ) = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜙 𝑓(𝑟) (6.53a)
2 1 ⁄2

1
𝜓𝑝𝑦 = (𝜓𝑝,+1 + 𝜓𝑝,−1 ) = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜙 𝑓(𝑟) (6.53b)
2 1 ⁄2

Penamaan 𝜓𝑝𝑥 berhubungan dengan orientasi orbital di sekitar sumbu 𝑥 dan penamaan 𝜓𝑝𝑦
berhubungan dengan orientasi orital di sekitar sumbu 𝑦. Masing-masing persamaan ini dapat
disederhanakan dengan menggunakan konversi 𝑥 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜙 dan 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜙 dalam
koordinat bola,

𝜓𝑝𝑥 = 𝑥𝑓(𝑟) (6.54a)

𝜓𝑝𝑦 = 𝑦𝑓(𝑟) (6.54b)

Kombinasi linear ini benar-benar merupakan gelombang berdiri tanpa momentum sudut orbital di
sekitar sumbu z. Keduanya merupakan superposisi dari keadaan dengan nilai 𝑚𝑙 yang sama tetapi
berlawanan tanda. Kedua orbital, 𝑝𝑥 dan 𝑝𝑦 , memiliki bentuk yang sama seperti orbital 𝑝𝑧 namun
memiliki arah masing-masing berbeda sepanjang sumbu seperti ditunjukkan pada gambar 6.16.
Orbital 𝑝𝑥 mengarah sepanjang sumbu 𝑥, orbital 𝑝𝑦 mengarah sepanjang sumbu 𝑦, dan orbital 𝑝𝑧
mengarah sepanjang sumbu 𝑧.

Gambar 6.16 orientasi ruang dari orbital 𝒑

Semua orbital 𝑝 yaitu 𝑝𝑥 , 𝑝𝑦 , dan 𝑝𝑧 memiliki fungsi gelombang yang berorientasi sudut, namun
𝑓(𝑟) bergantung pada nilai n. Fungsi gelombang orbital 𝑝 dari kulit tertentu dapat ditulis sebagai
suatu perkalian x, y, atau z dengan fungsi radial yang bergantung pada nilai n yang sama.

6.3.8 Orbital-orbital d

Bilangan kuantum utama 𝑛 = 3 yang menandai kulit ketiga dari atom hidrogen mempunyai tiga nilai
bilangan kuantum azimut yaitu 𝑙 = 0, 𝑙 = 1, dan 𝑙 = 2 yang menandai subkulit 3s, 3p, dan 3d.
Jumlah masing-masing orbital dari masing-masing subkulit dalam kulit ketiga atom hidrogen ini
adalah satu orbital 3s, tiga orbital 3p, dan lima orbital 3d. Jumlah 5 orbital dari subkulit 3d muncul
karena bilangan kuantum azimut 𝑙 = 2 mempunyai nilai bilangan kuantum magnetik 𝑚𝑙 =
−2, −1, 0, +1, +2. Hal ini sesuai dengan nilai yang berbeda dari komponen momentum sudut di
sekitar sumbu 𝑧.

Orbital 𝑑 dengan nilai bilangan kuantum azimut 𝑚𝑙 yang berlawanan mempunyai gerak berlawanan
di sekitar sumbu z. Orbital-orbital tersebut dapat dikombinasikan secara berpasangan untuk
menghasilkan gelombang berdiri,

𝜓𝑑𝑥𝑦 = 𝑥𝑦𝑓(𝑟) (6.55a)

𝜓𝑑𝑦𝑧 = 𝑦𝑧𝑓(𝑟) (6.55b)

𝜓𝑑𝑧𝑥 = 𝑧𝑥𝑓(𝑟) (6.55c)

𝜓𝑑𝑥2 −𝑦2 = (𝑥 2 − 𝑦 2 )𝑓(𝑟) (6.55d)

1
𝜓𝑑𝑧2 = √3 (3𝑧 2 − 𝑟 2 )𝑓(𝑟) (6.55e)
2

Bentuk orbital 𝑑 yang dihasilkan dari kombinasi-kombinasi tersebut ditunjukkan pada gambar 6.17.

Gambar 6.17 orientasi ruang dari orbital 𝟑𝒅

6.4 Spektra, transisi spektroskopi, dan aturan seleksi atom hidrogen


Perhatikan gambar 6.17 yang menunjukkan gas hidrogen dalam tabung pengawa muatan. Aliran
listrik menyebabkan molekul-molekul H2 terdisosiasi dan menghasilkan atom-atom H tereksitasi.

Gambar 6.18 Gas hidrogen yang berpendar


Hal ini menyebabkan tabung pengawa muatan yang berisi gas hidrogen berpendar dengan
memancarkan cahaya terang.

Frekwensi cahaya yang dipancarkan atom hidrogen bersifat diskrit. Ini dibuktikan dengan spektrum
cahaya atom hidrogen yang menghasilkan serangkaian garis yang dicatat oleh ahli spektroskopi
Swedia Johannes Rydberg membentuk suatu deret yang kemudian dikenal sebagai deret Rydberg
seperti dijelaskan pada bagian pengantar ke kimia kuantum.

Bilangan gelombang ṽ dari setiap garis spektra dapat ditulis sebagai selisih dua term (istilah) 𝑇.
Masing-masing berbentuk
𝑅𝐻
𝑇𝑛 = (6.56)
𝑛2

Prinsip kombinasi Ritz menyatakan bahwa bilangan gelombang dari setiap garis spektra atom
hidrogen maupun atom yang lain sama dengan besarnya perbedaan antara dua term,

ṽ = 𝑇1 − 𝑇2 (6.57)

Dengan kata lain, dua term 𝑇1 dan 𝑇2 digabungkan untuk menghasilkan garis spektrum dari bilangan
gelombang.

Setiap term spektroskopi mewakili energi sebesar ℎ𝑐𝑇. Berikut ini adalah perbedaan energi ketika
atom mengalami transisi di antara dua term,

∆𝐸 = ℎ𝑐𝑇1 − ℎ𝑐𝑇2 (6.58)

Berdasarkan persamaan ini maka kesesuaian dengan kondisi frekuensi Bohr dapat diungkapkan dari
frekuensi radiasi yang dipancarkan,

𝜈 = 𝑐𝑇1 − 𝑐𝑇2 (6.59)

Persamaan ini kembali menghasilkan persamaan bilangan gelombang yang sesuai dengan rumus Ritz
berdasarkan hubungan antara bilangan gelombang dan frekwensi,
1 𝜈
ṽ = = (6.60)
𝜆 𝐶

Prinsip kombinasi Ritz berlaku untuk semua jenis atom dan molekul. Prinsip ini memiliki bentuk
sederhana hanya untuk atom hidrogen, yaitu termnya (tetapan)⁄𝑛2 .

Pengamatan spektroskopi menunjukkan bahwa radiasi elektromagnetik yang diserap dan


dipancarkan oleh atom hanya memiliki bilangan gelombang tertentu. Ini berarti hanya keadaan
energi atom tertentu yang dibolehkan. Transisi spektroskopi dalam atom hidrogen diatur oleh aturan
seleksi yang berasal dari satuan momentum sudut dari suatu foton dan hukum kekekalan
momentum sudut.

Elektron yang bertransisi melalui perubahan keadaan dari orbital dengan bilangan kuantum 𝑛, 𝑙, 𝑚𝑙
tertentu ke orbital lain yang mempunyai energi lebih rendah dengan bilangan kuantum 𝑛, 𝑙, 𝑚𝑙 yang
lain mengalami perubahan energi sebesar ∆𝐸 dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai
radiasi elektromagnetik foton dengan frekuensi 𝜈 yang sesuai dengan kondisi frekuensi Bohr.
Foton memiliki momentum sudut spin intrinsik yang sesuai dengan 𝑠 = 1 seperti dijelaskan pada
kuantum rotasi. Momentum sudut total tetap. Perubahan momentum sudut elektron harus
mengimbangi momentum sudut yang dibawa oleh foton. Dengan demikian, elektron dalam orbital d
(𝑙 = 2) tidak dapat melakukan transisi ke orbital s (𝑙 = 0) karena foton tidak dapat membawa cukup
momentum sudut. Demikian pula dengan elektron s tidak dapat melakukan transisi ke orbital s yang
lain karena tidak ada perubahan momentum sudut elektron untuk mengimbangi momentum sudut
yang dibawa foton. Ini berarti bahwa ada transisi spektroskopi yang dibolehkan da nada yang
dilarang.

Aturan seleksi adalah pernyataan tentang transisi yang dibolehkan. Aturan seleksi diturunkan untuk
atom dengan mengidentifikasi transisi yang momentum sudutnya tetap saat memancarkan atau
menyerap foton.

Ide klasik di balik transisi spektroskopi adalah bahwa atom atau molekul agar dapat berinteraksi
dengan medan elektromagnetik dengan menyerap atau memancarkan foton dengan frekuensi 𝜈
harus memiliki satu dipol berosilasi pada frekuensi tersebut. Dipol sementara tersebut diungkapkan
kuantum secara mekanis dengan istilah momen dipol transisi 𝝁𝑓𝑖 antara keadaan awal dan akhir,

𝝁𝑓𝑖 = ∫ 𝜓𝑓∗ 𝝁
̂ 𝜓𝑖 𝑑𝜏 (6.61)

Notasi 𝝁
̂ menandai operator momen dipol listrik. Atom berelektron tunggal mempunyai 𝝁 ̂ sebagai
perkalian dengan −𝑒𝒓 yang mempunyai komponen 𝜇𝑥 = −𝑒𝑥, 𝜇𝑦 = −𝑒𝑦, dan 𝜇𝑧 = −𝑒𝑧. Transisi
terlarang jika momen transisi dipol sama dengan nol. Transisi dibolehkan jika momen transisi tidak
sama dengan nol.

Untuk mengevaluasi suatu momen dipol transisi, masing-masing komponen harus diperhatikan
secara bergantian. Sebagai contoh untuk komponen 𝑧,

𝜇𝑧,𝑓𝑖 = −𝑒 ∫ 𝜓𝑓∗ 𝑧𝜓𝑖 𝑑𝜏 (6.62)

Dengan menggunakan nilai komponen 𝑧 yang tercantum dalam tabel 6.1 maka diketahui bentuk
bagian kanan dari persamaan ini,
𝑧
𝜓𝑓∗ 𝑖 𝜓∗ 𝑑𝜏
∞ 𝜋 2𝜋 ⏞
⏞4𝜋 1⁄2
∗ ∗ ⏞ ∗ ⏞2
∫ 𝜓𝑓 𝑧𝜓𝑖 𝑑𝜏 = ∫0 ∫0 ∫0 𝑅𝑛𝑓 ,𝑙𝑓 𝑌𝑙𝑓,𝑚𝑙,𝑓 ( ) 𝑟𝑌1,0 𝑅𝑛𝑖 ,𝑙𝑖 𝑌𝑙𝑖 ,𝑚𝑙,𝑖 𝑟 d𝑟 sin𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 (6.63)
3

Bagian kanan persamaan ini kemudian dapat dikelompokkan berdasarkan integral terhadap jarak
dan integral terhadap sudut,

4𝜋 1⁄2 ∞ 𝜋 2𝜋
∫ 𝜓𝑓∗ 𝑧𝜓𝑖 𝑑𝜏 = ( 3 ) ∫0 𝑅𝑛𝑓 ,𝑙𝑓 𝑟𝑅𝑛𝑖 ,𝑙𝑖 𝑟 2 d𝑟 ∫0 ∫0 𝑌𝑙∗𝑓,𝑚𝑙,𝑓 𝑌1,0 𝑌𝑙∗𝑖,𝑚𝑙,𝑖 sin𝜃 𝑑𝜃𝑑𝜙 (6.64)

Berdasarkan sifat harmonik sferik diketahui bahwa bagian integral terhadap sudut pada sisi kanan
persamaan ini sama dengan nol kecuali untuk 𝑙𝑓 = 𝑙𝑖 ± 1 dan 𝑚𝑙,𝑓 = 𝑚𝑙,𝑖 + 𝑚. Dalam kasus integral
sudut ini 𝑚 = 0 karenanya komponen 𝑧 dari momen dipol transisi sama dengan nol kecuali untuk
∆𝑙 = ±1 dan ∆𝑚𝑙 = 0 yang merupakan bagian dari sekumpulan aturan seleksi.

Sekarang perhatikan radiasi transisi pada elektron dalam orbital-orbital 4d. Orbital ini mempunyai 𝑙 =
2 sehingga orbital yang mengapitnya harus memiliki 𝑙 = 1 dan 𝑙 = 3. Elektron dapat membuat transisi
dari orbital 4d ke orbital np sesuai ∆𝑚𝑙 = 0, ±1 atau orbital nf manapun sesuai pada Aturan yang
sama. Elektron tidak dapat mengalami transisi ke orbital lain. Dengan demikian, transisi elektron ke
orbital ns atau orbital nd manapun dilarang.

Berdasarkan uraian di atas maka berikut ini diberikan rumusan aturan seleksi untuk atom hidrogen,

∆𝑙 = ±1 (6.65a)

∆𝑚𝑙 = 0, ±1 (6.65b)

Nomor kuantum utama n dapat berubah dengan jumlah yang sesuai dengan Δl untuk transisi, karena
tidak berhubungan langsung dengan momentum sudut. Aturan seleksi dan tingkat-tingkat energi
atom yang menentukan struktur diagram Grotrian pada gambar 6.19. Diagram tersebut
menggambarkan energi keadaan dan transisi di antara dua keadaan kuantum. Ketebalan garis
transisi dalam diagram menunjukkan intensitas relative dalam spektrum.

Gambar 6.19 struktur diagram Grotrian

Rangkuman:

Persamaan Schrödinger untuk atom hidrogen terbagi menjadi dua, yaitu persamaan untuk
menghasilkan fungsi gelombang radial dan fungsi gelombang sudut. Fungsi gelombang radial
menunjukkan keberadaan orbital sebagai fungsi jarak dari inti atom sedangkan fungsi gelombang
sudut menentukan orientasi ruang dari orbital atom hidrogen. Ini menyebabkan orbital atom
ditentukan oleh tiga bilangan kuantum 𝑛, 𝑙, dan 𝑚𝑙 .

Bilangan kuantum utama 𝑛 menentukan tingkat-tingkat energi atom yang disebut sebagai kulit-kulit
atom. Bilangan kuantum 𝑙 menentukan subtingkat energi yang disebut subkulit. Sedangkan bilangan
kuantum 𝑚𝑙 menentukan orientasi orbital. Orbital-orbital s bulat secara simetris. Ada tiga orbital
dalam subkulit p. Masing-masing orbital p memiliki satu simpul sudut. Sedangkan ada lima orbital
dalam subkulit d. Masing-masing memiliki dua simpul sudut.
Energi dari tingkat-tingkat energi atom hidrogen sebanding dengan 𝑍 2⁄𝑛 2. Energi ionisasi adalah
energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari keadaan dasar atom.

Anda mungkin juga menyukai