Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik)
merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner.Plaque
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan
agak jarang pada arteri sirromflex.Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau
penggumpalan.Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi
tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard
infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak
yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat
aliran darah.Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar
dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan
darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.
(Medicastore.com,2008)\

B. KLASIFIKASI
Penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Silent Ischaemia
(Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard Akut (Serangan Jantung). Berikut adalah
penjelasan masing-masing klasifikasi PJK:
a. Silent Ischaemia (Asimtotik)Banyak dari penderita silent ischaemiayang mengalami
PJK tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu
penyakit

1
b. Angina PectorisAngina pectoristerdiri dari dua tipe, yaitu Angina Pectoris Stabil
yangditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di
c. dada yang menjalar ke lengan kiri dan Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan
rasa sakit dapat timbul, baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas
ringan. Lama sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga
lebih sering.
d. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung)Infark miocard akut yaitu jaringan otot
jantung yang mati karena kekurangan oksigen dalam darah dalam beberapa waktu.
Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti tertekan, tampak pucat berkeringat dan
dingin, mual, muntah, sesak, pusing, serta pingsan

C. Anfis (Anatomi Fisiologi) Jantung

Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah, Berat jantung kira – kira 300 gram.Kedudukan
jantung berada dalam rongga toraks, antara kedua paru – paru dan di belakang sternum,
dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan.Kedudukannya yang tepat dapat di
gambarkan pada kulit dada.Sebuah garis yang di tarik dari tulang rawan iga ketiga kanan, 2
sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua kiri.1 sentimeter dari sternum,
menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Titik di
sebelah kiri antara iga kelima dan keenam, atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4

2
sentimeter dari garis medial, menunjuk kedudukan apex jantung  yang merupakan ujung
tajam dari ventrikel  (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yakni kiri dan kanan.
Sesudah lahir tidak ada hubungan satu dengan yang lain antara kedua belahan ini. Setiap
belahan kemudian di bagi lagi dalam ruang, yang atas disebut atrium, dan yang di bawah
ventrikel.Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga 1 atrium dan 1
ventrikel.Di setiap sisi ada hubungan antara ada hubungan atrium dan ventrike melalui
lubang atrio–ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut tersebut terdapat katup yang
kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri bernama katup bikuspidalis (Evelyn C.
Pearce, 2009).
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus oleh membran yang
disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah
membran serus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal adalah lapisan
fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong
longgar. Karena susunan ini maka jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium,
dan di antara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka
jantung dapat bergerak bebas.Di sebelah dalam jantung dilapisi Endotelium, lapisan ini
disebut endokardium.Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal. Tebal
dinding jantung dilukiskan sebagai terdiri atas tiga lapisan:perikardium (pembungkus
luar), miokardium (lapisan otot tengah), dan endokardium (batas dalam). Dinding otot
jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling  tebal dan dinding di sebelah kiri
lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan. Sebab kekuatan kontraksi dari ventrikel
kiri jauh lebih besar dari yang kanan.Dinding atrium tersusun atas otot yang lebih tipis
(Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan
kerja jantung dan nervus parasimpatis, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja
memperlambat kerja jantung.Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup
yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra
dekat masuknya vena cava yang disebut nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak).
Dari sini rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis

3
oleh nodus atrioventrikuler melalui berkas wenkebach. Dari simpul tawara rangsangan
akan melalui bundel atrioventrikuler (berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat
antara atrium dan ventrikel yang disebut anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-
kira 1/10 detik. Seterusnya rangsangan tersebut akan di teruskan ke bagian apeks kordis
dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan demikian
jantung berkontrksi (Syarifudin, 2006).
Lubang dari aorta dan arteri pulmonaris dijaga oleh katup semilunar.Katup antara
ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang menghindarkan darah mengalir kembali
dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang
menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan.Dalam kerja jantung
mempunyai tiga periode:
1.  Periode kontraksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup.Katup bukus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup vulva
semilunaris aorta dan vulva semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan
kanan.Sedangkan darah darah dari ventrikel sinistra mengair ke aorta kemudian diedarkan
ke seluruh tubuh.
2.  Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung mengembang.Katup
bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel
sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra melalui vena pulmonalis
masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava msuk ke atrium
dekstra.
3.  Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung
berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup
sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke
aorta sebanyak 60-70 cc (Syarifudin, 2006).
Daya pompa jantung pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar
70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70
ml).Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 X 70 atau sekitar
5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan

4
volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter
setiap menit.

D. Pathway

5
E. Etiologi

6
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan
darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh
darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup
serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di
kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

 Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

1.    Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

2.    Kadar Kolesterol HDL rendah

3.    Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

4.    Merokok

5.    Diabetes Mellitus

6.    Kegemukan

7.    Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

8.    Kurang olah raga

9.    Stress

Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner.Penyakit jantung koroner dapat
diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner
jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan
tekanan darah tinggi dan diabetes.Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung
koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.

 Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan
secara logis sebagai berikut:

7
1. Sifat pribadi Aterogenik

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.Faktor ini
bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan &
Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.


Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang
terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan
alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).

3.    Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini
tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-
benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan
jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

F. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari
miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau
tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di
mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat
membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di
sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO 2), yang dinyatakan oleh percepatan
jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan
tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan
volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah
miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan

8
adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi
menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai
predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat
mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen
iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan
desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen
atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah
angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan
miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).

G. Manisfestasi Klinis
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Berdebar-debar
 Denyut jantung lebih cepat
 Pusing
 Mual
 Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi

Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan
merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan
perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.Penyakit jantung

9
iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka
kematian 20 %.(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara
logis sebagai berikut:

1.      Sifat pribadi Aterogenik.

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.Faktor ini
bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan &
Stamler, 1991).

2.      Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.

Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang
terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan
alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).

3.      Faktor resiko kecil dan lainnya.

Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.

Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

Pencegahan

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa
tindakan berikut:

 Berhenti merokok
 Menurunkan tekanan darah
 Mengurangi berat badan
 Melakukan olah raga.

H.  Pemeriksaan diagnostik

10
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya.Dari yang sederhana sampai yang invasive
sifatnya.

 Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah
pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK.Dengan pemeriksaan ini kita
dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya.Dapat berupa serangan jantung
terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
 Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran.Di
samping itu dapat juga dilihat gambaran paru.Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat
dalam foto rontgen ini.Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah
berada pada PJK lanjut.Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
 Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan
darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim
jantung.
 Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,
biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.

Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan
alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG.
Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK.Hal ini disebabkan karena
jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu
dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.

11
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.Memang tidak
100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada
pria sedangka untuk wanita hanya 72%.Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar
16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84
orang.Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
 Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung
lidi.Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri).Bisa melalui pangkal paha,
lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah.Kateter didorong dengan
tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang
dimaksud.Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan.Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat
pada satu pembuluh koroner.Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner.
Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut.
Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan
bourgeois resiko.Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon.Banyak
juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi.Saat ini disamping dibalon dapat
pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna
untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan,
dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner. (Carko, 2009)

I. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan
dan prosedur khusus.
a.    Perubahan gaya hidup :
 Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
mempertahankan berat badan sehat.
 Berhenti merokok

12
 Olahraga
  Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
 Kurangi stress
b.    Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit
jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
 Obat penurun kolesterol
 Anti koagulan
 Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
 Penyekat ACE
 Penyekat BETA
 Penyekat kalsium
 Nitrogliserin
 Nitrat
 Obat Trombolitik
c.    Prosedur khusus :
 Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit.
Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada,
dan mencegah serangan jantung.
 Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri
atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang
menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan
jantung
 Latihan / exercise
d.   Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-
faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin
mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

J. Komplikasi

13
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian
otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
 Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
 Gagal jantung kongestif
 Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
 Diabetes

DAFTAR PUSTAKA

14
Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA

LANSIA.http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-

pada-lansia_26.html. (Diakses: 11 agustus 2014)

Hafid.2013.ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN PENYAKIT

JANTUNGKORONER(PJK)http://hafidnurse.wordpress.com/2013/04/21/asuhan

Keperawatan-pada-ny-s-dengan-penyakit-jantung-koroner-pjk/. (Diakses: 11 agustus

2014)
20Koroner. http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-
keperawatan-pada-lansia-tn-s.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-36401-Kep%20Kardiovaskuler-Askep
%20Penyakit%20Jantung html

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S


DENGAN GANGGUAN PJK

15
“ PENYAKIT JANTUNG KORONER”
DI RS BHAYANGKARA- AMBON

A. Pengkajian data
1. Identitas pasien
Nama :  Ny. S                                     
Umur :  50 Tahun
Jenis Kelamin :  Perempuan
Agama :  Islam
Alamat :  Tantui
Pendidikan :  Tamat SD
Tanggal Masuk RS :  4 Maret 2020
Tanggal Pengkajian     :  5 Maret 2020
No. Reg : 65-53-48
Diagnosa Medis          :  Penyakit Jantung Koroner

2. Penanggung jawab
Nama : Tn. N
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Hubungan dengan px : Anak
Alamat : Tantui

3. Keluhan Utama

16
Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak ± 3 hari yang
lalu.Nyeri bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat.Skala nyeri 5.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Tanggal 4 Maret 2020 pasien dibawa ke RS. Bhayangkara Ambon. ± 3 hari yang lalu
pasian mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung, mual, pusing keringat dingin.
Setelah periksa oleh dokter pasien di diagnosa dengan PJK.Oleh dokter disuruh opname.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah menderita / mempunyai riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan
pasien belum pernah poname.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit PJK.

7.  Riwayat Psikososial Dan Spiritual


a. Psikososial : Pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat maupun
anggota keluarga.
b.  Spiritual :  Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5 waktu. Di
rumah sakit tidak pernah menjalankan sholat karena sedang sakit.

8. Pola kegiatan sehari-hari

17
No Pola aktifitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Pola makan
a. Frekuensi 3 x/hari 3 ×/hari
b. Porsi 1 piring dihabiskan 2-3 sendok
c. Jenis makanan Nasi, ikan, sayur Makanan lunak
d. Keluhan Tidak ada Nafsu makan
berkurang karena
mual
2. Eliminasi
A. BAB:
a. Frekuensi 3 x/hari 1-3 x/ hari
b. Warna Kuning Kunimg
c. Konsistensi Keras Lembek
d. Keluhan Tidak ada Dibantu
keluarga/perawat
B. BAK:
a. Frekuensi 4-5 x/hari 4-5 x/hari
b. Warna Kuning Kuning
c. Bau Pesing Pesing
d. Keluhan Tidak ada Dibantu
keluarga/perawat

3. Personal Hygiene
a. Frekuensi mandi 2 x/hari 2 x/hari diseka
ditempat tidur
b. Kebiasaan memotong kuku 1 x/ minggu Belum pernah
c. Kebiasaan keramas 2 x/ minggu Belum pernah
d. Keluhan Tidak ada Dibantu
keluarga/perawat

18
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Tidur siang  ± 1 jam/hari ± 2 jam/hari
b. Tidur malam ± 7 jam/hari ± 6 jam/hari

5. Pola Aktifitas Sebagai ibu rumah Lebih banyak di


tangga tempat tidur karena
pasien bedrest

9. Pemeriksaan Fisik
1. Kesedaran : Composmentis
2. Keadaan umum : Pucat
3. Tinggi badan : 157
4. Berat badan : 60 kg

a. TTV
 TD : 160 / 100 mmHg
 Nadi : 92  x/menit
 Suhu : 37 ºC
 Pernapasan : 22 x/menit

b. Kepala
Inspeksi           : kulit kepala bersih, rambut warna hitam
Palpasi             : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh pusing
c. Mata
Inspeksi           : Conjungtiva merah muda, sclera putih

d. Telinga
Inspeksi           : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris

19
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan atau massa

e. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung,  pasien dapat
mengidentifikasi bau dengan benar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis

f. Mulut
Inspeksi           : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi

g. Leher
Inspeksi           : Tidak ada pembengkakan
Palpasi             : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan

5.    Pemeriksaan Integumen / Kulit


 Kulit
Inspeksi     : Warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering
Palpasi       : Tidak ada nyeri saat ditekan, tidak terjadi pitting oedema

6.  Pemeriksaan Thorax / Dada

 Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan kiri
bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada
 Paru :   Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
7. Pemeriksaan Jantung

 Palpasi       : Tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales


 Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal

8. Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi     : Tidak terlihat adanya luka

20
 Palpasi       : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri saat
ditekan
 Perkusi      : bunyi abdomen timpani
 Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit

9.   Pemeriksaan Muskuloskeletal

Tonus otot
MMT   5 4

5 4
Ket :
4  : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu   menahan beban minimal
5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan tekanan penuh

10. Pemerikasaan Neurologi

 Reflek patela         : +/+


 Reflek pupil          : +/+
 GCS : 4 – 5 – 6
Ket:
4    : Bingung
 5    : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah
 6    : Mengikuti perintah

11. Pemeriksaan Penunjang Medis


Kimia darah tanggal 4 Maret 2020
 B.U.N 11 N         : 10-23 mg/dl
 Glucose sesaat : 92 mg/dl
 Creatinine 0.72 mg/dl N : 0.5-1.1 mg/dl

21
 Na+  138  mEq/L N         : 136-145 mg/dl
 K+   3.74 mEq/L  N         : 3.6-5.0 mEq/L
 Uric Acid 3.4 mg/dl  N         : 3.4-7.0 mg/dl

Darah Lengkap tanggal 4 Maret 2020

WBC : 6.3 K/Ul

RBC : 4.69 M/Ul

HGB : 12.1 G/Dl

HCT : 35.4 %

MCV : 75.5 Fl

MCH : 25.8 pg

MCHC : 34.2 g/dL

RDW : 13.8 %

12. Pelaksanaan/Terapi
 Vaclo 4 tab 1x
 Vaclo 1 tab 1-0-0
 Inj. Mufitrasi prn
 Bisoptolol 2.5 mg -0-0
 Adalat 30 mg -0-0
 Simuastatin 0-0-10
 Inj. Arixtra 0.6 v Qh

22
B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Iskemia jaringan Gangguan rasa


 nyeri pada dada sebelah jantung atau nyaman karena
kiri sumbatan pada nyeri
DO: arteri koronaria
 Pasien kelihatan
menyeringai kesakitan
 Pasien tampak pucat
 TD : 160/100 mmHg
 Skala nyeri 5

2. DS:
 Pasien mengeluh lemah, Menurunnya

sesak nafas, sulit kontraksi jantung Penurunan cardiac

melakukan aktivitas yang output

berlebih, sering
terbangun pada malam
hari karena sesak dan
nyeri dada
DO:
 TD : 160/100 mmHg
 P    : 96 x/menit
 Kulit dingin
 N : 22 x/mnt
3
Ketidakseimbangan
DS:
antara suplai dan Intoleransi aktivitas
 Pasien mengeluh sesak
kebutuhan oksigen
bila bangun dari posisi
tidur

23
DO:
 Berkeringat dingin bila
merubah posisi dari
tidur langsung duduk
 tanda vital setelah
bangun
TD : 170/100 mmHg
P    : 100x/mnt
N   : 28x/mnt

C. Diagnosa keperawat
1.Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumbatan pada
arteri koronaria.

2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan menurunnya kontraksi otot

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

24
NCP

Nama : Ny. S Ruangan : -

Umur : 50 No. Reg :65-53-48

J.K : Perempuan Dx. Medis : PJK

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Variasi penampilan
1. Monitor dan kaji
dengan iskemia jaringan atau tindakan keperawtan  dan perilaku passien
karakteristik dan
sumabtan pada arteri koronaria yang dalam waktu 2 x 24 karena nyeri terjadi
lokasi nyeri
ditandai dengan pasien mengatakan jam pasien mampu sebagai temuan
2. Monitor tanda-tanda
nyeri dada sebelah kiri, pasien menunjukkan rasa pengkajian
vital  ( tekanan darah,
kelihatan menyeringai kesakitan, nyeri dada dengan 2. Peningkatan
nadi)
pasien tampak pucat, Kriteria hasil : tekanan darah dan
3. Ciptakan suasana
 TD : 160/100 mmHg - Pasien tampak rileks nadi meningklat
 P : 96x/menit - Skala nyeri 0 lingkungan yang sebagai akibat nyeri
 skala nyeri 5 - TD : 120/80 mmHg tenang dan nyaman dan berhubungan
- P    : 80 x/menit 4. Ajarkan dan dengan cemas
anjurkan pada pasien 3. Menurunkan
untuk melakukan rangsang eksternal
tehnik relaksasi dimana ansietas dan

5. Kolaborasi dengan regangan jantung serta

25
keterbatasan
deokter dalam
kemampuan koping
pemberian analgesik
dan keputusan
terhadap situasi saat
ini
4. Membantu dalam
penurunan
persepsi/respon nyeri
5. Pilihan untuk
menurunkan nyeri
hebat, memberikan
sadari dan mnegurangi
kerja miokard

Penurunan cardiac output Setelah dilakukan


1. Lakukan
2. tindakan keperawtan
berhubungan dengan menutunnya pengukuran tekanan 1. Perubahan terjadi
kontraksi otot yang ditandai dengan dalam waktu 2×24 jam
darah pada TD ( hipertensi
pasien mengeluh lemah, sesak napas, tidak terjadi
(bandingkan kedua atau hipotensi) karena
sulit melakukan aktivitas yang penurunan cardiac
lengan pada posisi respon jantung
berlebih, sering terbangun pada malam output dengan criteria
berdiri, duduk, dan
hari karena sesak dan nyeri dada, TD : hasil :
tiduran  jika
160/100 mmHg, - Pasien tampak

26
P : 96x/mnt,
semangat memungkinkan
kulit dingin,
- tidak sesak napas 2.      Kaji kualitas nadi 2. Sirkulasi perifer
N : 22 x/menit
- TD : 120/80 mmHg 3.      auskultasi bunyi menurun bila curah
- P : 80 x/mnt nafas dan bunyi jantung menurun
- kulit normal tidak jantung membuat kekuatan
dingin 4.      Kolaborasi nadi menungkat
- N : 20 x/mnt dengan dokter dalam 3. S3 dan S4  atau
pemeriksaan serial krekels terjadi dengan
EGC, foto thorax, dekompensasi jantung
pemberian obat- atau beberapa obat
obatan anti disritmia 4. Pemeriksaan
dilakukan untuk
mengidentifikasi area
iobstruksi atau
kerusakan arteri
koroner yang
memerlukan
intervensi bedah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dialkukan


1. Catat irama jantung, 1. Kecenderungan
dengan ketidakseimbangan antara tindakan keperawtan

27
suplai dan kebutuhan oksigen yang
dalam waktu 2×24 tekanan darah dan melakukan respon
ditandai dengan pasien mengeluh
jam, pasien nadi sebelum dan pasien terhadap
sesak bila angun dari posisi tidur,
menunjukkan sesudah melalukan aktivitas dan dapat
berkeringat dingin bila merubah posisi
peningkatan aktivitas mengindikasikan
dari tidur langsung duduk, Tanda vital
kemampuan dalam 2.  Anjurkan pasien penurunan oksigen
setelah bangun tidur TD : 170/100
melakukan aktivitas agar lebih banyak miokardia yang
mmHg, P : 100x/mnt. N : 28x/mnt
dengan criteria hasil ; beristirahat terlebih memerlukan
- TD : 120/80 mmHg dahulu penurunan tingkat
- P : 80 x/mnt 3. Anjurkan pasien aktivitas
- N : 20 x/mnt menghindari 2. Menurunkan kerja
- Pasien nyaman dalam peningkatan tekanan miokardia / konsumsi
tidur abdomen contoh oksigen, menurunkan
mengejan saat defekasi resiko komplikasi
4. Jelaskan pada pasien 3. Aktifitas yang
tentang taha-tahap memerlukan menahan
aktivitas yang boleh napas dan menunduk (
dilakukan oleh pasien manuvervalsalva)
dapat mengakibatkan
bradikardi, juga
menurunkan curah

28
jantung dan takikardi
dengan peningkatan
TD
4. Aktivitas yang maju
memberikan kontrol
jantung, meningkatkan
regangan dan
mencegah aktivitas
berlebihan

29
30
Implementasi dan Evaluasi

Nama : Ny. S Ruangan : -

Umur : 50 No. Reg :65-53-48

J.K : Perempuan Dx. Medis : PJK

No. Implementasi Evaluasi

1. Jumat, 06-03-2020 Jumat, 06-03-2020


Jam, 09.00 Wit Jam, 12.00 Wit

1. Memantau tanda-tanda vital: S : Pasien mengatakan nyeri


 S :  37oC              berkurang
 N : 22 x/menit O : – Pasien tampak rileks
 P :  96  x/menit  - Skala nyeri 0
 TD : 160/100 mmHg - TD : 140/90 mmHg
2. Membersihkan lingkungan tempat A : Tujuan tercapai
tidur pasien dan merapikannya P : Hentikan intervensi
3. Mengajarkan tehnik relaksasi
napas dalam
2. Jumat, 06-03-2020 Jumat, 06-03-2020
Jam, 10.00 Wit Jam, 12.00 Wit

1. Melakukan auskultasi bunyi nafas S  :  Pasien mengatakan sesak berkurang


dan bunyi jantung pada pasien O :  –  Pasien tampak
2. Melakukan pengukuran tekanan semangat                                 
darah :        –  tidak sesak
TD : 160/100 mmHg - N : 20 x/mnt
P    :  96 x/mnt A :  Tujuan  tercapai
N   :  22 x/mnt P  :  Hentikan intervensi
3. Jumat, 06-03-2020 Jumat, 06-03-2020

31
Jam, 11.00 Wit Jam, 12.00 Wit

1. Memberitahu pasien untuk S : Pasien mengatakan sudah


beristirahat lebih banyak mengalami peningkatandalam
2. Memberitahu pasien untuk tidak aktivitas
mengejan saat BAB O : – Pasien sudah nyaman dalam
tidur
- Sudah bias duduk dengan tenang
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi

32
33

Anda mungkin juga menyukai