Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aprilia Ardani Hafida Suryaningsih Suryani

Tempat, tgl lahir : Samarinda, 24 April 2002


Nim : 2004016111
Email. : apriliaardani147@gmail.com
Alamat : JL. Purwobinangun penangkaran buaya RT 15
No hp. : 0852 4409 6901

Essay
Mengenai Fenomena Memudarnya Eksistensi Bahasa Melayu Kutai.
Fenomena Memudarnya Eksistensi Bahasa Melayu Kutai

Indonesia merupakan negara yang memiliki 1.340 suku bangsa (menurut sensus BPS, 2010).
Dari beberapa data diatas Indonesia memiliki 718 bahasa dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi nasional. Dari beberapa bahasa diatas salah satunya adalah bahasa Melayu Kutai dari Kutai
Kartanegara, Kutai timur, dan Kutai barat. Di dalam era globalisasi ini bahasa - bahasa daerah
Melayu Kutai mengalami pemudaran atau memudarnya eksistensi (Eddy, 2018). Keadaan ini
dikarenakan penutur aslinya cenderung tidak bertambah dan dianggap bahasa daerah telah
ketinggalan zaman (Febriansyah & Fenty, 2018).

Dikurun waktu baru-baru ini, mulai jarang ditemukan masyarakat yang menggunakan bahasa
daerah Melayu Kutai. Adapun beberapa faktor penyebab memudarnya eksistensi bahasa Melayu
Kutai didasari oleh perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan urbanisasi. Karena faktor-
faktor di atas adalah penyebab utama dari pemudaran bahasa Melayu Kutai.

Yang pertama, yaitu perkembangan zaman, perkembangan zaman didasari oleh perubahan sosial
seperti “new life style “, dimana mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia gaul yang
cenderung meniru gaya bahasa orang asing (Burhan, 2011). Sebagai contohnya ketika para
pemuda yang sedang berkumpul di sebuah tempat hiburan. Mereka selalu menggunakan bahasa
Indonesia gaul (dikutip dari kompas.com). Dari lifestyle penggunaan bahasa Melayu Kutai
jarang digunakan dan cenderung ditinggalkan. Dari faktor tersebut kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa perkembangan zaman di era milenial sekarang memiliki peran dalam
eksistensi bahasa daerah khususnya bahasa Melayu Kutai. Sehingga ada beberapa langkah yang
perlu diperhatikan untuk mengenalkan bahasa melayu kutai yaitu memakai slogan-slogan atau
kata-kata motivasi yang diterapkan di tempat hiburan atau café di Kampung Tumo di provinsi
Jawa timur. Selain itu, kita juga bisa menggunakan Melayu Kutai melalui cuitan-cuitan atau
literasi makna yang sangat dalam.

Yang kedua, yang menyebabkan memudarnya eksistensi bahasa Melayu Kutai adalah
perkembangan teknologi. Di dalam generasi milenial pada saat ini, bukan suatu hal yang asing
atau hal baru tentang sosial media, seperti halnya Instagram, Facebook, Twitter, dan lain
sebagainya. Menurut data statistik tercatat bahwa jumlah masyarakat online di Indonesia hingga
Juni 2010 pelanggan atau 80% dari total penduduk Indonesia (www. Antaranews.com). Dari
hasil di atas perkembangan teknologi mempengaruhi kehidupan masyarakat baik dari kehidupan
sehari-hari maupun dari segi bahasa mereka. Sebagai contohnya di sosial media, kita selalu
mengimplementasikan bahasa-bahasa yang lebih gaul daripada bahasa daerah khususnya bahasa
Melayu. Hal ini menyebabkan penutur bahasa asli mulai berkurang dan bahkan sangat sedikit
dijumpai (Bungin, 2011). Oleh sebab itu, kita harus mempertahankan eksistensi bahasa Melayu
Kutai melalui perkembangan teknologi itu sendiri, yakni melalui musik karena kita ketahui
perkembangan musik sangat mempengaruhi dan sangat berpengaruh dalam dunia teknologi. Dari
hal tersebut memudahkan manusia mengakses sebuah informasi terbaru baik itu berita maupun
perkembangan musik. Contohnya, seperti lewat lagu-lagu terbaru yang sedang viral dari
komunitas hip hop Papua dengan ciri khas liriknya yang menggunakan bahasa daerah
(www.Idntimes.com, 2010). Selain itu, kita juga dapat membuat media literasi secara visual
melalui blogspot, konten YouTube yang menarik, dan media online lainnya. Dengan begitu kita
bisa melestarikan bahasa daerah Melayu Kutai secara meluas dan menyeluruh secara masif. Dari
dari beberapa langkah di atas kita dapat memberikan kontribusi dalam melestarikan eksistensi
bahasa daerah Melayu Kutai.

Yang ketiga, yaitu urbanisasi, di mana dapat diartikan sebagai suatu proses perpindahan
penduduk dari desa ke kota baik itu menetap maupun tidak menetap. Dari hal tersebut memiliki
dampak dan perubahan baik dari segi komunikasi maupun bahasa (P.J.M.Nas, 2015). Pada
umumnya orang pedesaan yang pindah ke kota lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa
perkotaan dibandingkan bahasa daerah. Sebagai contohnya yaitu ketika seseorang mahasiswa
menuntut ilmu di perkotaan atau masyarakat yang sedang mencari mata pencaharian di
perkotaan. Di mana di perkotaan dianggap lebih maju, sehingga lama-kelamaan mereka lebih
sering menggunakan bahasa perkotaan daripada bahasa daerah khususnya bahasa Melayu Kutai.
Oleh sebab itu, perlu adanya langkah-langkah untuk mempertahankan eksistensi bahasa bahasa
Melayu Kutai sejak dini. Sebagai contoh di pulau Jawa yang memasukkan bahasa daerah sebagai
kurikulum yang wajib dipelajari pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA) (Basari, 2014).

Jadi, berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi memudarnya eksistensi bahasa Melayu Kutai didasari oleh perkembangan zaman
atau lifestyle, kemajuan teknologi, dan urbanisasi. Di mana tiga faktor diatas sangat
mempengaruhi eksistensi bahasa daerah khususnya bahasa Melayu Kutai. Untuk itu ada
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan bahasa daerah yaitu dengan cara
menggunakan slogan-slogan atau kata-kata motivasi dengan akulturasi bahasa Kutai di tempat
hiburan dan spot-spot foto yang sedang viral, melalui musik yang dipadukan dengan bahasa
Melayu Kutai, membuat media literasi visual seperti blogspot konten YouTube yang menarik,
dan media online lainnya, dan memberikan edukasi sejak dini pada kurikulum sekolah baik dari
jenjang sekolah dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Itulahh beberapa
langkah yang dapat diimplementasikan untuk mempertahankan eksistensi bahasa Melayu Kutai.

Anda mungkin juga menyukai