Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL BOOK REVIEW

KEPEMIMPINAN

Disusun Oleh :
NAMA : Hanna Maria Siahaan (4193331041)
DOSEN PENGAMPU : Drs Jamalum Purba M.Si
MATA KULLIAH : Kepemimpinan

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019/202
Kata Pengantar

Pertama-tama Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan tagihan pembelajaran Critical Book Review yang berjudul Kepemimpinan
dengan pembahasan pokok “Tata Tertib dan Keteraturan Pemimpin Formal dan Informal” dan
“Kepemimpinan Demokratis dan Kepemimpinan Abnormal”.
Critical Book Review ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita serta mampu memberi tanggapan serta kritikan terhadap suatu pembahasan
dengan sumber yang berbeda.Penulis menyadari bahwa Critical Book Review yang disusun
masih jauh dari kata kesempurnaan.Masih ada terdapat kekurangan dalam menyusun dan
menyampaikan materi yang sesuai dengan judul topik. Karena itu Penulis sangat menantikan
saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna sempurna nya Critical Book
Review ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.

Medan, 20 September 2019


Penulis

Hanna Maria Siahaan


4193331041
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Review adalah membandingkan satu buku dengan buku yang lain dengan
materi atau pembahasan yang sama. Hal ini bertujuan untuk menilai dan mengkritik kelebihan
dan kelemahan antara dua buku dan menarik kesimpulan sebagai hasil Critical Book Review.
Kemudian setelah kita bisa menemukan beberapa kekurangan tersebut maka dapat memperoleh
suatu informasi yang kompeten pada buku tersebut dengan cara menggabungkan beberapa
informasi dari buku pembandingnya.
Critical book Review melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikan oleh setiap pembahasan dari buku pertama dan kedua dan mampu mengulas isi buku
pertama dan kedua.

B. Tujuan
1.Menanambah wawasan serta ilmu pengetahuan rangkaian listrik.
2.Meningkatkan daya analisa dan pengetahuan berkaitan rangkaian listrik.
3.Menguatkan kemampuan melakukan critical book review terhadap suatu buku.

C. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang critical book review.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan rangkaian listrik.
3. Untuk mengetahui banyak hal tentang buku.
BAB II
RINGKASAN BUKU
“Tata Tertib dan Keteraturan Pemimpin Formal dan Informal”

a. Teori dan Teknik Kepemimpinan


Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya
administrasi negara. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antara manusia yaitu :
hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan dan ketaatan para pengikut
atau bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh
kekuatan dari pemimpinnya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.
Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip, definisi dan teori-teorinya diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha peningkatan
taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain, kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk:
1. Memberikan pengertian mengenai kepemimpinan secara luas
2. Menafsirkan dari tingkah laku pemimpin
3. Pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi si pemimpin
Teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan adalah:
1. Suatu penggenerasian dari suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar perilaku pemimpin
dan konsep-konsep kepemimpinan.
2. Sifat-sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin , tugas-tugas pokok dan fungsinya,
serta etika profesi yang perlu dipakai oleh pemimin.

Teknik kepemimpinan
Teknik kepemimpinan adalah:
1. Kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin dalam menerap teori-teori
kepemimpinan di tengah praktek kehidupan dan dalam organisasi tertentu.
2. Melingkupi konsep-konsep pemikirannya, perilaku sehari-hari, serta peralatan yang
digunakan.
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang
dipimpin. Kepemimpinan itu muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis
antara pemimpin dan individu yang dipimpin (personal) kepemimpinan ini berfungsi atas dasar:
Kekuasaan pemimpin untuk mengajak mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang lain.
Guru melakukan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu.

b. Orde,Organisasi, Administrasi
Adminitrasi secara harfiah berasal dari “ad” dan “ministrare” yang berarti mengelola,
mengurus, memelihara, mengendalikan, memerintah.
Organisasi itu dapat disebut sebagai sekumpulan yang tunduk sebagai konvensi
bersama utuk mengadakan kerja sama dan interaksi guna untuk mencpai tujuan bersama.
Dalam kehidupan nyata, kita mengenal aneka macam jenis kepemimpinan, antara lain
ialah:
 Kepemimpinan formal dan informal
 Kepemimpinan di bidang keagamaan , pendidikan , politik, ketentaraan , business
teknik, pemerintahan, dan lain-lainnya.
 Kepemimpinan di bidang swasta.

c. Pemimpin Formal dan Informal


Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu
jabatan dalam struktur organisasi.
Maka ciri-ciri pemimpin formal antara lain ialah:
1. Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu.
2. Harus memenuhi persyaratan formal terlebih dahulu.
3. Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas
kewajibannya.
4. Dia mendapatkan balas jasa materiil dan imateriil tertentu.
5. Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal dan dapat dimutasikan.
6. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan , dia akan dikenai sanksi dan
hukuman.
7. Selama menjabat sebagai pemimpin, dia diberikan kekuasaan dan wewenang.

Pemimpin informal ialah seorang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal


sebagai pemimpin tetap memiliki sejumlah kualitas unggul, dan mampu mempengaruhi kondisi
psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Ciri-ciri pemimpin informal antara lain:
1. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin.
2. Masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin.
3. Dia tidak mendapatkan dukungan atau backing dari suatu orgaisasi formal .
4. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa.
5. Tidak dapat dimutasikan
Pemimpin formal maupun informal itu dapat menduduki jabatan kepemimpinannya
disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini:
a. Penunjukan dan penetapan dari atasan
b. Karena warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun
c. Karena dipilih oleh pengikut dan para pendukungnya
d. Karena pengakuan tidak resmi dari bawahan
e. Karena kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi
f. Karena tuntutan situasi, kondisi atau kebutuhan zaman.

d. Pemimpin dan Organisasi


Organisasi adalah sistem kegiatan terkoordinasi dari kelompok orang yang bekerja
sama mengarah pada tujuan bersama, dibawah kewenangan dan kepemimpinan. Kepemimpinan
terutama mempunyai fungsi sebagai penggerak atau dinamisator dan koordinator dari sumber
daya manusia, sumber daya alam, semua dana, dan sarana yang disiapkan oleh sekumpulan
manusia yang berorganisasi.

Manajemen menurut R.W Morell dalam bukunya “Management : Ends and Means”
menuliskan sebagai berikut :
“Manajemen adalah aktivitas dalam organisasi, terdiri dari penentuan tujuan-tujuan
(sasaran) suatu organisasi, dan penentuan sarana-sarana untuk mencapai sasaran secara efektif”
Administrasi menurut Sondang P. Siagian adalah keseluruhan prose kerjasama antara
dua orang manusia atau lebih didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Pada umumnya, manajemen berperan atau berfungsi :
Merencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi, dan mengontrol segenap aktivitas organisasi
serta administrasi. Maka keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih
bergantung pada : kepemimpinannya, yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu
menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu secara
efektif, efisien serta terpadu dalam proses manajemen. Karena itu kepemimpinan merupakan inti
dari organisasi, manajemen, dan administrasi.
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS dan KEPEMIMPINAN ABNORMAL

A. Pemimpin Demokratis
Pemimpinan demokratis dapat digolongkan dalam :
a. pemimpin demokratis tulen
b. pemimpin demokratis palsu/pura-pura( pseudo-demokratis)
pemimpin demokratis tulen adalah pembimbing yang baik bagi kelompoknya. Dia
menyadari bahwa tugas utamanya, dengan menekankan pekerjaan dan tugas dari semua
anggotanya, dengan menekan tanggung jawab dan kerja sama yang baik kepada setiap
anggotanya.
Dengan demikian , organisasi yang dipimpinnya akan terus berjalan lancar sekalipun
dia tidak ada di tempat. Sebab otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah , sehingga semua
orang merasa pasti dan aman dan juga merasa senang menunaikan tugas-tugas nya.
Sebaliknya pemimpin pseudo-demokratis pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut: dia memang berusaha untuk berusaha bersifat demokratis. Akan tertapi karena dia
berkarakter lemah, merasa selalu bimbang dan tidak mempunyai pendirian, maka penampilannya
tidak jauh berbeda dengan “ baby auto crat”(oktokrat bayi).
Pemimpin yang demokratis itu bisa berfungsi sebagi katalisator yang bisa mempercepat
proses-proses secara wajar dan membantu pencapaian objek yang ingin dicapai dengan cara yang
paling sesuai, cocok dengan kondisi kelompok tersebut.
Pada kepemimpinan yang otoritas , pemimpin memaksakan rencananya tanpa
berkonsultan dengan kawan-kawannya, dan tidak pernah menjalankan isi sepenuhnya dari
rencananya.
Timbulnya kemudian rasa agresifitas yang ditunjukan kepada pemimpin atau diarah ke
kawan sekerja yang lemah ( dalam posisi lemah ). Bahkan tidak jarang mereka juga melontarkan
agresifitas kepada benda-benda mati, misalnya dengan jalan:
1. merusak barang-barang milik organisasi.
2. mengadakan sabotase.
3. mencuri barang-barang, pesawat-pesawat, onderdil, dan lain-lain.
4. munculnya apati total dari bawahan atau anak buah.
5. orang jadi suka membolos , tidak masuk kerja tanpa memukakan alasan yang
wajar.
6. orang dengan sengaja datang terlambat ke kantor atau dinas.
7. Meninggalkan tugas , desersi
8. Bersikap acuh tak acuh , dan lain-lain

Sebaliknya pemimpin demokratis biasanya dihormati dan dihargai, dia dianggap


sebagi simbol kebaikan dan “orang sendiri”, karena ia bersedia berkerja sama dengan semua
anggota kelompok.
Pada kepemimpinan demokratis, ada ditanamkan disiplin oleh kelompok itu sendiri
dalam suasana yang demokratis. Sedang pada kepemimpinan yang otokratis , disiplin pada
umumnya dipaksa oleh atasan , atas dipaksakan secara eksternal, biasanya disertai ancaman atau
sanksi-sanksi tertentu.
Kepemimpinan yang demokratis itu dalam situasi yang normal, keadaan nya lebih
superior dari pada kepemimpinan laissez-faire dan otoriter. Sebab utamanya ialah:
- Orang yang menghimpun dan memamfaatkan semua informasi dan kearifan
dari semua anggota kelompok.
- Orang yang tidak menyadarkan diri pada kepandaian atau kemampuan pribadi
pemimpin saja.
Pada kepemimpinan yang otokratis, pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada
pemimpin. Sedang pada kepemimpinan demokratis, pertanggungjawaban ada di tangan seluruh
anggota kelompok. Dan pada kepemimpinan laissez- faire, pertanggungjawaban didistribusika n
kepada setiap anggota sebagai individu yang terpisah-pisah (singular) dengan semboyan “setiap
orang boleh berbuat semau sendiri”.
Pemimpin yang demokratis itu tidak menganggap diri sendiri sebagai superman dengan
kemampuan-kemampuan superior, akan tetapi menganggap diri sendiri sebagai anggota biasa.
Dia tidak pernah memberikan perintah tanpa menjelaskan pentingnya masalah, dan selalu
menerangkan secara terperinci semua detail pelaksanannya. Juga mendiskusikan semua masalah
dengan kelompoknya.
Dalam kepemimpinan demokratis ada penekanan pada disiplin-diri, dari kelompok
untuk kelompok. Maka delegasi otoritas dalam iklim demokratis itu bukan berarti hilangnya
kekuasaan pemimpin, tetapi justru memperkuat posisi pemimpin yang didukung oleh semua
anggota. Dan pemimpin bisa mengkristalisasikan pikiran serta aspirasi dari semua anggota
kelompok dalam perbuatan nyata. Semua permasalahan dihadapi dan dipecahkan secara
bersama-sama. Ia juga mengutamakan kerja kooperatifan untuk tujuan :
1. Pemupukan gairah kerja
2. Peningkatan produktivitas
3. Peningkatan moral
4. Usaha perbaikan kondisi sosial pada umumnya.

B. kepemimpinan abnormal
Jangan hendaknya kita mengidealisir tokoh pemimpin dengan sebutan-sebutan gagah
perwira, bagus, berkepribadian sekokoh banteng, dengan mata magnetis dan suara menggelegar
bagaikan guruh di langit, berwibawa, jujur seperti dewa, dan atribut lain-lainnya yang muluk-
muluk. Sebab, semua itu adalah “wishful thingking”.
Yang paling penting bagi kita adalah :
a. Kita memerlukan pemimpin yang baik dan bijaksana penuh rasa kemanusiaan.
b. Tidak menempatkan individu-individu yang egoistis dan overambisius.
c. Lebih-lebih lagi tidak mengangkat seorang pemimpin yang tidak mampu mengemban
tanggung jawab.
Sebab, orang yang gila kekuasaan itu adalah orang yang sakit, yang ingin sakit, yang
ingin mengkompesasikan sifat-sifat bawaannya yang inferior ke dalam bentuk penguasaan
terhadap orang lain.
Gila kuasa ini erat kaitannya dengan delinquency atau kejahatan, sebab delinquent itu
selalu cenderung memaksakan keinginan sendiri agar semua orang berbuat seperti yang
diperintahkannya, tanpa mengindahkan hak-hak dan kebebasan insani orang lain.
Efisiensi kepemimpinan itu jangan hanya diukur dengan kriteria materiil-finansiil dan
produktifitas yang mengguntungkan organisasi saja, akan lebih dikaitkan dengan:
- Tujuan human atau manusiawi apa, serta
- Ongkos materiil dan ongkos immaterial seberapa besar yang
- Sudah dikeluarkan oleh organisasi atau lembaga
Betatapun juga pandai dan efisiennya seorang pemimpin dalam satu bidang teknik, bila dia
tidak memiliki keterampilan sosial utuk menjalin komunikasi human dengan bawahan dan
bawahan dan anggota kelompoknya, pastikan orang sedemikian itu bisa membahayakan
kehidupan lembaga atau organisasinya, sebab dia pasti akan:
1. Merusak iklim psikis yang baik.
2. Menurunkan produktifitas dan kegairahan kerja
3. Menambah frustasi para anggota
4. Memperbanyak penderita lahir-batin
5. Menimbulkan penderita-penderita neurosa di kalangan pengikutnya
6. Menambah agresivitas anak buahnya
7. Menimbulkan banyak konflik terbuka dan tertutup
8. Menyebabkan banyak keresahan sosial
Selanjutnya, etik pemimpin yang tidak dapat diingkari itu ialah :
1. Ia bertugas untuk memimpin, mengantur, mengelola, memanagemen
dengan rasa tanggung jawab.
2. Mengarahkan kelompok atau lembaga yang dipimpinnya.

Anda mungkin juga menyukai