Anda di halaman 1dari 3

INGIN PULANG MESKI SUDAH DIRUMAH

Ini tentang anak perempuan tunggal yang tinggal bersama dengan orang tua angkatnya, ini juga
tentang anak perempuan tunggal yang dipaksa untuk selalu bisa dalam menghadapi segala
situasi.
Diandra Seera Natalia, anak perempuan yang sudah menginjak usia 18 tahun. Andra hanya
memiliki satu sahabat laki-laki, setengah temannya sangat membencinya sedangkan setengahnya
lagi hanya merasa tidak peduli dan bodo amat dengan apa yang dilalui Andra.
Arkan Pradibta Baskarian atau lebih akrab disebut Arkan adalah satu satunya sahabat yang
Andra miliki, latar belakang Arkan kurang lebih sama dengan Andra bedanya, Arkan tetap
tinggal bersama dengan orang tuanya.
Arkan dan Andra sama sama memiliki orang tua yang sangat terobsesi dengan prestasi.
“Gue habis kena tonjok lagi sama bokap, dia tau gue dapat 6,5 diujian kimia kemaren” 7 kata
pertama adalah kalimat andalan Arkan jika mendapatkan nilai yang buruk, sedangkan Andra ia
akan mendapatkan hukuman sesuai dengan mood ayahnya.
“Lucu ya? Padahal kita ga minta buat dilahirin tapi selalu dituntuk untuk bisa ini dan itu” ucap
Andra pelan lalu tertawa yang jika di dengar seperti sebuah paksaan.
“Dian, lo mau masuk di univ mana nanti?” Tanya Arkan pada Andra
“Ga tau, tunggu perintah aja si gue” jawab wanita itu
“Lo bahagia ga?”
“Gue?” bukannya menjawab Andra justru bertanya balik sambil tertawa hambar, Arkan
menjawabnya hanya dengan satu anggukan saja
“Lo liat aja deh, gue ga tau jawaban yang tepat buat pertanyaan lo itu”
Diam, setelah kalimat itu keluar dari mulut Andra mereka hanya terdiam dan sama sama
menikmati keheningan yang menyelimuti mereka berdua.
Tidak ada yang tahu apa yang sedang keduanya pikirkan.
Anak yang dipaksa untuk memperoleh nilai yang baik dan mendapatkan prestasi dimana mana.
Anak yang dilarang bergaul kesana dan kesini. Kalimat ini mungkin bisa mendeskripsikan Arkan
dan Andra
Ini sangat berat jika dilalui sendirian namun, Andra dan Arkan keduanya kuat karena mereka
saling menguatkan.
“Gue pernah dengar kalau ukuran kebahagiaan seseorang itu tentang sejauh mana seseorang bisa
merasa nyaman terhadap pilihannya, tapi setiap gue milih ada aja tuh yang ga beres” ucap Arkan
Andra tertawa terbahak bahak mendengar Arkan bicara kemudian memukul lengan pria yang ada
di sebelahnya, “Heh, setiap pilihan yang lo punya itu semuanya ada konsekuensinya masing
masing. Apapun pilihan yang lo pilih jelas ada sisi buruknya, tinggal lo aja gimana cara
tanggapin masalahnya” diam sejenak sampai Andra kembali melanjutkan perkataannya
“Arkan lo udah gede, udah 18 tahun, lo harusnya belajar bagaimana bertanggung jawab atas
pilihan lo sendiri.”
Arkan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari kalimat yang dikeluarkan Andra
“Dian, lo ga capek di kekang mulu? Emang lo ga capek selalu dituntut untuk bisa ini itu?”
“Capek kok, tapi gue sadar kalaupun gue ngeluh ya tetap gini gini aja” jawab Andra
Arkan memang tipe orang yang banyak bicara dan Andra adalah tipe orang yang bicara jika
ditanya.
“Lo ikhlas?” tanya Arkan lagi dan lagi
“Ikhlas? Mungkin jawaban yang tepat ‘belum’ kali ya? Soalnya gue lagi berusaha buat belajar
nerima karena gue yakin semesta adil dalam memberi penawarnya”
“Berat banget ya Dian, tapi lo keliatan antenga aja”
Andra diam, bukannya ia marah hanya saja otaknya sedang bekerja mencari jawaban yang tepat
untuk perkataan Arkan barusan.
“Arkan, lo ga bisa liat orang dari luarnya aja, lo ga bisa liat orang dari satu sisi. Lo butuh sisi
lainnya untuk bisa melengkapi pandangan lo terhadap sesuatu”
“Arkan lo hebat banget deh, lo bisa bertahan sejauh ini. Lo kuat terus yah? Kuat buat diri lo
sendiri”
Kemudian hening kembali menyapa.
“Arkan, lo pernah gagal ga?”
Arkan berbalik, memandangi Andra yang masih tetap menatap gelas kopinya
“Pernah, sering malah”
“Terus lo kok biasa aja? Lo ga kena marah?” tanya Andra lagi
Arkan menghela nafasnya pelan, meneguk sisa kopi terakhirnya lalu memperbaiki duduknya
agar bisa menatap Andra dengan serius
Andra sedikit tersenyum, ia baru melihat sisi Arkan yang seperti ini, biasanya Arkan hanya akan
menjawab pertanyaannya dengan beberapa kalimat random tapi jika dilihat sekarang Arkan
sedang benar benar serius
“Dian, lo tau ga? Manusia itu harus gagal dulu baru bisa belajar” jawab Arkan lalu Andra
terdiam, ia mencoba mencerna apa yang barusan Arkan katakan.
Benar, apa yang Arkan katakana itu benar adanya. Manusia baru akan belajar jika ia sudah
merasakan yang namanya gagal.
Percakapan tadi adalah percakapan dua manusia yang suka diajak bercanda oleh semesta.
Percakapan sederhana yang dilakukan oleh dua manusia yang selalu merasa ingin pulang namun
sudah dirumah.

Anda mungkin juga menyukai