Kegiatan Belajar 1
Sentralisasi, Dekonsentrasi, Desentralisasi, dan Tugas Pembantuan
A. SENTRALISASI
Sentralisasi adalah pemusatan kewenangan politik dan administrasi di tangan
pemerintah pusat, yaitu presiden dan para menteri. Artinya jika suatu negara
memusatkan semua kewenangan pemerintahannya pada tangan presiden dan para
menteri, tidak dibagi-bagi kepada pejabatnya di daerah atau pada daerah otonom
hal itu disebut sentralisasi. Dalam sentralisasi, semua kewenangan baik politik
maupun administrasi, berada ditangan presiden dan para menteri (pemerintah
pusat) sebagai penanggung jawab organisasi pemerintahan tertinggi. Dengan kata
lain, semua kewenangan tersebut berada pada puncak jenjang organisasi. Sebagai
konsekuensinya, dalam melaksanakan kewenangan ini, anggarannya dibebankan
pada APBN.
B. DEKONSENTRASI
Kegiatan Belajar 2
Local Government: Daerah Otonom (Local Self-Government) dan Wilayah
Administrasi (Local State-Government)
Daerah otonom dan otonomi daerah itu berbeda. Daerah otonom menunjuk pada
Kesatuan masyarakat hukum yang tinggal di daerah setempat, sedangkan otonomi
daerah menunjuk pada sisi otonomi/kebebasan masyarakat daerah otonom untuk
membuat kebijakan dan melaksanakannya sesuai dengan kepentingannya, tanpa
campur tangan langsung dari pemerintah atasan.
Jadi, otonomi adalah hak yang diberikan kepada penduduk yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu untuk mengatur, mengurus, mengendalikan, dan mengembangkan
urusannya sendiri dengan tetap menghormati perundangan yang berlaku. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal
dalam suatu daerah sebagai Kesatuan masyarakat hukum untuk mengatur,
mengurus, mengendalikan, dan mengembangkan urusannya sendiri dengan tetap
menghormati peraturan perundangan yang berlaku.
Kegiatan Belajar 3
Administrasi Pemerintahan Daerah dan Birokrasi Lokal
C. BIROKRAT LOKAL
Sebagai sebuah negara, Republik Indonesia memiliki undang-undang dasar yaitu UUD
1945. Berdasarkan UUD 1945, kerangka kenegaraan dan sistem pemerintahan
Republik Indonesia diatur. UUD 1945 menegaskan bahwa negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik. Ditegaskan pula bahwa Indonesia adalah
negara hukum yang berkedaulatan rakyat.
Kegiatan Belajar 1
Dasar Pembentukan Pemerintahan Daerah di Indonesia
A. PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa daerah terdiri atas daerah besar dan daerah
kecil. Dalam penjelasan yang dimaksud, daerah besar nomenklaturnya disebutkan
secara jelas, yaitu provinsi, sedangkan daerah kecil sama sekali tidak disebutkan.
Agar semuanya jelas, kita harus melihat setting sosial politik saat Pasal 18
dirumuskan.
Kita semua tahu bahwa UUD 1945, termasuk di dalamnya Pasal 18, dibuat melalui
pembahasan dalam sidang-sidang BPUPKI mulai 29 Mei sampai dengan 18 Agustus
1945. Pada saat itu, negara Indonesia di bawah kekuasaan bala tentara Dai Nippon
Jepang. Pada dasarnya, Pemerintah Bala Tentara Jepang mewarisi sistem
Pemerintahan Hindia Belanda. Oleh karena itu, dalam menyelenggarakan
pemerintahannya, Jepang tetap menggunakan struktur Pemerintahan Belanda
dengan sedikit perubahan. Perubahan dimaksud adalah menghapus provinsi dan
afdeling. Di samping itu, nomenklatur dan sebutan pejabatnya diganti dengan bahasa
Jepang.
Menurut Pasal 18 dan penjelasannya UUD 1945, diakui adanya daerah otonom,
daerah administrasi, dan daerah istimewa. Daerah istimewa merujuk pada daerah-
daerah bekas daerah swapraja dan kesatuan masyarakat hukum pribumi yang ada
pada zaman Hindia Belanda. Pasal 18 B ayat (1) UUD 1945 mengakui daerah otonom
yang bersifat khusus dan yang bersifat istimewa. Adapun Pasal 18 B ayat (2) UUD
1945 memberi mandat kepada negara untuk mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat dengan hak-hak tradisionalnya yang masih hidup
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan sesuai dengan prinsip NKRI. Kesatuan
masyarakat hukum adat itu bukan desa bentukan pemerintah, tetapi komunitas asli
yang mengatur dirinya dengan hukum adat yang di dunia internasional disebut
indigenous and tribal peoples.
Kegiatan Belajar 2
Hubungan Pusat dan Daerah
Sistem rumah tangga daerah menurut UUD 1945, adalah (a) harus menjamin
keikutsertaan rakyat; (b) bersifat asli bukan sesuatu yang diserahkan oleh satuan
pemerintahan tingkat lebih atas; (c) memberi tempat bagi prakarsa dan inisiatif
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri; (d) berbeda-beda
antara satu daerah dan daerah lain; (e) mencerminkan hubungan desentralistis
antara pusat dan daerah; (f) ditujukan untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial; serta (g) ada tempat bagi pemerintah pusat untuk
mempengaruhi rumah tangga daerah demi menjamin pemerataan keadilan dan
kesejahteraan sosial.
Hubungan pusat dan daerah diatur dalam mekanisme hubungan di bidang otonomi,
dekonsentrasi, tugas pembantuan, susunan organisasi, keuangan, dan pengawasan.
Di bidang otonomi, pusat menciptakan hubungan desentralistis sehingga memberi
keleluasaan dan kebebasan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingannya
berdasarkan kehendaknya. Di bidang dekonsentrasi, pusat menciptakan hubungan
pengendalian pada daerah agar tetap berada dalam koridor negara kesatuan. Di
bidang tugas pembantuan, pusat memberi tugas kepada daerah sesuai dengan
peraturan-peraturan perundangan dengan tanggung jawab pada pemerintah daerah.
Di bidang susunan organisasi, pemerintahan daerah terdiri atas daerah besar
(provinsi) dan daerah kecil (kabupaten/kota dan desa) yang harus bersendikan
permusyawaratan/demokrasi. Di bidang keuangan, pusat memberi keleluasaan
kepada daerah untuk mencari dana sendiri Iewat pajak dan retribusi dengan
memberi campur tangan keuangan untuk mengatur pemerataan dan keadilan sosial.
Di bidang pengawasan, pusat melakukan pengawasan represif dan preventif kepada
daerah agar tetap berada pada koridor peraturan perundang-undangan.
Kegiatan Belajar 3
Sistem Administrasi Pemerintahan Daerah
A. KEWENANGAN
B. ORGANISASI
UU Nomor 23/2014, pemerintah daerah terdiri atas provinsi, kabupaten, dan kota.
Masing-masing satuan pemerintahan tersebut sebagai daerah otonom sekaligus
sebagai wilayah administrasi. Sebagai daerah otonom, ia berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan yang diserahkan kepadanya; sebagai wilayah
administrasi kepala daerahnya dan juga sebagai wakil pemerintah pusat di
daerahnya. Hubungan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatem/kota
sebagai daerah otonom adalah hubungan koordinasi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan, sedangkan sebagai wilayah administrasi pemerintah provinsi
yang membawahi pemerintah kabupaten/kota dalam hubungan hierarki.
C. KEUANGAN
D. KEPEGAWAIAN
Dalam negara kesatuan, seperti Indonesia, semua urusan pemerintahan dimiliki oleh
pemerintah pusat. Pemerintah pusat dalam negara Indonesia yang wilayahnya
sangat besar ini akan mengalami banyak kesulitan jika semua urusan pemerintahan
yang dimiliki tersebut diselenggarakan sendiri. Agar pusat tidak menanggung beban
yang terlalu berat, sebagian urusan pemerintahan tersebut diserahkan atau
dilimpahkan kepada daerah.
Cara pemerintah pusat menyerahkan atau melimpahkan urusan pemerintahan
tersebut ada dua cara. Pertama dengan cara diperinci satu per satu (ultra vires
doctrine) dan kedua dengan cara membuat rumusan umum (open end arrangement
atau general competence).
Kegiatan Belajar 1
Urusan Pemerintahan dan Cara Penyerahannya kepada Daerah
Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Karena itu, kedaulatan berada ditangan
rakyat. Karena pemilik kedaulatan adalah rakyat, yang memiliki kewenangan
menyelenggarakan negara ini juga rakyat.
Dalam bidang legislatif, dibuatlah Sistem perwakilan. Rakyat memilih wakil-wakilnya
untuk duduk dalam lembaga tinggi negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang terdiri atas DPR dan DPD, lalu memberi mandat untuk melaksanakan
sebagian kedaulatannya.
Dalam bidang eksekutif, rakyat menyerahkan kedaulatannya kepada presiden
dengan cara memilihnya secara langsung.
Isi kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat mencakup urusan pemerintahan
umum dan urusan pemerintahan di luar urusan pemerintahan umum. Kristiadi
(1992) menjelaskan bahwa urusan pemerintahan umum mencakup pengaturan
kehidupan politik, sosial, ketertiban, pertahanan, dan keamanan. Sementara itu,
urusan pemerintahan di luar urusan pemerintahan umum meliputi penyediaan
pelayanan masyarakat dalam arti luas, seperti pelayanan kesehatan, pos, dan
telekomunikasi.
Humes IV (1991: 3-7) menjelaskan bahwa dasar pendistribusian kewenangan antara
pusat dan daerah terdiri atas dua pendekatan. Pertama, Berdasarkan pada basis
kewilayahan (teritorial). Kedua, berdasarkan pada basis fungsional. Pada basis
teritorial, kewenangan untuk menyelenggarakan urusan urusan lokal didistribusikan
di antara satuan wilayah (local state government) dan pemerintah lokal (local self-
government). Adapun pada basis fungsional kewenangan untuk menyelenggarakan
urusan urusan lokal didistribusikan antara kementerian-kementerian sektoral/khusus
dan agen-agennya yang berada di luar kantor pusatnya (instansi vertikal) sebagai
pelaksana kebijakan (kebijakan administratif).
Kegiatab Belajar 2
Kewenangan Pemerintah Pusat
A. PEMERINTAH PUSAT
Pemerintah pusat memiliki semua kewenangan pemerintahan. Hal ini sebagai akibat
pelimpahan dari rakyat kepada presiden melalui pemilu. Akan tetapi, sesuai dengan
UUD 1945, pemerintahan harus diselenggarakan secara terdesentralisasi. Oleh
karena itu, sebagian kewenangan tersebut harus diserahkan kepada daerah. Sesuai
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan pusat dibatasi hanya pada bidang
politik luar negeri, hankam, moneter dan fiskal, peradilan, agama, serta kewenangan
lain. Kewenangan provinsi adalah kewenangan lintas kabupaten/kota, bidang
pemerintahan tertentu, kewenangan yang belum dapat dilaksanakan pemerintah
kabupaten/kota, dan kewenangan yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat.
Sedangkan kewenangan kabupaten/kota adalah semua kewenangan, selain
kewenangan pusat dan provinsi.
Kegiatan Belajar 3
Koordinasi dan Kerja Sama Antarpemerintahan Daerah
A. PENGERTIAN KOORDINASI
Kegiatan Belajar 1
Perencanaan Keuangan Daerah
Jika daerah tidak mempunyai anggaran yang cukup, daerah tidak dapat
menyelenggarakan program pelayanan publik. Dengan demikian, keuangan daerah
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Davey (1989) menyatakan bahwa kemampuan keuangan daerah ditentukan oleh
adanya sumber pendapatan daerah dan tingkat lukratifnya. Tingkat lukratif tidaknya
sumber pendapatan daerah ditentukan oleh sejauh mana dasar pengenaan pajak
responsif terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat beberapa cara dalam menyusun anggaran, di antaranya adalah line item
budgeting (traditional budgeting), penganggaran berdasarkan kinerja (performance
budgeting), planning programing budgeting system, dan zero base budgeting.
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat
dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Keuangan daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuangan Daerah
A. PELAKSANAAN APBD
Setiap OPD yang mempunyai tugas memungut atau menerima pendapatan daerah
wajib melaksanakan pemungutan atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Penerimaan OPD berupa uang
atau cek harus disetor ke rekening kas umu daerah paling lama satu hari kerja.
Selanjutnya, PPKD paling lama tiga hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan memberitahukan semua kepala OPD agar menyusun rancangan DPA-OPD.
Rancangan DPA-OPD memuat sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, rencana penarikan dana
tiap-tiap OPD, serta pendapatan yang diperkirakan.
APBD dimungkinkan mengalami perubahan apabila terjadi seperti perkembangan
yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan; serta keadaan darurat dan luar biasa.
Kegiatan Belajar 3
Akuntansi, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah pada dasarnya tidak terlepas dari
pembinaan dan pengawasan pemerintah pusat. Pemerintah pusat melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah yang
dikoordinasikan oleh menteri dalam negeri. Pembinaan pengelolaan keuangan
daerah untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil
pemerintah pusat. Sementara itu, DPRD melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan yang dilakukan DPRD
bukan pemeriksaan, tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Peraturan daerah tentang APBD.
Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.
Pengendalian intern merupakan proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan
yang memadai mengenai pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari
keandalan laporan keuangan, Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan
kegiatan, serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan.
Kemudian pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
secara ekstern dilakukan oleh BPK. BPK mengaudit semua item pos anggaran
pemerintah daerah, baik yang anggarannya bersumber dari APBD maupun APBN.
Pemerintah daerah harus dapat mempertanggungjawabkan setiap penggunaan
anggaran.
Lembaga pemerintahan daerah terdiri atas mayor dan council. Horton dan Hunt
(1984:211) menjelaskan, lembaga adalah sistem norma untuk mencapai tujuan atau
kegiatan yang dirasa penting. Lembaga adalah proses yang terstruktur yang dipakai
orang untuk menyelenggarakan kegiatannya. Dengan demikian, lembaga
pemerintahan daerah adalah sistem aturan atau proses yang terstruktur yang
digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah. Sistem aturan ini lalu
dikonkretkan menjadi organisasi. Jadi, organisasi adalah wujud konkret dari lembaga
yang bersifat abstrak. Melalui wujud organisasi inilah, lembaga pemerintahan daerah
menjalankan fungsi dan kegiatannya untuk mencapai tujuan.
Sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, lembaga pemerintahan daerah terdiri atas
mayor dan council. Masing-masing lembaga menjalankan fungsi sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam sistem administrasi negara Indonesia. Dilihat dari
administrasi publik, kedua lembaga tersebut merupakan kesatuan integral yang
memberikan pelayanan publik sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka
mencapai tujuan pemerintah daerah.
Kegiatan Belajar 1
Dewan Lokal dan Eksekutif Daerah
Organ pemerintahan daerah berubah sejak UU Nomor 18/1965 sampai sekarang (UU
Nomor 32/2014). Sejak tahun 1965, organ pemerintahan daerah terdiri atas dewan
lokal (council), yaitu DPRD dan mayor (gubernur/bupati/wali kota) dan committee
(dinas dan badan). Menurut UU Nomor 32/2014, badan pelaksana urusan
pemerintahan yang didesentralisasikan adalah dinas dan badan di bawah
gubernur/bupati/wali kota.
Kedudukan kepala daerah (mayor) di bawah UU Nomor 23/2014 mempunyai dua
fungsi (dual function), yaitu 1) sebagai alat daerah otonom dan 2) sebagai wakil
pemerintah pusat. Oleh karena itu, daerah otonom provinsi (local self-government)
sekaligus sebagai wilayah administrasi (local state-government). Begitu juga daerah
otonom (local self-government) kabupaten/kota juga sekaligus sebagai wilayah
administrasi (local state-government).
Hal ini berbeda dengan pengaturan di bawah UU Nomor 22/1999, yaitu provinsi dan
kabupaten/kota adalah murni daerah otonom (local self-government) bukan
campuran antara local self government dan local state-government. Model
pemerintahan daerah di bawah UU Nomor 23/2014 mirip dengan model
pemerintahan daerah pada
masa penjajahan Belanda di bawah Indische Staatsregeling 1922. Oleh karena itu,
gubernur dan bupati/wali kota adalah kepala daerah otonom sekaligus wakil
pemerintah pusat yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah otonom.
Perbedaannya, pada zaman penjajahan Belanda, yang pertama
gubernur/bupati/walikota diangkat oleh pemerintah pusat, sedangkan dibawah UU
Nomor 23/2014 dipilih langsung oleh rakyat; kedua yang melaksanakan tugas
pemerintahan harian adalah college, sedangkan di bawah UU Nomor 23/2014 adalah
gubernur/bupati/walikota dan kepala-kepala dinas.
Kegiatan Belajar 2
Perangkat Daerah (Committee)
Sesuai dengan UU Nomor 23/2014, perangkat daerah terdiri atas Perangkat daerah
provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota. Perangkat daerah provinsi terdiri
atas hal berikut:
1. Sekretariat daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Inspektorat;
4. Dinas; dan
5. Badan.
A. SEKRETARIAT DAERAH
Sekretariat daerah merupakan staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang
sekretaris daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
daerah. Sekretariat daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan
tatalaksana, serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat
daerah.
B. SEKRETARIAT DPRD
Sekretariat DPRD adalah unsur staf pelayanan DPRD. Sekretariat DPRD merupakan
unsur pelayanan terhadap DPRD, dipimpin oleh seorang sekretaris yang bertanggung
jawab kepada pimpinan DPRD, dan secara administratif dibina oleh Sekretaris
Daerah. Sekretariat DPRD mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif
kepada anggota DPRD.
C. INSPEKTORAT DAERAH
Inspektorat adalah perangkat daerah yang mempunyai fungsi pengawasan atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan dan
ditugaspembantuankan. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur dan bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
D. DINAS DAERAH
Dinas merupakan unsur pelaksanaan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan
dan ditugaspembantuankan. Dinas dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
E. BADAN
Badan merupakan unsur penunjang pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang
dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
F. KECAMATAN
Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota.
Camat adalah kepala Kecamatan. Status Kecamatan sesuai dengan UU Nomor 22
Tahun 1999 juncto UU Nomor 32/2004 juncto UU Nomor 23/2014 bukan lagi sebagai
wilayah administrasi, tetapi sebagai wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah
kabupaten/kota. Dengan demikian, Camat adalah perangkat daerah kabupaten atau
daerah kota, bukan sebagai kepala wilayah. Pembentukan Kecamatan ditetapkan
dengan peraturan daerah. Camat diangkat oleh bupati atau walikota atas usul
Sekretaris Daerah. Camat bertanggung jawab kepada bupati atau walikota.
Kegiatan Belajar 3
Instansi Vertikal di Daerah
Instansi vertikal adalah lembaga milik pusat yang ditempatkan di luar kantor
pusatnya. Lembaga ini pada dasarnya adalah kantor cabang dari kementerian pusat
yang dibentuk di wilayah-wilayah negara di luar kantor pusatnya. Instansi vertikal
adalah kantor cabang dari kementerian pusat di daerah berdasarkan asas
dekonsentrasi. Instansi vertikal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
menteri yang bersangkutan. Hanya dalam menyelenggarakan tugasnya, instansi
vertikal di bawah koordinasi kepala daerah tempat instansi vertikal tersebut berada.
Sama halnya dengan keadaan di provinsi, semua instansi kecuali instansi vertikal
yang bidangnya masih menjadi kewenangan Pusat juga dihapus atau dilikuidasi.
Namun, sama halnya dengan provinsi, tidak semua kementerian yang masih
menangani kewenangan pemerintahan pusat membentuk instansi vertikal di
kabupaten/kota. Keberadaan instansi vertikal di kabupaten/kota disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan Kementerian yang bersangkutan dan penilaian pemerintah
mengenai perlu tidaknya suatu wilayah dibentuk instansi vertikal tertentu. Misalnya,
untuk Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota sampai saat ini ini masih memiliki
cabangnya di kabupaten/kota bahkan sampai kecamatan an dengan nomenklatur
kantor Kementerian Agama kabupaten/kota dan kantor urusan agama kecamatan.
Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota dan Kantor Urusan Agama Kecamatan
adalah kantor cabang Kementerian Agama. Iya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Agama. Sementara itu, penyelenggaraan tugas dan fungsinya
harus berkoordinasi dengan bupati/walikota untuk Kantor Kementerian Agama
kabupaten/kota dan berkoordinasi dengan Camat untuk Kantor Urusan Agama.