Anda di halaman 1dari 36

ANALISA PIROLISIS DI DALAM INCINERATOR

MENGGUNAKAN SIMULASI AUTODEKS


INVENTOR

SEMINAR PROPOSAL

Disusun Oleh:

NURIMAN
NIM. 1710103004443

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TENGERANG SELATAN
2021
PERMOHONAN PERSETUJUAN JUDUL

Pamulang, 1 September 2021

Perihal : Permohonan Persetujuan Judul Tugas Akhir

Kepada Yth.Bapak Nur Rohmat, ST., MT

Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1

Di Tempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : NURIMAN

NIM : 171010300443

Jurusan : Teknik Mesin Strata satu (S-1)

Fakultas : Teknik, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan

Dengan ini saya bermaksud mengajukan permohonan judul tugas akhir untuk
melengkapi persyaratan kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1) di jurusan Teknik
Mesin. Adapun judul tugas akhir yang saya ambil adalah :

“ANALISIA PIROLISIS DI DALAM INCINERATOR DENGAN SIMULASI


AUTODEKS INVENTOR”

Besar harapan saya, judul tersebut dapat Bapak terima. Atas perhatian dan
dukungannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

( NURIMAN )

i
DAFTAR ISI

Halaman
PERMOHONAN PERSETUJUAN JUDUL ........................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pirolisis ................................................................................... 5


2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pirolisis ................................ 7
2.3 Pengertian Incinerator ............................................................................ 10
2.4 Sampah Plastik ....................................................................................... 14
2.5 Simulasi .................................................................................................. 14
2.6 Autodesk Autocad .................................................................................. 16
2.7 Autodesk Inventor .................................................................................. 19
2.8 Analisa Sistem Pirolisis .......................................................................... 21
2.9 Hukum Newton ...................................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gambar Pirolisis ............................................................................... 10

Gambar 2. 2 Incinerator Pirolisis .......................................................................... 11

Gambar 2. 3 AutoCAD 2017 ................................................................................ 16

Gambar 2. 4 Autodeks Inventor ............................................................................ 19

Gambar 2. 5 Tegangan .......................................................................................... 22

Gambar 2. 6 Regangan .......................................................................................... 22

Gambar 2. 7 FEA .................................................................................................. 23

Gambar 2. 8 Von Mises ........................................................................................ 24

Gambar 2. 9 Safety Factor .................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh


negara-negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia, termasuk
Indonesia. Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan
lingkungan saja, akan tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi
menimbulkan konflik (Damanhuri, 2010). Sistem pengolahan sampah di Indonesia
umumnya masih terbilang tradisional ini seringkali akhirnya berubah menjadi
praktek pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis
di lokasi yang sudah ditentukan. Pengelolaan sampah saat ini berdasarkan UU No
18 Tahun 2008 dan PP No 81 Tahun 2012 di lakukan dengan dua fokus utama yakni
pengurangan dan penanganan sampah.

CV. Tirta Sasmita merupakan perusahaan yang terintergrasi akademik dari


universitas pamulang ,yang memiliki visi untuk memenuhi kebutuhan akan air
minum yang sangat tinggi untuk lingakungan kampus Universitas Pamulang ( Tirta
Sasmita )Limbah Produksi dari CV. Tirta Sasmita sendiri perhari mencapai 50kg.
sampah yaitu terdiri dari botol plastik dan plastik galss cup.

Salah satu alternatif untuk mengolah sampah adalah metode incinerator dan
pirolisis. Metode pirolisis dapat memicu keinginan masyakat untuk mendaur ulang
sampah karena adanya energy recovery dari proses ini. Energy recovery yang
didapat dari pirolisis yaitu produk gas, minyak, dan arang. Proporsi hasil tergantung
dari metode pirolisis, karakteristik biomassa dan parameter reaksi. Lee et al. (2003)
meneliti tentang laju degradasi konversi plastik polyethylene menjadi hidrokarbon
cair. Struktur kimia yang dimiliki hidrokarbon cair tersebut memungkinkannya
untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi. Miller et al. (2005) telah
membuktikan bahwa plastik polyethylene dapat dirubah menjadi minyak pelumas
dengan metode pirolisis. Plastik tersebut dipanaskan pada suhu tinggi sebesar 800-
1000°C

1
2

Oleh karena itu sebelum melakukan rancang bangun alat, penulis akan
melakukan tahap simulasi terlebih dahulu yang akan di fokuskan ke pirolisis agar
mengetahui ketebalan bahan yang tepat dan usia pakainya dengan tekanan yang di
variasikan.

Simulasi yang dimaksud adalah dengan menggunakan perangkat software/


aplikasi dalam komputer seperti AutoCAD dan Solid work

Aplikasi Autocad sendiri berfungsi sebagai desain awal penggambaran


dengan ukuran yang di tentukan setelah itu di simulasikan dengan Solidwork agar
mengetahui ketebalan dan Usia pakai alat dengan tekanan yang di variasikan.

Cara Kerja dari sistem ini adalah reaktor dalam incinerator akan membakar
reaktor di dalam pirolisis kemudian hasil dari pirolisis akan di ubah menjadi minyak
dan minyak tersebut yang akan di jadikan bahan bakar pertama untuk membakar
sampah pada incinerator

Pada kesempatan ini penulis akan meng analisa ketebalan bahan dan usia
pakai alatnya menggunakan simulasi.Untuk itu saya akan membahas lebih jauh
pada tugas akhir yang saya ajukan ini dengan judul

“ ANALISA PIROLISIS DALAM INCINERATOR DENGAN SIMULASI


AUTODEKS INVENTOR “
3

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya dalam tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana mengetahui ukuran ketebalan bahan yang pas untuk pirolisis


dengan tekanan yang di tentukan ?
2. Bagaimana mengetahui bahan yang pas untuk tabung pirolisis ?

1.3 Batasan Masalah


1. Pegujian hanya dilakukan pada pirolisis
2. Bahan uji ditekankan pada pirolisis

1.4 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis Ketebalan bahan pirolisis dengan tekanan yang di berikan
menggunakan simulasi
2. Mengetahui bahan yang pas untuk pirolisis

1.5 Manfaat Penelitian


1. Memberikan masukan yang positif terhadap pengembangan dan pemberdayaan
teknologi tepat guna
2. Meningkatkan mutu pendidikan yang didasarkan pada pengembangan ilmu
tertulis terhadap Pirolisis yang sesungguhnya.
3. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan teknologi yang lebih maju dan
berdaya guna.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah membuat penelitian perlu di perhatikan dalam


penyusunannya.Sistematika penulisan penilitian ini terdiri dari lima bab, yaitu :
4

BAB I PENDAHULUAN

Membuat uraian tentang latar belakang penelitian, perumusan


masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

Pada bab ini memuat tentang uraian teori-teori tinjauan pustaka baik
dari buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian ini serta dapat dijadikan acuan dalam
membahas permasalahan yang dihadapi dalam penelitian dan
memuat penjelasan tentang penelitian terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi uraian tentang tahapan pemecahan masalah serta
langkah pemecahan permasalahannya sesuai dengan metode yang
digunakan oleh penulis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijabarkan tentang hasil analisis data yang
didapat dari objek penelitian (sampel) beserta penjelasan yang
diperlukan. Analisi data dan penjabarannya akan didasarkan pada
landasan teori yang telah dijabarkan pada Bab II, sehingga segala
permasalahan yang dikemukakan dalam Bab I dapat terpecahkan
atau mendapatkan solusi yang tepat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang
diperoleh berdasarkan hasil pengolahan dan analisa.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pirolisis

Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis
adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya meninggalkan karbon
sebagai residu, disebut karbonisasi. Metode pengolahan sampah dengan pirolisis
dianggap sebagai alternatif inovatif untuk mengolah sampah padat yang
menghasilkan zat-zat kimia berbeda dan bahan bakar (Schaefer, 1975; Malkow,
2004).

Energi yang diperoleh dari metode pirolisis lebih bersih atau ramah lingkungan
dibandingkan dengan energi hasil dari insinerator sampah. Besarnya emisi nitrogen
oksida (NOx) dan sulfur oksida (SO2) juga lebih sedikit sebagai hasil dari proses
atmosfer inert dan pencucian syngas sebelum pembakaran. Selain emisi gas
berkurang, kualitas residu padat dari pirolisis lebih baik daripada teknik pengolahan
sampah perkotaan lain (Saffarzadeh et al., 2006).

Reaksi yang berlangsung dalam proses pirolisis dapat dinyatakan


sebagai: Arang + Cairan + Gas + H2O (1) dimana Q adalah panas panas
yang perlu dimasukan ke reaktor agar reakasi berjalan. Hal tersebut mencakup 3
komponen yaitu:

1. Penguapan kelembaban Q1

Selama pirolisis berlangsung, bahan baku tidak akan mengalami proses


dekomposisi thermal sebelum terjadinya penguapan

kelembaban (Q1). Nilai Q1 dapat dihitung sebagai:

𝑄1 = 𝑊 𝑥 2260, 𝑘𝐽 𝑘𝑔−1

5
6

dimana W adalah kadar air bahan baku untuk reaktor (dalam %). Untuk
mengurangi bagian dari energi ini, komponen sampah padat dengan kadar air tinggi
seperti limbah makanan, biomassa disarankan untuk mengeringkan bahan baku
terlebih dahulu (Chen et al., 2014).

2. Kebutuhan kalori dari pirolisis Q2

Kebutuhan kalori pirolisis dihitung menggunakan persamaan(Raveendran et


al., 1996):𝑄2 = 𝐶𝑃,𝑀 ∫ 𝑚𝑀𝑑𝑇 + 𝐶𝑝,𝑐ℎ ∫ 𝑚𝑐ℎ 𝑑𝑇 + 𝐶𝑝 ∫ 𝑚𝑣𝑑𝑇 + 𝑄𝑝, 𝑘𝐽 𝑘𝑔−1
dimana 𝐶𝑃,𝑀, 𝐶𝑝,𝑐ℎ , 𝐶𝑝,𝑣 adalah kapasitas panas spesifik dari bahan kering
seperti arang dan kadar uap yang dihasilkan, 𝐽 𝑘𝑔−1°𝐶−1; 𝑚𝑀, 𝑚𝑐ℎ , dan 𝑚𝑣
adalah mass ratio dari bahan kering seperti arang dan kadar uap terhadap bahan
baku (%). Ketiga item di sisi kanan persamaan merupakan energi yang dibutuhkan
untuk pemanasan bahan baku dan produk terhadap suhu pirolisis. Nilai 𝑄𝑝 adalah
panas reaksi pirolisis dalam 𝐽 𝑘𝑔−1. 𝑄2 dapat diperoleh melalui teknik pemindaian
calorimetry (DSC) atau analisis termal diferensial (DTA) untuk komponen sampah
padat yang berbeda (He et al., 2006). Telah ditemukan bahwa untuk desain reaktor
nilai 𝑄𝑝 dapat diabaikan dan nilai 𝑄2terutama ditentukan oleh suhu pirolisis
(Boukis et al., 2007; Wang et al., 2012). Semakin tinggi suhu pirolisis tidak hanya
mengakibatkan kebutuhan energi yang lebih tinggi, tetapi juga menambah resiko
keamanan reaktor.8

3. Radiation loss dari reaktor ke lingkungan Q3

Dalam keadaan panas ditransfer dari luar ke bagian dalam reaktor, nilai 𝑄3
dapat diabaikan untuk desain permukaan perpindahan panas. Sebaliknya, jika
reaktor dipanaskan sehingga terjadi transfer panas dari dalam ke luar, permukaan
perpindahan panas harus menanggung sebagian energi untuk menjaga suhu reaktor.
Sistem isolasi yang lebih baik akan mengurangi radiation loss Q3(Chen et al.,
2014).Bahng et al. (2009) membagi metode pirolisisi menjadi tiga variasi, yaitu:
7

a. Pirolisis lambat (slow pyrolysis)

Pirolisis lambat merupakan pirolisis konvensional dimana nilai laju


pemanasannya dijaga agar tetap kecil (sekitar 0,1–1°Cs-1). Laju pemanasan
yang lambat menghasilkan produk char yang lebih tinggi daripada produk cair
dan gas. Pirolisis lambat telah digunakan ratusan tahun, utamanya pada proses
pembuatan batu bara. Pada pirolisis kayu, biomassa dibakar pada suhu sampai
sekitar 500°C. Waktu tinggal gas bervariasi dari 5 sampai 30 menit. Durasi
pembakaran yang lebih lama akan membuat produk gas bereaksi dengan
produk lain membentuk char.

b. Pirolisis cepat (fast pyrolysis)

Pirolisis cepat terjadi hanya dalam beberapa detik sehingga reaksi kinetik,
fase transisi, pemanasan dan transfer masa memegang peranan sangat penting.
Sedangkan pirolisis lambat menurunkan hasil minyak tetapi banyak
menghasilkan uap dalam bentuk gas dan arang (Van de Velden et al., 2010).
Pemberian waktu tinggal yang lama di dalam reaktor menyebabkan hasil fase
gas berpotensi bereaksi dengan hasil pirolisis lain menjadi bentuk arang
(Bahng et al., 2009).

c. Pirolisis kilat (flash pyrolysis)

Pirolisis kilat merupakan peningkatan versi dari pirolisis cepat, dimana


laju pemanasan sangat tinggi, yaitu di atas 1000°Cs-1dengan waktu reaksi
hanya beberapa detik. Reaktor yang bisa digunakan untuk pirolisis kilat adalah
fluidized bed reactors,vacuum pyrolysis reactor, rotating cone reactor,
entrained flow reactor, ablative, vortex, dan twin screw reactors. Entrained
flow reactor dan fluidized bed reactors merupakan reaktor terbaik untuk proses
pirolisis ini. Berdasarkan laju pemanasan dan durasi pembakaran yang cepat,
pirolisis kilat membutuhkan bahan baku

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pirolisis

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dampak bahan baku


seperti kertas, plastik, kain, terhadap keefektifan proses pirolisis (Wu et al., 2003.;
8

Wu et al., 2005; Zhang et al., 2008; Zheng et al., 2009.; Luo et al., 2010a; Ates et
al., 2013; Zeaiter, 2014; Islam et al., 2013). Beberapa penelitian tentang dampak
komposisi beberapa jenis kayu terhadap produk pirolisis dapat diringkas pada Tabel
2.3. Dari penelitian yang ada, masih sedikit jurnal yang membandingkan bahan
baku variasi jenis kayu terhadap kualitas produk pirolisis.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pirolisis adalah:


a. Komposisi bahan / jenis bahan

Biomassa dan plastik dapat dibakar dengan kondisi termal seperti pirolisis
(Caglar dan Aydinli, 2009). Penambahan material plastik kedalam proses
pirolisis menghasilkan peningkatan kandungan hidrogen dalam produk minyak
dibandingkan proses pirolisis biomassa tanpa plastik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa komposisi bahan yang berbeda pada proses pirolisis
menghasikan kandungan berbeda untuk minyaknya (Bhattacharya et al., 2009).

b. Temperatur

Temperatur memegang peranan penting terhadap hasil pirolisis. Pada


temperatur yang lebih tinggi maka jumlah gas semakin banyak, tetapi terjadi
penurunan terhadap jumlah padatan dan minyak (Encinar et al., 2009).
Peningkatan temperatur juga menyebabkan peningkatan komponen fixed
carbon, penurunan persentasi bahan volatile dan terjadi kenaikan terhadap
komponen abu. Peningkatan temperatur juga menyebabkan konsentrasi
maksimum lebih besar dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi lebih pendek,
sehingga produksi molar meningkat (Encinar et al.,2009). Temperatur
maksimum untuk menguraikan bahan organik adalah 450-650°C, tetapi proses
penguraian menurun ketika temperatur diatas 750°C (Bahng et al., 2009). Pada
suhu yang lebih tinggi dari 700°C, syngas adalah produk yang penting. 12
Sebagian besar penelitian lebih memerhatikan produk cair dan syngas daripada
char karena pada faktanya minyak dan syngaslebih berharga. Laju pemanasan
(heating rate)

Laju pemanasan (heating rate) bervariasi dari sekitar 4°C min1 sampai
670°C s-1. Heating rate tinggi berdampak pada lebih tingginya zat yang mudah
9

menguap (volatile matter seperti tar dan gas) sehingga lebih sedikit residu yang
dihasilkan (Yi, 2007; Velghe et al, 2011). Tingginya heating rate juga
berdampak pada durasi pembakaran lebih lama dan tingginya syngas yang
diperoleh karena terjadi proses pemecahan tar. Jika kandungan volatile matter
secara langsung diekstrak, maka produk cair pirolisis dapat diperoleh lebih
bayak (Font et al., 1995a, b). Secara teoritis heating rate dapat dihitung dengan
persamaan (4).𝐻𝑅 =∆𝑇.𝛼𝑚.𝐶𝑝, ℃ 𝑆−1 (4)dimana ∆𝑇 adalah perbedaan
temperatur antara dinding reaktor dan bahan baku(℃); 𝛼 adalah koefisien
transfer panas di dalam reaktor (W m-2 °C-1); m adalah massa bahan baku
setiap m2 dari permukaan transfer panas (dinding reaktor)(kg m-2); 𝐶𝑝 adalah
panas spesifik dari bahan baku (J kg-1 °C-1).Durasi pembakaran di reaktor
(detention time)Waktu tinggal bahan (detention time) dalam zona reaksi
merupakan parameter penting; bervariasi antara beberapa detik sampai 2 jam
(Chen et al., 2014a).

Waktu tinggal yang lebih lama akan meningkatkan pemecahan tar retak
dan menghasilkan produk gas yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, waktu
tinggal yang lebih lama juga mengurangi kadar air dan wax dalam produk cair.
Hal ini sejalan dengan peningkatan kualitas produk (Velghe et al.,2011).
Dampak kompleks dari waktu tinggal yang lama dapat disimpulkan dari
Persamaan (1). Dalam waktu tinggal lebih lama, lebih banyak panas yang
masuk ke reaktor sehingga kemampuan penguapan air bertambah. Proses
pemecahan tar ke molekul kecil dan penguapan zat organik dari char lebih
banyak akan menghasilkan hasil gas pirolisis yang lebih tinggi. Kerugian dari
13waktu tinggal lebih lama adalah menyebabkan kapasitas pengolahan reaktor
yang lebih sedikit.

c. Ukuran bahan baku

Pengaruh ukuran partikel tidak secara ekstensif diteliti, tetapi pada


umumnya partikel lebih kecil menghasilkan luas permukaan lebih besar dan
heating rate lebih cepat (Di Blasi, 1996). Ukuran partikel yang lebih kecil
menghasilkan produk cairan dan gas pirolisis yang lebih tinggi. Bahan baku
yang lebih besar menyebabkan detention time yang tinggi karena dengan
10

heating rate yang lebih rendah. Pada penelitian Luo et al. (2010b), meskipun
temperatur sudah cukup tinggi, hasil produk priolisis lebih kecil. Hal ini
disebabkan partikel bahan baku yang luas permukaannya kecil mengakibatkan
heating rate lebih rendah dan tingkat radiasi perpindahan panas lebih tinggi.
Pada dasarnya pengaruh ukuran partikel adalah kombinasi dari heating rate
serta hubungan antara materi volatile dan char. Hal ini terjadi ketika volatile
matters berdifusi dari partikel dalam ke luar.

d. Kelembaban Bahan Bakar

Kandungan kadar air yang lebih tinggi menyebabkan penurunan jumlah


produk gas dan memperpanjang waktu reaksi pirolisis. Konsentrasi H2 dan
jumlah minyak meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air bahan.
Selain itu, dengan meningkatnya kadar air bahan menyebabkan konsentrasi
CO, CH4 menurun tetapi konsentrasi CO2 meningkat (Chen et al., 2014b).

Gambar 2. 1 Gambar Pirolisis

2.3 Pengertian Incinerator

Incinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang


mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gasdan abu, (bottom ash dan
fly ash). Incinerator merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara
pembakaran pada temperatur lebih dari 800°C untuk mereduksi sampah mudah
terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh
bakteri, virus dan kimia toksik (Sutowo, 20: 2010). Incinerator merupakan
alatpemusnah sampah yang dilakukan dengan cara pembakaran pada suhu tinggi,
11

secara sistematis dan nyaman bagi lingkungan, mudah dan aman dioperasikan
(Sarwening, 2012: 1). Berikut model alat insinerator sederhana yaitu:

Gambar 2. 2 Incinerator Pirolisis

Menurut Nurul, Euis Hidayah (2007), ada beberapa faktor yang


mempengaruhi proses Insinerator, yaitu:

1. Komposisi atau jenis limbah

Perlakuan terhadap jenis limbah padat yang akan diolah dengan komposisi
limbah yang karakteristiknya tidak dibedakan sehingga kondisinya yang homogen
untuk setiap pembakaran.

2. Waktu insinerator

Waktu mempengaruhi produk (reduksi abu) yang dihasilkan, semakin lama


proses insinerasi, maka reduksi abu semakin tinggi. Sehingga untuk mendapat hasil
yang optimal, maka diperlukan waktu operasi yang optimal pula.

3. Suhu

Suhu sangat berpengaruh, berdasarkan persamaan Arhenius semakin tinggi


suhu, semakin besar nilai konstanta kecepatan reduksi sehingga kecepatan reduksi
bertambah dan konversi naik.
12

4. Kelembaban

Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara
atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer
karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun
dari air tanah. Disamping itu terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan
dari tumbuhtumbuhan. Sedangkan banyaknya air di dalam udara bergantung
kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara,
tekanan udara, dan angin). Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi
cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan.

Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa


udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah.Berbagai
ukuran dapat digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya
adalah kelembapan udara relative (nisbi). Kelembapan udara nisbi Higrometer
adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu tempat.
Hygrometer terdapat dua skala, yang satu mnunjukkan kelembaban yang satu
menunjukkan temperatur. Cara penggunaanya dengan meletakkan di tempat yang
akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. Skala
kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat
celcius Panas (Q) adalah energi termal yang berpindah dari suatu sistem pada suatu
temperatur ke suatu sistem yang lain yang mengalami kontak (bersentuhan)
dengannya, tetapi berada pada temperature lebih rendah. Temperatur dapat diukur
dalam skala Celcius, di mana titik beku air adalah 0 oC, dan titik didih (pada kondisi
standar) adalah pada 100oC. Alat yang dipakai untk mengukur suhu pada
pembakaran ini yaitu termokopel Temperatur dikenal sebagai ukuran panas atau
dinginnya suatu benda.Lebih tepatnya, temperatur merupakan ukuran energi kinetik
molekuler internal rata-rata sebuah benda.Definisi dan penentuan temperatur
merupakan suatu hal yang sulit. Sebagai contoh, cukup sulit untuk mendefinisikan
temperatur agar termometer yang berbeda akan saling sesuai dalam pengukuran
temperatur suatu zat
13

Alat-alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer.


Ada banyak jenis termometer, tetapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah terhadap temperatur

5. Berat limbah

Berat limbah dipengaruhi produk hasil sebagai perbandingan berat % reduksi


abu.Teknologi pembakaran sampah dalam skala besar/skala kota dilakukan di
instalasi pembakaran incinerator. Teknologi ini mampu mengurangi sampah
hingga 80 % berat, sehingga yang 20 % merupakan sisa pembakaran yang harus
dibuang ke TPA atau dimanfaatkan lebih lanjut. Sisa pembakaran ini relatif stabil
dan tidak dapat membusuk lagi, sehingga lebih mudah penanganannya. Teknologi
insinerator mempunyai beberapa sasaran, yaitu:

a. Mengurangi massa/volume limbah, proses oksidasi limbah pada


pembakaran temperatur tinggi dihasilkan abu, gas dan energi panas.
b. Mendestruksi komponen berbahaya, insinerator tidak hanya digunakan
untuk membakar sampah kota (sampah rumah tangga), namun juga
digunakan untuk limbah industri (termasuk limbah B3), limbah medis
(limbah infectious). Insinerator juga dipakai untuk limbah non padat
seperti sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Insinerator
merupakan sarana standar untuk menangani limbah medis dari rumah
sakit. Sasaran utama untuk mendestruksi pathogen yang berbahaya seperti
kuman penyakit menular.
c. Pemanfaatan energi panas, insinerator adalah identik denganpembakaran,
yaitu dapat menghasilkan enersi yang dapat dimanfaatkan. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah yang
akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan energi secara
kontinu agar suplay energi tidak terputus.
14

Pembakaran sampah dengan insinerator merupakan cara yang paling mudah


dan cepat untuk memusnahkan sampah. Lancar tidaknya proses pembakaran
tergantung dari sifat fisik dan kimia sampah, karena sampah berasal dari sumber
yang berbeda sehingga kandungan materi yang mudah dibakarpun juga berbeda-
beda. Kondisi tersebut pada akhirnya memerlukan perhitungan dan ketelitian yang
rumit

2.4 Sampah Plastik

Sampah Plastik adalah sampah non organik dan banyak sekali berbagai
macam tipe sampah plastik, dalam pembakaran di dalam pirolisis itu sendiri sampah
yang akan digunakan adalah tipe sampah PET (Polyethylene Terephatalate) PET
merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk
ketika panas.

Kepekatannya adalah sekitar 1,35 – 1,38 gram/cc, ini membuatnya kokoh,


rumus molekulnya adalah (-CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. PET dalam bentuk
produk berupa botol air, botol soda, botol jus, botol minyak goreng, tempat
pindakas, kemasan makanan, dan bahkan cangkir gerai kopi kenamaan yang ada di
mana-mana itu. PET dapat berupa berwarna atau tidak berwarna (transparan),
tergantung dari bahan aditif yang digunakan. Proses pengolahan yang sudah banyak
dilakukan untuk jenis PET adalah dengan cara membuat kerajinan dari botol plastik
atau botol lainnya menjadi bunga dan hiasan lainnya tidak sedikit pula yang diolah
menjadi bijih plastik.

2.5 Simulasi

Simulasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses peniruan. Simulasi


adalah tiruan dari fasilitas atau proses dari suatu operasi, biasanya menggunakan
komputer. Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta
keadaan sekelilingnya (state of affairs).
15

Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat


karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang abstrak tertentu.
Teknik simulasi adalah teknik untuk merepresentasikan atau meniru kondisi real
(suatu sistem nyata) dalam bentuk bilangan dan simbol (dengan memanfaatkan
program komputer), sehingga menjadi mudah untuk dipelajari. Menurut Prof.
Olivier de Weck : Simulasi dari sebuah sistem adalah pengoperasian dari sebuah
model suatu sistem. Sebuah Model dapat dikonfigurasi dan dilakukan percobaan,
biasanya hal ini tidak mungkin terjadi.

Karena mahalnya biaya dan tidak praktis untuk dilakukan dalam sistem yang
diwakilinya. Simulasi digunakan sebelum sebuah sistem dibangun, untuk
mengurangi kemungkinan kegagalan, untuk menghilangkan kemacetan tak terduga,
untuk mencegah under atau over pemanfaatansumber daya, dan untuk
mengoptimalkan kinerja sistem. Sehingga simulasi dapat didefinisikan sebagai
program yang dibangun dengan model matematika berdasarkan pada sistem
aslinya.

1. Tujuan Simulasi
a. Mempelajari “tingkah laku” sistem
b. Mengembangkan pengertian mengenai interaksi bagian-bagian dari
sebuah sistem, dan pengertian mengenai sistem secara keseluruhan.
c. Pelatihan

2. Kelebihan Simulasi
a. Dapat dipadukan dengan model numerik untuk menganalisa sistem yang
lebih kompleks.
b. Didukung data yang berhubungan langsung dengan angka acak, dengan
tipe data probabilistik.
c. Mudah beradaptasi dan mudah digunakan untuk berbagai masalah.
16

3. Kekurangan Simulasi
a. Model simulasi masih bisa menyita waktu
b. Waktu eksekusi simulasi bisa sangat besar
c. Simulasi secara esensial adalah suatu proses eksperimen yang memerlukan
perencanaan yang hati-hati

2.6 Autodesk Autocad

Autocad adalah software atau perangkat lunak yang berfungsi untuk


menggambar sebuah objek, baik 2 dimensi maupun 3 dimensi. Autocad merupakan
aplikasi berbasis CAD yang mana penggunaan aplikasi ini sudah cukup banyak
karena menawarkan berbagai kelebihan dibandingkan produk lain dengan fungsi
yang sama. Aplikasi yang satu ini diproduksi oleh perusahaan yang bernama
Autodesk yang pertama kali diperkenalkan pada 1982 dengan Autocad 1.0.
Kemudian Autocad terus mengalami peningkatan hingga pada akhirnya terdapat
perangkat lunak Autocad yang canggih dan memiliki banyak fitur seperti sekarang
ini. Salah satu alasan mengapa banyak orang lebih menggunakan Autocad adalah
karena terkenal penggunaannya yang mudah.

Gambar 2. 3 AutoCAD 2017


17

1. Fungsi CAD

CAD sendiri merupakan singkatan Computer Aided Drafting and Design


yang mana fungsinya sama dengan nama dari singkatan tersebut. Penggunaan
Autocad sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sering bergelut di dunia desain,
sipil arsitektur, dan berbagai bidang pekerjaan lainnya yang memang tidak bisa
lepas dari penggunaan Autocad. Dengan menggunakan Autocad kita bisa
menggambar sebuah objek sesuai dengan keinginan, hasil gambar dengan
menggunakan Autocad juga tidak sembarangan karena terbukti kualitasnya bagus
dan memiliki kemiripan yang hampir sama dengan gambar aslinya.

Selain itu, kita juga bisa dengan mudah menentukan ukuran gambar yang
ingin Anda gunakan sehingga tidak sampai membuat gambar yang terlalu besar
atau kecil. Jadi, dengan adanya Autocad ini, Anda bisa menggambar sebuah objek
dengan tingkat ketelitian dan ketepatan tinggi serta tidak memakan banyak waktu
sehingga Anda bisa menggunakan waktu Anda tersebut untuk berbagai kegiatan
yang lain.

Beberapa fungsi dari AutoCAD:

a. Digunakan untuk mendesain rancangan pesawat terbang


b. Autocad digunakan untuk mendesain rancangan jembatan Digunakan
untuk menggambar atau mendesain rancangan rumah
c. Digunakan sebagai salah satu aplikasi untuk merancang model mobil
Autocad juga bisa digunakan untuk membuat sebuah rancangan mur, paku,
palu, mesin, dan berbagai keperluan lainnya.

2. Fitur AutoCAD
a. Tools 2D dan 3D drafting

Sebagaimana penjelasan di awal bahwa fungsi dari Autocad adalah untuk


menggambar sebuah objek 2 atau 3 dimensi. Maka dari itu, aplikasi ini
menyediakan sebuah tool yang digunakan untuk menggambar 2 dimensi
maupun 3 dimensi. Beberapa perintah yang ada di dalam tools tersebut
antara lain: circle, line, polygon, chamfer, trim, fillet, loft, presspull, dan
18

berbagai fitur lainnya yang dikelompokkan berdasarkan kategori masing-


masing.

b. Konversi Pdf ke Dwg

Konversi Pdf ke Dwg Autocad juga menawarkan fitur yang bisa digunakan
untuk mengubah atau menkonversi draf yang berformat pdf ke dwg. Hal
ini ditujukan ketika para drafter memperoleh gambar yang berformat pdf.
Jadi, dibandingkan harus menggambar ulang. Anda bisa langsung
mengkonversi gambar tersebut ke format dwg. Proses perubahannya pun
tidak membutuhkan waktu lama dan caranya mudah sekali.

3. Keunggulan AutoCAD
a. Proses pembuatan gambar singkat Keunggulan pertama yang dimiliki oleh
Autocad adalah aplikasi mampu digunakan untuk menggambar sebuah
objek dalam waktun singkat. Jadi, Anda yang setiap hari termasuk orang
sibuk dan tidak selamanya memiliki waktu luang. Anda bisa menggunakan
Autocad sebagai software untuk mendesain gambar. Dengan menggambar
menggunakan Autocad, maka proses yang dilakukan tidak memakan
waktu lama.
b. Memiliki tingkat akurasi yang tinggi Keunggulan kedua dari penggunaan
Autocad adalah Anda bisa menggambar atau mendesain suatu objek
dengan presisis yang sangat pas. Selain itu, gambar yang dihasilkan dari
Autocad juga memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan bahkan bisa
mendekati gambar aslinya. Seolah-olah nanti Anda tidak menggambar
objek tersebut melainkan langsung menduplikatnya karena tingkat
kemiripannya yang cenderung tidak bisa dibedakan.
c. Hasil gambar yang mudah didokumentasikan Autocad dilengkapi dengan
sebuah fitur yang akan memudahkan para penggunya ketika hendak
mendokumentasikan hasil gambarnya. Fitur tersebut akan mempermudah
proses plotting sehingga nanti gambar yang Anda buat bisa langsung
disimpan di dalam sebuah folder dengan nama file atau folder yang seperti
Anda inginkan.
19

d. Memudahkan proses editing poin yang keempat ini menjadi salah satu
alasan utama mengapa software yang satu ini banyak digunakan. Para
pengguna tidak akan kesulitan ketika menjalankan proses editing yang
mana mereka bisa mengedit gambar sesuai dengan keinginan mereka.
Itulah penjelasan mengenai fungsi Autocad yang perlu anda ketahui.
Beberapa fitur yang ditawarkan antara lain: move, copy, erase, trim, array,
extend, rotate, dan lain sebagainya. Kehadiran fitur tersebut tidak lain
adalah untuk memudahkan Anda ketika hendak mengedit gambar tersebut
agar hasilnya tidak mengecewakan dan sesuai dengan apa yang Anda
harapkan.

2.7 Autodesk Inventor

Autodesk Inventor merupakan salah satu perangkat lunak CAD (Computer


Aided Design) yang diproduksi oleh Autodesk Inc dari Amerika Serikat,
perusahaan yang juga memproduksi software AutoCAD. Namun, berbeda dengan
AutoCAD yang bisa digunakan untuk membuat objek 2D dan 3D, Autodesk
Inventor lebih fokus untuk perancangan objek 3D. Selain itu, jika AutoCAD biasa
digunakan untuk membuat desain arsitektur, sipil, mekanik, hingga elektrik,
Autodesk Inventor spesifik hanya digunakan untuk desain mekanik.

Gambar 2. 4 Autodeks Inventor


20

Berikut adalah beberapa fitur dasar yang ada di Autodesk Inventor.

1. Extrude

Extrude merupakan salah satu fitur dasar dari Autodesk Inventor yang
berfungsi untuk memberikan ketebalan, ketinggian, atau kedalaman pada sebuah
objek dengan ukuran tertentu. Untuk mengaplikasikan fitur extrude, Anda harus
menentukan profil, output, serta operation. Kemudian, beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menggunakan fitur ini adalah distance, to, to next, from to, serta
all.

2. Revolve

Revolve digunakan untuk membuat bentuk silinder dengan cara memutar


sebuah objek terhadap sumbu yang telah ditentukan. Untuk menggunakan fitur ini,
Anda harus menentukan profil, output, axis, dan operation. Di samping itu, Anda
juga harus memastikan bahwa sumbu dan profil berada di dalam satu bidang yang
sama. Untuk perputarannya, fitur revolve memiliki dua pilihan metode yang bisa
Anda gunakan, yaitu angle dan full. Dengan metode angle, Anda dapat
menghasilkan perputaran objek terhadap sumbu sesuai sudut yang ditentukan.
Sedangkan metode full akan memutar objek 360 derajat atau satu putaran penuh.

3. Hole

Fitur hole digunakan untuk membuat lubang, seperti drilled, countersink,


counterbore, atau lubang ulir. Melalui fitur ini, Anda juga bisa membuat beberapa
lubang sekaligus dengan pengaturan atau konfigurasi yang identik. Adapun
beberapa fitur yang perlu Anda pahami saat menggunakan fungsi hole adalah drill
point, termination, serta tipe hole.

4. Pattern

Fitur pattern berfungsi untuk menggandakan objek geometri berdasarkan


parameter yang ditentukan. Apabila geometri asalnya diubah, hasil penggandaan
juga ikut berubah. Pattern terdiri dari dua macam, yaitu circular pattern dan
rectangular pattern.
21

2.8 Analisa Sistem Pirolisis

1. Pembebanan

Salah satu elemen penting lainnya dalam analisis adalah keakuratan estimasi
beban yang diperkirakan akan membebani struktur rangka tau yang lainnya. Mesin
atau peralatan serta komponen komponenya pasti menerima beban operasional dan
beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban dapat dalam bentuk gaya,
momen, defleksi, temperatur, tekanan dan lain-lain. Analisis pembebanan dalam
perancangan mesin atau komponen mesin sangatlah penting, karena jika beban
telah diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel design lainnya
dapat ditentukan. Dengan mengetahui besarnya beban yang membebani suatu
elemen struktur dan diketahui pula kekuatan elemen tersebut, maka dapat diketahui
mampu tidaknya suatu elemen menahan beban yang bekerja tersebut.

Jika konfigurasi umum dari mesin telah didefinisikan dan gerakan


kinematikanya telah dihitung, maka tugas berikutnya adalah menganalisis besar dan
arah semua gaya, momen, dan beban lainnya. Beban-beban ini dapat saja konstan
atau bervariasi terhadap waktu. Komponen mesin dimana gaya tersebut bekerja
juga bisa dalam keadaaan diam (statis) atau bergerak (dinamis).

2. Konsep Tegangan

Suatu benda elastis akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu ketika
ditarik oleh sebuah gaya. Besarnya tegangan pada sebuah benda adalah
perbandingan antara gaya tarik yang berkerja benda terhadap luas penampang
benda tersebut. Tegangan menunjukkan kekuatan gaya yang menyebabkan benda
berubah bentuk.

𝐹
𝜎=
𝐴

Dengan :

𝜎 = tegangan normal rata-rata (N/mm2)


𝐹 = gaya normal yang bekerja (N)
22

𝐴 = luas bidang (mm2)

Gambar 2. 5 Tegangan

3. Konsep Regangan

Regangan merupakan perubahan relatif ukuran atau bentuk suatu benda yang
mengalami tegangan. Regangan dapat didefinisikan sebagai pebandingan antara
pertambahan panjang benda terhadap panjang benda mula-mula. Selain itu
regangan menjadi tolok ukur seberapa jauh benda tersebut berubah bentuk.

∆𝐿
𝜀=
𝐿

Dengan :

𝜀 = regangan (N/mm2)
∆𝐿 = pertambahan panjang (mm)
𝐿 = panjang mula-mula (mm)

Gambar 2. 6 Regangan
23

4. Finite Element Analysis

Finite Element Analysis (FEA) tidak hanya digunakan di dunia solid


mechanics, tetapi juga untuk thermal analysis, heat transfer, fluid mechanics, dan
bahkan electromagnetics. Di dunia solid mechanics, untuk kasus statis, FEA biasa
dipakai untuk menganalisa stress ( baik static stress maupun dynamic stress),
buckling, dan juga fatigue. FEA sebagai bentuk simulasi merupakan pendekatan
yang jauh lebih murah dibanding eksperimen. Bukan berarti FEA membuat kita
tidak lagi perlu melakukan eksperimen. Tetapi, dengan adanya FEA kita bisa
mengurangi jumlah eksperimen, dan dalam kasus-kasus khusus bahkan
meniadakan eksperimen sama sekali, terutama dalam kasus-kasus dimana
eksperimen tidak feasible untuk dilakukan (seperti dalam dunia kedokteran).
Dengan FEA, pembuatan terlalu banyak prototipe juga bisa dihindari. Perubahan
dan variasi dalam proses desain cukup dilakukan dengan FEA. Baru setelah
didapatkan model terbaik melalui FEA, kita membuat prototipenya. Dengan
demikian, secara umum FEA bisa menekan ongkos dan waktu desain. Secara
umum, berdasarkan ketergantungan variabel ukur terhadap waktu, analisis dengan
FEA bisa dibedakan atas analisis statis dan analisis dinamis. Kondisi statis adalah
kondisi dimana besarnya load tidak berubah terhadap waktu. Sedangkan kondisi
dinamis adalah kondisi dimana load berubah terhadap waktu.

Gambar 2. 7 FEA
24

5. Von Mises

Tegangan Von Mises adalah tegangan yang menyebabkan terjadinya


kegagalan pada material apabila material mendapatkan tegangan triaksial yang
menghasilkan energi regangan. Kegagalan terjadi ketika besar energi regangan dari
tegangan triaksial sama dengan energi regangan dari uji tarik standar material ketika
mulai terjadi luluh (Bhandari, 1994: 93). Analisis yang dilakukan adalah mencari
besar tegangan von mises maksimal pada masing-masing desain model pirolisis
untuk kemudian dibandingkan dan dibahas.

Gambar 2. 8 Von Mises


6. Safety Factor

Faktor keamanan (safety factor) adalah faktor yang digunakan untuk


menganalisa perencanaan elemen mesin agar terjamin keamananannya dan dapat
dicari menggunakan rumus dari buku “machine element” sebagai berikut :

1. Jika patokan adalah nilai dari yield strenght digunakan ,

𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔ℎ𝑡
SF = max 𝑣𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑠𝑒𝑠 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠

2. Jika patoka adalah nilai dari ultimate tenseli strenght digunakan,

𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑙𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔ℎ𝑡


SF = max 𝑝𝑟𝑖𝑛𝑐𝑖𝑝𝑎𝑙 𝑠𝑡𝑒𝑠𝑠
25

Menurut Dobrovolsky dari buku berjudul “machine Element” tahun 1989.


Rentang safety factor (SF) berdasarkan jenis beban adalah
Beban statis : 1,2 – 2,0
Bebaen dinamis : 2,0 – 3,0
Beban Kejut : 3,0 – 5,0

Gambar 2. 9 Safety Factor

2.9 Hukum Newton


1. Hukum Newton Pertama

Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak ada
gaya), maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan. Dikenal dengan Hukum Kelembaman
(Agustinus Purna Irawan, 2009)

ΣF=0

2. Hukum Newton Kedua

Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan nol
partikel tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan besarnya gaya
resultan dan dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan tersebut. (Agustinus
Purna Irawan, 2009)

Jika F diterapkan pada massa m, maka berlaku :

ΣF=m.a
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian secara umum merupakan tata cara penelitian yang


direalisasikan dalam pemeriksaan, pengujian dan simulasi. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan pengumpulan data
melalui inspeksi lapangan, pengambilan data visual, data desain engineering,
sampel material uji, pengujian, studi literatur untuk mendukung pembuktian
hipotesa, pengolahan data, analisa sampai dengan mendapatkan penentuan
kelayakan operasi.

3.1 Diagram Alir

Proses penelitian dalam analisa sistem Pirolisis dalam incineraor dengan


simulasi secara garis besar proses penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan
studi kelayakan sistem pirolisis dalam incinerator sebagai berikut :

26
27

MULAI

ANALISA PIROLISIS DIDALAM


INCINERATOR MENGGUNAKAN
SOFWARE AUTODEKS INVENTOR

SKETSA GABAR 2D DAN 3D DENGAN


SOFTWARE AUTODESK INVENTOR

DESAIN PIROLISIS

PROSES SIMULASI
DENGAN VARIASI
TEKANAN

PENGUJIAN
PEMILIHAN
DENGAN
BAHAN TABUNG
KETEBALAN DAN
PIROLISIS
VARIASI TEKANAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

29
30

DAFTAR PUSTAKA

Schaefer, W.D. (1975). Disposing of Solid Wastes by Pyrolysis. Environmental


Science Technology, 9: 98–98.

Saffarzadeh, A., Shimaoka, T., Motomura, Y., Watanabe, K. (2006). Chemical and
Mineralogical Evaluation of Slag Products Derived from the
Pyrolysis/Melting Treatment of MSW. Waste Manage, 26: 1443–1452.

Malkow, T. (2004). Novel and Innovative Pyrolysis and Gasification Technologies


for Energy Efficient and Environmentally Sound MSW Disposal.
Waste Manage, 24: 53–79.

Chen, C., Jin, Y., Chi, Y. (2014a). Effects of Moisture Content and Cao on
Municipal Solid Waste Pyrolysis in a Fixed Bed Reactor. Journal of
Analytical and Applied Pyrolysis 110: 108-112.

Chen, D., Lijie, Y., Huan, Wang., Pinjing He. (2014b). A Review: Pyrolysis
Technologies For Municipal Solid Waste. Journal Waste Management
34 (1): 2466–2486.

Bahng, M.-K., Mukarakate, C., Robichaud, D.J., Nimlos, M.R. (2009). A Review:
Current Technologies for Analysis of Biomass Thermochemical
Processing. Analytica Chimica Acta, 651: 117–138.

Van de Velden, M., Baeyens, J., Brems, A., Janssens, B., Dewil, R. (2010).
Fundamentals, Kinetics and Endothermicity of the Biomass Pyrolysis
Reaction. Renewable Energy, 35: 232–242.
31

Caglar, A., dan Aydinli, B. (2009). Isothermal Co-Pyrolysis of Hazelnut Shell and
Ultra-High Molecular Weight Polyethylene: The Effect of Temperature
and Composition on the Amount of Pyrolysis Products. Journal of
Analytical and Applied Pyrolysis 86 (2): 304–309.

Lee, K. H., Jeon, S. G., Kim, K. H., Noh, N. S., Shin, D. H., Park, J., Seo, Y. H.,
Yee, J. J., Kim, G. T. (2003). Thermal and Catalytic Degradation of
Waste High-Density Polyethylene Using Spent FCC Catalyst. Korean
Journal of Chemical Engineering, 20 (4): 693-697.

Miller, S. J, Shah, N., Huffman, G. P. (2005). Conversion of Waste Plastic to


Lubricating Base Oil Energy. Fuels 19 (4):1580–1586.

Anda mungkin juga menyukai