Anda di halaman 1dari 8

Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING)

Volume 1 No 1, Desember 2017


e-ISSN : 2597-5234

PEMETAAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa)


PETERNAKAN DI KAB.LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT

THE MAPPING OF MATURITY LEVEL TOWARDS INNOVATION SYSTEM OF


THE LIVESTOCK SECTOR IN LIMA PULUH KOTA REGENCY

Amna Suresti1,Uyung Gatot S.Dinata2,James Hellyward3 dan Rahmi Wati4


Fakultas Peternakan1,3,4 , Fakultas Teknik Unversitas Andalas Padang2
amnareres@yahoo.com, uyungggsd@yahoo.com, jameshellyward@yahoo.com,
rahmi.unand@gmail.com,

ABSTRACT
This study aims to analyze the potential for the development of the livestock sector based on
innovation system reinforcement by looking at maturity level condition of the existing
innovation system in Lima Puluh Kota . The method used is ANIS (Analysis of National
Innovation Systems) with the Expert Opinion Survey. The results showed that the average value
of maturity level towards innovation system of the livestock sector in Lima Puluh Kota regency
was 2.56 means that the maturity level towards innovation system of the livestock sector in
Lima Puluh Kota Regency still in the developing position (1.5 - 3) has still not been established
yet ( 3-4). At the macro level for policy, it obtained an average value 2.62, average value of
messo level 2.41 for institutional, average value of messo level 2.56 for program and the
average value 2.66 for the highest micro level.
Keywords: Innovation Systems, ANIS (Analysis of National Innovation Systems), Expert
Opinion Survey

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan sub sektor peternakan yang
berbasis pada penguatan Sistem Inovasi Daerah dengan melihat kondisi tingkat kematangan
sistem inovasi Peternakan yang sudah ada pada Kab.Lima Puluh Kota. Metoda yang digunakan
dalam melihat tingkat kematangan sistem inovasi yaitu dengan metoda ANIS (Analysis of
National Innovation Systems), dengan Expert Opinion Survey . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai rata-rata tingkat kematangan sistem inovasi peternakan di Kab.Lima Puluh Kota
2,56 yang artinya bahwa tingkat kematangan Sistem Inovasi Peternakan di Kab.Lima Puluh
Kota masih berada pada level berkembang (1,5 – 3) dan masih belum established (3 – 4). Pada
level makro yang berupa kebijakan, diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,62, level meso untuk
kelembagaan 2,41, level meso untuk program 2,56 dan nilai untuk level mikro 2,66 yang juga
sebagai nilai tertinggi.
Kata Kunci : Sistem Inovasi, ANIS (Analysis of National Innovation Systems), Expert Opinion
Survey

35
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

PENDAHULUAN produk dan agen ekonomi lainnya


Sistem inovasi merupakan salah terlibat dan menyebar dalam hal
satu pendekatan pembangunan ekonomi interaksi untuk kegiatan inovatif. Ini
dengan pemanfaatan ilmu dan mendasarkan transfer pengetahuan dan
pengetahuan agar memberikan nilai aplikasi, in- dan output sumber daya
tambah. Sistem inovasi tidak hanya lainnya secara berbeda yang berfokus
menekankan pada penciptaan teknologi pada arus industri di sektor-sektor
(Technology Pull) atau kebutuhan tertentu. Interaksi dibentuk oleh institusi
teknologi (Technology Push). Sistem yang berbeda antar negara, dan sektor
inovasi merupakan pendekatan sistemik, dalam suatu negara (Malerba, 2002).
yang mengintegrasikan seluruh aktor Untuk kajian pengembangan
inovasi guna peningkatan daya saing. pembangunan peternakan yang memiliki
Jaringan inovasi merupakan “ruh” daya saing tinggi, pertama perlu
dalam sistem inovasi, tanpa interaksi dilakukan pemetaan potensi yang
tidak akan terjadi inovasi. Interaksi dimiliki pada suatu daerah. Pemetaan
dalam sistem inovasi merupakan bisa dilihat dari sumber daya alam,
interaksi yang diiringi dengan aliran sumber daya manusia, infrastruktur,
pengetahuan yang akan meningkatkan kelembagaan dan teknologi serta sistem
kapasitas inovatif setiap aktor terkait. inovasi yang ada. Pada penelitian ini
Ada beberapa hal yang mendasari pendekatan dilakukan untuk
pentingnya Sistem Inovasi Daerah pengembangan sub sektor peternakan
dibentuk. Dalam dasawarsa terakhir ini adalah dengan penguatan Sistem Inovasi
terjadi pergeseran nilai dari ekonomi Daerah yaitu dengan memetakan
yang berbasiskan industri menuju kondisi peternakan secara makro ( peran
ekonomi berbasis pengetahuan. Selain kebijakan pemerintah dalam
itu, daya saing daerah ditentukan oleh pengembangan peternakan), peran
kemempuan memanfaatkan modal SDM kelembagaan Penunjang pembangunan
melalui Inovasi. Sistem Inovasi peternakan ( messo) dan Peran aktor dan
dibutuhkan dikarenakan juga oleh pelaku kapasitas pengembang inovasi
karakteristik pasar yang dinamis, peternakan (mikro). Dimana ketiga level
kompetisi global, kecendrungan diatas saling bersinergi dalam aktifitas
membentuk jejaring, posisi tenaga kerja meningkatkan daya saing industri
dengan upah tinggi, keterampilan luas peternakan. Keterkaitan itu disebut
dengan berbagai disiplin, pembelajaran dengan sistem Inovasi.
tanpa kenal waktu dan sepanjang hayat Sistem inovasi pertanian termasuk
dan pengelolaan SDM kolaborasi serta didalamnya peternakan dapat
rendahnya jiwa kewirausahaan dirumuskan sebagai sekumpulan agen
masyarakat. Kondisi ini mendesak (seperti organisasi petani/peternak;
dibentuknya suatu sistem untuk suplai input, pengolahan, dan
mengatasi permasalahan di masyarakat pemasaran; lembaga penelitian dan
yang semakin kompleks. Sistem ini juga pendidikan; lembaga perkreditan; unit
bisa digunakan untuk memetakan daya penyuluhan dan informasi, perusahaan
saing sektoral seperti pertanian maupun jasa konsultas, lembaga pusat inovasi,
peternakan (Tatang, 2013). lembaga pembangunan internasional,
Pendekatan sistem inovasi sektoral dan pemerintah) yang memberikan
adalah cara baru untuk melihat sektor kontribusi secara bersama-sama
sebagai integrasi multi-faktorial, dengan dan/atau secara sendiri-sendiri terhadap

36
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

pengembangan difusi dan penggunaan sistem inovasi daerah (SIDa) menuju ke


teknologi baru serta memberikan industri peternakan
pengaruh secara langsung maupun tidak Untuk menjawab kedua
langsung terhadap proses perubahan pertanyaan di atas, dilakukan kegiatan
teknologi pertanian (Temel, 2016). identifikasi yang dapat memetakan
Sistem inovasi dapat dikatakan sebagai tingkat kematangan sistem inovasi
sebuah sistem lembaga-lembaga yang industri peternakan di Kab.Lima Puluh
saling terkait untuk menciptakan dan Kota. Pengukuran tingkat kematangan
mengolah pengetahuan atau tersebut menggunakan metode ANIS
keterampilan yang menetukan teknologi (Analysis of Nations Innovation
baru. Inovasi kini dipandang bersifat Systems). Tingkat kematangan ini dapat
erat dengan lingkungan lokalitas diperoleh dari persepsi pebisnis,
tertentu. Dapat kita lihat potensi-potensi akademisi, Pemerintah Daerah, dan
yang menjadi cikal bakal inovasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
terdapat pada tingkatan lokal. Inovasi terlibat sebagai aktor dan pengamat
merupakan proses sosial yang sangat sistem inovasi daerah.
dipengaruhi oleh interaksi antarpihak.
Hubungan dan interaksi ini lebih terlihat METODE PENELITIAN
dan terasa pada tingkatan lokal. Apalagi Pada dasarnya metode yang
saat ini di dalam konteks daya saing, digunakan adalah pendekatan triangulasi
suatu keunggulan dengan skala global yang artinya menggabungkan antara
semakian ditentukan oleh keunggulan pendekatan kualitatif dengan kuantitatif.
yang berasal dari tingkat lokal. Penelitian ini lebih banyak
Keunggulan daya saing semakin lama menggunakan data primer untuk
semakin terletak pada hal-hal yang analisisnya. Meskipun demikian,
bersifat lokal yang ternyata sulit untuk pengumpulan data sekunder dilakukan
disaingi. untuk penunjang data primer. Teknik
Inovasi peternakan di Kab.Lima pengumpulan data yang akan dilakukan
Puluh Kota telah ada dan berjalan, adalah telaah dokumen dan wawancara
namun belum mampu untuk mendalam dengan aktor terkait dengan
meningkatkan daya saing dan hal yang akan diverifikasi.
peningkatan ekonomi daerah. Hal ini Metode yang digunakan adalah
diyakini karena belum adanya suatu ANIS (Analysis National Innovation
sistem yang terintegrasi. Untuk itu, Sistem) dengan Expert Opinion Survey
perlu dilakukan penguatan sistem yang terdiri dari 60 responden yang
inovasi sub sektor peternakan. terdiri dari 15 orang dari Akademisi, 15
Pertanyaan yang penting adalah sejauh orang dari Pemerintahan, 15 orang dari
mana tingkat kematangan sistem inovasi Pengusaha Peternakan dan 15 orang dari
peternakan pada Kab.Lima Puluh Kota anggota Dewan.
untuk meningkatkan daya saing industri Variabel yang Diamati
peternakan tersebut. Di dalamnya, Data dianalisis dengan skala Likert
sejauh mana terdapat kelengkapan dan dengan mengidentifikasi faktor-faktor
keterlibatan aktor-aktor dan fasilitasi penentu tingkat kematangan sistem
pendukung pada masing-masing tataran inovasi dan mengelompokkannya
kebijakan (makro), kelembagaan menjadi empat level (Koswara, 2012):
(messo) dan kapasitas inovasi (mikro) 1. Level makro (kebijakan inovasi)
yang meliputi kebijakan inovasi

37
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

nasional, kebijakan inovasi ketidaksetujuan seseorang terhadap


daerah, master plan, pelatihan sesuatu objek, yang jenjangnya tersusun
dan pendidikan, R & D atas:
foresight, kebijakan klaster, regulasi a) Sangat setuju diberi skor 4
inovasi. b) Setuju diberi skor 3
2. Level meso (dukungan kelembagaan c) Kurang setuju diberi skor 2
dan program inovasi) yang meliputi: d) Sama sekali tidak setuju diberi
Kelembagaan inovasi yang terdiri skor1.
dari pusat alih teknologi, Analisis hanya berupa frekuensi
technopark, inkubator teknologi, (banyaknya) atau proporsinya
klaster, lembaga promosi bisnis, (persentase), dimana nantinya jawaban
penyedia layanan inovasi dan semua responden dirata-ratakan
lembaga pendanaan inovasi. sehingga didapat skor rata-rata
3. Level messo Program Pendukung tertimbang. Apabila skor diperoleh di
Inovasi yang terdiri dari skema atas rata-rata, maka dikatakan sistem
pembiayaan STI, program riset tersebut matang, dan apabila hasil yang
dasar, program riset terapan, skema diperoleh di bawah skor rata-rata, maka
pendanaan bersama upaya dikatakan sistem tersebut kurang
pendampingan STI, dukungan matang.
kewirausahaan, program
pengembangan klaster, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dukungan internasional. Berikut ini adalah hasil survei
4. Level mikro (kapasitas inovasi). pakar mengenai tingkat kematangan
yang meliputi universitas, institusi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) untuk
riset dasar, institusi riset swasta, pengembangan Peternakan di Kab.Lima
inovator, investor swasta, Puluh Kota yang terdiri dari Pemerintah,
wirausaha, IKM berbasis pengusaha dan akademisi, pejabat
teknologi, dan industri besar pemerintah berasal dari Bappeda dan
berbasis teknologi. dinas-dinas. Pengusaha terdiri dari
Analisis Data pengusaha industri
Data dianalisis dengan peternakan/perikanan. Akademisi
menggunakan Skala Likert yang berasal dari dosen-dosen/peneliti bidang
merupakan skala untuk mengukur sikap, Peternakan, Teknik, dan Ekonomi. Hasil
pendapat, dan persepsi seseorang atau menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
sekelompok orang mengenai suatu kematangan Sistem Inovasi Daerah
gejala atau fenomena. Dengan Skala peternakan di Kab.Lima Puluh Kota
Likert, variabel yang akan diukur 2,56 yang artinya bahwa tingkat
dijabarkan menjadi indikator variabel. kematangan SIDa peternakan masih
Kemudian indikator tersebut dijadikan berada pada level berkembang (1,5 – 3)
sebagai titik tolak untuk menyusun dan masih belum established (3 – 4)
item-item instrumen yang dapat berupa (lihat Gambar 1.).
pertanyaan atau pernyataan. Jawaban Nilai rata-rata masing-masing
setiap item instrumen yang kelompok level yang terdiri level
menggunakan Skala Likert mempunyai makro, level meso kelembagaan, level
gradasi dari sangat positif sampai sangat meso program, dan level mikro. Pada
negatif. Skala Likert itu “aslinya” untuk level makro yang berupa kebijakan,
mengukur kesetujuan dan diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,62,

38
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

level meso untuk kelembagaan 2,41, Kota untuk masing-masing level.


level meso untuk program 2,56 dan nilai
untuk level mikro 2,66 yang juga Tabel 1. Dterminan SIDa Peternakan
sebagai nilai tertinggi. Kab.Lima Puluh Kota

4 Determinan
3.5 2.62 2.56 2.66 2.56 ANIS Skor
2.41
3 Kebijakan
2.5
Inovasi
2
1.5
Nasional 3
1 Kebijakan
0.5 Inovasi
0 Daerah 3
Master Plan 2,26
LEVEL Pendidikan
MAKRO
( KEBIJAKAN) dan Pelatihan 2,6
Foresight
Gambar 1. Tingkat kematangan SIDa R&D Agenda 2,46
Peternakan Kab.Lima Puluh Kota Kebijakan
Klaster 2,53
Analisis Gap Regulasi Pro
Pada tahapan ini, mengkaji Inovasi 2,53
tentang jarak yang tercipta antara rata-rata 2,626
kondisi capaian SIDa saat ini dengan Pusat Alih
harapan yang sebenarnya ingin dicapai Teknologi 2,4
dari pengembangan sistem inovasi Technopark 2,26
daerah. Temuan dalam analisis ini akan Inkubator-
menjadi dasar penyusunan roadmap inkubator 2,4
pengembangan SIDa yang berisi
Klaster-
gagasan-gagasan strategis serta
klaster 2,53
membutuhkan kolaborasi berbagai LEVEL Lembaga
pihak terkait. Pada tabel di bawah ini, MESSO
(KELEMBAGA
Promosi
setiap variabel SIDa memiliki angka
AN) Bisnis 2,52
masing-masing yang menunjukkan
Penyedia
jauhnya jarak yang tercipta antara
Layanan
harapan dengan capaian. Angka terdiri
Inovasi 2,46
dari empat, yaitu 1, 2, 3 dan 4.
Semakin besar angka menunjukkan Lembaga
bahwa semakin sedikit gap yang Pendanaan
tercipta karena capaian sudah Inovasi 2,33
mendekati kondisi harapan. Berikut rata-rata 2,414
adalah penjelasan gap yang tercipta di
masing-masing determinan SIDa
peternakan yang telah ditentukan.
Untuk lebih detilnya, berikut dianalisis
nilai-nilai masing-masing determinan
SIDa Peternakan Kab. Lima Puluh

39
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

Dari hasil pemetaan SIDa


Peternakan di Kab. Lima Puluh Kota
Determinan menunjukkan bahwa ada beberapa
ANIS Skor determinan SIDa yang berada dibawah
Skema rata-rata dan diatas rata-rata. Nilai yang
Pembiayaan berada di bawah rata-rata merupakan
Saintek & determinan yang perlu di intervensi
Inovasi 2,6 peningkatannya untuk pengembangan
Program Riset peternakan di Kab.Lima Puluh Kota.
Dasar 2,6 Sedangkan nilai di atas rata-rata adalah
Program Riset nilai yang perlu di pertahankan namun
Terapan 2,6 secara keseluruhan determinan yang
Skema berada di atas rata-rata perlu
Pendanaan ditingkatkan peranannya supaya tingkat
LEVEL Bersama 2,73 kematangan sistim inovasi peternakan di
MESSO Upaya daerah ini mencapai posisi yang
(PROGRAM) Pendampinga establish.
n STI 2,44 Determinan yang di bawah adalah :
Fasilitasi Level Makro (Kebijakan) : 1)Master
Kewirausahaa Plan, 2)Kebijakan Klaster, 3)Foresight
n 2,46 R&D Agenda, 4)Regulasi Ramah
Program Inovasi. Sedangkan determinan yang
Pengemb. berada di atas rata-rata pada level makro
Klaster 2,73 adalah; 1) Kebijakan Inovasi Nasional,
Fasilitasi 2) Kebijakan Inovasi Daerah, 3)
Internasional 2,4 Pendidikan dan pelatihan.
rata-rata 2,566 Pada Level messo kebijakan, semua
Universitas 3 determinan yang berada di bawah rata-
Institusi Riset rata artinya tingkat kematangan sistem
Dasar 2,26 inovasi peternakan pada level
Institusi Riset kelembagaan kurang matang dan ini
Terapan 3 perlu di intervensi peningkatan dan
LEVEL Inovator- keberadaanya untuk pengembangan
MIKRO inovator 2,6 peternakan. Determinan itu adalah:
(KAPASITAS
INOVASI) Investor Swasta 2,6 Pusat Alih Teknologi, Technopark,
Wirausahawan 3 Inkubator-inkubator, Lembaga Promosi
Usaha Kecil Bisnis, Lembaga Pendanaan Inovasi,
dan Menengah 2,73 Klaster-klaster dan Penyedia Layanan
Industri Besar 2,46 Inovasi.
rata-rata 2,664 Pada level messo program,
determinan yang berada di bawah rata-
Tabel 1 memperlihatkan rata adalah : Upaya Pendampingan STI,
determinan-determinan SIDa Program Pengemb. Klaster, Fasilitasi
Peternakan Kab.Lima Puluh Kota di Internasional dan Fasilitasi
bawah dan di atas rata-rata masing- Kewirausahaan.
masing kelompok level. Sedangkan determinan yang sudah
di atas rata-rata adalah: Skema

40
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

Pembiayaan STI , Program Riset Dasar, PENUTUP


Program Riset Terapan dan Skema Kesimpulan
Pendanaan Bersama. Sistem Inovasi Peternakan di
Untuk level mikro, determinan yang Kab.Lima Puluh Kota masih berada
nilainya berada di bawah rata-rata pada level berkembang (1,5 – 3) dan
adalah; Institusi Riset Dasar dan Industri masih belum established (3 – 4) dengan
Besar, sedangkan Universitas, Institusi nilai rata-rata masing-masing kelompok
Riset Terapan, Inovator-inovator, level yang terdiri level makro, level
Investor Swasta, Wirausahawan dan meso kelembagaan, level meso
Usaha Kecil dan Menengah nilainya program, dan level mikro. Pada level
sudah berada di atas rata-rata. makro yang berupa kebijakan, diperoleh
Berdasarkan hasil studi, nilai rata-rata sebesar 2,62, level meso
didapatkan berbagai macam data dan untuk kelembagaan 2,41, level meso
fakta tentang masing-masing determinan untuk program 2,56 dan nilai untuk
SIDa peternakan tersebut. Dapat level mikro 2,66 yang juga sebagai nilai
disimpulkan pula bahwa perkembangan tertinggi.
peternakan di Kab. Lima Puluh Kota Saran
jika dilihat dari sisi SIDa masih terbatas Determinan-determinan SIDa
pada pengembangan Program dan berdasarkan ANIS yang belum matang
Kebijakan. Masih minimnya di Kab.Lima puluh Kota dan perlu
pengembangan Peternakan pada sisi diprioritaskan untuk diberdayakan
peningkatan kelembagaan yang adalah :
menunjang dunia usaha peternakan, Master plan industri peternakan,
kapasitas lembaga iptek, serta R&D, Kebijakan Kluster dan regulasi
perkembangan klaster baik secara inovasi peternakan (level makro,
langsung maupun tidak langsung kebijakan), PAT, tekhnopark, inkubator,
berpengaruh terhadap keberlanjutan kluster, lembaga promosi bisnis,
pembangunan peternakan di Kab. Lima Penyediaan layanan inovasi (level meso,
Puluh Kota. kelembagaan), upaya pendampingan
STI, fasilitas kewirausahaan (level
meso,program)

41
2017. Journal of Economic, Business and Accounting (COSTING) 1(1):35-42

DAFTAR PUSTAKA
BPPT, 2011, Naskah Akademik Buku
Putih Penguatan Sistem Inovasi
Nasional, Jakarta: Deputi Bidang
Pengkajian Kebijakan Teknologi
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
Koswara, D. Vemmy, 2012, Analysis of
Nations Innovation System, Bahan
Pelatihan Sistem Inovasi Daerah di
Bengkulu, 20 September 2012 :
Malerba, F. 2006. Sectoral Systems:
How and Why Innovation Differs
across Sectors. In J. Fagerberg, D.
C. Mowery, & R. R. Nelson, The
Oxford Handbook of Innovation
(pp. 380-406). Oxford: Oxford
University Press.
Pramudya, D.O. 2016. Dampak
Regional Innovation System
Terhadap Industri Instrumen Musik
Di Hamamatsu Tahun 1960-2000.
Tesis di Universitas Gajah Mada
Yogya.
Temel, T. 2016. A methodology for
characterising Innovation systems (
revisiting the agricultural
innovation systems of ajerbaijan.
Int. J. of Transitions and Innovation
Systems, 2016 Vol. 5, No.3/4, pp.
254 - 298.
Taufik, Tatang A., 2005,
Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah: Perspektif Kebijakan.
BPPT, Jakarta
Taufik, Tatang A., 2013. Bahan Ringkas
Penguatan Sistem Inovasi, BPPT,
Jakarta
3A

42

Anda mungkin juga menyukai