Anda di halaman 1dari 57

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah


swt karena atas rahmat dan hidayahNya, Buku Panduan
Jaringan Inovasi dapat diselesaikan dengan baik untuk
memenuhi kebutuhan para pelaku inovasi di tanah air.

Jejaring inovasi merupakan hal yang sangat penting


dalam pengembangan sistem inovasi dan daya saing
daerah Salah satu prasayarat yang diperlukan dalam
membangun Jejaring tersebut adalah
menumbuhkembangan kolaborasi bagi inovasi dan
meningkatkan difusi inovasi, praktek baik dan atau hasil
litbang. Sebagai langkah awal membangun jejaring
inovasi adalah pemetaan jaringan inovasi untuk
mengidentifikasi aktor-aktor jaringan, tingkat kapasitas
dan perannya.

Buku Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi dapat


digunakan sebagai rujukan untuk membantu dan
mempercepat para pelaku inovasi melakukan
identifikasi/analisis aktor inovasi dan membangun
kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

Kami menyampaikan perhargaan dan ucapan terima


kasih kepada Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi
dan jajarannya yang telah berhasil menerbitkan buku
Panduan ini.

i
Saran yang konstruktif untuk perbaikan Panduan ini
sangat kami harapkan. Semoga Buku Panduan
Pemetaan Jaringan Inovasi ini menjadi rujukan utama
para pelaku inovasi di Indonesia.

Jakarta, Pebruari 2011

Kepala Badan Pengkajian dan


Penerapan Teknologi

Dr. Ir. Marzan A. Iskandar

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
PERATURAN KEPALA BPPT
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Konsepsi Inovasi 2
BAB II LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN 14
JARINGAN INOVASI
2.1 Alur Kegiatan Pemetaan jaringan 14
Inovasi
2.2 Identifikasi Tujuan Agenda dan Tema 15
2.3 Pemetaan Pola Keterkaitan 21
2.4 Pemetaan Infrastruktur Jaringan 37
Inovasi
BAB III PERUMUSAN STRATEGI PENGUATAN 41
JARINGAN INOVASI
3.1 Maksud dan sasaran 41
3.2 Lingkungan Strategi Penguatan 42
Jaringan Inovasi
3.3 Pendekatan dan Metode 43
BAB IV PENUTUP 48
DAFTAR PUSTAKA 49

iii
BAB
PENDAHULUAN I

1.1 LATAR BELAKANG

Pasal 27 UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa kepala


daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban
memajukan dan mengembangkan daya saing daerah.
Berbagai kajian teoritis maupun empirik menunjukkan
daerah yang berdaya saing adalah daerah yang terus
menerus melakukan inovasi.

Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, dia harus


merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi
dalam suatu sistem atau sering disebut sebagai sistem
inovasi yaitu suatu kesatuan dari sehimpunan aktor,
kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif
yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan
inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktek
baik/terbaik) serta proses pembelajaran (Taufik, 2005). Inti
dari sistem inovasi adalah jaringan atau Network.

Memperhatikan pentingnya jejaring dalam sistem inovasi,


maka dalam rangka pengembangan daya saing melalui
sistem inovasi daerah diperlukan penumbuhkembangan
kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi,
praktek baik dan atau hasil litbang. Untuk dapat melakukan
tujuan tersebut diperlukan pemetaan jaringan inovasi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


1
sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi aktor-aktor
jaringan, tingkat kapasitas dan perannya.

1.2 TUJUAN

Tujuan panduan pemetaan jaringan inovasi adalah untuk


memberikan petunjuk atau arahan bagi para pihak yang
terkait pengembangan sistem inovasi, berupa langkah-
langkah pemetaan jaringan inovasi di suatu wilayah atau
daerah dalam rangka membangun Sistem Inovasi Daerah
(SID), membangun klaster industri dan merumuskan
kebijakan tematik.

1.3 KONSEPSI INOVASI

Para pakar masing-masing mengungkapkan definisi yang


berbeda tentang sistem inovasi, namun esensi makna yang
dimuat sebenarnya serupa dengan penekanan kepentingan
pada dimensi yang agak berbeda namun saling berkaitan.
Cara pandang kesisteman, karakteristik dinamis, dan
kontekstual merupakan ciri pokok dari paradigma sistem
inovasi. Memperhatikan beberapa definisi dan uraian dalam
berbagai literatur tentang sistem inovasi serta untuk
memberikan suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai
landasan bersama dalam mewujudkan sistem inovasi
nasional ke depan, disampaikan suatu pengertian dasar
sistem inovasi sebagai berikut.

Sistem Inovasi : Suatu kesatuan dari sehimpunan


actor,kelembagaan,jaringan,hubungan, interaksi dan proses
produktif yang memepengaruhi arah perkembangan dan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


2
kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan
praktik terbaik) serta proses pembelajaran.

Dalam mengembangkan/memperkuat sistem inovasi,


disadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
merupakan bagian integral yang sangat penting. Dalam
kaitan ini dan belajar dari pengalaman negara yang
berhasil, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa
faktor sangat menentukan keberhasilan suatu negara dalam
membangun/mengembangkan atau memperkuat sistem
inovasinya.

Faktor pertama adalah kemampuan mengembangkan dan


memperkuat basis iptek yang akan berdampak pada
perbaikan ekonomi dan sosial budaya. Kemampuan
tersebut memungkinkan alokasi dan pemanfaatan sumber
daya dan kapabilitas secara efektif dan berkembangnya
economic and knowledge spillover dalam masyarakat.

Faktor kedua adalah kemampuan


menciptakan/memperbaiki iklim bisnis dan inovasi yang
kondusif. Hal ini sangat penting mengingat keberhasilan
dalam persaingan antar pelaku ekonomi semakin ditentukan
oleh kemampuan inovatif dalam menghasilkan produk
barang dan jasa (atau sistem) yang bermutu dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya
bergantung pada penguasaan pasar atau sumber daya
alam semata. Berkembangnya iklim demikian akan
mendorong tarikan bagi perkembangan dan aliran
pengetahuan, inovasi dan difusinya, serta meningkatnya
proses pembelajaran dalam masyarakat, yang pada
gilirannya dapat memperkuat perkembangan/kemajuan dan
kemandirian.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


3
Faktor ketiga adalah kemampuan memperkuat daya dukung
inovasi. Kemajuan iptek tidak hanya tergantung pada para
pelaku yang terlibat langsung melainkan juga pihak-pihak
lain. Hal ini misalnya menyangkut ketersediaan dukungan
pembiayaan dengan jenis dan mekanisme yang sesuai,
pengembangan profesionalisme, pengalokasian sumber
daya, perlindungan hukum dan kepastian berusaha,
perkembangan standardisasi, dan penentuan persyaratan
dan pengawasan, baik untuk melindungi kepentingan
kehidupan manusia maupun untuk menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup, serta mengantisipasi dan
menanggulangi bencana.

Dorongan yang dilakukan secara sistemik dan bertahap


pada ketiga faktor tersebut memungkinkan sinergi yang
membentuk lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan
kapasitas inovatif serta pendayagunaannya dalam kegiatan
ekonomi dan pemajuan sosial budaya sehingga
berkontribusi secara signifikan dalam peningkatan daya
saing dan kohesi sosial serta memperkuat proses
pembelajaran dari waktu ke waktu.
Pengembangan/penguatan sistem inovasi membutuhkan
perbaikan yang dilakukan oleh setiap aktor, termasuk
pembuat kebijakan untuk melakukan reformasi kebijakan
yang dalam hal ini biasa disebut kebijakan inovasi, yang
sesuai dengan perkembangan dan konteks spesifik di
Indonesia.

Jaringan Inovasi adalah sekumpulan yang menghubungkan


actor-aktor inovasi,untuk menguatkan kohesi social serta
mendapatkan dukungan infrastruktur teknologi dan content.
Sharing informasi berkualitas serta pengetahuan yang ada
terkelola dengan baik,mengalir di seluruh tingkatan
mikro,meso dan makro.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


4
Beberapa penjelasan jaringan inovasi dalam kerangka
sistem inovasi dapat dilihat dari beberapa sumber berikut :

 Freeman (1987): sistem inovasi adalah jaringan


lembaga di sektor publik dan swasta yang interaksinya
memprakarsai, mengimpor (mendatangkan),
memodifikasi dan mendifusikan teknologi-teknologi
baru.
 Lundvall (1992): sistem inovasi merupakan suatu
sistem sosial di mana pembelajaran (learning),
pencarian (searching), dan penggalian/eksplorasi
(exploring) merupakan aktivitas sentral, yang
melibatkan interaksi antara orang/masyarakat dan
reproduksi dari pengetahuan individual ataupun kolektif
melalui pengingatan (remembering).
 Nelson dan Rosenberg (1993): Sistem inovasi
merupakan sehimpunan aktor yang secara bersama
memainkan peran penting dalam memengaruhi kinerja
inovatif (innovative performance).
 Metcalfe (1995): Sistem inovasi merupakan sistem
yang menghimpun institusi-institusi berbeda yang
berkontribusi, secara bersama maupun individu, dalam
pengembangan dan difusi teknologi-teknologi baru dan
menyediakan kerangka kerja (framework) di mana
pemerintah membentuk dan mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan untuk memengaruhi proses
inovasi. Dengan demikian, sistem inovasi merupakan
suatu sistem dari lembaga-lembaga yang saling
berkaitan untuk menciptakan, menyimpan, dan
mengalihkan (mentransfer) pengetahuan, keterampilan
dan artifacts yang menentukan teknologi baru.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


5
 OECD (1999): sistem inovasi merupakan himpunan
lembaga-lembaga pasar dan non-pasar di suatu negara
yang memengaruhi arah dan kecepatan inovasi dan
difusi teknologi.
 Edquist (2001): Sistem inovasi merupakan keseluruhan
faktor ekonomi, sosial, politik, organisasional dan faktor
lainnya yang memengaruhi pengembangan, difusi dan
penggunaan inovasi.
 Arnold, et al. (2001) dan Arnold, et al. (2003)
menggunakan istilah ”sistem riset dan inovasi nasional”
(national research and innovation system), yaitu
keseluruhan aktor dan aktivitas dalam ekonomi yang
diperlukan bagi terjadinya inovasi industri dan komersial
dan membawa kepada pembangunan ekonomi.

1.3.1 Konsepsi Sistem Inovasi Daerah

Secara "sederhana", sistem inovasi nasional (national


innovation system) dapat "diiris" atas dua dimensi, yaitu:
yang berbasis "sektor" (sector-wise sub-national innovation
system), dan yang berbasis "teritori/wilayah" (territorial-wise
sub-national innovation system).

Di antara perkembangan penting dewasa ini, terdapat


kecenderungan pergeseran fokus dari tingkat “nasional” ke
tingkat “daerah.” Ini antara lain terkait dengan:
a. Kesadaran bahwa kedekatan spasial (spatial proximity)
memudahkan banyak pihak untuk saling
berbagi(sharing) pengetahuan yangtac it dan kapasitas
untuk pembelajaran secara lebih terlokalisasi.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


6
b. Inovasi (selain berupa hal yang lebih bersifat
teknokratik, juga organisasional dan institusional) sering
terjadi dalam konteks institusional, politis, dan sosial
tertentu yang mendukung, yang biasanya bersifat erat
dengan lingkungan lokalitas tertentu.
c. Proses pembelajaran yang terlokalisasi (localized
learning process) sangat erat terkait dengan
(ditentukan/dipengaruhi oleh) sehimpunan kelembagaan
daerah/setempat (termasuk misalnya keberadaan
organisasi yang memperkuat jaringan, dan
berkembangnya kualitas interaksi dan kolaborasi serta
kebijakan daerah yang mendukung).
d. Pembelajaran yang terlokalisasi terfasilitasi oleh
sehimpunan kelembagaan daerah yang serupa. Ini
misalnya karena lebih kuatnya dukungan kelembagaan
(dalam arti luas) dalam mengembangkan agenda
bersama (common agenda) dan kolaborasi yang
meningkatkan kapasitas untuk bertindak (collective/joint
action). Ini tentu sangat penting dalam mendorong
sinergi positif dan eksternalitas ekonomi.
e. Inovasi merupakan proses sosial, yang sangat
dipengaruhi oleh interaksi antarpihak. Hubungan,
jaringan dan kedekatan sosial umumnya lebih kuat pada
tataran setempat (yang lebih terlokalisasi). Situasi
demikian tentu sangat penting bagi perkembangan atau
penguatan modal sosial (social capital), termasuk dalam
bentuk hubungan dan rasa saling percaya, komunikasi
dan interaksi yang produktif, budaya berpikir terbuka,
dan sebagainya.

Beberapa elemen utama konsep tentang Sistem Inovasi


Daerah (SID) adalah sebagai berikut :

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


7
a. Daerah.kemajuan system inovasi daerah membutuhkan
cara pandang yang lebih terbuka dan menguntungkan
bagi daerah lebih dari sekedar pertimbangan batasan
administrative (kabupaten/kota/provinsi).sehingga dapat
diketahui bersaing dan bekerjasama merupakan
kemampuan yang perlu terus dikembangkan secara
bersamaan.
b. Interaksi. Konsep system mengindikasikan bahwa
elemen-elemen dalam system berinteraksi satu dengan
yang lainnya dan berproses kearah yang lebih
baik.dinamika SID akan interaksi berkembang,serta para
actor sama-sama bekerja dan bekerjasama dalam
system tersebut.
c. Keterkaitan dan jaringan. Keterkaitan dan jaringan ini
tidak saja menyangkut aktivitas bisnis tetapi juga non
bisnis.hubungan non-bisnis yang semakin baik
merupakan kunci bagi peran para pihak (perorangan
dan organisasi),termasuk pemerintah dan lembaga non-
pemerintah,dalam mendukung aktivitas inovasi dan
bisnis.
d. Pembelajaran. System inovasi akan berkembang jika
system tersebut mampu menjadi system yang belajar
dan mampu mengembangkan system pembelajaran
yang sesuai dengan konteksnya serta beradaptasi
terhadap perubahan yang berkembang.

Pengetahuan dan inovasi. Aliran pengetahuan yang


terhambat karena kelemahan penyedia,saluran,dan
pengguna akan menghambat berkembangnya system
inovasi daerah.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


8
1.3.2 Konsepsi Jaringan Inovasi

Jaringan merupakan interaksi antar individu atau


lembaga/institusi/organisasi. Jaringan dapat terbentuk
karena adanya simpul-simpul yang bergabung merasa
memiliki (ownership), berinteraksi dan bertukar
informasi/pengetahuan sehingga kemampuannya (Skill)
meningkat dan setiap simpul menjadi berdaya
mampu/berkemampuan (empowered) dan pada gilirannya
dia mendapat manfaat (incentives) baik material maupun
non-material (Unido, 1999).

Jaringan inovasi adalah Interaksi antar


aktor/pelaku/komponen dalam proses pengembangan
inovasi melalui berbagai media atau infrastruktur tertentu.
Dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional menurut Mowery
dan Oxley (1997) jaringan inovasi merupakan interaksi
antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah (Interaksi
Tripel Helix). Atau interaksi aktor-aktor yang tergabung
dalam Sistem Politik, Sistem Lembaga Litbang dan
Perguruan Tinggi, serta Sistem Industri, yang didukung oleh
insfrastruktur. Interaksi antar aktor dapat bermacam-
macam, baik itu bersifat teknik, komersial, sosial, maupun
finansial.

Dengan demikian, jaringan inovasi tidak hanya


menghubungan aktor-aktor inovasi, tetapi akan menguatkan
kohesi sosial, menghilangkan „silo effect’ untuk itu perlu
dukungan infrastruktur teknologi, dukungan muatan
pengetahuan dan sharing informasi berkualitas yang
terkelola baik di seluruh tingkatan; mikro, meso dan makro.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


9
1.3.3 Indikator Jaringan Inovasi

Sistem Inovasi Nasional (SIN) adalah sebuah konsep


tentang penataan jaringan (jejaring) yang kondusif di antara
para pelaku (aktor) / lembaga inovasi dalam suatu sistem
yang kolektif dalam penciptaan (kreasi), penyebaran (difusi),
dan penggunaan (utilisasi) ilmu pengetahuan untuk
mencapai inovasi (Nelson, 1993).

Para aktor utama inovasi dapat dikelompokkan dalam 3


(tiga) subsistem, yaitu :
1. Sub-sistem politik terdiri dari aktor pemerintah
(legislatif, eksekutif dan yudikatif),
2. Sub-sistem pendidikan, penelitian dan
pengembangan(inovation provider) yang dapat terdiri
dari aktor pendidikan dan pelatihan profesi, pendidikan
tinggi dan lembga riset industri/swasata maupun riset
pemerintah,
3. Sub-sistem industri terdiri dari perusahaan (besar,
menengah dan UMKM).

Sementara yang menjadi aktor pendukung adalah :


1. Aktor yang terlibat dalam pengembangan infrastruktur
pendukung seperti institusi perbankan dan institusi
HKI dan informasi,
2. Aktor yang terlibat dalam proses intermediary yaitu
institusi independen yang bergerak sebagai
penghubung kegiatan riset dengan kegiatan
produktif/industri

Dalam tataran operasional sistem inovasi nasional bergerak


secara interaktif dan saling sinergi antar para aktor,

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


10
sehingga mampu menghasilkan produk-produk teknologi
yang inovatif dan memiliki daya saing (kompetitif) di pasar
dunia (Freeman, 1987). Ada kecenderungan untuk melihat
jaringan dalam arti sempit yaitu interaksi antara perguruan
tinggi, industri, dan pemerintah / ABG (Mowery dan Oxley,
1997).

Terdapat lima aliran pengetahuan diantara aktor dalam


sistem inovasi nasional (OECD, 1999), yaitu:
1. Interaksi antar perusahaan, mencakup “joint research”
dan kerjasama teknikal lainnya,
2. Interaksi antar perusahaan, universitas, dan lembaga
riset publik, mencakup “joint research”, “co-patenting”,
“co-publications”, dan hubungan yang lebih informal,
3. Interaksi dengan institusi pendukung inovasi lainnya,
mencakup perbankan, pelatihan teknik, fasilitas litbang
dan jasa pemasaran,
4. Difusi pengetahuan dan teknologi ke perusahaan,
mencakup adopsi industri untuk difusi dan teknologi
baru melalui permesinan dan peralatan dan
5. Mobilitas personil, memperhatikan bergeraknya
personil teknis di dalam dan diantara sektor publik dan
swasta.

Lima aliran pengetahuan antar aktor dalam sistem inovasi


nasional diturunkan menjadi beberapa indikator yang akan
dijadikan sebagai tolok ukur kinerja jaringan sistem inovasi
nasional yang dapat diterapkan pada tataran Sistem Inovasi
Daerah (SID). Indikator sistem inovasi nasional yang dapat
diangkat dari deskripsi interaksi dan saling sinergi antar
para aktor jaringan sistem inovasi adalah :

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


11
Indikator interaksi industri-lembaga risset :
 Frekuensi kerjasama riset / tahun (antar perusahan
dan terhadap institusi litbang pemerintah maupun
perguruan tinggi swasta/negeri).
 Frekuensi kerjasama tehnikal / tahun (antar perusahan
dan terhadap institusi litbang pemerintah maupun
perguruan tinggi swasta/negeri).
 Frekuensi kerjasama pelatihan / tahun (antar
perusahan dan terhadap institusi litbang pemerintah
maupun perguruan tinggi swasta/negeri).
 Frekuensi pemanfaatan jasa pemasaran / tahun.
 Angka indeks pemanfaatan dana institusi perbankan /
tahun.
 Frekuensi implementasi kerjasama riset / tehnikal ke
dalam produk akhir.
 Frekuensi perolehan (legal) HKI / tahun.
 Angka indeks nilai ekspor / tahun.

Indikatir Kapasitas Interaksi antar Litbang/lembaga riset :


 Angka indeks penyerapan dana riset / tahun.
 Frekuensi kerjasama riset / tahun (antar perguruan
tinggi swasta/negeri dan terhadap perusahan maupun
institusi litbang pemerintah).
 Frekuensi kerjasama tehnikal / tahun (antar perguruan
tinggi swasta/negeri dan terhadap institusi litbang
pemerintah maupun perusahan).
 Frekuensi kerjasama pelatihan / tahun (antar
perguruan tinggi swasta/negeri dan terhadap institusi
litbang pemerintah maupun perusahan).
 Frekuensi perolehan (legal) HKI / tahun.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


12
Indikator Dukungan Lembaga Pemerintah
 Angka indeks penyaluran dana riset daerah / tahun
(untuk perguruan tinggi dan litbang pemerintah).
 Jumlah nilai belanja pemerintah untuk memfasilitasi
pemasaran produk industri daerah / tahun.
 Jumlah kebijakan pemerintah daerah yang mampu
mendorong keberhasilan sistem inovasi.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


13
LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN
JARINGAN INOVASI BAB
II

2.1 ALUR KEGIATAN PEMETAN JARINGAN INOVASI

Secara umum terdapat 5 (lima) tahapan dalam pemetaan


jaringan inovasi, yakni :
1. Identifitasi Tujuan, Tema dan Agenda
2. Pemetaan aktor/lembaga terkait
3. Pemetaan pola keterkaitan antar aktor/lembaga
4. Pemetaan infrastruktur jaringan inovasi
5. Perumusan strategi penguatan jaringan inovasi

Gambar 1
Langkah Langkah Pemetaan Jaringan Inovasi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


14
2.2 IDENTIFIKASI TUJUAN, AGENDA DAN TEMA

Langkah awal dan penting dalam pemetaan jaringan inovasi


adalah identifikasi tujuan/agenda/tema. Langkah ini sangat
menentukan perencanaan kegiatan pemetaan jariangan
inovasi secara keseluruhan.

2.2.1 Maksud dan Sasaran

Kegiatan identifikasi tujuan, agenda dan dan tema


pengembangan jaringan inovasi dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran terkait tujuan, agenda dan tema
strategis jangka menengah dan jangka panjang dari suatu
upaya pembangunan sistem inovasi baik di tingkat nasional

Secara umum tujuan pengembangan suatu jaringan


inovasi adalah untuk mendukung perwujudan
tujuan strategis pembangunan yang telah
disepakati dan dituangkan dalam dokumen legal
(RPJPN,RPJMN,RPJPD,RPJMD), melalui
pengembangan “kapasitas inovasi”daerah dalam
bidang-bidang prioritas.
maupun daerah. Tujuan, agenda dan tema strategis
tersebut akan melandasi pola pemetaan jaringan inovasi
yang akan dilaksanakan.

Sasaran dari langkan identifikasi ini antara lain meliputi :


1. Teridentifikasinya rumusan tujuan, agenda, tema
strategis pengembangan jaringan inovasi dalam jangka
menengah dan panjang.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


15
2. Teridentifikasikannya fokus strategis pengembangan
jaringan inovasi dalam jangka pendek
3. Terinventarisasinya dokumen formal terkait penetapan
tujuan pengembangan jaringan inovasi
4. Tersusunnya laporan hasil kegiatan identifikasi tujuan,
agenda dan tema strategis pengembangan jaringan
inovasi

2.2.2 Lingkup Kegiatan Identifikasi Tujuan,Agenda dan


Tema

Lingkup kegiatan identifikasi tujuan,agenda dan tema


strategis pengembangan jaringan inovasi antara lain
meliputi review dokumen legal kebijakan pembangunan
sektor, nasional maupun daerah, identifikasi agenda dan
tema utama pengembangan jaringan, identifikasi keterkaitan
dan keselarasan tujuan kegiatan pengembangan jaringan
inovasi dengan tujuan pembangunan sektor, nasional,
maupun daerah serta identifikasi tujuan-tujuan
pengembangan pada level aktor terkait pengembangan
inovasi.

2.2.3 Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam memenuhi


langkah-langkah identifikasi tujuan antara lain meliputi :

 Studi Literatur Dokumen Terkait

Studi Literatur adalah suatu kegiatan mengkaji dokumen


legal formal yang terkait dengan pengembangan inovasi
dan pembangunan daerah tersebut, baik di tingkat yang

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


16
lebih rendah maupun pada tingkat yang lebih
tinggi/nasional. Dokumen tersebut antara lain :
o Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM);
o Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
o Rencana/Kebijakan Pengembangan Sektoral;
o Dokumen Kesepakatan/MoU;
o Dokumen-dokumen lainnya yang terkait.

 Survey Primer dan Focus Group Discussion

Langkah ini dilakukan pada tahap awal inisiasi pemetaan


jaringan inovasi yang dilakukan secara bersama-sama antar
aktor pengembangan inovasi di suatu daerah. Aktor yang
terlibat dalam pengembangan inovasi dibahas secara detail
pada subbab 2.2.
Pada langkah awal ini akan diperoleh potensi,
permasalahan, serta alternatif tujuan pengembangan.

 Analisis Tujuan

Analisis tujuan dimaksudkan untuk menilai


tujuan/agenda/tema yang ada dengan criteria tertentu, misal
kriteria SMART, yaitu :
• S (Specific), bersifat jelas dan khusus.
• M (Measurable), harus dapat diukur.
• A (Achievable), harus dapat dicapai.
• R (Reasonable/Realistic), harus punya alasan yang
jelas atau realistis.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


17
• T (Timeable/Time bound), punya batas waktu yang
jelas.

 Penulisan Laporan Hasil Kegiatan

Penulisan laporan kegiatan identifikasi berisi penjelasan


mengenai temuan-temuan hasil pelaksanaan kegiatan
beserta langkah-langalhan rinci dan melampirkan data-data
pendukungnya.

2.2 PEMETAAN AKTOR SISTEM INOVASI DAERAH

Untuk dapat menguatkan sistem inovasi diperlukan


identifikasi aktor-aktor di dalam sistem itu. Setelah
diketahui, kemudian aktor-aktor tersebut diidentifikasi
kinerja kapasitas inovasinya.

2.2.1 Maksud dan sasaran

Kegiatan pemetaan aktor/lembaga terkait pengembangan


jaringan inovasi dimaksudkan untuk mendapatkan peta atau
gambaran pelaku yang berperan sebagai simpul-simpul
strategis dalam suatu jaringan inovasi sesuai peran dan
kapasitasnya.

Sasaran dari kegiatan pemetaan aktor/lembaga ini antara


lain :
 Terpetakannya simpul-simpul jaringan inovasi berupa
lembaga-lembaga/pihak-pihak yang memiliki peran dan
fungsi spesifik dalam pengembangan sistem inovasi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


18
 Teridentifikasinya kapasitas simpul strategis jaringan
inovasi(lembaga/aktor) berdasarkan sumber daya yang
dimilikinya (finansial, sumber daya manusia, teknologi
dan kelembagan)

2.2.2 Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan pemetaan aktor/lembaga terkait meliputi :

A. Identifikasi Aktor/Pelaku Sistem Inovasi Daerah dan


Fungsi serta Peranannya

Aktor dan/atau organisasi (lembaga) yang relevan dengan


perkembangan inovasi (dan difusinya). Aktor tersebut dapat
menjalankan suatu atau kombinasi peran berikut:
i. Pelaku yang terlibat relatif ”langsung”: adalah mereka
yang perannya berhubungan ”langsung” dalam rantai
nilai proses inovasi, pemanfaatan dan/atau difusinya.
Organisasinya dapat berupa penyedia, pengguna,
dan/atau intermediaries, seperti misalnya
pelaku/organisasi bisnis, perguruan tinggi, lembaga
litbang, organisasi bisnis, organisasi profesi, atau
bentuk kelembagaan kolaboratif seperti aliansi/
konsorsia, dan lainnya.
ii. Pelaku yang terlibat relatif ”tak langsung”: adalah
mereka yang perannya penting namun tidak terlibat
secara ”langsung” dalam rantai nilai proses inovasi,
pemanfaatan dan/atau difusinya. Pelaku
”pendukung/penunjang” ini memberikan kontribusi
melalui penyediaan sumber daya bagi inovasi (misalnya
pendanaan dan SDM terspesialisasi), fungsi pendukung
berupa informasi, produk barang dan/atau jasa
penunjang keahlian tertentu baik teknis, bisnis, legal
atau lainnya).

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


19
iii. Penentu/pembuat kebijakan: adalah pemerintah (atau
pemerintahan) murni dan/atau organisasi/
pengorganisasian yang berbentuk kuasi-publik yang
berperan sebagai otoritas penentu kebijakan, baik yang
bersifat regulasi maupun non-regulasi.
iv. Pendukung dalam proses kebijakan inovasi: adalah
mereka yang berperan mendukung proses kebijakan,
baik untuk memberikan jasa riset/pengkajian kebijakan,
penasihat (advisory body) dan/atau peran kontrol
(pengawasan).

B. Identifikasi Kapasitas Lembaga/aktor terkait

Secara umum kinerja lembaga/aktor terkait dapat


diindikasikan melalui:
i. Keluaran HKI dan publikasi ilmiah;
ii. Kualitas keluaran, termasuk di dalamnya adalah tingkat
kesiapan teknologi (technology readiness level, TRL)
yang dihasilkan; dan
iii. Jumlah hasil litbang yang diadopsi oleh industri.

Kinerja lembaga dalam kontesk inovasi tersebut merupakan


cerminan kapasitas inovasi dari lembaga yang
bersangkutan. Kapasitas inovasi didefinisikan sebagai
potensi dari aktor/pelaku sistem inovasi di daerah untuk
menghasilkan aliran inovasi dan difusi yang relevan dan
memiliki nilai kontribusi signifikan terhadap kemajuan
daerah yang bersangkutan (Taufik, 2005).

Untuk daerah, kapasitas inovasi dapat menjadi indikasi


penting tentang bagaimana kinerja atau kemajuan daerah
tersebut sebagai sumber invensi dan teknologi baru atau
bagaimana daerah tersebut mengelola sumberdaya dan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


20
kapabilitasnya untuk memperolah, mengembangkan dan
memanfaatkan pengetahuan/teknologi dan/atau keahlian
serta keterampilan.

Beberapa komponen yang perlu identikasi dalam rangka


pemetaan kapasitas lembaga/aktor antara lain :
 Sumber daya finansial
 Sumber daya manusia
 Teknologi
 Kewenangan, fungsi dan peran kelembagaan

2.2.3 Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :


1) Penetapan Indikator Kapasitas Kelembagaan
2) Penyusunan “Check List”/Daftar periksa indikator
kapasitas kelembagan
3) Survey Lapangan/Primer lembaga/aktor
4) Analisis Kinerja Kapasitas Kelembagaan
5) Penyusunan Laporan Hasil Pemetaan

2.3 PEMETAAN POLA KETERKAITAN (LINKAGE)

Selain melakukan pemetaan aktor atau pelaku yang


berperan dalam sistem inovasi daerah, hal yang perlu dan
penting dilakukan adalah identifikasi pola
keterkaitan/linkage.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


21
2.3.1 Maksud dan Sasaran
Pemetaan linkage dimaksudkan untuk menggali informasi
tentang hubungan, aktivitas, atau aliran informasi yang
terjadi akibat interaksi antar aktor dalam sistem inovasi.
Adanya aktor-aktor sistem inovasi tidak dapat memunculkan
inovasi, jika tidak terjadi interaksi dan aliran informasi antar
aktor tersebut, sebagaimana tergambar pada Gambar 2.

Gambar 2
interaksi antar aktor

Sasaran dari kegiatan ini antara lain:


1) Terpetakannya pola keterkaitan dan interaksi antar
pelaku/stakeholder terkait pengembangan inovasi
2) Terpekatannya pola difusi teknologi dari “inovation
provider” kepada kegiatan produktif seperti industri
3) Terpetakannya aliran pengetahuan antar aktor dalam
jaringan inovasi termasuk kinerja manajemen
pengetahuannya.

2.3.2 Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan pemetaan pola keterkaitan antar lembaga


meliputi :

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


22
A. Pemetaan Pola Interaksi

Interaksi kelembagaan merupakan kondisi yang terjadi antar


aktor di suatu daerah dalam lingkup sistem inovasi. Interaksi
antar aktor atau kelembagaan terdiri dari berbagai macam
tingkatan, atau bahkan tidak ada interaksi sama sekali.
Interaksi yang paling kuat adalah terjadinya kerjasama yang
saling bersinergi antar lembaga dan menghasilkan nilai
tambah atau inovasi baik bagi aktor atau lembaga maupun
bagi lingkungan disekitarnya. Kualitas interaksi tersebut
sering disebut sebagai kohesi sosial, merupakan basi
penguatan daya saing.

Pembentukan kohesi sosial diawali dari suatu proses


keterhubungan (connected), yang berlanjut dengan
berkomunikasi (communicated) dan dituangkan ke dalam
kesepakatan kerjasama (collaborated) yang dijalankan
secara terkoordinasi (coordinated). Proses ini seringkali
tidak berjalan otomatis dan linier, namun merupakan proses
iteratif dalam suatu kerangka pembelajaran (learning).

Untuk melakukan identifikasi kedalaman interaksi antar


aktor/lembaga, dapat diamati melalui indikator yang
tergambar dalam diagram dibawah ini.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


23
1 2 3
Preliminary Intermediate Advanced
Kegiatan Kegiatan Sinergitas
bersama yang berjalan kegiatan,
disepakati sesuai memenuhi program
D
karakter masing2 mandat masing2, terwujud,
Coordinated
(memahami bermanfaat bagi kemanfaatan
perbedaan) masing2 dan bersama
beneficiary nya
Merumuskan Menyepakati Menggunakan
gagasan dan prosedur sumberdaya,
C tujuan bersama kerjasama, berkegiatan
Collaborated (MoU, kontrak pemantauan, dengan
kerja,perjanjian ) evaluasi, risk- kemanfaatan
benefit sharing bersama
Kontak Bertukar Menemukan
awal,berbincang gagasan, data, gagasan
bersurat, telfon, informasi, bersama,
B email, YM, FB personal ideas, common
Communicated empati/simpati, objectives
respek
,pembentukan
trust
Tahu, Dengar Kontak
Bertukarawal
A
berkenalan
alamat, kartu
Connected
nama, email
Sumber : Presentasi Sinergi-Pengamatan Empirik, 2011
Gambar 3
Tingkatan Interaksi antar Aktor

Interaksi antar kelembagaan dapat terjadi secara alami,


melaui rekayasa, maupun kombinasi dari keduanya. Pada
intinya, interaksi terjadi karena suatu kebutuhan yang
dikendalikan (di-drive) berdasarkan tujuan/purpose masing-

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


24
masing aktor. Adanya kesamaan tujuan inilah yang akan
menimbulkan sinergi dan manfaat bagi tiap aktor.

Interaksi yang terjadi secara alami terjadi karena masing-


masing pihak sudah merasa saling membutuhkan satu
sama lain untuk mencapai tujuannya. Proses rekayasa,
biasanya dimaksudkan untuk mengkondisikan agar tercipta
rasa saling membutuhkan antar lembaga, sehingga dapat
bersinergi satu sama lai dalam mewujudkan suatu tujuan
bersama.

Dalam konteks sistem inovasi, yang dialamnya terdapat


berbagai macam aktor (goverment, research, bussiness),
biasanya diperlukan proses rekayasa, terutama dalam
memahamkan cara mencapai tujuan melalui kerangka
sistem inovasi, dalam hal ini adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing.
Dari proses pemahaman ini diharapkan masing-masing
aktor mengerti peran dan fungsinya masing-masing dalam
satu kesisteman, sistem inovasi.

Praktik rekayasa yang dilakukan, misalnya oleh BPPT, yang


merupakan inisiator membangun sistem inovasi di daerah,
berupaya untuk membuat interaksi dan kerja sama dengan
daerah yang berkomitemen dengan sistem inovasi. Dengan
komitmen tersebut, diharapkan proses pemahaman lebih
mudah dan sistem inovasi dapat berjalan.

B. Pemetaan Pola Difusi Teknologi

Dalam sistem inovasi, selain kerja sama antar lembaga,


difusi teknologi merupakan salah satu “aktivitas linkage”

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


25
yang penting. Teknologi dipercaya merupakan alat utama
dalam meningkatkan daya saing. Teknologi secara umum
dihasilkan (supply) oleh lembaga riset dan digunakan oleh
industri (demand). Tanpa adanya interaksi (baik langsung
ataupun dengan perantara), maka aliran teknologi dari
supply ke demand (difusi teknologi) tidak dapat terjadi.
Pihak yang men-supply, (lembaga riset) hanya akan
memproduksi temuan-temuan berdasarkan impian atau
hobinya, sehingga ketermanfaatan atau value teknologi
tidak ada. Demikian juga pihak industri, tanpa interaksi
dengan pihak litbang, mereka akan kesulitan dalam
menghadapi tantangan bisnis yang dihadapi. Biasanya,
interaksi antara pihak litbang dan bisnis, difasilitasi oleh
perantara (agen-agen teknologi). Agen teknologi merupakan
pihak yang mengkondisikan teknologi termanfaatkan
dengan baik untuk pembangunan masyarakat. Biasanya,
mereka adalah lembaga-lembaga yang bergerak disektor
publik, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah,
LPPM, LSM, lembaga pembiayaan, dst. Agen teknologi
memberi dukungan dalam bentuk program pembangunan,
dukungan peraturan perundangan, infrastruktur,
pendanaan, kualitas SDM, Lisensi teknologi, Pelayanan,
maupun penyebaran informasi. Gambaran konsep difusi
teknologi, digambarkan dalam gambar 4, dibawah ini.

Identifikasi difusi teknologi, dapat dilihat dari pihak penghasil


teknologi maupun pengguna teknologi. Dari pihak penghasil
teknologi, kita melihat seberapa baik teknologi siap untuk
digunakan oleh pihak industri. Dari pihak pengguna
teknologi, kita melihat tingkat kemampuan penyerapan
(kapasitas absorpsi) oleh masyarakat sehingga memacu
industri dalam memasarkannya (dalam hal ini teknologi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


26
yang berupa produk). Sedangkan secara keseluruhan, kita
melihat tingkat penggunaan teknologi yang terjadi dalam
masyarakat.

Gambar 4
Difusi Teknologi

Alat yang digunakan untuk melihat tingkat kesiapan


teknologi, salah satunya dengan menggunakan TRL
(Technology Readyness Level). TRL mencerminkan
kepercayaan tentang teknologi dan tingkat kelayakan
teknologi untuk didifusikan Technology Readines sangat
mempengaruhi mekanisme difusi dan kecepatan adopsi
teknologi oleh pengguna ( calon pengguna) teknologi. TRL
yang biasa digunan menggunakan sembilan tingkat
kesiapan dari mulai TRL 1 (Prinsip dasar teknologi diteliti
dan dilaporkan), hingga TRL 9 (Sistem benar-benar
teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian).

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


27
Kapasitas absorpsi masyarakat terhadap kehadiran
teknologi baru, diukur dengan tools statistik seperti EV, X2,
PM, atau y = f(x), kemudian digambarkan dalam peta
tingkat kapasitas absorpsi inovasi teknologi. Penguatan
kapasitas absorpsi diperlukan agar teknologi dapat terserap
lebih baik oleh masyarakat. Penguatan absorpsi masyarakat
terhadap teknologi dilakukan dengan strategi rekayasa
sosial baik dalam jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Dengan analisis dan penguatan kapasitas
absorpsi diharapkan keterterimaan suatu teknologi dalam
suatu masyarakat benar-benar mampu membangun
karakteristik masyarakat yang mandiri, atau dengan kata
lain, teknologi yang didifusikan benar-benar bermanfaat
bagi masyarakat.

Tingkat pengguaan teknologi dalam suatu masyarakat salah


satunya diukur menggunakan Technology Achivement
Index (TAI). TAI merupakan tingkat penggunaan teknologi
suatu Negara berdasarkan 4 dimensi, yaitu:
1. Penciptaan teknologi baru (creating new technology)
2. Pendifusian inovasi terkini (diffusing recent innovations)
3. Pendifusian teknologi yang ada (diffusing existing
technologies)
4. Bangunan human skill sebagai dasar untuk kreasi dan
adopsi teknologi.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap 72 negara, Desai


(2002) merangking dan mengelompokannya menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Leaders ( TAI > 0,5)

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


28
Memiliki tingkat inovasi yang tinggi, serta memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menciptakan,
mendifusikan dan menggunakan teknologi. Contoh :
Finlandia, USA, Swedia, Jepang.

2. Potential Leaders ( TAI 0,35 – 0,49)


Memiliki SDM dengan skill yang tinggi, dan sekaligus
tingkat pendifusian teknologi relative cepat, meskipun
kemampuan berinovasi relative kecil.
3. Dynamic adopters (TAI 0,20 -0,34)
Memiliki masyarakat dengan criteria penggunaan
teknologi baru yang dinamis. Pendifusian hasil inovasi
yang lama, relatif lambat dan tidak sempurna.
Indonesia termasuk dalam kelompok ini.

C. Pemetaan Aliran Pengetahuan dan Knowledge


Management

Adanya jaringan, tak akan bermakna tanpa adanya aliran


“konten”(informasi, pengetahuan, teknologi). Adanya aliran
konten ini, memungkinkan terjadi proses pembelajaran yang
nantinya akan mendukung terjadinya inovasi. Oleh karena
itu, dalam jaringan inovasi sangat diperlukan knowledge
management untuk mengelola agar konten dapat terserap,
tersimpan, dan terdistribusi secara efektif. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan (aktor bisnis) yang mampu
mengakuisisi pengetahuan mutakhir akan mampu
menghasilkan produk inovatif sehingga profit perusahan
meningkat. Bagi pihak pemerintah, dengan banyaknya (dan
sesuai) pengetahuan yang diperoleh, akan pemperluas
cakrawala pemikiran, sehingga mampu menghasilkan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


29
kebijakan dan pelayanan yang benar-benar sesuai untuk
masyarakat. Bagi pihak riset, dengan banyaknya
pengetahuan yang diserap, baik pengetahuan tentang
keilmuannya maupun informasi kebutuhan industri, akan
mampu menghasilkan teknologi yang inovatif dan bernilai
bagi masyarakat.

Secara teori, mengatur suatu pengetahuan adalah suatu


kebiasaan atau habit. Ketika suatu proses, keadaan dan
aktivitas suatu bisnis para pelaku KM cenderung
menggunakan suatu metode dalam menganalisanya. Dalam
proses analisa terdapat sesuatu yang dinamakan
siklus/aliran pengetahuan (Knowledge flow). (Hendrik,
2003).

Gambar 5
Siklus/Aliran Pengetahuan

Teori lain tentang pengelolaan manajemen dipaparkan oleh


Ikujiro Nonaka dan Taekuchi dalam SECI (1995) dan
Michael Earl-State of Knowledge Model , sebagaimana
gambar berikut:

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


30
SECI State of Knowledge

Gambar 6
Model Knowledge Management

Mekanisme memulai menerapkan Knowledge Management


dalam sebuah sistem, melalui tujuh tahapan, yaitu:
1) Pengendalian (Driver)
Memahami perlunya penerapan Knowledge
Management dalam sistem inovasi. Pemahaman ini
perlu bagi semua aktor yang berperan dalam sistem
inovasi, sebagaimana dipaparkan sebelumnya.
2) Definisi
Mendefinisikan model Knowledge Manajemen yang
sesuai dengan sistem inovasi. Artinya menetukan
pengetahuan atau konten apa saja yang diperlukan dan
tidak diperlukan dalam memajukan inovasi. Sehingga
aktor-aktor mengetahui apa yang harus di share, dan
apa saja yang tidak perlu di share.
3) Evaluasi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


31
Melakukan kajian tentang Area Knowledge Management
yang perlu mendapat peningkatan. Tahap ini berupaya
untuk mengoptimalkan pengaturan, sehingga
meminimalisir pembahasan/pengaturan terhadap hal-hal
(konten) yang kurang diperlukan.
4) Fokus
Melakukan seleksi terhadap pengaturan pengetahuan
(Knowledge Manajemen) yang memang benar-benar
produktif dan berpengaruh dalam menghasilkan inovasi.
5) Kajian Pengetahuan (Knowledge Assessment)
Menganalisa sejauh mana pengetahuan dapat
berdampak bagi inovasi. Atau dalam arti lain, sejauh
mana pengetahuan dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam aktor
sistem inovasi. Tahap ini bisa menggunakan tools-tools
pengambilan keputusan yang sudah ada.
6) Rencana Perubahan
Membuat rencana pengelolaan konten (Knowlwedge
Manajemen) yang baru berdasarkan hasil kajian tahap
sebelumnya.
7) Pengukuran dan Perbaikan
Melakukan pengukuran perbedaan outcome yang
dihasilkan setelah diterapkan knowledge management,
kemudian lakukan perubahan rencana kedepan jika
diperlukan.

Contoh teknis aplikasi Knowledge Management, dapat


dilihat dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Dua tabel tersebut yang
menyediakan sebuah daftar yang lebar dari teknik KM dan
bagaimana mereka dihubungkan pada 7 tahap dari model
KM.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


32
Tabel 1 Teknik Manajemen Pengetahuan

Teknik Deskripsi
metode yang menerima pemberitahuan bahwa
Tanda dan
informasi telah berubah atau menerima informasi
pengguna
itu sendiri setiap kali ada perubahan
Ruang metode yang mensinkronkan komunikasi langsung,
chatting biasanya menggunakan sistem pesan singkat
Acara perjalanan yang dirancang untuk
Praktek
menyampaikan suatu pesan tertentu, yang terjadi di
bermasyarakat
lebih dari satu tempat
Penyinkronan komunikasi langsung dengan pesan
Forum diskusi biasanya oleh sebuah grup, bisa juga dengan
forum internet
Sistem Sistem yang digunakan untuk melacak dan
manajemen menyimpan dokumen elektronikdan atau gambar
dokumen dari dokumen kertas
software penggabungan yang didesain untuk
Mail list membantu orang-orang mencapai sebuah tujuan
besar
Percakapan Berkomunikasi secara pribadi
tatap muka
Metode penelitian kualitatif yang timbal balik,
Fokus Groups
digunakan sekelompok orang dalam jumlah kecil
Sebuah sesi pertemuan atau pelatihan yang
Groupware menekankan pemecahan masalah, sering
menggunakan tangan dalam teknik
Software yang dapat melakukan tugas tanpa
Agen intelijen pengulangan atas nama pengguna dengan
kemampuan untuk adaptasi dan belajar
Pemetaan Cara untuk menemukan bidang pengetahuan tanpa
pengetahuan pengorganisasian dan hubungan di antara mereka
Tambang Memilah-milah sejumlah besar pengetahuan dan
pengetahuan memilih mana yang relevan
Perpustakaan Koleksi informasi, sumber, dan pelayanan untuk

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


33
Teknik Deskripsi
digunakan publik
Penggunaan pesan komunikasi secara detil,
Mentoring
mungkin penghias, penghitungan apa yang terjadi
Kertas ukuran besar yang digunakan untuk
Poster
berkomunikasi
Cara perangkat lunak beradaptasi untuk memenuhi
Profil dan kebutuhan pengguna, dalam hal informasi yang
personalisasi mereka terima dan bagaimana informasi akan
ditampilkan
Kreasi perkembangan hubungan antara
Roadshow pengalaman yang banyak dengan pengalaman
yang sedikit
Cara untuk mendapatkan kembali informasi yang
Mesin pencari disimpan di computer tanpa harus tahu dimana
disimpannya
Daftar orang-orang dalam organisasi, biasanya
Direktori staf
disusun alphabet
Majalah yang dipublikasikan oleh sebuah
Staf majalah
organisasi
Daftar kontak minat orang dalam menerima
Story telling
informasi yang spesifik dengan email
Metode pengumpulan ide-ide untuk perbaikan dari
Rencana
staf atau stakeholder, seringkali dengan hadiah
usulan
untuk ide yang terbaik
Sebagian kecil dari pengetahuan atau informasi
Tips harian
yang dikomunikasikan setiap hari
Komunikasi menggunakan teknologi video, jadi
Video
orang-orang tidak terlibat dalam suatu tempat yang
konferensi
sama
Desain halaman web yang diciptakan, terbaru atau
Wikis
dirubah oleh semua orang yang mengakses
Proses dan prosedur yang dibutuhkan seseorang
dalam pekerjaannya, seringkali diintegrasikan
Aliran kerja
dalam aplikasi software untuk memastikan apa ya g
terjadi sudah dalam urutan yang benar

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


34
Teknik Deskripsi
Interaksi social dan pembelajaran yang didapat
Workshop ketika orang dengan tujuan datang untuk bekerja
bersama
Staff petunjuk yang diorganisasikan oleh fungsi
Yellow pages
bisnis

Tabel 2 Keterkaitan Teknik Manajemen Pengetahuan


dengan Tahapan Pengembangan
Perubah- Pembe- Kenaik Peng- Pengelola-
Teknik Tahap Diberi
an lajaran -an gunaan an
Tanda dan
  
pengguna
Ruang
 
chatting
Praktek
bermasyarak     
at
Forum
  
diskusi
Sistem
manajemen 
dokumen
Mail list   
Percakapan
 
tatap muka
Fokus
 
Groups
Groupware    
Agen intelijen 
Pemetaan

pengetahuan
Tambang

pengetahuan
Perpustakaan  
Mentoring 
Poster 
Profil dan

personalisasi
Roadshow   

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


35
Perubah- Pembe- Kenaik Peng- Pengelola-
Teknik Tahap Diberi
an lajaran -an gunaan an
Mesin pencari 
Direktori staf  
Staf majalah 
Story telling    
Rencana
  
usulan
Tips harian   
Video
 
konferensi
Wikis   
Aliran kerja    
Workshop   
Yellow pages 

2.3.3 Pendekatan dan Metode

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pemetaan pola


keterkaitan dalam jaringan inovasi meliputi beberapa
metode sebagai berikut :
1) Penetapan variabel dan indekator kinerja keterkaitan
2) Penyusunan “Check List” daftar periksa indikator yang
telah ditetapkan (Daftar Periksa dapat dilihat pada
lampiran)
3) Survey Primer kepada aktor-aktor yang telah dipetakan
pada langkah seblumnya
4) Analisis Pola Keterkaitan
5) Penyusunan laporan pemetaan pola keterkaitan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


36
2.4 PEMETAAN INFRASTRUKTUR JARINGAN
INOVASI

Langkah ke 4 pemetaan jaringan berupa pemetaan


infrastruktur jaringan inovasi lebih ditekankan pada aspek
teknologi jaringan informasi.

2.4.1 Maksud dan Sasaran

Pemetaan infrastruktur jaringan inovasi dimaksudkan untuk


mendapatkan peta kemampuan teknologi informasi yang
mendukung interaksi dan aliran pengetahuan antar aktor
dalam kerangka jaringan inovasi.

Sasaran kegiatan ini adalah :


1) Terpetakannya derajat kecanggihan teknologi jaringan
yang digunakan
2) Terpetakannya status dan kemampuan teknologi
informasi dalam mendukung aliran pengetahuan dalam
jaringan inovasi
3) Tersusunnya laporan hasil pemetaan infrastruktur
jaringan inovasi

2.4.2 Lingkup Pemetaan Infrastruktur Jaringan Inovasi

Lingkup pemetaan infrastruktur jaringan meliputi :


A. Pemetaan Derajat Kecanggihan Teknologi
Memasuki millenium baru ini dunia bisnis dituntut untuk
selalu adaptif dan reaktif sebagai langkah antisipasi dalam

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


37
menghadapi arus globalisasi yang sangat deras dan tak
terbendung. Dunia bisnis saat ini mutlak untuk memiliki
kapabilitas terhadap penguasaan teknologi, terutama
teknologi informasi (TI), misalnya teknologi jaringan
informasi (networking) yang baik, handal dan update yang
menyajikan seluruh aspek kegiatan bisnis berupa data dan
informasi bisnis yang sangat diperlukan untuk pengambilan
keputusan dan implementasi strategi bisnis.
Perkembangan teknologi informasi Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam
memahami komponen teknologi informasi, seperti
perangkat keras dan perangkat lunak komputer; sistem
jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem
telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer
data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi
informasi masih terus meningkat; hal ini bisa terlihat dengan
banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan
di bidang teknologi informasi di berbagai bidang; juga
jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi
masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia.

Perkembangang jaringan masa depan tidak akan terlepas


dengan perkembangan teknologi internet, karena Internet
merupakan jaringan global yang luas. Derajat kecanggihan
teknologi jaringan akan menentukan kecepatan dalam
perolehan infromasi, analisis dan pengembilan keputusan.
Dalam konteks kecanggihan teknologi jaringan akan
menentukan kecepatan tumbuhnya inovasi. Pemetaan
derajat kecanggihan teknologi dapat menggunakan kinerja
umum teknologi jaringan seperti kecepatan transfer
informasi, dan jangkauan.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


38
B. Pemetaan Status dan Kemampuan Teknologi Jaringan

Status dan kemampuan teknologi secara sederhan


didefinisikan sebagai tingkat pemanfaat teknologi dalam
mendukung kebutuhan tertentu atau spesifik. Salah satu
aplikasi teknologi jaringan yang saat ini berkembang adalah
e-development. Terdapat beberapa komponen e-
develoment seperti e-goverment, e-bisnis dan lain
sebagainnya. Kerangka umum E-development dapat dilihat
pada Gambar 7.

Tabel 3 Indikator Teknologi Jaringan

Sumber : Rachmat Febrianto, 2008

Gambar 7
Kerangka Umum E-Developmet.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


39
Dalam konteks pengembangan sistem inovasi maka status
dan kemampuan teknologi jaringan dalam mendukung e-
development menjadi fokus utama pemnguatan jaringan
inovasi.

2.4.3 Pendekatan dan Metoda

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pemetaan


infrastruktur jaringan inovasi meliputi beberapa metode
sebagai berikut :
1) Penetapan variabel dan indikator derajat kecanggihan
teknologi
2) Penetapan variabel dan indikator status dan
kemampuan teknologi
3) Penyusunan “Check List” /daftar periksa indikator yang
telah ditetapkan
4) Survey primer kepada aktor-aktor yang telah dipetakan
pada langkah seblumnya
5) Analisis Benchmarking
6) Penyusunan laporan pemetaan pola keterkaitan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


40
PERUMUSAN STRATEGI PENGUATAN
BAB
JARINGAN INOVASI
III

3.1 MAKSUD DAN SASARAN

3.1.1 Maksud

Langkah perumusan strategi penguatan jaringan inovasi


dimaksudkan untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi atau untuk meningkatkan
kapasitas jaringan inovasi yang ada saat ini.

3.1.2 Sasaran

Sasaran perumusan strategi penguatan jaringan inovasi


adalah :
 Terpetakannya struktur permasalahan jaringan inovasi
sebagai hasil langkah pemetaan pada tahap
sebelumnya
 Terpetakannya perilaku masing-masing komponen
jarigan inovasi sebagai hasil integrasi pemahaman dan
pemetaan tiap komponen jaringan dari tahap
sebelumnya
 Tersusunnya skenario dan strategi penguatan jaringan
inovasi

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


41
3.2 LINGKUP STRATEGI PENGUATAN JARINGAN
INOVASI

Lingkup utama penguatan jaringan inovasi antara lain


meliputi :
 Penguatan Interaksi antar aktor, dimana state of the art
dari lingkup ini adalah terbangunnya sinergi dalam
proses inovasi sesuai peran dan kapsitas
aktor/lembaga terkait
 Penguatan Manajemen Pengetahuan dalam proses
pengembangan inovasi, dimana state of the art dari
lingkup ini adalah terbentuknya center of excelent yang
dapat berperan dalam pelayanan teknologi seperti
Technology Clearing House, Solusi Teknologi, intelejen
bisnis, riset terapan, dalan layanan lainnya.
 Penguatan infrastruktur jaringan, dimana state of the art
dari lungkup ini adalah membangun teknologi jaringan
yang menjamin kemudahan interaksi pada level internal
hingga global.
 Perumusan kebijakan tematik untuk menjamin
dukungan regulasi terkait pengembangan inovasi.

Ilustrasi lingkup penguatan jaringan inovasi dapat dilihat


pada Gambar 8.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


42
Gambar 8
Lingkup Penguatan Jaringan Inovasi

3.3 PENDEKATAN DAN METODA


Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan strategi
penguatan jaringan dalam kerangka sistem inovasi adalah
pendekatan pemodelan dinamika system. Hasil pemodelan
dinamika sistem selanjutanya diakhiri dengan tahapan
perumusan kebijakan.

a. Tahapan Pemodelan Dinamika Sistem


Pemodelan sistem dinamis secara garis besar berisi
3(tiga) tahapan dasar yaitu pembangunan model konseptual
(developing the concept of the model), pembangunan model
sistem dinamis (developing the SDM), dan pengecekan
perilaku model (checking the model behavior).

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


43
Sebagai langkah tambahan dapat diadakan 3(tiga) tahap
analisis lanjutan, yaitu analisis sensivitas model terhadap
faktor eksternal (exogenous factors) dan analisis perubahan
struktur (structural changes) serta perumusan startegi atau
kebijakan. Dengan demikian seluruhnya terdapat 5(lima )
tahapan dalam pendekatan model sistem dinamis seperti
berikut ini :
 Pembangunan Model Konseptual Sistem Jaringan
Inovasi sebagai bentuk integrasi dari hasil pemetaan
komponen sistem pada tahap sebelumnya, berisi
aktivitas berupa :
- Penggambaran persoalan/problem hasil pemetaan
rinci
- Pendefinisian tujuan model
- Pendefinisian batas sistem yang dimodelkan
- Pengembangan “Wordmodel”
- Perancangan Causal Loop Diagram (diagram sebab
akibat) dari “Wordmodel”
- Analisis kualitatif hubungan antar komponen dalam
“Wordmodel”

 Pembangunan Model Sistem Dinamis yang meliputi :


- Pendefinisian dimensi-dimensi dari elemen-elemen
dalam diagram efek/sebab akibat
- Pendefinisian hubungan-hubungan fungsional antar
elemen
- Pemanfaatan data-data hasil pemetaan untuk
membangun fungsi hubungan antar elemen
- Perumusan fungsi hubungan (functional relationship)
kedalam bahasa pemodelan/ komputer
- Pengecekan validitas dari struktur model

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


44
- Penyederhanaan struktur model

Gambar 9
Konsep Struktur dan Perilaku Sistem
 Pengecekan Perilaku Model, yang meliputi :
- Penyesuaian variabel waktu
- Penyesuaian nilai/kondisi awal parameter
- Pembuatan dan penggunaan skenario-skenario
yang berbeda untuk menghasilkan dan
membandingkan perbedaan pola perilaku sejalan
dengan waktu yang digunakan
- Pengecekan validitas perilaku dan empiris terhadap
hasil
- Pengecekan terhadap ketercapaian dari tujuan
model
 Analisis sensitivitas dengan perubahan parameter
meliputi :
- Pengecekan equilibrium of the system (tidak selalu
dapat dilakukan)
- Pengecekan rentang kondisi sistem akibat berbagai
daya tarik faktor eksternal yang digunakan.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


45
- Pengecekan kerusakan sistem dimana kondisi
sistem berubah dari kondisi equilibriumnya atau
elastisitasnya.
 Analisis Perilaku dengan perubahan struktur meliputi :
- Pendefinisian kriteria evaluasi untuk optimasi sistem
- Pengoptimalan struktur sistem sejalan dengan
kriteria evaluasi
- Penstabilan sistem dengan perubahan struktur.

Tahapan-tahapan tersebut diatas tidak menuntut perilaku


yang berurutan, sehingga sangat dimungkinkan untuk
bekerja secara pararel. Garis besar tahapan tersebut diatas
dapat dilihat pada Gambar 10

Konsepsual Model Diagram Efek/Sebab akibat


1
(Model Concept)

Pengembangan Model
2 Formulasi matematika
(Model Development)

3
Pengecekan Model Validitas Model
(Model Check)

TAHAPAN ANALISIS UNTUK PENGGUNA SISTEM

4 Variasi Faktor Exogen


Equilibrium, Elastisitas
(Variation of Exogenous Factors)

5
Perubahan Struktural
Optimasi, Stabilisasi
(Struktural Changes)

Gambar 10
Tahapan Umum Pengembangan Model Dinamika Sistem
b. Tahapan Perumusan Strategi
Perumusan strategi penguatan jaringan inofasi
dilakukan setelah simulasi berbagai alternatif
strategi/skenario penguatan dilaksanakan dengan

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


46
menggunakan pemodelan sistem dinamis. Strategi
terpilih didasarkan pada sejumlah kriteria yang
dikembangkan antara lain meliputi beberapa kriteria
antara lain :
 Dampak ekonomi dan sosial
 Efektivitas strategi
 Prospek pembiayaan
 Kelayakan startegi termasuk kelayakan teknologi

Selanjutnya untuk mendapat strategi terbaik, maka perlu


dilakukan analisis multiple criteria dengan menggunakan
berbagai pendekatan yang sesuai.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


47
PENUTUP BAB
IV

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi merupakan bagian


dari pedoman penguatan jaringan inovasi. Panduan
Pemetaan Jaringan Inovasi diharapkan dapat menjadi
acuan bagi berbagai pihak yang bertujuan untuk melakukan
analisis kinerja jaringan inovasi dengan pendekatan sistem.
Panduan ini merupakan upaya BPPT dalam memperjelas
langkah-langkah teknis analisa sistem jaringan inovasi
dilapangan. Pemanfaatan panduan ditujukan agar
perumusan strategi dan kebijakan penguatan jaringan
inovasi memiliki landasan informasi dan pengetahuan yang
cukup kuat. Masih terdapat banyak kekurangan pada
panduan ini, oleh karena itu langkah-langkah
penyempurnaan akan terus dilakukan. Beberapa
penajaman akan ditindaklanjuti dengan penyusunan
pediman teknis analisis seperti Juknis Analisis
Aktor/kelembagaan dalam jaringan Inovasi, Juknis Analisis
Linkage, Juknis Analisis Jaringan Inovasi.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


48
DAFTAR PUSTAKA

Alkadri,dkk,2001, Manajemen Teknologi, P2KTPW, Jakarta.


Desai, Meghnad et al, 2002, Measuring the Tec hnology
Achievement of Nations and the Capacity to
Participate in the Network Age, Journal of Human
Development, Vol. 3, No. 1, Carfax Publishing
Foster, R, 1996, Innovation: the Attackers Advantage,
Summit Books, New York.
Hendrik, 2003, Sekilas tentang Knowledge Management,
Ilmukomputer.com
Nonaka, I., & Takeuchi, H., 1995, The Knowledge creating
company: how japanese companies create the
dynamics of innovation, New York: Oxford University
Perss.
Pantjadarma,Derry, 20111, Presentasi Sinergi-Pengamatan
Empirik, Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi
Teknologi, BPPT
Parachute Consulting, 2008, Report: Understanding
Knowledge Management
Sulaeman, Atang /Muchdie, dkk, 2005, Difusi Teknologi,
Teori, Pendekatan, dan Pengalaman, PPKDT-BPPT:
Jakarta
Taufik, A, Tatang, Sistem Inovasi Daerah, BPPT Press,
Jakarta.
Taufik, Tatang A., 2005, Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah: Perspektif Kebijakan, Pusat Pengkajian
Kebijakan Pengembangan Unggulan Daerah dan
Peningkatan Kapasitas Masyarakat - BPPT, Jakarta

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


49
Wang,clement K,2001,Conditions for Innovation: Skill and
Expertise Development, National University of
Singapore, Singapore, pp,1-16.

Panduan Pemetaan Jaringan Inovasi


50

Anda mungkin juga menyukai