Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KONSEP DASAR IPA

KONSEP KEBUMIA

OLEH :
NADIA YUNITA
NIM : 2020045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS STKIP ADZKIA PADANG
2021-2022
1. URGENSI ILMU KEBUMIAN
Ilmu kebumian atau ilmu bumi (Inggris: earth science, geoscience) adalah suatu
istilah untuk golongan cabang-cabang ilmu yang mempelajari bumi. Cabang ilmu ini
menggunakan gabungan ilmu fisika, geografi, matematika, kimia, dan  biologi  untuk
membentuk suatu pengertian kuantitatif dari lapisan-lapisan Bumi.

Dalam melaksanakan kajiannya, ilmuwan dalam anggota ini menggunakan cara


ilmiah, yaitu formulasi hipotesa melewati pengamatan dan pengumpulan data mengenai
fenomena lingkungan kehidupan yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesa-hipotesa
tersebut. Dalam ilmu Bumi, peranan data sangat penting dalam menguji dan membentuk
suatu hipotesa.
Ilmu Kebumian memberikan dasar fisik untuk memahami dunia di mana kita hidup
dan di mana manusia berusaha untuk mencapai keberlanjutan. Sistem Ilmu Kebumian
mencakup kimia, fisika, biologi, matematika dan ilmu-ilmu terapan yang melampaui batas-
batas disiplinnya untuk memperlakukan bumi sebagai suatu sistem terpadu.
Ilmu Kebumian telah memberi stimulus oleh meningkatnya peran aktivitas manusia
dalam perubahan global dan kemampuan pemantauan global bumi dari luar angkasa. Ilmu
Sistem Kebumian berfungsi sebagai kerangka kerja untuk studi terapan misalnya
penginderaan jarak jauh (indraja), GIS, manajemen bencana, dan lain-lain. Sebagai Sistem
Ilmu Kebumian Terpadu mempelajari adanya interaksi yang erat antara udara (air), air
(water), tanah (land) dan kehidupan (life).
NASA membangun kerangka keilmuan untuk ilmu kebumian yang mengaitkan variabel-
variabel berikut secara terpadu, yaitu:
1. hubungan matahari-bumi,
2. Perubahan dan variabilitas iklim,
3. Ekosistem dan siklus karbon,
4. Inti dan permukaan bumi,
5. Komposisi atmosfer,
6. Cuaca,
7. Siklus energi dan air.
Ilmu Kebumian menawarkan suatu kerangka kerja interdisipliner yang berharga untuk
memahami interaksi yang kompleks di  alam dan sistem alam buatan manusia. Ilmu
kebumian juga menawarkan pemahaman dan manajemen siklus bencana alam adalah contoh
terapan ilmu sistem kebumian. Kurikulum ilmu sistem kebumian, termasuk penginderaan
jauh dan geoinformatika, dapat memperluas akses studi manajemen bencana alam untuk
berbagai tingkatan siswa.
 Definisi dan Disiplin Ilmu Kebumian (Geosains) Definisi : Geosains adalah sains
tentang fenomena bumi yang menekankan pada interaksi manusia dengan alam dalam
lingkup fenomena fisis. Disiplin Ilmu yang terkait dengan geosains
i. Geofisika, dalam arti luas adalah studi tentang proses fisis dari pusat bumi
sampai atmosfer atas, dan dalam arti sempit disebut geofisika padat (solid earth
geophysics) yaitu studi proses fisis dalam bumi padat atau litosfer.
ii. Meteorologi adalah studi tentang proses fisis atmosfer dan gejala cuaca,
sedangkan Klimatologi adalah studi tentang hasil proses fisis atmosfer atau
studi tentang iklim bumi. Klimatologi juga disebut meteorologi statistik.
iii. Sains Atmosfer adalah studi deskripsi dan pemahaman fenomena fisis dalam
atmosfer bumi.
iv. Oseanografi adalah studi tentang osean (laut) termasuk sifat fisis dan kimia air
laut, kedalaman dan dasar laut, flora dan fauna laut.
v. Geologi adalah sains tentang komposisi struktur dan sejarah bumi, termasuk
studi tentang material bumi dan distribusi batuan kerak bumi.
vi. Geodesi adalah sains tentang pengukuran bentuk dan dimensi bumi, termasuk
berat dan densitas bumi.
vii. Geografi adalah studi yang mendeskripsikan permukaan bumi yaitu roman
(ciri) fisis, iklim, vegetasi, tanah, penduduk, dan distribusi unsur-unsur
tersebut, lihat gambar 1. Note : no. i s/d vi ada di ITB, dan no. i s/d iv ada di
Departemen Geofisika dan Meteorologi, FIKTM ITB.
Keilmuan Serumpun Geosains Setiap disiplin ilmu terdiri dari pohon ilmu yaitu ilmu
major (utama), cabang dan ranting ilmu yaitu ilmu spesifik, dan akar ilmu yaitu ilmuilmu
dasar (basic sciences) yang memperkokoh pohon ilmu. Disiplin ilmu serumpun dalam
Geosains adalah Geofisika (GF), Meteorologi (ME), Oseanografi (OS), Geologi (GL),
Geodesi (GD), Geografi, dan lain-lain. Untuk program-program studi yang ada di
Departemen Geofisika dan Meteorologi mempunyai akar tunggang ilmu yang sama yaitu
Fisika dan Matematika. Contoh disiplin ilmu Meteorologi termasuk dalam Program Studi
Meteorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FIKTM ITB, membentuk kelompok
keilmuan (kepakaran) Meteorologi dan tiga sub kelompok keilmuan (SKK), yaitu : SKK
SKK SKK : Fisika dan Dinamika Atmosfer : Meteorologi Lingkungan dan Enjiniring :
Dinamika Iklim Meteorologi dapat berperan sebagai ilmu murni, meteorologi terapan
(applied meteorology) dan meteorologi enjiniring (engineering meteorology). Ketiganya
saling berkaitan dan saling melengkapi, tidak dapat dipisahkan.
2. Karakteristik dan cakupan IPBA

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) mempelajari bumi dalam tata surya dan
lapisan-lapisannya dari pusat bumi sampai puncak atmosfer bumi. IPBA ini terkait dengan
disiplin ilmu geologi, geofisika, geodesi, geografi, oseanografi, meteorology, klimatologi,
sains atmosfer, aeronomi, dan astronomi (Bayong, 2006). Dalam ilmu kebumian dan
antariksa dipelajari lapisan-lapisan bumi seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer, dan ruang
angkasa diluar atmosfer bumi yang disebut antariksa.

Pengetahuan tentang IPBA sangat penting diajarkan pada siswa sejak dini, karena
melalui pengetahuan ini siswa akan mengenal alam sekitarnya dengan lebih baik. IPBA atau
Earth and space Science didefinisikan oleh Barstow dan Geary (2002) sebagai integrase dan
sintesis dari fisika, biologi, kimia, Geologi, Oseanografi, Meteorologi,dan disiplin sains
lainnya yang mempelajari kehidupan, Bumi dan Langit. Artinya ruang lingkup IPBA itu luas
dan mendalam, tidak hanya ilmu mengenai bumi Bumi dan Astronomi, melainkan
mengintegrasi dan menghubungkan dengan ilmu sains dasar lainnya seperti Geologi, Biologi,
Kimia, Oseanografi, Meteorologi, dan Astromoni IPBA sendiri mengkaji tentang lapisan
bumi, atmosfer, hidrosfer, litosfer, dan ruang angkasa. Di luar atmosfer bumi di sebut
antariksa.

Dasar keilmuan yang dibutuhkan untuk memahami IPBA diantarannya adalah fisikadan
matematika. Sebagian besar teori tentang IPBA dijelaskan dengan fisika, seperti mekanika
untuk menjelaskan gerak planet dalam tatasurya termasuk energi dalam perubahannnya,
termodinamika dan fisika moderan untuk menjelaskan berbagai perubahan fisis bintang,
kemagnetan untuk menelusuri umur batuan, kalor, dan kelistrikan untuk memahami
perubahan pemanasan atmosfer, iklim, dan sebagainya.

Sebagai kelompok Physical Science, IPBA merupakan cabang dari IPA (natural
Science) dan sains (secara umum), yang mempelajari sistem pada benda tak hidup mencakup:

1. Bumi (tanah, batuan, air, dan udara)


2. Tata Surya
3. Galaksi
4. Jagat Raya
Selain itu, melalui IPBA kita juga dapat mempelajari fenomena alam yang terjadi untuk
memahami kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat mengelola cara-cara pencegahan
dan upaya mitigasi yang disebabkan oleh kedasyatan bencana alam, apabila memiliki
pemahaman yang baik mengenai mekanisme kejadian-kejadian alam.

IPBA memungkinkan kita untuk memperkirakan bencana alam yang akan terjadi
seperti banjir, kekeringan, badai, angin tornado, erupsi vulkanik, gempa bumi, dan membantu
manusia untuk mengendalikan popilasi dari kekuatan alam.

3. Fenomena alam ditinjau dari IPBA

Fenomena alam adalah peristiwa non-artifisial dalam pandangan fisika, dan kemudian


tak diciptakan oleh manusia, meskipun dapat memengaruhi manusia
(mis. bakteri, penuaan, bencana alam). Contoh umum dari fenomena alam termasuk letusan
gunung berapi, cuaca, dan pembusukan.

Sebagian besar fenomena alam tak berbahaya seperti hujan. Fenomena alam seperti
letusan gunung berapi, tsunami dan tornado dianggap berbahaya dan dapat
menimbulkan kematian.Fenomena adalah hal yang luar biasa dalam kehidupan di dunia dan
dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia.

Nugent (2008) mengemukakan bahwa IPBA relevan dan bermanfaat dalam kehidupan
karena dapat menjelaskan peristiwa dan fenomena yang diamati terutama yang terjadi di
bumi, misalnya pemanasan global (global warming) dapat dijelaskan dengan konsep efek
rumah kaca melalui inkuiri (penyelidikan).

Dalam kehidupan sehari-hari, pengamatan tidak terlepas dari fenomena alam yang
sering diamati dan dialami, misalnya pergantian siang dan malam, peristiwa gerhana Bulan
atau Matahari, perubahan iklim serta dampak yang ditimbulkan dari fenomena tersebut.
Fenomena alam yang terjadi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam
pelayaran dan pertanian.

IPBA memfokuskan perhatian pada isu-isu lingkungan dan energi serta fenomena
benda langit seperti penipisan ozon, pemanasan global, hujan meteor, atau batuan dari
antariksa lainnya.
Contohnya:

peristiwa hujan meteor yang terjadi pada tanggal 15 februari 2013 di Rusia, hujan
meteor tersebut menimbulkan getaran di tanah, dentuman yang besar, memecahkan kaca-kaca
rumah, mematikan jaringan telepon seluler dan menelan korban jiwa.

Berikutnya adalah fenomena alam, gerhana matahari cincin yang terjadi pada 26
desember tahun 2019. Gerhana matahari cincin, merupakan gerhana matahari yang terjadi
saat jarak antara matahari dan bumi berada di posisi paling jauh, sehingga cahaya yang
terpancarkan dari matahari berbentuk cincin.

Bencana Kekeringan dan Banjir Kekeringan (drought) adalah kesenjangan antara air
yang tersedia dengan air yang diperlukan, sedangkan ariditas (kondisi kering) diartikan
sebagai kondisi dengan jumlah curah hujan sedikit. Kekeringan disebabkan oleh subsidensi
yang menghalangi pembentukan awan sehingga terjadi defisiensi (kekurangan) curah hujan.
Dalam peristiwa El Niño terjadi subsidensi di atas Indonesia dan awan hujan bergeser ke
Pasifik tengah, sehingga di Indonesia mengalami kekeringan dan musim kemarau panjang.

Di daerah monsun bencana kekeringan dan banjir hampir periodik, karena monsun
adalah fenomena periodik. Sebab utama bencana banjir adalah faktor meteorologis terutama
curah hujan, distribusi dan durasi hujan. Sifat fisis permukaan tanah, misalnya kadar air
tanah, tanah gundul, tanah lereng juga menentukan terjadinya bencana banjir dan tanah
longsor. Baik awan konvergensi maupun awan siklon tropis mempunyai sistem cuaca skala
meso atau makro yang dapat menyebabkan banjir skala luas jika terjadi ketidakseimbangan
antara curah hujan, infiltrasi, dan limpasan, terutama jika drainase (saluran air) tidak
berfungsi dengan baik. Wilayah Indonesia dilalui oleh daerah konvergensi antar tropis yang
bergerak kesebelah utara atau selatan ekuator mengikuti gerak semu matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Anthes, R. A., Tropical Cyclones, Evolution, Structure and Effects, Meteorological
Monographs, Vol. 19, No. 41, Amer. Meteor. Soc. Bayong Tj. HK., Geosains, Penerbit ITB,
Bandung. Bayong Tj. HK., Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung. Bayong Tj. HK., Georiksa,
Penerbit P.T Rosda Karya, Bandung, segera terbit. Michael Zeilik, Astronomy, Hasper and
Row Publisher, New York. Spar, Earth, Sea and Air, Eddison Wesley Publ. Co. Inc., London.
Satrio, S. B., Tantangan abad ke 21, Workshop Membangun Indonesia Abad ke 21, MGB
ITB, Bandung. Strahler, A. N., and A. L. Strahler, Environmental Geoscience, Hamilton
Publishing Company, California. Trenberth, K. E., El Niño definition, Workshop on ENSO
and Monsoon, ICTP, Trieste, Italy. Trewartha, G. T., An Introduction to Climate, Mc Graw
Hill Book Company, Inc., London. Unsöld, A., and B. Bascheck, translated by W. D. Brewer,
The New Cosmos, Springer Verlag, Berlin. William, S. Von Arx, An Introduction to Physical
Oceanography, Addison Wesley Publishing Company, Inc., London.
JURNAL
PENGANTAR ILMU KEBUMIAN Oleh : Bayong Tjasyono HK. Guru Besar Meteorologi
Fisik Institut Teknologi Bandung LOKAKARYA ILMU KEBUMIAN Kerjasama antara :
BRKP BMG GM KAGI21 ITB Bandung, Juni 2005 PROGRAM STUDI METEOROLOGI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS ILMU KEBUMIAN
DAN TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2005

Anda mungkin juga menyukai