KONSEP KEBUMIA
OLEH :
NADIA YUNITA
NIM : 2020045
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) mempelajari bumi dalam tata surya dan
lapisan-lapisannya dari pusat bumi sampai puncak atmosfer bumi. IPBA ini terkait dengan
disiplin ilmu geologi, geofisika, geodesi, geografi, oseanografi, meteorology, klimatologi,
sains atmosfer, aeronomi, dan astronomi (Bayong, 2006). Dalam ilmu kebumian dan
antariksa dipelajari lapisan-lapisan bumi seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer, dan ruang
angkasa diluar atmosfer bumi yang disebut antariksa.
Pengetahuan tentang IPBA sangat penting diajarkan pada siswa sejak dini, karena
melalui pengetahuan ini siswa akan mengenal alam sekitarnya dengan lebih baik. IPBA atau
Earth and space Science didefinisikan oleh Barstow dan Geary (2002) sebagai integrase dan
sintesis dari fisika, biologi, kimia, Geologi, Oseanografi, Meteorologi,dan disiplin sains
lainnya yang mempelajari kehidupan, Bumi dan Langit. Artinya ruang lingkup IPBA itu luas
dan mendalam, tidak hanya ilmu mengenai bumi Bumi dan Astronomi, melainkan
mengintegrasi dan menghubungkan dengan ilmu sains dasar lainnya seperti Geologi, Biologi,
Kimia, Oseanografi, Meteorologi, dan Astromoni IPBA sendiri mengkaji tentang lapisan
bumi, atmosfer, hidrosfer, litosfer, dan ruang angkasa. Di luar atmosfer bumi di sebut
antariksa.
Dasar keilmuan yang dibutuhkan untuk memahami IPBA diantarannya adalah fisikadan
matematika. Sebagian besar teori tentang IPBA dijelaskan dengan fisika, seperti mekanika
untuk menjelaskan gerak planet dalam tatasurya termasuk energi dalam perubahannnya,
termodinamika dan fisika moderan untuk menjelaskan berbagai perubahan fisis bintang,
kemagnetan untuk menelusuri umur batuan, kalor, dan kelistrikan untuk memahami
perubahan pemanasan atmosfer, iklim, dan sebagainya.
Sebagai kelompok Physical Science, IPBA merupakan cabang dari IPA (natural
Science) dan sains (secara umum), yang mempelajari sistem pada benda tak hidup mencakup:
IPBA memungkinkan kita untuk memperkirakan bencana alam yang akan terjadi
seperti banjir, kekeringan, badai, angin tornado, erupsi vulkanik, gempa bumi, dan membantu
manusia untuk mengendalikan popilasi dari kekuatan alam.
Sebagian besar fenomena alam tak berbahaya seperti hujan. Fenomena alam seperti
letusan gunung berapi, tsunami dan tornado dianggap berbahaya dan dapat
menimbulkan kematian.Fenomena adalah hal yang luar biasa dalam kehidupan di dunia dan
dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia.
Nugent (2008) mengemukakan bahwa IPBA relevan dan bermanfaat dalam kehidupan
karena dapat menjelaskan peristiwa dan fenomena yang diamati terutama yang terjadi di
bumi, misalnya pemanasan global (global warming) dapat dijelaskan dengan konsep efek
rumah kaca melalui inkuiri (penyelidikan).
Dalam kehidupan sehari-hari, pengamatan tidak terlepas dari fenomena alam yang
sering diamati dan dialami, misalnya pergantian siang dan malam, peristiwa gerhana Bulan
atau Matahari, perubahan iklim serta dampak yang ditimbulkan dari fenomena tersebut.
Fenomena alam yang terjadi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam
pelayaran dan pertanian.
IPBA memfokuskan perhatian pada isu-isu lingkungan dan energi serta fenomena
benda langit seperti penipisan ozon, pemanasan global, hujan meteor, atau batuan dari
antariksa lainnya.
Contohnya:
peristiwa hujan meteor yang terjadi pada tanggal 15 februari 2013 di Rusia, hujan
meteor tersebut menimbulkan getaran di tanah, dentuman yang besar, memecahkan kaca-kaca
rumah, mematikan jaringan telepon seluler dan menelan korban jiwa.
Berikutnya adalah fenomena alam, gerhana matahari cincin yang terjadi pada 26
desember tahun 2019. Gerhana matahari cincin, merupakan gerhana matahari yang terjadi
saat jarak antara matahari dan bumi berada di posisi paling jauh, sehingga cahaya yang
terpancarkan dari matahari berbentuk cincin.
Bencana Kekeringan dan Banjir Kekeringan (drought) adalah kesenjangan antara air
yang tersedia dengan air yang diperlukan, sedangkan ariditas (kondisi kering) diartikan
sebagai kondisi dengan jumlah curah hujan sedikit. Kekeringan disebabkan oleh subsidensi
yang menghalangi pembentukan awan sehingga terjadi defisiensi (kekurangan) curah hujan.
Dalam peristiwa El Niño terjadi subsidensi di atas Indonesia dan awan hujan bergeser ke
Pasifik tengah, sehingga di Indonesia mengalami kekeringan dan musim kemarau panjang.
Di daerah monsun bencana kekeringan dan banjir hampir periodik, karena monsun
adalah fenomena periodik. Sebab utama bencana banjir adalah faktor meteorologis terutama
curah hujan, distribusi dan durasi hujan. Sifat fisis permukaan tanah, misalnya kadar air
tanah, tanah gundul, tanah lereng juga menentukan terjadinya bencana banjir dan tanah
longsor. Baik awan konvergensi maupun awan siklon tropis mempunyai sistem cuaca skala
meso atau makro yang dapat menyebabkan banjir skala luas jika terjadi ketidakseimbangan
antara curah hujan, infiltrasi, dan limpasan, terutama jika drainase (saluran air) tidak
berfungsi dengan baik. Wilayah Indonesia dilalui oleh daerah konvergensi antar tropis yang
bergerak kesebelah utara atau selatan ekuator mengikuti gerak semu matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Anthes, R. A., Tropical Cyclones, Evolution, Structure and Effects, Meteorological
Monographs, Vol. 19, No. 41, Amer. Meteor. Soc. Bayong Tj. HK., Geosains, Penerbit ITB,
Bandung. Bayong Tj. HK., Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung. Bayong Tj. HK., Georiksa,
Penerbit P.T Rosda Karya, Bandung, segera terbit. Michael Zeilik, Astronomy, Hasper and
Row Publisher, New York. Spar, Earth, Sea and Air, Eddison Wesley Publ. Co. Inc., London.
Satrio, S. B., Tantangan abad ke 21, Workshop Membangun Indonesia Abad ke 21, MGB
ITB, Bandung. Strahler, A. N., and A. L. Strahler, Environmental Geoscience, Hamilton
Publishing Company, California. Trenberth, K. E., El Niño definition, Workshop on ENSO
and Monsoon, ICTP, Trieste, Italy. Trewartha, G. T., An Introduction to Climate, Mc Graw
Hill Book Company, Inc., London. Unsöld, A., and B. Bascheck, translated by W. D. Brewer,
The New Cosmos, Springer Verlag, Berlin. William, S. Von Arx, An Introduction to Physical
Oceanography, Addison Wesley Publishing Company, Inc., London.
JURNAL
PENGANTAR ILMU KEBUMIAN Oleh : Bayong Tjasyono HK. Guru Besar Meteorologi
Fisik Institut Teknologi Bandung LOKAKARYA ILMU KEBUMIAN Kerjasama antara :
BRKP BMG GM KAGI21 ITB Bandung, Juni 2005 PROGRAM STUDI METEOROLOGI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS ILMU KEBUMIAN
DAN TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2005