Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desi Dwi Sartika

F/J/S : FITK/Tadris Biologi/VI

DAUROH SIYASI
A. Opini dan Fakta Mengenai Siyasih Kampus

Siyasah atau politik berasal dari kata saasa yang artinya mengatur, menjaga,
memelihara dan mengurus. Dalam konteksnya, siyasi dapat diartikan sebagai
upaya untuk membimbing, mengatur dan menjaga umat manusia. Imam Al Ghazali
mengatakan,“ Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar. Agama sebagai
pondasi dan kekuasaan sebagai penjaga”. Analoginya seperti ini, sesuatu tanpa
pondasi akan roboh dan sesuatu tanpa penjaga akan lenyap. Mungkin inilah yang
menjadi sebab Rasulullah mendirikan Negara Madinah. Untuk menjaga
keberlangsungan dakwah, keamanan dan eksistensi kaum muslimin. Maka,
menurut urgensi siyasah Islam atau siyasah syar’iyah, dalam ranah dakwah yang
sangat vital, sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak berpolitik.
Politik adalah sebuah pasar raksasa yang menampung semua produk ide dan
gagasan tentang cara mengatur kehidupan bersama masyarakat manusia” (Anis
Matta, Menikmati Demokrasi, 2002: 68). Daurah Siyasi adalah pelatihan dasar
dalam bidang politik yang diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan.
Daurah Siyasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam agar pemuda-pemudi dapat lebih sadar politik dan urgensi politik itu
sendiri. Seperti kata Ust. Salim A. Fillah dalam buku yang berjudul ‘Saksikanlah
bahwa Aku Seorang Muslim’ bahwa termasuk pemahaman agama adalah berusaha
mempelajari berbagai macam pengetahuan dan wawasan yang telah memberi
aneka warna dalam kehidupan. Dan tentu, tidak dapat dipungkiri bahwa politik
adalah warna tersendiri yang telah mewarnai kehidupan ini.
Manfaat dari daurah siyasi ini yaitu:
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menambah wawasan politik.
2. Dapat dijadikan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan analisa
politik.
3. Dapat dijadikan salah satu langkah awal untuk terus intens mengadakan
bentuk kajian-kajian politik (dituangkan dalam bentuk follow up).

Islam dan politik adalah dua hal yang sangat sulit dipisahkan, Karena
sesungguhnya agama Islam adalah agama yang sangatlah kompleks mengatur
semua ini dalam kehidupan manusia. Begitu pun politik yang biasa disebut siyasah
syar’iyyah (Politik Islam). Yang tentunya berbeda dengan politik pada umumnya
(Siyasah al-ammah). Keniscayaan dalam berpolitik bagi aktivis dakwah kampus
adalah sesuatu yang membuat mereka niscaya pula memahami ensesi dari politik
Islam. Bahwa aktivitas mereka dalam menceburkan diri dalam dunia politik
semata-mata didasarkan pada dua prinsip pelayanan dan perbaikan kampus.

Dijelaskan dalam QS. Al Baqarah: 193

ِ ‫ون ال ِّدينُ هَّلِل‬


َ ‫ون ِف ْت َن ٌة َو َي ُك‬
َ ‫َۖ و َقا ِتلُو ُه ْم َح َّت ٰى اَل َت ُك‬
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah…..”. (Al Baqarah: 193)

Islam bukanlah semata agama (a religion), namun ia juga merupakan sebuah


system politik (a political system). Berawal pernyataan yang dikeluarkan oleh Dr.
V. Fitzgerald dalam ‘Muhammedan Law’ terbukti telah merobohkan pandangan
kaum pembaharu yang mengusung paham pemisahan antara Islam sebagai agama
dan Islam sebagai bentuk negara. Padahal, kesyumulan Islam tidak bisa disekat
dalam bilik-bilik kecil agama atau hubungan transdental ke atas.
Islam merupakan agama yang kaffah dan syamil, artinya Islam merupakan
agama yang menyeluruh dan paripurna. Segala ranah kehidupan telah diatur
dengan apik dan detail oleh Islam. Begitupun juga ranah kehidupan sosial dan
politik, yang mungkin bagi sebagian orang merupakan ranah ‘kotor’ yang hanya
berisi orang-orang yang ‘kotor’ pula. Namun, bukan begitu adanya, jika kita, para
muslim sejati mengetahui dengan benar bagaimana Islam juga mengatur
keberadaan kita di sistem sosial dan politik. Yang dimaksud kita disini adalah
Aktivis Dakwah Kampus (ADK).
Di antara banyaknya mahasiswa yang menduduki bangku kuliah, terseleksi
menjadi sekian kecil aktivis dakwah kampus. Dari sekian kecil aktivis dakwah
kampus, terseleksi lagi kedalam lingkaran yang lebih kecil menjadi aktivis dakwah
kampus sosial politik. Namun, di antara sekian kecil orang yang terseleksi dari
sekian banyak mahasiswa, dengan kapasitasnya, seharusnya orang-orang tersebut
bisa menjadi muslim yang mampu ‘bersiyasi’ di kampus dengan cantik. Namun,
saat ini, mereka yang katanya sering dianggap pagar dakwah siyasi, justru tak lagi
terlihat taringnya. Ada atau tidak adanya mereka ‘sepertinya’ sama saja, tak
berpengaruh dan tak pula mewarnai dengan nilai-nilai Islam. Padahal
pembentukan aktivis dakwah kampus sosial politik dibentuk dengan cita-cita
agung dan mulia, yaitu menjadi pagar dakwah yang melindungi dari keburukan,
menjadi tiang-tiang dakwah yang menopang dan menjulang tinggi, dan menjadi
sosok-sosok yang mampu memperjuangkan kebaikan.
Untuk memahamkan dunia sosial politik berpondasikan Islam, tentu saja
perlu tahap, subjek, dan objek. Tahapnya adalah proses kaderisasi siyasi (sosial
politik), subjeknya adalah pengkader, dan objeknya adalah orang yang dikader.
Oleh karena itu, perlu dibuat sebuah sistem bernama sistem kaderisasi siyasi di
mana sistem tersebut bisa menjelaskan dan menjadi guideline kader dakwah
dalam bertindak. Ini pula yang seharusnya kita lakukan di dunia kampus ketika
ranah dakwah kita saat ini adalah dakwah kampus.
Islam mengajarkan umatnya agar tidak buta dengan satu ranah tertentu.
Islam mengajarkan umatnya agar melihat kehidupan secara paripurna. Jika
dakwah digambarkan sebagai rumah, maka siyasi adalah pagarnya, artinya siyasi
mempunyai peran penting untuk mempersilahkanhal-hal baik yang boleh masuk
ke rumah sehingga bisa memperindah rumah dan mencegah hal-hal buruk yang
dapat merusak kondisi rumah. Pagar merupakan gerbang pertama yang harus
dilewati, dikuasai , dan dijaga sehingga kita bisa lebih leluasa untuk menebarkan
kebaikan yang berasal dari rumah dan menebarkan pesona rumah. Begitupun
dengan dakwah, siyasi merupakan gerbang pertama yang harus dilewati, dikuasai ,
dan dijaga oleh kader siyasi sehingga kita bisa lebih leluasa untuk menebarkan
kebaikan Islam dan menanamkan nilai-nilai Islam. Namun, perlu diingat, orang-
orang yang menjadi kader dakwah haruslah orang-orang berani dan cerdas yang
mampu membuat perubahan menjadi lebih baik.
Sebagaimana sistem kaderisasi pada lembaga dakwah kampus, kader siyasi
juga membutuhkan sebuah sistem kaderisasi yang berjenjang dan lebih
mengutamakan kerja lapangan daripada materi belaka. Ada 2 profil utama kader
siyasi, yaitu:
1. Pemahaman agama dan dakwah yang kompeten
2. Penguasaan rekayasa sosial yang dinamis.
Keseluruhannya perlu dimiliki oleh kader siyasi agar ia mampu menjalankan
amanah dakwahnya dengan baik dan bijak di lingkungan kemahasiswaan. Kita
tentu sangat menghindari kondisi dimana seorang kader siyasi tidak menguasai
keseluruhan aspek profil ini karena akan berdampak sangat fatal dalam
pengelolaan dakwah kampus ke depannya.
Kapasitas Islam dan Dakwah yang harus dimiliki oleh kader siyasi adalah
sebagai berikut :
1. Aqidah yang Kokoh
2. Pemahaman Islam yang Luas
3. Ibadah yang Lurus dan Benar
4. Keteladanan Akhlak yang Mulia
5. Penguasaan terhadap Sejarah Islam dan Strategi Dakwah Islam
6. Karakter seorang Pemimpin Islam yang Adil
7. Pemahaman Strategi Dakwah dan Dakwah Siyasi
8. Penguasaan Manhaj Haroki (Pedoman Pergerakan)
9. Pemahaman terhadap Konsep Peradaban dalam Islam
10. Penguasaan strategi perubahan sosial
11. Pengusaan mengolah isu dan opini konstruktif
12. Penguasaan kemampuan orasi, negosiasi, lobi, dan komunikasi persuasi
13. Penguasaan konten kajian isu nasional dan internasional
14. Kapasitas membaca dan menulis yang baik
15. Kemampuan untuk memobilisasi massa dan gagasan
16. Kemampuan memimpin forum dan berbicara di depan publik secara
meyakinkan
17. Kemampuan berdebat, berdialektika dan berdiskusi dengan isu-isu yang ada
18. Kapasitas dalam memimpin komunitas heterogen

Bila kita melihat tentang profil atau aspek kompetensi yang diperlukan oleh
kader siyasi, maka akan terlihat bahwa kaderisasi mandiri yang lebih berbasiskan
tempaan di lapangan lebih akan dibutuhkan dalam membentuk karakter di atas.
Materi saja tidak cukup, kader perlu membiasakan dirinya dalam belajar dan
menuntut ilmu secara mandiri.
Dimulai dari akhir, begitulah konsep dalam kaderisasi, profil atau output apa
yang ingin dilahirkan dari proses kaderisasi yang ada akan memudahkan pengelola
kaderisasi siyasi dalam membangun kader siyasi yang berkualitas. Dari profil ini
pulalah para kader dapat melihat sejauh mana dirinya sudah cukup layak menjadi
kader siyasi yang di amanahkan di lingkungan dakwah yang heterogen.
Dari penjelasan di atas, harapannya, kader siyasi bisa kembali membaik
kapasitas keislaman dan siyasinya sehingga kita benar-benar kembali yakin bahwa
dakwah siyasi adalah pagar dakwah dan akan selalu menjadi pagar dakwah.
Dengan begitu, Islam bisa semakin berjaya di bumi kampus-kampus di Indonesia.

B. Data Siyasi Kampus

Anda mungkin juga menyukai