Anda di halaman 1dari 13

GUIDELINE PENUGASAN DEBAT

PRALATDAS-LATDAS KIH 2021/2022

I. Sistem Debat
Sistem debat yang digunakan dalam Pralatdas-Latdas KIH 2021/2022 adalah
sistem BP (British Parliamentary). BP merupakan sistem yang digunakan
dalam kompetisi debat mayor saat ini seperti KDMI (Kompetisi Debat
Mahasiswa Indonesia) dan NUDC (National University Debating
Championship). Penugasan debat ini menggunakan Bahasa Indonesia.

II. Aturan Umum


a. Dalam satu ruangan debat, terdapat empat (4) tim yang akan bertanding.
Masing-masing tim berperan sebagai Tim Pemerintah Pembuka (Opening
Government), Tim Oposisi Pembuka (Opening Opposition), Tim
Pemerintah Penutup (Closing Government), dan Tim Oposisi Penutup
(Closing Opposition).
b. Setiap kelompok kecil mewakili satu tim yang akan bertanding.
c. Debat dibagi ke dalam empat (4) babak, yaitu babak simulasi, babak
penyisihan (preliminary rounds), babak semifinal, dan babak grand final.
d. Setiap tim terdiri dari dua (2) orang pendebat yang akan bertindak
sebagai pembicara pertama dan pembicara kedua.
e. Penugasan debat Pralatdas-Latdas KIH 2021/2022 akan mengaplikasikan
sistem Giliran Bertanding Peserta. Giliran bertanding peserta adalah
aturan yang mewajibkan seluruh anggota kelompok kecil bergiliran untuk
mewakili timnya bertanding pada setiap babak. Penjelasan lebih lanjut
dapat dilihat pada poin IV: Mekanisme Penugasan Debat.
f. Jika pada hari pelaksanaan, salah satu pendebat tiba-tiba tidak dapat
bertanding baik sebelum atau saat pertandingan dimulai, maka anggota
yang tidak sedang bertanding dapat menggantikan posisinya. Namun,
apabila hal tersebut tidak memungkinkan juga, satu orang pendebat yang
tersisa harus menggantikan posisi rekannya tersebut dengan berbicara
sebanyak dua (2) kali atau double speaker.
g. Jika pada hari pelaksanaan, semua anggota tim tidak bersedia atau
berhalangan mengikuti pertandingan, maka tim tersebut akan
didiskualifikasi pada ronde yang tidak diikuti.
h. Urutan setiap pembicara dalam satu ruangan debat dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

i. Pada setiap ronde debat terdapat satu (1) buah mosi yang akan
diperdebatkan. Babak simulasi sampai babak semifinal akan
menggunakan tipe mosi persiapan (mosi diberitahukan sebelum hari
pelaksanaan debat). Sedangkan, babak grand final akan menggunakan
tipe mosi impromptu (mosi diberitahukan saat debat akan dimulai). Tim
Pemerintah Pembuka dan Tim Pemerintah Penutup bertugas untuk
mendukung mosi, sedangkan Tim Oposisi Pembuka dan Oposisi Penutup
bertugas untuk menolak mosi. Baik tim penutup dan tim pembuka adalah
lawan dalam sistem debat BP, sehingga tim penutup tidak disarankan
hanya mengulangi pidato tim pembuka masing-masing.
j. Dalam debat BP, pendebat diperbolehkan untuk mengajukan interupsi
kepada lawan debat. Namun, interupsi tidak boleh ditujukan pada Tim
Pembuka maupun Tim Penutup masing-masing tim.
Contoh: Tim Pembuka Pemerintah tidak diperbolehkan menginterupsi Tim
Pemerintah Penutup, tetapi boleh menginterupsi Tim Oposisi Pembuka
dan Tim Oposisi Penutup, begitu seterusnya.
k. Setiap pendebat diperkenankan menyampaikan preferensi interupsi
sebelum memulai pidatonya (melalui on-mic atau via chat box).
l. Setiap pendebat harus menghargai dan mengikuti preferensi interupsi
yang disampaikan oleh lawan debat seperti pada poin (k.) di atas.
m. Jika pendebat tidak menyampaikan preferensi interupsinya, maka lawan
debat secara default dapat menyampaikan interupsi via chat box.
n. Penentuan pemenang pada setiap ruangan diurutkan menggunakan
sistem rankings.
o. Selama debat berlangsung, seluruh CA KIH 18 yang tidak sedang
bertanding WAJIB membuat resume dengan format sebagai berikut.
● Format pada sudut kanan atas buku CA, yaitu:
Nama lengkap CA 18 :
Kel. Kecil/Kel. Besar CA 18 :
Mosi :
● Format pada sudut kiri atas buku CA, yaitu:
OG : OO :
CG : CO :
● Judul pada baris pertama resume, yaitu:
Resume (Babak) Debat
Contoh:
Resume Penyisihan Debat
p. Pendebat dilarang untuk:
1. Menggunakan kalimat yang mengandung unsur SARA dengan tujuan
untuk menyinggung, mengolok-olok, atau mencederai lawan debat,
juri, hadirin debat, atau kelompok-kelompok lainnya;
2. Menggunakan bahasa kasar dan/atau bahasa selain bahasa Indonesia
yang dapat dimengerti secara umum;
3. Berbicara lebih dari waktu yang telah ditentukan;
4. Tidak menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, seperti melakukan aksi
kecurangan, menunjukkan ekspresi meremehkan lawan debat
dan/atau juri, melakukan agresi kepada lawan debat dan/atau juri,
dan lain sebagainya.
q. Penonton dilarang untuk:
1. Berbicara dengan keras atau melakukan aksi-aksi lain yang dapat
mengganggu ketertiban ruangan debat;
2. Memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada tim yang sedang
berdebat;
3. Tidak menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, seperti menunjukkan
ekspresi meremehkan, melakukan agresi kepada peserta lain
dan/atau juri, dan lain sebagainya.
r. Panitia dapat mendiskualifikasi tim yang terbukti melanggar aturan-
aturan yang telah ditetapkan.
s. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
III. Aturan Khusus
a. Babak Simulasi
1. Babak simulasi terdiri dari satu (1) ronde. Setiap tim WAJIB
mengikuti babak simulasi.
2. Babak simulasi terdiri atas dua (2) kloter.
3. Babak simulasi adalah sesi uji coba terhadap sistem debat BP yang
digunakan dalam penugasan debat Pralatdas-Latdas KIH 2021/2022.
4. Hasil dari babak simulasi akan digunakan sebagai pertimbangan
penentuan ruangan pada babak penyisihan.
5. Khusus untuk babak simulasi, TIDAK ADA waktu pembangunan
kasus (case building).
6. Waktu pidato setiap pendebat pada babak penyisihan adalah 3 menit
20 detik.
7. Pendebat dapat mengajukan interupsi kepada lawan debat di menit
pertama (01:00) hingga menit kedua (02:00) pidato lawan debat
tersebut.
b. Babak Penyisihan
1. Babak penyisihan terdiri dari dua (2) ronde. Setiap tim WAJIB
mengikuti dua (2) ronde tersebut.
2. Setiap ronde dalam babak penyisihan terdiri atas dua (2) kloter.
3. Waktu pembangunan kasus (case building) pada babak penyisihan
adalah 5 menit.
4. Waktu pidato setiap pendebat pada babak penyisihan adalah 3 menit
20 detik.
5. Pendebat dapat mengajukan interupsi kepada lawan debat di menit
pertama (01:00) hingga menit kedua (02:00) pidato lawan debat
tersebut.
6. Tim yang berhak melaju ke babak semifinal adalah delapan (8) tim
dengan akumulasi poin kemenangan (victory point) terbanyak pada
babak penyisihan. Poin kemenangan yang dapat diperoleh setiap tim
bergantung pada ranking tim di setiap rondenya. Rincian perolehan
poin kemenangan adalah sebagai berikut.
● Ranking 1 mendapatkan 3 poin kemenangan
● Ranking 2 mendapatkan 2 poin kemenangan
● Ranking 3 mendapatkan 1 poin kemenangan
● Ranking 4 mendapatkan 0 poin kemenangan
7. Jika terdapat tim dengan poin kemenangan yang sama, maka urutan
tim akan dilihat berdasarkan total skor pembicara masing-masing
tim.
8. Jika terdapat tim dengan total skor pembicara yang sama, maka
urutan tim akan dilihat berdasarkan 1sts dan 2nds masing-masing
tim.
9. Jika terdapat tim dengan 1sts dan 2nds yang sama, maka urutan tim
akan dilihat berdasarkan margin masing-masing tim.
c. Babak Semifinal
1. Babak semifinal diikuti oleh delapan (8) tim terbaik dari babak
penyisihan.
2. Waktu pembangunan kasus (case building) pada babak semifinal
adalah 10 menit.
3. Waktu pidato setiap pendebat pada babak semifinal adalah 5 menit
20 detik.
4. Pendebat dapat mengajukan interupsi kepada lawan debat di menit
pertama (01:00) hingga menit keempat (04:00) pidato lawan
debat tersebut.
5. Babak semifinal adalah babak sunyi, sehingga tidak ada penyampaian
keputusan (oral adjudication) setelah debat oleh juri.
6. Tim yang berhak melaju ke babak grand final adalah tim yang meraih
ranking 1 dan 2 pada masing-masing ruangan.
d. Babak Grand Final
1. Babak grand final diikuti oleh empat (4) tim terbaik dari babak
semifinal.
2. Waktu pembangunan kasus (case building) pada babak grand final
adalah 20 menit.
3. Waktu pidato setiap pendebat pada babak semifinal adalah 5 menit
20 detik.
4. Pendebat dapat mengajukan interupsi kepada lawan debat pada
menit pertama (01:00) hingga menit keempat (04:00) pidato
lawan debat tersebut.
5. Babak grand final adalah babak sunyi, sehingga tidak ada
penyampaian keputusan (oral adjudication) setelah debat oleh juri.
IV. Mekanisme Penugasan Debat
a. Setiap kelompok kecil WAJIB menentukan Giliran Bertanding Peserta
dari babak simulasi hingga babak grand final. Satu (1) orang perwakilan
kelompok kecil kemudian mengumpulkan giliran bertanding tersebut
paling lambat tanggal 2 Desember pukul 23.59 WITA pada link berikut
ini:
https://bit.ly/PengumpulanGiliranBertandingPesertaDebat
b. Dalam sistem giliran bertanding, CA yang tidak sedang mendapatkan
giliran berpotensi untuk menjadi swing team (tim pengisi) apabila
diperlukan. Swing team akan ikut berdebat untuk mengisi posisi yang
kosong pada ruangan debat berjumlah kurang dari empat (4) tim, tetapi
tidak berhak melaju ke babak selanjutnya meskipun memenuhi kualifikasi
pada babak tersebut. Swing team dipilih secara independen oleh panitia
dan dapat berasal dari kelompok kecil atau kelompok besar yang
berbeda.
c. Aturan giliran bertanding peserta dijelaskan menggunakan ilustrasi di
bawah ini.
● Kelompok kecil Cogito Ergo Sum beranggotakan A, B, dan C;
● Setiap anggota dari kelompok kecil Cogito Ergo Sum minimal
bertanding pada dua ronde dalam babak simulasi dan penyisihan;
● Pada babak simulasi, kelompok kecil Cogito Ergo Sum sepakat
menunjuk A dan B yang bertanding mewakili tim, sedangkan C tidak
bertanding;
● Pada babak penyisihan pertama, kelompok kecil Cogito Ergo Sum
sepakat menunjuk A dan C yang bertanding mewakili tim, sedangkan
B tidak bertanding;
● Pada babak penyisihan kedua, kelompok kecil Cogito Ergo Sum harus
memilih B dan C menjadi perwakilan tim untuk bertanding agar
memenuhi syarat minimum pertandingan setiap anggota tim;
● Ternyata, kelompok kecil Cogito Ergo Sum dinyatakan lolos ke babak
semifinal;
● Pada babak semifinal, perwakilan kelompok kecil dibebaskan;
● Pada babak semifinal, kelompok kecil Cogito Ergo Sum sepakat
menunjuk A dan B yang bertanding mewakili tim, sedangkan C tidak
bertanding;
● Ternyata, kelompok kecil Cogito Ergo Sum dinyatakan lolos ke babak
grand final;
● Anggota kelompok kecil yang tidak bertanding di babak semifinal,
wajib mewakili tim bertanding di babak grand final;
● Akhirnya, kelompok kecil Cogito Ergo Sum menunjuk A dan C yang
bertanding mewakili tim di babak grand final.
d. Panitia akan mengirimkan konfirmasi nama-nama tim beserta swing team
setiap babak maksimal 1 hari sebelum pelaksanaan babak tersebut.
e. Pada pelaksanaan debat, CA akan memasuki breakout room masing-
masing yang akan diinformasikan oleh panitia. Format nama breakout
room adalah sebagai berikut.
Ruangan_Ronde_Posisi_Nama Lengkap
Contoh:
A1_R1_OG_Jobel Jefta Brevier Massie
f. Setiap kelompok kecil WAJIB membuat poin-poin argumen untuk semua
mosi persiapan yang diberikan menggunakan sudut pandang tim
pemerintah dan tim oposisi.
g. Poin-poin argumen menyertakan cover yang dibuat dan disepakati
bersama oleh CA KIH 18.
h. Format penulisan poin-poin argumen dapat disesuaikan dengan
kreativitas dan kenyamanan masing-masing kelompok, selagi dapat
terbaca dengan jelas dan memuat konten-konten WAJIB di bawah ini:
- Latar belakang mosi/kondisi di status quo;
- Pendirian (stance) tim dalam debat;
- Tujuan/masalah yang ingin diselesaikan tim dalam debat;
- Mekanisme (bila perlu);
- Minimal dua (2) buah argumen (dapat dianalisis menggunakan AREL
atau teknik penyusunan argumen lainnya);
i. Setiap mosi dimulai pada halaman baru menggunakan fitur section
breaks.
Contoh poin-poin argumen debat dapat diakses pada link berikut ini:
https://bit.ly/ContohPoin-PoinArgumenDebat
j. Poin-poin argumen dikumpulkan dalam bentuk PDF dengan format nama
sebagai berikut:
Kelompok Besar_Kelompok Kecil_Poin-Poin Argumen Mosi (Nomor Mosi)
Contoh:
Oncology_Retinoblastoma_Poin-Poin Argumen Mosi 1-2
k. Setiap perwakilan kelompok kecil mengirimkan poin-poin argumen debat
paling lambat pada:
● Tanggal 3 Desember 2021 pukul 23.59 WITA untuk mosi nomor 1 – 2
pada link berikut ini:
https://bit.ly/PengumpulanPoin-PoinArgumenDebat_Mosi1-2
● Tanggal 22 Desember 2021 pukul 23.59 WITA untuk mosi nomor 3 –
10 pada link berikut ini:
https://bit.ly/PengumpulanPoin-PoinArgumenDebat_Mosi3-10
l. Babak penyisihan dilaksanakan pada 23 Desember 2021.
m. Babak semifinal dan grand final dilaksanakan pada saat Latdas KIH.
n. Berikut merupakan daftar mosi persiapan yang digunakan dalam
penugasan debat parlemen Pralatdas-Latdas KIH 2021/2022.
1. Dewan ini menyesali kontes kecantikan yang ada saat ini
2. Dewan ini mendukung hukuman mati untuk koruptor
3. Sebagai hukuman karena telah mengonfrontasi Indonesia, Dewan ini
akan mengakhiri hubungan diplomasi dengan Vanuatu
4. Dewan ini akan melarang praktik pengobatan alternatif di Indonesia
5. Dewan ini akan menerapkan Filial Responsibility Law di Indonesia
6. Sebagai tenaga medis, Dewan ini akan tetap melakukan tindakan
medis pada pasien darurat meskipun berlawanan dengan
kepercayaan pasien
7. Dewan ini akan menghentikan proyek kloning manusia
8. Dewan ini percaya di masa pemulihan pandemi, ASEAN harus
memprioritaskan perkembangan digital dan perusahaan teknologi
ketimbang sektor riil (manufaktur, agrikultur, dsb)
9. Dewan ini percaya bahwa pemerintah tidak seharusnya membatasi
kebebasan berpendapat dalam hal protes sosial di ruang publik digital
10. Dewan ini menyesali gerakan childfree
o. Berikut merupakan siklus yang akan dijalani peserta selama perdebatan.
V. Tugas Masing-Masing Pembicara
a. Pembicara 1 Pemerintah Pembuka (Prime Minister)
1. Menjelaskan latar belakang/status quo dari mosi;
2. Menjelaskan definisi dari kata-kata kunci pada mosi yang tidak
umum atau membutuhkan penjelasan spesifik.
3. Menyampaikan spirit of the motion atau apa yang ingin
diperjuangkan tim dalam debat;
4. Menyampaikan pendirian (stance) tim dalam debat;
5. Menjelaskan tujuan tim dalam debat;
6. Menjelaskan mekanisme/model yang akan dilakukan jika mosi yang
diperdebatkan merupakan mosi proposal/policy;
7. Menjelaskan beberapa argumen yang bersifat filosofis seperti:
justifikasi aktor/tindakan pada mosi, urgensi mosi, visibilitas mosi,
dan sebagainya.
b. Pembicara 1 Oposisi Pembuka (Leader of the Opposition)
1. Menambahkan latar belakang/status quo yang dirasa penting, tetapi
belum dibawakan oleh pembicara 1 tim pemerintah pembuka;
2. Manyampaikan pendirian (stance) dalam debat;
3. Menyanggah kasus atau argumen yang dibawakan pembicara 1 tim
pemerintah pembuka;
4. Menjelaskan alternatif terhadap mosi, seperti:
- Mengajukan mekanisme baru
- Mempertahankan status quo
- Mempertahankan dan memperbaiki status quo
5. Menjelaskan beberapa argumen yang bersifat filosofis seperti:
justifikasi aktor/tindakan pada mosi, urgensi mosi, visibilitas mosi,
dan sebagainya.
c. Pembicara 2 Pembuka (Deputy Prime Minister & Deputy Leader of the
Opposition)
1. Menanggapi sanggahan atau respons yang disampaikan lawan;
2. Menyanggah kasus atau argumen tim lawan;
3. Mengembangkan/mengelaborasi kasus yang telah dijelaskan oleh
pembicara 1 masing-masing tim;
4. Menjelaskan argumen atau sudut pandang baru dalam debat;
5. Menjelaskan alasan mengapa kasus atau argumen yang dibawakan
oleh tim pembuka adalah kasus yang paling penting dalam debat
daripada tim lain.
d. Pembicara 1 Penutup (Member of Government & Member of Opposition)
1. Menjelaskan perbedaan antara tim penutup dengan tim pembuka;
2. Menanggapi sanggahan atau respons yang disampaikan lawan;
3. Menyanggah kasus atau argumen tim lawan;
4. Menjelaskan argumen atau sudut pandang baru dalam debat;
5. Menjelaskan alasan mengapa kasus atau argumen yang dibawakan
oleh tim penutup lebih penting atau paling kontributif dalam debat
daripada tim lain.
e. Pembicara 2 Penutup (Government Whip & Opposition Whip)
1. Tidak boleh menambahkan argumen baru dalam debat;
2. Menanggapi sanggahan atau respons yang disampaikan lawan;
3. Menyanggah kasus atau argumen tim lawan;
4. Menyimpulkan jalannya debat:
- Menjelaskan “pertanyaan” atau beban pembuktian utama yang
dituntut dari mosi
- Menjelaskan dan menunjukkan argumen dari tim yang telah
menjawab “pertanyaan” tersebut
- Menjelaskan alasan mengapa argumen tim penutup lebih baik
atau lebih penting dibandingkan argumen tim-tim lain
Catatan:
Semua pembicara diharapkan untuk:
1. Tidak sekadar mengulang atau merepetisi argumen yang sudah
disampaikan pembicara-pembicara sebelumnya.
2. Tidak berusaha menyanggah semua hal yang disampaikan lawan,
melainkan menyanggah poin-poin paling krusial dari lawan atau
memasukkan sanggahan dalam menjelaskan argumen sendiri.

VI. Bentuk-Bentuk Kecacatan Logika (Logical Fallacies)


a. Ad Hominem Fallacy
Cacat logika ini adalah bentuk paling umum dimana seseorang
berusaha menjatuhkan argumen lawan dengan menyerang atau
menghina pribadi orang tersebut, bukan membantah ide yang
disampaikan.
Contoh:
Saya tidak setuju bahwa Indonesia siap menggelar olimpiade tahun
2032 karena dari pihak lawan sendiri menjelaskan argumennya secara
terbata-bata. Itu menunjukkan ia sendiri tidak yakin dengan argumen
yang disampaikannya.
Contoh di atas menunjukkan fokus individu yang tertuju pada
pembawaan diri lawan debat, bukan pada ide yang ingin disampaikan
lawan debat. Setiap orang memiliki gaya menyampaikan argumennya
masing-masing. Kesiapan Indonesia untuk melaksanakan olimpiade
2032 sama sekali tidak bergantung pada cara penyampaian argumen
lawan. Seseorang bisa saja menyampaikan hal-hal membual dan tidak
masuk akal dengan gaya yang mengesankan dan intonasi yang
sempurna.
b. Appeals to Emotions
Cacat logika ini mengandung generalisasi suatu isu berdasarkan
emosi individu dan mengabaikan penalaran yang logis. Isu-isu yang
sensitif atau berkaitan dengan aktor rentan seperti anak-anak,
perempuan, orang tua, dan kelompok minoritas sering diserang dengan
kecacatan logika ini.
Contoh:
Masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang beragama. Sehingga,
pemerintah tidak boleh melegalkan pernikahan sesama jenis di
Indonesia karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang ada. Hal itu
akan merusak religiusitas dan moral bangsa khususnya para generasi
muda.
Dengan logika yang sama, argumen di atas juga mengandung arti
bahwa dengan tidak melegalkan pernikahan sesama jenis, moral
generasi muda tidak akan rusak. Logika tersebut cukup bermasalah
mengingat ada banyak perilaku-perilaku amoral lain yang justru sering
dianggap normal pada mayoritas lingkungan pergaulan generasi muda
seperti tawuran, menyontek, jam karet, dll. Sehingga, argumen ini
hanya dapat valid jika berhasil membuktikan bagaimana bisa tanpa
legalisasi pernikahan sesama jenis sekalipun, moral generasi muda akan
baik-baik saja walaupun masih ada perilaku amoral lain yang
dinormalisasi di status quo. Selain itu, contoh di atas juga bermasalah
karena pada prinsipnya legalisasi tersebut tidak serta merta juga
melegalkan kelompok LGBT melakukan aksi pemaksaan, pemerkosaan
kepada kelompok heteroseksual, atau mengintervensi hak kelompok lain
untuk hidup dan menjalankan kepercayaannya.
c. False Dilemma
Cacat logika ini terjadi ketika seseorang membuat “karikatur palsu”
yang justru terlalu menyederhanakan masalah. Biasanya seseorang
mengambil jalan pintas untuk menentukan opsi-opsi yang kaku dan
mengabaikan alternatif lain.
Contoh:
Saya tidak setuju jika ganja dilegalkan di Indonesia meskipun tujuannya
untuk pelayanan kesehatan karena sudah diatur dalam Pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dimana
Narkotika Golongan I (termasuk ganja) dilarang digunakan untuk
pelayanan kesehatan.
Argumen di atas berusaha untuk menggambarkan situasi dimana jika
sudah ada undang-undang yang melarang legalisasi ganja, maka tidak
opsi lain untuk mendukung legalisasi ganja. Argumen ini mengabaikan
alternatif lain yaitu mengevaluasi atau bahkan menghapus undang-
undang itu sendiri. Sehingga, jika memang ingin membahas undang-
undang dalam berargumen, seharusnya mengarahkan analisis pada
pertimbangan undang-undang tersebut terhadap kondisi di status quo,
bukan berlindung di balik kekuatan hukum saja. Seperti contoh di atas,
logika yang tepat adalah menganalisis urgensi legalisasi ganja untuk
kebutuhan medis sehingga dapat menjadi pertimbangan terhadap
apakah undang-undang tersebut patut dipertahankan atau tidak.
d. Tautological Fallacy
Cacat logika ini adalah kondisi dimana kesimpulan digunakan untuk
mendukung kesimpulan itu sendiri. Sehingga, tidak ada pengembangan
ide atau dengan kata lain penjelasan yang bertele-tele.
Contoh:
Generasi muda harus melek internet. Internet sangat penting untuk
membangun karir saat ini. Sehingga, karena internet sangat penting
untuk membangun karir, maka generasi muda harus melek internet.
Jika diperhatikan dengan saksama, contoh di atas sebenarnya adalah
premis yang benar. Hanya saja penjelasan dalam contoh tersebut
menjadi tumpang tindih satu sama lain karena informasi yang
didapatkan sama saja antar satu kalimat dengan kalimat yang lain.
Sehingga, kesannya penjelasan tersebut menjadi bertele-tele dan ide
yang tidak berkembang.
Contact person:
■ I Gede Aswin Parisya Sasmana
Id Line / WA: aswinparisya / 085646936367
■ Jobel Jefta Brevier Massie
Id Line / WA: jobel_brvier02 / 085342508626

Anda mungkin juga menyukai