Anda di halaman 1dari 2

Tiba-tiba saja siswa disampingku menarik lenganku seperti menyeret “Woi, ayo” Aku yang

terkejut refleks menaruh handphoneku ke dalam kantung  rok. “E-EH”

Benar saja, siswa itu menyeretku ke ruang guru untuk menghadap pak Ali kesiswaan di SMA
Nusa Bangsa. “Kamu lagi lucas?” tatapan pak Ali sangat tajam dan suaranya yang tegas
membuat nyaliku semakin menciut untuk mengangkat kepala menatapnya, “dan kamu aileen”

“Maaf pak, saya terlambat karena tadi ma—

“Tidak, kamu terlambat aileen. Sekarang berdiri dan hormat di depan tiang bendera bersama
lucas” Pak Ali berucap dengan tegas disertai tatapan tajamnya

“T-tapi pak say—

“BERANI KAMU BANTAH SAYA?”

Tanpa menunggu kalimat lainnya dari pak Ali, lucas meninggalkan ruang guru diikuti olehku
yang mengekor. Kami berdiri dan hormat di depan tiang bendera sesuai intruksi pak Ali.
Padahal aku harus bersiap untuk ulangan harian fisika dan matahari hari ini sangat terik
sekali.

Waktu terasa begitu lama karna sedari tadi lucas hanya diam dan terik matahari pagi mulai
membakar kulitku. “Hai lucas, ngobrol yuk?” Aku sedikit menoel tubuhnya dengan lenganku
memberi petunjuk bahwa aku mengajaknya berbicara, namun ia diam saja. SEBAL TIDAK.

“Lucas diajak ngomong juga, gak sopan” aku sedikit bergeser agar tidak begitu dengan
dengan tubuh Lucas yang menyebalkan “Jangan deket-deket”

Akhirnya kami tidak berbicara satu sama lain karena diriku sudah sangat kesal dengan sikap
Lucas. Namun kepalaku terasa pusing dan pandanganku mulai kabur, aku merasa bahwa
perputaran bumi semakin cepat dari biasanya.

Pandanganku gelap, sangat gelap dan aku tidak merasakan apa-apa selain seperti terjatuh.

**
“oh, udah bangun?” Suara itu menyabutku dengan hangat seraya membantuku mengubah
posisi menjadi duduk bersandar
“Kok lo masih disini? Emang gaada kelas?” Aku memijat keningku yang sedikit pusing
berharap sakit di kepalaku berkurang. Namun tiba-tiba tangan lucas menarik tanganku untuk
menerima segelas teh manis hangat untuk diminum, “minum dulu”
Awalnya aku ragu dan hanya melihat gelas berisi teh manis itu, namun lucas dengan agak
memaksa mendekatkan gelas ke bibirku. “Jangan bengong”
Aneh, bukankah tadi lucas terlihat menyebalkan? Jangankan bersikap baik, menjawab
pertanyaanku saja enggan. Bunglon memang. “Lo mau ditemenin atau mau sendiri aja?”
Aku tersedak begitu saja mendengar ucapannya, ada apa sih dia? Saat tersedak saja dia yang
mengelus punggung belakangku, memastikan diriku baik-baik saja. “Hah? Gak salah
denger?’
Baru saja lucas ingin menjawab pertanyaanku, tiba-tiba saja dua temanku datang, “LENNNN,
lo kenapa?”

Anda mungkin juga menyukai