Sifat morfologi tanah merupakan sifat yang bisa diamati
dan dipelajari di lapang. Sebagian besar sifat morfologi merupakan sifat fisik tanah. Batas horizon merupakan salah satu sifat morfologi (fisik) tanah yang bisa diamati di lapang. Batas horizon bisa jelas dan bisa baur. Pengkalasan batas horizon meliputi nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (2,5 – 6,5 cm), berangsur (6,5 – 12,5 cm), dan baur (>12,5 cm). Bentuk topografi horizon bisa rata, berombak, tidak teratur, atau bahkan terputus. Pada kondisi lapang, kadang-kadang bentuk peralihan horizon tersebut sangat sulit diamati, khususnya pada tanah-tanah lanjut. Warna Tanah
Warna tanah menjadi petunjuk beberapa sifat
tanah. Pada lapisan atas, warna tanah terkait dengan kadar BO tanah. Semakin banyak BO warna akan semakin gelap. Pada lapisan bawah warna tanah dipengaruhi oleh kadar Fe. Bila kondisi oksidasi (Fe+++) warna tanah cenderung merah, sedang pada kondisi reduksi (Fe ++) warna tanah cenderung kelabu. Bila kondisi berubah- ubah reduksi dan oksidasi, maka warna tanah disamping terdapat abu-abu, juga akan terdapat bercak merah atau kuning. Mineral kuarsa akan menyebabkan tanah berwarna terang. Warna tanah ditentukan dengan buku Munsell Soil Color Chart. Warna ditentukan berdasarkan tiga variabel, yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Hue dibedakan 5R (red), 7,5R, 10R, 2,5YR (yellow-red), 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y (yellow), dan 5 Y. Untuk tanah tereduksi (gley) ada 5G, 5GY, 5BG, dan N (netral). Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai sinar yang dipantulkan. Nilai value berkisar 0 – 8. Makin tinggi value berarti makin terang tanah tersebut. Chroma menunjukkan kemurnian dari warna spektrum. Nilai chroma berkisar 0 – 8, dimana semakin tinggi berarti kemurnian warna semakin meningkat. Warna tanah akan berbeda pada kondisi kering, lembab, dan basah. Untuk itu pada setiap pengukuran harus disebutkan kondisinya. Munsell Soil Color Chart
Contoh bacaan buku MSCC: 7,5YR 5/4 (coklat) Hue : 7,5YR Value : 5 Chroma: 4 Warna : Coklat Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar – halusnya
tanah. Hal ini karena tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Pengkelasan butiran tersebut adalah sebagai berikut: Pasir (2 mm – 50 µ), debu (50 µ - 2 µ), liat (< 2 µ). Adapun yang lebih besar dari 2 mm disebut kerikil, kerakal, dan batu. Kelas tekstur tanah meliputi kasar, agak kasar, sedang, agak halus, dan halus. Masing-masing kelas tersebut memiliki beberapa jenjang. Tanah tekstur pasir Luas permukaan kecil Sulit menyerap air dan UH
Tanah tekstur liat Luas permukaan besar
menahan air dan UH tinggi
Tanah tekstur halus lebih aktif dalam
reaksi kimia lebih baik sebagai media tumbuh tanaman Terdapat 12 macam kelas tekstur tanah (lihat kembali segitiga tekstur), diantaranya:
Pasir rasa kasar sangat jelas, tidak melekat,
tidak dapat dibentuk bola dan gulungan Lempung berdebu rasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan gulungan, permukaan mengkilat Lempung berliat rasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dapat dibentuk bola gulungan yang agak mudah hancur Liat berdebu rasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan mudah digulung Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah. Struktur tanah mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan yang berbeda- beda. Pasir Debu direkatkan oleh BO, FeO, dll Liat Struktur tanah yang baik adalah granuler dan remah karena mudah diolah dan tata udaranya baik, sehingga UH lebih mudah tersedia. Struktur tanah yang baik bentuknya membulat. Ukuran struktur tanah berbeda-beda tergantung bentuknya. Lempeng : < 1 mm - >10 mm Prisma : < 10 mm - > 100 mm Tiang : < 1 mm - > 100 mm Gumpal : < 5 mm - > 50 mm Granuler : < 1 mm - > 10 mm Remah : < 1 mm - > 5 mm
Tingkat perkembangan struktur ditentukan
berdasarkan kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Terdapat 3 tingkatan: lemah (mudah hancur), sedang (agak sukar hancur), dan kuat (tidak mudah hancur). Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi
dan daya adhesi butir-butir tanah. Tanah dengan konsistensi baik akan mudah diolah. Konsistensi tanah ditentukan dalam keadaan lembab, basah, atau kering. Dalam keadaan lembab dibedakan menjadi konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (sulit dicangkul). Dalam keadaan kering dibedakan menjadi konsistensi lunak sampai keras. Konsistensi lembab dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila mudah hancur dikatakan gembur (lembab) atau lunak (kering). Bila sulit hancur dikatakan teguh (lembab) atau keras (kering). Dalam keadaan basah, konsistensi ditentukan berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan (kemudahan melekat) dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastisitas). Kelekatan: kekuatan adhesi (melekat) dengan benda lain. Pengkelasannya adalah tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat. Plastisitas: menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan. Pengkelasannya tidak plastis, agak plastis, plastis, dan sangat plastis. Konsistensi merupakan bagian Rheologi ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dan aliran suatu benda. Indikatornya adalah Angka Atterberg (angka-angka kadar air pada berbagai keadaan) Sifat-sifat yang berhubungan dengan angka Atterberg (ditentukan dalam kondisi tanah disturbed) meliputi: Batas mengalir (liquid limit) : Jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Bila melebihi, maka air akan mengalir. Batas melekat : Kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Pengertian plastis adalah tanah yang telah mencapai batas mengalir atau melekat dan dapat membentuk gulungan yang tidak mudah patah. Batas menggolek: kadar air dimana gulungan tanah tidak dapat digolek-golekkan lagi. Bila digolekkan tanah pecah ke segala arah. Indeks plastisitas (plasticity index): menunjukkan perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan batas menggolek. Tanah liat biasanya memiliki indeks plastisipas tinggi, hal yang sebaliknya terjadi pada tanah pasir. Jangka olah: menunjukkan perbedaan kandungan air pada batas melekat dengan batas menggolek. Tanah dengan jangka olah rendah akan sulit diolah dibanding tanah dengan jangka olah lebih tinggi. Bila jangka olahnya sama, maka tanah lebih sukar diolah bila indeks plastisitasnya rendah. Batas ganti warna (titik ubah): tanah yang telah mencapai batas menggolek masih bisa kehilangan air hingga kering dan tanah menjadi berwarna lebih terang. Ini menjadi batas terendah kadar air tanah yang dapat diserap tanaman. Drainase tanah
Menunjukkan mudah atau tidaknya air hilang dari
dalam tanah. Air tanah dapat hilang melalui permukaan tanah maupun peresapan ke dalam tanah. Kelas drainase dibedakan menjadi terhambat (tergenang) hingga sangat cepat.
Kelas drainase ditentukan di lapang dengan
melihat adanya gejala pengaruh air dalam penampang tanah. Gejala tersebut meliputi warna pucat, kelabu atau bercak karatan Bulk Density (Kerapatan Lindak)
Menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering
dengan volume tanah termasuk volume pori-pori.
BD = berat tanah kering (g) / volume tanah (cc)
BD menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah, semakin tinggi BD-nya, yg berarti makin sulit ditembus akar tanaman. Kisaran BD tanah 1,1 – 1,6 (Andosol 0,85 g/cc). Sangat berguna untuk dasar penghitungan kebutuhan pupuk. Latihan soal: Berapa berat tanah 1 hektar, bila tebal tanah 20 cm dan BD 1,2 g/cc. Berat jenis berbeda dengan kerapatan jenis (particle density atau PD). Kerapatan jenis merupakan berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel (padat) tanah. Dengan demikian tidak termasuk volume pori-pori tanah. Tanah mineral rata-rata memiliki kerapatan jenis 2,65 g/cm3. Dengan mengetahui BD dan PD dapat dicari banyaknya pori-pori tanah. (BD / PD) x 100 % = % bahan padat tanah % pori tanah = 100 % - % bahan padat tanah Atau % pori = {1 – (BD/PD) x 100 %} Pori-pori tanah
Menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi
padatan tanah (terisi udara atau air). Pori tanah dibedakan atas pori makro (berisi udara atau air gravitasi) dan pori mikro (berisi air kapiler atau udara). Pori makro dan mikro tergantung terkstur tanahnya.
Porositas tanah dipengaruhi oleh :
Kandungan bahan organik Struktur tanah Tekstur tanah Mengembang / Mengerut (Nilai Cole)
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang
(bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering tanah menjadi pecah-pecah. Sifat tersebut dipengaruhi oleh kandungan mineral montmorillonit yang tinggi. Sifat kembang/kerut dinyatakan dalam nilai COLE (coefficient of linear extensibility) . Nilai Cole = (Lm/Ld) – 1 Lm = panjang contoh tanah lembab Ld = panjang contoh tanah kering oven Jika COLE > 0,09 = nyata, montmorillonit tinggi Jika COLE > 0,03 = montmorillonit banyak. Kematangan Tanah (Nilai n) Nilai n menunjukkan tingkat kematangan tanah. Tanah yang belum matang seperti lumpur cair, sehingga bila diremas akan mudah keluar dari genggaman. Nilai n bisa untuk menduga kemampuan tanah menyangga beban fisik dan besarnya penyusutan. Nilai n = (A – 0,2R) / (L + 3H) A = kadar air dalam keadaan lapang R = persen debu + pasir L = persen liat H = persen BO (% C x 1,724) n ≥1 mentah, tanah encer seperti bubur n 0,7 – 1 agak matang, jenuh air, bisa lewat sela jari n ≤ 0,7 matang, tidak dapat lewat sela jari, kemampuan menahan beban tinggi Sifat fisik lain
Keadaan batuan: terdapatnya batuan di permukaan
dan di dalam tanah dapat mengganggu perakaran. Padas (pan): merupakan bagian tanah yang mengeras dan padat sehingga tidak dapat ditembus akar. Kedalaman efektif: merupakan kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar. Pengamatan dilakukan dengan melihat sebaran akar di dalam tubuh tanah. Lereng: keadaan lingkungan di luar solum yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan. Lereng diukur dengan clinometer, abney level, dan teodolit. Kemiringan umumnya dinyatakan dengan persen atau derajad (45o = 100%). Makin curam makin tidak baik untuk tanaman semusim. Faktor Pembatas Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur hara. Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari.
Hukum Minimum Liebig
Reaksi tanah (pH tanah)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yg dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+, semakin masam tanah tsb. Di dalam tanah juga ditemukan ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan jumlah ion H +. Pada tanah masam jumlah ion H+ akan tinggi, sebaliknya pada tanah alkalis jumlah ion OH - akan tinggi. Bila kandungan ion H+ dan OH- sama, maka tanah akan bersifat netral (pH=7) Konsentrasi ion H+ dan OH- di dalam tanah sebetulnya sangat kecil. Misal untuk tanah netral, konsentrasi ion H+nya adalah 1/10.000.000 mol/liter. Untuk menyederhanakan, pH ditentukan dengan rumus: pH = log 1/[H+] = -log [H+] Contoh untuk tanah netral di atas: pH = log 1/10-7 = -log 10-7 = 7 Contoh untuk pH 7 adalah air (H2O) HOH H+ + OH- [H+] [OH-] = 10-14 = K (konstan) Nilai pH tanah pada umumnya berkisar antara 3,0 – 9,0. Di Indonesia sebagian besar tanahnya masam (4,0 – 5,5), sehingga nilai pH 6,0 – 6,5 sering dianggap netral. Pentingnya pH tanah: Menentukan mudah tidaknya UH diserap tanaman. Sebagian besar UH diserap pada pH netral. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun. Mempengaruhi perkembangan MO (bakteri berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih). Koloid tanah
Koloid tanah merupakan bahan mineral dan bahan
organik tanah yang sangat halus, sehingga memiliki luas permukaan yg sangat tinggi per satuan berat (massa). Termasuk koloid tanah adalah liat (koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid berukuran < 1 µ. Koloid tanah merupakan bagian yg sangat aktif dalam reaksi fisikokimia di dalam tanah dan sangat penting dalam proses penyediaan UH. Koloid bermuatan negatif, sehingga kation tertarik pada koloid tsb, dan akhirnya membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer). Mineral liat Mineral liat merupakan mineral berukuran < 2 µ. Mineral liat terbentuk karena (1) rekristalisasi dari senyawa hasil pelapukan mineral primer, atau (2) alterasi atau perubahan langsung dari mineral primer yang telah ada (misalnya mika menjadi illit). Mineral liat dibedakan menjadi : mineral liat Al-Silikat, oksida Fe - Al, dan mineral primer. Mineral Al-Si dibedakan menjadi: berbentuk kristal (misal kaolonit, haloisit, montmorilonit, ilit) dan amorf (misal alofan). Kaolinit dan haloisit ditemukan pada tanah merah (coklat) berdrainase baik. Montmorilonit terdapat pada tanah dg kembang – kerut tinggi (Vertisol). Ilit ditemukan pada tanah yg mengandung mika dan belum terlapuk. Alofan ditemukan pd tanah berasal abu vulkan. Koloid organik Koloid organik di dalam tanah adalah humus. Perbedaan utama koloid organik dengan anorganik adalah koloid organik tersusun atas C, H, dan O; sedangkan koloid anorganik tersusun atas Al, Si, dan O. Humus bersifat amorf dan mempunyai KTK > liat dan lebih mudah dihancurkan. Sumber muatan negatif dari humus adalah gugusan karboksil dan phenol.
Berdasarkan tingkat kelarutannya, humus diperkirakan
tersusun atas tiga jenis: (1) Asam fulvik, dimana BM paling kecil, warna paling terang, dan aktif dlm reaksi kimia; (2) Asam humik, dimana BM sedang, warna sedang, dan aktif dalam reaksi kimia; dan (3) Asam humin, BM tinggi, gelap, tidak larut, dan tidak aktif dalam reaksi tanah. Unsur Hara Esensial Unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan bagi tanaman, dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. UH esensial dapat berasal dari udara, air atau tanah. UH Makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S UH Mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co UH makro adalah UH yg diperlukan dalam jumlah banyak, UH mikro adalah UH yg diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. UH Co diperlukan oleh ternak, penting bg tanaman pakan ternak, bg sebagian tanaman lain tidak penting. Tanaman menyerap UH melalui akar atau daun. Unsur C dan O diambil dari udara melalui stomata daun dalam proses fotosintesis (dalam bentuk CO2). Air (H2O) diambil oleh tanaman dari tanah melalui akar. Unsur H dimanfaatkan, sedang O-nya dilepas sbg gas. Unsur hara lain diserap tanaman melalui akar dari tanah. Meskipun demikian bila unsur disemprotkan melalui daun (pupuk daun), maka unsur dapat diserap melalui stomata daun.
Unsur C diserap dalam bentuk CO2, H (H+ dan H2O), O (O2
dan CO2), N (NH4+ dan NO3), P (H2PO4- dan HPO4--), K (K+), Ca (Ca++), Mg (Mg++), S (SO4++), Fe (Fe++ dan Fe+++), Mn (Mn++), B (BO3---, H2BO3-, dan B(OH)4-), Mo (MoO4--) atau molibdat, Cu (Cu++), Zn (Zn++), dan Cl (Cl-). Proses penyerapan UH melalui mekanisme: Aliran massa (mass flow) Merupakan gerakan UH di dalam tanah menuju permukaan akar tanaman bersama-sama gerakan massa air. Gerakan air ke permukaan akar berlangsung menerus karena air diserap akar, selanjutnya diuapkan (transpirasi). Difusi Air dan UH yang terlarut di dalamnya disebut larutan tanah (soil solution). Difusi : UH bergerak dari bagian yang berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Proses ini terjadi pada saat akar menyerap UH melalui larutan tanah, ada UH hara lain yg bergerak dg difusi. Intersepsi akar Akar terus tumbuh memanjang dan menemukan UH, shg jarak pergerakan UH (aliran massa dan difusi) pendek. Ketersediaan beberapa UH tanah berkaitan dengan ketersediaan BO di dalam tanah, khususnya C dan N. Peran BO terhadap ketersediaan UH sangat tergantung pada proses dekomposisinya (penghancurannya). Proses dekomposisi tergantung pada hal-hal berikut:
Suhu : suhu tinggi, dekomposisi cepat
Kelembaban : lembab (cepat), tergenang (lambat) Tata udara tanah : tata udara baik, dekomposisi cepat Pengolahan tanah : tanah diolah, tata udara baik, dekomposisi menjadi baik pH : pH masam, dekomposisi lambat Jenis bahan organik : pinus sulit dihancurkan, tanaman budidaya umumnya mudah dihancurkan Fungsi beberapa UH esensial: Nitrogen (N) berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Fosfor (P) berperan dalam memperkuat batang, pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji. Kalium (K) berperan dalam pembentukan pati, pembukaan stomata, perkembangan akar, daya tahan thd kekeringan. Kalsium (Ca) berperan dalam penyusunan dinding tanaman, pembelahan sel, dan untuk pertumbuhan. Magnesium (Mg) berperan dalam pembentukan klorofil, sistem enzim, dan pembentukan minyak. Belerang (S) berperan dalam pembentukan protein dan menstimulir bau. Unsur mikro Fe dan Cu (klorofil), B (protein, perkembangan akar), Mn (fotosintesis), Mo (pengikatan N), dll. Kapasitas tukar kation (KTK) Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah (me/100 gr). Kation adalah ion yang bermuatan positif (Ca 2+, Mg2+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dsb). Kation yg terjerap tsb sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat saling tukar dengan ion yang berada dalam larutan tanah. Satu miliekivalen adalah setara dengan 1 mg hidrogen dan terdiri dari 6,02 x 1020 atom hidrogen. Bila tanah memiliki KTK 1 me/100 g tanah, berarti untuk setiap 100 g tanah mengandung 6,02 x 1020 muatan negatif. Tidak praktis, me dapat diubah menjadi satuan berat atau satuan ppm. 1 me H = 1 mg (BA H = 1, valensi 1) 1 me K = 39 mg (BA K = 39, valensi 1) 1 me Ca = 40/2 mg (BA Ca = 40, valensi 2) 1 me Mg = 24/2 mg (BA Mg = 24, valensi 2) Contoh perhitungan mengubah me/100 g tanah menjadi ppm: Bila K = 0,6 me/100 g, berapa ppm? = 0,6 x 39 mg/100 g = 23,4 mg/100.000 mg = 234 mg/1.000.000 mg = 234 ppm Bila Ca= 21,5 me/100 g = 21,5 x (40/2) mg/100 g = 430 mg/100 g = 430 mg/100.000 mg = 4.300 mg/1.000.000 mg = 4.300 ppm KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dg KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan UH lebih baik dibanding tanah dengan KTK rendah. Kapasitas Pertukaran Anion (KPA) Di dalam tanah, disamping ditemukan pertukaran kation ditemukan pula pertukaran anion walaupun dalam jumlah lebih sedikit. KPA banyak ditemukan pada mineral liat amorf dan liat Fe – Al oksida. KPA ditemukan juga pada mineral kaolinit walaupun dalam jumlah lebih sedikit.
Pada oksida Fe – Al timbul muatan positip akibat
penggantian gugus OH- oleh anion-anion lain. Secara umum bila tanah mengandung banyak muatan positif, maka: (a) Akan terjadi penjerapan anion, seperti NO3- dan Cl-. (b) Kation Ca, Mg dan K tidak dijerap, tetapi berada di larutan tanah sehingga mudah tercuci dari tanah. (c) Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah, sehingga P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Kejenuhan Basa (KB) Kation yang terdapat dalam komplek jerapan dapat dibedakan menjadi kation basa (Ca2+, Mg2+, K+, Na+) dan kation asam (H+ dan Al3+). Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation basa dengan jumlah seluruh kation dalam komplek jerapan. KB = (jumlah kation basa/jumlah seluruh kation) x 100 % = (jumlah kation basa/KTK) x 100 % Kation basa pada umumnya merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan KB tinggi berarti tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan subur. KB berhubungan dengan pH tanah. Tanah dengan pH rendah umumnya KB-nya rendah, demikian pula sebaliknya.