Anda di halaman 1dari 43

Batas-batas Horizon Tanah

Sifat morfologi tanah merupakan sifat yang bisa diamati


dan dipelajari di lapang. Sebagian besar sifat morfologi
merupakan sifat fisik tanah.
Batas horizon merupakan salah satu sifat morfologi (fisik)
tanah yang bisa diamati di lapang. Batas horizon bisa jelas
dan bisa baur.
Pengkalasan batas horizon meliputi nyata (lebar peralihan
kurang dari 2,5 cm), jelas (2,5 – 6,5 cm), berangsur (6,5 –
12,5 cm), dan baur (>12,5 cm).
Bentuk topografi horizon bisa rata, berombak, tidak teratur,
atau bahkan terputus. Pada kondisi lapang, kadang-kadang
bentuk peralihan horizon tersebut sangat sulit diamati,
khususnya pada tanah-tanah lanjut.
Warna Tanah

Warna tanah menjadi petunjuk beberapa sifat


tanah. Pada lapisan atas, warna tanah terkait
dengan kadar BO tanah. Semakin banyak BO
warna akan semakin gelap. Pada lapisan bawah
warna tanah dipengaruhi oleh kadar Fe. Bila
kondisi oksidasi (Fe+++) warna tanah cenderung
merah, sedang pada kondisi reduksi (Fe ++) warna
tanah cenderung kelabu. Bila kondisi berubah-
ubah reduksi dan oksidasi, maka warna tanah
disamping terdapat abu-abu, juga akan terdapat
bercak merah atau kuning. Mineral kuarsa akan
menyebabkan tanah berwarna terang.
Warna tanah ditentukan dengan buku Munsell Soil Color
Chart. Warna ditentukan berdasarkan tiga variabel, yaitu
hue, value, dan chroma.
Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. Hue dibedakan 5R (red), 7,5R, 10R,
2,5YR (yellow-red), 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y (yellow), dan 5 Y.
Untuk tanah tereduksi (gley) ada 5G, 5GY, 5BG, dan N
(netral).
Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai sinar
yang dipantulkan. Nilai value berkisar 0 – 8. Makin tinggi
value berarti makin terang tanah tersebut.
Chroma menunjukkan kemurnian dari warna spektrum. Nilai
chroma berkisar 0 – 8, dimana semakin tinggi berarti
kemurnian warna semakin meningkat.
Warna tanah akan berbeda pada kondisi kering, lembab, dan
basah. Untuk itu pada setiap pengukuran harus disebutkan
kondisinya.
Munsell Soil Color
Chart

Contoh bacaan
buku MSCC:
7,5YR 5/4 (coklat)
Hue : 7,5YR
Value : 5
Chroma: 4
Warna : Coklat
Tekstur

Tekstur tanah menunjukkan kasar – halusnya


tanah. Hal ini karena tanah terdiri dari butir-butir
tanah berbagai ukuran. Pengkelasan butiran
tersebut adalah sebagai berikut:
Pasir (2 mm – 50 µ), debu (50 µ - 2 µ), liat (< 2
µ). Adapun yang lebih besar dari 2 mm disebut
kerikil, kerakal, dan batu.
Kelas tekstur tanah meliputi kasar, agak kasar,
sedang, agak halus, dan halus. Masing-masing
kelas tersebut memiliki beberapa jenjang.
Tanah tekstur pasir  Luas permukaan
kecil  Sulit menyerap air dan UH

Tanah tekstur liat  Luas permukaan besar


 menahan air dan UH tinggi

Tanah tekstur halus  lebih aktif dalam


reaksi kimia  lebih baik sebagai media
tumbuh tanaman
Terdapat 12 macam kelas tekstur tanah (lihat
kembali segitiga tekstur), diantaranya:

Pasir  rasa kasar sangat jelas, tidak melekat,


tidak dapat dibentuk bola dan gulungan
Lempung berdebu  rasa licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh dan
gulungan, permukaan mengkilat
Lempung berliat rasa agak licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola teguh, dapat dibentuk
bola gulungan yang agak mudah hancur
Liat berdebu rasa halus, berat, agak licin,
sangat lekat, dan mudah digulung
Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari


butir-butir tanah. Struktur tanah mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan yang berbeda-
beda.
Pasir
Debu direkatkan oleh BO, FeO, dll
Liat
Struktur tanah yang baik adalah granuler dan
remah karena mudah diolah dan tata udaranya
baik, sehingga UH lebih mudah tersedia. Struktur
tanah yang baik bentuknya membulat.
Ukuran struktur tanah berbeda-beda tergantung
bentuknya.
Lempeng : < 1 mm - >10 mm
Prisma : < 10 mm - > 100 mm
Tiang : < 1 mm - > 100 mm
Gumpal : < 5 mm - > 50 mm
Granuler : < 1 mm - > 10 mm
Remah : < 1 mm - > 5 mm

Tingkat perkembangan struktur ditentukan


berdasarkan kemantapan atau ketahanan bentuk
struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Terdapat 3
tingkatan: lemah (mudah hancur), sedang (agak sukar
hancur), dan kuat (tidak mudah hancur).
Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi


dan daya adhesi butir-butir tanah. Tanah dengan
konsistensi baik akan mudah diolah. Konsistensi tanah
ditentukan dalam keadaan lembab, basah, atau kering.
Dalam keadaan lembab dibedakan menjadi konsistensi
gembur (mudah diolah) sampai teguh (sulit
dicangkul). Dalam keadaan kering dibedakan menjadi
konsistensi lunak sampai keras. Konsistensi lembab
dan kering ditentukan dengan meremas segumpal
tanah. Bila mudah hancur dikatakan gembur (lembab)
atau lunak (kering). Bila sulit hancur dikatakan teguh
(lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah, konsistensi ditentukan
berdasarkan mudah tidaknya membentuk bulatan
(kemudahan melekat) dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastisitas).
Kelekatan: kekuatan adhesi (melekat) dengan benda
lain. Pengkelasannya adalah tidak lekat, agak lekat,
lekat, dan sangat lekat.
Plastisitas: menunjukkan kemampuan tanah
membentuk gulungan. Pengkelasannya tidak plastis,
agak plastis, plastis, dan sangat plastis.
Konsistensi merupakan bagian Rheologi ilmu yang
mempelajari perubahan bentuk dan aliran suatu benda.
Indikatornya adalah Angka Atterberg (angka-angka
kadar air pada berbagai keadaan)
Sifat-sifat yang berhubungan dengan angka Atterberg
(ditentukan dalam kondisi tanah disturbed) meliputi:
Batas mengalir (liquid limit) :
Jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Bila
melebihi, maka air akan mengalir.
Batas melekat :
Kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain.
Pengertian plastis adalah tanah yang telah mencapai
batas mengalir atau melekat dan dapat membentuk
gulungan yang tidak mudah patah.
Batas menggolek: kadar air dimana gulungan tanah
tidak dapat digolek-golekkan lagi. Bila digolekkan tanah
pecah ke segala arah.
Indeks plastisitas (plasticity index): menunjukkan
perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan batas
menggolek. Tanah liat biasanya memiliki indeks
plastisipas tinggi, hal yang sebaliknya terjadi pada tanah
pasir.
Jangka olah: menunjukkan perbedaan kandungan air
pada batas melekat dengan batas menggolek. Tanah
dengan jangka olah rendah akan sulit diolah dibanding
tanah dengan jangka olah lebih tinggi. Bila jangka
olahnya sama, maka tanah lebih sukar diolah bila indeks
plastisitasnya rendah.
Batas ganti warna (titik ubah): tanah yang telah
mencapai batas menggolek masih bisa kehilangan air
hingga kering dan tanah menjadi berwarna lebih terang.
Ini menjadi batas terendah kadar air tanah yang dapat
diserap tanaman.
Drainase tanah

Menunjukkan mudah atau tidaknya air hilang dari


dalam tanah. Air tanah dapat hilang melalui
permukaan tanah maupun peresapan ke dalam
tanah. Kelas drainase dibedakan menjadi
terhambat (tergenang) hingga sangat cepat.

Kelas drainase ditentukan di lapang dengan


melihat adanya gejala pengaruh air dalam
penampang tanah. Gejala tersebut meliputi warna
pucat, kelabu atau bercak karatan
Bulk Density (Kerapatan Lindak)

Menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering


dengan volume tanah termasuk volume pori-pori.

BD = berat tanah kering (g) / volume tanah (cc)


BD menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat
suatu tanah, semakin tinggi BD-nya, yg berarti makin
sulit ditembus akar tanaman. Kisaran BD tanah 1,1 –
1,6 (Andosol 0,85 g/cc). Sangat berguna untuk dasar
penghitungan kebutuhan pupuk.
Latihan soal: Berapa berat tanah 1 hektar, bila tebal
tanah 20 cm dan BD 1,2 g/cc.
Berat jenis berbeda dengan kerapatan jenis
(particle density atau PD). Kerapatan jenis
merupakan berat tanah kering per satuan volume
partikel-partikel (padat) tanah. Dengan demikian
tidak termasuk volume pori-pori tanah. Tanah
mineral rata-rata memiliki kerapatan jenis 2,65
g/cm3.
Dengan mengetahui BD dan PD dapat dicari
banyaknya pori-pori tanah.
(BD / PD) x 100 % = % bahan padat tanah
% pori tanah = 100 % - % bahan padat tanah
Atau % pori = {1 – (BD/PD) x 100 %}
Pori-pori tanah

Menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi


padatan tanah (terisi udara atau air). Pori tanah
dibedakan atas pori makro (berisi udara atau air
gravitasi) dan pori mikro (berisi air kapiler atau
udara). Pori makro dan mikro tergantung terkstur
tanahnya.

Porositas tanah dipengaruhi oleh :


Kandungan bahan organik
Struktur tanah
Tekstur tanah
Mengembang / Mengerut (Nilai Cole)

Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang


(bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya
pada musim kering tanah menjadi pecah-pecah. Sifat
tersebut dipengaruhi oleh kandungan mineral
montmorillonit yang tinggi. Sifat kembang/kerut
dinyatakan dalam nilai COLE (coefficient of linear
extensibility) .
Nilai Cole = (Lm/Ld) – 1
Lm = panjang contoh tanah lembab
Ld = panjang contoh tanah kering oven
Jika COLE > 0,09 = nyata, montmorillonit tinggi
Jika COLE > 0,03 = montmorillonit banyak.
Kematangan Tanah (Nilai n)
Nilai n menunjukkan tingkat kematangan tanah. Tanah yang
belum matang seperti lumpur cair, sehingga bila diremas akan
mudah keluar dari genggaman. Nilai n bisa untuk menduga
kemampuan tanah menyangga beban fisik dan besarnya
penyusutan.
Nilai n = (A – 0,2R) / (L + 3H)
A = kadar air dalam keadaan lapang
R = persen debu + pasir
L = persen liat
H = persen BO (% C x 1,724)
n ≥1 mentah, tanah encer seperti bubur
n 0,7 – 1 agak matang, jenuh air, bisa lewat sela jari
n ≤ 0,7 matang, tidak dapat lewat sela jari,
kemampuan menahan beban tinggi
Sifat fisik lain

Keadaan batuan: terdapatnya batuan di permukaan


dan di dalam tanah dapat mengganggu perakaran.
Padas (pan): merupakan bagian tanah yang mengeras
dan padat sehingga tidak dapat ditembus akar.
Kedalaman efektif: merupakan kedalaman tanah yang
masih dapat ditembus akar. Pengamatan dilakukan
dengan melihat sebaran akar di dalam tubuh tanah.
Lereng: keadaan lingkungan di luar solum yang sangat
besar pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan. Lereng
diukur dengan clinometer, abney level, dan teodolit.
Kemiringan umumnya dinyatakan dengan persen atau
derajad (45o = 100%). Makin curam makin tidak baik
untuk tanaman semusim.
Faktor Pembatas Pertumbuhan

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh


berbagai faktor, diantaranya sinar matahari,
suhu, udara, air, dan unsur hara. Tanah
merupakan perantara penyediaan faktor-faktor
tersebut kecuali sinar matahari.

Hukum Minimum Liebig


Reaksi tanah (pH tanah)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau


alkalinitas tanah yg dinyatakan dengan nilai pH. Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar
ion H+, semakin masam tanah tsb.
Di dalam tanah juga ditemukan ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan jumlah ion
H +.
Pada tanah masam jumlah ion H+ akan tinggi,
sebaliknya pada tanah alkalis jumlah ion OH - akan
tinggi. Bila kandungan ion H+ dan OH- sama, maka
tanah akan bersifat netral (pH=7)
Konsentrasi ion H+ dan OH- di dalam tanah sebetulnya
sangat kecil. Misal untuk tanah netral, konsentrasi ion
H+nya adalah 1/10.000.000 mol/liter. Untuk
menyederhanakan, pH ditentukan dengan rumus:
pH = log 1/[H+] = -log [H+]
Contoh untuk tanah netral di atas:
pH = log 1/10-7 = -log 10-7 = 7
Contoh untuk pH 7 adalah air (H2O)
HOH  H+ + OH-
[H+] [OH-] = 10-14 = K (konstan)
Nilai pH tanah pada umumnya berkisar antara 3,0 –
9,0. Di Indonesia sebagian besar tanahnya masam
(4,0 – 5,5), sehingga nilai pH 6,0 – 6,5 sering
dianggap netral.
Pentingnya pH tanah:
 Menentukan mudah tidaknya UH diserap tanaman.
Sebagian besar UH diserap pada pH netral.
Menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun.
 Mempengaruhi perkembangan MO (bakteri
berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih).
Koloid tanah

Koloid tanah merupakan bahan mineral dan bahan


organik tanah yang sangat halus, sehingga memiliki
luas permukaan yg sangat tinggi per satuan berat
(massa). Termasuk koloid tanah adalah liat (koloid
anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid
berukuran < 1 µ.
Koloid tanah merupakan bagian yg sangat aktif
dalam reaksi fisikokimia di dalam tanah dan sangat
penting dalam proses penyediaan UH. Koloid
bermuatan negatif, sehingga kation tertarik pada
koloid tsb, dan akhirnya membentuk lapisan ganda
ion (ionic double layer).
Mineral liat
Mineral liat merupakan mineral berukuran < 2 µ.
Mineral liat terbentuk karena (1) rekristalisasi dari
senyawa hasil pelapukan mineral primer, atau (2) alterasi
atau perubahan langsung dari mineral primer yang telah
ada (misalnya mika menjadi illit). Mineral liat dibedakan
menjadi : mineral liat Al-Silikat, oksida Fe - Al, dan
mineral primer.
Mineral Al-Si dibedakan menjadi: berbentuk kristal (misal
kaolonit, haloisit, montmorilonit, ilit) dan amorf (misal
alofan). Kaolinit dan haloisit ditemukan pada tanah
merah (coklat) berdrainase baik. Montmorilonit terdapat
pada tanah dg kembang – kerut tinggi (Vertisol). Ilit
ditemukan pada tanah yg mengandung mika dan belum
terlapuk. Alofan ditemukan pd tanah berasal abu vulkan.
Koloid organik
Koloid organik di dalam tanah adalah humus. Perbedaan
utama koloid organik dengan anorganik adalah koloid
organik tersusun atas C, H, dan O; sedangkan koloid
anorganik tersusun atas Al, Si, dan O. Humus bersifat
amorf dan mempunyai KTK > liat dan lebih mudah
dihancurkan. Sumber muatan negatif dari humus adalah
gugusan karboksil dan phenol.

Berdasarkan tingkat kelarutannya, humus diperkirakan


tersusun atas tiga jenis: (1) Asam fulvik, dimana BM paling
kecil, warna paling terang, dan aktif dlm reaksi kimia; (2)
Asam humik, dimana BM sedang, warna sedang, dan aktif
dalam reaksi kimia; dan (3) Asam humin, BM tinggi, gelap,
tidak larut, dan tidak aktif dalam reaksi tanah.
Unsur Hara Esensial
Unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat
diperlukan bagi tanaman, dan fungsinya dalam tanaman
tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak
terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah,
tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. UH esensial
dapat berasal dari udara, air atau tanah.
UH Makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S
UH Mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
UH makro adalah UH yg diperlukan dalam jumlah banyak,
UH mikro adalah UH yg diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit.
UH Co diperlukan oleh ternak, penting bg tanaman pakan
ternak, bg sebagian tanaman lain tidak penting.
Tanaman menyerap UH melalui akar atau daun. Unsur C
dan O diambil dari udara melalui stomata daun dalam
proses fotosintesis (dalam bentuk CO2). Air (H2O) diambil
oleh tanaman dari tanah melalui akar. Unsur H
dimanfaatkan, sedang O-nya dilepas sbg gas. Unsur hara
lain diserap tanaman melalui akar dari tanah. Meskipun
demikian bila unsur disemprotkan melalui daun (pupuk
daun), maka unsur dapat diserap melalui stomata daun.

Unsur C diserap dalam bentuk CO2, H (H+ dan H2O), O (O2


dan CO2), N (NH4+ dan NO3), P (H2PO4- dan HPO4--), K (K+),
Ca (Ca++), Mg (Mg++), S (SO4++), Fe (Fe++ dan Fe+++), Mn
(Mn++), B (BO3---, H2BO3-, dan B(OH)4-), Mo (MoO4--) atau
molibdat, Cu (Cu++), Zn (Zn++), dan Cl (Cl-).
Proses penyerapan UH melalui mekanisme:
Aliran massa (mass flow)
Merupakan gerakan UH di dalam tanah menuju permukaan
akar tanaman bersama-sama gerakan massa air. Gerakan
air ke permukaan akar berlangsung menerus karena air
diserap akar, selanjutnya diuapkan (transpirasi).
Difusi
Air dan UH yang terlarut di dalamnya disebut larutan tanah
(soil solution). Difusi : UH bergerak dari bagian yang
berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah.
Proses ini terjadi pada saat akar menyerap UH melalui
larutan tanah, ada UH hara lain yg bergerak dg difusi.
Intersepsi akar
Akar terus tumbuh memanjang dan menemukan UH, shg
jarak pergerakan UH (aliran massa dan difusi) pendek.
Ketersediaan beberapa UH tanah berkaitan dengan
ketersediaan BO di dalam tanah, khususnya C dan N. Peran
BO terhadap ketersediaan UH sangat tergantung pada
proses dekomposisinya (penghancurannya). Proses
dekomposisi tergantung pada hal-hal berikut:

Suhu : suhu tinggi, dekomposisi cepat


Kelembaban : lembab (cepat), tergenang (lambat)
Tata udara tanah : tata udara baik, dekomposisi cepat
Pengolahan tanah : tanah diolah, tata udara baik,
dekomposisi menjadi baik
pH : pH masam, dekomposisi lambat
Jenis bahan organik : pinus sulit dihancurkan, tanaman
budidaya umumnya mudah
dihancurkan
Fungsi beberapa UH esensial:
Nitrogen (N) berperan dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembentukan protein.
Fosfor (P) berperan dalam memperkuat batang,
pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji.
Kalium (K) berperan dalam pembentukan pati, pembukaan
stomata, perkembangan akar, daya tahan thd kekeringan.
Kalsium (Ca) berperan dalam penyusunan dinding
tanaman, pembelahan sel, dan untuk pertumbuhan.
Magnesium (Mg) berperan dalam pembentukan klorofil,
sistem enzim, dan pembentukan minyak.
Belerang (S) berperan dalam pembentukan protein dan
menstimulir bau.
Unsur mikro Fe dan Cu (klorofil), B (protein, perkembangan
akar), Mn (fotosintesis), Mo (pengikatan N), dll.
Kapasitas tukar kation (KTK)
Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah (me/100
gr). Kation adalah ion yang bermuatan positif (Ca 2+, Mg2+,
K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dsb). Kation yg terjerap tsb sukar
tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat saling tukar dengan
ion yang berada dalam larutan tanah.
Satu miliekivalen adalah setara dengan 1 mg hidrogen dan
terdiri dari 6,02 x 1020 atom hidrogen. Bila tanah memiliki
KTK 1 me/100 g tanah, berarti untuk setiap 100 g tanah
mengandung 6,02 x 1020 muatan negatif. Tidak praktis, me
dapat diubah menjadi satuan berat atau satuan ppm.
1 me H = 1 mg (BA H = 1, valensi 1)
1 me K = 39 mg (BA K = 39, valensi 1)
1 me Ca = 40/2 mg (BA Ca = 40, valensi 2)
1 me Mg = 24/2 mg (BA Mg = 24, valensi 2)
Contoh perhitungan mengubah me/100 g tanah menjadi
ppm:
Bila K = 0,6 me/100 g, berapa ppm?
= 0,6 x 39 mg/100 g
= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1.000.000 mg
= 234 ppm
Bila Ca= 21,5 me/100 g = 21,5 x (40/2) mg/100 g
= 430 mg/100 g
= 430 mg/100.000 mg
= 4.300 mg/1.000.000 mg
= 4.300 ppm
KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah dg KTK tinggi mampu
menyerap dan menyediakan UH lebih baik dibanding tanah
dengan KTK rendah.
Kapasitas Pertukaran Anion (KPA)
Di dalam tanah, disamping ditemukan pertukaran kation
ditemukan pula pertukaran anion walaupun dalam jumlah
lebih sedikit. KPA banyak ditemukan pada mineral liat amorf
dan liat Fe – Al oksida. KPA ditemukan juga pada mineral
kaolinit walaupun dalam jumlah lebih sedikit.

Pada oksida Fe – Al timbul muatan positip akibat


penggantian gugus OH- oleh anion-anion lain. Secara umum
bila tanah mengandung banyak muatan positif, maka:
(a) Akan terjadi penjerapan anion, seperti NO3- dan Cl-.
(b) Kation Ca, Mg dan K tidak dijerap, tetapi berada di
larutan tanah sehingga mudah tercuci dari tanah.
(c) Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah, sehingga P
menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Kejenuhan Basa (KB)
Kation yang terdapat dalam komplek jerapan dapat
dibedakan menjadi kation basa (Ca2+, Mg2+, K+, Na+) dan
kation asam (H+ dan Al3+). Kejenuhan basa menunjukkan
perbandingan antara jumlah kation basa dengan jumlah
seluruh kation dalam komplek jerapan.
KB = (jumlah kation basa/jumlah seluruh kation) x 100 %
= (jumlah kation basa/KTK) x 100 %
Kation basa pada umumnya merupakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya
mudah tercuci, sehingga tanah dengan KB tinggi berarti
tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan
subur.
KB berhubungan dengan pH tanah. Tanah dengan pH
rendah umumnya KB-nya rendah, demikian pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai