Anda di halaman 1dari 61

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

A. Pengertian dan asal mula Kata Pancasila’


Istilah “Pancasila” pertama kali ditemukan di dalam kitab “Sutasoma” karya Mpu
Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke-14). Dalam kitab itu istilah
pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya lima (Pancasila
karma) dan berisi lima larangan untuk :

1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk akibat minuman keras

Pengertian Pancasila

1. Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH (dalam Kaderi), Pancasila telah dikenal


sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad XIV. Istilah Pancasila terdapat pada
buku Negara Kertagama Karangan Empu Prapanca, dan buku Sutasoma
karangan Empu Tantular.

Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu
sendi yang lima” (dari bahsa Sansekerta) dia juga mempunyai arti
pelaksanaan Kesusilaan yang lima. Istilah Pancasila kemudian diangkat lagi
oleh Soekarno saat merumuskan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan.

2. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan Pancasila


memiliki dua macam arti, yaitu : “ panca” yang artinya “lima “ dan “syila”
dengan vokal (i) pendek yang artinya “batu sendi”, atau “alas”, atau
“dasar, dan “syiila” dengan vokal (i) panjang, yang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.

Pengertian Pancasila sebagai Ideologi.

Ideology berasal dari Bahasa Yunani yaitu 2 kata “idea” dan “logos.

Idea berarti ide, gagasan, buah pikiran, konsep sedang Logos buah pemikiran tentang
kehidupan.

Sedangkan menurut KBBI, ideologi adalah kumpulan konsep yang bersystem yang
dijadikan azas pendapat yang memberi arah tentang kelangsungan hidup.

1
B. Sejarah Penyusunan Dasar Negara dan Proklamasi
Kemerdekaan .
Pembahasan mengenai dasar negara dilakukan dalam Sidang Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945. Dalam sidang tersebut ada tiga anggota BPUPKI
yang menyampaikan usul dasar negara Indonesia merdeka, yakni Muhammad
Yamin, SH, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Usulan dasar negara Indonesia merdeka oleh Muhammad Yamin disampaikan
pada tanggal 29 Mei 1945, secara lisan dan tertulis. Usulan secara lisan adalah:
(1) Peri Kebangsaan;
(2) Peri Kemanusiaan;
(3) Peri Ketuhanan:
(4) Peri Kerakyatan;
(5) Peri Kesejahteraan Rakyat.
Sedangkan usul secara tertulis adalah:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
(2) Kebangsaan Persatuan Indonesia;
(3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab;
(4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Usulan dasar negara Indonesia merdeka oleh Dr. Soepomo disampaikan secara
lisan pada 31 Mei 1945, yakni:
(1) Persatuan;
(2) Kekeluargaan;
2
(3) Keseimbangan Lahir dan Batin;
(4) Musyawarah;
(5) Keadilan Rakyat.
Usulan dasar negara Indonesia merdeka oleh Ir. Soekarno disampaikan secara
lisan pada tanggal 1 Juni 1945, yakni:
(1) Kebangsaan;
(2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan;
(3) Mufakat atau Demokrasi;
(4) Kesejahteraan Sosial;
(5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Dalam kesempatan ini Ir. Soekarno mengusulkan agar kelima dasar negara itu
diberi nama Pancasila.
Dalam Sidang BPUPKI tersebut belum dicapai kata sepakat tentang dasar
negara Indonesia. Oleh karena itu dibentuk panitia kecil yang bertugas
menampung saran-saran, usul-usul, dan konsepsi-konsepsi para anggota
BPUPKI tentang dasar negara Indonesia merdeka. Panitia kecil ini pada tanggal
22 Juni 1945 mengadakan pertemuan dengan anggota BPUPKI. Dalam
pertemuan tersebut berhasil membentuk sebuah panitia sembilan, yang terdiri
atas Bung Karno, Bung Hatta. M. Yamin, Ahmad Subardjo, A.A. Maramis,
Abdulkahar Muzakkir, Wachid Hasjim, Abikusno Tjokrosuyoso dan Haji Agus
Salim. Panitia ini dibentuk untuk mengakomodir aspirasi “golongan Islam” dan
“golongan kebangsaan” mengenai soal agama dan negara. Panitia ini
menghasilkan kesepakatan mengenai dasar negara, yang disebut dengan
Piagam Jakarta yang berisi:

3
(1) Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya;
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
(3) Persatuan Indonesia;
(4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
(5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya naskah Piagam Jakarta oleh Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengalami perubahan, yakni sila
pertama dari dasar negara, yang semula berbunyi: “Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti
dengan: “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.
Kemenangan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia membawa hikmah bagi
bangsa Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Pemerintah Jepang
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
beranggotakan 21 orang dengan Ketua Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebagai Wakil Ketua. Panitia ini bertugas mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus
1945 Ketua PPKI mengumumkan bahwa bangsa Indonesia akan merdeka
sebelum jagung berbunga (dalam waktu yang tidak terlalu lama). PPKI yang
semula adalah merupakan badan bentukan Pemerintah Jepang, sejak Jepang
menyerah pada sekutu dan anggota PPKI ditambah enam anggota atas inisiatif
bangsa Indonesia sendiri maka berubahlah sifatnya dari badan Jepang menjadi
badan nasional. Setelah Jepang menyerah kepa sekutu, maka di Indonesia

4
terjadi kekosongan kekuasaan dan kesempatan ini dipergunakan sebaik-
baiknya oleh bangsa Indonesia untuk merdeka.Namun terdapat perbedaan
pendapat dalam pelaksanaan dan waktu proklamasi. Perbedaan itu terjadi
antara golongan muda dan golongan tua. Golongan muda menginginkan
proklamasi kemerdekaan secepat mungkin, sementara golongan tua
menghendaki jangan terburu-buru, karena harus melihat situasi yang ada.
Puncak dari perbedaan tersebut adalah diamankannya Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok dan disana golongan muda mendesak supaya Proklamasi
segera diumumkan. Golongan tua akhirnya setuju lalu kembali ke Jakarta dan
pada tanggal 16 Agustus 1945 malam Ir Soekarno-Hatta dan beberapa tokoh
lainnya berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk mempersaiapkan
naskah proklamasi dan disetujui naskah yang ditulis Soekarno dan diketik
oleh Sayuti Malik. Pada pagi harinya 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur nomor 56 Jakarta Bung Karno dengan didampingi Hatta membacakan
naskah proklamasi atas nama bnagsa Indonesia.
c. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dalam setiap Undang-Undang Dasar selalu terdapat secara ekplisit ataupun
implisit pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang melandasi
penyelenggaraan negara. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas mengatakan
bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian Pancasila merupakan
nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Republik
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara memuat norma-norma yang paling
mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk
penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang
diambil dalam proses pemerintahan. Dengan kata lain Pancasila

5
dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai dasar
negara sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang pada hakekatnya adalah
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari segala sumber tertib
hukum.
D. Penyimpangan Terhadap Pancasila

Pancasila sebagai ideology dan dasar negara Indonesia dalam perjalanan


sejarahnya telah mengalami pasang surut dan usaha-usaha yang ingin
menggantikan ideolgi dan dasar negara Pancasila. Penyimpangan terhadap
Pancasila dapat dibagi dalam beberapa kurun waktu sesuai dengan rezim yang
berkuasa saat itu.
1. Penyimpangan kurun waktu Orde Lama (1945-1966)

a. Kemacetan pada Sidang Konstituante di Bandung dimana ada upaya untuk


mengganti ideologi dan dasar negara Pancasila dengan ideologi lain. Upaya
ini gagal setelah keluar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan
kembali ke UUD 1945 yang didalamnya ada rumusan dasar negara
Pancasila.
b. Pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 yang berupaya akan
mengganti dasar negara Pancasila
c. Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo pada tahun 1948 yang akan mengganti
dasar negara Pancasila dengan ideologi agama
d. Pemberontakan G30 S/PKI tahun 1965 yang akan mengganti dasar negara
Pancasila dengan Komunis.

6
2. Penyimpangan kurun waktu Orde Baru (1966-1998)
Orde baru sebagai orde yang ingin mengoreksi total terhadap penyelewengan
Orde Lama terhadap Pancasila dan UUD 1045 secara formal dan normatif
adalah ideal. Tetapi upaya-upaya Orde Baru tersebut, seperti dengan
menetapkan P4 dan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara cenderung digunakan untuk kepentingan penguasa
dalam mempertahankan kekuasaannya. adalah Pancasila hanya merupakan
rumusan belaka Pancasila dimanipulasi sedemikian rupa untuk kepentingan
penguasa, sehingga yang terjadi, sementara dalam implementasinya sering
terjadi penyimpangan.

3. Penyimpangan kurun waktu Orde Reformasi (1998-


sekarang)
Dalam era reformasi ada upaya mengembalikan Pancasila ke fungsi yang
utama yakni sebagai dasar negara yang harus dilaksanakan dengan konsisten
dalam kehidupan bernegara melalui Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998
tentang Pencabutan P4 dan Penegasan Pancasila Sebagai dasar Negara.
Dalam Tap ini juga sekaligus mencabut P4 sebagai produk Orde Baru yang
dianggap materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan
perkembangan kehidupan bernegara. Tetapi kalau kita analisis lebih dalam
Pancasila dalam era reformasi ini tertutupi oleh hiruk pikuk reformasi yang
sedang mengalami eforia, sehingga Pancasila kurang dijadikan referensi dan
acuan dalam menyelesaikan kemelut dan problematika kehidupan berbangsa
dan bernegara yang multi dimensional.

E. Pemurnian Pengamalan Pancasila Dalam Kehidupan


Bermasyarakat dan Berbangsa
Pemurnian Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa harus berangkat dari kesadaran kolektif dari bangsa Indonesia, baik
pemerintah maupun masyarakat akan arti penting dan strategisnya Pancasila
bagi bangsa dan negara Indonesia. Bangsa Indonesia tanpa kecuali harus
membuat komitmen dan kontrak baru terhadap Pancasila bahwa dengan
ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia maka bangsa
7
Indonesia akan mampu menjadi bangsa yang besar dan tetap eksis dalam
situasi dan kondisi apapun. Dan pada akhirnya masyarakat bangsa dan negara
yang terdapat dalam nilai-nilai Pancasila, yakni masyarakat yang
berketuhanan, masyarakat yang berperikemanusiaan, masyarakat yang
bersatu, masyarakat yang pandai bermusyawarah dalam menyelesaikan
masalah dan masyarakat yang berkeadilan sosial dapat terwujud paling
tidak mendekati kondisi tersebut. Jadi upaya Pemurnian Pengamalan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa tidak cukup dengan
legal formal, seperti membuat Tap MPR no. XVIII/MPR/1998 tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, tetapi harus lebih dari itu, yakni
berangkat dari kesadaran politik, sosial dan kultural dari seluruh bangsa
Indonesia tentang arti penting dan strategisnya Pancasila dalam
mengantarkan bangsa Indonesia ke kehidupan yang lebih baik.
F. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT BANGSA
INDONESIA.
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian-bagiannya
atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang
utuh.
Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga
merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa
Indonesia dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak
dahulu.

8
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan dan
kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus menjadi
pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan
kenegaraan Bangsa Indonesia.

2. Pengertian Filsafat.
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah filsafat
berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata
yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of
wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collection ideologies dari keseluruhan
bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
realiteit atau noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh Bangsa
Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus
dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai
pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila
disampaikan kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan.
Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu pengetahuan. Validitas, dan
hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
3. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-
9
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan
tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4.  Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich
1974:122)

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya


merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling
berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu
senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian,
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa
bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem
juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila,
yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan
masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif,
yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari
sesuatuyang lain atau terlepas dari pengetahuan orang.

10
UUD 1945
A. PENGERTIAN UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur
organisasi yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan
yang dibuat mengikat komunitas politik.

B. KEDUDUKAN UUD 1945


Sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan karena
UUD 1945 itu merupakan sumber dari segala sumber hukum, sumber dari
segala kewenangan, sumb er dari segala badan kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. POKOK POKOK PIKIRAN YANG TERKANDUNG DALAM UUD1945


1. Sepakat untuk tidak mengubah pembukaan UUD 1945
2. Sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia
3. Sepakat untuk mempertahankan sistem presidensil (menyempurnakan
agar betul-betul memenuhi ciri-ciri umum sistem presidensil )
4. Sepakat untuk memindahkan hal-hal normative yang ada dalam penjelasan
UUD 1945 kedalam pasal-pasal UUD 1945.

D. PRINSIP YANG TERKANDUNG DALAM BATANG TUBUH UUD 1945


1. Segala warga Negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan
11
2. Tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Kebebasan berserikat, berpendapat dan berpolitik
4. Kebebasan memeluk dan melaksanakan agama / kepercayaan
5. Hak dan kewajiban membela Negara.

E. SISTEM KETATANEGARAAN
Sistem Negara Indonesia adalah “Kesatuan“ maksudnya adalah Negara
Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang berciri nusantara memiliki
wilayah yang sangat luas dan memiliki pemerintahan daerah, propinsi dan
kabupaten / kota yang bersifat otonom.
Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan
yang berbentuk Republik, Negara kesatuan menunjukkan bentuk Negara,
sedangkan istilah “Republik“ menunjukkan bentuk pemerintahan. Jadi Negara
kesatuan merupakan bentuk Negara yang kekuasan tertinggi untuk mengatur
seluruh daerah ada di tangan pemerintah pusat.

F. SEJARAH AWAL
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah badan yang menyusun rancangan
UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei
1945 s/d 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar
Negara“ yang diberi nama Pancasila.
Pengesahan UUD 1945 dilakukan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
yang bersidang pada tanggal 29 April 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa sidang kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan

12
Kemerdekaan ( BPUPK ). Nama badan ini tanpa kata “ INDONESIA “, karena
hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengesahkan UUD 1945, sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

G. PENYIMPANGAN DAN PENYELEWENGAN UUD 1945


1. Periode 1945-1955.
Tahun 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
2. Periode 1959-1966
Terdapat sebagai penyimpangan UUD 1945:
a. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil ketua MPR / DPR dan MA serta
wakil ketua DPA menjadi Menteri Negara .
b. MPRS menetapkan Soekarno menjadi presiden seumur hidup
c. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui gerakan 30
September 1965 Partai Komunis Indonesia.
3. Periode 1966-1968
Pemerintah menyatakan kembali menjalankan UUD 1945 dan Pancasila
secara murni dan konsekuen, namun dalam pelaksanaannya terjadi juga
penyelewengan UUD 1945 yang mengakibatkan terlalu besarnya
kekuasaan pada eksekutif.

4. Penyimpangan UUD 1945 Pada Masa Orde Baru

Dalam masa orde baru Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD (UU.
No. 16 Tahun 1969, UU. 4 Tahun 1975, dan UU, No. 2 Tahun 1980) >>
Secara Substansial Tidak Selaras dengan Jiwa UUD 1945 yang Berprinsip
dan Menjunjung Kedaulatan Rakyat, Karena UU Tersebut Mengatur

13
Pengangkatan untuk Anggota DPR (Sekaligus Anggota MPR) dan DPRD
Tidak Melalui PEMILU. (Sebelum Amandemen).
Kesepakatan MPR untuk Tidak Mengubah UUD 1945 dan Jika Dilakukan
Perubahan Harus Melalui Referendum (Ketetapan MPR No. I Tahun 1983:
Mengenai Tatatertib MPR) >> Bertentangan Dengan Pasal 37 UUD 1945 :
Kewenangan MPR Mengubah UUD.

Referendum untuk Mengubah UUD 1945 (Ketetapan MPR No. IV Tahun


1983 dan UU. No. 5 Tahun 1985 Keduanya Mengenai Referendum untuk
Mengubah UUD 1945) >> Bertentangan dengan Pasal 37 UUD 1945 :
Kewenangan MPR Mengubah UUD.

::Presiden dan Wakil Presiden Dipilih oleh MPR dengan Suara Mufakat dan
Calonnya Tunggal (Selama Orde Baru Belum Pernah Ada Calon Presiden
dan Wakil Presiden Lebih Dari Satu) >> Tidak Selaras dengan Esensi Pasal 6
Ayat 2: Presiden dan Wakil Presiden Dipilih oleh MPR dengan Suara
Terbanyak (Sebelum Amandemen).

::Masa Jabatan Presiden Selama 32 Tahun (1966-1998) >> Tidak Selaras


dengan Esensi Pasal 7 UUD 1945 (Sebelum Amandemen) : Presiden dan
Wakil Presiden Memegang Jabatan Selama 5 Tahun dan Susudahnya
Dapat Dipilih Kembali.

H. FUNGSI DAN PERANAN PANCASILA .


1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
Ini berarti, bahwa Pancasila berfungsi dan berperan dalam memberikan
gerak dan dinamika serta membimbing kearah tujuan untuk mewujudkan
masyarakat Pancasila .

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia .


Ini berarti , bahwa Pancasila berfungsi dan berperan dalam menunjukan
adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat dibedakan dengan Negara
lain, yaitu berupa sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang senantiasa
selaras, serasi dan seimbang, sesuai dengan penghayatan dan pengamalan
sila – sila Pancasila secara bulat dan utuh .

14
3. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia .
Sebutan ini mengandung arti, bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar
untuk megatur penyelenggaraan ketatanegaraan Negara, yang meliputi
bidang ideology, politik, ekonomi,social budaya, dan pertahanan keamanan.
Pancasila sebagai dasar Negara terdapat dalam alinia IV UUD 45 sebagai
landasan konstitusional .

4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia .


Untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara diperlukan
peraturan perundang – undangan itu harus bersumber pada Pancasila,
karena Pancasila mengandung nilai – nilai luhur pilihan bangsa yang telah
disepakati dan dirumuskan secara konstitusional dalam pembukaan UUD 45

5. Pancasila sebagai perjanjian luhur .


Sebutan ini muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soeharto didepan
sidang Dewan Perwakilan Rakayat Gotong Royong (DPRGR) pada tanggal 16
Agustus 1967. Pancasila dikatakan sebagai perjanjian yang luhur seluruh
rakyat Indonesia, yang berarti harus kita bela untuk selama – lamanya .
Perjanjian luhur dimaksud telah dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1945
yakni saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan dasar
Negara Pancasila secara konstitusional dealam pembukaan UU D 45.

6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan .


Sebutan ini dipergunakan sebagai pengganti sebutan Pancasila sebagai “alat
pemersatu bangsa” yang pernah disalahgunakan oleh pemimpin
pembrontak G-30 S PKI Aidit . Menurutnya Pancasila sebagai “alat
pemersatu” telah kehilangan fungsinya sesudah Irian Barat kembali
kepangkuan Republik Indonesia, sehingga dengan demikian Pancasila dapat
diganti dengan ideology lain, yakni komunisme . Tentu pandangan seperti
itu ditolak oleh bangsa Indonesia , karena Pancasila telah terbukti ampuh
untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia .

7. Pancasila sebagai cita – cita dan tujuan bangsa Indonesia .


Dasar Negara adalah Pancasila yang telah dirumuskan dan terkandung
dalam pembukaan UUD 45, juga memuat cita – cita dan tujuan bangsa
Indonesia yang termuat dalam alinia I dan IV dalam pembukaan UUD 45 ,

15
kemudian dijabarkan dalam program pembangunan jangka menengah dan
jangka panjang .

8. Pancasila sebagai moral pembangunan .


Sebutan ini mengandung maksud agar nilai luhur Pancasila yaitu norma –
norma yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45, dijadikan tolak ukur
dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan maupun dalam evaluasinya .

9. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu
tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.  Satu kesatuan bagian-bagian.
2.  Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3.  Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,
1974:122)

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya


merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling
berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang
satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian,
Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian
bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat
sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila
sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan Negara.

BUTIR-BUTIR PANCASILA
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa .

16
a. Manusia Indonesia percaya dan taqwa kepda Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing – masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap .
b. Hormat –menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dan para penganut kepercayaan yang berbeda – beda sehingga
terbina kerukunan hidup .
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya .
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap .


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban azasi antara sesama manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa .
b. Saling mencintai sesama manusia .
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa .
d. Tidak semena – mena terhadap orang lain .
e. Menjunjng tinggi nilai kemanusiaan .
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan .
g. Berani membela kebenaran dan keadilan .
h. Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat –
menghormati dan berkerja sama dengan bangsa lain.

3. Sila Persatuan Indonesia .


a. Menempatkan persatuan , kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan .
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara .
c. Cinta tanah air dan bangsa .
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia .
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan yang ber
Bhineka Tunggal Ika .

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

17
a. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak , dan kewajiban yang sama dengan mengutamakan
kepentingan Negara dan masyarakat .
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain .
c. Mengutamakan musyawarah dalam putusan untuk kepentingan
Negara
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan .
e. Dengan etikat baik dan dengan rasa tanggung jawab menerima hasil
putusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurni yang luhur .
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai kebenaran dan
keadilan, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama .

5. Sila Kedilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia .


a. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan Dan kegotong-royongan .
b. Bersikap adil .
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban .
d. Menghormati hak – hak orang lain .
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain .
g. Tidak bersifat boros .
h. Tidak bergaya hidup mewah .
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum .
j. Suka berkerja keras .
k. Menghargai hasil karya orang lain .
l. Bersama – sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan social .

18
IDENTITAS NASIONAL

A. Pegertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan.
Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan
”nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki
pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang,
kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain.
 Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari
bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda
atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah pandangan hidup
bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi
Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum
yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang
merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga
Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang
berkembang semakin dinamis di Indonesia. atau juga Istilah Identitas
Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

B. Identitas Nasional Indonesia :


1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Burung Garuda
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

19
C. Unsur Unsur Identitas Nasinal.
Unsur - unsur Identitas nasional yaitu :
1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok
etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada
masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak
pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang
isinya adalah perangkat- perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung- pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi
rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa
dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas
unsure-unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi
antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya


menjadi 3 bagian sebagai berikut :
- Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara.-
- Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya,
Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya.
- Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan
pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.

20
NEGARA DAN KONSTITUSI
A.  Pengertian negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan.
Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi
yang kuat dari filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke
(1632-1704) dan Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai
suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama.
Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya
seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh lain
antara lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai
alat agency atau wewenang / authority yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan besama atas nama masyarakat.
2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih
agung dari pada individu atau sekelompok.
3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban
suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa.
4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang
rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil
menuntut dr warga Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya
melalui penguasaan (control) monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para
sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara
memiliki unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi :
   1.      Wilayah
   2.      Rakyat
   3.      Pemerintahan
    
 Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya
kesatuan nasib, yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah
penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu
yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang
membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya
seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.
21
B.   Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara
efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok
konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan
dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya
dipahami berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang
sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu
Negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ Negara
dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-
hubungan antar organ Negara itu satu sama lain, serta (c) hubungan
antar organ-organ Negara itu dengan warga Negara .
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya  menyangkut prinsip pengaturan dan
pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya
prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan
kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited
government. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga
Negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan
lainnya.

C.   Konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun
1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan
dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua
dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan
hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka
Undang-Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah.
Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
22
memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
 Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-
Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37
pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan
tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1.      Rumusannya jelas
2.      Bersifat singkat dan supel
3.      Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang
dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional
4.      Peraturan hukum positif yang tinggi

Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan


dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara meskipun sifatnya tidak tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1)  Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
(2)   Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
(3)   Diterima oleh semua rakyat.
(4)   Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
         Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu  aturan dasar
yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan
sebagai suatu ketetapan MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD,
karena pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :
1.  Indonesia adalah negara  yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)
2.  Sistem konstitusional
3.  Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4.  Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
disamping MPR dan DPR
5.  Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6.  Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR
7.  Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas
23
   Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum,
Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas
kekuasaan. Sifat Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat 
perlengkapanya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang
ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk
mengadakan aturan-aturan itu.

Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :


a.   Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
b.    Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain
dan tidak memihak.
c.    Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya
dapat dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin


mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem
peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002
yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia

KONSEP DAN PRINSIP DEMOKRASI

1.    Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi sering disalah artikan dengan dimaknai sebagai kebebasan .
sedangkan kebebasan yang dimaksudkan itu adalah liberalisme. Secara
etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang
berarti rakyat dan kratos atau kratein yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. jadi kata demokrasi dapat diterjemahkan sebagai kekuasaan
rakyat atau kedaulatan rakyat atau rakyat berkuasa atau goverment or rule
by the people (pemerintahan oleh rakyat). Dengan kata lain demokrasi berarti
pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara lansung maupun tidak
lansung (melalui perwakilan) setelah adanya proses pemilihan umum secara
lansung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sering disebut luber dan jurdil.
Dalam pemerintahan demokrasi kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.
Secara singkat, demokrasi dapat diartikan mengacu pada ucapan Abraham

24
Lincoln, the goverment from the people, by the people and for the people
yang artinya suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

2.     Bentuk Demokrasi
Ada daua macam bentuk demokrasi yaitu demokrasi lansung dan demokrasi
tidak lansung. Demokrasi lansung yaitu demokrasi dan seluruh rakyat ikut
ambil bagian dalam pemerintah atau kekuasaan tanpa diwakilkan. Hal ini
terjadi pada awal lahirnya demokrasi di Yunani karena wilayah negara tidak
terlalu luas yaitu sebesar kota yang disebut Negara Kota atau polis atau city
state. Negara Kota tersebut dapat menggunakan demokrasi lansung karena
jumlah penduduknya tidak banyak sehingga memungkinkan semua warga
negaranya dapat berpartisipasi lansung dalam pemerintahan atau kekuasaan
tanpa harus diwakilkan. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan jaman dan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang besar maka diperlukan
demokrasi yang diwakilkan dan ini disebut dengan nama demokrasi tidak
lansung.
Dalam demokrasi tidak lansung, para pejabat membuat undang-undang dan
menjalankan program untuk untuk kepentingan umum atas nama rakyat. Hak-
hak rakyat dihormati dan dijunjung tinggi karena para pejabat itu dipilih dan
diangkat oleh rakyat. Dalam demokrasi tidak dibenarkan adanya keputusan
politik dari pejabat yang dapat merugikan hak-hak rakyat apalagi kebijakan
yang bertujuan untuk menindas rakyat demi kepentingan penguasa.

3.    Pilar-Pilar Demokrasi
Alamudi (19910 mengemukakan 11 (sebelas) macam soko guru demokrasi
sebagai berikut:
a.       Kedaulatan rakyat
b.      Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
c.       Kekuasaan mayoritas
d.      Hak-hak minoritas
e.       Jaminan hak asasi manusia
f.       Pemilihan yang bebas dan jujur
g.      Persamaan di depan hukum
25
h.      Proses hukum yang wajar
i.        Pembatasan pemerintahan secara konstitusional
j.        Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
k.    Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat

Sanusi (1999) mengidentifkasi 10 (sepuluh) pilar demokrasi konstitusional


Indonesia yang dikenal dengan The Ten Pilars of Indonesian Constitusional
Democracy, berdasarkan filsafat bangsa pancasila dan konstitusi Negara RI,
UUD 1945 sebagai berikut:
a.       Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
b.      Demokrasi berdasarkan Hak Asasi Manusia
c.       Demokrasi berdasarkan Kedaulatan Rakyat
d.      Demokrasi berdasarkan Kecerdasan Rakyat
e.       Demokrasi berdasarkan Pemisahan Kekuasaan Negara
f.       Demokrasi berdasarkan Otonomi Daerah
g.      Demokrasi berdasarkan Supremasi Hukum
h.      Demokrasi berdasarkan Peradilan yang Bebas
i.        Demokrasi berdasarkan Kesejahteraan Rakyat
j.        Demokrasi berdasarkan Keadilan Sosial

Suatu Negara dapat dikatakan demokratis apabila kekuasaan mayoritas


digandengkan dengan jaminan atas hak asasi manusia. Kelompok
mayoritas dapat melindungi kaum minoritas. Hak-hak minoritas tidak
dapat dihapuskan oleh suara mayoritas. Semua warga negara hendaknya
mendapat perlindungan hukum atau mendapat jaminan menurut undang-
undang.

4.    Demokrasi di Indonesia


Berdasarkan 7 (tujuh) kunci pokok sistem pemerintahan negara yang terdapat
pada Penjelasan Umum UUD 1945, Indonesia menggunakan Demokrasi
Konstitusional. Sesuai dengan Penjelasan Umum tentang Sistem
Pemerintahan Negara tersebut antara lain disebutkan bahwa:

26
a.   Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat).
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsataat)
b.   Sistem Konstitusional, Pemerintah berdasarkan atas sistem Konstitusi
(Hukum Dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)

5.    Ciri Demokrasi Konstitusional


Menurut Kant dan Stahl (dalam Budiharji,1998) ada empat unsur Rechtsstaat
atau negar hukum, yakni:
a.       Hak Asasi Manusia
b.      Pemisahan atau Pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
c.       Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d.      Peradilan administrasi dalam perselisihan

Demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi supremasi hukum


ditafsirkan seolah-olah negara hanya sebagai penjara malam. Negara tidak
mau ikut campur dalam urusan lain kecuali dalam bidang ketertiban dan
keamanan umum. Dalam abad ke-20 Demokrasi Konstitusional harus lebih
luas dan berusaha secara aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.
Negara semacam ini dikenal dengan sebutan Negara Kesejahteraan, atau
Welfare State atau Service State.
Pada bagian terdahulu telah dinyatakan bahwa masyarakat demokratis
merupakan syarat penting dari masyarakat madani (civil society). Ciri
masyarakat demokratis yang penting adalah tegaknya supremasi hukum.
Untuk menegakkan hukum dalam masyarakat demokratis, perlu adanya
pendidikan demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana yang
strategis untuk pendidikan demokrasi demi tegaknya demokrasi
konstitusional. Setiap Negara dan bangsa memiliki ciri khas dalam
menyelenggarakan demokrasi konstitusional.

6. Pendidikan Demokrasi
a. Pendidikan Demokrasi:

27
1) Pedidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati
tatap muka, diskusi timbal balik, perensentasi, serta studi kasus untuk
memberikan gambaran kepada siswa bagaimana agar mencintai negara
dan bangsa. Pendidikan formal biasanya dilakukan di sekolah dan di
perguruan tinggi
2) Pedidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati
tahap pergaulan di rumah ataupun masyarakat sebagai bentuk aplikasi
nilai berdemokrasi. Selain itu, sebagai hasil interaksi terhadap
lingkungan sekitarnya yang langsung dirasakan hasilnya.
3) Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap diluar
lingkungan masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi
sebab pendidikan diluar sekolah mempunyai variable ataupun
parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang.

b.Visi Pendidikan Demokrasi


Sebagai wahana substantif, pedagogis, dan sosial kultural untuk membangun
cita-cita, nilai, konsep, prisip, sikap, serta keterampilan demokrasi dalam diri
warga negara melalui pengalaman hidup dan kehidupan demokrasi dalam
berbagai konteks.

c. Misi Pendidikan Demokrasi


1) Memfasilitasi warga negara untuk mandapatkan berbagai akses kepada
dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi tentang
demokrasi dalam teori dan praktik untuk berbagai konteks kehidupan.
Dengan demikian, dapat dimiliki wawasan  yang luas dan memadai.
 2) Memfasilitasi warga Negara untuk dapat melakukan kajian konseptual
dan operasional secara cermat dan bertanggung jawab terhadap
berbagai cita-cita. Juga, sebagai instrumentasi praksis demokrasi agar
mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan
individual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari, serta
berargumentasi atas keputusannya itu.
 3) Memfasilitasi warga Negara untuk memperoleh dan memanfaatkan
kesempatan berpartisipasi, serta cerdas dan bertanggung jawab dalam
28
praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, seperti mengeluarkan
pendapat, berkumpul, berserikat, memilih, serta memonitor, dan
mempengaruhi kebijakan publik.

Merujuk dari visi dan misi, maka strategi dasar pendidikan demokrasi
yang dikembangkan adalah strategi pemanfaatan aneka media dengan
sumber belajar berupa kajian interdisipliner, masalah sosial, aksi sosial,
studi kasus, dan sebagainya.
 Buah dari pendidikan demokrasi ialah kemampuan peserta didik dalam
memahami bahwa demokrasi bukan hanya sesuatu yang dianggap
benar(taken for granted) tetapi juga merupakan sikap hidup yang
memerlukan usaha nyata dari setiap warga negara maupun
penyelenggara Negara untuk berperilaku mendukung pemerintahan
demokrasi.

HAK AZASI MANUSIA DAN KEBEBASAN DASAR MANUSIA


I. PENDAHULUAN.

Berlandaskan Teori Legitimasi Kekuasaan dari sudut Hukum Tata Negara maka
negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan
tata kerja dari pada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan suatu
keutuhan, tata kerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan
kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk
mencapai tujuan yang tertentu.

Selanjutnya dari berbagai faham tentang kekuasaan maka timbul suatu teori
Kedaulatan (kekuasaan tertinggi), yang terdiri dari:

1. Teori Kedaulatan Tuhan, yaitu kekuasaan tertinggi ada pada Tuhan

Berkembang abad ke V samapi abad ke XV, dipelopori oleh Agsutinus


Thomas Aquinas, dan Marsilius.

29
3. Teori Kedaulatan Negara, yaitu kedaulatan tertinggi itu tidak ada pada
Tuhan tetapi ada pada negara. Berkembang setelah abad ke XV,
dipelopori oleh Jean Bodin dan Georg Jellinek
4. Teori Kedaulatan Hukum, yaitu kedaulatan tertinggi ada pada
hukum.Dipelopori oleh Krabbe
5. Teori Kedaulatan Rakyat, yaitu Kedaulatan tertinggi ada pada individu

individu yang menyerahkan kepada masyrakat, dan masyarakat


menyerahkan kepada negara. Berkembang abad ke XVII dan abad ke
XVIII dipelopori oleh J.J. Rousseau.

Mengacu kepada teori-teori tersebut, khususnya Teori Ketuhanan maka


sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan
penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-
Nya dianugerahi hak azasi manusia untuk menjamin keberadaan harkat dan
martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.

Jika disederhanakan dapat dikatakan bahwa hak azasi manusia adalah


perangkat hak yang dimiliki oleh setiap orang tanpa ada suatu perbedaan
dari Tuhan yang wajib dilindungi oleh negara.
Hak azasi manusia sangat dihargai di Indonesia, hal itu terlihat dari falsafah
bangsa dan idiologi negara Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara 1945,
lebih khusus lagi termuat dalam Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999
Tentang: Hak Azasi Manusia dan telah dibentuknya Komisi Nasional Hak
Azasi Manusia (Komnas HAM) pada tanggal 7 Juni 1993 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

II. AZAS-AZAS DASAR.


Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 terdapat beberapa hal
sangat penting yang menjadi azas-azas dasar Hak Azasi Manusia antara lain:
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak azasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati
melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,

30
dihormati, ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusian,
kesejahteraan, kebahagian, dan kecerdasan serta keadilan, dan sebagainya.
Setiap orang berhak atas pengakakuan, jaminan, perlindungan, dan
perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan
yang sama di depan hukum.

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak-hak manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Disamping itu ketentuan hukum internasional yang telah diterima Negara


Republik Indonesia yang menyangkut hak azasi manusia menjadi hukum
nasional, sedangkan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
hak asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah.

III. HAK AZASI MANUSIA DAN KEBEBASAN DASAR MANUSIA.


Secara garis besar sesuai Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, pokok-pok
ok mengenai hak azasi manusia antara lain sebagai berikut:

1. Hak Untuk Hidup.


Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan
taraf kehidupannya, dan hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera
lahir dan batin, serta berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

2.Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan.


Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah hanya dapat
berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri yang
bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.Hak Mengembangkan diri.


Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh
31
dan berkembang secara layak. Berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadi, memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, meningkatkan
kwalitas hidupnya, mengembangkan dan memperoleh ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, berkomunikasi dan memperoleh informasi,
mendirikan organisasi sosial dan menghimpun dana untuk itu.

4.Hak Memperoleh Keadilan.


Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana,
perfata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang
bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin
pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk
memperoleh putusan yang adil dan benar.

5.Hak Atas Kebebasan Pribadi.


Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba, perbudakan atau
perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan perbuatan
berupa apapun yang tujuannya demikian dilarang.
Setiap orang berhak atas keutuhan pribadinya, baik rohani maupun Bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan keperayaannya,
bebas memilih dan mempunyai keyakinan politik, bebas berkumpul, berapat,
mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya,
dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi
berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada
kewarganegaraanya serta wajib melaksanakan kewajibannya sebagai warga
negara sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

6.Hak Atas Rasa Aman.


Setiap orang bebas mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik
dari negara lain. Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku
bagi mereka yang melakukan kejahatan nonpolitik atau perbuatan yang

32
bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya. Tempat kediaman siapapun tidak boleh
diganggu, menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman
atau memasuki suatu rumah bertentangan dengan kehendak orang yang
mendiaminya, hanya dibolehkan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
Undang-undang.

7.Hak Atas Kesejahteraan


Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa,
dan masyarakat dengan cara yang tidak melanggara hukum. Hak milik
mempunyai fungsi sosial dan Tidak boleh seorangpun boleh dirampas
miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum. Setiap
orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk
hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya. Setiap warga negara
yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atau biaya negara,
untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat
kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Bahwa dalam UUD 1945 dalam pasal 28 H ayat (1) menyatakan :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal,
dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh jaminan kesehatan”.

Bahwa dalam pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menyatakan :

“bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak azasi


manusia adalah tanggung jawan negara, terutama pemerintah”

Bahwa kewajiban pemerintah ini ditegaskan kembali dalam Pasal 8 UU


HAM UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia;

33
Selanjutnya ketentuan yang mengatur Kesehatan sebagai hak azasi
manusia adalah sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (1) UU nomor 23 Tahun 1992 menyatakan “ Kesehatan


merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang pruduktif dan ekonomis”
b. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
menyatakan “setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang
memadai untu kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan
keluarganya, termasuk hak atas pangan , sandang, papan, dan
pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan , serta hak
atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggal oleh
pasanganny, lanjut usia, atau keadaan lainyang mengakibatkan
merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya”.
c. Pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992 menyatakan “ jaminan atas hak
memperoleh derajat kesehatan yang optimal ;
d. Pasal 9 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan
“setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir bathin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baikdan sehat serta
berhak mendapat pelayanan kesehatan”.

8.Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan


Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan
umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang
langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap warga negara berhak
turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan
perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Setiap warga negara
dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintah.Setiap orang baik
sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat,
permohonan, pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah dalam
rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, baik
dengan lisan mupun dengan tulisan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

34
9.Hak Wanita
Hak wanita adalah hak azasi manusia. Sistem pemilihan umum,
kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem pengangkatan
di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita
sesuai persyaratan yang ditentukan.
Wanita berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis,
jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan
asing tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya
tetapi mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti, atau
memperoleh kembali status kewarganegaraannya.
Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
melaksanakan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam keselamatan dan atau kesehatan berkenaan dengan fungsi
reproduksi wanita. Hak khusus yang melekat pada diri wanita
dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Wanita telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan
perbuatan hukum sendiri, kecuali direntukan lain oleh hukum agama.

10.Hak Anak.
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara. Hak anak adalah hak azasi manusia dan untuk
kepentingannnya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum
bahkan sejak dalam kandungan. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak
atas suatu nama dan status kewarganegaraannya.
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara,
untuk menjamin kehidupannya sesuai martabat kemanusiaan,
meningkatkan r asa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Hukuman
mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku
tindak pidana yang masih anak-anak. Penangkapan, penahanan, atau
35
pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum yang
berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya akhir.

IV.KEWAJIBAN DASAR MANUSIA.


Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh
pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum
internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
Republik Indonesia.
Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara ssesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Wajib menghormati hak
azasi manusia orang lain, moral, etika dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam menjalankan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.

V.KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH.


Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak azasi manusia yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999, peraturan perundang-undangan lain, dan
hukum internasional tentang hak azasi manusia yang diterima oleh negara
Republik Indonesia. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, meliputi
langkah implementasi yang efe, budaya, pertahanan keamanan negara, dan
bidang lain.ktif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial

VI.PEMBATASAN DAN LARANGAN.


Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan Undang-Undang, semata-mata
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak azasi manusia
serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan
kepentingan bangsa.

36
Tidak satu ketentuan dalam Undang-Undang tersebut boleh diartikan bahwa
pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi,
merusak, atau menghapus hak azasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur
dalam Undang-Undang tersebut.

WAWASAN NUSANTARA DALAM KONTEKS NEGARA KESATUAN


REPUBLIK INDONESIA

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Banyak pengertian tentang Wawasan Nusantara, tetapi ada satu


pendapat pengertian Wawasan Nusantara yang diusulkan menjadi
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat diLemhanas
Tahun 1999 sebagai berikut.

“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan


lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam  menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.

Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan


Nusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa)
yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi.
Jadi wawasan adalah pandangan, tinjauan, penglihatan,
tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara
melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa
artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya
menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi Nusantara adalah
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu
benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra
Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “nusantara”
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

37
Sedangkan terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat
sebagai berikut :

Menurut prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang


bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara
kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”

Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan


sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi


tap. MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehipan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.”

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan


nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional
Indonesia pada hakikatnyamerupakan perwujudan dari kepulauan
Nusantara sebagai satu kesatuan (HANKAM).

2. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam


pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam
lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut
berarti bahwa setiap warga masyarakat dan aparatur negara harus
berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang
dihasilkan oleh lembaga negara harus dalam lingkup dan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia tanpa menghilangkan

38
kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan, dan
perorangan.

Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu


kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan
kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan 
Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Dalam
GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan
dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik,
ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan.

3.  Azas  Wawasan  Nusantara  merupakan  ketentuan  atau  kaidah 


dasar  yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan
demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa
Indonesia terhadap kesepakatan bersama. Jika asas Wawasan
Nusantara diabaikan, komponen pembentuk kesepakatan bersama akan
melanggar kesepakatan bersama tersebut yang berarti tercerai berainya
bangsa dan negara Indonesia. Adapun, asas Wawasan Nusantara
tersebut adalah sebagai berikut.

Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut


kemerdekaan, kepentingan bersama bangsa Indonesia adalah
menghadapi penjajah secara fisik dari bangsa lain. Sekarang, bangsa
Indonesia harus menghadapi penjajahan yang berbeda. Misalnya,
dengan cara “adu domba” dan “memecah belah” bangsa dengan
menggunakan dalih HAM, demokrasi, dan lingkungan hidup. Padahal,
tujuan kepentingannya sama yaitu tercapainya kesejahteraan dan rasa
aman yang lebih baik daripada sebelumnya.

Kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah, dan kegiatan baik
perorangan, golongan, kelompok maupun daerah.

Keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita serta


ketentuan yang benar biar pun realita atau ketentuan itu pahit dan

39
kurang enak didengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan
negara, hal itu harus dilakukan.

Diperlukan kerja sama, mau memberi, dan berkorban bagi orang lain
tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.

Kerja Adanya  koordinasi,  saling  pengertian  yang  didasarkan  atas


kesetaraan sehingga kerja kelompok, baik kelompok kecil maupun
besar dapat mencapai sinergi yang lebih  baik.

Kesetiaan terhadap   kesepakatan   bersama   untuk   menjadi  


bangsa   dan mendirikan Negara Indonesia yang dimulai, dicetuskan,
dan dirintis oleh Boedi Oetomo Tahun 1908, Sumpah Pemuda Tahun
1928, dan Proklamasi Kemerdekaan     17 Agustus 1945. Kesetiaan
terhadap kesepakatan ini sangat penting dan menjadi tonggak utama
terciptanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. Jika 
kesetiaan  ini  goyah, dapat  dipastikan  persatuan dan   kesatuan  
akan   hancur berantakan.

Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara

Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara


pandang dan pengaturan yang mencakup segenap kehidupan bangsa yang
dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra) dan
aspek sosial (pancagatra). Trigatra meliputi posisi dan lokasi geografis
negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan dan
kemampuan penduduk. Pancagatra merupakan aspek sosial
kemasyarakatan terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam). Antara gatra yang satu
dengan yang lain terdapat hubungan yang bersifat timbal balik dengan
hubungan yang erat yang saling interdependensi, demikian juga antara
trigatra dan pancagatra.

1.  Aspek – Aspek Trigatra

a.  Letak dan Bentuk Geografis

40
Jikalau kita melihat letak geografis wilayah Indonesia dalam peta dunia,
maka akan nampak jelas bahwa wilayah negara tersebut merupakan
suatu kepulauan, yang menurut wujud ke dalam, terdiri dari daerah air
dengan ribuan pulau-pulau di dalamnya.

Dalam bahasa asing bisa disebut sebagai suatu archipelago kelvar,


kepulauan itu merupakan suatu archipelago yang terletak antara Benua
Asia di sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan serta
Samudra Indonesia di sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah
timur. Letak geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu,
maka dikatakan bahwa Indonesia mempunyai suatu kedudukan
geografis di tengah-tengah jalan lalu lintas silang dunia. Karena
kedudukannya yang strategis itu, dipandang dari tiga segi
kesejahteraan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya,

 Indonesia telah banyak mengalami pertemuan dengan pengaruh pihak


asing (akulturasi).Indonesia terletak pada 6 LU–11 LS, 95 BT–141
BB, dilalui garis khatulistiwa yang di tengah-tengahnya
terbentang garis equator sehingga Indonesia mempunyai 2
musim, yaitu musim hujan dan kemarau.

b. Keadaan dan Kemampuan Penduduk

Penduduk adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu tempat


atau wilayah. Adapun faktor penduduk yang mempengaruhi ketahanan
nasional adalah sebagai berikut :

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Jumlah penduduk


berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru, dan orang
yang meninggalkan wilayahnya. Segi positif dari pertambahan
penduduk ialah pertambahan angkatan kerja (man power) dan
pertambahan tenaga kerja (labour force). Segi negatifnya, apabila
pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tidak diikuti dengan usaha peningkatan kualitas
penduduk.

41
Faktor yang Mempengaruhi Komposisi PendudukKomposisi adalah
susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama, suku bangsa,
tingkat pendidikan, dan sebagainya. Susunan penduduk itu dipengaruhi
oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Fertilitas sangat berpengaruh
besar terhadap umur dan jenis penduduk golongan muda yang dapat
menimbulkan persoalan penyediaan fasilitas pendidikan, perluasan
lapangan kerja, dan sebagainya.

Faktor yang Mempengaruhi Distribusi PendudukDistribusi penduduk


yang ideal adalah distribusi yang dapat memenuhi persyaratan
kesejahteraan dan keamanan yaitu penyebaran merata. Oleh karena
itu, pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mengatur
penyebaran penduduk, misalnya dengan cara transmigrasi, mendirikan
pusat-pusat pengembangan (growth centers), pusat-pusat industri, dan
sebagainya. Kemampuan penduduk yang tidak seimbang dengan
pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan ancamanancaman
terhadap pertahanan nasional.

c.   Kekayaan.
Kekayaan sumber-sumber alam sebenarnya terdapat di
atmosfir, di permukaan bumi, di laut, di perairan, dan di dalam
bumi. Sumber-sumber alam sesungguhnya mempunyai arti yang
sangat luas di mana Indonesia terkenal sebagai negara yang
mempunyai sumber-sumber alam yang berlimpah ruah.

Sebagai gambaran umum, sumber-sumber alam termasuk sumber-


sumber pelican atau mineral, sumber-sumber nabati atau flora, dan
sumber-sumber hewani atau fauna. Untuk memulai dengan sumber-
sumber pelican atau mineral dapat diutarakan, bahwa negara Indonesia
mempunyai sumber-sumber mineral yang meliputi bahanbahan galian,
biji-bijian maupun bahan-bahan galian industri di samping sumber-
sumber tenaga lain. Sifat unik kekayaan alam yaitu jumlahnya yang
terbatas dan penyebarannya tidak merata. Sehingga menimbulkan
ketergantungan dari dan oleh negara dan bangsa lain. Bentuk sumber

42
daya alam ada 2 (dua) , yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbarui.Sumber daya alam harus diolah atau dimanfaatkan dengan
berprinsip atau asas maksimal, lestari, dan berdaya saing.

Asas maksimal Artinya sumber daya alam yang dikelola atau


dimanfaatkan harus benar-benar menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.

Asas lestari Artinya pengolahan sumber daya alam tidak boleh


menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga keseimbangan alam.

Asas berdaya saingArtinya bahwa hasil hasil sumber daya alam harus
bisa bersaing dengan sumber daya alam negara lain

Aspek–Aspek Pancagatra

Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut


kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan
bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma tertentu.

Hal-hal yang termasuk aspek pancagatra adalah sebagai berikut. :

1. Ideologi

suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang


dijadikan dasar suatu bangsa. Ideologi adalah pengetahuan dasar atau
cita-cita. Ideologi merupakan konsep yang mendalam mengenai
kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin diiperjuangkan dalam
kehidupan nyata. Ideologi dapat dijabarkan ke dalam sistem nilai
kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan
merupakan kebulatan ajaran dan doktrin. Dalam strategi pembinaan
ideologi berikut adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan.

Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.

Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh


WNI.

43
Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.

Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan


kedinamisan.

Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa


dan dijadikan alat untuk menyejahterakan dan mempersatukan
masyarakat.

Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus harus


mewujudkan cita-cita bangsa dengan melaksanakan GBHN dengan
mengedepankan kepentingan bangsa.

Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, relijius,


demokratis, nasionalis, dan berkeadilan. Menumbuhkan sikap positif
terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.

2.  Politik

Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang


digunakan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Kehidupan politik
dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang
memberikan input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai
output. Sistem politik yang diterapkan dalam suatu negara sangat
menentukan kehidupan politik di negara yang bersangkutan. Upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik
adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran
dan masukan berdasarkan Pancasila yang merupakan pencerminan dari
demokrasi Pancasila.

3.   Ekonomi

Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat


dalam mengelola faktor produksi dan distribusi barang dan jasa untuk
kesejahteraan rakyat. Upaya meningkatkan ketahanan ekonomi adalah
upaya meningkatkan kapasitas produksi dan kelancaran barang dan

44
jasa secara merata ke seluruh wilayah negara. Upaya untuk
menciptakan ketahanan ekonomi adalah melalui sistem ekonomi yang
diarahkan untuk kemakmuran rakyat.

Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight liberalism, etatisme,


dan tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi dimantapkan
secara seimbang dan selaras antarsektor. Pembangunan ekonomi
dilaksanakan bersama atas dasar kekeluargaan. Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya harus dilaksanankan secara selaras
dan seimbang antarwilayah dan antarsektor. Kemampuan bersaing
harusditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi.
Ketahanan di bidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui pembangunan
nasional yang berhasil, namun tidak dapat dilupakan faktor-faktor non-
teknis dapat mempengaruhi karena saling terkait dan berhubungan.

4.   Sosial Budaya

Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa


yang berisi keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, halangan, dan
gangguan (ATHG).

Gangguan dapat datang dari dalam maupun dari luar, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan kelangsungan
hidup sosial NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Esensi
ketahanan budaya adalah pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan
sosial budaya. Ketahanan budaya merupakan pengembangan sosial
budaya dimana setiap warga masyarakat dapat mengembangkan
kemampuan pribadi dengan segenap potensinya berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.

5.  Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam


kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

45
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
ATHG yang membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan
hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ketahanan di
bidang keamanan adalah ketangguhan suatu bangsa dalam upaya bela
negara, di mana seluruh IPOLEKSOSBUDHANKAM disusun, dikerahkan
secara terpimpin, terintegrasi, terorganisasi untuk menjamin
terselenggaranya Sistem Ketahananan Nasional. Prinsip-prinsip Sistem
Ketahanan Nasional antara lain adalah sebagai berikut.

Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.

Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila,


landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan
nusantara.

Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang


melibatkan segenap potensi dan kekuatan nasional.

Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan


dan keamanan nasional (Sishankamnas) dan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

Hubungan Antargatra

Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri terdapat


hubungan timbal balik yang erat yang dinamakan korelasi dan
interdependensi yang artinya adalah sebagai berikut.

Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada kemampuan


bangsa dan negara di dalam mendayagunakan secara optimal gatra
alamiah (trigatra) sebagai modal dasar untuk penciptaan kondisi
dinamis yang merupakan kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan
nasional (pancagatra).

Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, yaitu


suatu tatanan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, di mana

46
terdapat saling hubungan antar gatra di dalam keseluruhan
kehidupan nasional (astagatra).

Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di


gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan sebaliknya
kekuatan dari salah satu atau beberapa gatra dapat didayagunakan
untukmemperkuat gatra lainnya yang lemah, dan mempengaruhi
kondisi secara keseluruhan.

Ketahanan nasional Indonesia bukan merupakan suatu


penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultante
keterkaitan yang integratif dari kondisi-kondisi dinamik kehidupan
bangsa di bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, social budaya,
pertahanan dan keamanan.

Selanjutnya hubungan antar gatra, dikemukakan seperti uraian berikut.


Gatra geografi, karakter geografi sangat mempengaruhi jenis, kualitas
dan persebaran kekayaan alam dan sebaliknya kekayaan alam dapat
mempengaruhi karakter geografi. Antara gatra geografi dan gatra
kependudukan; bentuk-bentuk kehidupan dan penghidupan serta
persebaran penduduk sangat erat kaitannya dengan karakter geografi
dan sebaliknya karakter geografi mempengaruhi kehidupan dari
pendudukanya
Antara gatra kependudukan dan gatra kekayaan alam;
kehidupan dan penghidupan pendudukan dipengaruhi oleh
jenis, kualitas, kuantitas dan persebaran kekayaan alam,
demikian pula sebaliknya jenis, kualitas, kuantitas dan
persebaran kekayaan alam dipengaruhi oleh faktor-faktor
kependudukan khususnya kekayaan alam yang dapat
diperbaharui. Kekayaan alam mempunyai manfaat nyata jika telah
diolah oleh penduduk yang memiliki kemampuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Hubungan antargatra dalam pancagatra; setiap gatra dalam Pancagatra
memberikan kontribusi tertentu pada gatra-gatra lain dan sebaliknya

47
setiap gatra menerima kontribusi dari gatra-gatra lain secara
terintegrasi.

Antara gatra ideologi dengan gatra politik, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan, maka arti ideologi adalah sebagai falsafah
bangsa dan landasan ideologi negara. Selain itu ideologi merupakan
nilai penentu bagi kehidupan nasional yang meliputi seluruh gatra
dalam pancagatra dalam memelihara kelangsungan hidup bangsa dan
pencapaian tujuan nasional.

Antara gatra politik dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan politik yang mantap dan
dinamis menjalankan kebenaran ideologi, memberikan iklim yang
kondusif untuk pengembangan ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan. Kehidupan politik bangsa dipengaruhi oleh bermacam hal
yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Ia dipengaruhi oleh
tingkat kecerdasan dan kesadaran politik, tingkat kemakmuran
ekonomi, ketaatan beragama, keakraban sosial dan rasa keamanannya.

Antara gatra ekonomi dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial budaya,


pertahanan dan keamanan; berarti kehidupan ekonomi yang tumbuh
mantap dan merata, akan menyakinkan kebenaran ideologi yang
dianut, mendinamisir kehidupan politik dan perkembangan sosial
budaya serta mendukung pengembangan pertahanan dan
keamanan Keadaan ekonomi yang stabil, maju dan merata menunjang
stabilitas dan peningkatan ketahanan aspek lain

Antara gatra sosial budaya dengan gatra ideologi, ekonomi, sosial


budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti kehidupan sosial budaya
yang serasi, stabil, dinamis, berbudaya dan berkepribadian, akan
menyakinkan kebenaran ideologi, memberikan iklim yang kondusif
untuk kehidupan politik yang berbudaya, kehidupan ekonomi yang
tetap mementingkan kebersamaan serta kehidupan pertahanan dan
keamanan yang menghormati hak-hak individu.

48
Keadaan sosial yang terintegrasi secara serasi, stabil, dinamis,
berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam
suasana aman dan damai. Kebesaran dan keseluruhan nilai sosial
budaya bangsa mencerminkan tingkat kesejahteraan dan keamanan
nasional baik fisik material maupun mental spiritual. Keadaan sosial
yang timpang dengan kontradiksi di berbagai bidang kehidupan
memungkinkan timbulnya ketegangan sosial yang dapat berkembang
menjadi gejolak sosial.

Antara gatra pertahanan dan keamanan dengan gatra ideologi,


ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan; dalam arti kondisi
kehidupan pertahanan dan keamanan yang stabil dan dinamis akan
meyakinkan kebenaran ideologi, memberikan iklim yang kondusif untuk
pengembangan kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya.

Keadaan pertahanan dan keamanan yang stabil, dinamis, maju dan


berkembang di seluruh aspek kehidupan akan memperkokoh dan
menunjang kehidupan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan mempunyai


peranan tergantung dari sifat setiap gatra.

Gatra alamiah mempunyai peranan sama besar baik untuk


kesejahteraan maupun untuk keamanan.

Gatra ideologi, politik dan sosial budaya mempunyai peranan sama


besar untuk kesejahteraan dan keamanan.

Gatra ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk


kesejahteraan daripada peranan untuk keamanan.

Gatra pertahanan dan keamanan relatif mempunyai peranan lebih besar


untuk keamanan daripada peranan untuk kesejahteraan.

49
Sifat-sifat Ketahanan Nasional

a. Mandiri
Artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan
kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas,
dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan
global.
b. Dinamis
Artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat
ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan
negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan
hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa
berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus
senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan
untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
c. Manunggal
Artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan
terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan
selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
d. Wibawa
Artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat
manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan
diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal
suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar
pula kewibawaannya.
e. Konsultasi dan Kerjasama
Artinya ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
50
konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan
kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama
serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral
dan kepribadian bangsa.
STRATEGPOPKI NASIONAL (POLSTRANAS)
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

PENGERTIAN POLITIK

Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “Politeai”.
“Politeai” berasal dari kata “polis” yang berarti kesatuan masyarakat yang
berdiri sendiri, yaitu negara dan “teai” yang berarti urusan. Bahasa Indonesia
menerjemahkan dua kata Bahasa Inggris yang berbeda yaitu “politics” dan
“policy” menjadi satu kata yang sama yaitu politik. Politics adalah suatu
rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara dan alat yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan atau cita-cita tertentu. Policy diartikan kebijakan, adalah
penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap dapat lebih
menjamin tercapainya suatu usaha, cita-cita atau keinginan atau tujuan yang
dikehendaki. Politik secara umum adalah bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan
dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut, meliputi
Pengambilan Keputusan (decision making), mengenai apakah yang menjadi tujuan
dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Untuk
melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan Kebijaksanaan-kebijaksanaan
Umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari
sumber-sumber dan resources yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan itu perlu memiliki kekuasaan (power) dan wewenang (authority),
yang digunakan untuk membina kerjasama dan untuk menyelesaikan konflik yang
timbul dalam proses ini. Hal itu dilakukan baik dengan cara meyakinkan
(persuasif) maupun paksaan (coercion). Tanpa adanya unsur paksaan maka
kebijaksanaan hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)

51
belaka. Dari uraian tersebut diatas, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan :

  Negara

  Kekuasaan

  Pengambilan Keputusan

  Kebijakan umum

  Distribusi kekuasaan

1. Negara

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Boleh dikatakan negara
merupakan bentuk masyarakat yang paling utama dan negara merupakan
organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.

2. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk


mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginnannya. Dalam politik perlu diperhatikan bagaimana kekuasaan itu
diperoleh, dilaksanakan dan dipertahankan.

3. Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan sebagai aspek utama dari politik, dan dlam


pengambilan keputusan perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan itu
dan untuk siapa keputusan itu dibuat. Jadi politik adalah pengambilan
keputusan melalui sarana umum. Keputusan yang diambil menyangkut sektor
publik dari suatu negara.

4. Kebijakan Umum

Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil


seseorang atau kelompok politik dalam rangka memilih tujuan dan cara

52
mencapai tujuan itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa masyarakat memiliki
beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula oleh karena
itu diperlukan rencana yang mengikat yang dirumuskan dalam kebijakan-
kebijakan oleh pihak yang berwenang.

5. Distribusi

Distribusi adalah pembagian dan penjatahan nilai-nilai (Values) dalam


masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan, atau yang penting dengan
demikian nilai harus dibagi secara adil. Jadi politik itu membicarakan
bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.

PENGERTIAN STRATEGI

Kata strategi berasal dari kata “strategia” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “the art of general” atau seni seorang panglima yang biasa digunakan
dalam peperangan. Karl Von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa startegi
adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan
peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik.
Dalam abad modern sekarang ini penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan saja, akan tetapi
sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun di bidang
olah raga. Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau tercapainya suatu tujuan termasuk politik. Dengan demikian
kata strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau bidang militer saja,
tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan-
kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sos bud dan hankam) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian Politik Dan Strategi Nasional (Polstranas)

PENGERTIAN POLITIK NASIONAL

Politik Nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian)

53
serta penggunaan secara kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Dalam melaksanakan politik nasional maka disusunlah strategi nasional.
Misalnya strategi jangka penedek, jangka menengah dan jangka panjang. Strategi
Nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran-
sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.

Dasar Pemikiran Penyusunan Politik Dan Strategi Nasional

Dasar pemikirannya adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sistem


manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam sistem
manajemen nasional ini penting artinya karenadidalamnya terkandung dasar
negara, cita-cita nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia.

PENYUSUNAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

Politik dan strategi nasional disusun berdasarkan sistem kenegaraan menurut


UUD 1945. Lembaga – lembaga yang berhak menyusun politik dan strategi
nasional yaitu, MPR, DPR, Presiden, BPK, MA. Lembaga – lembaga tersebut
dinamakan “suprastruktur politik”. Pranata politik yang berasal bukan dari
lembaga yaitu, partai politik, ormas, media massa, kelompok penekan dan
kelompok kepentingan. Pranata politik tersebut dinamakan dengan “infrastruktur
politik”.

Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki
kekuatan yang seimbang . Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di
tingkat suprastruktur politik diatur oleh presiden/mandataris MPR . Sedangkan
proses penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politk
dilakukan setelah presiden menerima GBHN .Strategi nasional dilaksanakan oleh
para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan
petunjuk presiden, yang dilaksanakan oleh presiden sesungguhnya merupakan
politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan.

54
POLITIK PEMBANGUNAN NASIONAL

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan


masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global. Pelaksanaanya mengacu pada kepribadian bangsa dan
nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat,
mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju serta kokoh pada pendirian dan etika.

Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk


meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Pelaksanaannya bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan merupakan tanggung
jawab seluruh rakyat Indonesia. Disini setiap warga Negara Indonesia harus ikut
serta dan berperan dalam pembangunan nasional sesuai dengan kemampuan
masing – masing.

MANAGEMEN NASIONAL

Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem, sehingga lebih


tepat jika menggunakan istilah “sistem manajemen nasional”. Sistem manajemen
nasional dapat menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman dan sarana bagi
perkembangan proses pembelajaran maupun penyempurnaan fungsi
penyelenggara pemerintahan yang bersifat umum maupun pembangunan.

Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara tata


nilai, struktur, dan proses untuk mencapai suatu nilai, daya guna, dan hasil guna
sebesar mungkin dalam menggunakan sumber dana dan daya nasional demi
mencapai tujuan nasional.

OTONOMI DAERAH

Istilah otonomi daerah berasal dari bahasa yunani autos yang berarti sendiri


dan namos yang berarti undang – undang atau peraturan. Dengan demikian
otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri. Menurut Benyamin Hoesein (1993), otonomi daerah

55
adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu
Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat

MASYARAKAT MADANI

Masyarakat Madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab


dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Kata madani
sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya civil atau civilized (beradab).
Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang
berarti masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali istilah Masyarakat
Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri
Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial
yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari individu dan
masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLITIK DAN SRATEGI NASINAL

Perjuangan berdasarkan Pancasila sebagai azas bangsa Indonesia, melandasi bukan saja
pelaksanaan perjuangannya, melainkan juga penemuan kembali integritas bangsa Indonesia
dan merupakan kekuatan pendorong penyebaran ideology Pancasila. Ditinjau dari sejarah dan
dari letak geografi, jiwa manusia yang hidup diatasnya dan lingkungan, timbullah beberapa
faktor yang merupakan potensi atau kekuatan yang digunakan untuk merealisasikan
perjuangan tersebut maupun adanya masalah-masalah atau problema yang harus dihadapi
sebagai hakekat ancaman.Potensi-potensi serta masalah-masalah tersebut merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi politik dan strategi nasional, yang terdiri dari unsure-unsur:
ideology, politik,ekonomi, sosial-budaya, Hankam, dan hakekat ancaman.

56
a.      Ideologi dan Politik
Potensi Ideologi dan politik dihimpun di dalam pengertian kesatuan dan persatuan
nasional yang mengambarkan kepribadian bangsa, keyakinan atas kemampuan sendiri
dan yang berdaulat serta mencapai kemerdekaannya. Mengadakan kerja sama regional
serta membentuk dan mewujudkan kestabilan di wilayah Asia Tenggara dan
mengusahakan adanya kerja sama internasional dalam rangka perjuangan
menghapuskan imperalisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya
dan dari mana pun datangnya. Keseluruhan itu tidak terlepas terhadap pengabdian
untuk kepentingan nasional.
b.      Ekonomi
Kesuburan, kekayaan alam, maupun tenaga kerja yang terdapat di Indonesia
merupakan potensi ekonomi yang besar sekali bukan saja untuk mencakupi kebutuhan
rakyat Indonesia bahkan kemungkinan mampu untuk mencukupi keprluan dunia.
Jumlah penduduk Indonesia secara tepat berkembang, ruangan Indonesia masih dapt
menampung tambahan tersebut, di sertai pengejawantahan daya ikhtiar di lapangan
ekonomi, yang seimbang dengan perkembangan tersebut, dapat di dalam waktu yang
tidak terlalu lama membawa Indonesia menjadi kekuatan yang perlu di perhitungkan.
Adalah baik jika dikembangkan bakat dan kekampuan dibidang ekonomi yang
diwariskan kepada kita Secara fisik Indonesia menduduki posisi silang antara 2 (dua)
benua dan 2 (dua) samudera. Posisi silang Indonesia itu tidak hanya bersifat fisik saja,
tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap ideology, politik, sosial, ekonomi, militer,
dan demografi, di mana penduduk terdapat di antara Negara yang berpenduduk minus
di selatan (Australia) dan penduduk yang besar di utara (RRC).
c.      Sosial Budaya
Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa, bahasa, dan dialek serta
beraneka warna tradisi atau adat-istiadat, mempersulit persatuan dan kesatuan bangsa.
Tetapi justru ke-Bhineka Tunggal Ika-an inilah merupakan kekutan kita, karena ruangan
hidup (lebensraum) yang sama dan persamaan juga di dalam penderitaan serta
penganggungan. Bahaya perpecahan mudah sekali timbul, sukuisme dan rasialisme
dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan preservation of national unity. Ke
Bhineka Tunggal Ika-an merupakan pengikat persatuan ampuh
d.      Hankam

57
Perjuangan Indonesia sekaligus telah melahirkan Negara Republik Indonesia dan
kekuatan-kekuatan bersenjata dari kandungan rakyat yang terus-menerus dibimbing
dan dikembangkan. Kekuatan-kekuatan bersenjata tersebut telah melampaui proses-
proses penyempurnaan, baik kualitatif maupun kuntitatif yang secara kronologis
pertumbuhan itu selalu menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pertahanan dan
keamanan nasional yang menjadi satu-satunya hak milik nasional yang masih tetap
utuh walaupun telah menghadapi segala macam kekuatan social dalam perjaungan
Indonesia serta memiliki potensi yang disebut seistem pertahanan keamanan Rakyat
Semesta (SISHANKAMRATA).
e.      Ancaman
Yang dimaksud dengan “ancaman” dalam uraian ini adalah semua bentuk bahaya yang
bersifat ancaman, hambatan, dan tantangan, yang mempunyai akibat negatif terhadap
kelangsungan hidup, intergritas, dan identitas, suatu negara dan bangsa.  Dalam
rangka mencapai tujuan nasional, negara-negara besar dapat mewujudkan
berkembang. Perwujudan ambisinya itu disalurkan melalui bidang-bidang Ipoleksom,
baik secara terbuka maupun secara tertutup, secara fisik maupun nonfisik, dengan
menggunakan berbagai dalih untuk mencapai sasaraannya.

POLSTRAHANKAMNAS

A. PENGANTAR
B. POLITIK HANKAMNAS
C. STRATEGI HANKAMNAS
D. PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN KEKUATAN HANKAMNAS

A. PENGANTAR
1. Arti Hankamnas
– Fungsi pemerintahan negara
– Meliputi pertahanan (luar), dan Keamanan (dalam)
– Melibatkan militer dan rakyat

2. Tujuan Hankamnas
Menjaga tetap tegaknya keberadaan bangsa – negara

3. Tugas Pokok Hankamnas


Membina ketahanan hankam dalam rangka tanas, dengan mengamankan: 
– Ideologi Negara
58
– Kedaulatan dan Kemerdekaan
– Kepentingan Nasional
– Hasil Bangsa Nasional

4. Fungsi Hankamnas
– Membina kesadaran membela negara
– Membina kekuatan hankam yang menyatu dengan
rakyat
– Mewujudkan wilayah negara sebagai satu kesatuan
hankam
5. Dasar Politik Hankamnas
Pertahanan : Defensif Aktif, tidak ofensif
Keamanan : Preventif Aktif, tidak represif

6. Hakikat Hankamnas
Keterlibatan rakyat (Perlawanan Rakyat Semesta) dalam
menghadapi & mengatasi segala macam dan bentuk
ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri

B. Politik Hankamnas
1. Pengertian
Pernyataan cita-cita bangsa negara tentang pembinaan
secara total dari potensi hankam untuk mencapai tujuan hankam dalam
dalam rangka tunas

2. Prinsip Penuntun
– Jaminan terhadap ketidakpastian
– Bersandar pada kemampuan sendiri
– Politik bebas aktif
– Persatuan-Kesatuan (Wanus)
– Keterlibatan rakyat (Siskamnas)
– Perdamaian dunia

3. Kebijakan Hankamnas
Mencegah perang melalui upaya politik
Mengembangkan penangkalan melalui siskamnas
Mengembangkan kerjasama regional secara fungsional

59
(Kamhan, bukan Hankam)
Menciptakan Tanreg (Ketahanan Regional)

4. Perumusan Politik Hankamnas


– Waktu harus jatuh – sama (samenvallen) dengan politik
nasional
– Jangkauan jauh ke depan : perlu perkiraan intelejen &
asumsi-asumsi
– Perumusan konkrit berdasarkan kenyataan nyata

C. Srategi Hankamnas
Arti
Langkah-langkah pembangunan & penggunaan kekuatan
dan sarana hankamnas dalam rangka pelaksanaan Politik
hankamnas
Tujuan
Mewujudkan daya tangkal terhadap gangguan keamanan
dalam negeri dan ancaman luar negeri dengan membangun
kekuatan hankam, serta meniadakan kerawanan yang ada.

D. Pedoman Pembuatan Renstra Hankam


Prinsip ekonomi dan prioritas
Mencukupi kebutuhan sendiri
Dislokasi kekuatan
Berdasar peraturan perundangan
Penelitian, Pengembangan, dan Teknologi
Militer masuk barak, dan siap sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk keamanan
Manajeman hankam
Pemanfaatan peluang

E. Pembangunan dan Penggunaan Hankamnas


Pembangunan Hankamnas : Menciptakan Daya tangkal
(Kekuatan yang memberi keyakinan pada pihak yang mempunyai maksud tidak
baik dan melakukan agresi dengan cara apapun, tidak dapat mencapai maksud
dan tujuan-nya).

60
F. Penggunaan Hankamnas
Pola dasar (diarahkan ke dalam negeri) dengan :
Persuasi (Edukasi) : kerjasama, membangun
Ancaman Langsung : menakuti dengan peringatan lisan
/ gerakan yang dibarengi tindakan
preventif
Penghancuran : Terpaksa
Advertisements

61

Anda mungkin juga menyukai