Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS RATIO MOMEN KAPASITAS KOLOM DENGAN

BALOK PADA KAITANNYA TERHADAP FILOSOFI


STRONG COLUMN WEAK BEAM

TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1
pada Departemen Teknik Sipil

YOHANES IGNATIUS K T
14 0404 082

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Umumnya orang beranggapan bahwa konsep perencanaan Strong Column


Weak Beam bisa dicapai dengan memberikan batasan MCR (Moment Capacity
Ratio) ≥ 1,2. Namun, beberapa penelitian telah memperlihatkan apabila
menggunakan batasan tersebut dan melakukan Pushover Analysis, hasilnya sendi
plastis justru terbentuk di ujung atas kolom.
Oleh karena itu, penulis akan menghitung nilai MCR pada bangunan yang
memiliki 7 lantai dengan metode SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus) kemudian dilakukan Pushover Analysis. Kalau nilai MCR yang diperoleh
adalah 1,2 dan pada saat Pushover Analysis masih terjadi sendi plastis pada ujung
atas kolom, maka struktur bangunan tersebut belum memenuhi syarat Strong
Column Weak Beam sehingga kita harus menghitung ulang nilai MCR yang tepat.
Dari analisa ini didapat bahwa MCR yang diperoleh dari hasil perhitungan
SRPMK adalah 1,2 dan setelah dilakukan Pushover Analysis, hasilnya
memperlihatkan bahwa tidak terjadi sendi plastis pada ujung atas kolom. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa batasan MCR ≥ 1,2 masih relevan untuk digunakan
sebagai syarat minimum pada Strong Column Weak Beam.

Kata kunci: MCR, SRPMK, Strong Column Weak Beam, Pushover Analysis

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tugas
Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Ratio Momen
Kapasitas Kolom Dengan Balok Pada Kaitannya Terhadap Filosofi Strong
Column Weak Beam” ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
bagian ini penulis ingin memberikan apresiasi serta menyampaikan ucapan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna ,MT, Ph.D selaku Dosen pembimbing, yang
telah banyak mengarahkan, membuka wawasan penulis, memberikan
dukungan, bimbingan serta meluangkan waktu dan pikiran kepada penulis
untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Torang Sitorus, MT dan Ibu Nursyamsi, ST, MT selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam
penyempurnaan tugas akhir ini.
3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, Ph.D, selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menempuh masa studi S1.
6. Bapak/Ibu Staf pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
7. Kepada Ibunda tercinta yakni Ibu Ng Tjui Gek dan saudara penulis yakni
Abangda Christian Kartiko yang selalu memberikan doa, kasih sayang,

ii
Universitas Sumatera Utara
pengertian, dan dukungan yang tiada hentinya sehingga penulis terus
termotivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
8. Kepada Paman penulis, Bapak Amir Halim yang telah dengan rendah hati
selalu mendukung bantuan financial, dari awal hingga akhir saya kuliah.
9. Kepada Pembimbing Rohani penulis, Fransiska Vivy Tjahjasari yang selalu
mendukung saya untuk terus semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Partner tugas akhir saya Hendra dan Willy Setiawan yang menjadi teman
seperjuangan dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Kepada teman-teman OMK (Orang Muda Katolik) Kristus Raja Medan yang
selalu mendoakan saya agar tidak mengalami kesulitan dalam menyelasaikan
Tugas Akhir ini.
12. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2014 yang tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu, yang selalu membantu dan memberikan semangat agar saya
segera mengerjakan Tugas Akhir ini.
13. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dari segi apapun,
sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf untuk setiap kekurangan dalam tugas akhir ini
dan sangat mengharapkan kritik serta saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga Tugas
Akhir ini dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu teknik sipil
khususnya dibidang struktur.

Medan, Desember 2018

Hormat saya,

Yohanes I K T
14 0404 082

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR NOTASI............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..... ..1


1.1 Latar Belakang…………………………………………………… . 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..... 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 3
1.4 Batasan Masalah……………………………………………………3
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 5
2.1 Strong Column Weak Beam……………………………………... ..5
2.2 Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)...................... 7
2.3 Desain Kapasitas……………...…………………………………....8
2.3.1 Konsep Desain terhadap Beban Gempa…............................. 11
2.3.2 Persyaratan Material Konstruksi..……………….................. 12
2.4 Mekanisme Keruntuhan…………...………………….....................15
2.5 Pushover Analysis............................................................................ 18
2.5.1 Kurva Kapasitas…....…………..………………………....... 19
2.5.2 Properti Sendi Plastis………………………………………. 21
2.5.3 Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berbasis Kinerja….. 22
2.6 Teori Pengekangan pada Kolom………………………………….. 23
2.6.1 Efek Pengekangan dari Penulangan Sengkang…………….. 23
2.6.2 Beton Terkekang dengan Tulangan Sengkang Segiempat…... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………31
3.1 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK……………………….. 31

iv
Universitas Sumatera Utara
3.1.1 Persyaratan Detailing Komponen Lentur SRPMK………… 31
3.1.2 Persyaratan Detailling Komponen Struktur SRPMK yang
Menerima Kombinasi Lentur dan Beban Aksial ................... 33
3.1.3 Persyaratan Detailing Hubungan Balok-Kolom SRPMK...... 39
3.1.4 Perencanaan Diafragma……………………………………. 42
3.2 Prosedur Pushover Analysis………………………………………. 44
3.3 Tahapan Analisis………………………………………………….. 46
3.4 Data Struktur Bangunan dan Pembebanan………………………... 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………….... 58
4.1 Analisis Pengaruh Beban Gempa pada Gedung SRPMK................. 58
4.2 Deskripsi Model Struktur ................................................................. 60
4.3 Desain Komponen Struktur Lentur SRPMK .................................... 62
4.3.1 Balok Induk ........................................................................... 62
4.3.2 Kolom……………………………………………………... . 68
4.4 Hasil Analisis Pushover………………………………………….... 73
4.4.1 Kurva Kapasitas (Capacity Curve)……………………….... 73
4.4.2 Titik Kinerja (Performance Point)…………………………. 73
4.4.3 Skema Distribusi Sendi Plastis…………………………….. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… .. 79
5.1 Kesimpulan……………………………………………………… ... 79
5.2 Saran………………………………………………………………. 80

DAFTAR PUSTAKA…………………...……………………………………. 81
LAMPIRAN…………………………………………………………………....83

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

BAB I
Tidak terdapat tabel

BAB II
Tabel 2.1 Tingkat Kerusakan Struktur ............................................................. 21

BAB III
Tabel 3.1 Koefisien Situs, Fa ........................................................................... 56
Tabel 3.2 Koefisien Situs, Fv ........................................................................... 56
Tabel 3.3 Kategori Desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda pendek....................................................... 56
Tabel 3.4 Kategori Desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda 1 detik ....................................................... 57
Tabel 3.5 Koefisien Situs, FPGA…………………………………………….... 57

BAB IV
Tabel 4.1 Gaya Lateral Ekivalen dan Gaya Geser Ekivalen per Lantai ........... 60
Tabel 4.2 Perhitungan Kapasitas Kolom .......................................................... 71
Tabel 4.3 Nilai Performance Point……………………………………………74

BAB V
Tidak terdapat tabel

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

BAB I
Tidak terdapat gambar

BAB II
Gambar 2.1 Lokasi sendi plastis yang pertama untuk variasi ꞵc (Yangbing
Liu, dkk. 2012)............................................................................. 6
Gambar 2.2 Perbandingan status kerusakan dibawah ujung perpindahan 75
mm untuk variasi ꞵc (Yangbing Liu, dkk. 2012)……………… 6
Gambar 2.3 Perbandingan mode keruntuhan ultimate untuk variasi ꞵc
(Yangbing Liu, dkk. 2012)………………………………........... 7
Gambar 2.4 Ilustrasi Hirarki Plastifikasi (Sushree Sunayana, 2014)……….. 10
Gambar 2.5 Mekanisme sendi plastis (SEAOC Blue Book, 1999)………….. 16
Gambar 2.6 Kurva Kapasitas (Muh Ichsan Ramadani,dkk, 2013)………….. 20
Gambar 2.7 Properti sendi plastis (Manual SAP2000 versi 14.2.2)………... 21
Gambar 2.8 Efektivitas pengekangan sengkang persegi dan sengkang spiral
(Arry Kurniansyah, dkk, 2013)………………………………….. 24
Gambar 2.9 (a) Tulangan sengkang dengan tulangan pengikat yang menyilang;
(b) Tulangan sengkang dengan tambahan jumlah tulangan
pengikat menyilang untuk meningkatkan efektivitas pengekangan
pada kolom; (c) Pengekangan dengan tulangan sengkang &
tulangan longitudinal. (Jack Moehle,2015)……….... 25
Gambar 2.10 Perbandingan volume sengkang terhadap volume inti beton
terkekang (Arry Kurniansyah, dkk, 2013)………………………. 26
Gambar 2.11 Bentuk distribusi tegangan kekangan pada sengkang persegi (Arry
Kurniansyah, dkk, 2013)…………………………………. 27
Gambar 2.12 Distribusi tegangan kekangan dalam arah lateral dan longitudinal
(Arry Kurniansyah, dkk, 2013)………………………………….. 27
Gambar 2.13 Arching action pada beton terkekang (After Paultre and Légeron,
2008, used with permission from ASCE)………………………... 28

vii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.14 Kurva tegangan-regangan beton terkekang (After Mander et.al,
1988a)………………………………………………………….. 30

BAB III
Gambar 3.1 Jenis Hubungan Balok dan Kolom (Sushree Sunayana, 2014)… 40
Gambar 3.2 Luas Efektif Hubungan Balok dan Kolom (SNI 2847-2013)….. 42
Gambar 3.3 Posisi Sumbu Lokal Balok (Manual SAP2000 versi 14.2.2)…... 44
Gambar 3.4 Posisi Sumbu Lokal Kolom (Manual SAP2000 versi 14.2.2)…..44
Gambar 3.5 Respon Spektra (Sumber : ATC-40, Volume 1)……………….. 57

BAB IV
Gambar 4.1 Respon Spektra yang diperoleh dari perhitungan……………….59
Gambar 4.2 Model 3D struktur gedung……………………………………... 60
Gambar 4.3 Denah struktur gedung (a) Tampak depan; (b) Tampak atas…... 61
(c) Tampak samping…………………………………………… 62
Gambar 4.4 Diagram Interaksi Kolom………………………………….........72
Gambar 4.5 Kurva Kapasitas Hasil Analisis SAP 2000…………………………… 73
Gambar 4.6 Grafik Evaluasi Kinerja Struktur………………………………. 74
Gambar 4.7 Step 0 hasil Run pada program SAP2000...……………………. 75
Gambar 4.8 Step 2 hasil Run pada program SAP2000………………...……. 76
Gambar 4.9 Step 7 hasil Run pada program SAP2000…………………….... 77
Gambar 4.10 Step 12 hasil Run pada program SAP2000…………………….. 78

BAB V
Tidak terdapat gambar

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NOTASI

a : Tinggi blok tegangan persegi ekivalen (mm)


Ag : Luas bruto penampang beton (mm²)
As : Luas tulangan tarik longitudinal non-prategang (mm²)
Ast : Luas total tulangan longitudinal non-prategang (batang tulangan atau
profil baja) (mm2)
Av : Luas tulangan geser berspasi s (mm²)
c : Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral (mm)
Cs : Koefisien respons gempa
d : Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal (mm)
d’ : Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tekan longitudinal (mm)
Ec : Modulus elastisitas beton (MPa)
EI : Kekakuan lentur komponen struktur tekan (N⋅mm²)
f’c : Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)
Fa : Koefisien situs untuk perioda pendek (pada perioda 0,2 detik)
fs’ : Tegangan dalam tulangan tekan yang terkena beban terfaktor (MPa)
Fv : Koefisien situs untuk perioda panjang (pada perioda 1 detik)
fy : Kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
h : Tebal atau tinggi keseluruhan komponen struktur (mm)
Ic : Momen inersia penampang beton terhadap sumbu pusat (mm⁴)
Ln : Panjang bentang bersih yang diukur muka ke muka tumpuan (mm)
Mn : Kekuatan lentur nominal pada penampang (N⋅mm)
Mnb : Kekuatan lentur nominal balok termasuk pelat bilamana tertarik, yang
merangka ke dalam joint (N⋅mm)
Mpr : Kekuatan lentur mungkin komponen struktur, dengan atau tanpa beban
aksial, yang ditentukan menggunakan properti komponen struktur pada
muka joint yang mengasumsikan tegangan tarik dalam batang tulangan
longitudinal sebesar paling sedikit 1,25 fy dan faktor reduksi kekuatan,
Ø , sebesar 1.0 (N⋅mm)
Mu : Momen terfaktor pada penampang (N⋅mm)
Ø : Faktor reduksi kekuatan

ix
Universitas Sumatera Utara
Pc : Beban tekuk kritis (N)
Po : Kekuatan aksial nominal pada eksentritas nol (N)
Pu : Gaya aksial terfaktor; diambil sebagai positif untuk tekan dan negatif
untuk tarik (N)
R : Koefisien modifikasi respons
s : Spasi pusat ke pusat suatu benda, misalnya tulangan longitudinal,
tulangan transversal, tendon, kawat atau angkur prategang (mm)
𝑆𝐷1 : Parameter percepatan respon spektral pada perioda 1 detik, redaman 5
persen
𝑆𝐷𝑆 : Parameter percepatan respon spektral pada perioda pendek, redaman 5
persen
𝑆𝑀1 : Parameter percepatan respon spectral MCE pada perioda 1 detik yang
sudah disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs
𝑆𝑀𝑆 : Parameter percepatan respon spectral MCE pada perioda pendek yang
sudah disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs
T : Perioda fundamental bangunan
Vc : Kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton (N)
Vs : Kekuatan geser nominal yang disediakan oleh tulangan geser (N)
Vu : Gaya geser terfaktor pada penampang (N)
Wu : Beban terfaktor per satuan panjang balok atau pelat satu arah
δ : Faktor pembesaran momen untuk mencerminkan pengaruh kurvatur
komponen struktur antara ujung-ujung komponen struktur tekan
ρg : Rasio As terhadap bd

x
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian
gempa dalam beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daerah di Indonesia
dan menyebabkan kerusakan berbagai sarana dan prasarana di daerah yang terkena
dampak gempa tersebut. Kondisi alam ini menyebabkan perlunya pemenuhan
terhadap kaidah-kaidah perencanaan/pelaksanaan sistem struktur tahan gempa pada
setiap struktur bangunan yang akan didirikan di wilayah Indonesia, khususnya yang
dibangun di wilayah dengan kerawanan (resiko) gempa menengah hingga tinggi.
Hal ini bertujuan agar pada saat terjadi gempa, struktur bangunan dapat melindungi
penghuninya dari resiko bahaya gempa.
Namun pada kenyataanya, kaidah-kaidah perencanaan/pelaksanaan struktur
bangunan tahan gempa tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada pelaksanaan
struktur bangunan di Indonesia, khususnya pada pelaksanaan struktur bangunan
beton bertulang. Hal ini terlihat dari berbagai kerusakan yang terjadi pada struktur
bangunan beton bertulang akibat gempa-gempa besar di Indonesia belakangan ini.
Kerusakan yang terjadi pada struktur bangunan akibat gempa-gempa tersebut
pada umumnya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Sistem bangunan yang digunakan tidak sesuai dengan tingkat kerawanan
daerah setempat terhadap gempa.
b. Rancangan struktur dan detail penulangan yang diaplikasikan pada dasarnya
kurang memadai.
c. Kualitas material dan praktek konstruksi pada umunya kurang baik.
d. Pengawasan dan kontrol pelaksanaan pembangunan kurang memadai.

Selain itu, konstruksi bangunan bertingkat semakin banyak dibangun akibat


dari semakin kurangnya ketersediaan lahan. Dalam mendesain bangunan gedung
bertingkat sangat penting untuk memperhatikan kekuatan dari elemen struktur
kolom yang menopang keseluruhan bangunan.

1
Universitas Sumatera Utara
Sederhananya, kolom dalam suatu struktur bangunan bertingkat adalah
elemen struktur menopang balok, seluruh beban lantai, dan beban lain diatasnya,
sedangkan balok hanya elemen struktur yang menopang dan mendistribusikan
beban–beban dilantai menuju ke kolom–kolom. Sehingga jika kolom runtuh, maka
semua sistem struktur yang ada diatasnya ikut runtuh juga. Tapi jika balok yang
mengalami keruntuhan lebih dulu maka kerusakan hanya terjadi pada bagian balok
itu kemudian menjalar ke elemen balok yang lainnya sampai struktur benar–benar
runtuh total saat beban yang bekerja tidak lagi mampu ditahan keseluruhan struktur.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlulah sebuah bangunan didesain
berdasarkan konsep Strong Column Weak Beam sehingga jika pada suatu saat
terjadi goncangan yang besar akibat pembebanan, kolom bangunan didesain akan
tetap bertahan, sehingga manusia yang berada didalam bangunan gedung masih
mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri sebelum jika nantinya bangunan akan
runtuh total. (Regen Loudewik Kahiking dkk,2013)

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa syarat Mc ≥ 6/5 Mb tidak


menjamin. Terkadang apabila menggunakan faktor 1.2, maka pada saat dilakukan
pushover analysis, sendi plastis terbentuk di ujung atas kolom, dimana itu tidak
dikehendaki dalam mekanisme keruntuhan struktur.

Oleh karena itu, penulis akan mencoba menganalisis ratio Mc/Mb yang
seharusnya digunakan untuk syarat minimum dalam filosofi Strong Column Weak
Beam agar tidak terjadi sendi plastis pada ujung atas kolom.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat suatu permasalahan, sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh perbedaan ratio Mc/Mb terhadap distribusi


letak sendi plastis (titik runtuh) pada struktur tersebut ?
b. Apakah syarat minimum Mc ≥ 6/5 Mb sudah menjamin tidak terjadi sendi
plastis pada ujung atas kolom?

2
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian

a. Merencanakan penulangan struktur gedung dengan menggunakan metode


Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
b. Mengetahui syarat minimum Mc/Mb yang seharusnya digunakan
agar tidak terjadi sendi plastis pada ujung atas kolom.
c. Mengamati pengaruh ratio Mc/Mb terhadap distribusi letak sendi plastis
(titik runtuh) pada struktur tersebut

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hanya meninjau internal joints balok dengan kolom pada struktur
beton bertulang.
b. Hanya meninjau momen dan gaya aksial, gaya geser diabaikan .
c. Memilih sendi pastis jenis concentrated hinges.
d. Struktur dianalogikan sebagai komponen struktur non -prategang.
e. Semua ujung kolom diasumsikan permanen (jepit-jepit) dan
interaksi struktur tanah diabaikan.
f. Menggunakan Pushover Analisys untuk pembebanan gaya gempa.
g. Bangunan didesign dengan bangunan typikal 7 lantai.

1.5 Manfaat Penelitian


Tugas akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. Mengecek serta merencanakan sebuah bangunan dengan cara desain
kapasitas sehingga mendapatkan sebuah bangunan yang memenuhi
konsep kolom kuat balok lemah.
b. Menghasilkan pemahaman tentang perlakuan khusus terhadap kolom
bila diinginkan kolom tersebut kuat terhadap balok (Strong Column
Weak Beam).

3
Universitas Sumatera Utara
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi uraian umum dan khusus tentang konsep Strong Column Weak
Beam, dan pengertian SPRMK, metode desain kapasitas, mekanisme keruntuhan,
Pushover Analysis, serta teori pengekangan pada kolom (Confinement)
bersadarkan referensi-referensi yang diperoleh dari pembahasan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi uraian tentang perencanaan komponen struktur sistem rangka
pemikul momen khusus (SRPMK), langkah-langkah Pushover Analysis, tahapan
analisis dari awal hingga penelitian ini selesai dan data struktur bangunan yang
akan dibuat pemodelan nya dalam penelitian ini.

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi desain dan modelling bangunan, perhitungan berat struktur tiap
lantai, perhitungan penulangan pada kolom dan balok berdasarkan SRPMK,
Pushover Analysis, dan pembahasan syarat Strong Column Weak Beam pada
bangunan tersebut.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari analisis dan pembahasan yang
diperoleh dari bab sebelumnya serta beberapa saran untuk penelitian selanjutnya.

4
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strong Column Weak Beam


Konsep perencanaan desain Strong Column Weak Beam adalah salah satu
inovasi design struktur dengan cara membuat sistem struktur yang memiliki
mekanisme keruntuhan sesuai hierarki yang dikehendaki, yakni terlebih dahulu
sendi plastis diijinkan terbentuk pada balok dan mengusahakan tidak terjadi sendi
plastis pada kolom selama gempa berlangsung. Jika sampai terjadi sendi plastis di
kolom, jangan sampai terdapat di ujung atas kolom.

Berdasarkan SNI Beton, Prinsip Strong Column Weak Beam bisa dicapai
dengan memberikan batasan

∑Me ≥ (6/5) ∑Mg (2.1)

dengan:
a. ∑Me = jumlah Mn kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom Mn
harus dihitung dengan gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya-
gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan nilai Mn terkecil
b. ∑Mg = jumlah Mn balok yang merangka pada hubungan balok-kolom. Pada
konstruksi balok-T, di mana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom,
tulangan pelat yang berada dalam daerah lebar efektif pelat harus
diperhitungkan dalam menentukan Mn balok bila tulangan tersebut terangkur
dengan baik pada penampang kritis lentur.

(Yangbing Liu,dkk. 2012) telah menganalisa konsep Strong Column Weak


Beam pada bangunan komposit baja-beton dengan variasi panjang bentang balok
yang bervariasi, yakni 4,5 m ; 5 m ; 5,3 m ; 6,15 m dengan perubahan ratio momen
ultimate (ꞵc) dari 2,2 - 0.8. Hasilnya adalah daktilitas struktur menurun, kolom
menderita kerusakan lebih serius dan balok lebih sedikit menderita kerusakan
dengan perubahan ꞵc dari 2,2 sampai 0,8. (Gambar 2.1 - 2.3)

5
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk βc ≥ 1,6; sendi plastis pertama muncul di ujung balok kemudian
struktur membentuk mekanisme keruntuhan pada sendi balok dan kemudian
dengan deformasi yang meningkat menyebabkan seluruh struktur mencapai
batas ultimate sehingga ujung – ujung kolom mengalami kegagalan.

b. Untuk βc ≥ 2; sendi plastis terjadi pada semua ujung balok namun struktur
masih mampu bertahan dengan baik.

c. Untuk βc = 1,6; bagian bawah lantai 2 membentuk mekanisme keruntuhan


lokal dan daktilitas struktur tidak sebagus mekanisme keruntuhan seluruh.

d. Untuk βc = 1,2; pertama sendi plastis muncul di ujung bawah kolom,


kemudian pada ujung balok dan akhirnya terjadi pada ujung atas kolom.
Bangunan mengalami campuran mekanisme keruntuhan.

e. Untuk βc = 1; pertama sendi plastis muncul pada ujung bawah kolom, tetapi
juga terjadi pada ujung balok dan ujung atas kolom pada waktu yang sama.

f. Untuk βc = 0,8; bangunan membentuk mekanisme sendi plastis pada kolom.

Gambar 2.1 Lokasi sendi plastis yang pertama untuk variasi βc


(Yangbing Liu,dkk. 2012)

Gambar 2.2 Perbandingan status kerusakan dibawah ujung perpindahan


75 mm untuk variasi βc (Yangbing Liu,dkk. 2012)

6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Perbandingan mode keruntuhan ultimate untuk variasi ꞵc
(Yangbing Liu,dkk. 2012)

(Sushree Sunayana, 2014) telah meneliti ratio momen kapasitas pada


bangunan beton bertulang dengan 5, 7, dan 10 lantai. Dia mendapatkan bahwa ratio
momen kapasitas (MCR) yang tepat untuk memberikan respon gempa yang baik
terhadap penambahan daktilitas adalah 1,47. Dia juga menyimpulkan bahwa:

a. Filosofi pada seismik design bertujuan untuk mencapai tingkat daktilitas yang
diinginkan pada suatu struktur. Jadi kita tidak perlu berpikir untuk kekuatan
yang lebih tingi tetapi untuk daktilitas yang lebih tinggi.

b. Mekanisme keruntuhan yang lebih diinginkan dapat dicapai dengan kenaikan


ratio momen kapasitas.

c. Nilai MCR yang tinggi tentunya bukan berarti bahwa formasi sendi pada
kolom telah dengan lengkap dihindari karena untuk mencegah keruntuhan
lantai, MCR diperbolehkan terlalu tinggi tetapi tidak ekonomis.

d. MCR yang cocok harus ditampilkan guna mewujudkan suatu kompromi


antara untuk melindungi terhadap sendi kolom yang kritis dengan untuk
menjaga ukuran kolom dan tulangan dalam batas yang ekonomis.

2.2 Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)


Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah sistem struktur
yang mampu berderformasi saat terjadi gempa (memiliki daktilitas yang tinggi),
sehingga dapat direncanakan dengan gaya gempa rencana yang minimum. Selain
itu, keruntuhan geser dihindari dengan pendekatan desain kapasitas. Gaya geser
yang diperhitungkan bukan hanya berasal dari gaya geser akibat beban gravitasi

7
Universitas Sumatera Utara
(beban hidup dan beban mati) tapi juga mempertimbangkan beban geser yang
berasal dari kapasitas momen maksimum balok pada saat balok mengalami yielding.

SRPMK dirancang dengan menggunakan konsep Strong Column Weak Beam,


dimana kolom dirancang sedemikian rupa agar struktur dapat berespon terhadap
beban gempa dengan mengembangkan mekanisme sendi plastis pada balok dan
pada dasar kolom (Elfrida G. Lumbantobing dkk, 2013). Persyaratan yang ketat pun
harus dipenuhi untuk menghasilkan struktur yang dapat berperilaku daktail secara
SRPMK sesuai dalam SNI 03-2847-2013.

Struktur bangunan yang didesain dengan mengunakan sistem SRMPK dengan


daktilitas penuh, menggunakan asumsi sebagai berikut (Bangkit Andriyulianto dan
Dwi Agus Nugroho, 2013):

a. Struktur dengan tingkat daktilitas penuh memerlukan pendetailan khusus


secara menyeluruh baik pada balok, kolom, maupun pertemuan balok-kolom.
b. Pada struktur yang daktail, meskipun terjadi deformasi permanen tetapi
walaupun elemen struktur bangunan mengalami kerusakan namun secara
keseluruhan struktur tidak mengalami keruntuhan.
c. Pada struktur dgn daktilitas penuh diijinkan terjadi sendi plastis pada balok
yg terjadi akibat pengaruh momen Strong Column Weak Beam dan utk
menghindari sendi plastis akibat geser maka pada daerah sendi plastis perlu
tulangan sengkang yang lebih rapat.
d. Pada daerah resiko gempa menengah atau gempa tinggi, struktur dengan
daktilitas penuh (SRPMK) menghasilkan dimensi beton dan tulangan yang
lebih ekonomis bila dibandingkan dgn daktilitas terbatas (SRPMM) maupun
elastis (SRPMB).

2.3 Desain Kapasitas


Struktur bangunan tahan gempa pada umumnya didesain terhadap gaya
gempa yang lebih rendah daripada gaya gempa rencana. Hal ini dimungkinkan
karena struktur didesain untuk mengalami kerusakan atau berperilaku inelastik,
melalui pembentukan sendi-sendi plastis (plastifikasi) pada elemen-elemen
strukturnya, pada saat menahan beban gempa rencana. Perilaku inelastik atau

8
Universitas Sumatera Utara
plastis tersebut pada dasarnya memberikan mekanisme disipasi energi pada struktur
sehingga dapat membatasi gaya gempa yang masuk ke struktur bangunan. Elemen
struktur yang rusak atau berperilaku inelastik tersebut pada hakikatnya berfungsi
sebagai “sekring” bagi struktur bangunan. Namun, walaupun struktur bangunan
berperilaku inelastik, struktur bangunan tidak boleh mengalami keruntuhan pada
saat menerima beban gempa rencana atau bahkan beban gempa yang lebih besar.
Untuk dapat menjamin hal tersebut, perilaku inelastik struktur harus
direncanakan dengan baik sehingga dapat menghasilkan perilaku struktur yang
daktail. Perencanaan yang harus dilakukan meliputi pemilihan elemen-elemen
struktur yang boleh rusak atau berperilaku inelastik, peningkatan daktilitas elemen-
elemen struktur tersebut, dan perlindungan elemen-elemen struktur lain yang
diharapkan tetap berperilaku elastik. Salah satu metode desain yang dapat
digunakan untuk tujuan ini adalah metode desain kapasitas.
Metode desain kapasitas pada dasarnya diaplikasikan pada perancangan
struktur bangunan tahan gempa dengan tujuan agar bentuk-bentuk plasifikasi/
disipasi energi yang sifatnya getas tidak muncul dalam mekanisme disipasi energi
yang dihasilkan oleh respon struktur bangunan. Agar tujuan ini dapat dicapai maka
perlu dirancang suatu hierarki plastifikasi sedemikian hingga hanya bentuk-bentuk
plasifikasi/ disipasi energi yang daktail yang muncul pada respon struktur.
Plasifikasi melalui mekanisme lentur merupakan contoh bentuk plastifikasi yang
sifatnya daktail, sedangkan plastifikasi melalui mekanisme geser pada umumnya
bersifat getas.
Untuk mencegah terjadinya plastifikasi melalui mekanisme geser, suatu
elemen struktur yang dipilih sebagai elemen pendisipasi energi harus dirancang
dengan kekuatan geser yang lebih tinggi daripada gaya geser maksimum yang
mungkin timbul pada saat elemen struktur tersebut mengembangkan mekanisme
disipasi melalui mekanisme lenturnya. Gaya geser maksimum tersebut dapat
diperoleh dengan memperbesar momen nominal penampang dengan suatu faktor
kuat lebih bahan baja tulangan, yang umumnya diambil sebesar 1,25. Prosedur
desain ini disebut metode desain kapasitas dan umum diaplikasikan pada
perencanaan elemen-elemen struktur balok, kolom, dinding, dan hubungan balok-
kolom (Hendrik dan Imran, 2010).

9
Universitas Sumatera Utara
Bentuk hierarki plastifikasi dapat diilustrasikan melalui konsep rantai. Bila
masing-masing cincin rantai menggambarkan mekanisme plastifikasi yang ada
pada struktur beton bertulang, maka rantai akan menghasilkan perilaku disipasi
energi yang daktail pada saat ditarik jika cincin dengan mekanisme plastifikasi yang
paling daktail pada rantai tersebut diberi kekuatan tarik yang paling lemah, atau
difungsikan sebagai “sekring”. Sedangkan cincin-cincin lain yang mekanisme
disipasi energinya bersifat kurang daktail atau getas diberi kekuatan yang lebih
besar daripada kekuatan maksimum paling mungkin yang dapat termobilisasi pada
cincin yang terlemah, sehingga cincin yang lain tersebut tidak pernah rusak/ plastis.

Gambar 2.4 Ilustrasi Hirarki Plastifikasi (Sushree Sunayana, 2014)

Metode desain kapasitas diaplikasikan untuk menjamin agar pada saat rantai
diberi gaya tarik maksimum, kerusakan/ plastifikasi hanya terjadi ditempat-tempat
yang memang diinginkan. Agar hal ini dapat terealisasi maka tempat-tempat lain
yang tidak diinginkan mengalami kerusakan/plastifikasi harus diberi kekuatan yang
lebih besar dibandingkan dengan kekuatan paling maksimum yang mungkin
termobilisasi pada tempat-tempat yang direncanakan mengalami plastifikasi.
Kekuatan paling maksimum yang mungkin termobilisasi pada suatu elemen
struktur dapat diperoleh dengan menerapkan faktor kuat lebih bahan. Selain itu,
agar mekanisme disipasi energi yang terjadi bersifat sangat daktail, maka pada
lokasi-lokasi yang dipilih sebagai tempat pendisipasi energi tersebut harus diberi
detailing penulangan, seperti tulangan pengekangan beton yang memadai.

10
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Konsep Desain terhadap Beban Gempa
Kriteria desain untuk struktur bangunan tahan gempa mensyaratkan bahwa
bangunan harus didesain agar mampu menahan beban gempa sesuai dengan
SNI Gempa yang berlaku, yaitu SNI 1726-2012. SNI gempa Indonesia ini
mendasarkan beban gempa desain sebagai 2/3 beban gempa MCER (gempa
maksimum yang dipertimbangkan). Dalam prosedur perencanaan
berdasarkan SNI gempa, struktur bangunan tahan gempa yang direduksi
dengan suatu faktor modifikasi respons struktur (faktor R) yang merupakan
representasi tingkat daktilitas yang dimiliki struktur. Dengan penerapan
konsep ini, pada saat gempa rencana terjadi, elemen-elemen bangunan
tertentu yang dipilih diperbolehkan mengalami plastifikasi (kerusakan)
sebagai sarana untuk pendisipasian energi gempa yang diterima struktur.
Elemen-elemen tertentu tersebut pada umumnya adalah elemen-elemen
struktur yang perilaku plastifikasinya bersifat daktail dan tidak mudah
runtuh. Elemen-elemen struktur lain yang tidak diharapkan mengalami
plastifikasi harus tetap berperilaku elastis selama gempa rencana terjadi.
Salah satu cara untuk menjamin agar hierarki plastifikasi yang terjadi sesuai
dengan yang direncanakan adalah dengan menggunakan konsep desain
kapasitas. Pada konsep desain kapasitas, tidak semua elemen struktur dibuat
sama kuat terhadap gaya dalam yang direncanakan, tetapi ada elemen-
elemen struktur atau titik pada struktur yang dibuat lebih lemah
dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dibuat demikian agar hanya pada
elemen-elemen atau titik tersebut kerusakan struktur akan terjadi di saat
beban maksimum akibat gempa bekerja pada struktur.
Untuk menjamin agar proses plastifikasi hanya terjadi pada elemen-elemen
struktur yang terpilih maka elemen-elemen struktur yang diharapkan tetap
elastis pada saat gempa kuat terjadi harus didesain lebih kuat daripada
elemen-elemen yang terpilih tersebut. Untuk mencapai hal ini, maka pada
perencanaan elemen struktur yang diharapkan tetap elastis perlu
diaplikasikan faktor overstrengh. Hierarki plastifikasi yang terjadi kemudian
dapat diperiksa melalui suatu analisis pushover, dalam hal ini hierarki yang
terjadi harus sesuai dengan yang direncanakan (Hendrik dan Imran, 2010).

11
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjamin struktur bangunan tidak runtuh saat terjadi gempa MCER,
elemen-elemen struktur bangunan yang diharapkan mengalami plastifikasi
harus diberi detailing penulangan yang memadai agar perilakunya tetap stabil
walaupun telah mengalami deformasi inelastis yang besar.

2.3.2 Persyaratan Material Konstruksi


Salah satu parameter material beton yang paling berpengaruh dalam perilaku
plastifikasi struktur yang dihasilkan adalah nilai kuat tekan. Berdasarkan SNI
Beton Pasal 21.1.4.2, kuat tekan f’c, untuk material beton yang digunakan
pada struktur bangunan tahan gempa sebaiknya tidak kurang dari 21 MPa.
Dengan kekuatan sebesar itu maka bangunan akan memiliki ketahanan yang
baik terhadap lingkungan sehingga kinerjanya tidak akan mudah berubah
seiring dengan bertambahnya umur bangunan. Selain itu Pasal 21.1.4.3 lebih
jauh membatasi penggunaan mutu beton tidak melebihi 35 MPa apabila
digunakan beton ringan. Batasan ini didasarkan atas fakta bahwa tidak cukup
banyak bukti eksperimental dan data langsung lapangan yang
memperlihatkan perilaku elemen struktur beton yang dikonstruksi dengan
menggunakan beton ringan, terutama dalam hal perpindahan akibat
pembebanan siklik dalam rentang nonlinier.
Untuk baja tulangan, salah satu parameter yang paling berpengaruh terhadap
perilaku plastifikasi yang dihasilkan pada elemen struktur tahan gempa
adalah kondisi permukaan baja tulangan yang digunakan. Penggunaan
tulangan polos sebagai baja tulangan elemen struktur dapat memberi dampak
yang negatif terhadap kinerja plastifikasi yang dihasilkan. Kuat lekatan baja
tulangan polos pada beton, yang pada dasarnya hanya terdiri atas mekanisme
adhesi dan friksi, diketahui hanyalah sekitar 10% kuat lekatan tulangan ulir.
Selain itu, degradasi lekatan akibat beban bolak-balik disaat terjadi gempa
pada tulangan polos sangatlah drastic dibandingkan dengan degradasi
lekatan pada tulangan ulir. SNI beton yang berlaku saat ini hanyalah
mengizinkan penggunaan baja tulangan polos pada tulangan spiral.
Sedangkan untuk penulangan lainnya disyaratkan untuk menggunakan baja
tulangan ulir.

12
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tambahan, parameter baja tulangan yang juga ikut berpengaruh
terhadap perilaku plastifikasi elemen struktur yang dihasilkan adalah nilai
kuat leleh, nilai faktor kuat lebih, dan nilai ratio kuat ultimit. Nilai-nilai
parameter baja tulangan tersebut sebaiknya selalu berada dalam batas-batas
yang diizinkan peraturan yang berlaku untuk mencegah terjadinya
keruntuhan prematur, utamanya pada sistem struktur yang direncanakan
dengan detailing yang sifatnya khusus (SNI Beton Pasal 21.1.5)
SNI Beton membatasi nilai kuat leleh yang disyaratkan untuk bahan baja
tulangan sebesar 400 MPa. Pengunaan baja tulangan dengan spesifikasi mutu
yang lebih tinggi pada dasarnya dilarang. Pembatasan ini disebabkan oleh
penggunaan bahan baja yang tulangan yang mutunya tinggi dapat
menyebabkan timbulnya geser dan tegangan lekatan yang tinggi antara
tulangan baja dan beton dapat menyebabkan kegagalan brittle pada saat
elemen mengembangkan kemampuan lentur maksimunya. Hal ini dapat
terjadi khususnya pada saat elemen struktur mengalami beban gempa yang
sifatnya bolak-balik (siklik).

Beberapa persyaratan ukuran geometri untuk elemen struktur SRPMK pada


dasarnya diturunkan berdasarkan perilaku lekatan antara tulangan baja dan
beton akibat beban siklik. Salah satunya adalah dimensi minimum kolom
pada hubungan balok-kolom, yang berdasarkan SNI Beton ditetapkan
sebesar 20 kali diameter terbesar tulangan baja lentur balok yang merangka
pada hubungan balok-kolom tersebut. Persyaratan dimensi minimum kolom
tersebut pada dasarnya hanya berlaku untuk tulangan baja dengan mutu
spesifikasi maksimum 400 MPa.
Parameter lain adalah nilai faktor kuat lebih. Nilai faktor kuat lebih
(overstrength) material baja tulangan adalah rasio nilai kuat leleh aktual
terhadap kuat leleh spesifikasi (yang disyaratkan). Parameter nilai kuat lebih
diperlukan untuk perencanaan struktur yang berbasis pada konsep desain
kapasitas dan digunakan untuk merencanakan elemen struktur yang
diharapkan tetap elastis pada saat sendi plastis terbentuk di elemen struktur
yang langsung berhubungan dengannya. Prinsip ini sebagai contoh

13
Universitas Sumatera Utara
digunakan pada perencanaan geser di lokasi yang berpotensi membentuk
sendi plastis, seperti di daerah hubungan balok-kolom dan di daerah ujung-
ujung elemen balok atau kolom. Berdasarkan SNI Beton Pasal 21.5, gaya
geser rencana pada lokasi sendi plastis harus dihitung berdasarkan nilai kuat
momen ujung terbesar yang mungkin terjadi di lokasi tersebut. Dalam
penerapannya, momen-momen ujung tersebut, yaitu Mpr dihitung
menggunakan nilai kuat leleh tulangan baja yang diperbesar 1,25 kali.
Perbesaran ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kuat lebih yang dimiliki
oleh tulangan lentur yang digunakan.
Prinsip yang sama juga diterapkan pada perencanaan daerah pertemuan
balok-kolom, yang berdasarkan peraturan harus memenuhi persyaratan
“Strong Column Weak Beam”. Nilai perbesaran 1,2 tersebut pada dasarnya
digunakan untuk mengakomodasi nilai overstrength yang dimiliki oleh
tulangan lentur balok. Panjang sendi plastis yang terbentuk pada ujung-ujung
elemen struktur yang diharapkan mendisipasi energi gempa yang pada
dasarnya sangat dipengaruhi oleh nilai rasio kuat ultimit baja tulangan yang
digunakan, yaitu nilai rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual baja
tulangan, yang pada dasarnya merupakan cerminan sifat hardening material
baja. Sifat hardening ini diperlukan agar dapat terjadi perambatan kelelehan
(redistribusi) ke arah tengah bentang setelah tercapainya momen leleh pada
penampang didekat muka tumpuan.

Dengan terjadinya perambatan kelelehan ke arah tengah bentang, panjang


sendi plastis yang dihasilkan akan bertambah panjang. Panjang pendeknya
daerah sendi plastis tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kapasitas
rotasi inelastic yang dapat diberikan elemen struktur sehingga daktilitas
perpindahan struktur juga akan dipengaruhi. Jika tulangan baja yang
digunakan memiliki nilai rasio kuat ultimit yang rendah, maka daktilitas
stuktur yang dihasilkan juga akan rendah. Dengan rendahnya tingkat
daktilitas struktur, kinerja struktur dalam memikul gaya gempa akan menjadi
berkurang.

14
Universitas Sumatera Utara
2.4 Mekanisme Keruntuhan
Cosmas Wibisono dan Hendro Lie (2008), Ketika terjadi deformasi tak
terbatas pada bagian struktur tanpa diiringi peningkatan beban yang bekerja pada
struktur tersebut, maka dapat dikatakan struktur dalam keadaan runtuh. Salah satu
hal yang perlu diperhatikan pada saat struktur mengalami runtuh adalah jumlah
sendi yang cukup telah terbentuk untuk mengubah struktur atau bagian dari
struktur tersebut menjadi suatu bentuk mekanisme keruntuhan.
Jumlah sendi plastis yang telah terbentuk dapat dijadikan suatu patokan
apakah struktur telah mengalami keruntuhan atau belum. Hal ini dapat dikaitkan
dengan besarnya redaman pada saat struktur statis tak tentu. Setiap terbentuknya
sendi plastis maka akan diikuti dengan berkurangnya jumlah redaman sampai
struktur menjadi statis tak tentu. Jika jumlah sendi plastis melebihi jumlah redaman
maka kondisi ini menyebabkan keruntuhan pada struktur.
Pada kenyataannya kondisi seperti ini jarang terjadi karena ada beberapa hal
saat jumlah sendi plastis yang terjadi tidak melebihi redaman namun dapat
menyebabkan keruntuhan struktur. Hal ini dapat terjadi pada portal bertingkat dua
atau lebih. Keruntuhan suatu struktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Keruntuhan Lokal adalah keruntuhan yang diakibatkan oleh kegagalan pada
elemen struktur yang mengalami sendi plastis. Kegagalan ini terjadi karena
kapasitas penampang dari suatu elemen telah terlampaui. Parameter yang
digunakan untuk mengidentifikasi keruntuhan lokal adalah kelengkungan
dan sudut rotasi plastis.
b. Keruntuhan Global umumnya diasosiasikan dengan simpangan antar tingkat
(interstory drift) pada saat terjadi deformasi in-elastis yang dibatasi pada
nilai tertentu bergantung pada periode struktur. Keruntuhan ini terjadi jika
deformasi lateral suatu struktur telah melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan oleh peraturan yang berlaku.

Park and Paulay (1974), Ada dua tipe mekanisme keruntuhan yang biasa
terjadi pada analisis static sebagai batas analisis, yaitu beam sway mechanism dan
column sway mechanism. Beam sway mechanism yaitu pembentukan sendi plastis
pada ujung-ujung balok, sedangkan column sway mechanism merupakan

15
Universitas Sumatera Utara
pembentukan sendi plastis pada kedua ujung baik atas maupun bawah dari elemen
struktur vertikal. Dalam perencanaannya, mekanisme keruntuhan yang diharapkan
adalah beam sway mechanism, hal ini disebabkan beberapa alasan yaitu :
a. Pada beam sway mechanism, jumlah sendi plastis terbentuk dalam banyak
elemen sehingga energi yang dipancarkan semakin banyak pula.
b. Pada column sway mechanism, sendi plastis hanya akan terbentuk pada
ujungujung kolom pada suatu lantai saja, sehingga pemencaran energi hanya
terjadi pada sejumlah kecil elemen.
c. Daktilitas kurvatur yang harus dipenuhi oleh balok pada umumnya jauh lebih
mudah dipenuhi daripada kolom yang sering kali memiliki daktilitas yang
terbatas akibat besarnya gaya aksial tekan yang bekerja.

Gambar 2.5. Mekanisme sendi plastis (SEAOC Blue Book, 1999)

Mekanisme kerutuhan (plastifikasi) pada struktur beton bertulang dapat


terjadi melalui mekanisme lentur tarik, lentur tekan, geser, tarik diagonal,
kegagalan angkur, kegagalan lekatan tulangan, kegagalan tekan, dan lain-lain.

16
Universitas Sumatera Utara
Diantara berbagai mekanisme tersebut, mekanisme lentur tarik merupakan
mekanisme yang dapat menghasilkan perilaku yang paling daktail. Agar
keruntuhan lentur yang terjadi dapat menghasilkan perilaku histeresis yang stabil
maka bentuk keruntuhan lainnya harus diupayakan tidak muncul dalam perilaku
yang dihasilkan.

Hal ini hanya dapat dicapai dengan merencanakan hierarki keruntuhan


dengan baik. Beberapa hal pada hierarki keruntuhan yang harus diperhatikan
meliputi:
a. Hierarki keruntuhan antar bahan-bahan yang membentuk penampang beton
bertulang. Bahan baja dikenal sebagai bahan yang lebih daktail daripada
bahan beton. Oleh karena itu, keruntuhan penampang haruslah ditentukan
oleh keruntuhan bahan baja tulangan.
b. Hierarki keruntuhan antar mekanisme gaya pada elemen struktur. Mekanisme
lentur dapat menghasilkan keruntuhan yang lebih daktail dibandingkan denga
mekanisme geser. Oleh karena itu, mekanisme ini harus dipilih sebagai
mekanisme penentu keruntuhan pada elemen struktur.
c. Hierarki keruntuhan antar elemen yang membentuk struktur. Keruntuhan
pada balok, pada dasarnya menghasilkan perilaku yang lebih daktail
dibandingkan dengan perilaku keruntuhan pada kolom. Oleh karena itu,
keruntuhan pada kolom sebaiknya dihindari dan di pertemuannya dengan
elemen balok, elemen struktur kolom harus selalu dibuat lebih kuat daripada
elemen struktur balok yang merangka padanya/ Strong Column Weak Beam.
d. Hierarki keruntuhan antar mekanisme batas pada struktur portal. Mekanisme
beam sway dapat menghasilkan perilaku yang lebih baik dibandingkan
dengan perilaku column sway atau soft storey.

Secara global, mekanisme keruntuhan yang paling ideal dan menghasilkan


perilaku histeris yang stabil adalah mekanisme beam sway. Pada mekanisme ini,
sendi plastis terbentuk di ujung-ujung balok dan di dasar kolom bawah. Untuk
menghasilkan perilaku histeresis yang stabil, pembentukan sendi plastis haruslah

17
Universitas Sumatera Utara
didominasi oleh perilaku lentur. Hal ini hanya dapat dicapai melalui penerapan
persyaratan-persyaratan detailing penulangan yang terencana dengan baik.

2.5 Pushover Analysis


Analisis statik beban dorong (Pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik
dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap
sebagai beban statik yang menangkap pada pusat massa masing– masing lantai,
yang nilainya ditingkatkan secara berangsur–angsur sampai melampaui
pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama
didalam struktur bangunan gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih
lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai
target peralihan yang diharapkan atau sampai mencapai kondisi plastik.

Tujuan analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan


deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja yang
kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian–bagian yang memerlukan perhatian
khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya. Cukup banyak studi menunjukkan
bahwa analisa statik pushover dapat memberikan hasil mencukupi ketika
dibandingkan dengan hasil analisa dinamik nonlinier untuk bangunan regular dan
tidak tinggi.

Wiryanto Dewobroto (2006) menyatakan Analisis pushover dapat digunakan


sebagai alat bantu perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan
keterbatasan yang ada, yaitu:
a. Hasil analisis pushover masih berupa suatu pendekatan, karena
bagaimanapun perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik
melalui suatu siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisis
pushover adalah statik monotonik.
b. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat
penting.

18
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk membuat model analisis nonlinier akan lebih rumit dibanding model
analisis linier. Analisis nonlinier harus memperhitungkan karakteristik
inelastik beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-Δ.

(Nivedita N.Raut dan Swati D. Ambadkar, 2013) telah melakukan pushover


analysis bangunan beton bertulang dengan 6 lantai dan menggunakan SAP2000
v11.0 software. Hasilnya formasi sendi plastis di balok lebih banyak daripada di
kolom dan menunjukkan rasional perpindahan nonlinear yang didasarkan analisis
metode untuk penampilan yang lebih objektif yang didasarkan evaluasi seismic
pada bangunan antara beton bertulang dengan distribusi gempa yang tidak
diinginkan pada bangunan.

Yosafat Aji Pranata (2006), Metode analisis statik beban dorong (static
nonlinear/pushover analysis) merupakan suatu metode analisis, yang mana dari
hasil analisis antara lain diperoleh informasi berupa kurva kapasitas. Kurva
kapasitas menyatakan hubungan antara gaya geser dasar terhadap peralihan atap
struktur bangunan gedung. Dari kurva kapasitas kemudian dapat ditentukan
daktilitas peralihan aktual struktur, yang mana bergantung pada penentuan titik
peralihan pada saat leleh pertama terjadi dan titik peralihan ultimit (target peralihan
yang diharapkan).

2.5.1 Kurva Kapasitas


Kurva kapasitas hasil dari analisis statik beban dorong menunjukkan
hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan perpindahan atap akibat
beban lateral yang diberikan pada struktur dengan pola pembebanan tertentu
sampai pada kondisi ultimit atau target peralihan yang diharapkan seperti
Gambar 2.6 dibawah ini :

19
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Kurva Kapasitas (Muhammad Ichsan Ramadani,dkk, 2013)

Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai


kondisi leleh dan selanjutnya berperilaku non-linier. Perubahan perilaku
struktur dari linier menjadi non-linier berupa penurunan kekakuan yang
diindikasikan dengan penurunan kemiringan kurva akibat terbentuknya sendi
plastis pada balok dan kolom. Sendi plastis akibat momen lentur terjadi pada
struktur jika beban yang bekerja melebihi kapasitas momen lentur yang
ditinjau. Semakin banyak sendi plastis yang terjadi berarti kinerja struktur
semakin bagus karena semakin banyak terjadi pemancaran energi melalui
terbentuknya sendi plastis sebelum kapasitas struktur terlampaui (Pranata,
2006).

Kurva kapasitas dipengaruhi oleh pola distribusi gaya lateral yang digunakan
sebagai beban dorong. Pola pembebanan umumnya berupa respon ragam-1
struktur (atau dapat juga berupa beban statik ekivalen) berdasarkan asumsi
bahwa ragam struktur yang dominan adalah ragam-1. Beban dorong statik
lateral diberikan pada pusat massa sampai dicapai target perpindahan. Tujuan
lain analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi, serta untuk memperoleh informasi letak bagian
struktur yang kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang
memerlukan perhatian khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya
(Dewobroto, 2005).

20
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Properti Sendi Plastis
Struktur gedung apabila menerima beban gempa pada tingkatan atau kondisi
tertentu, akan terjadi sendi plastis (hinge) pada balok pada gedung tersebut.
Sendi plastis merupakan bentuk ketidakmampuan elemen struktur balok dan
kolom menahan gaya dalam. Perencanaan suatu bangunan harus sesuai
dengan konsep desain kolom kuat balok lemah. Apabila terjadi suatu
keruntuhan struktur, maka yang runtuh adalah baloknya dahulu. Apabila
kolomnya runtuh dahulu, maka struktur langsung hancur. Adapun
keterangan mengenai karakteristik sendi plastik adalah sebagai berikut.

Gambar 2.7 Properti sendi plastis (Manual SAP2000 versi 14.2.2)

Tabel 2.1 Tingkat kerusakan Struktur


Keterangan Simbol Penjelasan

B Menunjukkan batas linear yang kemudian diikuti


terjadinya pelelehan pertama pada struktur
Terjadi kerusakan yang kecil atau tidak berarti pada
IO struktur, kekakuan struktur hampir sama pada saat
belum terjadi gempa
Terjadi kerusakan mulai dari kecil hingga tingkat
LS sedang, kekakuan struktur berkurang tetapi masih
mempunyai ambang yang cukup besar terhadap
keruntuhan
CP Terjadi kerusakan yang parah pada struktur sehingga
kekuatan dan kekakuannya berkurang banyak
C Batas maksimum gaya geser yang masih mampu
ditahan gedung
Terjadinya degradasi kekuatan struktur yang besar,
D sehingga kondisi struktur tidak stabil dan hampir
collapse
E Struktur tanah tidak mampu menahan gaya geser dan
hancur
Sumber : P.A. Budi FT Unsemar 2011

21
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berbasis Kinerja
Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance based seismic
design) merupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan
bangunan baru maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada,
dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan (life),
kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda (economic loss) yang
mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang.

Performance levels berdasarkan FEMA 273/356 berturut–turut dari respons


yang paling kecil, terdiri atas:
a. Fully Operational (FO), adalah kondisi yang mana bangunan tetap dapat
beroperasi langsung setelah gempa terjadi (operational state). Hal ini
terjadi karena elemen struktur utama tidak mengalami kerusakan sama
sekali dan elemen non-struktur hanya mengalami kerusakan sangat kecil
sehingga tidak menjadi masalah (damage state).
b. Immediatety Occupancy (IO) adalah suatu kondisi yang mana struktur
secara umum masih aman untuk kegiatan operasional segera setelah
gempa terjadi (damage state). Ada kerusakan yang sifatnya minor,
namun perbaikannya tidak mengganggu pemakai bangunan. Oleh karena
itu bangunan pada level ini juga hampir langsung dapat dipakai setelah
kejadian gempa.
c. Life Safety (LS) adalah suatu kondisi yang mana struktur bangunan
mengalami kerusakan sedang (damage skale), sehingga diperlukan
perbaikan, namun bangunan masih stabil dan mampu melindungi
pemakai dengan baik. Bangunan dapat ditempati kembali setelah selesai
perbaikan (operational state).
d. Collapse Prevention (CP) adalah suatu kondisi yang mana struktur
bangunan mengalami kerusakan parah (severe), tetapi masih tetap
berdiri, tidak roboh atau runtuh. Elemen non-skuktur sudah runtuh. Pada
performance level ini bangunan sudah tidak dapat dipakai (operational
state).

22
Universitas Sumatera Utara
2.6 Teori Pengekangan pada Kolom
Konsep kekangan pada kolom persegi dikembangkan secara analitis oleh
Sheikh dan Uzumeri (1982) yang pada studinya menyimpulkan bahwa untuk
penampang persegi, kekangan yang ditimbulkan oleh sengkang bersifat tidak
merata sehingga luasan daerah inti yang terkekang secara efektif pada dasarnya
lebih kecil daripada luas total daerah inti aktual. Dengan demikian terdapat suatu
daerah yang terkekang secara tidak efektif pada daerah inti penampang kolom.
Pengujian oleh banyak peneliti telah menunjukkan bahwa pengekangan dengan
tulangan sengkang dapat meningkat karakteristik tegangan-regangan beton pada
regangan yang tinggi. Richart, Brandtzaeg, dan Brown (Park dan Paulay 1975)
menemukan
𝑓′𝑐𝑐 = 𝑓′𝑐 + 𝑘1 𝑓1 (2.2)
di mana:
𝑓′𝑐𝑐 : kuat tekan aksial beton terkekang
𝑓′𝑐 : kuat tekan aksial maksimum beton tidak terkekang
𝑘1 : tegangan sengkang pengekang
𝑓1 : koefisien kekangan (4,1).

Richart, dkk. (1928) mengusulkan nilai k1 sebesar 4,1 untuk beton mutu
normal. Nilai k1 untuk beton mutu tinggi biasanya berkisar antara 4 - 4,5 (Imran
dan Cornelis, 1999).

2.6.1 Efek Pengekangan (Confinement) dari Penulangan Sengkang


Efek dari pengekangan adalah untuk meningkatkan kekuatan dan tegangan
ultimit pada beton. Dengan adanya kolom dengan pengekangan yang
diakibatkan karena tulangan sengkang sangat berpengaruh sekali terhadap
ketahanan struktur yang direncanakan, sehingga kolom tersebut memiliki
kekuatan yang lebih besar dan pada penampang kolom lebih dapat menerima
gaya aksial yang lebih besar.
Pada umumnya, pengekangan dapat menggunakan sengkang biasa ataupun
tulangan berbentuk spiral. Pengekangan kolom dengan tulangan berbentuk
spiral sangat rapat (kolom spiral) memiliki perilaku yang lebih daktail

23
Universitas Sumatera Utara
daripada pengekangan kolom dengan sengkang biasa ataupun pengekangan
kolom dengan spiral kurang rapat (Winter dan Nilson, 1993).

Kolom spiral akan dapat bertahan lebih lama (daktail) sebelum mengalami
keruntuhan dibandingkan dengan kolom yang diberi pengekangan dengan
sengkang biasa ataupun dengan spiral kurang rapat (kurang daktail).
Meskipun demikian, pengekangan dengan sengkang biasa menghasilkan
kenaikan signifikan dalam daktilitas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perbedaan daktilitas bisa sangat mempengaruhi kekuatan kolom. Retak yang
timbul pada kolom akibat lelehnya tulangan akan mengakibatkan beton
mengalami sedikit tarik (Park dan Paulay, 1975), sehingga suatu saat beton
tidak mampu lagi bertahan dan terjadilah keruntuhan.
Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya evaluasi terhadap daktilitas
kurvatur kolom dengan memperhitungkan kontribusi pengekangan.
Distribusi tegangan kekangan yang timbul pada kolom yang diberi sengkang
persegi dan sengkang spiral dapat dimodelkan seperti pada Gambar 2.8 dan
Gambar 2.9

Gambar 2.8 Efektivitas pengekangan sengkang persegi dan


sengkang spiral (Arry Kurniansyah, dkk, 2013)

24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 (a) Tulangan sengkang dengan tulangan pengikat yang menyilang;
(b) Tulangan sengkang dengan tambahan jumlah tulangan pengikat menyilang
untuk meningkatkan efektivitas pengekangan pada kolom; (c) Pengekangan
dengan tulangan sengkang dan tulangan longitudinal. (Jack Moehle, 2015)

2.6.2 Beton Terkekang dengan Tulangan Sengkang Segiempat


Untuk penampang segiempat (Gambar 2.10), perbandingan dari volume
sengkang terhadap volume inti beton terkekang dapat didefinisikan sebagai
berikut:

2 (𝐴𝑠ℎ𝑥 + 𝐴𝑠ℎ𝑦 )
𝜌𝑠 = (2.3)
𝑠 (𝑏𝑥 + 𝑏𝑦 )

Dimana:
a) 𝜌𝑠 : perbandingan volume sengkang terhadap volume inti beton
terkekang
b) Ashx : luas tulangan sengkang pada potongan yang tegak lurus
terhadap sumbu x
c) Ashy : luas tulangan sengkang pada potongan yang tegak lurus
terhadap sumbu y
d) bx : lebar dari pusat beton sejajar terhadap sumbu x
e) by : lebar dari pusat beton sejajar terhadap sumbu y
f) s : jarak antar tulangan sengkang.

25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Perbandingan volume sengkang terhadap volume
inti beton terkekang (Arry Kurniansyah, dkk, 2013)

Penentuan tegangan lateral akibat kekangan pada penampang persegi dan bujur
sangkar tidak sama dengan penentuan tegangan lateral pada penampang bulat,
yang biasa dapat dihitung melalui hoop tension. Beberapa peneliti
menggunakan pendekatan tegangan lateral ekuivalen dengan konsep tegangan
kekangan pasif yang sangat bergantung pada tahanan (restraining force)
tulangan sengkang (Mander, dkk, 1988). Restraining force tersebut nilainya
tinggi pada sudut sengkang yang berfungsi sebagai daerah tumpuan dan
menurun pada lokasi yang menjauh pada sudut sengkang (tumpuan) sesuai
dengan kekakuan lentur sengkang dan spasi antartumpuan serta luasan
penampang dan kekuatan sengkang. Jadi, penurunan nilai restraining force ini
sebanding dengan jaraknya terhadap titik-titik tumpuan sengkang.
Berdasarkan konsep restraining force tersebut, distribusi tegangan kekangan
yang timbul pada kolom yang diberi sengkang persegi dapat dimodelkan
sebagai tegangan yang tidak merata dengan distribusi tegangan merupakan
fungsi dari konfigurasi tulangan sengkang, seperti diilustrasikan Gambar 2.11.
Pada arah longitudinal kolom, ditribusi tegangan kekangan pun diasumsikan
berperilaku sama sedemikian hingga pada tulangan sengkang. Gaya yang
timbul lebih besar daripada gaya kekangan yang timbul pada daerah yang
letaknya jauh dari tulangan sengkang seperti terlihat pada Gambar 2.12.
Sheikh dan Uzumeri (1982) mengasumsikan adanya daerah arching action
yang tidak terkekang berbentuk parabola dengan sudut kemiringan awal

26
Universitas Sumatera Utara
sebesar 45° yang terjadi secara vertikal antara sengkang dan secara horizontal
antara tulangan longitudinal seperti pada Gambar 2.13 Mander, dkk (1988)
mengakomodasi adanya daerah tidak terkekang pada inti kolom tersebut
dengan menghitung koefesien kekangan efektif (Ke), yang merepresentasikan
rasio perbandingan luas efektif daerah terkekang pada inti (Ae) dengan luas
bersih penampang inti (Acc). Faktor kekangan efektif tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
Ke = Ae / Acc (2.4)

Gambar 2.11 Bentuk distribusi tegangan kekangan pada sengkang persegi


(Arry Kurniansyah, dkk, 2013)

Gambar 2.12 Distribusi tegangan kekangan dalam arah lateral dan


longitudinal (Arry Kurniansyah, dkk, 2013)

27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 Arching action pada beton terkekang (After Paultre and Légeron,
2008, used with permission from ASCE.)

Pada level sengkang, luas daerah terkekang efektif adalah luas inti kolom
dikurangi dengan luas daerah arching action berbentuk parabola. Untuk satu
2
parabola, luasanya ditentukan sebesar 𝑊𝑖′ / 6 di mana Wi′ adalah jarak bersih
antara tulangan longitudinal. Luas total daerah terkekang tidak efektif pada
level sengkang (Ai) dapat dinyatakan sebagai berikut

𝒏 2
𝑊𝑖′
𝑨𝒊 = ∑ (2.5)
6
𝒊=𝟏

di mana n adalah jumlah tulangan longitudinal sudut atau yang diberi kait.
Dengan memperhitungkan luas daerah arching action dalam arah longitudinal,
luas daerah terkekang efektif pada level antar sengkang (Ae) dapat ditulis
sebagai berikut (Mander, dkk, 1988)

𝒏 2
𝑊𝑖′ 𝒔′ 𝒔′
𝑨𝒆 = (𝒄𝒙 𝒄𝒚 − ∑ ) (𝟏 − ) (𝟏 − ) (2.6)
𝟔 𝟐𝒄𝒙 𝟐𝒄𝒚
𝒊=𝟏

28
Universitas Sumatera Utara
Sehingga faktor kekangan efektif (Ke) dirumuskan sebagai berikut:
𝐴𝑒
𝐾𝑒 =
𝐴𝑐𝑐
2
𝑊′ 𝒔′ 𝒔′
(𝟏 − ∑𝒏𝒊=𝟏 𝟔𝒄 𝑖 𝒄 ) (𝟏 − 𝟐𝒄 ) (𝟏 − 𝟐𝒄 ) (2.7)
𝒙 𝒚 𝒙 𝒚
=
1 − 𝜌𝑐

di mana
2
𝑊𝑖′ : jumlah jarak bersih antara tulangan longitudinal
s′ : jarak bersih antar tulangan sengkang
𝜌𝑐 : perbandingan tulangan longitudinal terhadap luas area terkekang.

Perhitungan tegangan lateral pada tulangan sengkang segiempat dapat dilihat


pada persamaan berikut
𝑓𝑦 𝐴𝑠ℎ𝑥 + 𝐴𝑠ℎ𝑦
𝑓𝑙 = ( ) (2.8)
𝑠 𝑐𝑥 𝑐𝑦
di mana
fl : tegangan lateral
fy : tegangan leleh tulangan sengkang
cx : lebar dari inti beton pada potongan yang tegak lurus terhadap sumbu x
cy : lebar dari inti beton pada potongan yang tegak lurus terhadap sumbu y

Apabila daerah tidak terkekang pada inti kolom tidak diperhitungkan maka
perhitungan tegangan fl akan menghasilkan nilai yang berlebihan maka
digunakan konsep tegangan kekangan merata yang dihitung dengan
mengalikan nilai fl dengan suatu faktor reduksi (Ke), yaitu:
𝐾𝑒 𝑓𝑦 𝐴𝑠ℎ𝑥 + 𝐴𝑠ℎ𝑦
𝑓𝑙𝑒 = 𝐾𝑒 𝑓𝑙 = ( ) (2.9)
𝑠 𝑐𝑥 𝑐𝑦
Untuk bagian persegi cx = cy = c dan Ashx = Ashy = Ash Persamaan (2.9)
berubah menjadi
𝐾𝑒 𝑓𝑦 𝐴𝑠ℎ (2.10)
𝑓𝑙𝑒 = 𝐾𝑒 𝑓𝑙 =
𝑠𝑐

29
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Cusson dan Paultre (1994), dan
Nagashima, dkk. (1992) ditemukan persamaan
𝑓′𝑐𝑐 ⁄𝑓′𝑐 = 1,0 + 2,1 (𝑓𝑙𝑒 ⁄𝑓′𝑐 )0,7 (2.11)
di mana 𝑓′𝑐𝑐 merupakan kuat tekan aksial beton terkekang dan
𝑓′𝑐 merupakan kuat tekan aksial maksimum beton tidak terkekang. Persamaan
(2.11) serupa dengan yang diusulkan oleh Richart, dkk. (1928), tetapi dengan
penambahan nilai koefisien antara penambahan kekuatan pada beton terkekang
yaitu 𝑓′𝑐𝑐 ⁄𝑓′𝑐 dan indeks pengekangan efektif yaitu 𝑓𝑙𝑒 ⁄𝑓′𝑐 .
Cusson dan Paultre (1994) juga membagi tiga bagian berdasarkan indeks
pengekangan efektif, yaitu:
a. Pengekangan rendah: 0% < 𝑓𝑙𝑒 ⁄𝑓′𝑐 < 5%.
b. Pengekangan sedang: 5% < 𝑓𝑙𝑒 ⁄𝑓′𝑐 < 20%
c. Pengekangan tinggi : 𝑓𝑙𝑒 ⁄𝑓′𝑐 > 20%
Hubungan tekanan tegangan-regangan dari beton terkekang berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan di laboratorium oleh Mander (1988), seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.14

Gambar 2.14 Kurva tegangan-regangan beton terkekang


(After Mander et al., 1988a.)

30
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK

3.1.1 Persyaratan Detailing Komponen Struktur Lentur SRPMK


Persyaratan Geometri
Komponen struktur lentur didefinisikan sebagai komponen struktur dimana
gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada penampangnya tidak melebihi
0,1Agf’c, dengan Ag adalah luas penampang komponen struktur. Secara
geometri, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi umtuk komponen
lentur, yaitu:
a. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya (lentur).
Beberapa hasil eksperimen membuktikan bahwa akibat pembebanan
siklik dalam rentang inelastik, perilaku komponen struktur menerus
dengan rasio panjang-tinggi kurang dari empat ternyata memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan perilaku komponen
struktur yang relatif lebih langsing.
b. Perbandingan lebar terhadap tinggi komponen struktur tidak boleh
kurang dari 0,3. Persyaratan ini terkait dengan stabilitas penampang
komponen struktur, khususnya pada saat penampang mengalami
deformasi inelastik yang cukup signifikan.
c. Lebar penampang haruslah:
1) ≥ 250 mm
2) ≤ lebar kolom ditambah jarak pada tiap sisi kolom yang tidak
melebihi ¾ komponen struktur lentur. Persyaratan ini terkait dengan
transfer momen akibat gempa dari elemen struktur balok ke kolom.

31
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan Tulangan lentur
Ada beberapa persyaratan tulangan lentur yang perlu diperhatikan pada
perencanaan komponen lentur SRPMK, diantaranya adalah:
a. Masing-masing luas tulangan atas dan bawah harus lebih besar dari luas
tulangan minimum yang dipersyaratkan, yaitu (0,25bwd√f’c)/fy atau
(1,4bwd)/fy. Rasio tulangan lentur maksimum (ρmaks) juga dibatasi
sebesar 0,025. Selain itu, pada penampang harus terpasang secara
menerus minimum dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan
bawah.
b. Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar atau sama
dengan setengah kuat lentur negatifnya. Kuat lentur negatif dan positif
pada setiap penampang di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari ¼
kuat lentur terbesar pada bentang tersebut.
c. Sambungan lewatan untuk penyambungan tulangan lentur harus diberi
tulangan spiral atau sengkang tertutup disepanjang sambungan tersebut.
Pemasangan tulangan spiral atau sengkang tertutup ini penting untuk
mengekang beton di daerah sambungan dan mengantisipasi
terkelupasnya selimut beton pada saat penampang mengalami deformasi
inelastik yang signifikan.
d. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan pada:
1) Daerah hubungan balok-kolom,
2) Daerah hingga jarak dua kali tinggi balok h dari muka kolom, dan
3) Lokasi-lokasi yang berdasarkan hasil analisis, memperlihatkan
kemungkinan terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral
inelastik struktur portal bangunan.

Batasan-batasan ini perlu diperhatikan dalam perencanaan komponen


struktur SRPMK, karena sambungan lewatan tidak dapat diandalkan bila
menerima beban siklik yang dapat memaksa penampang berdeformasi dalam
rentang inelastiknya.

32
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan Tulangan Transversal
Tulangan transversal pada komponen lentur dibutuhkan terutama untuk
menahan geser, mengekang daerah inti penampang beton dan menyediakan
tahanan lateral bagi tulangan lentur dimana tegangan leleh dapat terbentuk.
Karena pengelupasan (spalling) selimut beton dapat terjadi pada saat gempa
kuat, terutama di daerah sendi plastis dan di daerah sekitarnya, maka semua
tulangan transversal pada elemen SRPMK harus berbentuk sengkang
tertutup. Beberapa persyaratan harus dipenuhi untuk pemasangan tulangan
sengkang tertutup, diantaranya:
a. Sengkang tertutup harus dipasang:
1) Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan.
2) Di sepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua sisi dari suatu
penampang yang berpotensi membentuk sendi plastis.
b. Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari
muka tumpuan. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi:
1) d/4, dengan d adalah tinggi efektif penampang komponen lentur
2) 8 kali diameter terkecil tulangan lentur
3) 24 kali diameter batang tulangan sengkang tertutup, dan
4) 300 mm

3.1.2 Persyaratan Detailling Komponen Struktur SRPMK yang Menerima


Kombinasi Lentur dan Beban Aksial
Persyaratan Geometri
Komponen struktur yang dibahas dalam pasal ini adalah komponen struktur
kolom, yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial. Besarnya beban
aksial terfaktor yang bekerja pada komponen struktur kolom dibatasi tidak
kurang dari 0,1 Agf’c. Beberapa persyaratan geometri juga harus dipenuhi
oleh komponen struktur kolom SRPMK, diantaranya:
a. Ukuran penampang terkecil tidak kurang dari 300 mm.
b. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam
arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.

33
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan Lentur
Seperti diuraikan sebelumnya, kuat lentur kolom harus memenuhi ketentuan
Strong Column Weak Beam. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
leleh pada kolom-kolom yang pada dasarnya didesain sebagai komponen
pemikul beban lateral. Bila komponen kolom ini direncanakan tidak lebih
kuat daripada balok-balok yang merangka pada suatu hubungan balok dan
kolom yang sama, sangat mungkin terjadi perilaku inelastik dan bahkan
plastifikasi di ujung-ujung kolom. Hal ini tidak diinginkan karena kolom
tidak memiliki kemampuan disipasi energi sebaik balok. Besarnya beban
aksial yang bekerja pada kolom menyebabkan lebih rendahnya tingkat
daktilitas kolom dibandingkan dengan daktilitas balok.
Bila ada desain kolom yang tidak memenuhi strong column-weak beam,
maka kuat lateral dan kekakuan kolom tersebut harus diabaikan dalam
perhitungan kekuatan dan kekakuan struktur.
Untuk perhitungan Mn pada konstruksi balok-T yang merangka pada
hubungan balok-kolom, lebar efektif pelat dapat diambil sesuai SNI 2847-
2013 Pasal 8.12. Berdasarkan SNI beton, lebar efektif pelat pada konstruksi
balok-T tidak boleh melebihi seperempat bentang balok. Selain itu, lebar
efektif dari masing-masing sisi badan balok T tidak boleh melebihi:
a. Delapan (8) kali tebal pelat
b. Setengah (1/2) jarak bersih antara balok-balok yanhg bersebelahan

Untuk balok tepi, lebar efektif sayap dari sisi badan tidak boleh lebih dari:
a. Seperduabelas (1/12) dari bentang balok
b. Enam (6) kali tebal pelat, dan
c. Setengah (1/2) jarak bersih antara balok-balok yang bersebelahan.

Persyaratan Tulangan Lentur


Berdasarkan SNI 2847:2013, tulangan lentur kolom harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut:

34
Universitas Sumatera Utara
a. Rasio penulangan dibatasi minimum tidak boleh kurang dari 0,01 dan
maksimum tidak boleh lebih dari 0,06
Batas bawah rasio tulangan lentur kolom terutama berguna untuk
mengantisipasi pengaruh deformasi jangka panjang dan agar kuat lentur
rencana penampang kolom lebih besar daripada kuat lentur retaknya.
Batas atas rasio tulangan lentur ditetapkan untuk menjaga agar tidak
terjadi kerapatan tulangan yang berlebihan pada penampang, khususnya
di daerah sambungan lewatan.
b. Sambungan mekanis tipe 1 untuk penyambungan tulangan lentur (dengan
kekuatan 125% kuat leleh batang tulangan yang disambung) tidak boleh
ditempatkan di lokasi yang berpotensi membentuk sendi plastis, kecuali
sambungan mekanis tipe 2 (yaitu sambungan mekanis dengan kekuatan
yang lebih kuat dari kuat tarik batang tulangan yang disambung).
c. Sambungan las untuk penyambungan tulangan lentur (dengan kekuatan
125% kuat leleh batang tulangan yang disambung) tidak boleh
ditempatkan di lokasi yang berpotensi membentuk sendi plastis.
d. Sambungan lewatan hanya diizinkan si lokasi setengah panjang elemen
struktur yang berada ditengah, direncanakan sebagai sambungan lewatan
tarik, dan harus diikat dengan tulangan spiral atau sengkang tertutup yang
direncanakan sesuai ketentuan tulangan transversal

Persyaratan Tulangan Transversal


Tulangan transversal pada kolom utama berfungsi untuk mengekang daerah
inti kolom. Tulangan transversal pada kolom dapat berupa tulangan spiral
atau tulangan sengkang tertutup. Pada saat kolom menerima gaya aksial
tekan, inti kolom cenderung mengembang karena adanya pengaruh rasio
poisson dan sifat dilatasi material beton. Pengembangan ini menyebabkan
tulangan sengkang tertutup atau spiral yang melingkupi inti beton menjadi
tertarik dan menimbulkan efek tegangan lateral terhadap inti beton. Dalam
kondisi terkekang, beton memiliki kuat tekan aksial yang lebih tinggi dan
perilaku yang lebih daktail.

35
Universitas Sumatera Utara
SNI Beton mensyaratkan bahwa jumlah tulangan spiral atau sengkang
tertutup yang dipasang di daerah-daerah tertentu kolom yang berpotensi
membentuk sendi plastis harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Rasio volumetric tulangan spiral atau sengkang cincin, ρs tidak boleh
kurang dari:
𝑓′𝑐
𝜌𝑠 = 0,12 (3.1)
𝑓𝑦𝑡

𝐴𝑔 𝑓′𝑐
𝜌𝑠 ∗ = 0,45 ( 𝐴 − 1) 𝑓𝑦𝑡
(3.2)
𝑠

b. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang dari
persamaan-persamaan dibawah ini:
1) Untuk potongan penampang yang arah normalnya searah sumbu x:
𝑓 ′𝑐 𝐴𝑔
𝐴𝑠ℎ𝑥 ∗ = 0,3 (𝑠𝑏𝑐𝑥 )( − 1) (3.3)
𝑓𝑦𝑡 𝐴𝑐ℎ
dan
𝑓 ′𝑐
𝐴𝑠ℎ𝑥 = 0,09 (𝑠𝑏𝑐𝑥 ) (3.4)
𝑓𝑦𝑡

2) Untuk potongan penampang yang arah normalnya searah sumbu y:


𝑓 ′𝑐 𝐴𝑔
𝐴𝑠ℎ𝑦 ∗ = 0,3 (𝑠𝑏𝑐𝑦 )( − 1) (3.5)
𝑓𝑦𝑡 𝐴𝑐ℎ
dan
𝑓 ′𝑐
𝐴𝑠ℎ𝑦 = 0,09 (𝑠𝑏𝑐𝑦 ) (3.6)
𝑓𝑦𝑡

dengan:
a) Ashx = luas penampang total tulangan transversal dalam rentang
spasi s dan tegak lurus terhadap dimensi bcx
b) Ashy = luas penampang total tulangan transversal dalam rentang
spasi s dan tegak lurus terhadap dimensi bcy
c) s = spasi tulangan transversal

36
Universitas Sumatera Utara
d) bcx = dimensi penampang inti kolom yang arah normalnya
sejajar sumbu x, diukur dari sumbu ke sumbu tulangan
transversal terluar
e) bcy = dimensi penampang inti kolom yang arah normalnya
sejajar sumbu y, diukur dari sumbu ke sumbu tulangan
transversal terluar
f) Ag = luas bruto penampang kolom
g) Ach = luas penampang inti kolom dari sisi luar ke sisi luar
tulangan sengkang tertutup
h) Ac = luas penampang inti kolom dari sisi luar ke sisi luar
tulangan spiral
i) Fyt = kuat leleh tulangan transversal (maksimum 700 MPa)

Pers (3.2), (3.3), dan (3.5) yang diberi tanda asterisk diturunkan dengan
prinsip bahwa luas tulangan sengkang tertutup atau spiral yang terpasang
harus mampu meningkatkan kuat tekan inti kolom sedemikian hingga
peningkatan tersebut dapat mengkompensasi berkurangnya daya dukung
kolom dengan lepasnya selimut beton. Secara matematis, hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Kuat tekan sumbangan selimut beton = kuat tekan tambahan inti beton
(hilang karena selimut beton lepas) (pengaruh adanya kekangan)

0,85 f’c (Ag - Ac) = 4,1 f’l (Ac - As) (3.7)

Hal ini berarti bahwa lepasnya selimut beton pada kolom tidak boleh
mengurangi kemampuan kolom dalam menahan beban aksial tekan.
Pers (3.2), (3.3), dan (3.5) diatas tidak perlu diperhatikan bila bagian inti
penampang kolom (tanpa selimut beton) telah dirancanakan terhadap
kombinasi beban gempa dan mampu menahan gaya dalam yang terjadi.
Sehingga walaupun luasan tulangan sengkang atau spiral yang terpasang
lebih kecil daripada luasan tulangan minimum yang disyaratkan oleh
persamaan-persamaan tersebut, struktur kolom tetap mampu menahan gaya
dalam yang terjadi pada saat selimut beton lepas.

37
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dalam hal ini kebutuhan tulangan sengkang tertutup dan spiral pada
kolom hanya perlu direncanakan terhadap persamaan-persamaan lainnya,
yaitu pers (3.1), (3.4), dan (3.6).
Rasio volume tulangan spiral, ρs pada pers (3.1) dan (3.2) dapat dihitung
sebagai berikut.
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑝 𝜋𝐷𝑐 4 𝐴𝑠𝑝
𝜌𝑠 = = = (3.8)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑟𝑒 1 2 𝐷𝐶 𝑠
4 𝜋 𝐷𝐶 𝑠

Berdasarkan SNI Beton, spasi tulangan transversal yang dipasang di


sepanjang daerah yang berpotensi membentuk sendi plastis (yaitu di ujung-
ujung kolom) tidak boleh lebih dari:
a. Seperempat dimensi terkecil komponen struktur,
b. Enam kali diameter tulangan longitudinal, dan
350− ℎ𝑥
c. 𝑆𝑥 = 100 + (3.9)
3

Nilai Sx pada persamaan di atas dibatasi maksimum 150 mm dan tidak perlu
lebih kecil dari 100 mm.
Daerah-daerah pada kolom yang berpotensi membentuk sendi plastis, yang
harus dipasangi tulangan transversal dengan luasan dan spasi sesuai
ketentuan sebagai berikut:
a. Sepanjang lo dari setiap muka hubungan balok-kolom
b. Sepanjang lo pada kedua sisi dari setiap penampang yang berpotensi
membentuk leleh lentur (sendi plastis) akibat deformasi lateral inelastic
pada struktur rangka.
c. Sepanjang daerah sambungan lewatan tulangan longitudinal kolom
d. Ke dalam kepala pondasi sejauh minimum 300 mm
Panjang lo dalam hal ini ditentukan tidak kurang dari:
a. Tinggi penampang struktur kolom pada muka hubungan balok-
kolom atau pada segmen yang berpotensi membentuk leleh lentur,
b. Seperenam (1/6) bentang bersih struktur kolom, dan
c. 450 mm

38
Universitas Sumatera Utara
Bila gaya-gaya aksial terfaktor pada kolom akibat beban gempa
melampui Agf’c/10 dan gaya aksial tersebut berasal dari komponen
struktur lainnya yang sangat kaku yang didukungnya, misalnya dinding
maka kolom tersebut harus diberi tulangan transversal sesuai
ketentuan di atas pada seluruh tinggi kolom. Daerah pemasangan
tulangan transversal tersebut harus diperpanjang untuk suatu jarak
sebesar panjang penyaluran tulangan longitudinal terbesar ke dalam
komponen struktur yang sangat kaku tersebut.
Di luar daerah lo, tulangan spiral atau sengkang tertutup harus dipasang
dengan spasi sumbu ke sumbu tidak lebih dari nilai terkecil dari 6 kali
diameter tulangan longitudinal kolom atau 150 mm.

3.1.3 Persyaratan Detailing Hubungan Balok-Kolom (Join) SRPMK


Hubungan balok-kolom (join) merupakan elemen struktur yang paling
penting dalam suatu sistem struktur rangka pemikul momen. Akibat gaya
lateral yang bekerja pada struktur, momen lentur ujung pada balok-balok
yang merangka pada join yang sama akan memutar join pada arah yang sama.
Hali ini akan menimbulkan gaya geser yang besar pada hubungan balok-
kolom. Ada beberapa tipe hubungan balok-kolom yang dapat dijumpai pada
suatu sistem struktur rangka pemikul momen (ACI-ASCE 352, 2002) dan
tipenya tergantung pada lokasi tempat join tersebut berada.

Persyaratan Geometri
Pada perencanaan hubungan balok-kolom, gaya pada tulangan lentur di
muka hubungan balok-kolom dapat ditentukan berdasarkan tegangan 1,25fy.
Faktor reduksi untuk perencanaan join dapat diambil sebesar 0,8. Beberapa
persyaratan geometri harus dipenuhi untuk join SRPMK diantaranya:
a. Untuk beton normal, dimensi kolom pada hubungan balok-kolom dalam
arah paralel tulangan longitudinal balok minimal harus 20 kali diameter
tulangan longitudinal terbesar pada balok.
b. Untuk beton ringan, dimensi minimumnya adalah 26 kali diameter.

39
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan Tulangan Transversal
Tulangan transversal seperti sengkang tertutup yang dipasang pada daerah
sendi plastis kolom harus dipasang juga di daerah hubungan balok-kolom
(HBK), kecuali bila hubungan tersebut dikekang oleh komponen-komponen
struktur balok yang merangka padanya. Bila ada balok-balok dengan lebar
setidak-tidaknya tiga per empat (3/4) lebar kolom merangka pada keempat
sisi HBK maka tulangan transversal yang harus dipasang di daerah join
hanyalah setengah (1/2) dari yang dipasang di daerah sendi plastis kolom.
Tulangan transversal ini harus dipasang mulai dari sisi terbawah balok yang
merangka ke hubungan tersebut. Spasi tulangan transversal pada kondisi ini
dapat diperbesar menjadi 150 mm.
Pada HBK dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan
transversal seperti pada daerah sendi plastis kolom harus dipasang juga pada
hubungan tersebut untuk memberikan kekangan terhadap tulangan
longitudinal balok yang berada di luar daerah inti kolom.
Gaya geser horizontal pada daerah HBK dapat dihitung dengan
mengasumsikan bahwa elemen lentur yang merangka pada HBK tersebut
telah mencapai kapasitasnya, dengan menetapkan gaya tarik tulangan lentur
balok sebesar As (1,25fy).

(a) Interior (b) Eksterior (c) Ujung

Gambar 3.1 Jenis Hubungan Balok dan Kolom (Sushree Sunayana, 2014)

Berdasarkan SNI Beton, persamaan kuat geser HBK dapat dihitung sebagai
berikut:
Vjn = c (√f’c) Aj (3.10)

40
Universitas Sumatera Utara
Dengan nilai c dibatasi sama dengan 1,7 untuk hubungan balok-kolom yang
terkekang pada keemat sisinya, 1,25 untuk hubungan yang terkekang pada
ketiga sisinya atau dua sisi yang berlawanan, dan 1,0 untuk hubungan
lainnya. Suatu balok yang merangka pada suatu hubungan balok-kolom
dianggap memberikan kekangan bila setidak-tidaknya tiga per empat (3/4)
bidang muka HBK tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut.
HBK dapat dianggap terkekang penuh bila ada 4 balok yang merangka pada
masing-masing keempat sisi HBK tersebut.
Luas efektif join (Aj) pada pers (3.10) dapat dihitung sebagai hasil perkalian
antara lebar efektif join dan tinggi h.

Pengangkuran tulangan lentur balok di daerah join dapat dilakukan dengan


tulangan berkait atau tanpa kait, tergantung pada ketersediaan space di
daerah join. Bila digunakan tulangan berkait maka panjang penyalurannya
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk tulangan diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran ldh
untuk tulangan tarik dengan kait standar 90° dalam beton normal tidak
boleh diambil lebih kecil dari 8 db, 150 mm, dan nilai yang ditentukan
oleh pers 2.2 berikut ini
𝑓𝑦 𝑑𝑏
ldh = (3.11)
5,4 √𝑓′𝑐

b. Bila digunakan tulangan tanpa kait, untuk diameter 10 hingga 36 mm,


panjang penyaluran tulangan tarik tidak boleh diambil lebih kecil dari:
1) Dua setengah (2,5) kali panjang penyaluran dengan kait bila
ketebalan pengecoran beton dibawah tulangan tersebut kurang dari
300 mm, dan
2) Tiga setengah (3,5) kali panjang penyaluran dengan kait bila
ketebalan pegecoran beton dibawah tulangan tsb melebihi 300 mm.

41
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Luas Efektif Hubungan Balok dan Kolom (SNI 2847-2013)

3.1.4 Perencanaan Diafragma


Pelat diafragma pada struktur bangunan berfungsi sebagai pengikat elemen-
elemen vertikal penahan beban lateral. Pelat diafragma juga berfungsi
sebagai elemen pentransfer gaya lateral akibat gempa ke elemen-elemen
vertikal yang diikatnya. Seperti diketahui, sebagian massa bangunan
(termasuk beban hidup) berada diatas pelat lantai. Pada saat terjadi gempa,
bangunan akan mengalami percepatan yang menyebabkan timbulnya gaya
inersia pada pelat lantai tersebut.

Akhir-akhir ini, pelat bercetak yang diberi topping cor ditempat sering
digunakan sebagai sistem struktur untuk pelat lantai. Berdasarkan SNI 03-
2847-2013, pelat penutup komposit cor setempat di atas lantai atau atap
pracetak dapat berfungsi sebagai diafragma structural selama penutup cor
setempat memiliki tebal tidak kurang dari 50 mm, diberi tulangan, dan
sambungan-sambungannya didetailkan untuk dapat menyalurkan gaya–gaya
kepada batang-batag tepi, komponen-komponen kolektor, dan sistem
pemikul beban lateral. Selain itu, pnutup tak komposit yang dicor setempat
diatas lantai atau atap pracetak juga dapat difungsikan sebagai diafragma

42
Universitas Sumatera Utara
struktural selama penutup tersebut memiliki tebal tidak kurang dari 65 mm
dan secara individual direncanakan terhadap gaya-gaya yang bekerja.

Penulangan pada pelat diafragma harus direncanakan dengan


memeperlihatkan persyaratan-persyaratan berikut:
a. Rasio tulangan minimum diafragma dapat diambil sesuai persyaratan
untuk tulangan minimum pelat.
b. Spasi tulangan dalam masing-masing arah tidak boleh melebihi 500 mm.
bila wiremesh digunakan maka spasi pusat ke pusat tulangan yang searah
dengan bentang komponen pracetak tidak boleh kurang dari 250 mm.
c. Kabel prategang dengan lekatan dapat digunakan, namun harus
direncanakan dengan membatasi tegangan akibat gaya-gaya gempa tidak
melebihi 400 MPa
d. Kabel prategang tanpa lekatan boleh digunakan untuk memikul gaya-
gaya pada diafragma selama ada penyaluran gaya yang sempurna antara
kabel prategang dan beton.
e. Komponen-komponen diafragma dengan tegangan tekan melebihi 0,2f’c
harus diberi tulangan transversal sesuai persyaratan untuk daerah sendi
plastis kolom disepanjang bentangnya. Tulangan tersebut dapat
dihentikan pada tempat di mana tegangan tekannya kurang dari 0,15f’c.
f. Semua tulangan menerus pada diafragma, rangka batang, penyokong,
pengikat, batang tepi, dan komponen kolektor, harus diangkur atau
disambung lewat sesuai ketentuan untuk tulangan tarik.

43
Universitas Sumatera Utara
3.2 Prosesdur Pushover Analysis

Tahapan utama dalam analisa pushover adalah :


a. Perilaku leleh dan pasca leleh pada elemen struktur dimodelkan dalam hinges
properties yang merupakan kondisi dimana struktur mengalami leleh
pertama, sehingga dimensi dan mutu beton serta tulangan mempengaruhi.
Hinges properties untuk elemen balok adalah momen M3, yang berarti sendi
plastis terjadi hanya karena momen searah sumbu lokal 3.

Gambar 3.3 Posisi Sumbu Lokal Balok (Manual SAP2000 versi 14.2.2)
Hinge properties untuk elemen kolom adalah P-M2-M3 yang artinya sendi
plastis terjadi karena interaksi gaya aksial (P) dan momen (M) sumbu lokal
2 dan sumbu lokal 3.

Gambar 3.4 Posisi Sumbu Lokal Kolom (Manual SAP2000 versi 14.2.2)

b. Letak sendi plastis pada analisa Pushover dengan SAP2000 hanya dapat
dinyatakan sebagai panjang relatif 0 dan 1, yang berarti sendi plastis
terletak pada joint-joint pertemuan balok dan kolom. Dengan kata lain,
sendi plastis hanya bisa diletakkan pada start joint, end joint, ataupun pada
kedua joint tersebut dari elemen balok atau kolom.

44
Universitas Sumatera Utara
c. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur.
Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar
digunakan untuk menyusun kurva pushover.
d. Analisis Pushover dilakukan setelah struktur dibebani oleh beban gravitasi
yang direncanakan dengan pengaruh kombinasi beban mati dan tidak
kurang dari 25% dari beban hidup yang disyaratkan. Jadi setelah struktur
dibebani oleh beban gravitasi, beban statik lateral diberikan secara
berangsur-angsur untuk mencapai target displacement tertentu.
Ada 2 macam bentuk load application control untuk analisa statis nonlinear
yaitu a load-controlled dan displacement-controlled.
1) Load-controlled dipakai apabila kita tahu pembesaran beban yang
akan diberikan kepada struktur yang diperkirakan dapat menahan
beban tersebut, contohnya adalah beban gravitasi. Pada load-
controlled semua beban akan ditambahakan dari nol hingga
pembesaran yang diinginkan.
2) Displacement-controlled dipakai apabila kita mengetahui sejauh mana
struktur kita bergerak tetapi kita tidak tahu beban yang harus
dimasukkan. Ini sangat berguna untuk mengetahui perilaku struktur
tidak stabil dan mungkin kehilangan kapasitas pembawa beban selama
analisa dilakukan.
e. Membuat kurva pushover yang menggambarkan hubungan antara gaya
geser dasar (base shear) dan perpindahan (displacement).
f. Estimasi besarnya perpindahan lateral saat gempa rencana (target
perpindahan). Titik kontrol didorong sampai taraf perpindahan tersebut,
yang mencerminkan perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh
intensitas gempa rencana yang ditentukan.
g. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada
target perpindahan merupakan hal utama dari perencanaan barbasis kinerja.
Komponen struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika
memenuhi kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap
persyaratan deformasi maupun kekuatan.

45
Universitas Sumatera Utara
3.3 Tahapan Analisis

Metode penelitian ini menggunakan analisis nonlinier pushover. Analisis


menggunakan program SAP2000. Untuk mewujudkan uraian diatas maka langkah
analisis yang hendak dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

a. Studi literatur
Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis nonlinier
pushover. Mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier
pushover. Buku acuan yang dipakai antara lain SNI 03-1726-2002 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung, Peraturan pembebanan
berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung
SNI 03-1727- 1989, Applied Technology Council for Seismic evaluation and
retrofit of concrete buildings volume-1 (ATC-40), Federal Emergency
Management Agency for Prestandard And Commentary For The Seismic
Rehabilitation Of Buildings (FEMA-356), Uniform Building Code for
Earthquake Design volume-2 (UBC,1997) dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan analisis pushover.

b. Pemodelan bangunan
Pemodelan bangunan yang diteliti, baik data sekunder maupun data primer.
Data yang didapat adalah Shop Drawing dan data tanah sondir boring
bangunan. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang selanjutnya
dianalisis dengan bantuan SAP 2000.
Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan
gambar yang ada sehingga analisis ini tidak menyimpang dari gambar yang
ada. Semua struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing,
untuk bangunan non striktural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam pemodelan 3D ini.
Data tanah digunakan untuk menentukan besarnya gaya tanah yang menekan
dinding basement. Besarnya gaya tekan tanah mempengaruhi struktur

46
Universitas Sumatera Utara
bagunan yang akan dianalisis, oleh sebab itu besarnya gaya tekan tanah ini
perlu diperhatikan dalam pemodelan 3D.

c. Pemodelan 3D
Pembuatan model struktur bangunan dengan pemodelan 3D sesuai dengan
data dan informasi dari bangunan rumah sakit.
1) System koordinat global dan lokal
Pemodelan ini dibuat sesuai dengan Shop Drawing yang ada. Perlu
diketahui pembuatan model 3D yang ada pada program SAP 2000
mempunyai aturan sistem koordinat global dan lokal. Sistem koordinat
global adalah sistem koordinat 3 dimensi yang saling tegak lurus dan
perjanjian tanda yang digunakan memenuhi kaidah aturan tangan kanan.
Sistem ini memiliki 3 sumbu yang saling tegak lurus yaitu sumbu X,Y,Z.
Arah koordinat dalam model struktur yang digunakan munggunakan nilai
± X, ± Y dan ± Z. Semua sistem koordinat dalam model struktur yang
digunakan selalu didefinisikan dengan koordinat global baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.

SAP 2000 mengasumsikan bahwa sumbu global Z selalu merupakan


sumbu vertikal, dimana sumbu global +Z merupakan sumbu vertikal
yang memiliki arah ke atas. Bidang X-Y merupakan suatu bidang
horizontal.

Komponen-komponen struktur seperti joint, element, dan constraint


memiliki sumbu lokal tersendiri untuk mendefinisikan properties, beban
dan respon dari bagian struktur tersebut. Sumbu dari sistem koordinat
lokal ini dinyatakan dengan sumbu 1, 2 dan 3. Secara umum sistem
koordinat lokal dapat bervariasi untuk setiap joint, element, dan
constraint.
Dalam pemodelan ini, sistem koordinat lokal yang digunakan untuk joint,
constraint dan nonlinier hinge properties sama dengan sistem koordinat
global X, Y, dan Z.

47
Universitas Sumatera Utara
Sistem koordinat lokal elemen yang dipakai pada penelitian ini
dinyatakan dengan sumbu lokal 1, sumbu lokal 2, dan sumbu lokal 3 di
mana :
a) Sumbu lokal 1 adalah arah aksial.
b) Sumbu lokal 2 searah sumbu global +Z untuk balok dan searah sumbu
global +X untuk kolom.
c) Sumbu lokal 3 mengikuti kaidah aturan tangan kanan, di mana sumbu
3 tegak lurus dengan sumbu lokal 1 dan sumbu lokal 2.
Sistem sumbu lokal elemen dapat disimak pada gambar 3.3 dan 3.4

2) Elemen-elemen portal dan pelat lantai


Tahapan awal yang dilakukan adalah mendefinisikan semua jenis dan
ukuran penampang elemen portal yang digunakan. Setelah tahapan ini
selesai, masingmasing elemen portal harus disesuaikan dengan jenis dan
ukuran penampang yang dibuat. Tahapan kedua adalah pembuatan pelat
yang merupakan satu kesatuan struktur bangunan.

3) Diaphragm constraint
Tahapan ini dilakukan secara manual dalam SAP 2000. Diaphragm
Constraint ini menyebabkan semua joint pada satu lantai diberi batasan
constraint bergerak secara bersamaan sebagai diafragma planar yang
bersifat kaku (rigid) terhadap semua deformasi yang mungkin terjadi.
Asumsi Diaphragm constraint sangat tepat untuk fenomena
terbentuknya rigid floor di mana lantai struktur bergerak bersamaan
ketika suatu struktur mengalami gempa.

d. Perhitungan pembebanan
Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati,
beban hidup. Beban mati yang dihitung berdasar pemodelan yang ada dimana
beban sendiri didalam Program SAP 2000 dimasukkan dalam load case
DEAD, sedangkan berat sendiri tambahan yang tidak dapat dimodelkan
dalam program SAP 2000 dalam load case Super Dead. Perhitungan berat

48
Universitas Sumatera Utara
sendiri ini dalam program SAP 2000 yang untuk dead adalah 1, sedangkan
super dead adalah 0, dimana beban untuk dead telah dihitung secara
otomatis oleh program SAP 2000, sedangkan untuk beban Super dead
bebannya perlu dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada.

Beban hidup yang dimasukkan dalam program SAP 2000 dinotasikan dalam
live. Beban hidup ini mendapatkan reduksi beban gempa. Beban hidup
disesuaikan dengan peraturan yang ada. Perhitungan beban hidup ini dalam
program SAP 2000 yang untuk LIVE adalah 0, di mana beban hidup perlu
dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada.

e. Analisa respon spectrum


Menganalisis Model struktur dengan Respon Spektrum untuk mendapat
kurva respon spectrum sesuai wilayah gempa yang dianalisis dengan bantuan
program SAP 2000. Data yang dibutuhkan dalam analisa respon spectrum
adalah nilai Ca dan nilai Cv. Dimana nilai Ca (Peak Ground Acceleration)
didapat dari percepatan muka tanah maksimum pada suatu wilayah. Pada
wliayah gempa 3 dengan struktur tanah sedang didapat nilai Ca sebesar 0.22
sesuai besarnya Ao (Percepatan Puncak Muka Tanah).

Am = 2.5 Ao (3.12)
Untuk waktu getar alami sudut Tc (tanah sedang : 0.6) faktor respons gempa
C ditentukan dengan persamaan berikut :
Untuk T < Tc , maka C = Am

f. Perhitungan beban gempa


Dalam menganalisis elemen struktur bangunan yang ditinjau, beban gempa
dianggap sebagai beban statis ekuivalen pada tiap lantainya. Dalam subbab
ini diuraikan mengenai prosedur statis ekuivalen untuk mendapatkan
distribusi gaya lateral gempa tiap lantainya.
1) Perhitungan waktu getar alami struktur (T). Perhitungan waktu getar
struktur ini dihitung secara empiris dengan rumus :

49
Universitas Sumatera Utara
T = Ct . (H𝑛 )β (3.13)
dimana:
Ct = 0.018 untuk struktur beton bertulang.
Hn = tinggi puncak bagian utama struktur (m) .
β = 0.90 untuk bangunan beton.

2) Pembatasan waktu getar alami fundamental (T1). Untuk mencegah


penggunaan struktur yang fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental
dari struktur gedung harus dibatasi bergantung pada koefisien ζ untuk
wilayah gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya (n)
dirumuskan sebagai :

T1 < ζ n (3.14)

Dimana:
T1 = waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.
ζ = koefisien untuk wilayah gempa tempat struktur gedung
= 0.18 ( wilayah 3)
n = 6 ( jumlah tingkat).

3) Distribusi gaya geser dasar horizontal Struktur harus dirancang agar


mampu menahan gaya geser dasar akibat gempa yang dihitung dengan
rumus :
𝐶1 𝐼
𝑉= 𝑊𝑡 (3.15)
𝑅
Dimana :
V : Gaya geser dasar nominal
C1 : C (Faktor respons gempa dari spektrum respons)
I : Faktor keutamaan
R : Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang
bersangkutan senilai 8.5 karena bangunan daktail penuh.
Wt : Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.

50
Universitas Sumatera Utara
Gaya geser dasar horizontal akibat gempa (V) harus dibagikan
kesepanjang gedung menjadi beban-beban horizontal yang bekerja pada
masing-masing tingkat dengan rumus :
𝑊𝑖 𝑍𝑖
𝐹𝑖 = 𝑛 𝑉 (3.16)
∑𝑖=1 𝑊𝑖 𝑍𝑖

Dimana :
Wi : Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
Zi : Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
N : Nomor lantai tingkat paling atas
V : Gaya geser dasar nominal

g. Penentuan sendi plastis


Pemasukan data sendi plastis pada model struktur bangunan sesuai dengan
penentuan tempat terjadinya sendi plastis. Sendi plastis diharapkan terjadi
pada balok utama dan kolom. Untuk balok dikenakan beban momen arah
sumbu lokal 3 (M3), sedangkan pada kolom dikenakan beban gaya aksial (P)
dan momen (M) Sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3 (PM2M3).

h. Analisis pembebanan Nonlinier pushover


Pada static pushover case dibuat dua macam pembebanan, dimana yang
pertama adalah pembebanan akibat beban gravitasi. Dalam analisis ini beban
gravitasi yang digunakan adalah beban mati dengan koefisien 1 dan beban
hidup dengan koefisien 1 (dianggap analisis tanpa dipengaruhi koefisien
apapun). Setelah kondisi pertama selesai dijalankan, pembebanan bangunan
dilanjutkan dengan kondisi kedua yakni akibat beban lateral. Pola beban
lateral yang mewakili gaya inersia akibat gempa pada tiap lantai, yang
diperoleh dari pembebanan dengan pola beban mengikuti mode pertama
struktur. Arah pembebanan lateral dilakukan searah dengan sumbu utama
bangunan.
Pada static pushover case untuk beban gravitasi, dipilih push to load level
defined by pattern, karena beban gravitasi yang bekerja sudah diketahui

51
Universitas Sumatera Utara
besarnya melalui perhitungan. Pada analisis ini pushover case untuk beban
gravitasi diberi nama GRAV.

Untuk beban lateral digunakan push to displacement magnitude yang artinya


proses pushover dilakukan hingga target displacement tercapai. Pola
pembebanan yang diberikan secara berangsur-angsur adalah sesuai dengan
mode pertama struktur. Keadaan awal untuk kondisi pembebanan ini diambil
dari kondisi pushover sebelumnya yaitu pushover case GRAV. Hasil
pushover disimpan secara multiple states dengan jumlah minimum 10 steps
dan maksimum 100 steps. Untuk simapngan target yang ingin dicapai
digunakan sesuai dengan default program SAP 2000 yaitu sebesar 4% kali
tingggi bangunan total. Pada penelitian ini pushover case untuk beban lateral
akibat gempa diberi nama PUSH.

i. Analisis kinerja struktur dari hasil analisis pushover


Pada program SAP 2000, hasil analisis didapat Pushover Kurva kapasitas
yang menunjukkan perilaku struktur saat dikenai gaya geser pada level
tertentu, kurva respon spektrum yang sesuai dengan wilayah gempa yang
ada, diagram leleh sendi plastis pada balok dan kolom.
Respon spektrum dalam format ADRS yang diplotkan dengan kurva
kapasitas didapatkan Performance point. Proses konversi dilakukan
sepenuhnya oleh program SAP 2000.

j. Pembahasan hasil analisis pushover dari program SAP 2000


Dari performance point didapatkan nilai displacement efektif, gaya geser
dasar, waktu getar efektif dan damping efektif. Dari nilai displacement akan
diketahui kriteria kinerja seismik struktur berdasarkan ATC-40. Berdasarkan
hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan yang
sesuai dengan tujuan penelitian.

52
Universitas Sumatera Utara
Flowchart Penelitian

Mulai

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Design dan modelling struktur

Perhitungan Penulangan pada


kolom dan balok

Pushover Analysis

Nilai MCR

Analisis Mekanisme Keruntuhan

Terjadi sendi ya
plastis diujung
atas kolom?

Tidak

Penarikan Kesimpulan

Selesai

53
Universitas Sumatera Utara
3.4 Data Sturktur Bangunan dan Pembebanan

a. Material
1) Kuat tekan beton (fc’) = 30 Mpa
2) Tulangan geser diameter ≤ 12 mm menggunakan baja tulangan polos
BJTP 24 dengan tegangan leleh, fy = 240 MPa dan fu = 390 MPa.
3) Tulangan utama diameter ≥ 12 mm menggunakan baja tulangan ulir
BJTD 40 dengan tegangan leleh, fy = 400 MPa dan fu = 570 MPa.

b. Elemen struktur
1) Jenis struktur = beton bertulang
2) Pondasi = terjepit, kaku di tanah
3) Penampang Balok
a) Balok Induk (B1) = 30 x 50 cm
b) Balok Induk (B2) = 30 x 60 cm
c) Balok Anak (BA) = 25 x 45 cm
4) Penampang kolom
a) Kolom Eksterior (K1) = 60 x 60 cm
b) Kolom Interior (K2) = 75 x 75 cm
5) Tebal pelat lantai dan atap = 15 cm

c. Geometrik struktur
Jumlah tipe struktur yang akan dimodelkan ada 1 tipe pemodelan dengan
geometri bangunan sebagai berikut:
1) Jumlah lantai = 7 lantai
2) Panjang bangunan = 30 m
Jumlah spasing (sb-x) = 5 spasing
3) Lebar bangunan = 18 m
Jumlah spasing (sb-y) = 3 spasing
4) Jarak antara spasing = 6 meter
5) Ketinggian antar lantai =4m
6) Ketinggian lantai bawah =6m

54
Universitas Sumatera Utara
7) Tinggi total bangunan = 30 m

d. Beban layan yang bekerja


Ada 2 beban layan yang bekerja yaitu:
1) Beban hidup : beban hidup total pada pelat lantai ditetapkan sebesar
wlive = 4,8 KN/m². Untuk penyederhanaan, beban hidup yang sama juga
berlaku pada pelat lantai atap.
2) Beban mati :
a) Berat sendiri balok, kolom, dan pelat
b) Beban mati tambahan (superimposed):
1. Plesteran keramik wcov, didesain setebal 1,5 cm, dengan berat
jenis mortar adukan 2000 kg/m³.
2. Plafon, wplaf = 10 kg/m².

3. Mechanical & electrical wm&e = 20 kg/m².

e. Parameter untuk desain gempa:


1) Kategori resiko bangunan IV
2) Faktor keutamaan gempa Ie = 1,5
3) Kelas situs : SD (tanah sedang)
4) Untuk rangka beton bertulang pemikul momen Khusus:
(Tabel 9. Pasal 7.2.2 SNI 1726-2012)
a) Koefisien modifikasi respons, Ra = 8
b) Faktor kuat lebih sistem, Ω0 g = 3
c) Faktor pembesaran defleksi, Cd b = 5 1/2

55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Koefisien Situs, Fa

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)


Situs terpetakan pada perioda pendek, T = 0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
Sumber: SNI-1726-2012

Tabel 3.2 Koefisien Situs, Fv

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)


Situs terpetakan pada perioda, T = 1 detik, S1
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss = 0,3 Ss = 0,4 Ss ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Sumber: SNI-1726-2012

Tabel 3.3 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda pendek
Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
Sumber: SNI-1726-2012

56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda 1 detik

Kategori Resiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D
Sumber: SNI-1726-2012

Tabel 3.5 Koefisien Situs, FPGA


Kelas
PGA ≤ 0,1 PGA = 0,2 PGA = 0,3 PGA = 0,4 PGA ≥ 0,5
Situs
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF Lihat pasal 6.9
Sumber: SNI-1726-2012

Gambar 3.5 Respon Spektra (Sumber : ATC-40, Volume 1)

57
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pengaruh Beban Gempa pada Gedung SRPMK


Untuk kota Medan maka Ss = 0,5 dan kelas situs SD (Tabel 3.1) maka:
Fa = 1,4
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 𝑆𝑆 maka 𝑆𝑀𝑆 = 1,4 x 0,5 = 0,7
Untuk kota Medan maka S1 = 0,3 dan kelas situs SD (Tabel 3.2) maka:
Fv = 1,8
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 𝑆1 maka 𝑆𝑀1 = 1,8 x 0,3 = 0,54

2 2
𝑆𝐷𝑆 = 3
𝑆𝑀𝑆 maka 𝑆𝐷𝑆 = 3 x 0,7 = 0,467

2 2
𝑆𝐷1 = 𝑆𝑀1 maka 𝑆𝐷1 = 3 x 0,54 = 0,36
3

𝑆𝐷1 0,36
𝑇0 = 0,2 maka 𝑇0 = 0,2 = 0,154
𝑆𝐷𝑆 0,467
𝑆 0,36
𝑇𝑆 = 𝑆𝐷1 maka 𝑇𝑆 = 0,467 = 0,771
𝐷𝑆

𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 )
𝑇0
Jika T = T0 = 0,154 maka 𝑆𝑎 = 0,467
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 =
𝑇
Jika T = Ts = 0,771 maka 𝑆𝑎 = 0,467
Jika T = 1 maka 𝑆𝑎 = 𝑆𝐷1 = 0,36

Karena 𝑆𝐷𝑆 = 0,467 (0,33 ≤ SDS < 0,50) dan kategori resiko IV maka
kategori desain seismik D (Tabel 3.3)
Karena 𝑆𝐷1 = 0,36 (0,20 ≤ SD1) dan kategori resiko IV maka ketegori desain
seismik D (Tabel 3.4)
Karena KDS adalah D maka tingkat resiko kegempaan Tinggi sehingga
struktur bangunan harus didesain dengan SRPMK.

58
Universitas Sumatera Utara
0.500

0.450

0.400

0.350

0.300

0.250

0.200

0.150

0.100

0.050

0.000
0.00 0.05 0.15 0.25 0.35 0.45 0.55 0.65 0.75 0.85 0.95 1.05 1.15 1.25 1.30 1.35 1.40

Gambar 4.1 Respon Spektra yang diperoleh dari perhitungan

Jika R = 8 dan Ie = 1,5 maka:


𝑆𝐷𝑆 0,467
𝐶𝑆 = 𝑅 = 8 = 0,088
𝐼 1,5

𝑆𝐷1 0,36
𝐶𝑆 = 𝑅 = 8 = 0,088
𝑇 (𝐼) 0,771 ( )
1,5

Maka kita peroleh nilai Cs adalah 0,088.

Menghitung V lantai 1:
𝑉 = 𝐶𝑠 𝑊𝑡 = 0,088 x 34084,35 = 2984,038
Sehingga untuk menghitung F maka kita menggunakan V sebesar 2984,038
Hasil nilai V untuk lantai 2-7 dapat dilihat pada tabel 4.1

𝑊𝑖 𝑍𝑖
𝐹= 𝑉
∑𝑛𝑖=1 𝑊𝑖 𝑍𝑖

Hasil nilai F untuk setiap lantai dapat dilihat pada tabel 4.1

59
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Gaya Lateral Ekivalen dan Gaya Geser Ekivalen per lantai
Lantai Tinggi lantai Berat Momen Fx Vx
dari dasar Lantai
Zx (m) Wx (KN) Wx.Zx (KN-m) (KN) (KN)
7 30 4563.09 136892.70 681.522 681.522
6 26 4756.05 123657.30 615.630 1297.152
5 22 4756.05 104633.10 520.917 1818.069
4 18 4756.05 85608.90 426.205 2244.275
3 14 4756.05 66584.70 331.493 2575.768
2 10 4756.05 47560.50 236.781 2812.548
1 6 5741.01 34446.06 171.490 2984.038
Total 34084.35 599383.26

4.2 Deskripsi Model Struktur


Model 3D dan Denah dari struktur gedung yang ada dalam perenacanaan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Model 3D struktur gedung

60
Universitas Sumatera Utara
(a)

(b)

Gambar 4.3 Denah struktur gedung (a) Tampak depan; (b) Tampak atas

61
Universitas Sumatera Utara
(c)

Gambar 4.3 Denah struktur gedung (c) Tampak samping

4.3 Desain Komponen Struktur Lentur SRPMK


Kombinasi pembebanan ditentukan berdasarkan Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 – 2013) sebagai berikut :
Kombinasi 1: 1,4D + 1,4 SD
Kombinasi 2: 1,2D + 1,2SD + 1,6L
Kombinasi 3: 1,2D + 1,2SD + 1L + 1RSX + 0,3RSY
Kombinasi 4: 1,2D + 1,2SD + 1L + 1RSY + 0,3RSX
Kombinasi 5: 1,2D + 1,2SD + 1L + 1EQX
Kombinasi 6: 1,2D + 1,2SD + 1L + 1EQY

4.3.1 Balok Induk


Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.5 dijelaskan bahwa untuk komponen-
komponen struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
yang memikul gaya akibat beban gempa dan direncanakan untuk memikul

62
Universitas Sumatera Utara
lentur maka struktur tersebut harus memenuhi beberapa persayaratan
sebagai berikut :
a. Gaya aksial tekan terfakor pada komponen struktur (balok) tidak
melebihi 0.1Ag f’c.
Ag B1 (300*500) = 150.000 mm²
0.1Ag f’c = 450 KN
Ag B2 (300*600) = 180.000 mm²
0.1Ag f’c = 540 KN
b. Gaya aksial tekan terfaktor pada balok akibat kombinasi beban gravitasi
dan beban gempa = 540 KN > 194,78 (syarat terpenuhi)
c. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya. Ln > 4d = 5250 > 4 x 545 (syarat terpenuhi)
d. Perbandingan lebar dan tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
𝑏 300
B1: > 0,3 = > 0,3 = 0,6 > 0,3 (syarat terpenuhi)
ℎ 500
𝑏 300
B2 : ℎ > 0,3 = > 0,3 = 0,5 > 0,3 (syarat terpenuhi)
600

e. Lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm.


b = 300 mm > 250 mm (syarat terpenuhi)

Berdasarkan hasil analisis struktur dari 6 kombinasi pembebanan maka


untuk desain digunakan momen maksimum dari ke enam kombinasi tersebut
baik momen lapangan maupun momen tumpuan. Momen desain yang akan
digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
M- tump kiri = -134,97 KNm
M+ tump kiri = 47,01 KNm
M- tump kanan = -136,94 KNm
M+ tump kanan = 46,72 KNm
Momen lapangan = 22,5 KNm
Gaya lintang max = 75,719 KN

1. Perhitungan Momen Negatif Tumpuan


Mu = -136,94 KNm, Tulangan tarik yang dibutuhkan untuk lentur:
d’ = p + ½ d utama + d sengkang

63
Universitas Sumatera Utara
d’ = 40 + ½(32) + 12 = 68 mm
d = h – d’ = 500 – 68 = 432 mm
Jd = 0,85 d
𝑀𝑢 −136,94.106
𝐴𝑠 = = 0,8.400.0,85.432 = 1165,41 mm²
Ø 𝑓𝑦 𝑗𝑑

Jumlah baja tulangan tarik yang diperlukan 6 D20 (As = 1885 mm²)

2. Perhitungan Momen Positif Tumpuan


Menurut SNI-03-2847-2013 menerangkan bahwa kapasitas momen
positif rencana di muka kolom haruslah minimum ½ kali untuk momen
negatif pada muka kolom.
Mu = Ø Mn ½
Mu + = 47,01 KNm
47,01 > 0,8 x 136,94/2
47,01 > 54,776
Gunakan Mu+ = 54,776 KNm
Baja tulangan yang dibutuhkan untuk lentur:
Penentuan luas tulangan
d’ = p + ½ d utama + d sengkang
= 40 + ½(32) + 12 = 68 mm
d = h – d’ = 500 – 68 = 432 mm
Jd = 0,85 d
𝑀𝑢 54,776.106
𝐴𝑠 = = 0,8.400.0,85.432 = 466,163 mm²
Ø 𝑓𝑦 𝑗𝑑

Jumlah baja tulangan tarik yang diperlukan 4 D20 (As = 1256,6 mm²)

3. Perhitungan Momen Positif Lapangan


Mu= 22,5 kNm
Baja tulangan yang dibutuhkan untuk lentur:
Penentuan luas tulangan
d’ = p + ½ d utama + d sengkang
= 40 + ½(32) + 12 = 68 mm
d = h – d’ = 500 – 68 = 432 mm

64
Universitas Sumatera Utara
Jd = 0,85 d
𝑀𝑢 22,5.106
𝐴𝑠 = = 0,8.400.0,85.432 = 191,483 mm²
Ø 𝑓𝑦 𝑗𝑑

Jumlah baja tulangan tarik yang diperlukan 2 D20 (As = 628,4 mm²)

4. Momen Kapasitas Penampang


Menurut SNI 03-2847-2013 dinyatakan bahwa geser seismik pada balok
dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis terbentuk di ujung balok
dengan tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25 fy dan Ø = 1.
a) Kondisi 1
Tulangan tarik (atas) 6 D20 (As = 1885 mm²)
Tulangan tekan (bawah) 4 D20 (As = 1256,6 mm²)
Asumsi tulangan tekan belum leleh :
𝑒𝑠′ 𝑒𝑐
=
𝑐 − 𝑑′ 𝑐
(𝑐 − 𝑑′)𝑒𝑐
𝑒𝑠′ =
𝑐
Cs = As’. es’ E
(𝑐−68)
Cs = 1256,6 0,003. 200000
𝑐
(𝑐−68)
Cs = 753,96 KN
𝑐
a = 0,85 c
Cc = 0,85 f’c.a.b
Cc = 0,85.30.(0,85 c).300 = 6,5025 c KN
Tulangan tarik sudah leleh:
Ts = 1,25.As.fy
= 1,25. 1885. 400 = 942,5 KN
Ts = Cc + Cs
(𝑐−68)
942,5 = 6,5025 c + 753,96
𝑐
6,5025 c² - 188,54 c – 51269,28 = 0

Dengan menyelesaikan persamaan tersebut maka diperoleh nilai:


c = 104,468 mm ; a = 0,85 c = 88,798 mm

65
Universitas Sumatera Utara
(𝑐−68)𝑒𝑐 (104,468−68) 𝑓𝑦
𝑒𝑠′ = = 0,003 = 0,00105 < = 0,002
𝑐 104,468 𝐸𝑠

(Asumsi benar)
Cc = 0,85. f’c. a. b = 0,85. 30. 88,798. 300 = 679,3 KN
(𝑐−68) (104,468−68)
Cs = 753,96 = 753,96 = 263,19 KN
𝑐 104,468

Kapasitas Momen terhadap T:


Mn = Cc (d – ½ a) + Cs (d - d’)
= 679,3. (432 – ½. 88,798) + 263,19 (432 – 68)
= 263,3 + 95,8
Mpr1 = 359,1 KNm

b) Kondisi 2
Tulangan tekan (atas) 6 D20 (As = 1885 mm²)
Tulangan tarik (bawah) 4 D20 (As = 1256,6 mm²)
Asumsi tulangan tekan belum leleh :
𝑒𝑠′ 𝑒𝑐
=
𝑐 − 𝑑′ 𝑐
(𝑐 − 𝑑′)𝑒𝑐
𝑒𝑠′ =
𝑐
Cs = As’. es’ E
(𝑐−68)
Cs = 1885 0,003. 200000
𝑐
(𝑐−68)
Cs = 1131 KN
𝑐
a = 0,85 c
Cc = 0,85 f’c. a. b
Cc = 0,85.30.(0,85 c).300 = 6,5025 c KN
Tulangan tarik sudah leleh:
Ts = 1,25.As.fy
= 1,25. 1256,6. 400 = 628,3 KN
Ts = Cc + Cs
(𝑐−68)
628,3 = 6,5025 c + 1131
𝑐
6,5025 c² + 502,7 c – 76908 = 0

66
Universitas Sumatera Utara
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut maka diperoleh nilai:
c = 76,765 mm ; a = 0,85 c = 65,25 mm
(𝑐−68)𝑒𝑐 (76,765−68) 𝑓𝑦
𝑒𝑠′ = = 0,003 = 0,00034 < 𝐸𝑠 = 0,002
𝑐 76,765

(Asumsi benar)
Cc = 0,85. f’c. a. b = 0,85. 30. 65,25. 300 = 499,16 KN
(𝑐−68) (76,765−68)
Cs = 1131 = 1131 = 129.137 KN
𝑐 76,765

Kapasitas Momen terhadap T:


Mn = Cc (d – ½ a) + Cs (d - d’)
= 499,16 . (432 – ½. 65,25) + 129,137 (432 – 68)
= 199,352 + 47
Mpr2 = 246,358 KNm

5. Perencanaan Tulangan Geser


Gaya geser yang digunakan untuk merencanakan tulangan sengkang
balok induk dihitung berdasarkan kombinasi gaya geser akibat beban
gravitasi dan momen kapasitas balok induk. Reaksi geser di ujung-ujung
balok akibat pembebanan struktur secara gravitasi:
Wu = 1,2WDL + 1,6 WLL
= 1,2 (97.08) + 1,6 (86,4) = 254,736 KN
𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 359,1 + 246,358
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 = = =
𝐿𝑛 𝐿𝑛 5,25
= 115,325 KN
𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2
Vu = Wu + = 370,06 KN
𝐿𝑛
Gaya geser maksimum
Vu max = 370,06 KN
1 1
Vc = √𝑓′𝑐. 𝑏𝑤 . 𝑑 = √30. 300. 432 = 118,308 KN
6 6
𝑉𝑢 370,06
Vs = - Vc = −118,308 = 493,415 - 118,308 = 375,11 KN
∅ 0,75
Untuk nilai Vs max
2 2
Vs max = √𝑓′𝑐. 𝑏𝑤. 𝑑 = 3 √30. 300. 432 = 473,23 KN > 375,11 (OK)
3

67
Universitas Sumatera Utara
Spasi tulangan geser didapatkan dengan menggunakan persamaan:
𝐴𝑣 𝑉𝑠
=
𝑠 𝑓𝑦 . 𝑑
𝐴𝑣 375,11 (103 )
=
𝑠 240 . 432
Direncanakan menggunakan tulangan geser 2Ø12, Av = 226,08 mm²
𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑 226,08. 240. 432
𝑠= = = 62,5 mm
𝑉𝑠 375,11 (103 )

Jarak maksimum antar sengkang tidak boleh melebihi :


𝑑 432
a) = = 108 mm (OK)
4 4
b) 8 kali diameter tulangan longitudinal terkecil = 8 x 20 = 160 mm (OK)
c) 24 kali diameter tulangan sengkang = 24 x 12 = 288 mm (OK)
d) 300 mm ; maka, Gunakan S =100 mm

Diperlukan sengkang sepanjang jarak 2h dari sisi (muka) kolom


terdekat. Jadi 2h=1200 mm. Pada daerah yang berpotensi sendi plastis,
sengkang tertutup yang pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm
diukur dari sisi muka kolom. Jadi tulangan geser 2 leg Ø12 dipasang
dengan spasi 100 mm (2Ø12-100) di daerah sepanjang 2h (1200mm)
dari muka kolom.
Sedangkan untuk daerah lapangan,jarak maximum tulangan geser pada
balok SPRMK, SNI-03-2847-2013 mensyaratkan Smax = d/2 = 432/2 =
216 mm. Untuk daerah lapangan (diluar 2h dari muka kolom) dipasang
2Ø12-200.

4.3.2 Kolom
Menurut SNI 03-2847-2013 dijelaskan bahwa untuk komponen -komponen
struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang
memikul gaya akibat beban gempa dan menerima beban aksial terfaktor yang
lebih besar dari 0,1.Ag.f’c maka, komponen struktur tersebut harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Gaya aksial tekan terfakor pada komponen struktur (kolom) tidak kurang
dari 0.1Ag f’c.

68
Universitas Sumatera Utara
Ag K1 (600*600) = 360.000 mm² (Kolom Eksterior)
0.1Ag f’c = 1080 KN
Ag K2 (750*750) = 562.500 mm² (Kolom Interior)
0.1Ag f’c = 1687,5 KN
Gaya aksial terfaktor maksimum = 5402,588 KN (syarat terpenuhi)
b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm,
Sisi terpendek kolom b = 600 mm (Syarat Terpenuhi)
𝑏
c. ratio

Rasio dimensi penampang tidak boleh kurang dari 0,4
𝑏 600
= 600 = 1 > 0,4 (syarat terpenuhi)

SNI 03–2847-2002 menetapkan bahwa perencanaan komponen struktur


tekan beton bertulang dilakukan dengan menggunakan beban aksial rencana
Pᵤ yang didapat dari analisis rangka elastik dan momen rencana yang sudah
dibesarkan Mc yang didefinisikan sebagai berikut:
1 60 𝑥 603
Ic = 12 𝑏 ℎ3 = = 1080000 𝑐𝑚4
12

Ec = 4700 √𝑓′𝑐 = 4700 √30 = 25742,96 Mpa


0,4 𝐸𝑐 𝐼𝑐 0,4. 25742,96. 1080000/1000
EI = 1+ 𝛽 = = 8896766,98 kg m²
𝑑 1+0,25

𝜋². 𝐸𝐼 𝜋². 8896766,98


Pc =
(𝑘.𝑙𝑢)²
= (1 𝑥 5,25)²
= 3185762,2 kg

𝐶𝑚 1
δns = 𝑃 = 0,65. 540258,8 = 1,172
1− 𝑢 1−
0,75. 3185762,2
0,75.𝑃𝑐

M2 = 491,403 KNm
Mc = δns. M2
= 1,172. 491,403 = 576,07 KNm
Karena pengaruh faktor pembesaran momen, maka nilai momen terfaktor
yang diperbesar dapat dihitung menggunakan rumus yang terdapat pada
SNI-03-2847-2013 berikut ini:
Mns = 151,83 KNm

69
Universitas Sumatera Utara
Mn = Mns + Mc
= 151,83 + 576,07 = 727,9 KNm
Pu = 5402,588 KN

1. Perhitungan Tulangan Kolom


Ag = b. h = 600 x 600 = 360000 mm²
ρg = 0,03
Ø = 0,65 ; f’c = 30 MPa
Beban pada daerah beton = 0.8 x Ø x (0.85f'c) x Ag x (1-ρg)
= 4630,92 KN
Dengan demikian, beban yang harus disangga oleh batang tulangan baja
adalah: Pu – Beban pada daerah beton = 5402,96 - 4630,92 = 772,21 KN
𝑃𝑢
𝐴𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
0.8 Ø {0.85 𝑓 ′ 𝑐 (1 − 𝜌𝑔 ) + 𝑓𝑦 𝜌𝑔 }
Ag perlu = 217301,77 mm²
Ast perlu = 3712, 5385 mm²
Maka, dipakai tulangan 8 D28 dengan Ast = 4926 mm²

2. Perhitungan Kapasitas Kolom


a) Kapasitas maksimum dari kolom:
Po = 0,85. f’c. (Ag – Ast) + Ast. fy
= 0,85. 30. (217301,77 – 4926) + 4926.400
= 7385,98 KN
b) Kekuatan nominal maksimum penampang kolom:
Pn(max) = 0,8 Po = 0,8 x 7385,98 = 5908,786 KN
c) Kuat tekan rencana kolom:
ØPn(max) = 0,65 x 5908,786 = 3840,71 KN
d) Kapasitas Penampang kolom pada kondisi seimbang:
Pnb = 0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑎𝑏 . 𝑏 + 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑠 ′ − 𝐴𝑠. 𝑓𝑦
= 0,85. 30. 128,78. 600
= 1970,33 KN

70
Universitas Sumatera Utara
𝑎𝑏
Mnb = Pnb. (𝑑 − ) + As’ fs’ (d - d’) + As. fy (d – d’)
2
128,78
= 1970334. (534 − ) + 2463. 400. 468 + 2463. 400. 468
2

= 1847,44 KNm
ØPnb = 0,65 x 1970,33 = 1280,71 KN
ØMnb = 0,65 x 1847,44 = 1200,84 KNm
e) Kapasitas penampang pada kondisi murni (P=0):
𝐴𝑆. 𝑓𝑦
Mn = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑 − 0,59. 𝑓′ )
𝑐. 𝑏
2463. 400
Mn = 2463. 400. (534 − 0,59. ) = 494,28 KNm
30. 600

ØMn = 0,8 x 494,28 = 395, 43 KNm

Perhitungan Kapasitas Kolom Kapasitas penampang beton bertulang


dinyatakan dalam bentuk diagram interaksi P-M yang menunjukan
hubungan beban aksial dan momen lentur pada kondisi batas. Setiap
kombinasi beban yang berada pada bagian dalam kurva berarti aman,
sedangkan setiap kombinasi beban yang berada di luar kurva
menyatakan keruntuhan.
a) Kondisi Beban Aksial Maksimum terjadi pada saat e = 0.
b) Kondisi Seimbang (balanced), Pada kondisi ini maka regangan beton
maksimum mencapai 0.003 dan bersamaan dengan itu tegangan
tulangan tarik pasti mencapai tegangan leleh.
c) Keruntuhan pada Kondisi Lentur Murni terjadi jika Pu = 0, pada
kondisi ini tulangan tarik telah mengalami leleh, fs = fy

Tabel 4.2 Perhitungan Kapasitas Kolom


Kondisi P (KN) ØMn (KNm)
Lentur murni 0 395,43
Seimbang 1280,71 1200,84
Pn (max) 5908,786 0

71
Universitas Sumatera Utara
ØPn (KN) Diagram P-M

ØMn (KNm)
Gambar 4.4 Diagram Interaksi Kolom

3. Nilai Moment Capacity Ratio (MCR)


Momen Kapasitas pada balok:
∑Mg = Mpr 1 + Mpr 2
= 359,1 + 246,358
= 605,458 KNm
∑Mc = Mns + Mc
= 151,83 + 576,07
= 727,9 KNm

Jadi, Momen Capacity Ratio (MCR) pada struktur ini adalah:


∑Mc
MCR =
∑Mg
727,9
=
605,458

= 1,202

72
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Analisis Pushover
Hasil analisis pushover yang dilakukan dengan program SAP2000 Nonlinier
adalah kurva kapasitas (Capacity Curve) skema kelelehan berupa distribusi sendi
plastis yang terjadi dan titik kinerja (Performance Point).

4.4.1 Kurva Kapasitas (Capacity Curve)


Kurva kapasitas menunjukkan hubungan antara gaya gempa dan
perpindahan yang terjadi hingga struktur runtuh. Perpindahan yang ditinjau
adalah perpindahan atap dan gaya geser dasar (base shear). Kurva kapasitas
(Capacity Curve) dan skema kelelehan sendi plastis selengkapnya disajikan
pada Gambar 4.4.

Gambar 4.5 Kurva Kapasitas Hasil Analisis SAP 2000

4.4.2 Titik Kinerja (Performance Point)


Berdasarkan kurva respon spektrum rencana dari peraturan gempa (SNI-
1726-2013) untuk wilayah gempa Medan dengan kondisi tanah sedang dapat
diperoleh nilai Ca= 0,2 dan Cv= 0,2 sebagai input analisis pushover dalam
format ADRS (acceleration-displacement response spekctrum). Titik
kinerja (Performance Point) hasil analisis pushover dapat dilihat pada
Gambar 4.5.

73
Universitas Sumatera Utara
Performance Point

Gambar 4.6 Grafik Evalusi Kinerja Struktur

Tabel 4.3 Nilai Performance Point


V (Ton), D (m) 3173,268 (KN) ; 0.067 (m)
Sa (g), Sd (m) 0.131 (g) ; 0.053 (m)
Teff (second), βeff 1,272 (dtk) ; 0.094 %

1. Displacement Limit menurut SNI 1726-2002 ditentukan:


2% x H = 0.02 x 30 m = 0,6 m > D = 0,067 m maka kinerja displacement
gedung baik.
2. Diperoleh nilai gaya geser dasar efektif pada keadaan linier lebih besar
dari nilai gaya geser dasar rencana
V = 3173,268 KN > Vrencana = 2984.038 KN.
3. Kinerja gedung Menurut ATC- 40 Tabel 11-12.

74
Universitas Sumatera Utara
Dt 0,067
a) Maksimal Drift = = = 0,00223
H 30
Sehingga level kinerja gedung adalah Immediate Occupancy.
Dt−D1 0,067−0,0016
b) Maksimal In-elastic Drift = = = 0.00218
Htot 30
Level kinerja gedung Nonlinear adalah Immediate Occupancy.

Maka kinerja gedung saat mencapai gaya geser dasar sebesar V = 3173,268
KN masuk pada level Immediate Occupancy yakni ada kerusakan yang pada
struktur dimana kekuatan dan kekakuannya hampir sama dengan kondisi
sebelum gempa dan gedung dapat digunakan kembali.

4.4.3 Skema Distribusi Sendi Plastis


Pada penyajian gambar skema distribusi sendi plastis, diambil contoh
gambar portal X-Z, @Y=18 dengan pertimbangan portal tersebut memiliki
jumlah kolom eksterior yang cukup banyak sehingga dapat menjadi
parameter utama apabila terjadi keruntuhan total.
Berikut adalah tahap – tahap distribusi sendi plastis yang terjadi:

Gambar 4.7 Step 0 hasil Run pada program SAP2000

75
Universitas Sumatera Utara
Tahap pertama, step 0 pada saat nilai displacement 0,0016 m. Belum
terjadinya sendi plastis yang berperilaku linear pada tahap ini sehingga
elemen balok dan kolom masih dalam kondisi aman.

Selanjutnya kita perhatikan tahap berikutnya yang terjadi, yakni step 2:

Gambar 4.8 Step 2 hasil Run pada program SAP2000

Sebagian besar elemen balok pada struktur bangunan mulai muncul sendi
plastis dengan level B yang mana masih bersifat elastic. Semua ditandai
dengan warna merah muda (pink). Seperti kita ketahui, level B menunjukkan
batas linear yang kemudian diikuti terjadinya pelelehan pertama pada
struktur bangunan. Karena pada kolom belum terdapat sendi plastis baik pada
ujung atas maupun pada ujung bawah, pada tahap ini bisa dikatakan bahwa
struktur bangunan tersebut masih aman dan tidak mengalami kerusakan yang
banyak secara struktural.

76
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya kita perhatikan tahap berikutnya yang terjadi, yakni step 7:

Gambar 4.9 Step 7 hasil Run pada program SAP2000

Seluruh elemen balok pada struktur bangunan sudah terjadi sendi plastis,
bahkan sebagian sendi plastis elemen balok mulai mencapai tahap leleh
pertama yakni level IO dengan perilaku nonlinear yang ditandai warna biru
gelap. Pada Level IO, elemen balok hanya terjadi kerusakan yang kecil atau
tidak berarti bagi struktur, kekakuan struktur hampir sama pada saat belum
terjadi gempa. Selain itu, ujung bawah kolom, mulai muncul sendi plastis
pada level LS yang ditandai dengan warna biru muda terang. Pada level LS,
elemen kolom tingkat kerusakan mulai dari kecil hingga tingkat sedang,
kekakuan struktur berkurang tetapi masih aman karena mempunyai ambang
yang cukup besar terhadap keruntuhan. Sedangkan, pada ujung atas kolom
masih belum terjadi sendi plastis. Sehingga bangunan ini masih aman dari
keruntuhan total.

77
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya kita perhatikan tahap berikutnya yang terjadi, yakni step 12 (step
terakhir dari tahap distribusi sendi plastis yang terjadi pada bangunan ini):

Gambar 4.10 Step 12 hasil Run pada program SAP2000

Pada tahap terakhir ini atau step 12, Seluruh elemen balok pada struktur
bangunan terjadi sendi plastis yang sama dengan step 7, yakni mencapai level
B dan IO dengan perilaku nonlinear yang ditandai warna pink dan biru gelap.
Pada ujung bawah kolom terjadi sendi plastis yang mencapai level E yang
ditandai dengan warna merah. Pada level ini, struktur tanah sudah tidak
mampu lagi menahan gaya geser dan bangunan tersebut pada akhirnya
hancur. Sedangkan pada ujung atas kolom telah terjadi sendi plastis dengan
level LS yang ditandai dengan warna biru muda terang.

78
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis statik non-linier dengan menggunakan metode analisis


Pushover pada program SAP2000 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ratio Momen kapasitas kolom dengan balok yang diperoleh dari perhitungan
dengan menggunakan metode SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus) adalah 1,202.
2. Batasan maksimum displacement sebesar 0,02.H (0,6m) target hasil
displacement dari analisis pushover sebesar 0,067 m < 0,6 m sehingga
gedung tersebut memenuhi syarat keamanan.
3. Gedung termasuk dalam level kinerja Immediate Occupancy yakni ada
kerusakan kecil pada struktur dimana kekuatan dan kekakuannya hampir
sama dengan kondisi sebelum gempa terjadi dan gedung dapat digunakan
kembali setelah gempa terjadi.
4. Setelah dilakukan analisis pushover dengan menggunakan bantuan program
SAP2000, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan MCR = 1,2
bangunan ini masih memenuhi syarat konsep strong column weak beam
karena pada ujung atas kolom tidak terjadi sendi plastis yang dapat
menyebabkan keruntuhan total pada struktur bangunan ini.
5. Setelah menganalisis ratio momen kapasitas kolom dengan balok, maka
faktor yang biasa digunakan yakni sebesar 1,2 masih bisa digunakan untuk
syarat minimum dalam filosofi strong column weak beam agar tidak terjadi
sendi plastis pada ujung atas kolom.

79
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran

Penulis mempunyai beberapa saran yang dapat digunakan apabila di masa


mendatang ada yang ingin melakukan penelitian lanjutan, yakni:
1. Pemodelan gedung yang dianalisis dalam tugas akhir ini memiliki jumlah
lantai 7, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pemodelan bangunan
yang memiliki jumlah 10 lantai atau lebih.
2. Pemodelan gedung yang dianalisis dalam tugas akhir ini menggunakan
struktur beton bertulang, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan
pemodelan dengan menggunakan struktur baja.
3. Bentuk gedung yang dianalisis dalam tugas akhir ini didesign simetris, untuk
penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan model bentuk bangunan yang
tidak simetris.
4. Pada penelitian kali ini, menggunakan Analisis pushover untuk mengetahui
distribusi sendi plastis, pada penelitian dimasa mendatang perlu dicoba
dengan time history method.
5. Jika bangunan yang diteliti di masa mendatang memperoleh MCR =1,2
namun terjadi sendi plastis diujung atas kolom, maka bangunan yang di
design perlu dicari MCR yang sesuai agar tidak terjadi sendi plastis di ujung
atas kolom bangunan tersebut.

80
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Adriyulianto, Bangkit dan Dwi Agus Nugroho. 2013. Perencanaan Struktur


Gedung Hotel Fave Solo Baru. Semarang: Universitas Diponegoro.
Afandi, Nur Rachmat. 2010. Evaluasi Kinerja Struktur Beton Dengan Analisis
Pushover Menggunakan Program SAP2000 (Studi Kasus:Gedung Rumah Sakit
di Surakarta). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Badan Standardisasi Nasional. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847-2013). Bandung.
Chore, H.S, S. B. Patil, dan S. C. Pednekar. 2015. Pushover Analysis of Reinforced
Concrete Structures. IJCA: International Conference on Quality Up-gradation
in Engineering, Science, and Technology (ICQUEST).
Federal Emergency Management Agency (FEMA 451). 2006. NEHRP
Recommended Provisions: Design Examples. Washington, USA.
Imran, Iswandi dan Fajar Hnedrik. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton
Bertulang Tahan Gempa. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Kahiking, Loudewik Regen, J.D. Pangow, dan R.E. Pandaleke. 2013. Evaluasi
Struktur Kolom Kuat Balok Lemah Pada Bangunan Beton Bertulang Dengan
Metode Desain Kapasitas. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Kurniansyah, Arry dkk. 2013. Pengaruh Pengekangan (Confinement) Dengan
Variasi Jarak Sengkang Terhadap Peningkatan Kapasitas Kekuatan Kolom.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Liu, Yangbing dkk. 2012. Analysis of Strong Column and Weak Beam Behavior of
Steel-Concrete Mixed Frames. Lisbon: World Conference on Earthquake
Engineering (WCEE).
Lumbantobing, Elfrida G dkk. 2013. Perencanaan Struktur Kondotel Grand Darmo
Suite Surabaya. Semarang: Universitas Diponegoro.
Moehle, Jack. 2015. Seismic Design of Reinforced Concrete Buildings. United
States: MC Graw Hill Education.

81
Universitas Sumatera Utara
Nurdianti, Ulfa. 2013. Studi Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan
Menggunakan Pushover Analysis Pada Tanah Medium. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Paulay, T and M.J.N. Priestley. 1992. Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings. New York: John Willey & Sons,Inc.
Raut, Nivedita N dan Swati D Ambadkar. 2013. Pushover Analysis of Multistoried
Building. Massachusetts: Global Journals Inc (USA).
Sumarwan. 2010. Evaluasi Kinerja Struktur Beton Tahan Gempa Dengan Analisis
Pushover Menggunakan Software SAP2000. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Sunayana, Sushree. 2014. Moment Capacity Ratio at Beam-Column Joint in a
Regular RC Framed Building. Rourkela: National Institute of Technology
Rourkela.

82
Universitas Sumatera Utara
PERHITUNGAN BERAT STUKTUR
EXCEL SAP2000
GAMBAR MOMENT SAP2000

83
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan Berat Struktur Lantai 1
Berat Sendiri Struktur
Berat jenis beton 24 KN/m3

Elemen Balok
Luas penampang elemen balok (seragam untuk setiap lantai)
b 0.3 b 0.3 b 0.25
B1 h 0.5 B2 h 0.6 BA h 0.45
luas 0.15 m2 luas 0.18 m2 luas 0.1125 m2

Panjang elemen Panjang Total Volume Total Berat Total


Balok TOTAL
Grid Panjang (m) (m) (m3) (KN)
A 5.4 5.4 5.4 5.4 5.4 27
B 5.325 5.25 5.25 5.25 5.325 26.4
B1 106.8 16.02 384.48
C 5.325 5.25 5.25 5.25 5.325 26.4
D 5.4 5.4 5.4 5.4 5.4 27
1 5.4 5.4 5.4 16.2
2 5.325 5.25 5.325 15.9
3 5.325 5.25 5.325 15.9
B2 96 17.28 414.72
4 5.325 5.25 5.325 15.9
5 5.325 5.25 5.325 15.9
6 5.4 5.4 5.4 16.2
AA 5.7 5.7 5.7 5.7 5.7 28.5
BA BB 5.7 5.7 5.7 5.7 5.7 28.5 85.5 9.61875 230.85
CC 5.7 5.7 5.7 5.7 5.7 28.5
1030.05

Universitas Sumatera Utara


Elemen Kolom
Luas Penampang h kolom 6m
b 0.6 m Panjang elemen
volume
Kolom eksterior (K1) h 0.6 m Jumlah kolom Panjang Total
luas 0.36 m2 16 8 128 m 46.08 m3
b 0.75 m
Kolom interior (K2) h 0.75 m
luas 0.5625 m2 8 8 64 m 36 m3
volume total kolom = 82.08 m3
Berat total kolom = 1969.92 KN

Elemen pelat
jumlah luas total
15 32.4 486 m2 tebal pelat = 15 cm
Luas total pelat 486 m2
volum total pelat = 72.9 m3
berat total pelat = 1749.6 KN

Beban mati tambahan (superimposed) pada struktur


Plesteran keramik
Luas penampang 486 m2 tebal plesteran 1.5 cm
Volume total plesteran keramik 7.29 m3 berat jenis 20 KN/m3
Berat total plesteran keramik 145.8 KN

Plafond
Luas total plafond 486 m2 berat jenis 0.1 KN/m2
Berat total plafond 48.6 KN

M&E
Luas total pelat 486 m2 berat jenis 0.2 KN/m2
Berat total M & E 97.2 KN

Berat sendiri struktur + beban superimposed = 5041.17 KN

Universitas Sumatera Utara


Beban hidup yang bekerja pada struktur
Live Load
Luas total pelat 486 m2
beban hidup 4.8 KN/m2
berat akibat beban hidup 2332.8 KN
30 % LIVE LOAD 699.84 KN

Berat struktur lantai 1 5741.01 KN

Perhitungan Berat Struktur Lantai 2-6


Berat Sendiri Struktur

Elemen Balok
Berat Total Balok 1030.05 KN
Elemen Kolom
Luas Penampang h kolom 4m
b 0.6 m Panjang elemen
volume
Kolom tepi h 0.6 m Jumlah kolom Panjang Total
luas 0.36 m2 16 4 64 m 23.04 m3
b 0.75 m
Kolom interior h 0.75 m
luas 0.5625 m2 8 4 32 m 18 m3
volume total kolom = 41.04 m3
Berat total kolom = 984.96 KN
Elemen pelat
Berat Total Pelat 1749.6 KN

Beban mati tambahan (superimposed) pada struktur


Plesteran keramik 145.8 KN
Berat Total Plafond 48.6 KN
M&E 97.2 KN

Berat sendiri struktur + beban superimposed = 4056.21 KN

Universitas Sumatera Utara


Beban hidup yang bekerja pada struktur
30 % LIVE LOAD 699.84

Berat struktur lantai 2-6 4756.05 KN

Perhitungan Berat Struktur Lantai Atap


Berat Sendiri Struktur
Elemen Balok
Berat Total Balok 1030.05 KN
Elemen Kolom
Luas Penampang h kolom 4m
b 0.6 m Panjang elemen
volume
Kolom tepi h 0.6 m Jumlah kolom Panjang Total
luas 0.36 m2 16 2 32 m 24 m3
b 0.75 m
Kolom interior h 0.75 m
luas 0.5625 m2 8 2 16 m 9 m3
volume total kolom = 33 m3
Berat total kolom = 792 KN
Elemen pelat
Berat Total Pelat 1749.6 KN

Beban mati tambahan (superimposed) pada struktur


Plesteran keramik 145.8 KN
Berat Total Plafond 48.6 KN
M&E 97.2 KN

Berat sendiri struktur + beban superimposed = 3863.25 KN

Beban hidup yang bekerja pada struktur


30 % LIVE LOAD 699.84

Berat struktur lantai atap 4563.09 KN

Universitas Sumatera Utara


Rangkuman berat struktur per lantai SDS = 0.467
SD1 = 0.36
Tinggi lantai dari dasar Berat Lantai Momen T0 = 0.154
Lantai
Zx (m) Wx (KN) Wx . Zx (KN-m) TS = 0.771
7 30 4563.09 136892.70 R= 8
6 26 4756.05 123657.30 Cs 0.088 Ie = 1.5
5 22 4756.05 104633.10
4 18 4756.05 85608.90
3 14 4756.05 66584.70
2 10 4756.05 47560.50
1 6 5741.01 34446.06
Total 34084.35 599383.26 Cs 0.088

Tinggi lantai dari dasar Berat Lantai Momen Fx Vx


Lantai
Zx (m) Wx (KN) Wx . Zx (KN-m) (KN) (KN)
7 30 4563.09 136892.70 681.522 681.522
6 26 4756.05 123657.30 615.630 1297.152
5 22 4756.05 104633.10 520.917 1818.069
4 18 4756.05 85608.90 426.205 2244.275
3 14 4756.05 66584.70 331.493 2575.768
2 10 4756.05 47560.50 236.781 2812.548
1 6 5741.01 34446.06 171.490 2984.038
Total 34084.35 599383.26

Universitas Sumatera Utara


SAP2000 12/4/18 17:35:08

Universitas
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.4D+1.4SD) - KN, m, Sumatera
C Units Utara
SAP2000 12/4/18 17:33:03

Universitas
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1.6L) Sumatera
- KN, Utara
m, C Units
SAP2000 12/4/18 17:36:56

Universitas Sumatera
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQX) - KN, m,Utara
C Units
SAP2000 12/4/18 17:37:30

Universitas Sumatera
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQY) - KN, m,Utara
C Units
SAP2000 12/4/18 16:22:02

Universitas Sumatera Utara


SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY) - KN, m, C Units
SAP2000 12/4/18 17:35:46

Universitas Sumatera Utara


SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX) - KN, m, C Units
SAP2000 12/4/18 17:31:49

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.4D+1.4SD) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 17:32:26

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1.6L) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 17:29:16

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQX) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 17:28:21

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQY) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 17:30:01

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 17:30:42

SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Moment 3-3 Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX) - KN, m, C Units
Universitas Sumatera Utara
SAP2000 12/4/18 18:02:59

Universitas
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.4D+1.4SD) - KN, m, CSumatera
Units Utara
SAP2000 12/4/18 18:03:09

Universitas
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.2D+1.2SD+1.6L) Sumatera
- KN, Utara
m, C Units
SAP2000 12/4/18 18:03:23

Universitas Sumatera Utara


SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY) - KN, m, C Units
SAP2000 12/4/18 18:03:35

Universitas Sumatera Utara


SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX) - KN, m, C Units
SAP2000 12/4/18 18:03:49

Universitas Sumatera
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQX) - KN, m, Utara
C Units
SAP2000 12/4/18 18:04:02

Universitas Sumatera
SAP2000 v14.2.2 - File:SAP Bangunan 7 lantai - Axial Force Diagram (1.2D+1.2SD+1L+1EQY) - KN, m, Utara
C Units
TABLE: Element Forces - Frames
Frame Station OutputCase CaseType StepType P V2 V3 T M2 M3 FrameElem
Text m Text Text Text KN KN KN KN-m KN-m KN-m Text
1496 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4756.564 -107.377 -3.799 -3.4883 12.3802 492.3668 1496-1
1496 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4756.564 -107.377 -3.799 -3.4883 12.3802 492.3668 1496-1
1489 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4757.116 -107.36 0.843 -3.4883 -6.6028 492.3336 1489-1
1489 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4757.116 -107.36 0.843 -3.4883 -6.6028 492.3336 1489-1
1482 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4761.438 -107.356 5.552 -3.4883 -25.7151 492.3263 1482-1
1482 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4761.438 -107.356 5.552 -3.4883 -25.7151 492.3263 1482-1
1503 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4767.601 -106.977 -8.242 -3.4883 30.9754 491.584 1503-1
1503 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4767.601 -106.977 -8.242 -3.4883 30.9754 491.584 1503-1
1419 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4757.601 -103.206 -0.834 -3.4883 6.5836 474.3047 1419-1
1419 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4757.601 -103.206 -0.834 -3.4883 6.5836 474.3047 1419-1
1405 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4758.998 -103.197 8.327 -3.4883 -31.1415 474.2873 1405-1
1405 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4758.998 -103.197 8.327 -3.4883 -31.1415 474.2873 1405-1
1412 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4756.079 -103.189 3.789 -3.4883 -12.361 474.2715 1412-1
1412 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4756.079 -103.189 3.789 -3.4883 -12.361 474.2715 1412-1
1426 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -4770.042 -102.817 -5.637 -3.4883 25.8812 473.5449 1426-1
1426 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -4770.042 -102.817 -5.637 -3.4883 25.8812 473.5449 1426-1
1405 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4755.836 83.891 31.064 8.591E-07 119.2865 384.2021 1405-1
1482 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4755.836 83.891 28.374 8.591E-07 124.5468 384.2021 1482-1
1419 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4750.323 84.205 31.179 8.591E-07 118.9929 384.108 1419-1
1496 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4750.324 84.205 28.223 8.591E-07 124.7703 384.108 1496-1
1489 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4750.323 84.222 28.223 8.591E-07 124.7703 384.0748 1489-1
1412 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4750.324 84.222 31.179 8.591E-07 118.9929 384.0748 1412-1
1503 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4755.836 84.271 28.374 8.591E-07 124.5468 383.4598 1503-1
1426 6 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max -4755.836 84.271 31.064 8.591E-07 119.2865 383.4598 1426-1
1376 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2637.401 -56.286 15.275 -1.4288 -24.0221 230.698 1376-1
1376 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2637.401 -56.286 15.275 -1.4288 -24.0221 230.698 1376-1
1355 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2685.124 -55.727 21.509 -1.4288 -48.4866 229.5958 1355-1
1355 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2685.124 -55.727 21.509 -1.4288 -48.4866 229.5958 1355-1
1369 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2680.065 -55.657 17.256 -1.4288 -31.9859 229.4582 1369-1
1369 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2680.065 -55.657 17.256 -1.4288 -31.9859 229.4582 1369-1
1362 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2691.589 -55.648 19.238 -1.4288 -39.9503 229.4403 1362-1
1362 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2691.589 -55.648 19.238 -1.4288 -39.9503 229.4403 1362-1
1383 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -1923.054 -51.27 7.468 -1.4288 -4.5746 220.8109 1383-1
1383 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -1923.054 -51.27 7.468 -1.4288 -4.5746 220.8109 1383-1
1475 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2944.568 -52.201 -5.897 -1.4288 21.7687 218.5874 1475-1
1475 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2944.568 -52.201 -5.897 -1.4288 21.7687 218.5874 1475-1

Universitas Sumatera Utara


842 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 110.081 0 -0.1241 0 212.074 842-2
840 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -110.081 0 0.1241 0 212.074 840-1
849 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -110.081 0 -0.1241 0 212.074 849-1
851 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 110.081 0 0.1241 0 212.074 851-2
842 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -125.819 0 0.0013 0 211.8403 842-1
840 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 125.819 0 -0.0013 0 211.8403 840-2
851 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -125.819 0 -0.0013 0 211.8403 851-1
849 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 125.819 0 0.0013 0 211.8403 849-2
1397 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2936.107 -50.393 -5.831 -1.4288 21.6398 210.9655 1397-1
1397 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2936.107 -50.393 -5.831 -1.4288 21.6398 210.9655 1397-1
1105 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.454 0 0.9302 0 208.7811 1105-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.454 0 -0.9302 0 208.7811 1114-2
1116 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.454 0 0.9302 0 208.7811 1116-1
1107 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.454 0 -0.9302 0 208.7811 1107-1
955 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 120.885 0 -0.5188 0 208.5404 955-2
957 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -120.885 0 0.5188 0 208.5404 957-1
946 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 120.885 0 0.5188 0 208.5404 946-2
948 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -120.885 0 -0.5188 0 208.5404 948-1
1010 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.97 0 0.7029 0 208.3018 1010-1
1008 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.97 0 -0.7029 0 208.3018 1008-2
999 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.97 0 0.7029 0 208.3018 999-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.97 0 -0.7029 0 208.3018 1001-1
946 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.211 0 -0.2905 0 208.1798 946-1
957 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.211 0 -0.2905 0 208.1798 957-2
955 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.211 0 0.2905 0 208.1798 955-1
948 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.211 0 0.2905 0 208.1798 948-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -115.058 0 -0.6749 0 208.1339 1105-1
1107 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 115.058 0 0.6749 0 208.1339 1107-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -115.058 0 0.6749 0 208.1339 1114-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 115.058 0 -0.6749 0 208.1339 1116-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.325 0 0.8256 0 208.1256 1052-2
1063 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.325 0 0.8256 0 208.1256 1063-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -119.325 0 -0.8256 0 208.1256 1054-1
1061 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 119.325 0 -0.8256 0 208.1256 1061-2
893 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 121.31 0 0.2768 0 207.8489 893-2
895 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -121.31 0 -0.2768 0 207.8489 895-1
904 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -121.31 0 0.2768 0 207.8489 904-1
902 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 121.31 0 -0.2768 0 207.8489 902-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.851 0 0.436 0 207.7928 1001-2

Universitas Sumatera Utara


999 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.851 0 -0.436 0 207.7928 999-1
1008 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.851 0 0.436 0 207.7928 1008-1
1010 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.851 0 -0.436 0 207.7928 1010-2
893 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.137 0 -0.1032 0 207.6312 893-1
895 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.137 0 0.1032 0 207.6312 895-2
904 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.137 0 -0.1032 0 207.6312 904-2
902 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.137 0 0.1032 0 207.6312 902-1
843 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -107.007 0 0.0658 0 207.6127 843-1
845 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 107.007 0 -0.0658 0 207.6127 845-2
848 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 107.007 0 0.0658 0 207.6127 848-2
846 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -107.007 0 -0.0658 0 207.6127 846-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 115.312 0 0.5178 0 207.5175 1054-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -115.312 0 -0.5178 0 207.5175 1052-1
1063 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 115.312 0 -0.5178 0 207.5175 1063-2
1061 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -115.312 0 0.5178 0 207.5175 1061-1
846 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 122.677 0 0.0658 0 206.9413 846-2
848 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -122.677 0 -0.0658 0 206.9413 848-1
843 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 122.677 0 -0.0658 0 206.9413 843-2
845 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -122.677 0 0.0658 0 206.9413 845-1
1222 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2672.07 -50.14 -21.306 -1.4288 48.0847 206.4082 1222-1
1222 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2672.07 -50.14 -21.306 -1.4288 48.0847 206.4082 1222-1
1201 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2650.455 -49.58 -15.478 -1.4288 24.424 205.3061 1201-1
1201 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2650.455 -49.58 -15.478 -1.4288 24.424 205.3061 1201-1
1108 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.667 0 0.2117 0 205.2339 1108-1
1113 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.667 0 0.2117 0 205.2339 1113-2
1111 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.667 0 -0.2117 0 205.2339 1111-1
1110 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.667 0 -0.2117 0 205.2339 1110-2
1215 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2691.695 -49.538 -19.269 -1.4288 40.0115 205.2216 1215-1
1215 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2691.695 -49.538 -19.269 -1.4288 40.0115 205.2216 1215-1
1208 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2679.96 -49.529 -17.225 -1.4288 31.9247 205.2036 1208-1
1208 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2679.96 -49.529 -17.225 -1.4288 31.9247 205.2036 1208-1
1108 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.442 0 -0.1998 0 205.0381 1108-2
1111 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.442 0 0.1998 0 205.0381 1111-2
1110 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.442 0 0.1998 0 205.0381 1110-1
1113 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.442 0 -0.1998 0 205.0381 1113-1
951 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 111.531 0 -0.1497 0 204.6398 951-2
952 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -111.531 0 -0.1497 0 204.6398 952-1
954 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 111.531 0 0.1497 0 204.6398 954-2
949 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -111.531 0 0.1497 0 204.6398 949-1

Universitas Sumatera Utara


1002 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.308 0 0.1775 0 204.5673 1002-1
1004 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.308 0 -0.1775 0 204.5673 1004-2
1007 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.308 0 0.1775 0 204.5673 1007-2
1005 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.308 0 -0.1775 0 204.5673 1005-1
1055 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.854 0 0.1921 0 204.512 1055-1
1060 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.854 0 0.1921 0 204.512 1060-2
1058 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -112.854 0 -0.1921 0 204.512 1058-1
1057 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 112.854 0 -0.1921 0 204.512 1057-2
951 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.406 0 0.1489 0 204.3493 951-1
952 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.406 0 0.1489 0 204.3493 952-2
954 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.406 0 -0.1489 0 204.3493 954-1
949 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.406 0 -0.1489 0 204.3493 949-2
1005 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.714 0 0.1754 0 204.3418 1005-2
1007 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.714 0 -0.1754 0 204.3418 1007-1
1002 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.714 0 -0.1754 0 204.3418 1002-2
1004 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.714 0 0.1754 0 204.3418 1004-1
1058 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.226 0 0.1926 0 204.3329 1058-2
1060 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.226 0 -0.1926 0 204.3329 1060-1
1057 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.226 0 0.1926 0 204.3329 1057-1
1055 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.226 0 -0.1926 0 204.3329 1055-2
901 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 111.267 0 0.114 0 203.6747 901-2
898 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 111.267 0 -0.114 0 203.6747 898-2
899 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -111.267 0 -0.114 0 203.6747 899-1
896 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -111.267 0 0.114 0 203.6747 896-1
901 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.56 0 -0.1135 0 203.3645 901-1
898 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.56 0 0.1135 0 203.3645 898-1
896 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.56 0 -0.1135 0 203.3645 896-2
899 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.56 0 0.1135 0 203.3645 899-2
1348 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -1516.593 -41.691 15.884 -1.4288 -41.4566 201.9288 1348-1
1348 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -1516.593 -41.691 15.884 -1.4288 -41.4566 201.9288 1348-1
903 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.166 0 -0.2267 0 201.1254 903-1
894 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.166 0 -0.2267 0 201.1254 894-2
894 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.166 0 0.2267 0 201.1254 894-1
903 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.166 0 0.2267 0 201.1254 903-2
1053 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.953 0 0.0498 0 200.9308 1053-2
1062 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.953 0 -0.0498 0 200.9308 1062-2
1062 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.953 0 0.0498 0 200.9308 1062-1
1053 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.953 0 -0.0498 0 200.9308 1053-1
956 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.085 0 0.1103 0 200.9187 956-2

Universitas Sumatera Utara


956 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.085 0 -0.1103 0 200.9187 956-1
947 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.085 0 -0.1103 0 200.9187 947-2
947 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.085 0 0.1103 0 200.9187 947-1
1009 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.007 0 0.0122 0 200.9161 1009-2
1009 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.007 0 -0.0122 0 200.9161 1009-1
1000 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.007 0 -0.0122 0 200.9161 1000-2
1000 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.007 0 0.0122 0 200.9161 1000-1
841 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.363 0 -0.4125 0 200.7276 841-2
841 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.363 0 0.4125 0 200.7276 841-1
850 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -118.363 0 -0.4125 0 200.7276 850-1
850 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 118.363 0 0.4125 0 200.7276 850-2
1115 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.928 0 0.1226 0 200.7145 1115-1
1115 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.928 0 -0.1226 0 200.7145 1115-2
1106 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 117.928 0 0.1226 0 200.7145 1106-2
1106 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -117.928 0 -0.1226 0 200.7145 1106-1
1468 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2416.57 -42.025 5.819 -1.4288 -21.6153 198.5281 1468-1
1468 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2416.57 -42.025 5.819 -1.4288 -21.6153 198.5281 1468-1
1229 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -1951.321 -46.071 -16.984 -1.4288 43.6252 198.388 1229-1
1229 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -1951.321 -46.071 -16.984 -1.4288 43.6252 198.388 1229-1
1056 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.879 0 0.0988 0 196.2171 1056-1
1059 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.879 0 -0.0988 0 196.2171 1059-1
1059 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.879 0 0.0988 0 196.2171 1059-2
1056 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.879 0 -0.0988 0 196.2171 1056-2
1003 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.861 0 -0.0872 0 196.1084 1003-2
1003 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.861 0 0.0872 0 196.1084 1003-1
1006 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.861 0 -0.0872 0 196.1084 1006-1
1006 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.861 0 0.0872 0 196.1084 1006-2
1109 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.884 0 -0.1038 0 196.0706 1109-2
1112 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.884 0 0.1038 0 196.0706 1112-2
1112 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.884 0 -0.1038 0 196.0706 1112-1
1109 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.884 0 0.1038 0 196.0706 1109-1
900 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.805 0 0.0478 0 196.0274 900-2
897 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.805 0 -0.0478 0 196.0274 897-2
900 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.805 0 -0.0478 0 196.0274 900-1
897 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.805 0 0.0478 0 196.0274 897-1
953 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.835 0 -0.0694 0 195.9641 953-1
950 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.835 0 0.0694 0 195.9641 950-1
950 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.835 0 -0.0694 0 195.9641 950-2
953 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.835 0 0.0694 0 195.9641 953-2

Universitas Sumatera Utara


844 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.749 0 0.0088 0 195.2404 844-1
844 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.749 0 -0.0088 0 195.2404 844-2
847 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 114.749 0 0.0088 0 195.2404 847-2
847 3 1.2D+1.2SD+1.6L Combination 0 -114.749 0 -0.0088 0 195.2404 847-1
1390 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -2425.03 -40.217 5.909 -1.4288 -21.7931 190.9062 1390-1
1390 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -2425.03 -40.217 5.909 -1.4288 -21.7931 190.9062 1390-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 147.133 1.464E-16 4.3732 4.442E-15 184.3771 840-2
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -64.537 4.444E-15 4.3732 8.885E-15 184.3771 851-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -64.537 4.444E-15 4.8693 8.885E-15 184.3771 842-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 147.133 1.464E-16 4.8693 4.442E-15 184.3771 849-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 119.039 4.881E-16 14.5854 1.481E-14 183.7157 840-2
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.632 1.481E-14 14.5854 2.962E-14 183.7157 851-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.632 1.481E-14 15.0816 2.962E-14 183.7157 842-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 119.039 4.881E-16 15.0816 1.481E-14 183.7157 849-2
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 89.992 -2.842E-14 -15.6163 -2.842E-14 183.6229 842-2
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 89.992 -2.842E-14 -15.6163 -2.842E-14 183.6229 842-2
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.793 1.553E-15 13.0461 3.106E-15 183.5941 851-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -78.955 1.553E-15 13.0461 7.765E-15 183.5941 840-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -78.955 1.553E-15 12.3389 7.765E-15 183.5941 849-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.793 1.553E-15 12.3389 3.106E-15 183.5941 842-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 104.141 0 -19.3142 0 183.5686 840-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 104.141 -1.421E-14 -19.3142 0 183.5686 840-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -95.662 -1.421E-14 17.2196 1.421E-14 183.5389 840-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -95.662 -2.842E-14 17.2196 8.527E-14 183.5389 840-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 132.628 4.659E-16 4.327 9.318E-16 183.4894 851-2
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -51.121 4.659E-16 4.327 2.329E-15 183.4894 840-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -51.121 4.659E-16 3.6198 2.329E-15 183.4894 849-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 132.628 4.659E-16 3.6198 9.318E-16 183.4894 842-2
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -109.781 0 18.7334 0 183.1777 842-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -109.781 0 18.7334 2.842E-14 183.1777 842-1
957 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -68.333 8.883E-15 4.217 8.883E-15 180.7805 957-1
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 135.003 8.883E-15 4.217 1.777E-14 180.7805 946-2
955 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 135.003 8.883E-15 3.8236 1.777E-14 180.7805 955-2
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -68.333 8.883E-15 3.8236 8.883E-15 180.7805 948-1
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -64.023 1.779E-14 4.4433 4.449E-14 180.4317 895-1
902 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 139.936 1.777E-14 4.4433 8.883E-15 180.4317 902-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 139.936 1.777E-14 4.4244 8.883E-15 180.4317 893-2
904 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -64.023 1.779E-14 4.4244 4.449E-14 180.4317 904-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 51.121 -4.659E-16 -4.327 -9.318E-16 180.4293 842-2

Universitas Sumatera Utara


849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -132.628 -4.659E-16 -4.327 -2.329E-15 180.4293 849-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -132.628 -4.659E-16 -3.6198 -2.329E-15 180.4293 840-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 51.121 -4.659E-16 -3.6198 -9.318E-16 180.4293 851-2
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -88.087 -2.842E-14 16.5123 8.527E-14 180.3798 849-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -88.087 -1.421E-14 16.5123 1.421E-14 180.3798 849-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -101.889 0 18.2372 0 180.3303 851-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -101.889 0 18.2372 2.842E-14 180.3303 851-1
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 78.955 -1.553E-15 -13.0461 -3.106E-15 180.3247 842-2
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -104.793 -1.553E-15 -13.0461 -7.765E-15 180.3247 849-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -104.793 -1.553E-15 -12.3389 -7.765E-15 180.3247 840-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 78.955 -1.553E-15 -12.3389 -3.106E-15 180.3247 851-2
957 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -91.032 2.961E-14 13.1765 2.961E-14 180.318 957-1
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 112.304 2.961E-14 13.1765 5.922E-14 180.318 946-2
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -91.032 2.961E-14 12.783 2.961E-14 180.318 948-1
955 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 112.304 2.961E-14 12.783 5.922E-14 180.318 955-2
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 93.756 -2.842E-14 -14.9091 -2.842E-14 180.2958 851-2
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 93.756 -2.842E-14 -14.9091 -2.842E-14 180.2958 851-2
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 100.268 0 -17.085 -5.684E-14 180.2607 946-2
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 100.268 0 -17.085 -5.684E-14 180.2607 946-2
1010 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -73.411 4.66E-16 3.737 1.783E-14 180.1828 1010-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 128.405 4.659E-16 3.737 1.78E-14 180.1828 999-2
1008 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 128.405 4.659E-16 3.0292 1.78E-14 180.1828 1008-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -73.411 4.66E-16 3.0292 1.783E-14 180.1828 1001-1
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -62.353 9.318E-16 3.594 2.795E-15 179.9966 946-1
957 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 128.316 1.864E-15 3.594 1.777E-14 179.9966 957-2
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 128.316 1.864E-15 3.5868 1.777E-14 179.9966 948-2
955 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -62.353 9.318E-16 3.5868 2.795E-15 179.9966 955-1
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -104.89 0 16.6032 -5.684E-14 179.9744 948-1
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -104.89 0 16.6032 -5.684E-14 179.9744 948-1
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -89.853 5.929E-14 14.3793 1.483E-13 179.9574 895-1
902 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 114.106 5.922E-14 14.3793 2.961E-14 179.9574 902-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 114.106 5.922E-14 14.3604 2.961E-14 179.9574 893-2
904 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -89.853 5.929E-14 14.3604 1.483E-13 179.9574 904-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 107.53 -1.421E-14 -18.8181 0 179.9394 849-2
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 107.53 0 -18.8181 0 179.9394 849-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 100.431 2.842E-14 -18.7741 5.684E-14 179.8832 893-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 100.431 2.842E-14 -18.7741 0 179.8832 893-2
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 93.738 0 -14.5106 5.684E-14 179.8818 948-2
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 93.738 0 -14.5106 0 179.8818 948-2

Universitas Sumatera Utara


946 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -84.93 3.106E-15 11.5777 9.317E-15 179.8762 946-1
957 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 105.74 6.212E-15 11.5777 5.922E-14 179.8762 957-2
955 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -84.93 3.106E-15 11.5705 9.317E-15 179.8762 955-1
948 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 105.74 6.212E-15 11.5705 5.922E-14 179.8762 948-2
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 92.632 -4.881E-16 -14.5854 -1.481E-14 179.7923 849-2
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -119.039 -1.481E-14 -14.5854 -2.962E-14 179.7923 842-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -119.039 -1.481E-14 -15.0816 -2.962E-14 179.7923 851-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 92.632 -4.881E-16 -15.0816 -1.481E-14 179.7923 840-2
1010 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.161 1.553E-15 11.2533 5.943E-14 179.7738 1010-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 109.656 1.553E-15 11.2533 5.932E-14 179.7738 999-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.161 1.553E-15 10.5455 5.943E-14 179.7738 1001-1
1008 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 109.656 1.553E-15 10.5455 5.932E-14 179.7738 1008-2
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -98.382 0 15.8873 5.684E-14 179.7652 946-1
946 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -98.382 0 15.8873 0 179.7652 946-1
902 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -57.728 1.886E-18 3.8378 3.733E-15 179.7538 902-1
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 132.918 5.337E-18 3.8378 1.872E-15 179.7538 895-2
904 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 132.918 5.337E-18 4.1614 1.872E-15 179.7538 904-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -57.728 1.886E-18 4.1614 3.733E-15 179.7538 893-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 99.689 0 -14.4901 0 179.7364 999-2
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 99.689 0 -14.4901 0 179.7364 999-2
843 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 143.393 1.464E-16 4.3038 4.442E-15 179.7264 843-2
848 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -62.008 4.444E-15 4.3038 8.885E-15 179.7264 848-1
846 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 143.393 1.464E-16 4.3414 4.442E-15 179.7264 846-2
845 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -62.008 4.444E-15 4.3414 8.885E-15 179.7264 845-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -87.352 1.777E-14 2.3085 5.33E-14 179.6414 1116-1
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 113.497 8.729E-18 2.3085 6.244E-17 179.6414 1105-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 113.497 8.729E-18 1.2146 6.244E-17 179.6414 1114-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -87.352 1.777E-14 1.2146 5.33E-14 179.6414 1107-1
1063 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -79.742 1.777E-14 3.0785 3.554E-14 179.6341 1063-1
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 121.03 1.777E-14 3.0785 1.777E-14 179.6341 1052-2
1061 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 121.03 1.777E-14 2.1584 1.777E-14 179.6341 1061-2
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -79.742 1.777E-14 2.1584 3.554E-14 179.6341 1054-1
902 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -83.419 6.28E-18 12.7822 1.244E-14 179.631 902-1
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 107.227 1.778E-17 12.7822 6.242E-15 179.631 895-2
904 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 107.227 1.778E-17 13.1058 6.242E-15 179.631 904-2
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -83.419 6.28E-18 13.1058 1.244E-14 179.631 893-1
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 93.586 -2.842E-14 -16.0619 0 179.609 895-2
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 93.586 0 -16.0619 0 179.609 895-2
895 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -105.605 0 18.2483 5.684E-14 179.5593 895-1

Universitas Sumatera Utara


895 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -105.605 2.842E-14 18.2483 -2.842E-14 179.5593 895-1
1194 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination -1488.327 -36.492 -6.367 -1.4288 2.406 179.5059 1194-1
1194 6 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination -1488.327 -36.492 -6.367 -1.4288 2.406 179.5059 1194-1
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -103.592 0 14.0755 0 179.5048 1001-1
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -103.592 0 14.0755 0 179.5048 1001-1
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -98.801 -2.842E-14 17.5892 8.527E-14 179.4843 893-1
893 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -98.801 0 17.5892 0 179.4843 893-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -68.653 1.476E-16 2.9076 4.454E-16 179.4176 999-1
1010 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 123.062 1.777E-14 2.9076 9.464E-16 179.4176 1010-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 123.062 1.777E-14 3.1463 9.464E-16 179.4176 1001-2
1008 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -68.653 1.476E-16 3.1463 4.454E-16 179.4176 1008-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -96.316 5.922E-14 6.1685 1.777E-13 179.3707 1116-1
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.532 2.898E-17 6.1685 2.081E-16 179.3707 1105-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -96.316 5.922E-14 5.0746 1.777E-13 179.3707 1107-1
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.532 2.898E-17 5.0746 2.081E-16 179.3707 1114-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 99.713 -1.137E-13 -7.7258 -1.137E-13 179.3253 1105-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 99.713 -1.137E-13 -7.7258 -1.137E-13 179.3253 1105-2
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -93.847 5.923E-14 7.9414 1.185E-13 179.2894 1054-1
1061 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 106.925 5.923E-14 7.9414 5.922E-14 179.2894 1061-2
1063 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -93.847 5.923E-14 8.8614 1.185E-13 179.2894 1063-1
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 106.925 5.923E-14 8.8614 5.922E-14 179.2894 1052-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 99.396 -5.684E-14 -11.3274 0 179.2608 1052-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 99.396 -1.137E-13 -11.3274 0 179.2608 1052-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 94.445 0 -12.3732 0 179.2576 1001-2
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 94.445 0 -12.3732 0 179.2576 1001-2
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -87.321 4.921E-16 9.6233 1.484E-15 179.2499 999-1
1010 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.393 5.924E-14 9.6233 3.155E-15 179.2499 1010-2
1008 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -87.321 4.921E-16 9.862 1.484E-15 179.2499 1008-1
1001 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 104.393 5.924E-14 9.862 3.155E-15 179.2499 1001-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -101.729 -1.137E-13 7.493 2.274E-13 179.2245 1107-1
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -101.729 -1.137E-13 7.493 2.274E-13 179.2245 1107-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -98.359 5.684E-14 13.5575 -1.705E-13 179.1452 999-1
999 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -98.359 5.684E-14 13.5575 -1.705E-13 179.1452 999-1
849 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 64.537 -1.464E-16 -4.3732 -4.442E-15 179.131 849-2
842 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -147.133 -4.444E-15 -4.3732 -8.885E-15 179.131 842-1
851 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -147.133 -4.444E-15 -4.8693 -8.885E-15 179.131 851-1
840 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 64.537 -1.464E-16 -4.8693 -4.442E-15 179.131 840-2
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -102.426 -1.137E-13 10.9953 3.411E-13 179.0913 1054-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -102.426 -5.684E-14 10.9953 5.684E-14 179.0913 1054-1

Universitas Sumatera Utara


1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -83.138 1.777E-14 1.2701 5.33E-14 178.9937 1105-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 109.023 1.777E-14 1.2701 2.524E-20 178.9937 1116-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 109.023 1.777E-14 1.9168 2.524E-20 178.9937 1107-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -83.138 1.777E-14 1.9168 5.33E-14 178.9937 1114-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 116.637 1.777E-14 2.5234 6.173E-17 178.9126 1054-2
1061 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -75.797 1.777E-14 2.5234 5.33E-14 178.9126 1061-1
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -75.797 1.777E-14 2.1461 5.33E-14 178.9126 1052-1
1063 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 116.637 1.777E-14 2.1461 6.173E-17 178.9126 1063-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.109 5.922E-14 4.765 1.777E-13 178.7945 1105-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 100.052 5.923E-14 4.765 6.81E-20 178.7945 1116-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -92.109 5.922E-14 5.4117 1.777E-13 178.7945 1114-1
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 100.052 5.923E-14 5.4117 6.81E-20 178.7945 1107-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 95.199 0 -6.7287 0 178.7784 1107-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 95.199 0 -6.7287 0 178.7784 1107-2
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -99.119 -1.137E-13 8.5869 2.274E-13 178.7286 1116-1
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -99.119 -1.137E-13 8.5869 2.274E-13 178.7286 1116-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 95.048 0 -9.7003 0 178.7248 1054-2
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 95.048 0 -9.7003 1.137E-13 178.7248 1054-2
1061 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -89.861 5.923E-14 7.6776 1.777E-13 178.7202 1061-1
1054 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 102.573 5.923E-14 7.6776 2.057E-16 178.7202 1054-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 -89.861 5.923E-14 7.3002 1.777E-13 178.7202 1052-1
1063 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Max 0 102.573 5.923E-14 7.3002 2.057E-16 178.7202 1063-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -97.202 0 7.393 0 178.6926 1105-1
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -97.202 0 7.393 0 178.6926 1105-1
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 101.136 -1.137E-13 -8.8198 -1.137E-13 178.6277 1114-2
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 101.136 -1.137E-13 -8.8198 -1.137E-13 178.6277 1114-2
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQX Combination 0 -98.076 -5.684E-14 10.6407 5.684E-14 178.6233 1052-1
1052 3 1.2D+1.2SD+1L+1EQY Combination 0 -98.076 -5.684E-14 10.6407 5.684E-14 178.6233 1052-1
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 96.316 -2.898E-17 -6.1685 -2.081E-16 178.5824 1114-2
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -104.532 -5.922E-14 -6.1685 -1.777E-13 178.5824 1107-1
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 96.316 -2.898E-17 -5.0746 -2.081E-16 178.5824 1105-2
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSX+0.3RSY Combination Min 0 -104.532 -5.922E-14 -5.0746 -1.777E-13 178.5824 1116-1
1107 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -113.497 -1.777E-14 -2.3085 -5.33E-14 178.3116 1107-1
1114 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 87.352 -8.729E-18 -2.3085 -6.244E-17 178.3116 1114-2
1105 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 87.352 -8.729E-18 -1.2146 -6.244E-17 178.3116 1105-2
1116 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Min 0 -113.497 -1.777E-14 -1.2146 -5.33E-14 178.3116 1116-1
845 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 129.65 4.659E-16 3.691 9.318E-16 178.2351 845-2
846 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 -48.035 4.659E-16 3.691 2.329E-15 178.2351 846-1
848 3 1.2D+1.2SD+1L+1RSY+0.3RSX Combination Max 0 129.65 4.659E-16 3.7292 9.318E-16 178.2351 848-2

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai