Bulan Jumadil Ula
Bulan Jumadil Ula
Ada pula yang menyebutnya dengan Jumadal Awwal. Namun, kata awwal
yang berarti ‘pertama’, menurut gramatika Arab (nahwu) tidak bisa dipakai
menyifati kata jumada, yang terkategori sebagai muannats (feminim) dan
ditandai dengan alif ta’nits. Hal ini diperkuat oleh al-Farra yang menyatakan,
semua nama bulan Arab terkategori mudzakkar (maskulin) kecuali Jumadal Ula
dan Jumadal Akhirah.
Sehingga bentuk kata sifat yang tepat untuk menyifati jumada bukan al-
awwal, melainkan al-ula yang berbentuk muannats (Muhammad ibn al-Mustanir
ibn Ahmad, al-Azminah wa Talbiyatul Jahiliyyah, hal. 45). Seperti nama
beberapa bulan Arab yang lain, menurut Abu Sa‘id, penamaan bulan Jumadal Ula
juga dilatarbelakangi oleh musim yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu musim
dingin (syita). Jumada sendiri berasal dari kata jamada, yang berarti ‘beku’
sesuai dengan keadaan air yang beku di musim dingin (Ibnu Manzhur, Lisanul
‘Arab, jilid 3, hal. 130; dan al-Harawi, Tahdzib al-Lughah, jilid 10, hal. 358).
Umumnya musim itu terjadi selama dua bulan. Sehingga nama ini pun
disematkan pada dua bulan terjadinya musim tersebut, yakni Jumadal Ula dan
Jumadal Akhirah. Sebagaimana diketahui masyarakat Arab memiliki enam
musim, yaitu