Anda di halaman 1dari 7

Selasa, 25 November 2008

Historiografi Islam
AL-MAS'UDI A. Pendahuluan Sejarah merupakan didiplin ilmu yang memiliki metode (mazhab) mantap, aspek penggunaan yang sangat banyak, dan memiliki sasaran yang mulia. Sejarah membuat kita faham akan hal ihwal bangsa-bangsa terdahulu, yang terefleksi diri dalam perilaku kebangsaan mereka. Sejarah membuat kita mengetahui biografi para nabi, serta negara dan kebijaksanaan para raja. [1] Penulisan sejarah (historigrafi) membutuhkan sumber yang bergama, dan pengetahuan yang bermacam-macam. ia juga dibuthkan perhitungan yang tepat, dan ketekunan. Kedua sifat ini membawa sejarawan pada kebenaran, dan menyelamatkan mereka dari ketergelinciran dan kesalahan. Dalam sejarah Islam terdapat kisah israiliyyat dan merupakan suatu bahaya bagi kemurnian agama Islam. Berdasarkan hal itu maka kritik yang sering digunakan pada buku sejarah dan para sejarawan adalah banyaknya kisah tersebut dalam karya mereka.namun terlepas dari semuanya itu sejarah sesungguhnya tetap mendapat tempat yang amat penting dalam keilmuan Islam. Dalam bidang sejarah, telah muncul tokoh-tokoh sejarawan yang sangat menonjol dan penting bukan saja untuk masa lalu dan masa sekarang, namun mungkin akan menjadi penting kembali di masa datang. Diantara tokoh tersebut adalah al-Mas'udi. Al- Mas'udi adalah seorang ahli sejarah, geografi, geologi, zoologi, ensiklopedi dalam bidang sains Islam, sekaligus pengembara. Banyak negari yang telah dia kunjungi dan puluhan karya yang telah dihasilkan. Dalam makalah ini akan diuraikan perjalanan al-Mas'udi sejak kehidupannya, pemikiran, karya dan akhir hidupnya. B. Pembahasan

1. Sketsa Biografi Masa kecil al-Mas'udi tidak diketahui secara pasti. Sebagian besar sejarawan berpendapat bahwa ia lahir di Baghdad pada akhir abad IX dan meninggal dunia di Fustat, Mesir pada tahun 956 M. Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Husein bin Ali al-Mas'udi. Ia mendapat gelar imam al-Mu'arrikhin (pemimpin para sejarawan) oleh Ibn al-Khallikan (608 H/1211 M-681 H/1282 M), sejarawan muslim . selain itu ia juga dijuluki "Herodotus" (ahli sejarah Yunani).[2] Ibnu Nadim dalam kitabnya al-Fihrist (Indeks) menyebutnya berasal dari magribi, Afrika Utara. Oleh karena itu, Ahmad Ramadhan Ahmad (sejarawan), dalam karyanya ar-Rihlah wa ar-rahalah al-Muslimun (Wisata dan para Penjelajah Muslim) menyimpulkan bahwa keluarganya datang dari Magribi ketika ia masih anak-anak dan kemudian menetap di Baghdad atau keluarganya datang dari Maghrib dan ia lahir di Baghdad. Setelah menyelesaikan pendidikan pertama yang diterima dari ayahnya, alMas'udi segera merencanakan untuk mendalami sejarah, adat istiadat, kebiasaan, dan cara hidup setiap negeri. Ia juga banyak mempelajari ajaran kristen dan yahudi, serta sejarah barat dan Timur yang berlatar belakang Kristen dan yahudi. Pengembaraan Intelektualnya dimulai dengan mengunjungi negeri Iran dan Kirman (915). Ia juga bermukim di Ushtukhar, Persia dan dari sana pergi ke India, mengunjungi Multan dan al-Manshura. Bersama para pedagang, ia melanjutkan pengembaraannya ke Ceylon (Srilanka) dan ia ikut mengarungi laut Cina. Dalam perjalanan pulang ia mengelilingi Samudera Hindia dan kemudian mengunjungi Oman, zanzibar, Pesisir afrika Timur, Sudan, dan Madagaskar. Pada tahun 926 M ia kembali mengadakan perjalanan ke beberapa negeri seperti Tiberias, (Suriah) dan Palestina, serta tahun 943 M ke antioch (Suriah). Ia juga mengelilingi neger-negeri Irak dan Arab Selatan. Sepuluh tahun terakhir hidupnya dilalui di Suriah dan dan kemudian di Mesir, tempat ia meninggal dunia.[3]

2. Pemikiran Keilmuan Dalam penulisan sejarah ia menggunakan pendekatan at-tasnif al-maudu'i (tematik) hal ini berbeda dengan kebanyakan sejarah yang ditulis pada zaman itu yang menggunakan metode al-hauliyyat (at-tarikh 'ala as-sininn, penulisan berdasar kepada tahun). Tema-tema yang ditulis meliputi bangsa, raja, dan dinasti. Dalam pemaparan sejarah, ia menyajikan materi dengan menarik, diramu bersama peristiwa politik, peperangan, dan informasi tentang masyarakat dan adat istiadatnya, di samping pembahasan tentang geografis. Dalam hal ini ia banyak diikuti oleh sejarawan selanjutnya, termasuk Ibnu Khaldun.[4] Al mas'Udi disebut sebagai Pilinius dari sastra Arab, karena pengetahuan geografinya. Dalam bukunya Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-jawahir, ia menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi. Ia juga berkisah tentang laut mati; dan tentang kincir angin pertama, yang menurutnya mungkin sekali merupakan penemuan orang Islam. Ia juga merumuskan teori yang dapat dikatakan sebagai dasar awal dari teori evolusi.[5] Al- Mas'udi bersama-sama dengan al-Isfahani (meninggal tahun 356 H/967 M), dapat digolongkan dalam kelompok penulis besar yang telah menulis tentang musik, yang membicarakan sejarah musik, kumpulan musik, buku tentang alat musik, aspek hukum dalam musik, keindahan musik, serta riwayat hidup para pemusik yang terkenal. Dalam kitab Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir, ditenui juga data yang menarik tentang praktek musik Arab pada masa lampau. Ia juga mengemukakan perkembangan musik yang terdapat di daerah lain. Al-Mas'udi dikenal sebagai pengikut aliran Muktazilah, seperti disebut dalam karyanya Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir, namun ada juga yang mengatakannya sebagai pengikut Syi'ah karena ia banyak mengungkapkan kebesaran Syi'ah dalam tulisan-tulisannya.[6] 3. Karya-Karya

Al-Mas'udi banyak menghasilkan karya diantaranya: a. Zakha'ir al-Ulum wa Ma Kana fi Sa'ir ad Duhur (Khazanah Ilmu pada Setiap Kurun) b. Al-Istizhar Lima Marra fi Salif al-A'mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Buku ini dan buku di atas telah diterbitkan kembali di Najaf pada tahun 1955. c. Tarikh al-Akhbar al-Umam min al-Arab wa al'Ajam (sejarah Bangsa Arab dan Persia) d. Akhbar az-Zaman wa Man Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-Mamalik al-Dasirah, berisi tentang sejarah umat manusia masa lampau dan bangsa-bangsa sekarang serta kerajaa-kerajaan mereka. Buku yang terdiri dari 30 jilid ini tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Yang ada sekarang adalah ringkasannya, namun tidak diketahui pengarangnya. Beberapa manuskrip menyebutkan bahawa ringkasan itu justru merupakan jilid pertama dari kitab itu. Meskipun demikian, materinya termuat di dalam dua karya berikutnya. e. Al-Ausat, berisi kronologi sejarah Umum. f. Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Permata) disusun tahun 947 M. kitab ini terdiri atas dua bagian besar. Pertama, berisi sejarah penciptaan alam dan manusia, sifat-sifat bumi, laut peristiwa-peristiwa luar biasa, riwayat nabi-nabi, sejarah bangsa-bangsa kuno dengan agama dan alirannya, serta adat istiadat dan tradisi. Al-Mas'udi banyak mengutif karya para sejarawan sebelumnya. Kedua, berisi sejarah Islam mulai akhir masa al-Khulafa ur-Rasyidun (empat khalifah besar) sampai masa awal masa pemerintahan Khalifah al-Mu'ti dari bani Abbasiyah, kehidupan para budak leleaki dan wanita, mawali (orang asing, terutama Persia), kehidupan masyarakat umum, pembangunan (seperti istana) beserta segala perlengkapannya, kebiasaan para pembesar, dan adat istiadat serta tradisi negeri-negeri yang dikunjunginya. Al-Mas'udi banyak memaparkan pembagian bumi ke dalam beberapa wilayah. Menurutnya bentuk daratan dan lautan merupakan segmen sebuah bola. Kitab yang sekarang disebut kutab turas (Khazanah Islam Klasik) ini diterbitkan kembali tahun 1895 di Kairo. Kitab ini diterjemahkan ke dalam

bahasa Perancis oleh A. Sprenger (London, 1841). Pada tahun 956 al-mas'udi sebenarnya telah menyelesaikan penulisan sebuah kitab yang konon cakupannya lebih luas dari kitab di atas, tetapi kitab tersebut belum ditemukan. g. At-Tanbih wa al-Israf (Indikasi dan Revisi) ditulis tahun 956. kitab yang merupakan ringkasan dan memuat beberapa revisi dari tulisannya yang lain, juga memuat pandangan filsafat-filsafatnya tentang alam dan sejarah. Ia memaparkan pemikirannya tentang evolusi alam, yaitu dari mineral, tanama, hewan, sampai manusia. Sebagai contoh terjadinya evolusi itu, ia berpendapat bahwa jerafah adalah hibrida dari unta dan macan tutul (phanter). Pendapat ini berbeda dengan pendapat ilmuwan muslim lainnya, yaitu al-jahiz dan Abu Yahya al-Qazwini, yang menyatakan bahwa jerafah adalah hibrida dari unta betina liar dan hiena jantan. Kitab ini diedit oleh M.J de Goeje (Leiden, 1894) dan telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Carra de Vaux (Paris, 1897). Selain kitab di atas, terdapat kitab yang tidak sampai pada generasi sekarang yakni: h. Al-Istinsar (Kebangkitan) i. Az-Zahi (Masa Kecemerlangan) j. Al-Istinsar al-Mufrad li Firaq al-Khawarij (Kemenangan Tunggal Melawan Kelompok-kelompok Khawarij) k. Al-Qadaya wa at-Tajarib (Peristiwa dan Pengalaman) l. Mazahir al-Akhbar wa Tara'if al-asar (Fenomena dan Peninggalan Sejarah) m. As-Safwah fi al-Imamah (tentang Kepemimpinan). Secara keseluruhan karya-karya al-Mas'udi dapat dipakai sebagai sumber untuk memahami pandangan umum muslim mengenai dunia dan juga sebagai bahan penyelidikan pengetahuan tentang geografi dan sejarah alam. Informasi dalam karyanya

tentang negeri yang dikunjunginya dapat didapatnya dari sumber primer, terutama negerinegeri Islam. Dari semua karyanya, yang paling terkenal adalah Muruj az-Zahab wa Ma'adin alJawahir. Akan tetapi, mekipun al-Mas'udi dianggap sebagai sejarawan yang besar, dan penulis kisah perjalanan yang terkemuka, para ahli mengajukan kritik bahwa dalam bukunya itu dimasukkan juga kisah dan ceritayang tidak dapat dipastikan kebenarannya. Sehingga tidak semuanya dapat dipercaya.[7] Karya al-Mas'udi menduduki tempat tersendiri. Namun ada yang berpendapat bahwa bukunya itu tampaknya tidak memiliki sistem sama sekali. Salah satu aspek yang penting dari keberadaan bukunya itu adalah bahwa karyanya memperlihatkan perbedaan yang sangat besar antara ilmu bumi Islam yang ditulis oleh pihak kerajaan di satu pihak, dan gagasan bebasnya tentang geografi yang dibuat oleh para pelaut dan pengembara. Salah satu contoh mengenai masalah ini adalah mengenai pendapat yang terdapat di kalangan para pakar Islam, tentang luasnya Lautan Hindia. Disamping mengemukakan pendapat para pakar, ia juga mengemukakan pendapat orang yang pernah mengarungi lautan itu dari pelabuhan yang terdapat di teluk Persia. Sudah dapat dipastikan bahwa mereka ini sangat kenal dengan seluk beluk laut itu. Namun mereka ini sama sekali tidak sependapat dengan ukuran yang telah diberikan para pakar itu. Mereka juga berpendapat bahwa laut itu pada beberapa arah tertentu bahkan tidak memiliki ukuran sama sekali.[8] C. Penutup Al-Mas'udi merupakan sejarawan yang sangat berjasa dalam mengembangkan penulisan sejarah (historigrafi). Historiografi yang ditulisna menjadi rujukan bagi sejarawansejarawan selanjutnya termasuk Ibnu Khaldun. Terlepas dari kitik terhadapnya tapi karyanya Muruj az-Zahab wa Ma'adin al-Jawahir memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan keilmuan Islam khususnya historiografi Islam. Cakupan pengetahuannya tidak hanya meliputi sejarah tapi juga geografi, geologi, zoologi, sains, kalam, akhlak dan politik. Ini menjadikan dasar bahwa seorang sejarawan harus

mumpuni di segala bidang ilmu pengetahuan. Seorang sejarawan harus bisa menjadikan ilmu sejarah ter-integrasi dan ter-interkoneksi-kan dengan ilmu keislaman dan umum lainnya khususnya dalam menghasilkan historiografi.

[1]

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), Hasan Mu'arif Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Ibid.

hlm. 12.
[2]

hlm. 47.
[3]

[4] Akbar S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1990), hlm. 113.

Taufik Abdullah (edt), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid II (Jakarta: Iktiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 273.
[5] [6]

Hasan Mu'arif Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Taufik Abdullah, Ensiklopediahlm. 273. Ibid.

hlm. 48.
[7] [8]

Anda mungkin juga menyukai