Anda di halaman 1dari 3

Nama Bulan Kelima Hijriah:

Jumadil Awwal, Jumadil Ula,


atau Jumadal Ula?
Rabu, 15 November 2023 · 09:00 WIB

Ilustrasi.

Menurut kalender Islam, hari ini sudah memasuki bulan kelima Hijriah.
Sebagaimana diketahui, nama bulan kelima dalam kalender Hijriah adalah
Jumadal Ula, ada yang menyebut Jumadil Awwal, dan Jumadil Ula. Dari
nama-nama tersebut, manakah yang dinilai sesuai dengan kaidah morfologi
Arab?

Menurut morfologi Arab, penyebutan Jumadil Ula dipandang lemah.


Pasalnya, pola fu‘ali harus diakhiri dengan ha lazimah (sehingga
menjadi jumadilah), seperti kata qurasiyah dan shurahiyah (Shalahuddin
Khalil, Tashhih al-Tashif, halaman 215).

Ada pula yang menyebutnya dengan Jumadal Awwal. Namun menurut


gramatika Arab (nahwu), kata awwal yang berarti ‘pertama’ tidak bisa
dipakai menyifati kata jumada yang masuk kategori muannats (feminim).
Hal ini diperkuat oleh al-Farra yang menyatakan, semua nama bulan Arab
terkategori mudzakkar (maskulin) kecuali Jumadal Ula dan Jumadal
Akhirah.

Dengan demikian, nama yang tepat untuk bulan kelima Hijriah adalah
Jumadal Ula karena kata sifat yang tepat untuk menyifati
kata jumada bukan al-awwal, melainkan al-ula yang berbentuk muannats.
(Muhammad ibn al-Mustanir ibn Ahmad, al-Azminah wa Talbiyatul
Jahiliyyah, hal. 45).

Menurut Abu Sa‘id, penamaan bulan Jumadal Ula seperti nama beberapa
bulan Arab yang lain, juga dilatarbelakangi oleh musim yang terjadi pada
bulan tersebut, yaitu musim dingin (syita). Jumada sendiri berasal dari
kata jamada, yang berarti ‘beku’ sesuai dengan keadaan air yang beku di
musim dingin (Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab, jilid 3, hal. 130; dan al-
Harawi, Tahdzib al-Lughah, jilid 10, hal. 358).

Menurut Ibnu Duraid, pada zaman Jahiliyah, bulan Jumadal Ula disebut
dengan al-Hanin, Rubba, Syaiban, dan Kanun al-Awwal. Sedangkan bulan
berikutnya Jumadal Akhirah disebut dengan Milhan dan Kanun al-Akhir.
Kata syaiban dan milhan ini dapat ditelusuri dari kata syaib yang berarti
‘uban’, dan kata milh yang berarti ‘garam.’ Keduanya menggambarkan
keadaan salju di musim dingin yang putih seperti uban atau garam dan terjadi
di bulan Jumadal Ula dan Jumadal Akhirah. (Abu al-Hasan, al-Mukhashish,
jilid 2, hal. 387).

Umumnya musim itu terjadi selama dua bulan. Sehingga nama ini pun
disematkan pada dua bulan terjadinya musim tersebut, yakni Jumadal Ula
dan Jumadal Akhirah. Sebagaimana diketahui masyarakat Arab memiliki
enam musim, yaitu ar-rabi al-awwal (musim semi pertama), shaif (musim
panas), qaizh (puncak musim panas), al-rabi‘ al-tsani (musim semi
kedua), kharif (musim gugur), dan syitha (musim dingin) (Ibnu
Manzhur, Lisanul ‘Arab, jilid 8, hal. 102).

Ada sejumlah peristiwa penting yang terjadi di bulan Jumadal Ula, terutama
pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya beliau
berperang melawan Bani Sulaim di Buhran, mengirim pasukan ekspedisi
Zaid ibn Haritsah ke wilayah al-Ish pada tahun keenam Hijriah; bertempur
melawan kaum Yahudi Khaibar pada tahun ketujuh Hijriah; mengirim utusan
ke Mu’tah pada tahun kedelapan Hijriah; mengutus Khalid ibn Walid untuk
mengajak bani al-Harits di Najran masuk Islam; dan masih banyak lagi
peritiwa lainnya. Bahkan, menurut Muhammad ibn Ishaq, perang Dzat al-
Riqa‘ juga terjadi pada bulan ini. (Maghazi al-Waqidi, hal. 3, 5,
553). Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai