Anda di halaman 1dari 10

SAWERIGADING

Volume 20 No. 1, April 2014 Halaman 99—108

REALITAS SOSIAL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK


KARYA AHMAD TOHARI
(Social Reality in Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” by Ahmad Tohari)

Amriani H.
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Sultan Alauddiin Km 7/Tala Salapang Makassar
Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403
Pos-el: amrianihappe@rocketmail.com
Diterima: 2 Januari 2014; Direvisi: 8 Februari 2014; Disetujui: 22 Maret 2014

Abstract
The objective of the writing is to describe social reality in Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari using
sociology of literature theory. The data is analyzed using descriptive method, and collected by library study
with identifying written data in novel Ronggeng Dukuh Paruk. The result shows that there is concerned social
reality in Dukuh Paruk Subdistrict. It is caused by the poverty and lack of knowledge possessed by its society.
Social reality found in the novel is poverty, sorcery, tyranny, love, prostitution, pre-wedding sex, trickery, social
jealousy and sexual abuse.

Keywords: social reality, sociology of literature, novel Ronggeng Dukuh Paruk

Abstrak
Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan realitas sosial dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif,
teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dengan cara menjaring data tertulis melalui novel Ronggeng
Dukuh Paruk. Hasil analisis menemukan bahwa di desa Dukuh Paruk terdapat realitas sosial yang miris. Hal
tersebut bersumber dari kemiskinan dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki warganya. Realitas sosial
yang terdapat dalam novel tersebut antara lain, kemiskinan, perdukunan, kesewenang-wenangan, jatuh cinta,
pelacuran, seks pranikah, kelicikan, kecemburuan sosial, dan pelecehan seksual.

Kata kunci: realitas sosial, sosiologi sastra, novel Ronggeng Dukuh Paruk

PENDAHULUAN sastra merupakan pencerminan karya sastra.


Sastra adalah cerminan kehidupan, sastra Karya sastra adalah dunia baru yang
merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang
hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada
dan kehidupan adalah kenyataan budaya. (Damono dalam lingkungan pengarang maupun dari luar
dalam Najid, 2003:9). Hal ini sejalan dengan lingkungan pengarang dalam mengungkapkan
pendapat Sangidu (2004:43) yang mengatakan pikiran dan keinginannya. Dalam pembuatan
bahwa karya sastra adalah tanggapan pencipta sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya
(pangarang) terhadap dunia sekelilingnya (realitas mengandalkan realita sosial yang diamati saja,
sosial) yang diwujudkan dalam bentuk karya tetapi pengarang juga melibatkan apa yang

99 99
Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang KERANGKA TEORI


kehidupan, dan juga proses kreatif pengarang Sosiologi dalam sastra merupakan
yang bersumber dari dalam pengarang itu sendiri. gabungan dan sistem pengetahuan yang berbeda.
Karya sastra adalah refleksi pengarang Sosiologi adalah bidang ilmu yang menjadikan
tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan masyarakat sebagai obyek materi dan kenyataan
gaya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh sosial sebagai obyek formal. Dalam perspektif
pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas
tersebut, (Djojosuroto, 2006:77). Terciptanya masyarakat dipahami dalam tiga paradigma
sebuah karya sastra tidak dapat lepas dari situasi utama, yaitu fakta sosial, definisi sosial, dan
dan kondisi masyarakat pada saat sebuah karya paradigma perilaku sosial.
sastra diciptakan. Sosiologi sastra merupakan pendekatan
Salah saru karya sastra yang banyak yang bertitik tolak dengan orientasi kepada
memiliki kemiripan dengan fakta yang ada pengarang. Sosiologi sastra merupakan bagian
dengan dunia nyata adalah novel. Isi dalam novel dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam
dapat dipastikan terinspirasi dari dunia nyata menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi
yang diimajinasikan oleh pengarang. Pengalaman sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu
dan lingkungan yang terjadi di sekitar pengarang dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam
menjadi sumber inspirasi dalam proses kreatif produk kritik sastra (Semi,1984:52).
pembuatan novel. Pengarang mengolah realitas Analisis sosiologi sastra bermaksud
sosial menjadi karya fiksi. menjelaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya
Realitas sosial dalam novel Ronggeng merupakan sebuah fakta sosial yang tidak hanya
Dukuh Paruk menggambarkan rangkaian cerita mencerminkan realitas sosial yang terjadi di
yang terjadi dalam sebuah masyarakat dan di masyarakat tempat karya itu dilahirkan tetapi
tuangkan secara apik oleh pengarangnya. Novel juga merupakan tanggapan pengarang terhadap
ini juga telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, realitas sosial tersebut.
Jerman, dan Belanda. Novel yang ditulis oleh Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap
Ahmad Tohari ini menggambarkan kenyataan karya sastra dengan mempertimbangkan
sosial yang ada di sebuah desa bernama Dukuh keterlibatan struktur sosialnya, sehingga penelitian
Paruk, di kampung yang kecil ini terdapat banyak sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian
sekali permasalahan-permasalahan sosial seperti ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan
persoalan kemiskinan, pelacuran, seks pranikah, dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan
kesewenang-wenangan dan lain sebagainya. menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam
Hal ini membuat novel tersebut menarik untuk kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur
dikaji terutama aspek realitas sosial dengan sosial yang terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003:25)
menggunakan teori sosiologi sastra. Penelitian ini Karya prosa fiksi menurut Waluyo (2006:1)
akan memberikan gambaran lebih jelas tentang dibagi menjadi tiga, yakni roman, novel dan cerita
kondisi masyarakat Dukuh Paruk yang tertuang pendek (cerpen). Ketiga genre sastra tersebut
dalam novel Ronggeng Dukuh paruk. sebenarnya tidak jauh berbeda, ketiganya hanya
Masalah yang akan dibahas dalam terpaut pada perbedaan panjang pendeknya cerita
penelitian ini adalah realitas sosial apa saja yang dan kedalaman cerita. Namun ketiganya memiliki
terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk persamaan tentang unsur pembangunnya. Novel
karya Ahmad Tohari? dan cerita pendek (juga dengan roman) sering
Tujuan dari penelitian ini adalah tersususnnya dibedakan orang, walaupun tentu saja hal itu
sebuah naskah penelitian yang memuat tentang bersifat teoritis (Nurgiyantoro, 2005:9). Goldman
realitas sosial yang terdapat dalam novel Ronggeng mendefinisikan novel sebagai cerita tentang yang
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
100 100
Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik yang Kemiskinan


dilakukan oleh hero yang problematik dalam Kemiskinan merupakan realitas sosial yang
sebuah dunia yang juga terdegradasi (dalam sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat.
Faruk, 1999:29). Masalah kemiskinan disebabkan oleh berbagai
Realitas sosial merupakan suatu peristiwa faktor. Kemiskinan merupakan suatu keadaan
yang memang benar-benar terjadi di tengah yang dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan,
masyarakat. Istilah ini digunakan untuk menunjuk- kekurangan diberbagai keadaan hidup. (Natadi-
kan suatu gejala tidak biasa di tengah masyarakat. pura, 2012:1). Kemiskinan dianggap sebagai
Hal ini lahir dari perilaku manusia dalam kehidupan masalah sosial, apabila perbedaan ekonomis
sosialnya dan membentuk suatu gejala-gejala para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
sosial menjadi sebuah fakta atau kondisi tertentu. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan
organisasinya, kemiskinan bukan merupakan
METODE masalah sosial karena mereka beranggapan
Metode yang digunakan dalam penelitian bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak
ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang ada usaha-usaha untuk mengatasinya.
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan Hal tersebut tergambar pada kemiskinan
suatu keadaan atau peristiwa, obyek baik berupa masyarakat yang terjadi di Dukuh Paruk, anak-
orang atau segala sesuatu yang terkait dengan anak di kampung tersebut tidak menganggap
variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan kemiskinan sebagai sebuah hal yang harus
angka-angka maupun kata-kata (Setyosari, 2010). ditangisi dan dikeluhkan. Mereka mengganggap
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan bahwa kemiskinan yang mereka rasakan adalah
yang mendeskripsikan realitas sosial dalm novel sesuatu yang wajar dan hal tersebut membuat
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. mereka belajar untuk memperjuangkan hidup
Data yang digunakan diperoleh melalui studi dengan bekerja keras, hal tersebut tergambar pada
pustaka yaitu menjaring data tertulis melalui kutipan di bawah ini.
novel Ronggeng dukuh Paruk. Menurut (Semi “Di tepi kampung tiga anak laki-laki sedang
:1993) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak bersusah payah mencabut sebatang singkong.
mengutamakan angka-angka, tetapi menggunakan Namun ketiganya masih terlampau lemah
kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar untuk mengalihkan cengkraman akar ketela
konsep yang sedang dikaji secara empiris. Ciri yang terpendam dalam tanah kapur. Kering
penting penelitian kualitatif dalam kajian sastra dan membatu. Mereka terengah-engah,
antara lain; penelitian dilakukan secara deskriptif, namun batang singkong itu tetap tegak di
tempatnya (Tohari, 2011:10).
artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau
gambar jika diperlukan, bukan bentuk angka; Kemiskinan mengajarkan anak-anak Dukuh
lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, Paruk untuk tidak berkeluh kesah dan senantiasa
karena karya sastra merupakan fenomena yang menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.
banyak mengandung penafsiran; analisis secara Di saat anak-anak lain menghabiskan malam-
induktif; dan makna merupakan andalan utama malam mereka dengan menonton televisi atau
(Endraswara, 2011:15). mengerjakan pekerjaan rumah di tempat yang
nyaman, anak-anak di Dukuh Paruk menghabiskan
PEMBAHASAN waktu malam mereka dengan bergulung dalam kain
sarung di atas balai-balai bambu menunggu pagi
Realiatas sosial yang terdapat dalam novel datang. Mereka tidak mengenal tontonan ataupun
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari jenis hiburan lain yang biasa dinikmati oleh anak-
dapat dilihat pada uraian berikut. anak seusai mereka. Hal tersebut tergambar dalam
kutipan berikut.
101 101
Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

“Jadi pada malam yang bening itu, tak ada Dukuh Paruk. Oleh karena itu sebagai kakek dari
anak Dukuh Paruk keluar halaman. Setelah Srintil, Sakarya tentu saja ingin cucunya menjadi
menghabiskan sepiring nasi gaplek mereka ronggeng yang terkenal dan diminati banyak
lebih senang bergulung dalam kain sarung, orang hal tersebut mendorongnya untk menemui
tidur di atas balai-balai bambu. Mereka
Kartareja dan istrinya yang memang dikenal
akan bangun besok pagi bila sinar matahari
menerobos celah dinding dan menyengat ahli dalam perdukunan sekaligus sebagai dukun
kulit mereka” (Tohari,2011:15). ronggeng di kampung Dukuh Paruk. Hal tersebut
tergambar dalam kutipan berikut.
Meskipun anak-anak di Dukuh Paruk
makan hanya dengan nasi gaplek, mereka tetap “Ya. Dan tentu sampean perlu memperhalus
tarian srintil. Cucuku tampaknya belum
antusias ketika waktu makan datang, hal ini
pintar melempar sampur. Nah, ada lagi
disebabkan karena mereka tidak pernah merasa yang penting; masalah rangkap tentu saja.
benar-benar kenyang. Saat waktu makan anak- Itu urusanmu bukan?”. Kartareja terkekeh.
anak di Dukuh Paruk ditandai ketika mereka Dia merasa tidak perlu berkata apa-apa.
berlari keluar untuk menyobek daun yang akan “rangkap” yang dimaksud oleh Sakarya
dijadikan alas makan, hanya sebagian dari tentulah soal guna-guna, pekasih, susuk, dan
mereka yang makan dengan menggunakan piring tetek bengek lainnya yang membuat seorang
hal tersebut menggambarkan kondisi kemiskinan ronggeng laris. Kartareja dan istrinya sangat
yang ada di desa Dukuh Paruk. Kutipan berikut ahli dalam urusan ini” (Tohari, 2011:16).
menggambarkan hal tersebut. Kecantikan dan kemampuan menari
“Bila anak-anak Dukuh Paruk sudah lari ke ronggeng yang dimiliki Srintil dianggap sebagai
luar dan menyobek sehelai daun pisang, berarti buah dari pekasih yang diperolehnya dari Kartareja
sarapan pagi telah siap. Hanya beberapa dan istrinya. Hal ini membuat orang-orang
di antara mereka yang bisa menggunakan semakin mempercayai kehebatan mereka berdua
piring. Mereka makan di emper rumah, di karena Srintil yang laris sebagai penari ronggeng
ambang pintu, atau di mana pun mereka suka. juga sangat diminati oleh laki-laki hidung belang
Semua makanan enak sebab perut anak- mulai dari kalangan anak muda berandal sampai
anak Dukuh Paruk tidak pernah benar-benar
pada pejabat dan pengusaha. Kepercayaan orang-
kenyang” (Tohari, 2011:24).
orang terhadap kemampuan Kartareja dan istrinya
Perdukunan tergambar dalam kutipan berikut.
Praktek perdukunan sering dijumpai dalam “Alangkah ampuh pekasih suami-istri
masyarakat sejak zaman dahulu, di zaman dahulu Kartareja. Engkau harus mempercayainya
para dukun lebih banyak beroperasi di daerah sekarang,” ujar tukang sirih itu pula” (Tohari,
pedalaman yang minim ilmu pengetahuan serta 2011:82).
kurangnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Kesewenang-wenangan
Umumnya masyarakat yang mendatangi dukun
Sewenang-wenang adalah berbuat sekehen-
adalah mereka yang memiliki urusan-urusan
dak hati tanpa mempedulikan hak orang lain.
tertentu seperti berobat, meminta pelet atau ilmu
Kesewenang-wenangan dapat diartikan sebagai
penangkal.
perbuatan seseorang yang menggunakan kelebihan
Dalam tradisi Dukuh Paruk seorang
yang ada pada dirinya baik berupa kedudukan,
ronggeng yang ingin laris mendapatkan panggilan
kekayaan, kekuasaan, kepandaian atau apa saja
untuk pentas dan di kagumi banyak laki-laki
untuk memenuhi segala keinginannya dengan
haruslah memiliki pekasih, semacam susuk yang
mengabaikan segala aturan yang ada.
di gunakan untuk menambah daya pikat seseorang.
Emak Rasus yang meninggal dunia akibat
Hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
keracunan tempe bongkrek yang dibelinya dari
wajar dan berlaku secara umum di masyarakat
102 102
Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Santayib tidak pernah dapat ditemukan kuburnya, membuat harta yang mereka peroleh juga semakin
sebagai anak Rasus sangat ingin mengetahui banyak. Kesewenang-wenangan Kartareja dan
keberadaan Emaknya namun tidak ada seorangpun istrinya tergambar dalam kutipan berikut.
yang dapat memberikan jawaban pasti tentang “Ya. Seorang dukun ronggeng suka
keberadaan kubur Emaknya itu. Bahkan sebagian mengatur segala urusan, bahkan sering kali
orang Dukuh Paruk menganggap bahwa Emak ingin menguasai harta anak asuhannya.”
Rasus telah menjadi sasaran kesewenang- “itu cerita lama. Aku tahu seorang ronggeng
wenangan orang-orang tertentu. Mayat Emaknya sering kali dianggap sebagai ternak piaraan
dijadikan bahan penelitian untuk mengetahui oleh induk semangnya. Lihatlah, dalam
penyebab kematiannya dan kadar racun yg musim orang berhajat atau masa lepas
panen; ronggeng naik pentas setiap malam.
menyebabkan hal tersebut. Hal ini menjadi
Siang hari dia mesti melayani laki-laki
sebuah ketidakadilan bagi Rasus. Ia berhak yang menggendaknya. Sementara itu yang
mengetahui keberadaan Emaknya dan setiap mengatur semua urusan, lebih-lebih urusan
tindakan yang hendak dilakukan pada tubuh keuangan, adalah si dukun ronggeng.
ibunya itu hendaklah memperoleh persetujuan kasihan kan? Sebaliknya, kini suami-istri
dari keluarganya, namun hal itu tidak berlaku bagi Kartareja menjadi kaya kan?” (Tohari,
penduduk Dukuh Paruk yang miskin dan bodoh. 2011:125).
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. Sebagai dukun ronggeng Kartareja dan istrinya
“Darah Emak diperiksa untuk mengetahui adalah orang yang paling tahu tentang segala
sampai kadar berapa racun bongkrek yang urusan Srintil. Sebagai Ronggeng tugas Srintil
terkadang cukup mematikan. Kubayangkan hanyalah menari dan melayani laki-laki yang
hampir semua bagian organ tubuh Emak menghendakinya. Urusan penghasilan yang
dicincang-cincang. Lalu ditaruh di bawah diterimanya dari pekerjaan itu tidak diketahui.
lensa mikroskop atau diperiksa dalam
Yang mengetahui hal tersebut adalah suami-istri
berbagai perkakas laboratorium yang rumit.
Terakhir, mayat Emak yang sudah berantakan Kartareja. Pengahasilan yang diterima Srintil
dan berbau formalin ditanam. Entah di mana, sebagai orang yang bekerja keras sering lebih
entah di mana. Orang-orang pandai itu, siapa sedikit daripada yang diperoleh induk semangnya
pun dia, merasa berhak menyembunyikan itu, kesewenang-wenangan ini disebabkan
kubur Emak. Aku yang pernah sembilan Kartareja merasa telah menjadi orang yang
bulan bersemayam dalam rahim Emak tidak berjasa dalam karir Srintil. Keberhasilan Srintil
perlu mengetahuinya” (Tohari, 2011:35). dianggapnya sebagai buah dari kepandaian dan
Kartareja dan istrinya yang menjadi pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut
dukun ronggeng sekaligus menjadi orang tua tergambar dalam kutipan berikut.
asuh bagi Srintil, mereka berperan besar dalam “Sementara itu suami-istri Kartareja adalah
segala urusannya. Kartareja dan istrinya berhak dukun ronggeng. Merekalah yang paling
memutuskan setiap tawaran manggung yang tahu segala tetek bengek dunia peronggengan
datang pada Srintil. Hal ini menyebabkan Srintil dan mereka menggunakan pengetahuan serta
harus bekerja keras untuk tampil menari di statusnya sebagai dasar mata pencahariaan.
setiap kesempatan apalagi saat musim panen tiba Dari ongkos pentas mereka mengambil
bagian yang kadang-kadang lebih besar
banyak tawaran yang datang padanya. Pekerjaan
daripada bagian yang diterima Srintil”.
Srintil tidak cukup sampai disitu karena pada (Tohari, 2011:140).
siang harinya dia harus melayani laki-laki yang
memesannya. Semua hal tersebut menjadi Jatuh cinta
wewenag Kartareja dan istrinya. Banyaknya Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang
tawaran yang datang pada srintil otomatis yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks

103 103
Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi seperti mencuri pepaya untuk Srintil, namun
semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih perhatian Srintil yang sempat tertuju pada Rasus
sayang. Kisah percintaan yang digambarkan saat peristiwa itu ternyata tidak berlangsung
dalam novel Tohari, ditampilkan pada tokoh lama, Srintil yang mulai tampil sebagai seorang
Srintil dan Rasus. Rasus yang sedang dilanda ronggeng memiliki banyak penggemar yang
perasaan cinta pada Srintil melakukan berbagai senantiasa menanti penampilannya. Keadaan
usaha untuk menarik perhatian gadis pujaannya ini membuat Rasus merasa cemburu karena dia
itu. Cara licik pun dilakukannya seperti mencuri mengaggap Srintil bukan lagi miliknya seorang
buah pepaya dari ladang orang untuk diberikan diri. Hal tersebut menimbulkan perasaan kecewa
kepada Srintil, hal ini semata-mata agar Srintil dalam hati Rasus yang tidak dapat menerima
mau menoleh sejenak kepadanya. Mungkin hal kenyataan tersebut. Salah satu tanda cinta adalah
inilah yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa rasa cemburu di dalam hatinya kepada orang yang
cinta kadang-kadang memaksa seseorang untuk dicintainya. Rasa cemburu ini bangkit karena
melakukan hal-hal di luar nalar yang semestinya. adanya kekhawatiran dalam diri Rasus bahwa dia
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut. akan kehilangan Srintil. Hal tersebut tergambar
“Tampaknya Srintil tidak merasa perlu dalam kutipan berikut.
memberi perhatian kepadaku atau kepa- “Sejak peristiwa pemberian pepaya itu,
da siapa pun karena semua orang telah aku merasa Srintil makin menjauh. Sering
memperhatikannya. Ah, perhatian Srintil kusumpahi diriku mengapa aku menjadi
itulah yang terasa hilang di hatiku. Sekali aku merasa tersiksa karenanya. Kuajari diriku:
menemukan cara licik untuk memperoleh kecantikan Srintil bukan milikku, melainkan
kembali perhatian ronggeng Dukuh Paruk miliknya. Cambang halus di pipinya yang
itu. Sebuah pepaya kucuri dari ladang orang” makin enak dipandang bukan milikku,
(Tohari, 2011: 37). melainkan miliknya juga. Kalau Srintil
Perasaan cinta yang dirasakan Rasus tersenyum sambil menari aku dibuatnya
gemetar. Tetapi Srintil tersenyum bukan
kepada Srintil membuat setiap pertemuan dengan untukku, melainkan untuk semua orang.
Srintil terasa sangat berarti. Bagi Rasus dapat Meskipun begitu, pengajaran demikian tidak
menikmati senyuman Srintil sudah merupakan menolongku. Aku tetap kecewa karena aku
sebuah kesempatan yang sangat berharga baginya. tidak lagi bisa bermain bersama Srintil”
Senyum Srintil dapat membuat jantungnya (Tohari, 2011:39).
berpacu lebih keras dan perasaan itu dirasakan Srintil yang telah resmi menjadi seorang
sebagai sebuah hal yang membahagiakannya. Hal ronggeng juga melayani setiap laki-laki yang
tersebut tergambar dalam kutipan berikut. menginginkannya dengan menerima bayaran,
“Wah, kau benar Rasus. Seharusnya aku tidak namun hal tersebut tidak berlaku bagi Rasus
melupakan hal itu. Untung kau mengingatkan karena dia memiliki perasaan yang khusus kepada
aku,” jawab Srintil. Matanya menatapku pemuda tersebut. Meskipun harus melayani
dengan sungguh-sungguh. Ketika kemudian
Rasus, Srintil tidak pernah menuntut bayaran
Srintil tersenyum, sinar lembut memancar
dari gigi taringnya yang telah berlapis emas. dari Rasus seperti yang dilakukannya terhadap
Siapa pun yang berselera Dukuh Paruk akan laki-laki lainnya. Hal tersebut tergambar dalam
terpacu jantungnya bila menerima senyum kutipan berikut.
dengan kilatan cahaya emas semacam itu” “Meskipun Srintil selalu marah bila disebut
(Tohari, 2011:37). sundal, tetapi dia tahu betul setiap rumah
Cinta Rasus kepada Srintil telah yang bisa disewa untuk perbuatan cabul. Dia
mengantarkannya melakukan berbagai hal yang membuktikan kata-katanya bahwa dariku dia
tidak mengharapkan uang” (Tohari, 2011:89).
dapat membawanya dekat kepada gadis itu

104 104
Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Meskipun Srintil adalah seorang ronggeng apa persyaratan itu. Bukak klambu adalah
yang juga sekaligus menjadi pemuas nafsu semacam sayembara, terbuka bagi laki-laki
bagi laki-laki yang menghendakinya, namun mana pun. Yang disayembarakan adalah
tidak membuat perasaannya sebagai seorang keperawanan calon ronggeng. Laki-laki yang
dapat menyerahkan sejumlah uang yang
perempuan normal yang menginginkan kasih
ditentukan oleh dukun ronggeng, berhak
sayang dari laki-laki yang dicintainya sirna begitu menikmati virginitas itu”. (Tohari, 2011:51).
saja. Perasaan cinta mendalam yang dirasakan
Srintil kepada Rasus tidak berbalas seperti apa Kartareja yang merupakan mucikari Srintil
yang diinginkannya. Rasus meninggalkannya harus mengeluarkan biaya untuk membuat acara
dengan dalih dia tidak ingin menghancurkan karir malam bukak klambu menjadi sesuatu yang
Srintil sebagai ronggeng. Kenyataan ini membuat istimewa dan menarik. Banyaknya peminat
perasaan Srintil terluka sangat dalam. Hal tersebut membuat syarat yang ditentukan oleh Kartareja
tergambar dalam kutipan berikut. dapat terpenuhi. Kartareja mempersyaratkan
pula sebuah ringgit emas untuk keperawanan
“Betapapun dirinya seorang Ronggeng, Srintil
Srintil. Kartareja berusaha mendandani kamar
merasa tidak mempunyai perbedaan dengan
perempuan lain. Dia memiliki perasaan tidur Srintil dengan membeli sebuah tempat tidur
khusus terhadap laki-laki tertentu dan merasa lengkap dengan bantal dan kelambu yang baru.
harus memiliki kesempatan memilih. Adalah Hal ini dilakukan dengan tujuan agar laki-laki
peruntungan Srintil mengapa laki-laki yang yang memenangkan sayembara tersebut nantinya
dipilih untuk dijadikan muara segenap hati dan dapat merasa nyaman tidur dengan Srintil. Hal
perasaannya adalah Rasus; dia yang secara tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
halus telah menampik dan meninggalkannya
dengan cara yang menyakitkan” (Tohari, “Jauh-jauh hari Kartareja sudah menentukan
2011:141). malam hari Srintil harus kehilangan kepera-
wanannya. Untuk itu Kartareja sendiri harus
Pelacuran mengeluarkan biaya. Tiga ekor kambing
telah dijualnya ke pasar. Dengan uang hasil
Tradisi Dukuh Paruk mengaharuskan
penjualan itu dibelinya sebuah tempat tidur
seorang calon ronggeng untuk menjalani baru, lengkap dengan bantal dan kelambu.
acara bukak klambu, yaitu tradisi melepaskan Dalam tempat tidur ini kelak Srintil akan
keperawanan sang calon ronggeng untuk laki- diwisuda oleh laki-laki yang memenangkan
laki yang mampu memenuhi syarat-syarat yang sayembara” (Tohari, 2011:52).
telah ditentukan oleh sang dukun ronggeng.
Rasus yang menaruh perasaan cinta pada
Syarat tersebut biasanya berupa sejumlah harta
Srintil merasa sangat hancur hatinya dengan
yang harus dipenuhi oleh laki-laki yang berminat
adanya acara bukak klambu. Gadis yang selama
untuk mengikuti sayembara itu. Hal ini semacam
ini dipujanya akan dinikmati keperawanannya
pelacuran yang berbalut tradisi, namun Dalam
oleh laki-laki hidung belang yang kaya karena
masyarakat Dukuh Paruk ini bukanlah hal yang
mampu memenuhi syarat satu ringgit emas. Hal
tabu ataupun melanggar norma, mereka yang
yang memberatkan bagi Rasus sebenarnya adalah
miskin ilmu dan agama tidak menyadari bahwa
sosok Emak yang selama ini dia cari terdapat
tradisi semacam ini sesungguhnya adalah praktik
pada diri Srintil, seperti yang tergambar dalam
pelacuran yang hina apabila terjadi di tempat lain,
kutipan berikut.
hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
“Bagiku, tempat tidur Srintil akan menjadi
“Dari orang-orang Dukuh Paruk pula aku tempat pelaksanaan malam bukak klambu
tahu syarat terakhir yang harus dipenuhi bagi Srintil, tidak lebih dari sebuah tempat
oleh Srintil bernama bukak klambu. Berdiri pembantaian. Atau lebih menjijikkan lagi.
bulu kudukku setelah mengetahui macam Di sana tiga hari lagi akan berlangsung

105 105
Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

penghancuran dan penjagalan. Aku sama klambu. Sebenarnya Srintil pun tidak
sekali tidak berbicara atas kepentingan berahi menyenangi hal itu. Dia tidak ingin menyerahkan
atau sebangsanya. Di sana, di dalam kurung keperawanannya kepada laki-laki yang tidak
kelambu yang tampak dari tempatku berdiri, dicintainya. Dia hanya ingin menyerahkannya
akan terjadi pemusnahan mustika yang selama
kepada Rasus, pemuda yang selama ini dicintainya.
ini amat kuhargai. Sesudah berlangsung
malam bukak klambu, Srintil tidak suci lagi. Meskipun sebelumnya Rasus sempat menolak
Soal dia kehilangan keperawanannya, tidak kenginan Srintil, namun saat itu Srintil memohon
begitu berat kurasakan. Tetapi Srintil sebagai kepada Rasus untuk tidak menolak permintaanya
cermin tempat aku mencari bayangan Emak itu. Sebagai laki-laki yang juga mencintai Srintil
menjadi baur dan bahkan hancur berkeping” akhirnya Rasus memenuhi keinginan Srintil itu.
(Tohari, 2011:53). Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.
Seks pranikah “Aku benci, benci. Lebih baik kuberikan
padamu. Rasus, sekarang kau tak boleh
Hubungan seks sebelum menikah merupakan
menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di
hal yang sangat tabu dalam pandangan norma sini bukan pekuburan kita tak takkan kena
agama dan masyarakat, namun hal ini tidak berlaku kutuk. Kau mau bukan?”. Sepatah kata pun
di Dukuh Paruk, sebuah desa yang menghalalkan aku tak bisa menjawab. Kerongkonganku
terjadinya seks pranikah tanpa sangsi. Srintil yang terasa tersekat. Karena gelap aku tak dapat
masih tergolong anak-anak pun sudah mengetahui melihat dengan jelas. Namun aku merasakan
cara memikat laki-laki yang diinginkannya. Rasus Srintil melepaskan rangkulan, kemudian sibuk
yang dicintainya tak mampu memiliki dirinya melepaskan pakaiannya.”(Tohari, 2011:76).
karena tidak memiliki satu ringgit emas sebagai Kelicikan
syarat untuk memperoleh keperawanannya. Srintil
Seyembara tentang keperawanan Srintill
hanya menginginkan Rasus seorang. Keinginan
ternyata diminati banyak pemuda, hal ini
Srintil untuk memiliki Rasus tergambar dalam
menimbulkan akal licik Kartareja dan istrinya
kutipan berikut.
dia ingin memperoleh keuntungan yang lebih
“Aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil besar dari nilai sayembara yang telah ditentukan.
merangkulku, menciumiku. Napasnya Mereka berdua kemudian menipu Dower dan
terdengar cepat. Kurasakan telapak tangan-
Sulam yang sangat berminat dalam sayembara
nya berkeringat. Ketika menoleh ke
samping kulihat wajah Srintil tegang. Ah, bukak klambu. Nyai Kartareja membuat Dower
sesungguhnya aku tidak menyukai Srintil setengah mabuk dan Sulam mabuk berat sampai
dengan keadaan seperti itu. Meski aku akhirnya tertidur. Ketika Sulam tertidur Nyai
tidak berpengalaman, tetapi dapat kuduga Kartareja menyuruh Dower untuk memasuki
Srintil sedang dicekam renjana berahi. kamar Srintil dan memuaskan nafsunya. Setelah
Tanpa melepas lingkaran tangannya di selesai melaksanakan keinginannya, Dower
pundakku, Srintil menoleh sekeliling. Dia merasa telah memenangkan sayembara itu. Di
waswas ada orang lain di sekitar tempat saat lain Sulam bangun dan bergegas menuju
itu. Sebenarnya Srintil tak usah terlalu
kamar Srintil untuk melaksanakan keinginannya
curiga. Pohon-pohon puring dan kamboja
yang mengelilingi pekuburan Dukuh Paruk meniduri Srintil karena dia telah menyerahkan
menjadi pagar yang sangat rapat. Srintil sebuah ringgit emas kepada Kartareja sesuai
melepaskan rangkulannya. Kemudian aku dengan syarat yang telah ditentukan. Dia tidak
mengerti perbuatan itu dilakukannya agar ia menyadari kalau Dower telah mendahuluinya
dapat membuka pakaiannya dengan mudah” karena pada saat itu dia tertidur akibat mabuk
(Tohari, 2011:66). berat. Hal ini dilakukan Kartareja dan istrinya
Rasus membenci adanya acara bukak agar dia dapat mengambil harta Dower dan

106 106
Amriani H.: Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng...

Sulam sekaligus. Kelicikan Kartareja dan istrinya “Lihat. Baru beberapa bulan menjadi
tergambar dalam kutipan berikut. ronggeng sudah ada gelang emas di tangan
Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit
“Dan engkau masih akan menerima sebuah emas pula,” kata seorang perempuan penjual
ringgit emas. Mau bukan? Nanti bila Sulam sirih. “Kau sudah tahu dari mana ronggeng itu
terjaga, dia akan masuk kemari.” Mata Srintil memperoleh bandul kalung seberat dua puluh
terbuka lebar-lebar. Suaranya serak ketika lima gram. Tetapi kau pasti belum tahu siapa
dia bertanya kepada Nyai kertareja, “jadi aku yang memberi Srintil sebuah kalung,”ujar
harus melayani Sulam pula?”. “Tak mengapa perempuan lainnya”. (Tohari,2011:81).
engkau akan menjadi satu-satunya anak yang
memiliki ringgit emas di Dukuh Paruk ini.” Pelecehan seksual
(Tohari, 2011:77).
Srintil telah dikenal oleh semua orang
Perihal Srintil yang jatuh cinta pada Rasus sebagai wanita panggilan yang bisa diajak
sangat meresahkan Nyai Kartareja bersama tidur oleh sembarang laki-laki yang mampu
suaminya. Seorang ronggeng tidak boleh jatuh membayar tarif yang telah ditentukan. Hal ini
cinta pada laki-laki manapun sebaliknya justru menyebabkan para pedagang di pasar pun tak
laki-laki lah yang seharusnya tergila-gila pada henti berusaha mencuri perhatian Srintil dengan
sang ronggeng. Selain itu apabila Srintil jatuh menawarkan dagangan mereka secara gratis
hati pada Rasus dan berniat menikah dengan kepada Srintil. Hal ini dilakukan dengan harapan
Rasus itu berarti kariernya sebagai ronggeng akan Srintil dapat memenuhi hasrat mereka. Ketika
tamat dan sumber penghasilannya juga akan ikut Srintil berbelanja di pasar seorang penjual sabun
mati, tentu saja hal tersebut sangat dikhawatirkan menggoda Srintil dan berusaha memeluk pinggul
Nyai Kartareja dan suaminya yang licik itu Srintil. Srintil telah dijadikan sebagai objek
Kekhawatiran tersebut tergambar dalam kutipan pelecehan seksual laki-laki dengan membiarkan
berikut ini. laki-laki mengucapkan kata-kata yang tidak
“Kalau ada orang yang paling khawatir sopan dan memperlakukan dirinya secara tidak
tentang keadaan Srintil, tentulah dia Nyai hormat, seperti dalam kutipan berikut ini.
Kartareja bersama suaminya. Mereka “Eh, wong kenes, wong kenes. Aku tahu di
sungguh tidak rela anak asuhannya jatuh hati Dukuh Paruk orang menggosok-gosokkan
kepada Rasus atau kepada laki-laki mana pun. batu ke badan bila sedang mandi. Tetapi
Lebih-lebih lagi bila Srintil sampai berpikir engkau tak pantas melakukannya. Mandilah
tentang sebuah rumah tangga yang hendak dengan sabun mandiku. Tak usah bayar bila
dibangunnya. Martabat mereka sebagai malam nanti kau bukakan pintu bilikmu
dukun ronggeng berada dalam taruhan, dan bagiku. Nah kemarilah.” Berkata demikian,
sumber penghasilan mereka yang subur tangan pak Simbar menjulur ke arah pinggul
terancam bahaya” (Tohari, 2011:115). Srintil” (Tohari, 2011:83).
Kecemburuan sosial Tidak hanya seorang pedagang yang
Srintil yang laris manis sebagai Ronggeng mencoba mengambil keuntungan dari tubuh
sekaligus wanita panggilan memperoleh banyak Srintil, seorang penjual lainnya yaitu Babah
harta dari pekerjaannya itu, perhiasan emas dengan Pincang tak ketinggalan menggoda Srintil dengan
berat berpuluh gram menjadi pemandangan yang mencoba menggamit pipi Srintil. Srintil yang
biasa dalam penampilannya, hal ini menimbulkan telah terbiasa menghadapi laki-laki hidung belang
perasaan iri dari perempuan-perempuan yang membiarkan saja pelecehan tersebut terjadi pada
melihatnya, mereka bergunjing tentang perhiasan dirinya, hal tersebut tergambar dalam kutipan
yang dipakai Srintil dan cara memperolehnya. berikut ini.
Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini. “Seperti juga pak Simbar Babah Pincang
juga gatal tangan. Bukan pinggul Srintil
107 107
Sawerigading, Vol. 20, 1 April 2014: 99—108

yang digamitnya, melainkan pipinya. Kali sosial yang terdapat dalam novel Ronggeng
ini Srintil tak berusaha menolak” (Tohari, Dukuh Paruk antara lain, 1) kemiskinan, 2)
2011:83). perdukunan, 3) kesewenang-wenangan, 4) jatuh
Rasus sebagai laki-laki yang mencintai cinta, 5) pelacuran, 6) seks pranikah, 7) kelicikan,
Srintil juga tidak berani lagi menjumpainya. 8) kecemburuan sosial, dan 9) pelecehan seksual.
Apabila dia tidak mempunyai uang. Rasus
beranggapan bahwa untuk dapat tidur bersama DAFTAR PUSTAKA
Srintil hanyalah orang yang mempunyai uang. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra
Hal ini membuat Srintil merasa di lecehkan. Rasus dan Pengajarannya. Yogyakarta: Penerbit
ternyata telah menilainya dengan uang seperti Pustaka
laki-laki lain padahal dalam hati Srintil Rasus Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi
mempunyai tempat khusus yang berbeda dengan Penelitian Sastra; Epistemologi, Model,
laki-laki manapun. Hal tersebut tergambar dalam Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps
kutipan berikut ini. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra.
“Selamanya aku tak ingin bertemu lagi Yogyakarta: Pustaka Pelajar
denganmu kecuali aku mempunyai uang.” Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa
“jadi begitukah rupanya Rasus?” “Ya Fiksi. Surabaya: University Press
mengapa?” “Apakah waktu itu aku juga minta Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian
uang kepadamu?”. Srintil menundukkan Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
kepala ketika mengucapkan kata-kata itu”
Press
(Tohari, 2011:89).
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosial
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PENUTUP
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan,
Dukuh paruk adalah sebuah desa miskin Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta:
dan terbelakang dalam segala hal. Di dalamnya Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat. Fakultas
terdapat tradisi-tradisi yang mungkin bagi Ilmu Budaya. Universitas Gadjah Mada.
sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang Semi, M. Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung:
tabu dan melanggar norma, namun di desa Angkasa
Dukuh paruk tetap kuat memegang tradisi-tradisi -----------------. 1993. Metode Penelitian Sastra.
tersebut. Keadaan sosial masyarakat yang miskin Bandung: Angkasa
harta dan ilmu menimbulkan dampak sosial yang Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian
lain. Rasus dan Srintil yang menjadi tokoh utama Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
dalam novel tersebut menjadikan desa Dukuh Kencana
Paruk sebagai saksi perjalanan cinta mereka Tohari, Ahmad. 2011. Ronggeng Dukuh Paruk.
yang penuh dengan masalah dan tantangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Namun permasalahan sosial yang menjadi Waluyo, J Herman.2006.Pengakajian dan
penghalang mereka bukan hanya disebabkan oleh Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
ketidakmampuan mereka untuk menyatukan cinta Press
mereka, tapi juga dikarenakan banyak faktor- http: //natadipura.com/definisi kemiskinan/http://
faktor lingkungan yang ada di sekitar mereka. id.shvoong.com/social-sciences/1999254-
Di desa Dukuh Paruk ditemukan banyak ciri kemiskinan/ Diakses tanggal 1 Januari
realitas sosial yang merupakan gambaran 2104.
kehidupan Desa Dukuh Paruk yang kecil namun www.slideshare.net/teori-ilmu-sosial dan realitas
memiliki permasalahan yang kompleks. realitas sosial/Diakses tanggal 1 Januari 2014.

108 108

Anda mungkin juga menyukai