Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


2.1.1 Latar Belakang Terbentuknya KBK
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari
waktu ke waktu. Pembaharuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kulitas
pendidikan dan pembelajaran. Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan terutama meningkatkan hasil
belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti
penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya
dalam mata pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran
matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus
dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan
kemampuan siswa serta tuntutan lingkungan.
Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan kualitas pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang
kurikulum. Seperti penyempurnaan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu inovasi sebagai respon
terhadap perubahan yang ada. Dasar-dasar pemikiran pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi di Indonesia adalah :
1) Masalah internal pendidikan di Indonesia
Masalah internal yang dimaksud adalah tatanan pendidikan di Indonesia
yang belum tersusun dengan jelas. Kurikulum tahun 1994 (berdasarkan
Kepmendikbud No. 056/U/1994) berbasis pada isi yang hanya bertujuan
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan penerapannya (content based),
sedangkan ilmu pengetahuan terus-menerus berkembang sehingga apabila
masih berbasis pada isi maka akan tertinggal oleh perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 1


2) Masalah global
Masalah global antara lain adalah adanya laporan dari UNESCO mengenai
HDI negara Indonesia yang cenderung semakin tertinggal dari negara lain.
Selain itu, terdapat juga hal-hal sebagai berikut.
 Persaingan global antar pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan
yang dapat bersaing di era global,
 Perubahan orientasi pendidikan yang tidak hanya menghasilkan
manusia cerdas tetapi juga harus mampu menerapkan ilmunya dalam
kehidupan bermasyarakat,
 Perubahan kebutuhan tenaga kerja yang dipersyaratkan oleh industri
akan soft skill dan hard skill yang harus dimiliki oleh pencari kerja.
Sedangkan dasar hukum pelaksanaannya adalah :
1. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang otonomi di bidang
pendidikan,
2. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang
harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering
disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum
harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah
"pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan
yang dapat diamati dan diukur". Kompetensi (kemampuan) lulusan
merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan
yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena itu,
penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan
lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi pendidikan
berbasis kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian
berbasiskan kompetensi.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 2


2.1.2 Pengertian KBK
Untuk memahami tentang pengertian kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dari kompetensi itu
sendiri. Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum
Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.” Kay (1977) mengemukakan bahwa
kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh
kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan
(Mulyasa, 2005 : 39).  Dengan demikian kompetensi merupakan indikator
yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep
yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap,
serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Sedangkan untuk pengertian KBK menurut beberapa sumber yakni
sebagai berikut.
1) Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2) Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
(2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam KBK, pembelajaran difokuskan pada pemerolehan kompetensi-
kompetensi oleh peserta didik. Oleh sebab itu,  kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 3


sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik
sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.3 Karakteristik KBK


Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) terdapat sejumlah
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sebagai hasil demonstrasi
kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi
yang dipersyaratkan. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum
berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut.
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang
memenuhi unsur edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Selanjutnya, Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat
diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1) Sistem belajar dengan modul.
Modul adalah suatu bentuk bahan ajar mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk
digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya
untuk para guru. Modul ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun
tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 4


2) Menggunakan keseluruhan sumber belajar
Dalam KBK seorang guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam
pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan
mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Sumber belajar dapat
mencakup manusia, bahan atau pesan pembelajaran, lingkungan, alat dan
peralatan, serta aktivitas.
3) Pengalaman lapangan
Pengalaman lapangan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara guru
dan peserta didik lebih ditekankan dalam KBK ini. Keterlibatan guru
dalam pembelajaran di sekolah memudahkan mereka untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran.
4) Strategi belajar individual personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik,
sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan
peserta didik, bakat, minat, dan kemampuan (personalisasi).
5) Kemudahan belajar
Kombinasi antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman
lapangan, dan pembelajaran secara tim akan memberikan kemudahan
belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
6) Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan
di dalam kelas, dengan asumsi bahwa dalam kondisi yang tepat semua
peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil
belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari.

2.1.4 Pelaksanaan KBK


Pelaksanaan atau implementasi KBK adalah proses penerapan ide,
konsep, dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) telah berjalan sejak tahun 2001 pada beberapa sekolah
yang dijadikan mini pilot. Impelementasi KBK merupakan salah satu bagian

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 5


penting untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnan KBK baik
dari aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman, dan keterlaksanaannya di
lapangan.
Implementasi yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip
yaitu Penilaian Berbasis kelas, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.
1)  Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang
bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang
hendak diukur” dari siswa.
2)  Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan
guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu”
terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan
sesuatu.
3)  Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Prinsip ini perlu diimplementasi untuk memberdayakan daerah dan
sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka.

2.1.5 Evaluasi KBK


1) Tujuan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kurikulum bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh penerapan kurikulum berstandar Nasional dipakai sebagai pedoman
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum di daerah atau sekolah,
sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami, diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik. Evaluasi
dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum
sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap
jenjang pendidikan.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 6


Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di
daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian
pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup :
a) Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum
b) Indikator keberhasilan penyusunan silabus
c) Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
d) Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran
e) Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar
f) Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
2) Tahapan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan oleh
Tim ahli dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten. Evaluasi
menggunakan indikator keberhasilan pelaksanaan pengembangan
kurikulum di daerah atau sekolah dan selain itu evaluasi juga dapat
dilakukan melalui pentahapan, mulai dari tahun pertama hingga tahun
terakhir pelaksanaan kurikulum berstandar nasional. Prinsip penilaian
pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan daerah masing-masing
adalah penilaian terhadap relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan,
dan efektivitasnya.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rancangan dan
pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan
prasarana, serta sumber belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum
dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan
pendidikan pada tingkat pusat, daerah dan sekolah untuk memperbaiki
kekurangan yang ada dan meningkatkan hasil yang lebih optimal. Hasil
tersebut dapat juga digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan pelaksana
pendidikan di daerah dalam memahami dan membantu meningkatkan
kemampuan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode, dan
perangkat.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 7


2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2.2.1 Latar Belakang Terbentuknya KTSP
Pembaharuan kurikulum dari KBK menjadi KTSP bertujuan untuk
mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan yang akan dihadapi siswa
sebagai generasi penerus bangsa. Karena pada dasarnya kurikulum harus
disempurnakan secara berkelanjutan agar sistem pendidikan nasional selalu
relevan dan kompetitif.
Penyelenggaraan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
pernah diterapkan di Indonesia dilandasi oleh kebijakan perundang-undangan
sebagai berikut.
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
c) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor  22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Standar isi ini mencakup lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan   tertentu
d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik  Indonesia Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik  Indonesia Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah
Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 menetapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penyusunan kurikulum tingkat satuan

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 8


pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada
panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-
kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta
didik.

2.2.2 Pengertian KTSP


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi
satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas kepada setiap satuan pendidikan dan melibatkan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
KTSP dikembangkan dengan memperhatikan Standar Kompetensi dan
Indikator sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
di setiap satuan pendidikan sesuai dengan standar isi yang telah disahkan
pemerintah.

2.2.3 Karakteristik KTSP


Karakteristik KTSP dapat diketahui dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 9


Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP
sebagai berikut.
1) Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan
juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta
tuntutan masyarakat. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka
dalam pengambilan keputusan dan tanggungjawab bersama dalam
pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional, dan profesional.
2) Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi
masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik
dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan,
tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta
mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
3) Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Dalam KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung
oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala
sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-
orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Kepala sekolah
adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk
mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.
Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan
proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki
tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
4) Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan
pembelajaran didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 10


berbagai pihak yang telibat dalam pendidikan. Dalam dewan pendidikan dan
komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara
harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan suatu
“sekolah yang dapat dibanggakan” oleh semua pihak. Mereka tidak saling
menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi
terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
Disamping beberapa karakteristik di atas, terdapat beberapa faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP, terutama
berkaitan dengan sistem informasi, serta sistem penghargaan dan hukuman.
 Sistem Informasi yang Jelas dan Transparan
Sekolah dan satuan pendidikan yang mengembangkan dan melaksanakan
KTSP perlu memiliki informasi yang jelas tentang program yang netral dan
transparan, karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi
dan posisi sekolah. Informasi yang penting dimiliki sekolah antara lain
berkaitan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, sumber-sumber
belajar, serta visi dan misi sekolah.
 Sistem Penghargaan dan Hukuman
Sekolah dan satuan pendidikan yang mengembangkan dan melaksanakan
KTSP perlu menyusun sistem penghargaan (reward) dan hukuman
(punishment) bagi warganya untuk mendorong kinerjanya. Sistem ini juga
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas warga sekolah,
khususnya bagi prestasi belajar peserta didik.

2.2.4 Komponen-komponen KTSP


Secara garis besar KTSP memiliki enam komponen penting yang
menyusun kurikulum ini, yakni sebagai berikut.
1) Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga
masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-
masing. Sebaiknya visi dan misi satuan pendidikan bukan hanya rumusan
yang hampa makna, tetapi merupakan acuan yang sarat dengan makna,
sehingga mewarnai seluruh kegiatan di satuan pendidikan tersebut.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 11


2) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan dasar, menengah, dan
kejuruan adalah sebagai berikut.
 Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: meletakkan dasar kecerdasan
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
 Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C
bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
 Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.
3) Menyusun Kalender Pendidikan
Setiap satuan pendidikan harus menyusun kalender pendidikan dalam
rangka pengembangan KTSP yang sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
4) Struktur Muatan KTSP
Struktur dan muatan kurikulum dalam KTSP meliputi Mata Pelajaran,
Muatan Lokal, Pengembangan diri, Beban belajar, Ketuntasan belajar,
Kenaikan Kelas dan kelulusan, Penjurusan, Pendidikan kecakapan hidup,
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
5) Silabus
Dalam KTSP, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 12


6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran silabus ke
dalam unit-unit atau satuan kegiatan pembelajaran untuk dilaksanakan di
kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana operasional
pembelajaran yang memuat beberapa indikator yang terkait untuk
dilaksanakan dalam satu atau dua kali pertemuan di kelas. RPP, dan juga
silabus, hendaknya disusun dengan mempertimbangkan waktu pertemuan
atau alokasi waktu jam pelajaran dan minggu efektif dalam satu tahun
pelajaran. Satu pertemuan bisa berlangsung selama 1 kali jam pelajaran, 2
kali jam pelajaran, atau 3 kali jam pelajaran tergantung di jadwal pelajaran
sekolah. Alokasi waktu untuk satu jam pelajaran di SD/MI 35 menit, di
SMP/MTs 40 menit, dan di SMA/MA 45 menit alokasi waktu dan minggu
dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu.

2.3 Kurikulum 2013


2.3.1 Latar Belakang Terbentuknya Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk
usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif lebih
banyak dari usia tidak produktif. Oleh sebab itu tantangan besar yang
dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 13


produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan
agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International
Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa
capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara
lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
4) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
5) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
6) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik;

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 14


7) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
8) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.

2.3.2 Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3)mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 15


4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).

2.3.3 Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran
untuk mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum
sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus
dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya
di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah
totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang
pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam
rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan
dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program
pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar
12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 16


3) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan
psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi
yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata
pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas
dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran,
diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi
horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi
prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

2.3.4 Proses Pembelajaran Kurikulum 2013


Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler
dan pembelajaran ekstra-kurikuler.
1) Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:

a) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang


berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan
dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
b) Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di
SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan (excepted).
2) Pembelajaran ekstra-kurikuler
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk
aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas
kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler
wajib. Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum. Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 17


a) Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang
tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,
b) Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada
kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai
ketrampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan sekolah, masyarakat
dan alam. Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan
sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 18


PENUTUP

Simpulan
Dari uraian di atas, adapun beberapa hal yang dapat penulis simpulkan
adalah:
1) Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan
agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif.
2) Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap
perubahan yang ada sehingga dikembangkan kurikulum baru yang diberi
nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
3) Kurkikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah
4) Implementasi atau Pelaksanaan KBK meliputi beberapa prinsip yaitu
Penilaian Berbasis kelas; Kegiatan Belajar Mengajar (KBM); dan
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.
5) Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh Depdiknas dari KBK, kemudian
KTSP bertujuan untuk mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan
yang akan dihadapi siswa sebagai generasi penerus bangsa.
6) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan atau sekolah, potensi sekolah/daerah,
karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik.
7) Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.

3.2 Saran
1) Pemerintah seharusnya tetap memantau keberlangsungan pelaksanaan
kurikulum, terutama saat terjadinya perubahan kurikulum sehingga

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 19


meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dilapangan dan
tetap konsisten terhadap kebijakan yang telah dibuat.
2) Seluruh tenaga kependidikan agar menerapkan kurikulum yang ada sesuai teori
agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.
3) Bagi masyarakat penulis berharap agar dapat mendukung kurikulum yang
sedang diberlakukan di Indonesia sehingga kualitas pendidikan semakin
meningkat.
4) Kepada para peserta didik agar dapat mendukung keberlangsungan kurikulum
yang ada agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik dan lancar.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 20


HASIL DISKUSI

1. Dody Arya Wibowo


a. Mengapa KTSP bersifat desentralistik?
b. Mengapa tidak dari pemerintah yang menyesuaikan dengan keadaan
antara sekolah satu dengan sekolah lainnya?

Jawaban kelompok penyaji :


Seperti yang kita ketahui, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat
heterogen dilihat dari segi sosial maupun budayanya. Masing-masing daerah
mempunyai keadaan sosial budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu pada
KTSP, sekolah diberikan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan keadaan daerah masing-masing. Bukan berarti
mengembangkan kurikulum sebebas-bebasnya, tetapi ada standar isi dan
standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai
acuan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Jika
pemerintah yang mengembangkan kurikulum dengan menyesuaikan keadaan
antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya, maka pembelajaran
tidak akan berjalan efektif. Mungkin saja hasil pengembangan kurikulum
tersebut berhasil diterapkan di suatu daerah, tetapi belum tentu berhasil di
daerah lainnya. Hal ini karena keberagaman sosial budaya yang ada pada
masing-masing daerah (tempat sekolah tersebut) sehingga sulit sekali untuk
menyeragamkannya. Maka dari itu, dalam KTSP pemerintah memberikan
otonomi yang seluas-luasnya kepada setiap satuan pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan keadaan di daerahnya masing-
masing.

2. Kadek Lia Aryanti


a. Dalam pelaksanaan KBK terdapat penilaian berbasis kelas. Bagaimana
sistem penilaian berbasis kelas dan apakah terdapat tim khusus yang
melaksanakan penilaian berbasis kelas tersebut?
b. Dalam kurikulum 2013, ada yang disebut dengan kompetensi inti kelas.
Apa yang dimaksud dengan kompetensi inti kelas?

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 21


Jawaban kelompok penyaji :
a. Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan
informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru
mata pelajaran bersangkutan. Pelaksanaan dari kurikulum KBK yang
berkaitan dengan proses dan tujuan belajar patut diukur secara
operasional. Untuk menakar keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum,
diambil sampel dari cara siswa menjalani kegiatan belajar dikelas.
Pengambilan sampel ini dilaksanakan oleh guru, kemudian dari hasil ini
guru dapat merumuskan dan juga mengkaji apakah sistem yang
diharapkan KBK sudah berjalan atau tidak. Penilaian berbasis kelas ini
secara khusus mengamati proses belajar, mengenai manajemen guru dan
sekolah dalam KBK, itu diamati melalui penilaian kurikulum berbasis
sekolah pada poin berikutnya.
b. Kompetensi inti kelas dalam kurikulum 2013 sama halnya dengan standar
kompetensi dalam KTSP yaitu suatu kompetensi yang menjadi acuan
ketercapaian pembelajaran di kelas. Kompetensi inti kelas ini yang
selanjutnya dijabarkan dalam kompetensi dasar. Kompetensi inti kelas ini
menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

3. Ngakan Putu Yogi Darma Yudha


a. Karena diberikan otonomi yang luas, bagaimana cara mengetahui apakah
KTSP berhasil atau tidak?
b. Apa yang menjadi parameter keberhasilan KTSP?

Jawaban kelompok penyaji :


Meskipun diberikan otonomi yang luas kepada setiap satuan pendidikan
untuk mengembangkan kurikulum, tetapi keberhasilan KTSP masih dapat di
ketahui. Parameter yang digunakan dalam mengukur keberhasilan tersebut
adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sejauh mana indikator tersebut bisa dicapai oleh masing-masing

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 22


satuan pendidikan. Dapat dibuat suatu rentangan keberhasilan untuk
mengkategorikan keberhasilan KTSP di satuan pendidikan tersebut. Misalnya
70 % sudah tercapai (meskipun belum 100%), maka KTSP dikatakan
berhasil. Jika < 70% maka KTSP belum berhasil diterapkan di sekolah
tersebut. Rentangan keberhasilan tersebut bisa digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan KTSP.

Tanggapan :
I Wayan Suantara : yang menjadi parameter keberhasilan KTSP adalah tujuan dari
KTSP itu sendiri.

4. I Gede Ariestata Frandika Yoga


a. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar
berdasarkan tema. Apakah ada perbedaan dengan kurikulum sebelumnya?
Bagaimana cara pembuatan RPP berdasarkan tema?
b. Bagaimana pengembangan RPP untuk tingkat SMP, SMA dan SMK?

Jawaban kelompok penyaji :


a. Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar yang berdasarkan tema sudah
diterapkan dari KTSP yang dikenal dengan istilah tematik. Hanya saja,
dalam KTSP tematik baru diterapkan untuk kelas I – III, sedangkan dalam
kurikulum 2013 tematik diterapkan untuk kelas I – VI. Pembelajaran
berdasarkan tema yang dimaksud yaitu dalam setiap tema atau sub tema
haruslah mencangkup beberapa mata pelajaran. Seperti untuk tema 1 harus
mencangkup Bahasa Indonesia, Matematika, IPA maupun IPS. Dalam
pembelajaran ini, tenaga pendidik pada tingkat Sekolah Dasar
menggunakan sistem guru kelas. Berbeda dengan pembelajaran
berdasarkan kurikulum sebelum KTSP yang mana pembelajarannya tidak
berdasarkan tema, untuk kelas IV – VI menggunakan guru mata pelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum 2013, pembuatan RPP berdasarkan tema
dirasa cukup sulit untuk dirancang oleh seorang guru karena harus
memadukan beberapa pelajaran dalam satu tema. Oleh karena itu dalam

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 23


penerapan kurikulum 2013, RPP berdasarkan tema sudah disiapkan
langsung oleh pemerintah, sehingga guru hanya melaksanakannya saja.
b. Pengembangan RPP untuk tingkat SMP, SMA dan SMK berdasarkan
kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan pengembangan RPP
berdasarkan kurikulum sebelumnya. Hanya saja pengembangan RPP
berdasarkan kurikulum 2013 lebih menekankan pada sikap peserta didik.

5. Ketut Agus Buda Sumiranata


a. Apakah dengan adanya perubahan kurikulum tujuan pendidikan sudah
tercapai?
b. Setujukah anda dengan perubahan kurikulum?

Jawaban kelompok penyaji :


a. Secara teoritis memang untuk mencapai tujuan pendidikan nasional salah
satu instrumen yang perlu dikembangkan ialah kurikulum. Kurikulum
sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan standar
isi, standar proses dan lainnya mesti dikembangkan sesuai dengan arus
perkembangan zaman. Akan tetapi jika menoleh ke belakang dan
mempertanyakan apakah dengan perubahan kurikulum sudah membuat
tujuan pendidikan tercapai, tentu kita harus analisis bahwa pengembangan
kurikulum hanya sebagai salah satu instrumen, disamping kurikulum
terdapat faktor ekonomi, sumber daya manusia, lingkungan yang juga
turut mempengaruhi pencapain tujuan pendidikan, untuk itu kita tidak
bisa membebani ketercapain dari tujuan pendidikan tersebut hanya peran
dari kurikulum saja.
b. Secara pribadi kami menyetujui dengan adanya peengembangan
kurikulum karena memang untuk menciptakan sumber daya yang
berkualitas perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan ilmu pengetahuan, disinilah fungsi dari pengembangan
kurikulum tersebut. Hanya saja terkadang yang membuat kami kurang
mendukung pengembangan kurikulum tersebut ialah manakala proses
selama pengembangan kurikulum tersebut tidak berjalan secara ideal.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 24


Ideal yang dimaksud disini ialah tahap-tahap yang semestinya dilalui
dalam menyusun/mengembangkan kurikulum tersebut benar-benar dilalui
dengan matang sehingga menghasilkan kurikulum yang berstandar.
Selama ini pengembangan kurikulum kita masih sembrawut, proses
evaluasi yang tidak efektif, waktu pelaksanaan kurikulum terlalu singkat
hingga perubahan kurikulum yang berkaitan erat dengan kebijakan politis
membuat pergantian kurikulum di negeri kita menjadi sorotan. Sehingga
dapat kami simpulkan bahwa pergantian kurikulum itu memang perlu
dilaksanakan pada waktu yang memang benar-benar tepat.

Tanggapan :
Putu Sadu Wirawan : dengan adanya perubahan kurikulum tujuan pendidikan
belum tentu tercapai. Selama adanya perubahan kurikulum, tujuan pendidikan
belum sepenuhnya tercapai.

Kelahiran KBK sampai Kurikulum 2013 | 25

Anda mungkin juga menyukai