Anda di halaman 1dari 16

MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

(Upaya Memahami Eksistensi Manusia)

Aziza Aryati*

Abstrak

Filsafat manusia atau antropologi filsafat merupakan bagian integral dari sistem Filsafat yang
secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara
metodis ia memiliki kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya
seperti; etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial dan estetika. Semua cabang filsafat tersebut pada
prinsipnya bermuara pada esensi manusia dengan menyoroti gejala dan kejadian manusia secara
sintesis dan reflektif, serta memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka
dengan mempelajari filsafat manusia bererti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang
sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti
itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.

Kata Kunci : filsafat manusia, esensi manusia, intensif dan kritis.

Pendahuluan (51) ayat 56, Allah SWT berfiman yang


Manusia merupakan makhluk artinya; “Aku tidak menciptakan jin dan
ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, manusia melainkan agar mereka
karena manusia dibekali berbagai beribadah kepada-Ku”.1 Dari tafsir
kelebihan dibanding dengan makhluk tersebut terlihat jelas bahwa jin dan
lain, yaitu kelebihan nafsu (sifat dasar manusia diciptakan untuk beribadah
iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar kepada Allah. Namun, banyak dari
malaikat) dan akal (sifat keistimewaan golongan manusia yang tidak dapat
manusia). Ketiga hal tersebut membuat melakukan sebagaimana yang diharapkan
manusia memiliki kedudukan yang tinggi oleh sang pencipta, malah manusia
di hadapan-Nya. Jika manusia dapat berbuat sebaliknya dan mengingkari apa
mengatur ketiganya dan dapat yang telah dikaruniakan. Itu karena
memposisikan diri sebagaimana yang manusia belum memahami betul hakikat
dititahkan oleh Allah SWT, maka dirinya diciptakan oleh Allah SWT.
manusia akan memperoleh kebahagiaan Dengan akal, membuat manusia
abadi. Dalam Al Qur’an surat Az-Zariyat selalu ingin tahu tentang segala sesuatu.

*Penulis adalah Dosen FUAD IAIN Bengkulu


El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu (427-347 sM) menunjukkan keragaman
manusia menggunakan jalur pendidikan. pengertian ini. Herodotus menggunakan
Melalui pendidikan manusia memperoleh kata philosophein dalam upaya untuk
berbagai ilmu baru dan dapat menemukan sesuatu. Dalam pengertian
mengembangkan ilmu tersebut. Filsafat ini filsafat diberi arti rasa cinta untuk
merupakan cabang ilmu pengetahuan mengetahui dan memuaskan aspek
yang selalu menggunakan pemikiran kognitifnya. Sementara Phytagoras
mendalam, luas, radikal, dan berpegang mengaitkan sophia dengan kontemplasi.
pada kebijakansanaan dalam melihat Sophia bagi Phytagoras adalah
suatu problem. Dengan kata lain, filsafat “pengetahuan hasil kontemplasi”. Dengan
selalu mencoba mencari hakikat atau pengertian itu murid Plato ini ingin
maksud dibalik adanya sesuatu tersebut. membedakan antara pengetahuan hasil
Dalam tulisan ini, penulis berusaha kontemplasi dengan pengetahuan yang
memahami manusia melalui dimensi bersifat teknis dan instrumentalistik yang
filsafat. Untuk apa manusia hidup, dimiliki oleh para pelaku bisnis dan atlet.2
bagaiman ia harus hidup, dan apa hakekat Plato, sebagaimana dipaparkan oleh
manusia hidup. Andre Ata Ujan, lebih jauh menunjukkan
hakekat filsafat sebagai hasil kontemplasi
A. Apa itu Filsafat? dalam lima karakter berikut.3 Pertama,
Sebelum lebih jauh membahas dapat bertahan terhadap diskusi kritis.
tentang hakekat manusia dalam dimensi Artinya kegiatan utama dari filsafat
filsafat, penulis terlebih dahulu adalah mengkaji secara kritis tentang
memaparkan tentang pengertian filsafat segala hal. Dengan kajian itu diharapkan
itu sendiri. Secara etimologis, filsafat terjadi pertanggungjawaban rasional.
berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein Kedua, menggunakan metode dialektis.
yang berarti cinta, dan shopia yang berarti Dengan metode ini filsafat bergerak secara
kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah “cinta bertahap, yakni mengkritik pandangan-
akan kebijaksanaan”. Kata sophia dalam pandangan yang ada, setelah itu
pandangan filsafat lebih dari sekedar membangun pandangan baru yang
“wisdom” dalam bahasa Inggris. Sophia didukung dengan argumen yang lebih
mengandung banyak makna. Beberepa kuat. Ketiga, berusaha mencapai realitas
filusuf Yunani seperti Herodotus (484-425 yang terdalam. Filsafat menganalisa hal-
sM), Phytagoras (560-480 sM) dan Plato hal terdalam dari kenyataan. Ia tidak

80
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

berhenti pada fakta empiris, melainkan pertanggungjawaban. Sebagai sebuah


berusaha untuk menemukan kebenaran ilmu filsafat selalu berusaha untuk
yang terdalam. Filsafat mencari bertanya dan mempertanyakan.
pengetahuan yang sejati serta hal yang Tujuannya adalah untuk menemukan
hakiki dari realitas. Karena itulah filsafat kebenaran dan sebab musabab yang
bersifat metaempiris. Keempat, filsafat terdalam dari segala hal.6
bertujuan untuk mengangkap tujuan ideal Kemudian dari pendekatan
realitas. Bagi Plato memahami kebenaran etimologis tersebut, dapat disimpulkan
berarti juga memahami Idea tentang bahwa filsafat berarti pengetahuan
kebenaran yang dicari oleh manusia. Idea mengenai pengetahuan, akar dari
tentang kebenaran dilihat sebagai realitas pengetahuan atau pengetahuan yang
tertinggi bagi manusia. Kelima, terdalam.7 Secara terminologis, banyak
mengetahui bagaimana harus hidup sekali pendapat-pendapat yang berkenaan
sebagai manusia. Dalam butir ini filsafat dengan pengertian filsafat. Tidak ada
dikaitkan dengan suatu pengetahuan yang pengertian yang secara pasti, tetapi
benar tentang cara hidup sebagai berikut beberapa pengertian yang penulis
manusia.4 dapat dari beberapa sumber. Filsafat
Dari berbagai karakter di atas, adalah ilmu pengetahuan yang amat luas
filsafat dapat didefinisikan dalam tiga hal. (komprehensif) yang berusaha untuk
Pertama, filsafat sebagai hasil perenungan. memahami persoalan-persoalan yang
Dalam pengertian ini filsafat merupakan timbul didalam keseluruhan ruang
perenungan terhadap hasil permanungan lingkup pengalaman manusia.8 Filsafat
atau ide-ide yang ada. Perenungan ini adalah ilmu yang mempelajari dengan
adalah sejenis percakapan yang dilakukan sungguh-sungguh tentang hakekat
dengan diri sendiri atau dengan orang kebenaran sesuatu.9
lain. Kedua, sebagai kritik. Dalam Filsafat adalah daya upaya manusia
pengertian ini filsafat berusaha mengerti, dengan akal budinya untuk memahami,
membedakan dan mengambil keputusan.5 mendalami dan menyelami secara radikal,
Ketiga, filsafat sebagai ilmu yang berusaha dan integral serta sistematik mengenai
mencari kebenaran secara metodis, ketuhanan, alam semesta dan manusia
sistematis, rasional dan radikal sehingga dapat menghasilkan
melampaui kebenaran dan pengetahuan tentang bagaimana
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

hakekatnya yang dapat dicapai akal untuk berpetualang dengan wanita. Cinta
manusia dan bagaimana sikap manusia dan wanita adalah hambatan untuk
seharusnya setelah mencapai pengetahua petualangan dan untuk kebebasan dan
tersebut.10 oleh sebab itu bisa dianggap mengurangi
kesenangan. Modela manusia estetis
B. Eksistensi Manusia Sebagai Individu hidup untuk dirinya sendiri, untuk
Pembahasan ini mengutip tulisan kesenangan dan kepentingan pribadinya.
Zaenal Abidin ketika membahs tentang Manusia estetis pun adalah manusia
filsafat eksistensi Soren Aabye yang hidup tanpa jiwa. Ia tidak
Kierkegaard (1883-1855). Tulisannya mempunyai akar dan isi di dalam jiwanya.
menitikberatkan pada pandangannya Kemauannya adalah menginkatkan diri
tentang eksistensi manusia dan tahap- pada kecenderungan masyarakat dan
tahap perkembangannya.11 Eksistensi zamannya. Yang menjadi trend dalam
manusia dan tahap-tahap masyarakat menjadi petunjuk hidupnya
perkembangannya sebagai berikut; dan oleh sebab itu ia ikuti secara seksama.
1. Tahap Estetis Namun kesemuanya itu tidak dilandasi
Tahap estetis adalah tahap di mana oleh passion apapun, selain keinginan
orientasi hidup manusia sepenuhnya untuk sekedar mengetahui dan mencoba.
diarahkan untuk mendapatkan Hidupnya tidak mengakar dalam, karena
kesenangan. Pada tahap ini manusia dalam pandangannya pusat kehidupan itu
dikuasai oleh naluri-naluri seksual (libido), ada di dunia luar. Panduan hidup dan
oleh prinsip-prinsip kesenangan yang moralitasnya ada pada masyarakat dan
hedonistik, dan biasanya bertindak kecenderungan zamannya.
menurut suasana hati (mood). Kierkegaard Manusia estetis bisa mewujud pada
mengambil sosok Don Juan sebagai model siapa saja, termasuk pada para filusuf,
manusia estetis. Don Juan hidup sebagai ilmuwan, sejauh mereka tidak memiliki
hedonis yang tidak mempunyai komitmen passion, tidak mempunyai antusiasme,
dan keterlibatan apapun dalam hidupnya. komitmen dan keterlibatan tertentu dalam
Ia tidak mempunyai passion dalam hidupnya. Jiwa estetis mereka tampak
menyikapi dan menindaklanjuti suatu dari pretensi mereka untuk menjadi
persoalan. Tidak ada cinta dan tidak ada “penonton obyektif” kehidupan. Mereka
ketertarikan untuk mengikatkan diri hanya mengamati dan mendeskripsikan
dalam suatu perkawinan, selain keinginan setiap kejadian yang mereka amati dan

82
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

alami dalam kehidupan tanpa berusaha naluri seksual tidak diproyeksikan


untuk melibatkan diri ke dalamnya. langsung dalam petualangannya dengan
Manusia estetis tidak tahu lagi apa yang wanita, melainkan disublimasikan untuk
sebetulnya diinginkannya, karena tugas-tugas kemanusiaan. Hidup manusia
hidupnya tergantung pada mood dan trend etis tidak untuk kepentingannya sendiri,
dalam masyarakat dan zamannya. Yang melainkan demi nilai-nilai kemanusiaan
pada akhirnya model manusia setetis ini, yang jauh lebih tinggi.
hidupnya hampir tidak bisa lagi Jiwa individu etis mulai terbentuk,
menentukan pilihan karena semakin sehingga hidupnya tidak lagi tergantung
banyak alternatif yang ditawarkan pada masyarakat dan zamannya. Akar-
masyarakat dan zamannya. Jalan akar kepribadiannya cukup tangguh dan
keluarnya hanya ada dua; bunuh diri kuat. Akar kehidupannya ada dalam
(atau, bisa juga lari dalam kegilaan) atau dirinya sendiri dan pedoman hidupnya
masuk dalam tingkatan hidup yang lebih adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih
tinggi, yakni tingkatan etis.12 tinggi. Maka, dengan berani dan percaya
2. Tahap Etis diri ia akan mengatakan “tidak” pada
Memilih hidup dalam tahap etis setiap trend yang tumbuh dan
berarti mengubah pola hidup yang semula berkembang dalam masyarakat dan
estetis menjadi etis. Ada semacam zamannya, sejauh trend itu tidak sesuai
“pertobatan” di sini, di mana individu dengan “suara hati” dan kepribadiannya.
mulai menerima kebajikan-kebajikan Manusia etis pun akan sanggup menolak
moral dan memilih untuk mengikatkan tirani atau kuasa dari luar, baik yang
diri kepadanya. Prinsip kesenangan bersifat represif maupun nonrepresif,
(hedonisme) dibuang jauh-jauh dan sejauh tirani atau kuasa itu tidak sejalan
sekarang ia menerima dan menghayati dengan apa yang diyakininya.13
nilai-niulai kemanusiaan yang bersifat
universal. Sudah mulai ada passion dalam 3. Tahap Religius
menjalani kehidupan berdasarkan nilai- Keotentikan hidup manusia sebagai
nilai kemanusiaan yang dipilihnya secara subyek atau “aku” baru akan tercapai
bebas. Perkawinan merupakan langkah kalau individu dengan “mata tertutup”
perpindahan dari eksistensi estetis ke lompat dan meleburkan diri dalam
eksistensi etis. Prinsip kesenangan dan realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

ke tahap religius jauh lebih sulit dan hingga saat ini belum mendapat
sublim daripada lompatan dari tahap pernyataan yang benar-benar tepat dan
estetis ke tahap etis, maka secara rasional pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang
kita bisa mempertimbangkan segala memang unik, antara manusia satu
konsekuensi yang mungkin akan kita dengan manusia lain berbeda-beda.
hadapi, sedangkan lompatan dari tahap Bahkan orang kembar identik sekalipun,
etis ke tahap religius nyaris tanpa mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai
pertimbangan-pertimbangan rasional. dari fisik, ideologi, pemahaman,
Tidak dibutuhkan alasan atau kepentingan dan lain-lain. Semua itu
pertimbangan rasional dan ilmiah di sini. menyebabkan suatu pernyataan belum
Yang diperlukan hanyalah keyakinan tentu pas untuk di amini oleh sebagian
subyektif yang berdasarkan pada iman. orang.
Hidup dalam Tuhan adalah hidup Para ahli pikir dan ahli filsafat
dalam subyektivitas transenden, tanpa memberikan sebuten kepada manusia
rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuai dengan kemampuan yang dapat
sesuatu yang bersifat duniawi atau dilakukan manusia di bumi ini;15
mundane. Individu yang hendak memilih a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya
jalan religius tidak bisa lain kecuali berani makhluk yang mempunyai budi,
menerima subyektivitas transendennya b. Manusia adalah Animal Rational, artinya
itu- subyektivitas yang hanya mengikuti binatang yang berpikir,
jalan Tuhan dan tidak lagi tertarik baik c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya
pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat makhluk yang pandai menciptakan
universal (eksistensi etis) maupun pada bahasa dan menjelmakan pikiran
tuntutan pribadi dan masyarakat atau manusia dan perasaan dalam kata-kata
zamannya (tahap estetis).14 yang tersusun,
d. Manusia adalah Homo Faber, artinya
C. Hakekat Manusia dalam Pandangan makhluk yang terampil. Dia pandai
Filsafat membuat perkakas atau disebut juga
Sabagaimana telah sedikit di Toolmaking Animal yaitu binatang
utarakan di awal tadi, manusia yang pandai membuat alat,
merupakan makhluk yang sangat unik. e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu
Upaya pemahaman hakekat manusia makhluk yang pandai bekerjasama,
sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, bergaul dengan orang lain dan

84
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

mengorganisasi diri untuk memenuhi mengatakan yang sungguh-sunguh ada


kebutuhan hidupnya, itu adalah zat atau materi, alam ini adalah
f. Manusia adalah Homo Economicus, zat atau materi dan manusia adalah unsur
artinya makhluk yang tunduk pada dari alam, maka dari itu manusia adalah
prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat zat atau materi.17 Manusia ialah apa yang
ekonomis, nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat
g. Manusia adalah Homo Religious, yaitu (darah, daging, tulang).18 Jadi, aliran ini
makhluk yang beragama. lebih berpemahaman bahwa esensi
Dr. M. J. Langeveld seorang tokoh manusia adalah lebih kepada zat atau
pendidikan bangsa Belanda, memandang materinya. Manusia bergerak
manusia sebagai Animal Educadum dan menggunakan organ, makan dengan
Animal Educable, yaitu manusia adalah tangan, berjalan dengan kaki, dan lain-
makhluk yang harus dididik dan dapat lain. Semua serba zat atau meteri.
dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah Berdasar aliran ini, maka dalam
merupakan syarat mutlak terlaksananya pendidikan manusia harus melalui proses
program-program pendidikan. Penulis mengalami atau praktek (psikomotor).
akan mencoba memaparkan apa b. Aliran Serba Ruh, aliran ini diberi
sebenarnya hakekat manusia yang nama aliran Idealisme. Aliran ini
dirangkum dari beberapa sumber bacaan. berpendapat bahwa segala hakikat
Ilmu yang mempelajari tentang hakekat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh,
manusia disebut Antropologi Filsafat.16 juga hakekat manusia adalah ruh.19 Ruh
Berikut pembahasan mengenai manusia: disini bisa diartikan juga sebagai jiwa,
1. Masalah Rohani dan Jasmani mental, juga rasio/akal. Karena itu,
Setidaknya terdapat empat aliran jasmani atau tubuh (materi, zat)
pemikiran yang berkaitan tentang merupakan alat jiwa untuk melaksanakan
masalah rohani dan jasmani (sudut tujuan, keinginan dan dorongan jiwa
pandang unsur pembentuk manusia) (rohani, spirit, ratio) manusia.20 Jadi, aliran
yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, ini beranggapan bahwa yang
aliran dualisme, dan aliran menggerakkan tubuh itu adalah ruh atau
aksistensialisme. jiwa. Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani,
a. Aliran Serba zat (faham raga atau fisik manusia akan mati, sia-sia
materialisme), aliran serba zat ini dan tidak berdaya sama sekali. Dalam
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

pendidikan, maka tidak hanya aspek tidak hanya salah satu saja karena
pengalaman saja yang diutamakan, faktor keduanya sangat penting.
dalam seperti potensi bawaan (intelegensi, d. Aliran Eksistensialisme, aliran
rasio, kemauan dan perasaan) filsafat modern ini berpikir tentang
memerlukan perhatian juga. hakekat manusia yang merupakan
c. Aliran Dualisme, aliran ini eksistensi atau perwujudan sesungguhnya
menganggap bahwa manusia itu pada dari manusia. Jadi intinya hakikat
hakekatnya terdiri dari dua substansi, manusia itu, apa yang menguasai manusia
yaitu jasmani dan rohani.21 Aliran ini secara menyeluruh. Di sini manusia
melihat realita semesta sebagai sintesa dipandang dari serba zat, serba ruh atau
kedua kategori animate dan inanimate, dualisme dari kedua aliran itu, tetapi
makhluk hidup dan benda mati. Demikian memandangnya dari segi eksistensi
pula manusia merupakan kesatuan rohani manusia itu sendiri di dunia.24
dan jasmani, jiwa dan raga.22 Misalnya ada 2. Sudut Pandang Antropologi
persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, Dari segi antropologi terdapat tiga
rasio) dalam pribadi manusia. Mungkin sudut pandang hakekat manusia, yaitu
jawaban umum akan menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk individu,
ratio itu terletak pada otak. Akan tetapi makhluk sosial dan makhluk susila.
akan timbul problem, bagaiman mungkin Berikut penjelasan dari ketiganya:
suatu immaterial entity (sesuatu yang a. Manusia Sebagai Makhluk
non-meterial) yang tiada membutuhkan Individu (Individual Being). Dalam bahasa
ruang, dapat ditempatkan pada suatu filsafat dinyatakan self-existence adalah
materi (tubuh jasmani) yang berada pada sumber pengertian manusia akan segala
ruang wadah tertentu.23 Jadi, aliran ini sesuatu. Self-existence ini mencakup
meyakini bahwa sesungguhnya manusia pengertian yang amat luas, terutama
tidak dapat dipisahkan antara zat/raga meliputi: kesadaran adanya diri diantara
dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya semua relaita, self-respect, self-narcisme,
keduanya tidak dapat dipisahkan. egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
Masing-masing memiliki peranan yang dan persamaan dengan pribadi lain,
sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia khususnya kesadaran akan potensi-
akan mati, ruh tanpa jiwa ia tidak dapat potensi pribadi yang menjadi dasar bagi
berbuat apa-apa. Dalam pendidikan pun, self-realisasi. Manusia sabagai individu
harus memaksimalkan kedua unsur ini, memiliki hak asasi sebagai kodrat alami

86
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya. untuk mengabdi sesamanya adalah asas
Hak asasi manusia sebagai pribadi itu sosialitas itu. Kehidupan individu di
terutama hak hidup, hak kemerdekaan dalam antar hubungan sosial memang
dan hak milik.25 Disadari atau tidak tidak usah kehilangan identitasnya. Sebab,
menusia sering memperlihatkan dirinya kehidupan sosial adalah realita sama
sebagai makhluk individu, seperti ketika rielnya dengan kehidupan individu itu
mereka memaksakan kehendaknya sendiri. Individualitas itu dalam
(egoisme), memecahkan masalahnya perkembangan selanjutnya akan mencapai
sendiri, percaya diri, dan lain-lain. kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan
Menjadi seorang individu manusia sadar akan kebutuhan hidup bersama
mempunyai ciri khasnya masing-masing. segera setelah masa kanak-kanak yang
Antara manusia satu dengan yang lain egosentris berakhir.26 Seorang guru dalam
berbeda-beda, bahkan orang yang kembar kegiatan pembelajaran perlu menanamkan
sekalipun, karena tidak ada manusia di kerjasama kepada peserta didiknya, agar
dunia ini yang benar-benar sama persis. kesadaran sosial itu dapat tumbuh dan
Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak. berkembang dengan baik. Hal tersebut
b. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dapat dicapai dengan penerapan strategi
(Sosial Being). Telah kita ketahui bersama dan metode yang tepat, juga dengan
bahwa manusia tidak dapat hidup pemberian motivasi tentang kebersamaan.
sendirian, manusia membutuhkan c. Manusia Sebagai Makhluk Susila
manusia lain agar bisa tetap exsis dalam (Moral Being). Asas pandangan bahwa
menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia sebagai makhluk susila
manusia juga dikenal dengan istilah bersumber pada kepercayaan bahwa budi
makhluk sosial. Keberadaanya tergantung nurani manusia secara apriori adalah
oleh manusia lain. Esensi manusia sebagai sadar nilai dan pengabdi norma-norma.
makhluk sosial ialah adanya kesadaran Kesadaran susila (sense of morality) tak
manusia tentang status dan posisi dirinya dapat dipisahkan dengan realitas sosial,
dalam kehidupan bersama dan bagaimana sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas
tanggung jawab dan kewajibannya di nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai
dalam kebersamaan itu. Adanya hanyalah di dalam kehidupan sosial.
kesadaran interdependensi dan saling Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah
membutuhkan serta dorongan-dorongan fungsi sosial. Asas kesadaran nilai, asas
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

moralitas adalah dasar fundamental memperhatikan nilai baik-buruk. Das Es


yanng membedakan manusia dari pada ini merupakan prototype dari sifat
hidup makhlukmakhluk alamiah yang individualistis manusia, egoistis, a-sosial
lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar bahkan a-moral. Dan ketika manusia
adanya kesadaran moral itu.27 semata-mata mengikuti dorongan das Es
Ketiga esensi di atas merupakan yang demikian tadi, maka sesungguhnya
satu kesatuan yang tidak terlepaskan dari manusia tidak ada bedanya dengan
diri manusia, tinggal ia sadar atau tidak. makhluk alamiah lain.
Beberapa individu mempunyai b. Bagian Tengah atau das Ich (aku),
kecenderungan terhadap salah satu esensi bagian ini terletak ditengah antara das Es
itu. Ada yang cenderung esensi pertama dan das Uber Ich. Menjadi penengah antara
yang lebih menonjol, ada yang kedua dan kepentingan das Es dan tujuan-tujuan das
ada yang ketiga. Semua tergantung Uber Ich. Das Ich ini bersifat objektif dan
pemahaman dan pendidikan yang dialami realistis, sehingga pribadi seseorang dapat
oleh si individu tersebut. Fungsi berjalan dengan seimbang dan harmonis.
pendidikan adalah mengembangkan Sesuai letaknya, das Ich ini lebih sadar
ketiganya secara seimbang. Agar manusia norma dibanding das Es. Kesadaran das Ich
dapat menempatkan diri sesuai situasi yang bersifat ke-aku-an ini lebih bersifat
dan kondisi yang sedang dialami. Sesuatu social, sehingga das Ich dapat disamakan
yang berlebihan atau malah kurang itu sebagai aspek sosial kepribadian manusia.
tidak baik, jadi yang terbaik itu adalah c. Bagian Atas atau das Uber Ich
seimbang. (superego), bagian jiwa yang paling tinggi,
3. Pandangan Freud tentang Struktur Jiwa sifatnya paling sadar norma, paling luhur.
(Kepribadian).28 Menurut Freud (ahli ilmu Bagian ini yang paling lazim disamakan
jiwa), struktur jiwa (kepribadian) dengan budi nurani. Setiap motif, cita-cita
terbentuk oleh tiga tingkatan atau lapisan, dan tindakan das Uber Ich selalu
yaitu bagian dasar (das Es), bagian tengah didasarkan pada asas-asas normative.
(das Ich) dan bagian atas (das Uber ich). Superego ini selalu menjunjung tinggi
a. Bagian Dasar atau das Es (the Id), nilai-nilai, baik nilai etika maupun nilai
bagian ini merupakan bagian paling dasar religious. Dengan demikian, superego
yaitu berkenaan dengan hasrat-hasrat atau adalah bagian jiwa yang paling sadar
sumber nafsu kehidupan. Semua tuntutan terhadap makna kebudayaan,
das Es semata-mata demi kepuasan, tanpa

88
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

membudaya dalam arti terutama sadar kepada causa prima (Tuhan) pula.30 Jadi,
nilai moral, watak superego ialah susila. jika demikian adanya maka dalam Islam
4. Tujuan Hidup Manusia setidaknya manusia mempunyai beberapa
Segala sesuatu yang ada dalam tujuan. Tujuan hidup manusia paling
kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul sedikit ada empat macam; beribadah,
dan tujuan keberadaanya, begitu juga menjadi khalifah Allah di muka bumi
manusia. Asala mula dan tujuan hidup (yang baik dan sukses tentunya),
manusia merupakan substansi yang sulit memperoleh kesuksesan (kebaikan,
dijelaskan. Karena akal manusia sangat kebahagiaan dan keberuntungan) di dunia
terbatas untuk mencapai pada substansi dan di akhirat, dan mendapat ridho
tersebut. Pikiran manusia tidak pernah Allah.31
mampu menjelaskan secara terperinci
tentang substansi asal-mula tersebut. D. Hakikat dan Martabat Manusia
Mekipun demikian, pikiran manusia Tahap religius sebagaimana telah
dapat dipastikan mampu secara logis dijelaskan di atas, dalam bagian ini lebih
menyimpulkan dan menilai bahwa diarahkan pada hakekat dan martabat
hakekat asal mula itu hanya ada satu, manusia berdasarkan agama tauhid.
bersifat universal, dan berada di dunia Manusia dalam ajaran agama Tauhid
metafisis, karena itu bersifat absolut dan tersusun dari dua unsur yaitu materi dan
tidak mengalami perubahan serta sebagai nonmateri, jasmani dan rohani. Tubuh
sumber dari segala sumber yang ada.29 manusia mempunyai daya fisik atau
Ketika manusia menyadari bahwa asal jasmani, yaitu daya mendengar, daya
mula dan tujuan hidup hanya satu, melihat, daya merasa, daya meraba, daya
bersifat universal dan berada di dunia menciun dan daya gerak, baik ditempat
metafisis, maka pernyataan itu merujuk seperti menggerakkan tangan, kepala,
pada keberadaan Tuhan. Dalam agama kaki, mata, dan sebagainya. Adapun roh
Islam, manusia meyakini bahwa ia berasal atau jiwa yang berasal dari nonmateri
dari Allah SWT dan nantinya akan yang biasa disebut dengan an-nafs
kembali kepada-Nya juga. Akal pikiran memiliki tiga daya; (1) daya pikir yang
manusia dapat memastikan bahwa disebut akal berpusat di kepala, (2) daya
kehidupan ini berawal dari causa prima rasa di dada berpusat di kalbu dan (3)
(Tuhan) dan pada akhirnya kembali daya nafsu berpusat di perut. Ketika daya
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

dimaksud akan mengalami tidak buta terhadap teguran untuk


perkembangan dan penurunan sesuai kebaikan, menjadi teladan baik bagi
dengan kemampuan manusia dalam manusia dan cinta sesama manusia. Oleh
mengolah daya-daya dimaksud. karena itu, peradaban Islam tidak hanya
Pertama,daya pikir atau akal yang berdasar pada penalaran akal saja
berpusat di kepala dalam Islam melainkan melalui budi pekerti luhur dan
dipertajam melalui perenungan alam akhlak mulia.34
semesta dan kejadian-kejadian yang ada Ketiga, daya nafsu yang berpusat di
di alam ini. Oleh karena itu, para filosof perut akan meningkat kekuatannya bila
Muslim mempertajamnya dengan melalui nafsu itu diikuti kemauannya. Manusia
dorongan ayat-ayat kauniyyah; ayat-ayat yang mengikuti hawa nafsu yang
mengenai alam kosmos, yang demikian, akan jatuh derajatnya lebih
mengandung perintah kepada manusia rendah dari mahluk binatang. Sebaliknya,
agar memikirkan dan meneliti alam daya nafsu yang memperoleh bimbingan
sekitarnya.32 dari hati nuraninya melalui keimanannya
Kedua, daya rasa di kalbu yang atau manusia yang mampu
berpusat di dada dipertajam melalui mengendalikan hawa nafsunya akan
ibadah (shalat, zakat, puasa, dan haji). Hal menjadi lebih tinggi derajatnya dari
ini berarti intisari dari semua ibadah mahluk lainnya termasuk termasuk
adalah mendekatkan diri kepada Allah Malaikat.
SWT. Yang Maha Suci hanya bisa didekati Konsep manusia menurut
melalui roh yang suci pula. Ibadah pandangan Islam sebagaimana disebutkan
merupakan sarana untuk mensucikan roh di atas, berbeda dari konsep manusia
atau jiwa manusia. Oleh karena itu, makin menurut ajaran sekulerisme. Manusia
banyak manusia melakukan ibadah secara menurut konsep sekularisme adalah
ikhlas, maka semakin suci pula roh atu manusia tersusu dari tubuh dan roh. Roh
jiwanya.33 Seorang penulis Barat Tor dalam konsep ini adalah daya yang
Andre mengatakan bahwa eksistensi berfikir dalam diri manusia. Daya rasa di
manusia, yakni yang memiliki corak dada yang erat hubungannya dengan hati
kesediaan menolong orang, berterima nurani tidaklah menonjol. Daya pikir di
kasih kepad orang tua, sikap damai, sikap sini banyak bergantung pada panca indera
tidak kikir, tidak melakukan zina, tidak dan pancaindera berhubungan dengan
melakukan sumpah palsu, tidak tuli dan hal-hal yang bersifat materi karena otak

90
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

yang berbentuk fisik. Oleh karena itu, bahwa segala sesuatu di dunia ini berada
dengan meninggalnya manusia maka dalam pola aturan tertentu yang disebut
selesailah seluruh riwayatnya. Tidak ada sunatullah atau hukum alam.35
hidup kedua, tidak ada perhitungan
setelah mati, yang ada hanya kehidupan E. Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan
materi. dan Manusia
Berdasrkan uraian di atas (tahap Dari pemaparan di atas, ternyata
religius) dapat dikatakan bahwa menusia benar-benar merupakan makhluk
keyakinan keagamaan menyebabkan yang unik. Manusia memiliki berbagai
pengaruh positif yang luar biasa; antara dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa,
lain: kelompok, dan lain-lain. Semua itu
1). Keyakinan kegamaan mampu bercampur aduk menjadi potensi dasar
menciptakan kebahagiaan dan atau bawaan manusia, sehingga disadari
kegembiraan. Penciptaan yang dimaksud atau tidak, manusia telah
adalah sesuatu yang memiliki sasaran mengembangkan potensi tersebut, baik
yang dirahmati oleh Allah SWT. Oleh secara maximal atau tidak, dengan baik
karenanya, manusia dibolehkan atau buruk. Semuanya tergantung
memanfaatkan ilmu dan teknologi selama manusia itu sendiri dan lingkungan yang
tidak merusak norma-norma Ilahiyah mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal
yang berlaku kepada manusia. tersebut, dengan akal manusia yang bisa
2). Keyakinan keagamaan mampu dikatakan jenius, manusia dapat
mewujudkan kemasyarakatan yang sehat, menemukan jalan untuk mengembangkan
yaitu menghargai hak asasi manusia, potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu
menghargai aturan-aturan dan dengan pendidikan. Manusia mulai sadar
pembatasan-pembatasan, menganggap akan arti penting pendidikan bagi
keadilan sesuatu yang suci dan kehidupan mereka.
menawarkan rasa cinta kepada orang lain. Dalam sub ini, penulis mencoba
3). Keyakinan keagamaan mampu mencari keterkaitan antara pendidikan
mewujudkan dalam diri manusia dengan manusia. Atau, apakah arti
kekuatan untuk bertahan dan penting pemahaman tentang hakekat
menjelmakan kepahitan menjadi rasa manusia tadi terhadap proses pendidikan.
manis. Orang yang beriman mengetahui Pendidikan adalah usaha sadar, terencana,
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

sistematis dan berkelanjutan untuk individualitasnya yang unik, maupun


mengembangkan potensi-potensi bawaan potensi-potensi yang justru akan dibina,
manusia, memberi sifat dan kecakapan, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa
sesuai dengan tujuan pendidikan.36 pengertian yang baik, pendidikan akan
Pendidikan adalah bagian dari suatu memperkosa kodrat manusia.40 Esensia
proses yang diharapkan untuk mencapai kepribadian manusia, yang tersimpul
suatu tujuan.37 Melihat pengertian di atas, dalam aspek-aspek: individualitas,
dapat disimpulkan bahwa hubungan sosialitas dan moralitas hanya mungkin
pendidikan dengan manusia itu sangat menjadi relita (tingkah laku, sikap)
erat. Adanya pendidikan untuk melalui pendidikan yang diarahkan
mengembangkan potensi manusia, kepada masing-masing esensia itu. Harga
menuju manusia yang lebih baik, dan diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-
dapat mengemban tugas dari Allah SWT. respect, self-reliance, self confidence) rasa
Berbicara tentang pendidikan, berarti tanggung jawab, dan sebagainya juga
membicarakan tentang hidup dan akan tumbuh dalam kepribadian manusia
kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara melalui proses pendidikan. Jadi,
tentang kehidupan manusia berarti harus hubungan antara filsafat, pendidikan dan
mempersoalkan masalah kependidikan.38 manusia secara singkat adalah sebagai
Jadi, antara manusia dan pendidikan berikut; filsafat digunakan untuk mencari
terjalin hubungan kausalitas. Karena hakekat manusia, sehingga diketahui apa
manusia, pendidikan mutlak ada; dan saja yang ada dalam diri manusia. Hasil
karena pendidikan, manusia semakin kajian dalam filsafat tersebut oleh
menjadi diri sendiri sebagai manusia yang pendidikan dikembangkan dan
manusiawi.39 dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan
Manusia merupakan subyek esensi keberadaan manusia. Sehingga
pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi dihasilkan manusia yang sejati, yang utuh
objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik sebagaimana dititahkan oleh Allah SWT.
tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek
tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti F. Kesimpulan
manusia, berarti membina sesuatu tanpa Filsafat manusia menyoroti gejala
mengerti untuk apa, bagaimana, dan dan kejadian manusia secara sintesis dan
mengapa manusia dididik. Tanpa reflektif, serta memiliki ciri-ciri ekstensif,
mengerti atas manusia, baik sifat-sifat intensif dan kritis. Kalau demikian, maka

92
Aziza Aryati
MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT

dengan mempelajari filsafat manusia rohani dan jasmani; Aliran Serba zat
bererti kita dibawa ke dalam panorama (Faham Materialisme), Aliran Serba Ruh,
pengetahuan yang sangat luas, dalam dan Aliran Dualisme, dan Aliran
kritis, yang menggambarkan esensi Eksistensialisme. Kedua, sudut pandang
manusia. Panorama pengetahuan seperti antropologi; manusia sebagai makhluk
itu, paling tidak memiliki manfaat ganda individu (individual being), manusia
yakni manfaat praktis dan teoritis. sebagai makhluk sosial (sosial being) dan
Secara praktis filsafat manusia manusia sebagai makhluk susila (moral
bukan saja berguna untuk mengetahui apa being). Ketiga, pandangan Freud tentang
dan siapa manusia secara menyeluruh, struktur jiwa (kepribadian); bagian dasar
melainkan juga untuk mengetahui atau das Es (the Id), bagian tengah atau
siapakan sesungguhnya diri kita di dalam das Ich (aku) dan bagian atas atau das
pemahaman tentang manusia yang Uber Ich (superego). Keempat, sudut
menyeluruh itu. Sedangklan secara pandang asal-mula dan tujuan hidup
teoritis, filsafat manusia mampu manusia; kehidupan ini berawal dari
memberikan kepada kita pemahaman causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya
yang esensial tentang manusia, sehingga kembali kepada causa prima (Tuhan)
pada gilirannya, kita bisa meninjau secara pula. Hubungan antara manusia, filsafat
kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi dan pendidikan terletak pada; filsafat
dibalik teori-teori yang terdapat di dalam digunakan untuk mencari hakekat
ilmu-ilmu tentang manusia. manusia, sehingga diketahui apa saja yang
Dari pembahasan di atas, maka ada dalam diri manusia. Hasil kajian
dapat penulis simpulkan sebagai berikut; dalam filsafat tersebut oleh pendidikan
filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu dikembangkan dan dijadikannya (potensi)
phillein yang berarti cinta, dan shopia nyata berdasarkan esensi keberadaan
yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat manusia. Demikian semoga bermanfaat.
adalah “cinta kebijaksanaan”.` Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan
sungguhsungguh tentang hakekat
kebenaran sesuatu. Dalam filsafat,
pemahaman manusia dilihat dari berbagai
sudut pandang, yaitu: pertama, masalah
El-Afkar Vol. 7 Nomor II, Juli- Desember 2018

Referensi
19Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) hlm. 107.
1Al. Qur’an Surat Ad-Dariyat ayat; 56. ‫وما‬ 20Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan

‫خلقت الجن واالنس اال ليعبدون‬ dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
2Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia Upaya
Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 164.
Membangkitkan Humanisme, (Yogyakarta: Pustaka 21Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,

Filsafat, 2009), hlm. 19. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) hlm. 108.
3Bdk. Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum: 22Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan

Membangun Hukum, Memebela Keadilan, (Yogyakarta: dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
Kanisius, 2008), hlm. 15-16. Dalam Kasding Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 165.
Sihotang, Filsafat Manusia... hlm. 20. 23Ibid. hlm. 166.
4Ibid.., hlm. 21. 24Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
5Pengertian ini sejalan dengan pengertian
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 108.
kata “kritik” yang sebenarnya. Secara etimologis 25Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan

kata kritik berasal dari bahasa Yunani “kritikos”, dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
yang berarti mampu membedakan dan mengambil Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 170.
keputusan. Dalam bahasa Latin terdapat kata 26Ibid.., hlm. 175.

“criticus” yang diturunkan dari kata kerja “cernere”, 27Ibid.., hlm. 175-176.

yang berarti membedakan, mengerti dan 28Ibid.., hlm. 158-160.

memutuskan. 29Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan,


6Ibid.., hlm. 21.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 61-62.
7Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, 30Ibid.., hlm. 62.

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 37-38. 31Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-
8Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,
pilar Pendidikan Islam (Tinjauann Filosofis),
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 11. (Yogyakarta: Suka Press, 2009), hlm. 49-50.
9Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat 32Zaenuddin Ali, Pendidikan Agama Islam,

Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 18.
hlm.9. 33Ibid.., hlm. 19.
10Ibid, hal 13. 34Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung:
11Acuan tulisan ini terdapat dalam Brettal R.,
Mizan, 1995), hlm. 38. Dalam Zaenuddin, ibid.., hlm.
1947, A Kiergegaard Anthology, Princeton: Princeton 19.
University Press, Mary Warnock, 1979, 35Ibid.., hlm. 22.

Existentialism, Ocxfard University Press, dan E.L. 36Pengertian dari Ibu Susilaningsih, Dosen

Allen, 1953, Existentialims From Within, London: Pengampu Mata Kuliah Psikologi, ketika proses
Routledge & Kegan Paul, Ltd. Dalam Zaenal belajar mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Abidin, Fulsafat Manusia Memahami Manusia Melalui 37Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat

Filsafat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 2007),
143. hlm. 59.
12Zaenal Abidin, Filsafat Manusia Memahami 38Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan,

Manusia Melalui Filsafat, (Bandung: Remaja (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 62.
Rosdakarya, 2011), 148-149. 39Ibid.., hlm. 56.
13Ibid.., hlm. 150. 40Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
14Ibid.., hlm. 151.
dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:
15Ibid, hal. 49.
Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 160-161.
16Jalaludin dan Abdulloh, Filsafat Pendidikan,

(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 107.


1717Ibid.., hlm.107.

18Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan

dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya:


Usaha Nasional, 1988 cet.4), hlm. 163.

94

Anda mungkin juga menyukai