Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK

REVIEW
FILSAFAT ILMU

KEL. III
•1. ERBIN SITORUS 210403008
•2. RIDUANTO SITORUS 210403009
•3. SOLINDUNGAN SIMBOLON 210403025
•4. HENRI MARULAK PARDEDE
•5. HOTLAN ROBINSON SIHOTANG 210403012
•5. RAMOT PANJAITAN 210403010
•6. ROSAYANTI BUTAR BUTAR
KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur dipanjatkan oleh Kelompok III kepada Tuhan pemilik kehidupan ini, atas perkenanNya
menganugerahkan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga kelompok ini dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
berjudul “Critical Book Review (CBR): FILSAFAT ILMU; Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan
dalam nalar (Bagian Satu s.d. Bagian ketiga)”.
Pengerjaan tugas ini dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh nilai tugas pada mata Kuliah Filsafat
Pendidikan pada Program Magister Manajemen Pendidikan Kristen pada Institut Agama Kristen Negeri (IAKN)
Tarutung, dan akhirnya dapat diselesaikan atas kerjasama Kelompok yang baik serta bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, kelompok ini mengucapkan terimakasih kepada segenap bantuan dari semua pihak yang
memberikan sumbangsih baik secara langsung maupun tidak sehingga penugasan ini dapat diselesaikan.
Namun, dari segala keterbatasan yang kami miliki, hasil tugas kelompok yang kami kerjakan ini masih
belum sempurna, baik dari segi isi, tulisan dan kualitasnya. Oleh karena itu, kelompok ini mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dan mengarahkan tugas kelompok ini semakin dekat kepada kesempurnaan sebuah karya.
Akhir kata kelompok ini mengharapkan semoga hasil karya dalam kaitan penyelesaian tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya sekaligus memperkaya Ilmu Manajemen Pendidikan Kristen.
DATA/ IDENTITAS BUKU

Ø Nama Pengarang : Prof. Dr. Cecep Sumarna


Ø Judul Buku : FILSAFAT ILMU
Mencari Makna tanpa kata dan
Mentasbihkan Tuhan dalam nalar
Ø Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Ø Tahun Terbit : 2020
Ø Tempat Terbit : Bandung
1. Makna Filsafat
ü Filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni Philoshopia. Kata Philoshopia

RINGKASAN BUKU merupakan gabungan 2 kata dasar yakni kata Philein; Philos yang berarti
mencintai dan berteman, serta kata Shopos; Shopia yang berarti bijaksana;
kebijaksanaan. Dengan demikian, secara bahasa Filsafat dapat diterjemahkan
sebagai cinta kebijaksanaan, atau berteman dengan kebijaksanaan.
ü Socrates sebagai bapak penting filsuf Yunani Kuno mengatakan bahwa
keagungan manusia tidak terletak pada kekuasaan dan pengaruhnya dalam
BAGIAN PERTAMA: “HAKIKAT FILSAFAT” kekuasaan dimaksud, tetapi justru terletak dalam apa yang disebut dengan
penggunaan akal budi dalam menata kehidupan sehari-hari manusia, yang
berujung pada simetri kemanusiaan. Karena tidak ada manusia yang benar-benar
bijak, maka semua kebenaran mutlak harus tetap ada dan inheren dengan
sendirinya dalam apa yang disebut Socrates sebagai IDEA (dimiliki oleh sang
Idea; God; Allah dalam terminologi Arab-Muslim).
ü Banyak sumber yang menyatakan bahwa kata Shopia mengandung arti luas
dan sudah berkembang, misalnya dengan arti kata 1. Kerajinan; 2. Kebenaran
pertama; 3. Pengetahuan luas; 4. Kebajikan intelektual; 5. Pertimbangan sehat; 6.
Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis. Berdasarkan pengertian di
atas, pada awalnya filsafat bermakna umum, yang intinya mencari keutamaan
mental (pursuit of mental experience) bukan objek dari kajian keilmuan.
ü Pergeseran makna filsafat. Makna filsafat berkembang menjadi sejenis
pengetahuan yang kedudukannya lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekadar
kecakapan tertentu, yang dapat menghantarkan manusia untuk mengetahui
kebenaran yang murni dan hakiki, melintasi dimensi-dimensi empiris yang hanya
membutuhkan keahlian teknis.
ü Filsafat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yakni:
a. Filsafat sebagai reflective thingking yakni aktivitas pikir
murni, atau kegiatan akal pikir manusia dalam usaha mengerti secara mendalam
segala sesuatu.
b. Filsafat sebagai produk kegiatan berpikir murni dan ia sudah
terbentuk dalam suatu disiplin ilmu yang karenanya mengikuti alur tertentu
sebagaimana disiplin ilmu dimaksud mengaturnya.
Ciri Berpikir Filsafat
Suatu kerangka berpikir, baru dapat disebut telah berfilsafat apabila, setidaknya memenuhi empat ciri di bawah ini:
1. Radikal
Seorang filsuf patut diduga memiliki kemampuan ”Memaksa” orang untuk berpikir, yang pada taraf tertentu sampai ke akar
persoalan. Filsuf sering diasumsikan sebagai sosok yang tidak mungkin melarang orang lain untuk memikirkan segala hal yang memiliki
kedalaman ilmiah.
2. Sistemis
Langkah berpikir yang sistemis adalah berpikir yang selalu bergerak selangkah demi selangkah (Step by step), penuh kesadaran,
berurutan dan penuh rasa tanggungjawab. Sistemis mengharuskan melihat segala sesuatu sebagai proses yang berjenjang dan berurutan,
dan tidak dadakan. Simpulan dari proses berpikir sistemis akan memiliki dampak, terhadap apa yang disebut dengan kebenaran.
3. Universal
Ciri ini diterjemahkan dengan pikiran yang tidak dibatasi bagian atau ruang tertentu yang mencakup seluruh aspek baik yang
konkret maupun yang abstrakatau mulai dari fisik sampai kepada yang metafisika.
4. Spekulatif
Ciri ini memberi ruang kepada banyak orang akan segenap kemungkinan kebenaran dari seluruh realitas yang dihadapi. Ciri ini
membuka terhadap kemungkinan benar atas apa yang dianggap salah, dan sebaliknya sembari terus melakukan uji coba atas spekulasi
tersebut.
Objek Kajian Filsafat

Filsafat memberi ruang pada semua


objek kajian. Filsafat akan mengkaji
manusia, alam, bahkan Tuhan, serta relasi
antara ketiganya.
BAGIAN KEDUA: “HAKIKAT ILMU”

1. MAKNA ILMU
A. Dinamika dan Perkembangan Ilmu
Ilmu merupakan tumpukan teori- teori dari ilmuwan sebelumnya yang tampak kecil, kemudian membuncah menjadi tumpukan teori yang
besar, mapan dan kompleks. Hal tersebut menjelaskan bahwa ilmu tidaklah pernah berdiri sendiri dan terlepas dari aspek lain. Ilmu tidak
pernah berdiri di ruang hampa tanpa berdesakan dengan dimensi kemanusiaan dan kealaman yang begitu kompleks, dan merupakan lanjutan
dari satu fase ke fase lainnya, dari saru peristiwa ke peristiwa lainnya. Dapat dilihat perkembangannya dari sejarah Revolusi Industri 1.0
hingga ke Revolusi Indsutri 4.0 bahkan menuju Revolusi Industri 5.0 yang sedang berjalan (di belahan dunia bagian eropa).
B. Apa itu ilmu
Hakikat Ilmu bersifat koherensi sistematis yang mengandung tentang hipotesis, teori, dalil dan hukum. Artinya adalah bahwa ilmu harus
terbuka kepada siapa saja yang mencarinya. Ilmu menandakan adanya satu keseluruhan ide yang mengacu kepada objek atau alam objek yang
sama dan saling berkaitan secara objektif.
2. KATEGORISASI DAN OBJEK ILMU

A. Kategorisasi Ilmu
Tidak ada catatan yang bisa direview dari sub bab ini.
B. Objek Ilmu
Ilmu akan mengasumsikan alam sebagai objek kajian utama dan meletakkan rasio sebagai alat untuk menganalisis dan melukiskan kesemestaan. Ilmu tidak mencakupkan kedalamnya kajian
tentang Tuhan
C. Masalah Ilmiah
Ilmu mengharuskan adanya masalah ilmiah. Masalah dimaksudkan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa adanya masalah, maka tidak akan ada ilmu.
D. Sikap Ilmiah
Ilmu membutuhkan suatu sikap khusus yang diperlukan bagi kepentingan ilmu. Menurut Archi J. Bahm (1980), sikap ilmiah meliputi enam karakteristik yakni:
- Sikap rasa ingin tahu (scientific curiosity)
- Bersikap spekulatif terhadap segala sesuatu yang disebut ilmu atau pengetahuan.
- Bersikap objektif.
- Keterbukaan.
- Kesediaan untuk menunda penilaian
- Tentatif.
E. Aktivitas Ilmiah
Tidak ada catatan yang bisa direview dari sub bab ini.
3. POSISI FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu fokus melakukan pembahasan tentang ilmu, sumber, metode, alat dan sarana tertentu untuk memperoleh apa yang disebut
dengan ilmu. Filsafat ilmu pasti akan selalu bercita-cita membuka pikiran manusia agar mampu memberi ruang kepada setiap orang untuk
mengkhidmati berbagai dinamika keilmuan. (epistemologi dan aksiologi).
Ilmu harus dikaji menggunakan analisis filsafat dikarenakan kedua sifat tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Kedua sifat tersebut antara lain:
a. Apriori yakni mengharuskan suatu pengetahuan yang didapatkan manusia sebelum manusia bertemu dengan apa yang disebut
pengalaman empiris
b. Aposteriori yakni mengharuskan sebuah pengetahuanyang menekankan pada hasil observasi atau pengamatan dan pengalaman
indera terhadap dunia empiris.
Filsafat ilmu pasti akan selalu bercita-cita membuka pikiran manusia agar mampu memberi ruang kepada setiap orang untuk
mengkhidmati berbagai dinamika keilmuan, dengan tujuan agar manusia memiliki kemampuan mempelajari dengan serius proses logika,
imajinasi, dan kreativitas dirinya dalam nalar yang lebih logis, dan terukur di sisi lainnya.
OBJEK KAJIAN FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu itu koheren, artinya


lengkap dan menyentuh hampir
setipa dimensi yang terdapat dalam
bidang kajian keilmuan.
BAGIAN KETIGA: “ANALISIS HISTORIS KELAHIRAN FILSAFAT ILMU”

1. SEJARAH FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu diperkirakan lahir pada abad ke 18 Masehi (kehidupan dan karier Immanuel Kant, yang menuliskan pernyataan bahwa Filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Tanpa Filsafat, ilmu
akan bias makna.

Pemicu lahirnya filsafat Imu


Pada abad ke 18 tersebut, bahwa ciri khas ilmu yang berkembang cenderung bersifat positivistic yang mengasumsikan bahwa apa yang disebut
kebenaran ilmiah haruslah empiris, rasional dan terukur.
Immanuel Kant, memberikan ruang baru dalam perspektif keilmuan hingga pada saat ini, yang bisa dikatakan “menyegarkan kembali” ruang
ilmu pengetahuan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
KESIMPULAN
KEKHASAN DAN KEMUTAHIRAN ISI BUKU

Anda mungkin juga menyukai