Jurnal
Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium
(Temapela)
Budi Sulistiyawan1
1
Pranata Laboratorium Pendidikan Laboratorium Silvikultur dan Perlindungan Hutan
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung 35145
Email : budifabio@gmail.com
ABSTRAK
Seresah merupakan bahan organik mati yang berada di atas tanah mineral. Bobot kering seresah dapat digunakan sebagai
bahan dalam pendugaan cadangan karbon. Untuk mendapatkan bobot kering, seresah dikemas menggunakan bahan
pengemas saat proses pengeringan. Jenis bahan pengemas diduga berpengaruh terhadap lamanya waktu pengeringan. Oleh
karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jenis bahan pengemas yang lebih cepat dalam proses
pengeringan seresah. Penelitian ini menggunakan metode destruktif dengan rancangan acak lengkap yang menguji empat
jenis bahan pengemas seresah, yaitu kertas koran, tompo, alumunium foil, dan amplop kertas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jenis bahan pengemas tompo mampu mengeringkan seresah lebih cepat dibandingkan amplop kertas, kertas koran,
dan alumunium foil.
ABSTRACT
Litter is dead organic material that reside above the mineral soil. Dry weight of litter can be used as an ingredient in
estimating carbon stocks. In order to gain dry weight, litter is packed using certain packaging materials during the drying
process. The type of packaging materials is suspected to effect the length of drying time. Therefore, this research is
conducted to understand the types of packaging materials that increase the litter drying process. This research uses
destructive methods with completely randomized design that examine four types of litter packaging materials, namely
newspaper, tompo, aluminum foil, and paper envelopes. The results showed that litter drying process using tompo is faster
than paper envelopes, newspaper, and aluminum foil.
33
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019
(Chairul, 2016). Besarnya biomassa seresah di Penelitian mengenai jenis bahan pengemas seresah
Kebun Raya Balikpapan adalah 3,30–9,60 ton/ha, masih sangat jarang dilakukan, karena itu perlu
dengan nilai rata-rata 6,68 ton/ha. Biomassa seresah dilakukan penelitian terhadap jenis bahan pengemas
yang tinggi disebabkan karena pohon-pohon pioner, seresah agar dapat memecahkan masalah tersebut.
seperti Melicope glabra dan Macaranga gigantea Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang memiliki daun lebar yang banyak efektivitas jenis bahan pengemas seperti kertas
menggugurkan daun (Usmadi et al. 2015). Wahyuni koran, tompo, alumunium foil, dan amplop kertas
et al, 2013 menyatakan dari ketiga sumber karbon terhadap lamanya waktu pengeringan seresah
bahan organik mati (seresah, pohon mati, dan kayu menggunakan oven Memmert type UM 200.
mati) di hutan Bukit Tangah Pulau, Solok Selatan
menunjukkan bahwa sumber karbon tertinggi II. METODE
berasal dari seresah sebesar 4,21 ton/ha, dan kayu
mati sebesar 1,64 ton/ha. Adapun karbon terendah
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
adalah pohon mati sebesar 0,72 ton/ha. Penelitian di
Silvikultur dan Perlindungan Hutan Jurusan
atas menggunakan penghitungan analisis cadangan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
karbon dengan metode destruktif dengan bahan
organik mati sebagai sampel. Hal ini menunjukkan
Alat dan Bahan
betapa penting nilai bobot kering bahan organik
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mati khususnya seresah dalam penghitungan
oven Memmert type UM 200 dengan volume ruang
cadangan karbon.
oven berukuran 40 x 24 x 31 cm, termometer digital,
Proses pengeringan seresah menggunakan oven.
timbangan analitik, kantong plastik, dan baki.
Oven yang digunakan dalam proses pengeringan ini
Bahan pengemas yang digunakan adalah tompo
adalah oven Memmert type UM 200. Oven
(wadah yang terbuat dari sayatan bambu yang
Memmert type UM 200 merupakan oven yang
dianyam), alumunium foil, kertas koran, dan amplop
berfungsi sebagai pengering maupun sterilisasi
kertas berukuran B4 (250 x 353 mm). Seresah yang
peralatan dan bahan di laboratorium. Prinsip kerja
digunakan dalam penelitian ini merupakan seresah
Oven Memmert Type UM 200 adalah menggunakan
campuran di bawah tegakan mahoni, bungur, jati,
sistem panas kering melalui udara panas pada
dan akasia yang ada di arboretum Jurusan
tekanan atmosfer. Beberapa hal yang harus
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
diperhatikan dalam menggunakan sistem udara
panas adalah bahan pengemas, suhu, lama
Prosedur kerja
penggunaan, dan tekanan udara.
Seresah ditimbang sebanyak 300 g (Hairiah, 2007)
Bahan pengemas diartikan sebagai wadah atau
kemudian seresah dikemas sesuai dengan perlakuan
tempat benda yang akan dikemas agar memberikan
membentuk prisma segiempat dengan volume
perlindungan sesuai dengan tujuan yang akan
kemasan + 2.100 cm3. Seresah dikeringkan pada
dicapai (Nurminah, 2002). Penelitian tentang jenis
suhu 80+2 oC pada flap skala 6. Pengamatan
bahan pengemas seresah masih sangat jarang
dilakukan dengan menimbang seresah setiap enam
dilakukan. Penelitian jenis bahan pengemas banyak
jam hingga mencapai bobot konstan.
dilakukan pada bidang pengolahan makanan dan
hasil pertanian.
Rancangan penelitian dan analisis data
Saat ini di Laboratorium Silvikultur dan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Perlindungan Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas
Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Data hasil
Pertanian Universitas Lampung, seresah dikemas
pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam
menggunakan kertas koran, karena dianggap lebih
dilanjutkan dengan uji tukey jika perlakuan berbeda
hemat dan mudah didapat. Namun terdapat
nyata.
permasalahan yang ditimbulkan seperti kemasan 1
2
yang robek dalam proses pelaksanaannya. Kemasan 3
4
yang robek disebabkan karena beberapa hal, antara 5
6
lain karena sampel masih dalam keadaan basah atau 7
8
lembab, tertusuk ranting, atau penanganan saat 9
10
penimbangan bobot yang kurang hati-hati. Kondisi 11
12
tersebut berpengaruh pada data yang dihasilkan 13
14 a b
menjadi tidak akurat, karena terdapat sampel yang 15
16
34
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019
Gambar 1. Oven Memmert type UM 200 dalam Gambar 2. Pengukuran suhu (a), penimbangan
keadaan tertutup (a), terbuka (b), dan spesifikasi sampel (b), dan pengemasan seresah (c).
oven (c). III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 a. b.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25 c. d.
26
27
Gambar 3. Grafik penurunan bobot seresah menggunakan bahan pengemas kertas koran (a), tompo (b),
alumunium foil (c), dan amplop kertas (d) terhadap lama waktu pengeringan menggunakan oven Memmert type
UM 200.
Penurunan bobot seresah dengan bahan pengemas cepat jika dibandingkan dengan bahan pengemas
kertas koran terjadi dengan cepat pada pengamatan kertas koran, yaitu 184,65 g pada pengamatan 6 jam
6 jam (240,84 g) hingga 12 jam (147,30 g) pertama. dan 165,00 g pada pengamatan 12 jam. Penurunan
Penurunan bobot seresah kemudian turun secara bobot seresah kemudian turun secara perlahan
perlahan hingga waktu pengovenan 36 jam (123,61 hingga waktu pengovenan 30 jam (127,99 g).
g). Seresah mencapai bobot konstan setelah waktu Seresah mencapai bobot konstan setelah waktu
pengovenan mencapai 42 jam (119,73 g). Penurunan pengovenan mencapai 36 jam (118,23 g). Penurunan
bobot seresah dengan bahan pengemas tompo lebih bobot seresah dengan bahan pengemas alumunium
35
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019
foil terjadi secara perlahan-lahan dari waktu maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan
pengamatan 6 jam (240,84 g) hingga 48 jam kadar air berdasarkan bobot kering dapat lebih dari
(126,87 g). Hingga waktu pengamatan ke 42 jam, 100 persen (Syarif et al. 1993). Kadar air bobot
bobot seresah masih terus mengalami penurunan bahan kering pada penelitian ini adalah berkisar 60
dan belum mencapai bobot kering konstan pada % dengan bobot awal (basah) sampel adalah 300 g,
akhir pengamatan 48 jam. Penurunan bobot seresah kemudian diperoleh bobot kering (konstan) seresah
dengan bahan pengemas amplop kertas terjadi lebih berkisar antara 118,22—119,71 g pada bahan
cepat jika dibandingkan dengan bahan pengemas pengemas kertas koran, tompo, dan amplop kertas.
kertas koran, yaitu 227,70 g pada pengamatan 6 jam, Berbeda pada bahan pengemas alumunium foil,
namun pada waktu pengovenan 12 jam bobot hingga lama waktu pengovenan mencapai 48 jam
seresah dengan bahan pengemas kertas koran lebih belum menunjukkan bobot kering yang konstan.
rendah dibandingkan bahan pengemas amplop Bahan pengemas tompo merupakan bahan
kertas yaitu 174,35 g. Penurunan bobot seresah pengemas seresah yang paling cepat menurunkan
kemudian turun secara perlahan hingga waktu kadar air hingga mencapai bobot konstan, diikuti
pengovenan 36 jam (122,03 g). Seresah mencapai bahan pengemas amplop kertas, kertas koran, dan
bobot konstan setelah waktu pengovenan mencapai alumunium foil. Hal ini diduga karena tompo
42 jam (118,36 g). memiliki celah atau lubang udara sehingga sirkulasi
Penurunan bobot seresah disebakan oleh udara panas lebih merata dan lebih cepat menyebar.
penguapan air yang terikat atau terkandung dalam Selain itu bahan utama pembuat tompo adalah
seresah atau disebut kadar air seresah. Kadar air bagian dalam bambu yang disayat tipis yang mudah
merupakan persentase kandungan air pada suatu menyalurkan panas. Waktu yang dibutuhkan jenis
bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan bobot bahan pengemas untuk mencapai bobot kering
basah (wet basis) atau berdasarkan bobot kering (dry seresah konstan dapat dilihat pada Tabel 1.
basis. Kadar air bobot basah mempunyai batas
Tabel 1. Waktu yang dibutuhkan bahan pengemas hingga mencapai bobot konstan.
Panas disalurkan dari medium pemanas ke bahan Jika dilihat dari bahan pembuatnya, tompo
pengemas kemudian ke seresah. Selanjutnya terjadi memiliki kelebihan lain yaitu dapat dipakai
penguapan air, uap air yang terbentuk dipindahkan berulang kali sehingga lebih hemat dalam biaya
melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. pengemasan seresah, mudah dalam proses
Proses ini berhubungan dengan aliran fluida, pengemasan seresah khususnya seresah daun,
dimana cairan harus di transfer melalui struktur mudah dalam penyusunan dalam oven karena
bahan selama proses pengeringan berlangsung. memiliki sifat yang lentur, dan cukup kuat dan lebih
Panas harus tersedia untuk menguapkan air dan air tahan lama dibanding kertas koran, amplop kertas,
mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar ataupun alumunium foil.
dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang
bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada IV. KESIMPULAN
bahan yang di keringkan dan cara pemanasan yang
digunakan. Semakin tinggi suhu dan kecepatan Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
aliran udara maka proses pengeringan akan seresah dengan jenis bahan pengemas tompo
berlangsung lebih cepat. Semakin tinggi suhu udara membutuhkan waktu pengeringan lebih cepat
pengering, makin besar energi panas yang terbawa dibandingkan dengan jenis bahan pengemas amplop
udara, sehingga makin banyak jumlah massa cairan kertas, kertas koran, dan alumunium foil.
yang di uapkan dari permukaan bahan yang
dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering DAFTAR PUSTAKA
makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang
dipindahkan dari bahan ke atmosfer. Kelembaban Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. Standar
udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap Nasional Indonesia (SNI) 7724:2011, Pengukuran
air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan dan Penghitungan Cadangan Karbon–Pengukuran
tekanan uap air didalam dan diluar bahan kecil, Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting).
keluar menjadi terhambat (Rahmawan, 2001). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
36
Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela) ISSN 2621-0878
Volume. 2 No. 1, Mei 2019
Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass Tangah Pulau Area Produksi PT. Kencana Sawit
change of tropical forest: a primer. FAO. Forestry Indonesia (KSI), Solok Selatan. J. Biologika. 2(1):
Paper, Rome. 18—26.
Chairul, Muchktar, E., Mansyurdin, Tesri, M. dan
Indra, G. 2016. Struktur Kerapatan Vegetasi
Kandungan Karbon pada Beberapa Kondisi Hutan
di Pulau Siberut Sumatera Barat. J. Metamorfosa.
III (1):15—22.
37