Anda di halaman 1dari 19

KARYA ILMIAH

TINJAUAN MENGENAI PERKEMBANGBIAKAN KOMODO

OlEH:
CHRISTIANO ERWIANSAH PUTRA
X SCIENCE ²

YAYASAN PENDIDIKAN ARNOLDUS LABUAN BAJO


SMAK ST IGNATIUS LOYOLA LABUAN BAJO
TAHUN PELAJARAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala
pikiran, kesehatan, kemauan, dan semangat dalam menyusunan karya tulis ini, dalam rangka
memenuhi nilai ujian mata pelajaran Jurnalistik. Karya Tulis ini berjudul “TINJAUAN
SINGKATMENGENAI PERKEMBANGBIAKAN KOMODO”.

Merupakan suatau kewajiban bagi pelajar untuk menyusun Karya Tulis ini.
Kesempatan ini akan dijadikan sebagai ajang pembelajaran dan pengembangan diri membuka
wawasan. Adapun sesuai dengan maksud dan tujuan karya ilmiah ini, penyusun hendak
mengangkat dan memperkenalkan tentang hewan endemik Indonesia yaitu varanus
comodiensis.

Karya Tulis ini tidak hanya dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
pelajaran jurnalistik, tetapi Karya Tulis ini memiliki tujuan untuk menginformasikan lebih
lengkap mengenai Komodo dan lebih khususnya mengenai perkembangbiakan Komodo.
Dalam Karya Tulis ini tidak langsung membahas tentang tujuan awal, yaitu membahas
mengenai perkembangbiakan Komodo, namun penulis akan menginformasikan klasifikasi,
anatomi, morfologi , fisiologi dan masih banyak lagi. Tak lupa Karya Tulis ini dilengkapi
dengan gambar – gambar yang sangat menarik yang berkenaan dengan Komodo.

Atas keberhasilan saya dalam menyusun Karya Tulis ini, sayabsangngat bangga dan
puas. Namun dalam penyusunan Karya Tulis ini Penulis tak luput dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya Penulis menyampaikan terimaksih kepada yang
terhormat  : Fr. Rano mare Sp.d.SVD.

Akhir kata semoga penyusun karya tulis ini dapat menjadi pengantar dan inspirasi yang
bermanfaat bagi penyusun maupun untuk pembaca yang budiman.

Labuan bajo, 19 November 2021

Penyusun :

2
Christiano erwiansah putra
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………..
Daftar isi…………………..…………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN…….………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………..
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………...
1.3 INDENTIFIKASI MASALAH…………………………………………
1.4 HIPOTESIS…………………………………………………………..…
1.5 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………
1.6 MAMFAAT……………………………………………………………..

BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………


2.1 Fakta komodo adalah hewan yang khas yang ada di
Indonesia…………………………………………………………………

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………….


3.1 PENDAPAT PRIBADI TENTANG PEMBANGUN JURASSICK
PARK DI PULAU RINCA………………………………………………..
3.2 FISIOLOGI…………………………………………………………….
3.3 EKOLOGI, PERILAKU DAN CARA HIDUP………………………
3.4 PERILAKU HEWAN…………………………………………………
3.5 BISA DAN BAKTERI…………………………………………….…...
3.6 REPRODUKSI………………………………………………………...
3.7 PARTENGENESIS……………………………………………….........

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………
4.2 SARAN…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

3
LEMBAR PENGESAHAN

JudulKarya Tulis:

“TINJAUAN MENGENAI PERKEMBANGBIAKAN KOMODO”

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Jurnalistik Akhir semester


Tahun ajaran 2021/2022

Disusun Oleh:
Christiano erwiansahputra
X IPA 2

Disahkan pada tanggal : .............. Desember 2021

Mengesahkan,
Wali Kelas Guru Pembimbing

Maria Elsita Filani,SP.d Marianus Pati Mare, SP.d. SVD

Menyetujui,

4
Kepala Sekolah SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA LABUAN BAJO

P. Agustinus S. naba SVD.SS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komodo adalah satu-satunya spesies terakhir dari keluarga monitor lizard yang mampu
bertahan hidup dan berkembang. Diperkirakan masih ada sekitar 2.000 ekor lagi yang
terpencar di Flores, yakni di pesisir Barat Manggarai dan pesisir Utara Kabupaten Ngada
serta beberapa tempat di Kabupaten Ende. Bahkan hasil penelitian Auffenberg dari Amerika
Serikat, komodo ditemukan sampai Timur Flores. Biawak komodo merupakan spesies yang
rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN
Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi
ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami
(100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor).
Ditinjau dari ilmu genetika, ekologi, dan populasi, diperlukan kehatian-hatian untuk
melakukan konservasi ex situ. Sebab, jika dilakukan tanpa tinjauan ilmiah yang mendalam,
hasilnya justru membantu mempercepat kepunahan suatu populasi.Secara fisiologis, jika
individu komodo sudah lama beradaptasi pada suatu daerah, individu tersebut telah memiliki
zona homeostasis fisiologinya yang khas. Maka, pemindahan ke habitat lain akan memaksa
individu tersebut untuk menyesuaikan ke titik ”zona homeostasis” barunya.
Jika individu tersebut tidak dapat secepatnya menyesuaikan diri, hal pertama yang
dikorbankan adalah penurunan laju pertumbuhan dan mengurangi atau bahkan mengeliminasi
aktivitas reproduksinya. Ini berarti, setelah dipindahkan ke lingkungan baru yang tidak sesuai
dengan habitat semula, ada kemungkinan komodo tersebut menunda reproduksinya atau
bahkan tidak dapat bereproduksi sama sekali. Jangan sampai tragedi kematian massal
bekantan yang dipindahkan dari Kalimantan ke Jawa Timur beberapa waktu lalu terulang
kembali.
Oleh karena itu, dengan melihat beberapa penjelasan diatas maka kami melakukan
penyusunan makalah yang berjudul Populasi Komodo ini.

1.2 Rumusan Masalah


- Mengapa populasi komodo di indonesia menurun ?
- Bagaimana cara agar penurunan populasi komodo tidak terlalu ekstrem?

5
1.3 Identifikasi Masalah
- berkurangnya ketersediaan mangsa
- akbat cuaca yang kurang mendukung untuk berkembang biak dan masa penetasan telur
- saling memangsa sesama komodo
- banyaknya perburuan komodo
- terbatasnya lingkungan hidup komodo

1.4. Hipotesis
a) Dugaaan pertama, Komodo berkurang mangsanya / makanannya, sehingga saling
memangsa sesama komodo
b) Dugaan ke dua, suhu yang tidak selalu mendukung untuk berkembang biaknya komodo
(penetasan telur)
c) Dugaan ke tiga, komodo banyak di buru, karena bisa digunakan untuk aksesoris. Misalnya
kulit komodo yang dijadikan tas, sepatu, jaket, d.l.l.

1.5. Tujuan penulisan


Adapun tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah :
1. Supaya siswa dapat mengetahui apa itu komodo.
2. Mengetahui dan memahami tentang Populasi dan Konservasi Komodo.
3. Supaya siswa tahu di mana habitat komodo.
4. Mencegah kepunahan Komodo akibat faktor tertentu.
5. Dapat menambah refensi pustaka sekolah.

1.6 Mamfaat
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah supaya para pelajar tahu bahwa komodo itu
merupakan salah satu hewan endemik yang pelu di jaga karena kepunahanya terancam .
Marilah kita bersama-sama sama menjaga supaya komodo selalu terjaga dengan cara tidak
berburu dan memindahkanya ke Habitat lain.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori tentang komodo


Gambar1.1 VARANUS COMODIENSIS

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanuskomodoensis), adalah


spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan
Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut
dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan kladToxicofera, komodo merupakan kadal
terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan
dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan
tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau
tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya,
kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya
yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas
telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN (International Union
forConservationofNature) memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap

7
kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan
sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

2.2 Fakta Komodo adalah Hewan Khas yang Ada di Negara Indonesia:

Gambar 1.2 komodo brasal dari Indonesia


1. Kadal Terbesar di Dunia
Komodo adalah kadal terbesar dan tertinggi di dunia. Memiliki nama latin
Varanuskomodoenesis, jika dilihat dari fisiknya untuk komodo jantang punya bobot yang
lebih besar dibandingkan dengan komodo betina.
Karena badannya yang besar, komodo memiliki pergerakan yang lambat yakni sekitar 8-10
kilometer per jam. Akan tetapi dalam kondisi terancam atau takut, mereka dapat lari hingga
kecepatan 18 kilometer per jam.

2. Asal Usul Komodo


Dilansir dalam buku “Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo” oleh Arnaz Mehta
Erdmann, salah satu teori mengatakan komodo berasal dari Asia atau Australia.
Hewan bernama latin Varanuskomodoenesis ini melakukan migrasi dari Australia ke
Kepulauan Timur Indonesia dan tiba di Pulau Flores 900.000 tahun yang lalu.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One tahun 2009, Komodo punah dari
Australia sekitar 50.000 tahun lalu. Proses migrasi ini diduga terjadi ketika ketinggian air laut
lebih rendah 85 meter dibandingkan dengan kondisi di abad ke-21. Sehingga komodo dapat
lebih mudah bermigrasi dari Flores ke pulau-pulau sekitarnya.
Di Indonesia, habitat komodo banyak ditemui di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gili
Motang dan sebagian kecil di bagian utara dan barat Flores.

8
Dikutip dari jurnal berjudul Kajian Ekologi dan Status Keberadaan Komodo di Pulau Padar
Taman Nasional Komodo karya Abdul Haris Mustari, dkk. Komodo di Pulau Padar tak
ditemukan lagi diduga karena masalah ekologi seperti menurunnya kualitas dan kuantitas
makanan, air, dan satwa lain yang terkait dengan kehidupan komodo.

3. Komodo Betina Dapat Berkembangbiak Tanpa Kawin

Tahun 2006, peneliti memverifikasi bahwa komodo adalah hewan khas yang ada di negara
Indonesia ini untuk betina dapat bereproduksi secara aseksual melalui proses yang disebut
partenogenesis. Jika tidak ada jantan, komodo betina masih bisa bertelur.
Penelitian tersebut dilakukan pada dua kebun binatang di London yang merawat komodo
betina tanpa pasangan. Beberapa telur dari cengkeramannya menegaskan bahwa tidak ada
jantan yang berkontribusi pada pembuahan.

4. Indera Penciuman Kuat


Komodo dikenal memiliki indera penciuman yang kuat. Komodo diketahui dapat membau
sampai jarak 5-11 kilometer. Mereka lebih mengandalkan indera pembau ketimbang
penglihatan meskipun mereka memiliki penglihatan yang baik.
Ketika sedang membau, komodo akan menjulurkan lidahnya. Saat itu, mereka sedang
menangkap partikel zat kimia dari tanah dan udara.

5. Komodo Senang Bermain

Meskipun penampakannya terlihat buas dan menyeramkan. Akan tetapi komodo suka
bermain. Individu yang bahagia telah diamati bermain dengan sekop dan sepatu. Cara
individu berinteraksi dengan objek terbukti tanpa agresi atau motivasi untuk makan dan dapat
dianggap sebagai bermain.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pendapat pribadi tentang pembangunanjurassickpark di pulau Rinca

Gambar 1.1 pembangunan jurassick Park untuk komodo


Menurut saya Pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca jelas menunjukkan pembangunan
yang tidak berbasis keilmuan dan bertentangan dengan kearifan lokal masyarakat setempat .
Pembangunan Jurassic Park justru akan menciptakan neraka bagi komunitas komodo yang
dapat berujung pada musnahnya hewan unik ini selamanya. Selain berdampak pada
kelangsungan habitat dan hidup komodo, pembangunan Jurassic Park, lanjut Nur juga
memiliki dampak pada masyarakat sekitar. Ia mengatakan, proyek tersebut akan membuat
masyarakat menjadi terasingkan di tanah kelahirannya sendiri. Dampak pada kehidupan
masyarakat lokal di sana yang sudah menyatu dengan kehidupan komodo.
Selain berdampak pada kelangsungan habitat dan hidup komodo, pembangunan Jurassic
Park, lanjut Nur juga memiliki dampak pada masyarakat sekitar.
Ia mengatakan, proyek tersebut akan membuat masyarakat menjadi terasingkan di tanah
kelahirannya sendiri.
“Dampak pada kehidupan masyarakat lokal di sana yang sudah menyatu dengan kehidupan
komodo,”

10
“Saya mengajak masyarakat dunia untuk sama-sama menyelamatkan komodo dari
pemerintahan saat ini yang melakukan pembangunan tanpa mengedepankan aspek
keberlangsungan hidup komodo dragon,”
Menurut pendapat saya cara untuk mempertahankan komodo, yaitu :
- Salah satu cara terbaik untuk melestarikan komodo adalah mengedukasi masyarakat
akan peran dan pentingnya perlindungan komodo. Selain taman nasional di NTT,
terdapat pulau lain di Flores yang menjadi habitat komodo.
- Melarang perburuan dan perdagangan komodo. Komodo termasuk hewan yang
dilindungi.

3.2 Fisiologi
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini
mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut,
hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu
membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak.
Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil
lainnya, dengan inderavomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang
dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya
menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi
keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan
merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan.
Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf
perasa di bagian belakang tenggorokan. Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat
dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang
sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor
rangsangan atau lebih. Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa
bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan)
pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London
ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika
ia tidak terlihat oleh si biawak.
3.3 Ekologi, perilaku dan cara hidup
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan
beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana
dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini.
Mereka aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo
adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan
berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak
yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta

11
pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa
yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan
menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih
menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya
memanjat pohon. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter
dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di
dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi
waktu berjemur pada pagi selanjutnya.
Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian
hari yang terpanas.Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk
atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak
kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis
untuk menyergap rusa.
3.4 Perilaku makan

Gambar 2.3 cara makan komodo

Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai,
penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-
endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat
tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau
tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya
yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5
kilometer.
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya
bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa
berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut
mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan
keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski
demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan
untuk menelan seekor kambing. Komodo terkadang berusaha mempercepat proses menelan
itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa
masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras
sehingga pohon itu menjadi rebah. Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan,
komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung

12
dengan paru-parunya. Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya
yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap
mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan.
Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk
berjemur dan mempercepat proses pencernaan.

3.5 Bisa dan bakteri


Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa
biawak Perentie (Varanusgiganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku
Agamidae, kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka
akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di
mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang
muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.
Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak
Varanusvarius, V. Scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa:
bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa
sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa
jam kemudian.
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di
dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur
ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo
tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa
yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling
mematikan di air liur komodo adalah bakteri Pasteurellamultocida yang sangat mematikan;
diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal
terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri
dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.

3.6 Reproduksi

Gambar 1.4 cara reproduksi komodo

13
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan
September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan
teritorinya dengan cara “bergulat” dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki
belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan “terkunci” ke tanah. Kedua komodo
jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang
pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat
penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan
cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya
mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan
selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di
atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu
hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk
“pasangan,” suatu sifat yang langka untuk kadal.
3.7 Partenogenesis
Sungai, seekor komodo di Kebun Binatang London, telah bertelur pada awal tahun 2006
setelah dipisah dari jantan selama lebih dari dua tahun. Ilmuwan pada awalnya mengira
bahwa komodo ini dapat menyimpan sperma beberapa lama hasil dari perkawinan dengan
komodo jantan di waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal dengan istilah
superfekundasi.
Pada tanggal 20 Desember 2006, dilaporkan bahwa Flora, komodo yang hidup di Kebun
Binatang Chester, Inggris adalah komodo kedua yang diketahui menghasilkan telur tanpa
fertilisasi (pembuahan dari perkawinan): ia mengeluarkan 11 telur, dan 7 di antaranya
berhasil menetas. Peneliti dari Universitas Liverpool di Inggris utara melakukan tes genetika
pada tiga telur yang gagal menetas setelah dipindah ke inkubator, dan terbukti bahwa Flora
tidak memiliki kontak fisik dengan komodo jantan. Setelah temuan yang mengejutkan ini,
pengujian lalu dilakukan terhadap telur-telur Sungai dan mendapatkan bahwa telur-telur
itupun dihasilkan tanpa pembuahan dari luar. Ketujuh anak komodo keturunan Flora ini lahir
dalam keadaan sehat dan hanya makan jangkrik dan belalang sebagai makanan dietnya. Ini
sesuai dengan kehidupan asli komodo di alam liar. Berdasarkan pengetahuan ilmiah, saat
tumbuh dewasa, bayi-bayi komodo bisa mencapai ukuran panjang 10 kaki (3 meter) dan
memiliki berat sekitar 300 pon (135 kilogram).
- Evolusi
Perkembangan evolusi komodo dimulai dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar
40 juta tahun yang silam dan lalu bermigrasi ke Australia. Sekitar 15 juta tahun yang lalu,
pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan para biawak bergerak
menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang. Komodo diyakini berevolusi dari
nenek-moyang Australianya pada sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluaskan wilayah
persebarannya ke timur hingga sejauh Timor Perubahan-perubahan tinggi muka laut
semenjak zaman Es telah menjadikan agihan komodo terbatas pada wilayah sebarannya yang
sekarang.

14
- Komodo dan manusia

Gambar 1.5 manusia dan komodo


Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya
meluas setelah tahun 1912, ketika Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor,
menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Nantinya,
komodo adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas
Burden pada tahun 1926. Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor
komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933. W.
Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama “Komodo dragon” kepada
hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya dibentuk kembali menjadi hewan
pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika.

- Konservasi
Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan
sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo
diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca
(1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin
sekitar 2.000 ekor). Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena
diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat
berbiak. Bertolak dari kekhawatiran ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan
berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di
beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar. Belakangan ditetapkan pula Cagar
Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.
Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa komodo, setidaknya
sebagian, telah terbiasa pada kehadiran manusia. Komodo-komodo ini terbiasa diberi makan
karkas hewan ternak, sebagai atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi kunjungan.
Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di Pulau
Padar hampir punah karena kebakaran alami,berkurangnya mangsa, meningkatnya
pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang
komodo. CITES (theConventionon International Trade in EndangeredSpecies) telah

15
menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini
adalah ilegal.
Meskipun jarang terjadi, komodo diketahui dapat membunuh manusia. Pada tanggal 4 Juni
2007, seekor komodo diketahui menyerang seorang anak laki-laki berumur delapan tahun.
Anak ini kemudian meninggal karena perdarahan berat dari luka-lukanya. Ini adalah catatan
pertama mengenai serangan yang berakibat kematian pada 33 tahun terakhir.
• Populasi kecil
Ditinjau dari segi ilmiah, populasi komodo yang amat khas ini dapat digolongkan ke dalam
islandpopulation di mana populasi yang mungkin ribuan dan bahkan jutaan tahun yang lalu
menciut menjadi populasi-populasi kecil yang memiliki tingkat keragaman genetik yang
khas, sesuai habitatnya.
Jadi, populasi komodo di Manggarai Barat dan di Pulau Komodo memiliki ciri khas populasi
akibat sudah teradaptasinya gen-gen spesifik pada lingkungan yang spesifik pula.
Perlu diluruskan kembali, inbreeding tidak selalu merugikan. Dalam banyak hal, inbreeding
merupakan salah satu metode persilangan yang banyak dimanfaatkan untuk memurnikan
suatu breed atau galur (line).
• Perlu kehati-hatian
Ditinjau dari ilmu genetika, ekologi, dan populasi, diperlukan kehatian-hatian untuk
melakukan konservasi ex situ. Sebab, jika dilakukan tanpa tinjauan ilmiah yang mendalam,
hasilnya justru membantu mempercepat kepunahan suatu populasi.
Jika suatu individu atau kelompok individu dipindahkan dari habitatnya, biasanya individu ini
mengalami berbagai stres, mulai dari stres akibat penangkapan, stres akibat tidak sesuainya
dengan habitat baru, stres perubahan pakan, stres perubahan iklim, dan lainnya.

- Penangkaran
Telah semenjak lama komodo menjadi tontonan yang menarik di pelbagai kebun binatang,
terutama karena ukuran tubuh dan reputasinya yang membuatnya begitu populer. Meski
demikian hewan ini jarang dipunyai kebun binatang, karena komodo rentan terhadap infeksi
dan penyakit akibat parasit, serta tak mudah berkembang biak.
Komodo yang pertama dipertontonkan adalah pada Kebun Binatang Smithsonian di tahun
1934, namun hewan ini hanya bertahan hidup selama dua tahun. Upaya-upaya untuk
memelihara reptil ini terus dilanjutkan, namun usia binatang ini dalam tangkaran tak begitu
panjang, rata-rata hanya 5 tahun di kebun binatang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
WalterAuffenberg di atas, yang hasilnya kemudian diterbitkan sebagai buku The
BehavioralEcologyofthe Komodo Monitor, pada akhirnya memungkinkan pemeliharaan dan
pembiakan satwa langka ini di penangkaran.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai pembahasan di atas dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan
sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List. Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo
diperkirakan masih hidup di alam liar
2. Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi
populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.

17
3. Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di Pulau
Padar hampir punah karena kebakaran alami,berkurangnya mangsa, meningkatnya
pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang
komodo merupakan bebeapa penyebab rentannya kepunahan komodo.
4. Ditinjau dari segi ilmiah, populasi komodo yang amat khas ini dapat digolongkan ke dalam
islandpopulation di mana populasi yang mungkin ribuan dan bahkan jutaan tahun yang lalu
menciut menjadi populasi-populasi kecil yang memiliki tingkat keragaman genetik yang
khas, sesuai habitatnya.
5. Secara fisiologis, jika individu komodo sudah lama beradaptasi pada suatu daerah, individu
tersebut telah memiliki zona homeostasis fisiologinya yang khas. Maka, pemindahan ke
habitat lain akan memaksa individu tersebut untuk menyesuaikan ke titik ”zona homeostasis”
barunya. Jika individu tersebut tidak dapat secepatnya menyesuaikan diri, hal pertama yang
dikorbankan adalah penurunan laju pertumbuhan dan mengurangi atau bahkan mengeliminasi
aktivitas reproduksinya

4.3 Saran
Tulisan ini kami serahkan kepada pembaca untuk dipelajari dan kami mengharapkan suara-
suara yang berfaedah untuk memperbaiki segala sesuatu yang dirasa perlu. Kami tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada siapa saja yang menambah pengertian kami mengenai
Komodo, serta konservasi (perlindungan) terhadap Komodo. Bacalah aturan membuat
makalah, jangan hanya menyalin makalah orang lain. #Rfz

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
Http://epaper.kompas.com/
Http://www.lombokwisata.com/sejarah-wisata-pulau-komodo-dragon-indonesia.htm
http://biologi2008fkipunila.blogspot.com/2010/02/konservasi-komodo.html

18
19

Anda mungkin juga menyukai