Anda di halaman 1dari 22

Makalah

ZAMAN PRAAKSARA DI ASIA TENGGARA

Dosen pengampu:Dra.Hafitna Sari Dewi Lubis,M,si

Disusun oleh kelompok 2

Madona br sembiring

Mawar br situmorang

Siti Nurmaida

KELAS REGULER E

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YME karena dengan rahmat dan
karunia-nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah mata kuliah Sejarah Asia
Tenggara yang diampu oleh ibu Dra.Hafitna Sari Dewi Lubis M,SI dengan baik dan lancar.
Meskipun kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terjadi kesalahan kata kata yang kurang
berkenan.sebelumnya terimakasih kepada teman teman yang sudah terlibat, serta kepada
orang tua kami yang banyak memberi saran serta dukunganya sehingga makalah kami dapat
terselesaikan.

Medan,2 September 2021

Kelompok 2
Daftar isi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan pennulisan

Bab 2 Pembahasan
2.1 jenis manusia purba

2.2 kebudayan

2.3 kepercayan

Bab 3 Penutup
3.1 kesimpulan

3.2 saran

Daftar pustaka
Bab 1
1.1 Latar belakang

Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Maka masa pra-
aksara sering dikaitkan sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa pra-aksara
disebut sebagai kehidupa manusia purba. Manusia muncul dipermukaan bumi kira-kira 3 juta
tahun yang lalu

bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala
plestosen.Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal.Karena
belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupanmanusia purba
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil,artefak, abris saus roche,
Kejokken Moddinger dan lainnya.

Dan kita akan membahas masa praaksara di asia tenggara dimulai dari jenis manusia purba
yang ada di Indonesia dan Negara Negara di asia tenggara,hasil kebudayan hingga system
kepercayan pada masa zaman praaksara.

1.2 Rumusan masalah


a.apa itu zaman praaksara?

b.apa saja jenis manusia purba?

c. Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk digunakan ?

d.Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba?

I.3 Tujuan penulisan

Sejalan dengan rumusan di atas tujuan makalah ini agar kita mengetahui

a.defenisi zaman pra aksara

b.jenis jenis manusia purba

c.sistem kebudayan.

d.sistem kepercayan

e.masa praaksara di asia tenggara terkhusus Negara kita Indonesia.


Bab 2

Pembahasan

Pengertian zaman praaksara


Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga,nirleka nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,sedangkan sejarah
adalah zaman setelah adanya tulisan.

Lalu bagaimana kita mengetahui keadan zaman praaksara jika pada saat itu manusia belum
mengenal tulisan? Pertanyaan yang sangat bagus.

Para ilmuwan mengetahui keadan para zaman praaksara melalui penemuan penemuan
seperti fosil dan artefak.

a.Fosil adalah adalah sisa sisa mahkluk hidup yang telah membatu karena adanya proses
kimiawi,fosil merupakan peningalan masa lampau yang sangat lama tertanam di dalam tanah.

b.Artefak adalah peningalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat
dari batu,tulang,dan kayu.
Jenis jenis manusia purba di asia tengara

1. Meganthropus palaeojavanicus
Jenis manusia purba ini ditemukan pada sekitar tahun 1936 di kawasan Sangiran. Jenis
manusia ini diperkirakan hidup sekitar satu hingga dua juta tahun yang lalu  Fosil dari jenis
ini ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941. Von Koeningswald
menamakan fosil temuannya ini dengan sebutan Mengathropus palaeojavanicus (raksasa dari
Jawa)

Ciri-ciri dari manusia purba ini memiliki tulang pipi yang tebal, otot rahang kuat, bentuk
tubuh yang tegap, tulang kening yang menonjol, tak memiliki dagu serta memiliki bentuk
kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.

2. Pithecanthropus erectus

Jenis manusia purba selanjutnya adalah Pithecanthropus erectus yang diperkirakan hidup di
Indonesia pada satu hingga dua juta tahun yang lalu. Fosil pertamanya ditemukan pada fosil
bagian geraham di daerah Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil. Penemunya ialah Eugene
Dubois tahun 1890.

Pithecanthropus erectus memiliki ciri – ciri tengkuk dan geraham (gigi) yang kuat, tubuhnya
belum tegap sempurna, hidungnya tebal, dahinya lebih menonjol dan lebar, rata-rata
tingginya 165 cm sampai 180 cm. Memiliki otak sekitar 750 cc hingga 1350 cc.
3.Pithecanthropus soloensis

Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Manusia purba ini diberi
nama Pithecanthropus soloensis karena ditemukan di Solo. Ciri-ciri manusia purba ini yaitu
memiliki tulang belakang menonjol, rahang bawah yang kuat, hidungnya lebar dan tulang
pipi yang kuat serta menonjol.  Fosilnya ditemukan sekitar tahun 1931 hingga 1933 oleh
Openorth dan Van Koenigswald.

4. Pithecanthropus mojokertensis
Tak hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ditemukan fosil manusia purba. Van
Koenigswald kembali menemukan fosil pada tahun 1939 di Mojokerto, Jawa Timur. Pertama
kali ia menemukan fosil manusia purba yang diperkirakan masih berusia 6 tahun. Lalu tahun
1936, Widenreich menemukan fosil lagi di kota yang sama.

Ciri-ciri Pithecanthropus mojokertensis yaitu memiliki tulang tengkorak yang tebal, tingginya
sekitar 165 sampai 180 cm, tak memiliki dagu dan memiliki badan tegap.
5. Homo floresiensis
Menggunakan sebutan ‘homo’ karena pada manusia purba ini telah memiliki kebiasaan yang
hampir mirip dengan manusia modern saat ini. Homo floresiensis ditemukan di Pulau Flores
Nusa Tengara dan diperkirakan hidup 12 ribu tahun yang lalu. Jenis manusia purba ini telah
mampu hidup berdampingan dengan jenis-jenis manusia purba lainnya.

Ciri-ciri manusia purba ini hanya memiliki tinggi badan satu meter, bentuk dahinya sempit
dan tak menonjol, tulang rahangnya menonjol, volume otak 380 cc serta tengkorak kepalanya
yang kecil.

6. Homo wajakensis
Manusia purba Homo wajakensis hidup di zaman yang lebih modern dari sebelumnya. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan peralatan yang bersamaan dengan fosil ini. Eugene Dubois
menemukan fosil Homo wajakensis di daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur.

Ciri-cirinya ia memiliki bentuk wajah dan hidung datar dan lebar, tulang pipinya menonjol ke
samping, letak hidung dan mulut sedikit jauh, tinggi 130 sampai 210 cm dan mampu berjalan
tegap.
7. Homo soloensis
 Weidenrich dan Koenigswald menemukannya tahun 1931. Mereka diperkirakan hidup
sekitar 300.000 sampai 900.000 tahun yang lalu.

Ciri-ciri manusia purba ini memiliki volume otak 1000cc hingga 1300 cc, tinggi badannya
mencapai 130 hingga 210 cm, tubuhnya tegap dan memiliki struktur tulang wajah yang tidak
mirip dengan manusia kera.

Kebudayan praaksara
KEBUDAYAAN DONGSON

Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang berkembang di lembah Song


Hong di Vietnam.Manusia yang tergabung pada kebudayaan ini sudah mampu mengolah
perunggu menjadi alat-alat sehari-hari.

Kebudayaan ini seringkali disebut sebagai kebudayaan utama zaman perunggu yang ada di


Asia Tenggara.

Sejarah dari kebudayaan ini yaitu berawal dari suatu evolusi yang disebut dengan evolusi
Kebudayaan Austronesia. Dimana kebudayaan ini berkembang dan tumbuh di Vietnam,
tepatnya di Lembah Song Hong.
Kebudayaan ini mulai tumbuh di kawasan Asia Tenggara termasuk di Indonesia pada sekitar
tahun 1000 Sebelum Masehi.

Terdapat pendapat bahwa mulanya, kebudayaan ini berkembang di kawasan Indocina sejak
zaman peralihan.Artinya, kebudayaan ini telah dikembangkan dari
zaman Mesolitikum, Neolitikum, bahkan sampai zaman Megalitikum.

Sejarah Kebudayaan Dongson

Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan bahwa, kebudayaan ini mulai muncul di Asia
Tenggara dan berkembang pada masa abad kelima Sebelum Masehi.

Mulanya, kebudayaan ini dibawa oleh bangsa bernama Yue-tche pada abad ke 8 Sebelum
Masehi.Bangsa Yue-tche merupakan bangsa yang kejam dan memiliki sifat keras yang
berasal dari Barat Daya China.

Namun, terdapat sumber lain yang mengatakan bahwa Kebudayaan Dongson memiliki
keterkaitan atau hubungan dengan Kebudayaan Halstatt. Akan tetapi keterkaitan antara kedua
kebudayaan ini masih diragukan akan kebenarannya.

Pendapat yang kebanyakan dianggap benar oleh orang-orang adalah kebudayaan ini berasal
dari Yunnan.

Sebab benda perunggu peninggalan Yunnan memiliki kesamaan dengan benda perunggu
peninggalan kebudayaan ini.Pembuktian mengenai masalah sejarah telah menarik beberapa
orang dari wilayah Barat untuk turut mencari dan dan melakukan penyelidikan.

Berkembang kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh masyarakat China yang melakukan
penjajahan di perbatasan-perbatasan wilayah Tonkin.

Bukti dari pengaruh China ini dapat dilihat dari motif pada hiasan perunggu asal Dongson
memiliki kesamaan dengan model hiasan perunggu pada masa kerajaan pendekar di Negeri
Tirai Bambu ini.

Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan bahwa Kebudayaan Dongson tumbuh dan
berkembang akibat pengaruh dari Hellenisme.

Masuknya Hellenisme ini melalui beberapa model yang berasal dari Funan yang menjadi
kerajaan besar pertama di Indocina yang terpengaruh dengan budaya India.

Kebenaran atas pendapat tersebut masih belum terbukti dan tidak bisa langsung dipercaya.

Kebudayaan Dongson di Indonesia


Di Indonesia sendiri, kebudayaan ini sering disebut dengan masa kebudayaan perunggu yang
sempat meluas di beberapa kawasan di nusantara.

Menurut sejarah, kebudayaan yang berasal dari Vietnam ini masuk dan meluas di Indonesia
pada tahun sekitar 1000 Sebelum masehi hingga 1 sebelum masehi.

Kebudayaan ini dibawa oleh bangsa Deutro Melayu yang bermigrasi ke kepulauan Nusantara


dari daerah Indochina.
Bukti masuknya Kebudayaan Dongson di Indonesia yaitu adanya penemuan benda penting
yang terbuat dari logam yang ditemukan di beberapa wilayah Nusantara.

Salah satu benda logam atau perunggu tersebut yaitu Nekara dengan tipe heger 1 yang
memiliki tingkat kemiripan tinggi bahkan identik dengan Neraka tertua di Vietnam.

 
Ciri-Ciri Kebudayaan Dongson

Sebagai salah satu kebudayaan yang merupakan kebudayaan zaman logam, atau lebih
tepatnya zaman perunggu, kebudayaan Dongson sudah memiliki kebudayaan yang kompleks
dan teknologi yang tinggi.

Berikut ini adalah ciri-ciri yang membedakan kebudayaan Dongson dengan kebudayaan-
kebudayaan lainnya

 Peralatan yang terbuat dari logam


 Kebudayaan yang dipengaruhi beberapa aliran
 Pola hiasan unik
 Hidup menetap
 Sistem kepercayaan yang sudah semakin kompleks

Agar kalian lebih paham, akan dijelaskan secara lebih rinci ciri-ciri tersebut dibawah ini

Peralatan Terbuat dari Logam


Sebagaimana telah dijelaskan diatas, kebudayaan satu ini identik dengan zaman
perunggu.Dimana banyak sekali alat-alat rumah tangga atau untuk kebutuhan lainnya yang
terbuat dari logam, tepatnya logam perunggu.

Hal ini terjadi karena sudah terdapat kelompok masyarakat yang mendalami ilmu pengolahan
logam dan pembuatan alat-alat sehari-hari.

Terbentuknya kelompok masyarakat dengan keterampilan khusus ini juga membuat


kebudayaan Dongson sebagai salah satu kebudayaan utama dalam masa perundagian di
Indonesia.

 
Kebudayaan dipengaruhi Beberapa Aliran
Banyaknya aliran yang mempengaruhi kebudayaan ini dapat dilihat melalui peninggalan
benda arkeolognya yang mirip dengan motif di beberapa wilayah.Misalnya motif benda yang
mirip dengan yang ada di Kerajaan China.

Selain itu, banyaknya aliran ini juga mempengaruhi bahan pembuatan peralatan yang berupa
perunggu.Benda perunggu tersebut banyak yang ditemukan di Indonesia.

Budaya-budaya ini nantinya akan menyebabkan terjadinya asimilasi serta akulturasi budaya
kedalam kebudayaan Dongson ini.
Sehingga, muncul banyak sekali variasi kebudayaan, sesuai dengan wilayah masing-masing
serta kearifan lokal dan norma-norma yang berlaku di wilayah tersebut.

 
Pola Hiasan Unik
Umumnya alat-alat serta artefak yang ditinggalkan oleh kebudayaan dongson memiliki pola
hiasan yang relatif unik.

Hiasan-hiasan ini umumnya dibentuk dengan pola-pola geometri yang juga menjadi ciri khas
dari kebudayaan ini.

Bentuk geometri-geometri yang sering digunakan antara lain adalah spiral, segitiga, dan
garis-garis geometris yang simetris dan juga saling bersinggungan.

 
Hidup Menetap
Manusia dalam kebudayaan dongson sudah hidup menetap dalam kelompok-kelompok sosial
tertentu. Hal ini terjadi karena mereka sudah mengerti cara membuat rumah permanen serta
melakukan aktivitas pertanian subsisten dan peternakan sederhana.

Dengan pola hidup yang menetap dan pembagian pekerjaan, nantinya akan terbentuk sistem
sosial hierarkis dan juga pembagian pekerjaan.

Pembagian pekerjaan inilah yang nantinya akan menghasilkan kelompok-kelompok tertentu


dengan spesialisasi keahlian tertentu, sehingga mampu mengolah logam, atau bertani, dan
menjalankan fungsi-fungsi spiritual tertentu.

 
Aspek Spiritual Kebudayaan Dongson
Senada dengan zaman-zaman sebelumnya, manusia yang berasal dari kebudayaan Dongson
ini rata-rata masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme, seperti leluhur mereka.

Kepercayaan ini merupakan konsep yang mempercayai bahwa roh nenek moyang masih
menjaga dan mengawasi kehidupan mereka.

Oleh karena itu, roh-roh nenek moyang tersebut harus senantiasa dihormati.Selain itu, mereka
juga percaya untuk meminta bantuan dan berdoa kepada roh-roh leluhur tersebut.

 
Peninggalan Kebudayaan Dongson
Sebagai salah satu kebudayaan utama yang menggunakan perunggu dalam pembuatan alat-
alat sehari-hari mereka, maka peninggalan-peninggalan dari kebudayaan Dongson tentunya
juga berupa alat perunggu.

Berikut ini adalah beberapa hasil peninggalan kebudayaan dongson yang harus kalian ketahui

 Nekara perunggu
 Perhiasan perunggu
 Arca perunggu
 Bejana perunggu
 Kapak corong

Agar kalian lebih paham, peninggalan-peninggalan tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci
dibawah ini

Nekara Perunggu

Nekara perunggu merupakan salah satu peninggalan sejarah dari Kebudayaan Dongson yang
lumayan banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia.

Artefak tersebut ditemukan di Kepulauan Kei, Pulau Selayar, Pulau Sengean, dan juga di
daerah Bali.

Nekara yang ditemukan di daerah timur Indonesia memiliki ukuran yang lebih besar daripada
neraka di bagian Indonesia barat.

Nekara perunggu memiliki bentuk unik yaitu menyerupai dandang yang telungkup.Bentuk ini
juga dapat dikatakan seperti bentuk kerumbung dimana memiliki bagian atas dan tengah yang
telah tertutup dan memiliki pinggang.

Keunikan peninggalan kebudayaan ini telah disimpan di museum sejarah dan dapat
dikunjungi secara bebas.

 
Perhiasan Perunggu
Peninggalan sejarah Kebudayaan Dongson berikutnya yaitu Perhiasan perunggu yang dapat
dijumpai di kawasan Malelo, Gilimanuk, Rembang, dan juga Anyer.

Perhiasan penting dan bersejarah ini berupa cincin, kalung, gelang, dan juga beragam anting
yang terbuat dengan logam perunggu.Peninggalan tersebut telah dialihkan sebagai warisan
budaya dan tersimpan apik di museum.

 
Arca Perunggu

Arca yang merupakan peninggalan kebudayaan yang berasal dari Vietnam ini terbuat dari
perunggu dengan bentuk yang bervariasi.

Terdapat bentuk orang yang memegang anak panah maupun busur panah, patung
menunggang kuda, serta patung orang yang sedang menari.Masih banyak lagi bentuk arca
perunggu lainnya yang mungkin belum ditemukan sampai detik ini.
Arca perunggu di Indonesia ditemukan di beberapa wilayah.Wilayah tersebut yaitu
Plembang, Bogor, Lumajang, serta kawasan Bangkina yang ada di Riau.

Arca ini diyakini sebagai peninggalan Kebudayaan Dongson karena terbuat dari perunggu
dan motifnya yang memiliki kesamaan dengan peninggalan lainnya.

 
Bejana Perunggu

Penemuan penting selanjutnya yaitu bejana perunggu yang hanya ditemukan di kawasan
Madura dan Kerinci.

Bejana ini memiliki motif yang unik berupa huruf “J” yang membentuk gambar pilin yang
tersusun secara geometri.Bejana perunggu memiliki bentuk menyerupai periuk dengan
bentuk yang langsing.

Bentuk dan motifnya yang unik ini memiliki keindahan tersendiri khas Dongsan.

 
Kapak Corong

Kapak corong merupakan salah satu peninggalan Kebudayaan Dongson yang ditemukan di
beberapa wilayah di Indonesia.

Artefak tersebut ditemukan di sekitar wilayah Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Bali, dan juga Jawa.Kapak corong juga dapat ditemukan di sekitar kawasan Danau
Sentani.

Kapak corong yang bisa juga disebut dengan kapak sepatu ini memiliki bentuk unik dan
dibuat dari bahan perunggu.

Kapak ini memiliki bentuk sebilah kapak dan pada bagian atas berbentuk sebuah corong. 
Corong ini dapat digunakan sebagai tempat menaruh tangkai kayu dengan bentuk siku.
Beberapa informasi mengenai Kebudayaan Dongson di atas semoga dapat membantu Anda
dalam memahami bagaimana sejarah, ciri, serta apa saja benda yang ditinggalkan oleh
kebudayaan ini.

Perlu diingat, bahwa kebudayaan tersebut tetap harus dijadikan sebagai warisan yang dapat
dikenang oleh generasi berikutnya.Bagi Anda yang penasaran, Anda dapat mengunjungi
museum kebudayaan.

KEBUDAYAAN BASCON-HOABINH

Kebudayaan Bacson Hoabinh merupakan salah satu kebudayaan zaman dahulu yang
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan manusia purba di Indonesia.

Para ahli menduga bahwa kebudayaan ini muncul pada saat zaman batu karena
kebudayaannya identik dengan alat-alat yang terbuat dari batu.

Kebudayaan Bacson Hoabinh ini merupakan kebudayaan zaman batu yang berasal dari
daerah lembah sungai Mekong, Vietnam.Kebudayaan ini masuk ke Indonesia sekitar 10.000
hingga 4.000 tahun yang lalu.

Budaya ini muncul pada zaman mesolitikum dimana manusia masih menggunakan batu-


batuan sebagai bahan dasar alat-alatnya.

Sebagai salah satu kebudayaan utama pada zaman batu, Bacson-Hoabinh dianggap sebagai
salah satu pusat kebudayaan zaman batu di Asia Tenggara dan Indochina.

Manusia pendukung dari kebudayaan bacson-hoabinh ini adalah manusia-manusia dari ras


papua melanesoid.

Karena memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan teknologi dan kebudayaan manusia
purba di Indonesia.Kita sebagai pelajar harus mengetahui dan memahami kebudayaan ini.

Sejarah Kebudayaan Bacson Hoabinh

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, kebudayaan Bacson-Hoabinh muncul di lembah sungai
Mekong, Vietnam pada sekitar 10.000 hingga 4.000 tahun yang lalu.

Seiring dengan berjalannya waktu, manusia-manusia ini bermigrasi ke selatan, lebih tepatnya
ke kepulauan Indonesia sekitar 2000 tahun Sebelum Masehi.

Migrasi manusia-manusia purba kebudyaaan Bacson Hoabinh ini kerap dikenal sebagai


ras Proto Melayu karena merupakan salah satu leluhur dari ras melayu.

Terdapat 2 rute penyebaran manusia purba Bacson-Hoabinh ke Indonesia, yaitu lewat jalur
barat dan juga jalur timur.
Rute migrasi barat bacson-hoabinh melewati

Vietnam – Thailand – Semenanjung Melayu – Indonesia Barat (Sumatera &


Kalimantan)

Sedangkan, rute migrasi timur bacson-hoabinh melewati

Vietnam – Taiwan – Filipina – Indonesia Timur (Sulawesi & Papua)

Kedua rute migrasi tersebut memiliki hasil kebudayaan yang sedikit berbeda serta tempat-
tempat singgah yang berbeda-beda pula.

Pada rute barat, peninggalan yang ditemukan antara lain adalah kapak sumatera, kapak
pendek, dan juga alat-alat tulang. Sedangkan, pada rute timur, banyak ditemukan flakes dan
sejenis alat serpih lainnya.

 
Ciri-Ciri Kebudayaan Bacson Hoabinh

Sebagai kebudayaan yang muncul pada zaman batu, tentu saja kebudayaan Bacson-Hoabinh
memiliki ciri khas yang mirip dengan kebudayaan-kebudayaan zaman batu pada saat itu.

Berikut ini adalah ciri-ciri dari kebudayaan Bacson-Hoabinh

 Menggunakan batu sebagai bahan dasar peralatannya


 Batu sudah diolah, dihaluskan, dan ditajamkan
 Menggunakan tulang-tulang pula sebagai bahan dasar alat-alatnya
 Sudah mulai hidup menetap di gua-gua

Ciri utama dari kebudayaan Bacson-Hoabinh ini adalah alat-alat sehari-harinya yang terbuat
dari bebatuan.Umumnya, batu yang digunakan adalah batu kali (batu sungai) yang sudah
dihaluskan.

Umumnya, batu-batu ini dihaluskan dan juga ditajamkan dengan menggunakan batu lain
ataupun alat serpih khusus.

Batu tersebut juga dapat dikikis sehingga menciptakan bentuk-bentuk lain yang variatif.Oleh
karena itu, pada zaman ini alat-alat batuan sudah cukup bervariasi bentuknya dan fungsinya.

Selain batu, digunakan pula tulang belulang sebagai bahan dasar alat-alat sehari-hari.
Umumnya, tulang digunakan sebagai bahan dasar penyerpih atau flakes.

Manusia purba pada zaman ini juga sudah mulai hidup secara menetap meskipun tidak secara
permanen dan di gua-gua yang ada di alam.

Salah satu contohnya adalah pada gua-gua karang yang dikenal sebagai abris sous
roche dimana ditemukan banyak tulang belulang serta bekas kebudayaan mesolitikum.
Kebudayaan yang sudah mulai menetap ini pun menyebabkan penumpukan sampah-sampah
dapur berupa kulit kerang yang dikenal sebagai Kjokkenmoddinger.

Peninggalan Kebudayaan Bacson Hoabinh

Sebagai salah satu kebudayaan utama dalam zaman batu, kebudayaan Bacson Hoabinh
memiliki beberapa peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita lihat peninggalannya.

Berikut ini adalah beberapa peninggalan kebudayaan Bacson Hoabinh

 Flakes
 Kjokkenmoddinger
 Kapak Genggam
 Kapak Tulang

Agar kalian lebih paham, dibawah ini akan dijelaskan mengenai peninggalan-peninggalan
tersebut

Flakes
Flakes adalah serpihan-serpihan yang digunakan untuk memotong suatu objek. Umumnya,
flakes ini dibuat dari batuan atau tulang yang sudah ditajamkan.

Selain itu, flakes juga dibut dalam bentuk-bentuk indah sebagai ornamen yang disebut
sebagai kalsedon.

 
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan-tumpukan sampah dapur yang didominasi oleh kulit
kerang yang tertumpuk dan mengendap di suatu tempat.

Seiring dengan berjalannya waktu, tumpukan-tumpukan sampah ini akan mengeras dan
berubah menjadi fosil.

Sekarang, para arkeolog dapat menemukan banyak peninggalan-peninggalan lain dari


kebudayaan Bacson Hoabinh dan juga kebudayaan zaman batu lainnya dalam tumpukan-
tumpukan Kjokkenmoddinger ini.

 
Kapak Genggam
Kapak genggam merupakan salah satu alat yang banyak digunakan pada zaman batu
selain kapak perimbas.
Dinamakan genggam karena kapak ini tidak memiliki pegangan, sehingga harus digenggam
badan kapaknya.Bentuknya jauh berbeda dengan kapak yang sekarang digunakan oleh
manusia modern.

Sesuai dengan masanya, kapak ini juga dibuat dari batu yang sudah dihaluskan dan
ditajamkan di beberapa bagian untuk membantu memotong.

Kapak Tulang
Kapak tulang adalah salah satu jenis kapak yang dibuat dari bahan dasar tulang belulang
binatang.

Jenis kapak ini banyak ditemukan di daerah Ngandong yang memang terkenal dengan budaya
Ngandong yang didominasi oleh alat-alat berbahan dasar tulang belulang.

Umumnya, kapak-kapak ini berbentuk seperti belati dan digunakan untuk mengambil umbi-
umbian serta untuk menangkap ikan.

Bentuk kepercayaan awal

Selama bertempat tinggal di gua gua, mereka mulai mengenal tradisi melukis di dinding-
dinding gua. Menurut Poesponegoro dan Notosusanto, selain menggambarkan kehidupan
sosial ekonomi, lukisan-lukisan di dinding gua atau di dinding-dinding karang juga
menggambarkan sudah munculnya kepercayaan masyarakat pada masa ini. Sikap hidup
manusia terpancar di dalam lukisan lukisan itu termasuk didalamnya nilai nilai estetika dan
magis yang berkaitan dengan totem dan upacara upacara yang tidak diketahui dengan jelas.

Menurut Robert dan Galis, lukisan lukisan gua berkaitan dengan upacara upacara
penghormatan nenek moyang ,upacara kesuburan, inisiasi, dan mungkin juga untuk keperluan
ilmu dukun ,untuk meminta hujan, dan kesuburan, atau memperingati suatu kejadian penting.
Selain lukisan lukisan di dinding gua atau di dingding -dinding karang, alam
kepercayaan masyarakat pada masa itu terlihat juga dalam peristiwa atau upacara
penguburan.

Sistem kepercayaan

Hal penting lain yang terjadi pada masa ini adalah berkembangnya sistem kepercayaan
yang disebut animisme dan dinamisme. Kepercayaan ini telah berkembang di negeri asal
nenek moyang ini ,yaitu vietnam, penduduk asli tampaknya tidak sulit menerima sistem
kepercayaan ini sebab mereka sendiri telah memperaktikkannya sebagaimana tercermin di
dalam lukisan lukisan gua.

Salah satu segi yang menonjol dari kepercayaan animisme adalah sikap terhadap kehidupan
sesudah mati, yaitu kepercayaan bahwa roh seorang tidak lenyap pada saat orang meninggal
tetapi tetap hidup serta sangat memengaruhi kehidupan mereka. Hal ini tercermin dalam
upacara penguburan dan tradisi megalitik. Orang yang sudah meninggal dibekali bermacam-
macam barang keperluan sehari-hari seperti, perhiasan dan periuk ,dan dikubur bersama sama
dengan maksud agar perjalanannya ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya terjamin.

Tradisi bangunan megalitik (Mega berarti besar,lithos berarti batu)

Didasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara orang yang masih hidup dan
yang telah meninggal, terutama pengaruh kuat orang yang telah meninggal terhadap
kesejahteraan masyarakat serta kesuburan tanaman. Jasa seorang kerabat yang telah
meninggal diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar(megalitik) . Bangunan ini
menjadi sarana penghormatan, tempat singgah ,dan lambang dari orang yang telah
meninggal.
Bab 3
PENUTUP

Kesimpulan

Zaman praaksara dimulai sudah tentu sejak manusia ada. Itulah titik dimulainya
masa praaksara. Zaman praaksara berakhir setelah manusia mulai mengenal tulisan.
Sampai sekarang para ahli belum dapat secara pasti menunjuk waktu kapan mulai
ada manusia di muka bumi ini. Untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu
memahami kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang
waktunya sangat panjang. Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai
terbentuk sekitar 2.500 juta tahun yang lalu.

Saran

Kita bisa belajar banyak dari keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari
pendahulu kita. Sebaliknya kita juga belajar dari kegagalan mereka yang telah
menimbulkan malapetaka bagi dirinya atau bagi banyak orang. Untuk memetik
pelajaran dari uraian ini, dapat kita katakan bahwa nilai terpenting dalam
pembelajaran sejarah tentang zaman praaksara, dan sesudahnya ada dua yaitu
sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan.
Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan
masa kini dan masa depan.
Daftar pustaka
(sumber :buku pak sejarah peminatan kls X)

Anda mungkin juga menyukai