Dosen Pengampu : Sigit Kurnianto, SE., MSA., Ak., CA., SAS., AAP B., ASEAN CPA
Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
Kata Pangantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarganya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
yang isinya membahas tentang Komparasi Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi
Bisnis. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Sigit Kurnianto, SE., MSA.,
Ak., CA., SAS., AAP B., ASEAN CPA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yang telah memberikan tugas yang membawakan manfaat bagi diri kami.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan dikarenakan pengalaman kami dalam pengetahuan penulis yang
kurang memumpuni. Oleh karena itu kami dengan lapang dada memberikan kesempatan
kepada para pembaca untuk memberika kritik dan saran yang membangun agar kami bisa
belajar lebih baik dalam menyusun makalah dan dapat memperbaiki makalah ini dengan
maksimal. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pangantar ii
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Pembelajaran 5
1.4 Manfaat Penulisan 6
PRATINJAU MATERI 7
PEMBAHASAN 9
3.1. Perkembangan Pemikiran Akuntansi 9
3.1.1. Sektor Publik versus Sektor Bisnis (Swasta) 9
3.1.2.Perlunya Akuntansi Sektor Publik Dipelajari Sendiri 9
3.2. Tujuan Komparasi Akuntansi Sektor Publik Versus Sektor Bisnis (Swasta) 9
3.3. Asumsi – Asumsi Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta) 9
3.4. Akuntansi Sektor Publik Versus Sektor Bisnis (Swasta) 10
3.4.1. Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Bisnis (Swasta) 10
3.4.2. Akuntansi Sektor Publik yang Tertinggal dari Akuntansi Bisnis 10
3.4.3. Akuntansi atas Utang atau Kewajiban Organisasi Publik 11
3.4.4. Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas 11
3.4.5. Kultur Organisasi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta) 13
3.4.6. Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta) 13
3.5 Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta) 15
3.6 Perencanaan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta) 15
3.7. Penganggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 19
3.8 Realisasi Anggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 20
3.9. Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 21
3.10. Pelaporan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 22
3.11. Audit Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 24
3.12. Pertanggungjawaban Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis 25
BAB IV 27
IMPLEMENTASI & BEST PRACTICE 27
4.1 IMPLEMENTASI 27
4.2 BEST PRATICE 29
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan KBBI, komparasi memiliki makna perbandingan atau membandingkan.
Dalam hal ini komparasi dilakukan untuk membandingkan dua variabel antara subjek yang
satu dengan yang lainnya agar dapat menemukan perbedaannya.
Dalam hal ini subjek yang dikomparasikan adalah akuntansi sektor publik dan akuntansi
bisnis. Akuntansi sektor publik dapat diinterpretasikan sebagai bidang akuntansi yang secara
khusus membahas penggunaan akuntansi dalam kegiatan organisasi sektor publik. Secara
luas organisasi sektor publik meliputi lembaga lembaga pemerintahan dan departemen di
bawahnya. Organisasi sektor publik ini bergerak di bidang nonprofit. Sedangkan akuntansi
bisnis atau dapat disebut juga dengan akuntansi swasta dapat diinterpretasikan dengan
perusahaan-perusahaan yang berkegiatan mencari profit seperti perusahaan terbuka yang
menjual sahamnya kepada masyarakat umum.
Komparasi antara akuntansi sektor publik dan akuntansi bisnis ini dilakukan agar
pembaca dapat membedakan dan mampu memahami lebih dalam mengenai masing-masing
subjek yang dibahas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis buat, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan rumusan yang telah ditentukan, maka penulis juga dapat merumuskan tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan makalah tersebut, adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
PRATINJAU MATERI
Perkembangan Pemikiran
Akuntansi
Asumsi-asumsi Akuntansi
P u b lik d e n g a n A k u n ta n s i B is n is
Sektor Publik Dan Sektor
Bisnis (Swasta)
Pengambilan Keputusan
Dalam Sektor Publik dan
Sektor Bisnis (Swasta)
Pertanggungjawaban dalam
Sektor Publik dan Sektor
Bisnis (Swasta)
Makalah ini akan menjelaskan berbagai materi tentang Komparasi Akuntansi Sektor Publik
dengan Akuntansi Bisnis secara detail yaitu :
PEMBAHASAN
3.1. Perkembangan Pemikiran Akuntansi
3.2. Tujuan Komparasi Akuntansi Sektor Publik Versus Sektor Bisnis (Swasta)
Akuntansi sektor publik di Indonesia jauh tertinggal dengan akuntansi swasta. Di sisi lain,
karakteristik akuntansi sektor publik sangat berbeda dengan sektor swasta, sehingga akuntansi
yang diterapkan di kedua sektor tersebut berbeda dan mempunyai keunikan sendiri. Perbedaan
karakter dan mekanisme pengelolaan di tiap organisasi harus diperdalam lagi agar kinerja tiap
sektor menjadi maksimal dalam mencapai tujuannya. Maksimalisasi kinerja organisasi sektor
publik inilah yang menjadi tujuan dari komparasi akuntansi sektor publik dan organisasi bisnis
(swasta).
3.3. Asumsi – Asumsi Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Akuntansi sektor publik dan sektor bisnis ada untuk memenuhi kebutuhan publik atau
masyarakat. Perbedaan mencolok di antara keduanya adalah motif keuntungan yang ingin
diperoleh. Akuntansi sektor swasta pasti kan mencari keuntungan sebanyak – banyaknya dari
layanan atau produk yang diberikan pada publik, sedangkan akuntansi sektor publik hanya
memenuhi kebutuhan publik tanpa motif mencari keuntungan.
Keunikan akuntansi sektor publik adalah cenderung kurang seragam karena setiap
bidangnya mempunyai karakteristik yang berbeda. Selain itu, perumusan standar akuntansi juga
mengadaptasi praktek regulasi yang sudah ada. Akuntansi yang diterapkan dalam sektor publik
umumnya berbasis kas, dan laporan keuangan yang dihsilkan akan dijadikan sebagai media
akuntabillitas publik. Akuntansi sektor publik dibuat sebagai wujud pertanggungjawaban kepada
masyarakat dan bukan semata – mata kepada pemilik atau pemegang saham saja sebagaimana di
sektor swasta.
3.4.1. Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Bisnis (Swasta)
Secara konseptual, perbedaan keuda jenis organisasi ini terletak pada tujuan yang akan
dicapai. Singkatnya, perbedaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut:
Efisiensi, merupakan hal terpenting diantara ketigatersebut, dengan rumusan ratio sebagai
berikut:
OUTPUT
INPUT
Suatu organisasi dianggap semakin efisien apabila rasio efisiensi cenderung di atas
satu. Semakin besar angkanya, semakin tinggi tingkat efisiensinya. Secara absolut, rasio ini
tidak menunjukkan posisi keuangan dan kinerja organisasi. Namun, berbagai program pada
dua organisasi yang bergerak di bidang industri yang sama dapat dibandingkan tingkat
efisiensinya. Efisiensi dapat dikembangkan dengan empat cara, yaitu:
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tiga indikator kinerja organisasi sektor publik dapat
dirinci sebagai berikut: ekonomi mengenai input, efisiensi tentang input dan output, serta
efektivitas yang berhubungan dengan output. Walaupun manajemen organisasi tidak merasa
puas, indikator ekonomi sering digunakan sebagai satu – satunya indikator.
Indikator efisiensi mencakup baik input maupun output, artinya optimalisasi tujuan
dengan biaya serendah mungkin. Penerapan indikator efisiensi di sektor publik akan
membuka kemungkinan kerjasama dengan pihak swasta. Di sektor swasta, evaluasi kinerja
dilakukan untuk mengetahui kelebihan output atas input atau keuntungan. Namun, ada dua
kesulitan benchmark penerapan ukuran kinerja sektor swasta pada sektor publik, yaitu:
1. Jika output diukur dalam ukuran uang, kualitas rasio tergantung pada kualitas output,
sedangkan pengukuran yang ada mencakup prakiraan kualitatif konsumen. Kegagalan
pasar merupakan suatu masalah khusus dalam pelayanan sektor publik.
2. Jika output tidak dapat diukur dengan nilai uang, rasio efisiensi dihitung dengan unit
fisik. Permasalahan dasarnya adalah kondisi pengukuran fisik tidak bisa diterima
standar indternasional.
Kasus pertama dari kesulitan ini adalah bahwa penempatan suatu organisasi sektor
publik merupakan monopoli yang efektif, karena pelayanan ditawarkan dengan kondisi
tanpa pesaing. Dengan demikian, penawar monopoli dapat memperbaiki rasio efisiensi
dengan menaikkan harga, tetapi konsumen dirugikan karena harus membayar harga yang
lebi tinggi. Jaminan pemerintah dan tekanan kelompok konsumen hanya mampu mencegah
kenaikan harga, sementara mekanisme pasar tetap harus diikuti oleh sektor swasta.
Kesulitan kedua adalah output nonkeuangan yang berjenjang, di mana output tingkat
tinggi menggambarkan luasnya aktivitas yang menyatukan beberapa tujuan dasar. Output
subordinat ditunjukkan sebagai output “perantara”, yang dapat digunakan sebagai alat ukur
kualitas ativitas.
Frase “nilai uang” digunakan untuk menunjukkan hal-hal menyangkut ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. Lebih lanjut, frase ini berhubungan dengan output ketimbang input
(uang) atau yang disebut efisiensi, tetapi dengan catatan jikaoutput dapat diukur pada
tingkat tertentu dan kemudian nilai uang menggantikan nilai permintaan. Namun, seringkali
output hanya diukur secara fisik dalam perbandingan dengan input. Nilai uang dapat
dimaksimalkan jika organisasi dapat mengeluarkan biaya minimal dan menghasilkan output
maksimal sesuai tujuannya.
Luasnya pengukuran efisiensi dalam artian pencarian nilai uang menunjukkan suatu
residu. Penekanan pada “inefisiensi” dan memelihara atau memperbaiki kualitas dianggap
sebagai motif fokus pengukuran tren kualitas biaya. Sebagian besar tujuan dapat diukur
sementara sebagian lainnya tidak dapat diukur. Tiap jenis “kualitas” biaya telah diteliti
sesuai standar profesionalisme asosiasi dan/atau profesi. Hal yang dipertentangkan adalah
perluasan penggunaan kebijakan kuantitas atau kualitas. Dengan kata lain, kualitas
merupakan suatu residu di mana mekanisme formal telah dilakukan secara numerik.
Kultur di organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Dalam organisasi
publik, semua karyawan bekerja untuk mencapai satu tujuan, yaitu pemenuhan pelayanan
publik. Namun, dalam organisasi swasta, segala aktivitas dan sumber daya manusia terfokus
pada keuntungan dari persaingan antar organisasi dan produk yang dihasilkan. Persaingan
inilah yang menghantarkan kierja swasta cenderung lebih cepat dibandingkan sektor publik.
Kultur ini belum begitu familiar dalam organisasi publik, sehingga peningkatan mutu
pelayanan atau produknya belum terjadi secara signifikan.
3.4.6. Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Dasar hukum akuntansi sektor publik adalah:
1. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005. SAP dinyatakan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yang dilengkapi dengan Pengantar
Standar Akuntansi Pemerinatahan dan disusun dengan mengacu pada kerangka
konseptual Akuntansi Pemerintahan. SAP ahrus digunakan sebagai acuan dalam
menyusun laporan keuangan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Peran SPKN adalah memberikan patokan atau arahan per tahap pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. Dengan kata lain,
SPKN disusun sebagai ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara.
Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada SPKN diharapkan dapat meningkatkan
kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui
pengumpulan dan pengujijan bukti secara objektif. Dalam penerapannya, SPKN berlaku
untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan, serta
fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
SPKN dilaksanakan dngan sbuah mekanisme kerja, yakni pengumpulan bukti dan
pengujian bukti secara objektif. Hal ini dilakukan dengan prinsip akuntabilitas publik
untuk mendapatkn hasil, yakni meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan.
Hasil ini akan membawa manfaat, yakni:
3.5 Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Dalam sektor publik, pengambilan keputusan dilakukan melalui mekanisme formal dan
telah ditetapkan dengan keputusan organisasi. Sebagai contoh, dalam organisasi pemerintah
mekasime musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) merupakan proses utama
diputuskannya sebuah perencanaan pemerintah. Dalam musrenbang, masyarakat sebagai
“konsumen” dapat ikut terlibat di dalamnya. Selain itu, berbagai keputusan juga diambil dan
ditetapkan oleh lembaga legislatif dan eksekutif di tingkat pusat maupun daerah. Pada organisasi
lainnya seperti partai politik, LSM, atau yayasan segala keputusan diambil melalui musyawarah
mufakat antara pengurus dan perwakilan anggotanya.
Agak berbeda dengan organisasi publik atau organsasi bisnis (swasta) juga mengambil
keputusan secara musyawrah mufakat, meskipun ada keputusan yang diambil secara individual
(pemilik usaha). Pengambilan keputusan secara musywarah dilakukan oleh para pemegang
saham dan pimpinan atau pihak manajemen organisasi bisnis (swasta). Selain itu, pengambilan
organisasi juga jarang melibatkan karyawannya atau konsumennya.
Kedua tipe perencanaan ini mempunyai hubungan yang tidak dapat dibedakan. Namun,
pembahasan hanya ditekankan pada tipe kedua. Perencanaan operasional merupakan bagian tetap
perencanaan manajerial dan siklus pengendalian, dimana manajer terlibat dan bertanggungjawab
di dalamnya. Berikut ini adalah tahapan pokok perencanaan dan pengendalian adalah :
Perencanaan sasaran dan tujuan dasar
Perencanaan operasional
Penganggaran
Pengukuran dan Pengendalian
Pelaporan, analisa dan umpan balik
Pada organisasi sektor publik lainnya, seperti lembaga swadaya masyarakat, yayasan, dan
partai politik, proses perencanaannya dilakukan oleh staf dan pengelola yang berwujud aktual
dalam dokumen perencanaan dan proses perencanaan memberikan kekuatan efektif dalam
menjalankan peran pengelola. Selain itu, dokumen perencanaan merupakan sarana efektif dan
efisien dalam pengelolaan organisasi.
Di dalam organisasi bisnis, proses perencanaan dilakukan oleh para pegawai serta manajer
yang ada di dalam organisasi tersebut secara garis besar. Proses perencanaan di organisasi swasta
tidak jauh beda dengan organisasi sektor publik. Pada intinya, terkait dengan penetapan visi,
misi, dan tujuan yang ingin dicapai, strategi-strategi yang dijalankan untuk meraihnya serta
sistem perencanaan untuk mengontrol pelaksanaan rencana tersebut. Perbedaannya terlihat pada
hasil yang ingin dicapai dari proses perencanaan itu. Di dalam organisasi bisnis ingin mencapai
profit/laba yang tinggi serta peningkatan kekayaan dan pertumbuhan organisasi, sementara di
organisasi sektor publik lebih mengutamakan pentingnya layanan kepada publik/masyarakat.
Penyusunan anggaran dalam organisasi sektor publik dilakukan bersama masyarakat dalam
perencanaan program. Penurunan program publik dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritisi
dan didiskusikan oleh masyarakat. Akhirnya disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD atau
DPRD. Di dalam organisasi bisnis, penyusunan anggaran dilakukan oleh para pegawai dan
manajer perusahaan yang berwenang dengan persetujuan pemilik perusahaan.
Tabel 3.3 Penganggaran Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis
Penganggaran
Sektor Publik Sektor Bisnis
Penyusunan anggaran dilakukan bagian
Penyusunan anggaran dilakukan bersama
keuangan, pengelola perusahaan atau
masyarakat dalam perencanaan program
pemilik usaha
Dipublikasikan untuk dikritisi dan
Tidak dipublikasikan
didiskusikan oleh masyarakat
Disahkan oleh wakil masyarakat di Disahkan oleh pengelola perusahaan atau
DPR/D, legislatif, dewan pengurus pemilik usaha
Dalam organisasi sektor publik maupun organisasi sektor bisnis, isu utama dalam proses
realisasi anggaran adalah kualitas. Hal ini akan menjadi persaingan antar output organisasi. Di
dalam sektor publik, kualitas dicapai bagi pemenuhan tujuan pelayanannya kepada publik. Pada
organisasi bisnis, kualitas dicapai dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari
produknya.
Pada organisasi publik, masyarakat berpartisipasi aktif selama proses realisasi anggaran,
baik sebagai penerima layanan maupun pengawas independen. Pada organisasi bisnis,
masyarakat sebagai konsumen berpartisipasi pada saat menggunakan output yang dihasilkan oleh
organisasi tersebut.
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis
Realisasi Anggaran
Sektor Publik Sektor Bisnis
Kualitas untuk memenuhi tujuan Kualitas untuk mendapatkan keuntungan
pelayanan organisasi yang lebih besar
Partisipasi konsumen (masyarakat) selama Partisipasi konsumen setelah
proses realisasi anggaran mendapatkan output (produk)
3.9. Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis
“Pengadaan” mengandung arti proses, cara, tindakan mengadakan; proses, cara, tindakan
menyediakan sesuatu. Sedangkan kata ”barang” mengandung arti benda yang berwujud, dan kata
”jasa” berarti tindakan yang baik dan berguna bagi orang, kelompok masyarakat, bangsa dan
negara; pertolongan yang sangat berguna; perbuatan memberikan pelayanan atau servis kepada
pelanggan; aktivitas, kemudahan, manfaat dan sebagainya, yang dapat dijual kepada konsumen
(reality publisher, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara, dan,
tindakan dalam menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat atau publik. Dan barang dan jasa
yang disediakan merupakan bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam masyarakat dapat dilakukan melalui dua
mekanisme yaitu :
a. Mekanisme Pasar (Market Mechanism)
b. Mekanisme Birokrasi (Bureaucratic Mechanism)
Pengadaan barang dan jasa adalah usaha yang diperlukan oleh organisasi sektor publik
yang meliputi :
a. Pengadaan barang
b. Jasa pemborong
c. Jasa konsultasi, dan
d. Jasa lainnya
Perbedaan pengadaan barang dan jasa di sektor publik dan bisnis terletak pada tunjuannya.
Pada organisasi sektor publik, pengadaan barang dan jasa diperuntukkan bagi kepentingan
seluruh warga dalam skala luas, sedangkan swasta diperuntukkan bagi kepentingan internal
organisasi.
Tabel 3.5 Pengadaan Barang dan Jasa dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis
Pengadaan Barang dan Jasa
Sektor Publik Sektor Bisnis (Swasta)
Barang publik adalah barang kolektif yang Barang swasta adalah barang spesifik yang
harus dikuasai oleh negara atau dimiliki oleh swasta.
pemerintah.
Sifatnya tidak eksklusif. Sifatnya eksklusif.
Pada umumnya, barang dan jasa Barang dan jasa hanya bisa dinikmati oleh
diperuntukkan bagi kepentingan seluruh mereka yang mampu membelinya, karena
warga dalam skala luas. harganya disesuaikan dengan harga pasar
serta keinginan sang penjual yang ingin
meraih laba sebesar besarnya.
Tujuan pengadaan barang dan jasa publik Tujuan pengadaan barang dan jasa adalah
adalah bagi kepentingan seluruh warga diperuntukkan bagi kepentingan internal
dalam skala luas organisasi.
Secara umum, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai
konsekuensinya, laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menggambarkan
pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan,
realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan. Beberapa komponen laporan, yaitu
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan dilengkapi oleh
Catatan atas Laporan Keuangan, ataupun laporan tambahan lainnya, seperti pada laporan tahunan
dan prospektus.
Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, perubahan dari era orde baru ke orde
Reformasi menuntut akuntabilitas publik dalam melaksanakan setiap aktivitas kemayarakatan
dan pemerintahan. Asumsi UU No.17/2003 membawa akuntabilitas hasil sebagai catatan yang
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,model pelaporan keuangan sebagai bagian dari laporan
pertanggungjawaban mulai dirancang dan diterapkan sebagaimana yang diterapkan di Amerika
Serikat, Kanada, serta Selandia Baru.
Pada bulan juni 1999, Amerika Serikat melalui Governmental Accounting Standards
Board (GASB) mengeluarkan GASB statement No.34 “Basic Financial Statement and
Management’s Discussion and Analysis for State and local Government,”dimana model
pelaporan keuangan diterapkan untuk pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Bentuk dan penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
sifat lembaga sektor publik, sistem pemerintahan suatu negara, mekanisme pengelolaan
keuangan, dan sistem anggaran negara.
Secara umum, pemeriksaan atau auditing adalah suatu investigasi independen terhadap
beberapa aktivitas khusus. Mekanismenya adalah dengan memosisikan dan menggerakkan
makna akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), instansi pengelola aset negara lainnya, maupun organisasi publik non pemerintah
seperti partai politik, LSM, yayasan dan organisasi di tempat peribadatan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengekspresikan suatu opini secara jujur mengenai posisi keuangan, hasil
operasi, kinerja dan aliran kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Sehingga, laporan auditor merupakan media yang mengekspresikan opini auditor atau, dalam
kondisi tertentu, bisa juga menyangkal suatu opini.
Dikaji dari perspektif proses, audit berhubungan erat dengan prinsip dan prosedur
akuntansi yang digunakan oleh berbagai organisasi sektor publik dan pemerintahan. Bagi pihak-
pihak tertentu, sebagai contoh auditor dan pengawas, wajib memiliki pemahaman yang
komprehensif tentang pemeriksaan yang memang terlebih dahulu harus diprioritaskan lebih-lebih
pada pemahaman tentang sistem akuntansi yang dipakai oleh organisasi publik. Dalam pada itu,
agar pemeriksaan berjalan lebih efisien, efektif, dan ekonomis, maka organisasi publik juga
harus memahami bagaimana mempersiapkan segala sesuatu terkait audit yang akan dilakukan
oleh auditor.
Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis. Audit sektor publik dilakukan
pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda),
BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara,
partai politik, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, serta organisasi sosial lainnya. Sementara
itu, audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba. Audit
sektor publik dan audit sektor bisnis sama-sama terdiri dari dari Audit Keuangan (Financial
Audit), Audit Kinerja (Performance Audit), dan Audit untuk Tujuan Khusus (Special Audit).
Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai jenis-jenis audit sektor publik.
Akuntansi sektor publik juga memiliki relevansi yang kuat dengan kondisi reformasi di
Indonesia maupun di daerah saat ini. Kita ketahui bersama bangsa kita saat ini tengah melakukan
serangkaian reformasi pada seluruh aspek dan khususnya reformasi pada tatanan pemerintahan.
Reformasi sektor publik jika diderivasikan akan mengharuskan adanya reformasi pada sisi
akuntansi pemerintahan dan auditing pemerintahan. Jika keduanya tidak dilaksanakan maka
reformasi yang digulirkan pada sektor publik boleh jadi hanya merupakan isapan jempol belaka.
Intinya adalah pilar dari body of knowledge yang telah dibangun oleh akuntansi sektor publik
merupakan blue print bagi reformasi itu sendiri. Dikatakan sebagai blue print karena sistem
akuntansi yang disusun tidak lagi mengawang-awang tapi sudah membumi dan operasional
(down to earth).
Dalam akuntansi sektor publik diperkenalkan banyak paradigm baru yang menjadi
landasan berpikir dalam upaya melaksanakan reformasi itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah
akuntabilitas publik (public accountability) dan konsep value for money. Keduanya sangat erat
kaitannya dengan konsep good governance. Akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual
memainkan peranan penting dalam pencapaian tata kelola pemerintahan yang baik karena
dengan akuntansi berbasis akrual pengawasan kinerja pada program-program dan proyek- proyek
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta
menjadi alat yang memenuhi amanat desentralisasi institusi pemerintahan (Guthrie, 1998; Olson,
Guthrie & Humphrey, 1998; Pallot, 1992).
Dalam pernyataan konsep GASB No.1 dikatakan bahwa “akuntabilitas pemerintah adalah
berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui, hak untuk secara
terbuka mengungkapkan fakta-fakta yang dapat saja diperdebatkan di publik oleh rakyat dan
perwakilan mereka. Pelaporan keuangan memainkan peranan yang penting dalam memenuhi
kewajiban pemerintah untuk menjadi pemerintah yang akuntabel dalam masyarakat yang
demokratis”. Sistem akuntansi pemerintahan yang handal yaitu sistem akuntansi yang mampu
menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel, transparan, dapat diukur, dicatat, dilaporkan
secara terbuka dan mampu dipertanggungjawabkan kepada publik merupakan hal yang mutlak
untuk menuju good government governance.
Dengan disusunnya SAP berbasis akrual dimana dengan adanya laporan keuangan
pemerintah yang lengkap (Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus kas, Laporan Perubahan
Ekuitas) laporan keuangan pemerintah menjadi lebih informatif dan dapat diandalkan sehingga
rakyat dapat menilai kinerja pemerintah. Laporan keuangan pemerintah yang informatif,
akuntabel, adil dan transparan akan berdampak pada pengambilan keputusan pemerintah yang
bijaksana (Burrowes, 2011) dan semata-mata untuk kemakmuran bangsa Indonesia sendiri.
Dengan adanya SAP, standardisasi pelaporan keuangan pemerintah dapat tercipta sehingga
stakeholder dapat mengambil keputusan yang tepat dengan dasar informasi yang disajikan
didalam laporan keuangan pemerintah tersebut.
Dari implementasi tersebut akan dapat tercermin pada pengelolaan keuangan daerah yang
lebih baik. Konsep good government governance sudah lama menjadi perbincangan di atmosfer
Indonesia. Definisi good governance sendiri menurut LAN (2000) adalah suatu penyelenggaraan
pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan
menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta
dan masyarakat (state, private sector and society). Oleh karena itu good government governance
meliputi penataan hubungan antara lembaga-lembaga tinggi negara, antar lembaga pemerintah,
termasuk juga hubungannya dengan masyarakat sebagai pihak yang memiliki kedaulatan dalam
suatu negara demokrasi.
Governance dan good governance banyak didefinisikan berbeda menurut para ahli,
namun dari perbedaan definisi dan pengertian tersebut dapat ditarik benang merah yang dapat
mengakomodasi semua pendapat para ahli tersebut. Governance dapat diartikan sebagai cara
mengelola urusan – urusan publik (Mardiasmo, 2004:17). Sedangkan menurut Osborne and
Gaebler (1992) governance memiliki arti sebagai proses dimana secara kolektif memecahkan
permasalahaan dalam memenuhi kebetuhan masyarakat; dan government adalah instrument yang
dipakai untuk itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa governance merupakan denyut nadi dari
government itu. Good government governance juga dapat diartikan sebagai pelayanan publik
yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung jawab
(accountable) pada publiknya. Serta terciptanya 4 (empat) prinsip good government governance
yaitu : keadilan (fairness), tranparansi (transparency), dapat dikontrol / tanggunggugat
(accountability), tanggungjawab (responsibility).
DAFTAR PUSTAKA