Anda di halaman 1dari 385

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Jl. Ganesa No. 10, Lb. Siliwangi, Kecamatan Coblong,Kota bandung,


Jawa Barat 40132
Telp : (022) 2500935

PEMBANGUNAN GEDUNG 1 DAN 2


ITB INNOVATION PARK (IIP)
BANDUNG TEKNOPOLIS (SBSN ITB )

RENCANA KERJA DAN


SYARAT – SYARAT TEKNIS
DOC. No. : 21.443 / RKS / 02
PEKERJAAN PERSIAPAN
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

DAFTAR ISI

A. PEKERJAAN PERSIAPAN. ................................................................................2


1. LINGKUP PEKERJAAN .......................................................................................2
2. URAIAN PEKERJAAN. ........................................................................................2
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN ............................7

PT. Penta Rekayasa B-1


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

A. PEKERJAAN PERSIAPAN.

1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan persiapan adalah sesuai dengan dokumen pelaksanaan
dan minimal terdiri dari:
1) Sarana tapak
2) Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
3) Pekerjaan pengukuran lokasi bangunan.
4) Pekerjaan penentuan peil P + 0.00,
5) Pekerjaan pembuatan tugu patok dasar.
6) Pekerjaan papan patok ukur (boouwplank).
7) Pekerjaan galian tanah
8) Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah
9) Pekerjaan pembongkaran dan perbaikan kembali.
10) Pekerjaan tanda batas (pagar) area proyek
11) Pekerjaan kantor kontraktor dan Los kerja / gudang.
12) Pekerjaan kantor Direksi/MK.

2. URAIAN PEKERJAAN.

2.1. Sarana tapak


Yang termasuk pekerjaan ini meliputi penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja,
penyediaan alat pemadarn kebakaran dan drainase tapak.

2.1.1. Pekerjaan penyediaan air & daya listrik untuk bekerja.


1) Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor.
2) Air harus bersih, bebas dari bau,lumpur minyak dan bahan kimia laimya yang
merusak.
3) Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Direksi/MK.
4) Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor.

2.1.2. Pekerjaan penyediaan alat pemadam kebakaran.


1) Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pernadarn kebakaran (Fire
Extinguisher) YAMATO lengkap dengan isinya, sekurang kurangnya 2 Tabung
@ 4 - 6 kg.
2) Apabila pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam
kebakaran tersebut menjadi hak milik Pemberi Tugas.

2.1.3. Drainase tapak.


Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air
yang ada. Pembuatan saluran sementara tersebut harus sesuai petunjuk /
persetujuan Direksi/MK.

PT. Penta Rekayasa B-2


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2.2. Pekerjaan Pembongkaran, Pemasangan kembali dan Pembersihan


Sebelum Pelaksanaan.

2.2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pemasangan kembali sampai finish dan berfungsi
termasuk dan tidak terbatas pada :
a. Instalasi pipa hydran site bangunan eksisting
b. Bangunan TPS/ tempat pengumpulan sampah eskisiting
c. Sebagian dinding pagar gedung eksisting yang terkena rencana
d. Sebagian finish perkerasan area jalan dan parkir eksisting yang terkena rencana

2.2.2. Pekerjaan pembongkaran dan pernbersihan sebelurn pelaksanaan mencakup


pembongkaran / pembersihan / pemindahan keluar dari Area pembangunan
konstruksi terhadap sernua hal yang dinyatakan oleh Direksi/MK tidak akan
digunakan lagi maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan.

2.2.3. Hasil bongkaran harus dikumpulkan dan menjadi hak rnilik Pernberi Tugas. Serah
terima akan diatur oleh Direksi/MK.

2.3. Pengukuran Lokasi Pembangunan.

2.3.1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi


pembangunan dengan dilengkapi keterangan keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak pepohonan letak batas batas tanah dengan menggunakan Alat Optik
yang sudah ditera kebenarannya oleh pihak yang berwajib.

2.3.2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi/MK untuk dimintai
keputusannya.

2.3.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
Waterpass / Theodolite dan TS (Total Station).

2.3.4. Kontraktor harus menyediakan Waterpass / Theodolite dan TS (Total Station) beserta
petugasnya yang melayani untuk kepentingan pemeriksaan Direksi/MK.

2.3.5. Pengukuran sudut siku siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian bagian kecil yang telah disetujui oleh
Direksi/MK.

2.3.6. Instalasi instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang jelas
dan dilindungi dari kerusakan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan proyek ini, untuk
itu harus dicantumkan dalam gambar pengukuran seperti disebutkan dalam
Pengukuran Lokasi Pembangunan. Kontraktor bertanggung jawab atas segala
kerusakan akibat pekerjaan yang sudah dilaksanakan.

2.4. Pekerjaan penentuan patok dasar atau peil P + 0. 00.

2.4.1. Papan patok ukur / bouwplank dibuat dari kayu borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan
lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi atasnya. Papan patok ukur dipasang
pada patok Kayu Borneo 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1,5 m tertancap
ditanah dengan kuat sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau dirubah.

PT. Penta Rekayasa B-3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2.4.2. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama dengan lainnya dan / atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/MK.

2.4.3. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melaporkan kepada
Direksi/MK untuk mendapat persetujuan.

2.5. Pembuatan Tugu Patok Dasar (Bench Mark)

2.5.1. Letak tugu patok dasar [Bench Mark) ditentukan oleh Direksi/MK.

2.5.2. Tugu patok dasar [Bench Mark) dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20
cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang muncul di
atas permukaan tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.

2.5.3. Tugu patok dasar [Bench Mark) dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi/MK untuk
membongkarnya.

2.6. Pekerjaan Papan Patok Ukur (Bouwplank)

2.6.1. Papan patok ukur (Bouwplank) dipasang pada patok kayu yang kuat, tertanam pada
beton cor setempat sehingga tidak dapat digerakkan atau diubah ubah.

2.6.2. Papan Patok Ukur Kayu dibuat dari kayu klas II dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 15
cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

2.6.3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama antara satu dengan yang lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/MK.

2.6.4. Papan patok ukur dipasang sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

2.6.5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melapor kepada
Direksi/MK untuk dimintakan persetujuan, serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan
dibongkar atas persetujuan Direksi/MK.

2.6.6. Alat alat lain yang harus senantiasa tersedia di Lokasi proyek untuk setiap saat dapat
digunakan oleh Direksi/MK adalah :
1) Alat Ukur Theodolite dan TS (Total Station), @1 (satu) buah.
2) Alat Ukur Schuifmaat, 1 (satu) buah.
3) Mesin tik portable 18 “ / Komputer Portable + CPU + Printer, 1 (satu) set.
4) Kamera biasa lengkap dengan blitznya,1 (satu) set.
5) Kamera Polaroid lengkap dengan film dan blitznya,1 (satu) set.
6) Sepatu proyek, 10 (sepuluh) pasang dan Helm proyek, 10 (sepuluh) buah.
7) 4 (empat) set Handy Talky, 4 (empat) set.
8) Jas hujan, 10 (sepuluh) buah.

2.7. Pekerjaan Galian Tanah

PT. Penta Rekayasa B-4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2.7.1. Pekerjaan galian terdiri dari : basement, diafragma, pondasi batu Kali & batu bata,
pondasi footplate, poer, sloof, saluran, bak kontrol dan galian lain seperti yang ada
pada gambar perencanaan.

2.7.2. Urutan galian harus mengikuti petunjuk Direksi/MK.

2.7.3. Jika pada galian terdapat kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus
ditutup urugan pasir dan dipadatkan.

2.7.4. Apabila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan,


maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disiram air setiap ketebalan 5 cm, lapis demi lapis sampai jenuh, serta
mencapai ketinggian yang diinginkan.

2.7.5. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala
macam kotoran.

2.7.6. Penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10 0 kearah luar dari as galian.

2.7.7. Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang dari Lokasi konstruksi. Area antara
papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.

2.7.8. Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian harus kering
untuk pekerjaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan pondasi,
pengurugan dan pemdatan.

2.8. Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan Tanah

2.8.1. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini adalah untuk semua lokasi bekas
galian dan area lainnya sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan
mencapai CBR 4 atau sesuai gambar pelaksanaan.

2.8.2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih
dari benda benda organis, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan.

2.8.3. Urugan harus bebas dari bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran dan / atau
yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan.

2.8.4. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap-tiap
lapisan maximum 30 cm. Setelah tanah urugan dihamparkan harus langsung
dipadatkan sampai mencapai peil yang diinginkan.

2.8.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca yang baik. Apabila turun
hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pelaksanaan pekerjaan ini, kadar air
harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

2.9. Pekerjaan pembongkaran & perbaikan kembali

2.9.1. Kortraktor wajib melapor kepada Direksi/MK sebelum melakukan pernbongkaran /


pemindahan segala sesuatu yang ada di lapangan.

PT. Penta Rekayasa B-5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2.9.2. Kontraktor diharuskan untuk melindungi sarana existing yang ada di dalam
Tapak yang masih berfungsi. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala
kondisi yang ada / existing di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada :
1) Sistim utilitas yang masih harus berfungsi selama pekerjaan berlangsung,
antara lain : Saluran Drainase, Pipa Air Bersih, Pipa Gas, ataupun instalasi
kabel daya dan kabel data. Keamanan kondisi struktur dan finishing bangunan
existing yang tidak kena bongkar.
2) Pencegahan timbulnya kebisingan dan perlunya rambu-rambu lalulintas untuk
mengurangi gangguan terhadap lingkungan yang masih harus berfungsi.

2.9.3. Volume hasil pelaksanaan pekerjaan pembongkaran akan diperhitungkan


berdasarkan batas pekerjaan sesuai lingkup yang tercantum dalam dokumen kontrak.

2.9.4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran pekerjaan


lain diluar lingkup kontrak pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki
kembali atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu
sistim yang ada. Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat mengklaim sebagai
pekerjaan tambahan.

2.10. Pekerjaan tanda batas (pagar) area proyek


Rangka Kayu Borneo 5/7 dan 6/10, Dicat meni kayu, Penutup seng dicat Emulsion
(luar dan dalam), Warna. ditentukan kemudian.

2.11. Kantor Kontraktor dan los kerja / gudang

2.11.1. Ukuran luas kantor Kontraktor dan los kerja, tempat penyimpanan bahan bakar,
terserah kepada Kontraktor dengan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan dan
bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat tersedia sehingga tidak
mengganggu kelancaran.

2.11.2. Kontraktor harus menyediakan 4 buah tabung Pemadam Kebakaran [Fire


Etinguisher] 20 kgs/cm 2, 1 ditempat Kontraktor, 1 diletakkan di Kantor Direksi/MK, 2
diletakkan di daerah yang strategis di Los Kerja.

2.11.3. Khusus untuk menyimpan bahan bahan dasar seperti pasir atau kerikil harus
dibuatkan kotak penyimpanan yang diberi pagar dengan dinding dari papan sehingga
masing masing bahan tidak tercampur dengan yang lainnya.

2.11.4. Kontraktor tidak diperkenankan untuk :


1) Menyimpan alat-alat, bahan-bangunan diluar pagar proyek walaupun untuk
sementara waktu.
2) Menyimpan bahan bahan yang ditolak Direksi/MK karena tidak memenuhi
syarat.

2.12. Pekerjaan kantor Direksi/MK

2.12.1. Luas Kantor Direksi/ MK adalah ± 85 m2, terdiri dari ruang kerja, pantry, kamar mandi/
WC dan musholla.

2.12.2. Konstruksi dan Finishing.


1) Tiang dengan Kayu Kamper 6 / 10 dan 6 / 14.

PT. Penta Rekayasa B-6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2) Dinding dengan Kayu lapis [6 mm] double side, rangka Kayu Kamper 6 / 10.
3) Lantai beton rabat 1 PC : 3 Psr : 5 Krl, tulangan susut BRC M6 dipola.
4) Pondasi tiang kayu, dengan umpak beton dan anker 4 diameter 12 mm tertanam
pada kedalaman 40 cm.
5) Plafond menggunakan GRC board, ukuran 120 x 240 x 0,6cm dengan rangka
kayu Kamper 5 / 7.
6) Daun Pintu dengan Kayu Lapis 4 mm (double side). Kunci & Engsel produk
lokal.
7) Daun jendela kaca t = 5 mm.
8) Finishing dengan cat AVIAN atau setaraf.
9) Kayu yang tampak dicat pinotex.
10) Kayu tidak tampak dicat menu kayu.
11) Penutup atap lembaran metal zincalume bergelombang TCT 0,45mm setara
Spandek ditambah dengan insulasi termal lembaran insulasi aluminium foil +
EPE foam + aluminum foil setara IKA Sunsulate Hi-Premium 888 Tebal 5mm.
12) WC Jongkok [2 buah], Wastafel, Sink untuk Pantry, Kran-kran / Faucet produk
lokal.

2.12.3. Mekanikal, Elektrikal dan Sanitasi.


1) Lampu Penerangan menggunakan TL 40 watt (± 8 titik @ 2 x 40 watt ).
2) Kecuali daerah basah dengan lampu pijar, saklar, panel daya (Lokal).
3) Air Conditioning untuk Ruang Rapat, Ruang Pimpro & Ruang Kerja.
4) Air Kotor ditampung dengan Septictank ( Asbes, kapasitas 1 m3 ), dengan
rembesan dialirkan ke drainase kota dengan pipa pralon.
5) Air bersih diambil dari sumur dangkal yang ditampung dengan reservoir
(fiberglass) volume 1 m3 dengan pipa pralon.

2.12.4. Perlengkapan yang disediakan pada Kantor Direksi/MK


1) 1 (satu) buah meja rapat ukuran 2,4 x 6,00 m dengan 10 buah kursi lipat.
2) 10 (sepuluh) buah meja tulis, biro ukuran 0,80 x 1,20 m dengan 10 (sepuluh)
buah kursi lipat.
3) 1 (satu) unit White board ukuran 1,2 x 2,4 m.
4) 1 (satu) unit Kotak PPPK lengkap dengan isinya.
5) 1 (satu) buah alat pemadam kebakaran dengan chemical isi 4 – 6 Kg.
6) 1 (satu) buah sambungan telepon.
7) 5 (lima) buah rak arsip

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN


Didalam hal melaksanakan pekerjaannya, Kontraktor harus mengamankan /
melindungi hal-hal sebagai berikut :
1) Bangunan dan benda-benda existing lainnya yang dipertahankan agar tidak
rusak atau cacat.

PT. Penta Rekayasa B-7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

2) Barang atau bahan atau komponen yang dipertahankan, agar tidak rusak atau
cacat.
3) Hasil pekerjaan sebelumnya (yang sudah selesai dikerjakan).
4) Pekerjaan yang sedang berjalan.

PT. Penta Rekayasa B-8


PERSYARATAN UMUM
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

DAFTAR ISI

A. PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................... 2


1 U M U M. ................................................................................................................. 2
2 LINGKUP PEKERJAAN .......................................................................................... 2
3 SARANA KERJA ..................................................................................................... 3
4 GAMBAR DOKUMEN ............................................................................................. 3
5 U K U R A N ............................................................................................................ 4
6 SHOP DRAWING.................................................................................................... 4
7 STANDAR DAN ATURAN YANG DIPERGUNAKAN ............................................... 5
8 SYARAT BAHAN / MATERIAL DAN KOMPONEN JADI ......................................... 6
9 CONTOH BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI ............................................. 7
10 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL ............................................................. 7
11 PENINJAUAN DAN PENGUJIAN BAHAN............................................................... 8
12 KOORDINASI PELAKSANAAN ............................................................................... 8
13 PERSYARATAN PEKERJAAN ............................................................................... 8
14 PELAKSANAAN PEKERJAAN ................................................................................ 8
15 DASAR PENENTUAN UKURAN / POSISI PEKERJAAN. ....................................... 9
16 I S T I L A H ............................................................................................................ 9

PT. Penta Rekayasa A-1


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

A. PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

1 U M U M.
1.1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya
seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama
seluruh gambar pelaksanaan serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan
Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini.

1.2. Didalam hal terdapat ketidak jelasan, perbedaan-perbedaan dan/atau kesimpang


siuran informasi dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan
dengan Direksi/MK untuk mendapat kejelasan tentang pelaksanaan pekerjaan.

2 LINGKUP PEKERJAAN
2.1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi seluruh bagian pekerjaan
yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan serta Buku Uraian Pekerjaan dan
Persyaratan Pelaksanaan Teknis.

2.2. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan ini secara lengkap.

2.3. Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan,


alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung,
sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.

2.4. Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam Area kerja sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan pembangunan selesai.
Dalam melaksanakan pembongkaran, Kontraktor wajib melaporkan terlebih dahulu
kepada Direksi/MK tentang bagian bagian yang akan dibongkar untuk mendapatkan
persetujuannya.

2.5. Apabila dalam melaksanakan pembongkaran terjadi kerusakan yang diakibatkan nya,
Kontraktor wajib merapikan kembali. Biaya yang ditimbulkan menjadi tanggungjawab
Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.

2.6. Pembuatan saluran-saluran sementara yang dialirkan ke saluran-saluran sekitarnya


yang sudah ada agar area pekerjaan ini terbebas dari banjir pada saat hujan.

2.7. Pekerjaan Struktur dari mulai pondasi sampai dengan atap, pekerjaan Arsitektur,
pekerjaan Mekanikal , Elektrikal dan Sanitasi.

2.8. Pekerjaan Pemeriksaan / Pengecekan, terdiri dari :

2.8.1. Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai referensi
ketinggian permukaan dan yang telah ada di lapangan.

2.8.2. Pengecekan ketinggian permukaan lantai struktur.

PT. Penta Rekayasa A-2


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

2.8.3. Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada
bangunan, dan pengecekan lainnya yang dapat mempengaruhi pekerjaan
penyelesaian Arsitektur dikemudian hari.

2.8.4. Bila ada ketidak sesuaian antara ukuran di lapangan dengan yang terdapat pada
gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada
Direksi/ MK secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian yang terbaik.

2.9. Pekerjaan galian tanah dan pengurugan kembali.

2.10. Khusus untuk Pekerjaan Luar Bangunan, Kontraktor wajib memeriksa ulang seluruh
pekerjaan yang sudah terpasang sebelumnya untuk menghindari saling lempar
tanggung jawab dengan User gedung eksisting, terutama status terpasang pekerjaan
instalasi meliputi ;

a. Instalasi pemipaan air bersih,


b. instalasi pemipaan pemadam kebakaran,
c. Instalasi air kotor padat dan cair,
d. Instalasi pemipaan air hujan dan arah buangannya
e. Dinding pagar dan pondasi eksisting
f. Lantai paving block dan aspal esksisting
g. Elevasi lantai gedung eksisting (terutama area jembatan drop off)

3 SARANA KERJA

3.1. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing


anggota kelompok kerja pelaksana pekerjaan ini dan inventarisasi peralatan yang
dipergunakan untuk pekerjaan ini.

3.2. Kontraktor wajib memasukan identitas tempat kerja (workshop) dan peralatan yang
dimiliki, serta jadwal kerja.

3.3. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan


yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan penyimpanan
bahan tersebut.

4 GAMBAR DOKUMEN
4.1. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian dalam pelaksanaan suatu bagian
pekerjaan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka dalam hal terdapat
ketidak jelasan, kesimpang siuran, perbedaan perbedaan dan / atau ketidak sesuaian
dan keragu-raguan diantara setiap gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan
melaporkan kepada Direksi/MK secara tertulis dan mengadakan pertemuan dengan
Direksi/ MK untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan. Direksi/ MK atau MK sebaiknya meminta Perencana untuk klarifikasi
terlebih dahulu sehingga dapat dihindari salah persepsi dan kesalahan pelaksanaan.

4.2. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan dan pengajuan tambahan biaya.

PT. Penta Rekayasa A-3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

5 UKURAN

5.1. Semua ukuran yang tertera dalam gambar pelaksanaan adalah ukuran jadi dalam
keadaan selesai terpasang yang meliputi ukuran :
5.1.1. As – as.
5.1.2. Luar – luar.
5.1.3. Dalam – dalam.
5.1.4. Luar – dalam.

5.2. Khusus ukuran-ukuran dalam gambar pelaksanaan AR [Arsitektur) pada dasarnya


adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.

5.3. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih dahulu ukuran-
ukuran yang tercantum didalam gambar Arsitektur, gambar Struktur, gambar M & E
dan gambar pelaksanaan lainnya yang termuat didalam dokumen Lelang / dokumen
Kontrak.

5.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum tercantum
dalam gambar pelaksanaan, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara tertulis
untuk dapat diputuskan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan
pelaksanaan.

5.5. Kontraktor tidak dibenarkan mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam


gambar pelaksanaan atau dokumen kontrak tanpa sepenge tahuan Direksi/MK. Bila
hal tersebut terjadi segala akibat yang ada menjadi tanggungjawab Kontraktor baik
dari segi biaya maupun waktu.

6 SHOP DRAWING

6.1 Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam gambar pelaksanaan / dokumen kontrak maupun vang diminta oleh
Direksi/MK yang merupakan gambar detail pelaksanaan yang telah disesuaikan
dengan keadaan di lapangan.

6.2 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan / atau persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik (produk
bahan yang dipakai).

6.3 Shop Drawing yang akan diperiksa terlebih dahulu oleh pihak Direksi/MK, harus
diajukan paling lambat 2 [dua] minggu sebelum jadual pelaksanaan. Pada hal khusus
atau kritiis sebaiknya dikonfirmasikan dahulu kepada Perencana.

6.4 Apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan maka Kontraktor wajib memperbaiki
tanpa biaya tambah, terutama apabila shopdrawing tidak dikonfirmasikan kepada
Perencana.

PT. Penta Rekayasa A-4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

7 STANDAR DAN ATURAN YANG DIPERGUNAKAN


7.1. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, peraturan nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan, antara lain :
7.1.1. Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971), NI – 2.
7.1.2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI –1982).
7.1.3. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBB 1970), NI – 3.
7.1.4. Persyaratan Cat Indonesia, NI – 4.
7.1.5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), NI – 5.
7.1.6. Peraturan Semen Portland Indonesia 1974, NI – 8.
7.1.7. Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan, NI – 10.
7.1.8. Pedoman Plumbing Indonesia, ( PPI –1979).
7.1.9. Peraturan Umum Instalasi Listrik, (PUIL – 1977).
7.1.10. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia (PPBI – 1984).
7.1.11. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (l983).
7.1.12. American National Standard Organization (ANSI).
7.1.13. American Sociaty of Mechanical Engineer (ASME).
7.1.14. American Sociaty of Testing of Material (ASTM).
7.1.15. British Standard Institution (BSI).
7.1.16. Deutch Institute for Normalization (DIN).
7.1.17. Factory Mutual Standard (FM).
7.1.18. International Standarization Organization (ISO).
7.1.19. Japanese Industrial Standard (JIS).
7.1.20. Japanese Electrotechnical Committee (JEC).
7.1.21. Japanese Electric Machine Industry Assc (JEM)
7.1.22. National Electric Codes (NEC)
7.1.23. National Electrical Manufacturers Association (NEMA).
7.1.24. National Fire Protection Association (NFPA).
7.1.25. Underwriter’s Laboratories (UL).
7.1.26. National Plumbing Codes (NPC).
7.1.27. Pedoman Plambing Indonesia (PPI).
7.1.28. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), 1987.
7.1.29. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.
7.1.30. Standar Industri Indonesia (SII).
7.1.31. Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI).
7.1.32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
7.1.33. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan Kerja

PT. Penta Rekayasa A-5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

7.1.34. Peraturan DPMB, Pemda setempat.


7.1.35. Peraturan lain yang berlaku.

8 SYARAT BAHAN / MATERIAL DAN KOMPONEN JADI

8.1 Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik dan
tidak cacat, sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang
dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.

8.2 Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam
gambar pelaksanaan, memenuhi standard Spesifikasi Bahan yang terlah dipilih /
ditunjuk / disetujui, mengikuti peraturan tertulis dalam Buku Uraian Pekerjaan ini dan
mengikuti petunjuk Direksi/Pengawas.

8.3 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada
di wilayah Indonesia dan dalam radius 1000 km dari lokasi proyek.

8.4 Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada
proses produksinya.

8.5 Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi/
Pengawas.

8.6 Untuk pekerjaan khusus / tertentu, selain harus mengikuti standar yang dipergunakan
juga harus mengikuti persyaratan pabrik yang bersangkutan.

8.7 Apabila dianggap perlu, Direksi/Pengawas berhak untuk menunjuk Tenaga Ahli yang
ditunjuk oleh pabrik dan / atau supplier yang bersangkutan sebagai pelaksana. Dalam
hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukannya sebagai pekerjaan tambah.

8.8 Memenuhi persyaratan green, untuk material di bawah ini:

8.8.1 Semen Portland. Menggunakan campuran beton dengan fly ash.


8.8.2 Kayu. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal.
Untuk produk kayu komposit, produk agrifiber, laminating adhesive,
menggunakan kadar formaldehida rendah.
8.8.3 Cat dan coating. Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar
volatile Compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/ sertifikasi
atau dari MSDS.
8.8.4 Pekerjaan Sanitair. Menggunakan sanitair hemat air, sebagai berikut:
8.8.4.1 Closet duduk : max 4.5/3 liter per flush (dual flush button)
8.8.4.2 Urinoir (moslem standard) : max 2 liter per flush, self closing flush button
8.8.4.3 Kran : max 6 liter per menit
8.8.4.4 Shower : max 8 liter per menit

8.9 Lingkup pengadaan material jadi yang melekat pada bangunan, tidak terbatas pada;

PT. Penta Rekayasa A-6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

 Lift / Elevator (lift penumpang, lift barang)


 Escalator
 Dumbwaiter
 Pressurized Fan pada Tangga Kebakaran
 Pergola beratap di Roof Garden
 Dan lain lain sesuai gambar

9 CONTOH BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI

9.1 Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan
dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.

9.2 Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Direksi/MK sesuai dengan
jenis dan tipe yang telah ditentukan dalam ringkasa spesifikasi teknis dan diperjelas
dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis. Waktu penyerahan contoh bahan paling
lambat adalah 3 (tiga) minggu sebelum jadual pelaksanaan.

9.3 Contoh bahan yang diserahkan kepada Direksi/MK untuk satu produk / merk
sebanyak 3 (tiga) buah dari satu bahan yang ditentukan, untuk menetapkan standard
appearance.

9.4 Keputusan bahan, jenis, dan merek yang memenuhi spesifikasi akan diambil oleh
Direksi/MK dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7
(tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.

9.5 Untuk detail-detail hubungan tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat komponen jadi
(mock-up] yang harus diperlihatkan kepada Direksi/MK maupun Perencana untuk
mendapat persetujuan.

9.6 Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standar yang
berlaku.

10 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL


10.1. Semua merk pembuatan dan/ atau merk dagang dalam Uraian Pekerjaan &
Persyaratan Teknis Pelaksaaaan Pekerjaan, dimaksudkan sebagai dasar minimum
kualitas dan performa, bersifat mengikat dan tidak boleh diartikan sebagai mengarah
ke salah satu produk tertentu melainkan sebagai mutu yang telah ditetapkan.

10.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai harus sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dan memenuhi standar spesifikasi bahan
tersebut.

10.3. Dalam pelaksanaan pemasangannya, setiap bahan / material dan komponen jadi
keluaran pabrik, harus dibawah pengawasan / supervisi tenaga ahli yang ditunjuk.

10.4. Direksi / Perencana berhak menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk pabrik dan / atau
supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana.

PT. Penta Rekayasa A-7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

10.5. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan
untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini, kecuali ada
ketentuan lain yang disetujui Direksi/MK.

11 PENINJAUAN DAN PENGUJIAN BAHAN

Semua bahan untuk pekerjaan ini, bila dianggap perlu, harus ditinjau dan diuji baik
pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di Tapak oleh Direksi/MK.

12 KOORDINASI PELAKSANAAN
12.1 Kontraktor yang menunjuk Supplier dan/ atau Sub Kontraktor dalam hal pengadaan
material dan pemasangannya, maka Kontraktor tersebut wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi/MK untuk mendapatkan persetujuan.

12.2 Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Direksi MK


dengan Sub Kontraktor atau Supplier bahan.

12.3 Supplier wajib mendampingi Direksi/MK di Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

13 PERSYARATAN PEKERJAAN
13.1 Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan
syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai dengan Uraian Pekerjaan & Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan dan / atau petunjuk yang diberikan oleh Direksi/MK.

13.2 Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib


memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut Pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing / Sanitasi
dan mendapat ijin tertulis dari Direksi/MK.

14 PELAKSANAAN PEKERJAAN
14.1. Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di lapangan harus tepat
sesuai gambar Pelaksanaan.

14.2. Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke selokan
yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera di dalam
gambar kerja.Tidak dibenarkan adanya genangan air.

14.3. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti gambar


pelaksanaan dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.

14.4. Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/MK sebelum memulai pelaksanaan pekerjaaan tersebut.

PT. Penta Rekayasa A-8


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

14.5. Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi dari
kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.

14.6. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar pelaksanaan dianggap
kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor
untuk menambahkannya setelah sistem perkuatan yang diusulkan Kontraktor disetujui
oleh Direksi/MK. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat mengklaim sebagai pekerjaan
tambah.

14.7. Kontraktor tidak boleh mengklaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi :

14.7.1. Kerusakan suatu pekerjaan akibat ketelodoran Kontraktor, Kontraktor harus


memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.

14.7.2. Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku,
gambar pelaksanaan atau dokumen kontrak.

14.7.3. Penunjukan tenaga ahli oleh Direksi/MK yang sesuai dengan kegiatan suatu
Pekerjaan.
14.7.4. Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di lapangan, harus
dilaksanakan oleh Kontraktor.

15 DASAR PENENTUAN UKURAN / POSISI PEKERJAAN.


15.1. Semua ukuran dan posisi, termasuk pemasangan patok-patok di lapangan, harus
tepat sesuai dengan gambar pelaksanaan. Kontraktor wajib mengacu pada titik
koordinat local yang terdekat. Kontraktor wajib memastikan titik koodinat Landas Pacu
dengan menggunakan alat ukur navigasi GPS yang sudah terkalibrasi.

15.2. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera
dalam gambar pelaksanaan untuk mendapatkan posisi dan ketepatan di Lapangan
bagi setiap bagian pekerjaan.

15.3. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di Tapak sebagai patokan
titik mulai setiap bagian dari pekerjaan dan harus sesuai dengan yang ditentukan pada
gambar pelaksanaan.

15.4. Bila terjadi perbedaan antara gambar pelaksanaan dengan keadaan di Lapangan,
Kontraktor harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi/MK untuk mendapatkannya.
Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Direksi/MK.

16 ISTILAH

Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing Disiplin adalah sebagai


berikut :

16.1. AR - : Arsitektur.
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik Teknis
maupun Estetika dan Luar Bangunan.

PT. Penta Rekayasa A-9


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN

16.2. SR - : Struktur.
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi
utama dan spesifikasinya, dimensionering kolom, balok dan tebal plat serta
penulangannya.

16.3. SE - : Sanitasi (Teknik Penyehatan).


Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem sanitasi bangunan (air bersih, air
kotor dan air hujan).

16.4. EE - : Elektrikal.
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem daya listrik dan penerangan.

16.5. EF - : Elektrikal.
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem Fire Detector / Protection.

16.6. ET - : Elektrikal.
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem Telepon / Komunikasi.

16.7. ES - : Elektrikal.
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Sound system.

16.8. ME - : Mekanikal,
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin / motor
yang dibantu oleh sistem daya listrik, misalnya : Lift, AC, Heating system, Crane, dll.

16.9. MC - : Mekanikal,
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin / motor
yang menimbulkan daya listrik, misalnya : Generator, Diesel, Compressor dll.

PT. Penta Rekayasa A - 10


PEKERJAAN STRUKTUR
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i 


1.  PEKERJAAN TANAH ........................................................................................................... 1 
1.1.  Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................... 1 
1.2.  Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Dan Urugan ....................................................... 1 
1.3.  Persyaratan Pekerjaan Pembuangan Humus ................................................................ 2 
1.4.  Pekerjaan Galian............................................................................................................ 2 
1.5.  Pekerjaan Urugan .......................................................................................................... 4 
2.  PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG ......................................................................... 8 
2.1.  Persyaratan Umum ........................................................................................................ 8 
2.2.  Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................... 8 
2.3.  Persyaratan Bahan ........................................................................................................ 9 
2.4.  Persyaratan Pelaksanaan Pembuatan Tiang Pancang ............................................... 10 
2.5.  Pengangkutan, Penimbunan dan Pemeliharaan Tiang................................................ 12 
2.6.  Peralatan Pemancangan.............................................................................................. 12 
2.7.  Persiapan Pemancangan ............................................................................................. 12
2.8.  Pelaksanaan Pemancangan ........................................................................................ 13
2.9.  Laporan Pemancangan ................................................................................................ 15
2.10.  Pemancangan yang Tidak Sempurna .......................................................................... 16
2.11.  Gangguan / Halangan .................................................................................................. 17
2.12.  Persyaratan Tes Beban Tiang Pancang ...................................................................... 17
2.13.  Tes Beban Tiang Pancang........................................................................................... 18
3.  PEKERJAAN POER DAN SLOOF BETON ........................................................................ 23 
3.1.  Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................... 23 
3.2.  Persyaratan Bahan ...................................................................................................... 23 
3.3.  Persyaratan Pelaksanaan ............................................................................................ 19 
4.  PEKERJAAN STRUKTUR BETON ..................................................................................... 24 
4.1.  Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................... 24 
4.2.  Persyaratan Khusus Pekerjaan Struktur ...................................................................... 24 
4.3.  Formwork Beton ........................................................................................................... 29 
4.4.  Baja Tulangan .............................................................................................................. 35 
4.5.  B e t o n ........................................................................................................................ 38 
4.6.  Pelaksanaan pekerjaan Beton ..................................................................................... 45 
4.7.  Benda-Benda Yang Ditanam Dalam Beton.................................................................. 48 
4.8.  S u h u .......................................................................................................................... 48 
4.9.  Pemasangan Pipa, Saluran Listrik dan lain-lain yang tertanam didalam beton ........... 49 
4.10.  Pekerjaan Sparing ....................................................................................................... 49 
4.11.  Construction Joint ........................................................................................................ 49 
4.12.  Control Joint ................................................................................................................. 50 
PT. PENTA REKAYASA C- i
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.13.  Perlindungan (Protection) ............................................................................................ 50 


4.14.  Perawatan (Curing) Beton Secara Umum.................................................................... 50 
4.15.  Beton Massa (Mass Concrete)..................................................................................... 51 
4.16.  Perbaikan dan penyelesaian akhir struktur beton ........................................................ 53 
4.17.  Finishing permukaan beton .......................................................................................... 54 
5.  GROUTING PADA RETAK BETON ................................................................................... 58 
5.1.  Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................... 58 
5.2.  Definisi Retak ............................................................................................................... 58 
5.3.  Referensi ...................................................................................................................... 58 
5.4.  Penyerahan Data ......................................................................................................... 58 
5.5.  Kualitas Material dan Pemasangan ............................................................................. 58 
5.6.  Kondisi Lapangan ........................................................................................................ 59 
5.7.  Urutan Pelaksanaan Pakerjaan ................................................................................... 59 
5.8.  Persyaratan Material Grouting ..................................................................................... 59 
5.9.  Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................................................... 59 
6.  WATERPROOFING ............................................................................................................ 61 
6.1.  Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................... 61 
6.2.  Jaminan Kualitas .......................................................................................................... 61 
6.3.  Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material ..................................................... 62 
6.4.  Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................................................... 62 
7.  PEKERJAAN STRUKTUR BAJA ........................................................................................ 65 
7.1.  Lingkup Pekerjaan ....................................................................................................... 65 
7.2.  Referensi ...................................................................................................................... 65 
7.3.  Persyaratan Produk dan Mutu Material........................................................................ 66 
7.4.  Penyerahan Gambar Kerja (Shop Drawing) dan Prosedur Pelaksanaan .................... 67 
7.5.  Kontrol Kualitas di Lapangan. ...................................................................................... 67 
7.6.  Kontrol Kualitas Fabrikator ........................................................................................... 68 
7.7.  Pengecekan dan Penyimpanan Material ..................................................................... 68 
7.8.  Koordinasi Pelaksanaan .............................................................................................. 69 
7.9.  Ketentuan Pelaksanaan Pekerjaan .............................................................................. 69 
7.10.  Sambungan Las ........................................................................................................... 78 
7.11.  Sambungan Dengan Baut ............................................................................................ 79 
7.12.  Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan................................................................................ 83 
7.13.  Pekerjaan Pengecatan ................................................................................................. 88 
8.   OUTLINE SPESIFIKASI MATERIAL PEKERJAAN STRUKTUR ....................................... 91 

PT. PENTA REKAYASA C- ii


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

C. PEKERJAAN STRUKTUR

1. PEKERJAAN TANAH

1.1. Lingkup Pekerjaan

1.1.1. Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja dan kebutuhan-kebutuhan lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang terdiri dari pekerjaan
galian, urugan dan pemadatan sesuai dengan gambar rencana serta Rencana kerja
dan Syarat-syarat (RKS) yang diuraikan dalam buku ini.

1.1.2. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah, batu-
batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan lapisan
tanah atas, pembuangan bekas-bekas longsoran, yang keseluruhannya disesuaikan
dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

1.1.3. Pekerjaan pengurugan kembali sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar
rencana.

1.1.4. Pekerjaan pemadatan hingga mencapai kepadatan yang direncanakan sesuai dengan
gambar rencana serta Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang diuraikan dalam
buku ini

1.2. Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Dan Urugan

1.2.1. Tata Letak


Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak
untuk mendapat persetujuan dari MK. Bench Mark yang bersifat tetap ataupun
sementara harus dijaga dari kemungkinan terganggu atau pemindahan.

1.2.2. Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah, Kontraktor harus diwakili oleh seorang
pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian dan
pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan
sesuai kontrak.

1.2.3. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran.


Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-
rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan sesuai yang
tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali untuk hal-hal
di bawah ini :
1) Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang
tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter di bawah dasar pondasi.
2) Pembongkaran tiang, saluran dan selokan hanya sampai dengan kedalaman
yang diperlukan di tempat tersebut.
3) Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas pepohonan
dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-bahan urugan yang
baik dan harus dipadatkan.
4) Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang tanaman-tanaman dan puing-
puing bekas bongkaran,ke tempat yang telah ditentukan oleh MK.

PT. PENTA REKAYASA C- 1


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

5) Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada


pada tempatnya.

1.2.4. Obstacle (kalau ada)


1) Obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding
tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, yang cara
pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan
yang lebih khusus pula (misalnya beton breaker, compressor, mesin potong)
dibanding dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
2) Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing, galian
dan lain-lain, harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang
ditentukan oleh MK. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini,
harus tersedia di Lapangan dalam keadaan siap pakai.
3) Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di Area dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini, serta menjaga keutuhan terhadap
material/barang-barang yang sudah terpasang (existing) yang tidak dibongkar.
4) Batasan pembongkaran obstacle bekas bangunan adalah sebagai berikut:
Pada daerah titik pondasi dalam, sampai mencapai kedalaman yang masih
memungkinkan obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan kondisi
dan sifat tanah pada daerah tersebut.
Pada jalur yang akan dibuat pondasi dangkal atau pondasi telapak, poer dan
balok sloof, mulai dari permukaan tanah existing sampai dengan di bawah
permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi pondasi, poer dan balok sloof.

1.3. Persyaratan Pekerjaan Pembuangan Humus

1.3.1. Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus dibersihkan
dan harus bebas dari sisa-sisa tanah lepas (subsoil), bekas-bekas pohon, akar-akar,
batu-batuan lepas, semak-semak atau bahan-bahan lain.

1.3.2. Humus dan lain-lain sesuai butir 1.3.1. sebagai hasil dari pengupasan/penggalian
tersebut harus dibuang ke tempat yang sudah ditentukan oleh MK.

1.4. Pekerjaan Galian.

1.4.1. Selama proses penggalian, kondisi lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainase yang baik.

1.4.2. Dalam pelaksanaan penggalian, diperbolehkan untuk menggunakan mesin kecuali


untuk tempat-tempat dimana penggunaan mesin tersebut dapat merusak benda-
benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan. Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan tangan yang harus
dilaksanakan.

1.4.3. Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan lereng-
lereng tanah galian agar lereng-lereng galian tersebut tidak longsor atau ambruk
sehingga tidak mengganggu pekerjaan.

1.4.4. Turap sementara tersebut harus dapat menjaga/menahan bangunan-bangunan yang


berada disekitar lereng galian agar tetap stabil.

1.4.5. Apabila terjadi kerusakan pada bangunan atau ambruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan

PT. PENTA REKAYASA C- 2


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

bangunan tersebut termasuk barang-barang yang menjadi rusak dan harus


menggantinya atas biaya kontraktor.

1.4.6. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-
bagian pekerjaan diatas tanah maupun dibawah tanah, drainase, saluran-saluran
pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.4.7. Kemiringan galian harus dibuat dengan perbandingan minimal 1 (satu) horizontal
dengan 1 (satu) vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar atau atas petunjuk
MK.

1.4.8. Macam/Jenis Galian.


Macam/Jenis Penggalian dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
1) Galian tanah biasa.
2) Galian batu.
3) Galian konstruksi / obstacle.

1.4.9. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini untuk ketiga jenis galian tersebut di atas. Syarat-syarat pekerjaan
yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil, dan dimensi
seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau atas petunjuk MK.

1.4.10. Galian Tanah Biasa


1) Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
2) Apabila MK menghendaki, Kontraktor harus membongkar/ membuang material-
material yang tidak diinginkan dari hasil pekerjaan galian, ke tempat lain yang
sudah ditentukan.
3) Bila material-material yang tidak diinginkan itu harus dibuang, tanah yang
digunakan untuk menutup lubang bekas galian harus dipadatkan.
4) Bila tanah/material yang tidak diinginkan itu terletak di bawah muka air tanah,
maka tanah dan material penggantinya harus terdiri dari pasir atau material
berbutir lepas lainnya, sampai dengan tebal minimum 30 cm diatas permukaan
air tanah. Dalam keadaan seperti ini pemadatan dapat ditiadakan, dengan syarat
apabila MK mengijinkan.

1.4.11. Galian Batu.


Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada daerah
galian termasuk batu-batuan konglomerat yang menurut pendapat MK. harus
dilakukan penggalian/pembongkaran.

1.4.12. Galian Konstruksi / Obstacle


1) Galian Konstruksi adalah semua galian, selain dari galian tanah dan galian batu
dalam batas pekerjaan yang disebut dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini atau tercantum dalam gambar kerja.
2) Semua galian yang disebut sebagai galian Konstruksi terdiri dari galian lantai
bangunan, galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan/halaman,
galian pipa/kabel listrik, pipa gas, pipa air minum, saluran-saluran serta konstruksi-

PT. PENTA REKAYASA C- 3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini.
3) Pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan untuk mengisi kembali lubang-lubang
bekas galian dengan material-material yang baik dan dari jenis yang disetujui MK,
membuang kelebihan material, pengeringan atau pemompaan air bila diperlukan,
pembongkaran dan lain-lain sehubungan dengan pekerjaan ini.
4) Sebelum memulai pekerjaan galian, terlebih dulu Kontraktor harus
memberitahukan kepada MK. Sehingga penampang, peil
dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah yang belum
terganggu.
5) Galian untuk pondasi, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai
pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana atau
atas petunjuk MK. Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar
penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar
rencana dapat dengan mudah dilaksanakan.
6) MK dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari dasar galian bila
dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilakukan, Kontraktor harus memberi
tahu MK tentang kondisi dasar galian.
7) Batuan keras, bahan-bahan lain yang cukup keras dan yang diperbolehkan untuk
menjadi bagian dari dasar pondasi / konstruksi, harus dibersihkan dari bahan-
bahan lepas dan dipotong dengan bentuk yang kokoh dan rata sesuai dengan
petunjuk MK. Semua retakan atau celah-celah yang ada harus dibersihkan dan
diisi dengan spesi. Semua material lepas, batu-batuan lapuk dan lapisan-
lapisanyang tipis harus dibuang.

1.5. Pekerjaan Urugan

1.5.1. Persyaratan Bahan Urugan


1) Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan urugan antara lain :
a. Bahan urugan harus bebas dari humus, sampah (baik sampah organik
maupun sampah anorganik), akar-akar tanaman atau sisa-sisa tumbuhan
atau barang-barang lainnya yang dapat merusak kepadatan dan daya dukung
tanah.
b. Bahan urugan harus bebas dari batuan-batuan yang berukuran ≥ 5/7 cm yang
dapat menyebabkan terjadinya rongga-rongga dalam tanah setelah
dipadatkan.
c. Kadar air bahan urugan harus berada dalam rentang 3% dibawah kadar air
optimum sampai 1% diatas kadar air optimum. Kadar air optimum adalah
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh dari percobaan
pemadatan tanah sesuai dengan SNI 03-1743-1989,Metode D.
d. Tanah bahan urugan tidak boleh tanah yang berplastis tinggi yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification System”.
e. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif (perbandingan antara Indeks
Plastis / PI-(SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994)) lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan
oleh AASHTO T258 sebagai “very high” atau “extra high”, tidak boleh
digunakan sebagai bahan urugan

PT. PENTA REKAYASA C- 4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan,
kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan
dan mendapat persetujuan dari MK.
3) Sumber bahan urugan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan sehingga dapat mencukupi seluruh kebutuhan Proyek.
4) Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari MK. baik mengenai
kualitas bahan, maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan
didalam lokasi pekerjaan.
5) Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar- akaran, sampah, dan lain-
lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus
dipindahkan dan ditempatkan pada lokasi pembuangan yang disetujui atau
ditunjuk oleh MK.

1.5.2. Pengujian bahan urugan


Sebagai bahan urugan sebelum dipakai untuk mengurug/menimbun lokasi proyek,
terlebih dulu harus dilakukan pengujian sehingga semua persyaratan bahan urugan
dapat terpenuhi.
1) Kontraktor harus melakukan survey dan penelitian pada lokasi Quary untuk
pengujian persyaratan bahan urugan sesuai persyaratan butir 1.5.1 (1). a) dan c).
2) Kontraktor harus mengambil sampel tanah dari Quary, minimal 3 (tiga) titik sampel
untuk 1 (satu) Quary. Volume pengambilan sampel untuk masing-masing titik
adalah 1 m3 tanah yang diambil pada kedalaman 1 m dibawah permukaan tanah.
3) Sampel tanah Quary tersebut selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk
dilakukan pengujian terhadap:
Indeks Plastisitas.
Pengujian Gradasi Partikel.
Penentuan kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989,metode D.
Pengujian CBR.
4) Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
pemadatan agar dicapai suatu kepadatan yang disyaratkan.
Percobaan pemadatan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan harus dimonitor kadar airnya sehingga kepadatan yang disyaratkan
dapat tercapai.
Hasil percobaan pemadatan ini selanjutnya harus dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pemadatan yang sebenarnya.
5) Pengujian mutu bahan harus dilaksanakan secara rutin terhadap bahan urugan
yang dibawa ke lokasi proyek. Untuk setiap 1000 meter kubik bahan urugan yang
masuk ke proyek, minimal harus dilakukan satu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan dalam butir 1.5.1. Persyaratan Bahan Urugan poin 1). e).

1.5.3. Pelaksanaan pengurugan.


1) Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari sampah, potongan-potongan
kayu atau bahan-bahan lainnya selain bahan urugan sesuai dengan petunjuk MK.
2) Bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar persyaratan sebagai bahan urugan, harus dibuang dan diganti
dengan bahan urugan yang memenuhi standar persyaratan atas biaya Kontraktor.

PT. PENTA REKAYASA C- 5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan,
daerah tersebut harus dikeringkan.
4) Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel tentang hal
tersebut dalam bab ini selanjutnya.
5) Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor
harus membuat alur-alur pada permukaan atas urugan untuk mengeringkannya
sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
6) Ketinggian permukaan urugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai
dengan gambar rencana.

1.5.4. Pelaksanaan Pengurugan diatas tanah yang sangat lunak.


Pengurugan pada daerah-daerah yang tanah aslinya sangat lunak dimana
ketinggian/ketebalan urugan setelah dipadatkan mencapai 1,5 meter atau lebih,
pelaksanaan pengurugan harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Sebelum dilaksanakan pengurugan, terlebih dahulu pada tanah dasarnya harus
dipasangi cerucuk diameter 10 cm, panjang 4 meter yang dipancang tiap jarak 30
cm untuk kedua arahnya.
2) Pemancangan cerucuk harus dilaksanakan sehingga ujung bagian atas cerucuk
masuk kedalam tanah minimal harus sampai rata dengan permukaan tanah dasar.
3) Setelah pemasangan cerucuk selesai dikerjakan, kemudian dilaksanakan
pengurugan lapis demi lapis dengan ketebalan masing-masing lapisan sesuai
butir 1.5.5. Pelaksanaan Pemadatan

1.5.5. Pelaksanaan Pemadatan


1) Kontraktor harus menentukan jenis, ukuran dan berat dari alat pemadat, yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan. Alat-alat pemadatan tersebut harus
mendapat persetujuan MK.
2) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
20 cm dan dipadatkan dengan alat berat sampai mencapai minimal 90% (modified
proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO
T99.
3) Segera setelah penghamparan lapisan bahan urugan selesai, urugan harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat atau mesin gilas yang cocok dan
memadaiserta telah mendapat persetujuan dari MK.
4) Pemadatan harus dilakukan dengan memakai alat mesin gilas statis beroda baja
dengan berat yang disesuaikan untuk keperluan pemadatan tanah proyek ini,
sehingga kepadatan tanah yang direncanakan sebagaimana tercantum dalam
gambar rencana dapat tercapai.
5) Pelaksanaan pemadatan dengan mesin gilas harus dilakukan berulang-
ulang/bolak-balik sampai tanah urugan betul-betul padat secara merata sesuai
dengan yang direncanakan dan penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
alur bekas roda mesin gilas hilang.
6) MK dapat memerintahkan untuk menggunakan mesin gilas beroda karet pada
pemadatan terahir apabila pemadatan dengan mesin gilas statis beroda baja
dapat mengakibatkan kerusakan pada lapisan dibawahnya.
7) Pemadatan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, bahan urugan harus dihampar lapis demi lapis dengan tebal tiap-tiap

PT. PENTA REKAYASA C- 6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

lapisan maksimum 15 cm. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan


penumbuk loncat mekanis/stamper dengan berat minimum 25 kg.
8) Pemadatan tanah urugan hanya dapat dilaksanakan apabila kadar air bahan
urugan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas
kadar air optimum sebagaimana yang ditetapkan dalam SNI 03-1743-
1989,Metode D
9) Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan pemadatan
bahan-bahan urugan dan juga harus memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat
pemadatan yang tidak cukup/sempurna.

1.5.6. Pengujian Mutu Pemadatan


1) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan/urugan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992. Bila hasil setiap pengujian
menunjukkan bahwa kepadatannya kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaannya sehingga memenuhi persyaratan
tanpa ada biaya tambahan.
2) Pengujian dengan pemeriksaan CBR lapangan.
Peralatan yang dipergunakan dalam pemeriksaan CBR lapangan terdiri dari :
 Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton yang dilengkapi dengan
swivel head dan proving ring (cincin penguji) dengan kapasitas 1,5 ton, 3 ton
dan 5 ton atau sesuai dengan kebutuhan, piston (torak) penetrasi dan pipa-
pipa penyambung.
 Arloji penunjuk untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm yang
dilengkapi dengan balok penyokong dari baja profil sepanjang ± 2,5 m.
 Keping beban yang bergaris tengah 2,5 cm yang berlubang ditengahnya
dengan berat 5 kg dan beban-beban tambahan seberat 2,5 kg untuk
penambahan beban bila diperlukan.
 Sebuah truk yang dibebani sesuai kebutuhan, pada bagian bawah belakang
truk harus dipasang sebuah dongkrak CBR mekanis.
 Dua dongkrak truk, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata
dan lain-lain yang diperlukan untuk pengujian.
Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa CBR (California Bearing Ratio) secara
langsung di Tempat. CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu
lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan
kecepatan penetrasi yang sama.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian CBR lapangan pada permukaan
lapisan tanah terakhir yang dipadatkan yang dikehendaki nilai CBR nya sesuai
gambar rencana.

PT. PENTA REKAYASA C- 7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2. PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

2.1 PERSYARATAN UMUM

2.1.1. Tiang pancang yang direncanakan adalah tiang pancang konvensional dengan
bentuk dan ukuran sesuai gambar pelaksanaan.

2.1.2. Struktur beton tiang pancang harus mempunyai tegangan karakteristik minimal sesuai
yang tercantum dalam gambar pelaksanaan yang diuji pada umur 28 hari dengan
menggunakan kubus ukuran 15 cm. Pengujian beton harus sesuai dengan
standar ASTM C-31 dan C-39.

2.1.3. Tiang pancang harus mempunyai kapasitas (daya dukung) rencana untuk 1 (satu)
tiang pancang, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

2.1.4. Semua agregat yang digunakan harus memenuhi dan mengikuti standar ASTM C-33.

2.1.5. Semen yang digunakan harus memenuhi standar ASTM C-150.

2.1.6. Air harus bersih dan tidak mengandung material yang merusak beton, termasuk garam
dan lain-lain.

2.1.7. Standar Indonesia yang ekivalen dengan ASTM dapat diterima.

2.2 LINGKUP PEKERJAAN

2.2.1. Kontraktor harus menyediakan semua bahan, peralatan, tenaga Kerja yang cukup
jumlahnya serta berpengalaman, tenaga akhli untuk mengawasi pembuatan dan
pemancangan tiang serta pengawasan pelaksanaan tes beban tiang, sesuai dengan
uraian dan syarat-syarat didalam Persyaratan Teknis pelaksanaan pekerjaan dan
gambar pelaksanaan.

2.2.2. Pekerjaan setting-out (penentuan titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan gambar
pelaksanaan), mobiIisasi dan demobilisasi alat, pelaksanaan tes beban pada tiang,
termasuk penggalian tanah kalau diperlukan dan pemotongan kepala tiang.

2.2.3. Mempelajari bagian-bagian lain dari Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini
maupun persyaratan yang berhubungan dengan pekerjaan ini.

2.2.4. Menyediakan layanan dan transportasi yang diperlukan untuk pengangkutan bahan
dan tiang pancang.

2.2.5. Melaksanakan pekerjaan pembuatan tiang pancang dengan ketentuan dan syarat-
syarat sesuai dengan Buku Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini dan
dokumen gambar pelaksanaan.

2.2.6. Melaksanakan pekerjaan pemancangan tiang-tiang untuk semua pondasi bangunan


dan pondasi-pondasi lainnya seperti yang disebut dalam buku Persyaratan Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan ini, dan sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
gambar pelaksanaan

2.2.7. Melakukan koordinasi dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan, sehingga


seluruh pekerjaan dapat berlangsung dengan lancar.

PT. PENTA REKAYASA C- 8


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.2.8. Informasi Keadaan Tanah


Data tanah (boring, sondir dan lain-lain) adalah bagian dari Persyaratan Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan ini. Kontraktor harus meneliti dan mempelajari data hasil
penyelidikan tanah agar pekerjaan pemancangan tiang dapat dilaksanakan dengan
sempurna.

2.3 PERSYARATAN BAHAN

2.3.1. Semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau NI-8 untuk
butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan dan susunan kimia.

2.3.2. Pasir (agregat halus).


1) Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung bahan-bahan organis.
2) Ukuran butiran pasir adalah sebagai berikut :
a) Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat.
b) Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat.
c) Sisa diatas ayakan 0.25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.

2.3.3. Koral / batu pecah (agregat kasar).


1) Koral/batu pecah harus terdiri dari butiran-butiran yang keras, bersih dan tidak
berpori, jumlah butiran-butiran yang berbentuk pipih hanya diperbolehkan
maksimum 20% dari berat. Koral tidak mengandung zat-zat aktif alkali dan zat-
zat yang dapat merusak beton.
2) Ukuran butiran koral adalah sebagai berikut :
a) Sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 0% berat.
b) Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
c) Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.

2.3.4. Jenis dan syarat campuran antara agregat halus dan aggregat kasar harus memenuhi
SNI 2847:2019.

2.3.5. Air
Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam dan bahan organis atau
bahan-bahan lain yang dapat merusak beton, baja tulangan dan jaringan kawat baja.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang bersih seperti air PAM.

2.3.6. Besi Beton


1) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan bahan lain
yang dapat mengurangi daya lekatnya terhadap beton.
2) Dalam pengerjaan tulangan baik untuk batang-batang yang lurus atau batang-
batang yang dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan pembuatan sengkang,
secara keseluruhan harus mengikuti persyaratan yang tercantum pada SNI
2847:2019 kecuali ada petunjuk yang lain dari Direksi/Pengawas.
3) Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan
sesuai dengan gambar pelaksanaan dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

PT. PENTA REKAYASA C- 9


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4) Toleransi didalam pengerjaan dan pemasangan tulangan harus mengikuti


persyaratan SNI 2847:2019.
5) Mutu baja tulangan poIos atau tulangan uIir yang dipakai untuk penulangan
tiang pancang harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam gambar
pelaksanaan.
6) Tulangan utama untuk tiang pancang dengan panjang tiang kurang dari 12 m,
harus merupakan satu kesatuan yang utuh (tidak boleh disambung). Untuk tiang
pancang yang panjangnya lebih dari 12 m, penyambungan tulangan maksimum
satu buah sambungan dengan persyaratan harus mengikuti SNI 2847:2019.
7) Penyambungan tulangan jika dipakai cara pengelasan harus sesuai dengan
AWS D12.1.

2.3.7. Kawat Pengikat baja tulangan harus dibuat dari baja lunak dan tidak boleh disepuh
seng.

2.3.8. Cetakan untuk pembuatan tiang pancang harus dibuat dari bahan plat besi/baja yang
pelaksanaan pengerjannya harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum
didalam SNI 2847:2019 dan Persyaratan Teknis pelaksanaan Pekerjaan Beton yang
diuraikan dalam buku ini.

2.3.9. Persyaratan bahan beton untuk tiang pancang yang tidak diuraikan secara lengkap
pada bab ini, harus sesuai dan mengikuti Persyaratan Teknis pelaksanaan Pekerjaan
Beton tentang Persyaratan Bahan Beton yang diuraikan dalam buku ini.

2.4 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEMBUATAN TIANG PANCANG

2.4.1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus sudah memeriksa


seluruh gambar pelaksanaan, Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan, sudah
meninjau lokasi, sudah melihat catatan mengenai pembangunan sebelumnya dan
utilitas yang ada serta hubungan-hubungannya (connections) jika ada, dan sudah
mencatat semua kondisi dan batasan yang dapat mempengaruhi pekerjaan ini.

2.4.2. Cetakan / bekisting


1) Cetakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kemungkinan
penyimpangan, atau perubahan ukuran atau lolosnya air semen atau agregat
halus dari acuan beton.
2) Batas maksimum toleransi bentuk dan ukuran tiang pancang yang diijinkan
sebagaimana yang diuraikan dalam buku Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan ini, harus diperhitungkan dalam pembuatan cetakan tiang pancang.
3) Adukan beton
Adukan beton harus dikerjakan berdasarkan mix design sebelumnya sehingga
mutu beton tang pancang yang direncanakan sesuai yang ditentukan dalam
gambar pelaksanaan dapat tercapai dengan sempurna. Persyaratan
Pengerjaan adukan beton harus mengikuti Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan Beton dalam buku ini
4) Pengujian / Pemeriksaan Mutu Beton :
Pelaksanaan pengujian / pemeriksaan mutu beton dan hal-hal lain yang harus
diuji dalam pelaksanaan pembuatan tiang pancang beton bertulang, harus
mengikuti ketentuan yang diuraikan pada Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan Beton dalam buku ini

PT. PENTA REKAYASA C- 10


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

5) Selimut beton
a) Tebal selimut beton tiang pancang harus sesuai dengan gambar
pelaksanaan, dengan minimal tebal selimut tidak boleh kurang dari 45 mm.
b) Harus diperhatikan secara khusus tentang ketepatan tebal selimut beton,
untuk itu dibawah tulangan harus dipasang beton decking sebagai pengatur
jarak antara tulangan dengan bekisting yang terbuat dari beton dengan mutu
minimal sedikit sama dengan mutu yang akan dicor.
c) Beton decking (Penahan jarak) dapat berbentuk blok-blok persegi atau
gelang-gelang yang harus dipasang minimum 4 buah setiap meter pada
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar
merata.

2.4.3. Pengecoran beton


Pada prinsipnya pelaksanaan pengecoran beton tiang pancang harus mengikuti tata
cara dan persyaratan pelaksanaan pengecoran yang diuraikan dalam Persyaratan
Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Beton dalam buku ini.

2.4.4. Perawatan beton tiang pancang


1) Segera setelah pengecoran beton tiang pancang selesai tiang pancang harus
dilindungi dari pegeringan yang terlalu cepat, panas yang berlebihan dan
kerusakan secara mekanis.
2) Apabila tidak ditentukan oleh Direksi/Pengawas, salah satu cara untuk
melindungi tiang pancang dari pegeringan yang terlalu cepat dan panas yang
berlebihan adalah dengan cara melindungi/menutup dengan karung goni yang
basah dan secara terus menerus harus disirami dengan air selama minimal
4(empat) hari dari sejak selesai pengecoran.
3) Kelembaban minimal pada temperatur yang tetap harus dijaga untuk periode
yang diperlukan dalam pengerasan beton selama minimal 4 (empat) hari dari
sejak selesai pengecoran.

2.4.5. ToIeransi bentuk dan ukuran


Toleransi maksimum dari bentuk dan ukuran yang dapat diterima sehingga tiang
boleh dipancang adalah sebagai berikut :
1) Penyimpangan dari kelurusan 1/500 atau maksimum 0.1 d - 10 mm (d = side).
2) Penyimpangan kelurusan dar! sisi-sisi tiang maksimum. tan 1 = 0.03.
3) Penyimpangan dari penampang maksimum 10 mm.

2.4.6. Tiang pancang yang tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan tersebut diatas
akan ditolak untuk dipakai atau dipancang.

2.4.7. Ukuran Panjang Tiang


1) Sebelum membuat tiang pancang secara keseluruhan, adalah tanggung jawab
Kontraktor untuk mendapatkan panjang-panjang yang dibutuhkan dengan
cara-cara yang disetujui seperti melaksanakan pemancangan tiang uji, tes
pembebanan tiang dan lain-lain.
2) Walaupun demikian pada pelelangan pekerjaan, jumlah dan panjang tiang,
ditentukan berdasarkan gambar pelaksanaan, dengan kapasitas yang
memenuhi beban rencana total sesuai yang dipersyaratkan. Tiang uji dan
tes pembebanan yang disyaaratkan oleh peraturan setempat dan Persyaratan

PT. PENTA REKAYASA C- 11


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini juga termasuk dalam penawaran harga


pelelangan pekerjaan.

2.5 PENGANGKUTAN, PENIMBUNAN DAN PEMELIHARAAN TIANG

2.5.1. Tiang pancang harus diangkut dengan teliti dan hati-hati sehingga tidak terjadi
kerusakan tiang pada waktu pengangkutan.

2.5.2. Penimbunan tiang pancang harus didukung dengan balok beton yang berjarak tidak
lebih dari 2,0 m satu sama lainnya.

2.5.3. Untuk mencegah kerusakan tiang selama pemancangan, maka pada kepala tiang
harus dipasang helmet yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan harus disetujui oleh Direksi/Pengawas.

2.6 PERALATAN PEMANCANGAN

2.6.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data lengkap dari
peralatan yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur kerjanya
termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.

2.6.2. Alat pancang yang digunakan untuk pemancangan pondasi harus tidak menyebabkan
kerusakan pada tiang, tidak menimbulkan getaran dan tidak menimbulkan polusi
udara serta tidak menimbulkan suara bagi lingkungan sekitarnya.

2.6.3. Type alat pancang yang dapat dipakai adalah Hammer, dengan kapasitas alat
pancang yang digunakan adalah K13-K22.

2.6.4. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, masa pemancangan dan percobaan beban.

2.6.5. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan alat pancang untuk keperluan lain. Semua
pekerjaan selain pekerjaan pemancangan, yang menggunakan alat pancang harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.

2.7 PERSIAPAN PEMANCANGAN

2.7.1. Lokasi dan titik-titik pemancangan harus sesuai dengan yang tercantum didalam
gambar pelaksanaan.

2.7.2. Cara pelaksanaan pemancangan dan pengetesan harus selalu dicatat dan dilakukan
dengan baik. Catatan tersebut diberikan pada Direksi/Pengawas dan Perencana
untuk diperiksa dan dikonfirmasikan.

2.7.3. Tiang-tiang baru boleh dipancang setelah sekurang-kurangnya berumur 4 minggu


terhitung dari saat setelah selesai pengecoran tiang tersebut.

2.7.4. Kontraktor harus menentukan semua garis kemiringan dan bertanggung jawab atas
tata letak yang benar dan kapasitas daya dukung seluruh tiang.

2.7.5. Kontraktor harus memberi laporan kepada Direksi/Pengawas tentang pelaksanaan


pemancangan sehingga Direksi/Pengawas dapat melakukan inspeksi.

PT. PENTA REKAYASA C- 12


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.7.6. Kontraktor harus menentukan tiap tiang pancang, tepat pada daerah yang telah
ditentukan.

2.7.7. Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang
telah direncanakan.

2.7.8. Tiap tiang Pancang harus diberi tanda ketinggian dengan cat pada setiap interval 0.5
m.

2.7.9. Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan harus
seteliti mungkin.

2.7.10. Kontraktor harus melakukan tindakan pencegahan untuk menghidari kerusakan pada
kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud tersebut, helmet dan
packing yang cocok dan disetujui oleh Direksi/Pengawas harus dipasang pada kepala
tiang pancang.

2.8 PELAKSANAAN PEMANCANGAN

2.8.1. Pengangkatan tiang pada waktu akan dilakukan pemancangan harus dilakukan
pada titik-titik yang tepat dengan cara mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat tiang
tersebut, atau cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas.

2.8.2. Tiang harus dipancang sampai mencapai suatu kedalaman yang mengacu kepada
gambar pelaksanaan, hasil penyelidikan tanah, atau test penetrasi dan final set dari
hasil kalendering untuk masing-masing tiang, sehingga kapasitas (daya dukung)
tiang yang sudah diperhitungkan dapat tercapai.

2.8.3. Urutan Pemancangan


1) Sebelum melakukan pekerjaan pemancangan Kontraktor harus mengajukan
usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak akan saling menganggu dalam pelaksanaan pekerjaan
pemancangan.
2) Dalam satu group tiang pancang yang jaraknya saling berdekatan harus
direncanakan urut-urutan pemancangan yang harus dimulai dari tiang pancang
dengan posisi paling tengah dan yang terakhir pemancangan tiang dengan
posisi paling luar.
3) Direksi/Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk merubah urutan
pemancangan kalau menurutnya urutan yang akan dilaksanakan
mengakibatkan gangguan pada tiang pancang yang sudah selesai dipancang.
Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan claim atau perpanjangan waktu karena
perubahan tersebut.

2.8.4. Pemancangan tiang uji


1) Kontraktor harus memancang sedikitnya 10 % (sepuluh persen) dari total
pondasi tiang sebagai tiang uji (pile driving test) untuk menentukan panjang
tiang yang dibutuhkan sehingga didapatkan daya dukung dan kedalaman
pemancangan diseluruh area pekerjaan. Tes tersebut dilakukan cukup lama
sebelum pelaksanaan sebenarnya. Hal ini adalah untuk mencegah terjadinya
keterlambatan kemajuan pekerjaan dan juga agar Kontraktor setiap saat dapat
memilih tiang-tiang dengan panjang yang sesuai dengan kondisi
ditempat pemancangan.

PT. PENTA REKAYASA C- 13


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) Tiang uji harus dipancang pada posisi sesuai petunjuk MK dan sesuai gambar
perencanaan. Pemancangan dilakukan sampai pada kedalaman sesuai
gambar perencanaan atau menurut petunjuk MK. Kontraktor harus menyiapkan
ruyung/follower untuk mengantisipasi apabila diperlukan pemancangan lebih
dalam dari yang sudah ditentukan dalam gambar perencanaan.
3) Pencatatan calendering harus dilakukan dengan teliti yaitu setiap 20-50 cm
pada minimal 5 m' terakhir.
4) Koreksi rumusan calendering tersebut dipakai untuk mengevaluasi panjang
tiang pancang yang diperlukan agar kapasitas daya dukung bisa dicapai.
5) Dari hasil evaluasi tersebut, MK akan menentukan panjang-panjang tiang
pancang yang diperlukan. Dengan berpedoman pada ketentuan ini Kontraktor
dapat membuat/mengadakan seluruh tiang pancang sesuai dengan panjang-
panjang tiang yang dibutuhkan menurut hasil pemancangan tiang uji, untuk
selanjutnya melaksanakan pemancangan sesuai dengan ketentuan.

2.8.5. Hasil tes pembebanan (loading test) digunakan untuk mengkoreksi rumusan
calendering yang ditentukan didalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini.

2.8.6. Tiang-tiang harus disiapkan dengan seksama pada posisi yang diinginkan dan harus
dipancang tepat pada garis -garis / titik-titik pancang yang telah ditentukan sesuai
dengan gambar pelaksanaan.

2.8.7. Tiang-tiang harus dipancang menurut metode yang disetujui dan sampai kedalaman
seperti yang ditunjukkan dalam hasil pemancangan tiang uji, sesuai gambar
pelaksanaan atau menurut petunjuk Direksi/Pengawas.

2.8.8. Pemancangan tiang harus dilakukan terus menerus sampai mencapai kedalaman
yang sudah ditentukan dan sampai daya dukung tiang yang direncanakan tercapai.
Direksi/Pengawas akan menyatakan setiap tiang telah selesai pemancangannya.

2.8.9. Bila ada keragu-raguan tentang hasil kalendering atau kedalaman tiang pancang,
Direksi/Pengawas boleh memerintahkan untuk memancang sampai kedalaman
tertentu walaupun final set atau daya dukung yang disyaratkan telah terpenuhi.

2.8.10. Pada pemancangan seluruh tiang, baik pada waktu pile driving test maupun
pada pemancangan selanjutnya, pemukulan tiang baru dapat dihentikan apabila
penetrasi tiang pada 10 (sepuluh) pukulan terakhir tidak lebih dari 2,00 cm. dan daya
dukung tiang yang direncanakan telah tercapai.

2.8.11. Daya dukung tiang dapat dihitung dengan rumus:


eh W H W + n2 P 1
Pu = X X
S+K W+P SF
dimana:
Pu = daya dukung tiang yang direncanakan (ton)
eh = efisiensi hammer = 0.85
W = berat Ram (ton)
H = strook Ram (cm)
P = berat tiang (ton)

PT. PENTA REKAYASA C- 14


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

S = penetrasi akhir tiang per pukulan (cm), dihitung dari penetrasi rata-rata
pada 10 pukulan terakhir.
K = besar rebounding pada pukulan terakhir (cm) = 0.1 in = 0.254 cm.
n = koefisien restitusi = 0.5 (concrete pile with cap/cushion)
SF = Faktor Keamanan = 6

2.8.12. Apabila tiang sudah selesai dipancang pada tempatnya dan telah disetujui
Direksi/Pengawas, Kontraktor harus menyiapkan stek tulangan tiang pancang yang
masuk ke poer sebagai ikatan antara tiang pancang dengan poer, sesuai gambar
pelaksanaan. Stek tulangan tersebut bisa dikerjakan dengan dua alternatif yaitu :
1) Apabila sisa pemancangan panjang tiang masih cukup untuk stek tulangan,
beton ujung tiang bagian atas harus dibobok/dibongkar dan seluruh tulangan
tiang dibuat stek sesuai gambar pelaksanaan.
2) Apabila sisa pemancangan panjang tiang tidak mencukupi untuk stek tulangan,
beton ujung tiang bagian atas harus dibobok/dibongkar, stek tulangan sesuai
gambar pelaksanaan harus dilas ke tulangan tiang.

2.8.13. Pekerjaan pengelasan sambungan tiang pancang harus dikerjakan oleh tenaga yang
akhli dan berpengalaman. Pemborong wajib menyerahkan sertifikat keahlian dari
masing-masing tukang las, dan minimal harus kelas B.

2.8.14. Apabila terjadi perbedaan kedalaman tiang pancang antara gambar pelaksanaan
dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan, hal tersebut akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang, berdasarkan kesepakatan hasil
pemeriksaan, laporan dan catatan-catatan dilapangan. Opname dilakukan terhadap
tiang pancang yang terangkat.

2.8.15. Bila terjadi perubahan desain dari kepala tiang (poer), "as built drawing" harus sudah
diberikan kepada MK sebelum alat pancang dikeluarkan dari tempat pekerjaan.

2.8.16. Toleransi pelaksanaan pemancangan


1) Pergeseran pusat tiang yang diijinkan adalah maksimum 7,5 cm dalam arah
lateral/horizontal dari posisi yang ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.
2) Kemiringan tiang tidak boleh lebih dari 0,2 % dalam arah vertikal.

2.8.17. Biaya perencanaan kembali akibat kesalahan lokasi pemancangan tiang yang telah
dilaksanakan dan biaya tambahan dari pekerjaan yang harus dilakukan untuk
memenuhi perencanaan semula, ditanggung oleh Kontraktor.

2.8.18. Kontraktor harus memindahkan dan membuang reruntuhan beton, sisa-sisa potongan
besi beton dan tanah bekas galian keluar lapangan / proyek atau ke suatu tempat
yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas, biaya untuk pembuangan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.

2.9 LAPORAN PEMANCANGAN

2.9.1. Kontraktor harus membuat catatan tiap tiang yang dipancang dan kemudian
menyerahkan kepada Direksi/Pengawas laporan yang merupakan salinan catatan
tersebut yang sudah diketik rapi dan sudah ditandatangani.

PT. PENTA REKAYASA C- 15


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.9.2. Catatan tersebut berisi panjang, lokasi, tipe, daya dukung ijin dan hasil-hasil dari tes
lain. Sebagai tambahan, catatan tiang pancang ini berisi juga sebuah daftar
mengenai berbagai lapisan tanah yang ditembus.

2.9.3. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Direksi/Pengawas


tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan/catatan kerja tersebut
diatas. Laporan ini dikirim kepada Direksi/Pengawas tidak melebihi selang hari waktu
pemancangan dengan disertai data-data sebagai berikut :
1) Nomor referensi halaman dan lokasi tiang pancang.
2) Nomor tiang, ukuran tiang dan panjang tiang.
3) Elevasi permukaan tanah, kedalaman tiang dan elevasi ujung bawah tiang.
4) Tanggal dan waktu pemancangan.
5) Jumlah pukulan dan nilai daya dukung final
6) Detail tentang final set dan Metoda dari pengangkatan dan pemancangan tiang
7) Jenis dan type dari peralatan yang dipakai
8) Loncatan / pantulan dari ram (Ram stroke)
9) Waktu yang diperlukan untuk pemancangan

2.9.4. Setelah penyelesaian pekerjaan pemancangan tiang, Kontraktor harus membuat "as
built drawing" berdasarkan catatan hasil pemancangan yang memuat denah pondasi
tiang, as-as kolom, tata letak tiang, kedalaman pemancangan tiap-tiap tiang, jarak
antar tiang dalam 1 (satu) grup tiang, kemiringan tiang (kalau ada), toleransi yang
terdapat dilapangan dan lain-lain serta diperiksa oleh seorang surveyor yang cakap.

2.10 PEMANCANGAN YANG TIDAK SEMPURNA

2.10.1. Tiang-tiang pancang yang tidak sempurna baik karena kondisi tiang atau karena
pemancangan yang salah atau meleset dari tempat yang ditentukan harus diperbaiki
oleh Kontraktor atas biaya Kontraktor dengan salah satu cara dibawah ini yang
disetujui Direksi/Pengawas.
1) Tiang lama diganti dengan tiang baru.
2) Tiang baru dipancangkan berdekatan dengan tiang yang tidak sempurna
pemancangannya.

2.10.2. Tiang-tiang harus diletakkan dan dipancang pada elevasi lapisan dasar rencana
(design sub-grade elevations).

2.10.3. Mengacu kepada persyaratan-persyaratan tersebut di atas, maka tiang-tiang harus


dipancang dengan tepat pada lokasi sesuai gambar pelaksanaan. Tiang-tiang yang
deviasinya melebihi toleransi pelaksanaan pemancangan harus dibuang. Deviasi tiap
tiang dari titik lokasi sesuai perencanaan harus dilaporkan setiap hari pada
Direksi/Pengawas. Kontraktor harus mengadakan dan memasang tiang-tiang
tambahan pada lokasi tersebut sebagai akibat dari pemancangan yang tidak
sempurna sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas. Biaya untuk pelaksanaan
seperti itu menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.10.4. Dimana terdapat lebih dari 4 (empat) tiang dalam suatu group, tiang yang pertama
dipancang adalah tiang yang di tengah. Semua tiang dalam suatu group harus
mempunyai kedalaman yang kira-kira sama.

PT. PENTA REKAYASA C- 16


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.10.5. Tiang-tiang yang pemancangannya ditolak yang tidak dicabut harus tetap berada di
dalam tanah dan dipotong sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas. Jika tiang
tersebut menurut petunjuk Direksi/Pengawas harus dicabut, dan lubang bekas
tiang tadi tidak dipakai untuk pemancangan tiang lain maka lubang tersebut harus
diisi dengan kerikil atau batu pecah dan karus dipadatkan tanpa ada biaya tambah.
Tiang pengganti untuk tiang-tiang yang tidak terpakai akibat pemancangan yang tidak
sempurna harus diadakan dan dipasang oleh Kontraktor pada lokasi-lokasi sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas. Ongkos untuk ini semua ditanggung oleh
Kontraktor.

2.10.6. Jika ada kerusakan pada tiang pancang selama pemancangan, maka pada bagian
yang rusak tersebut harus diperbaiki dengan cara dipotong dan disambung dengan
tiang baru sesuai peyunjuk Direksi/Pengawas. Jika menurut Direksi/Pengawas tidak
memungkinkan Kontraktor untuk memperbaiki tiang pancang yang rusak secara baik
atau jika hasil perbaikannya meragukan, Direksi/Pengawas dapat memerintahkan
untuk mengganti dengan tiang baru. Kontraktor harus menanggung seluruh biaya
berbaikan, pemancangan tiang pangganti dan perhitungan serta gambar (redesign)
pondasi, kecuali jika ada persetujuan lain dari Direksi/Pengawas.

2.11 GANGGUAN / HALANGAN.


Jika ditemukan lapisan padat atau gangguan lain yang menyebabkan amat sulitnya
pemancangan suatu tiang untuk mencapai kedalaman lapisan pendukung yang
sudah dipersyaratkan, Kontraktor harus melakukan usaha yang biasa dipakai pada
pemancangan tiang termasuk pemotongan, pegeboran atau cara-cara lain yang
biasa dilakukan tanpa ada biaya tambahan. Jika menurut anggapan
Direksi/Pengawas, Kontraktor tidak mampu menyelesaikan dengan baik gangguan /
halangan pemancangan suatu tiang dengan cara tersebut, Direksi/Pengawas dapat
memerintahkan Kontraktor untuk memasang tiang pancang tambahan atas beban
Kontraktor.

2.12 PERSYARATAN TES BEBAN TIANG PANCANG

2.12.1 Tes beban tiang pancang merupakan lingkup pekerjaan Kontraktor, biaya tes beban
tiang pancang, belum termasuk di dalam biaya pekerjaan pondasi. Pada umumnya
biaya tes beban tiang pancang diberikan dalam bentuk item khusus di Bill Of Quantity
(BQ).

2.12.2 Kontraktor harus melakukan uji beban statik pada tiang pancang sebanyak 1 % dari
jumlah total tiap-tiap ukuran penampang tiang pancang. Titik-titik lokasi tiang yang
harus dilakukan uji beban akan ditentukan oleh MK atas persetujuan konsultan
perencana.Uji beban statik pada tiang pancang dimaksudkan untuk mengevaluasi
daya dukung tiang sebagai berikut :
1) Daya dukung tekan tiang dengan beban tekan sebesar 2 x dari beban rencana
(2x130 = 260 ton) yang mengacu pada ASTM D-1143.81 (Standard Test Method
for Piles (Reapproved 1987) Under Static Axial Compressive Load).
2) Daya dukung tarik tiang dengan beban tarik sebesar 2 x dari beban rencana (2x25
= 50 ton) yang mengacu pada ASTM D-3689.90 (Standard Test Method for Individual Piles
Under Static Axial Tensile Load).

2.12.3 Uji beban statik untuk menguji daya dukung tiang terhadap beban tekan, maksimal
60% dari jumlah total tes tersebut dapat dilakukan sebelum tahapan konstruksi dan
minimal 40% dari jumlah total tes tersebut dilakukan pada tahapan konstruksi.

PT. PENTA REKAYASA C- 17


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.12.4 Uji beban statik untuk menguji daya dukung tiang terhadap beban tarik dilaksanakan
apabila dianggap perlu yaitu bilamana dalam perencanaan ditemukan kondisi tiang
yang mengalami tarik.

2.12.5 Selain uji daya dukung tekan dan tarik, Kontraktor juga harus melakukan uji beban
untuk daya dukung lateral free head dan daya dukung lateral fix head masing-masing
pada minimal satu tiang pancang untuk tiap ukuran penampang, yang akan
ditentukan oleh MK atas persetujuan konsultan perencana. Ketentuan uji tiang
pancang untuk daya dukung lateral adalah sebagai berikut :
1) Daya dukung lateral tiang dengan beban lateral sebesar 2 x beban rencana (2x5
= 10 ton) untuk lateral free head yang mengacu pada ASTM D-3966.90 (Standard Test
Method for Piles Under Lateral Loads) dengan pembebanan bertahap (cyclic loading).Uji
beban ini harus dilakukan pada elevasi kepala tiang yang direncanakan (level cut
off).
2) Daya dukung lateral tiang dengan beban lateral sebesar 2 x beban rencana (2x7
= 14 ton) untuk lateral fixed head yang mengacu pada ASTM D-3966.90 (Standard
Test Method for Piles Under Lateral Loads) dengan pembebanan bertahap (cyclic loading).Uji
beban ini harus dilakukan pada elevasi kepala tiang yang direncanakan (level cut
off).

2.12.6 Uji Beban Dinamik (PDA) hanya diperbolehkan untuk dipakai sebagai pembanding
dari percobaan sebagaimana yang ditentukan dalam butir 2.12.2. dengan jumlah
maksimal 25 % dari yang disyaratkan. Sisanya, yaitu 75 % dari total tiang pancang
uji tetap harus mempergunakan sistem pembebanan statik. Dari antara tiang uji
tersebut di atas, harus terdapat tiang yang diuji secara statik dan PDA sehingga hasil
PDA dapat dikorelasikan dengan hasil uji statik dengan memperhatikan bahwa PDA
belum dapat dianggap sepenuhnya menggantikan hasil uji beban statik.
Uji pembebanan dinamik dilakukan pada elevasi cut-off-level (COL) atau di atas
muka tanah namun dengan perlakuan khusus yang memastikan gaya yang bekerja
pada panjang efektif tiang dapat terukur dengan merujuk pada ASTM D4945 (ASTM
D4945-12).
Pada saat pengujian, hammer seberat 1% - 2% dari beban ultimit rencana yang
diharapkan akan digunakan untuk dapat memobilisasi kapasitas ultimit tiang dengan
kondisi kepala tiang rata dan berupa material uji yang padat.

2.12.7 Hasil tes pembebanan (loading test) tersebut diatasakan digunakan untuk
mengkoreksi rumusan calendering yang ditentukan didalam Buku Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini. Ketentuan dan persyaratan tes pembebanan sesuai
ketentuan dan persyaratan yang diuraikan dalam pasal Tes Pembebanan Statik
(loading test) dibawah ini.

2.13 TES BEBAN TIANG PANCANG

2.13.1. Uji pembebanan fondasi tiang dilaksanakan pada seluruh struktur dengan
menggunakan standar SNI Geoteknik 8460:2017 dan ASTM D1143. Metode
pembebanan yang dilakukan pada Proyek AKSI ADB Universitas Riau dapat
menggunakan metode tiang reaksi merujuk pada metode pembebanan tiang untuk
Proyek STP ITB.

Batas Deformasi Uji tiang :


1. Uji pembebanan aksial tekan pada fondasi tiang

PT. PENTA REKAYASA C- 18


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Batasan deformasi pada 200% pembebanan rencana:


a) 25 mm untuk tiang dengan diameter maksimum 80 cm,
b) 4 % diameter untuk tiang > 80cm.
Deformasi permanen yang terjadi setelah dilakukan pelepasan beban dan
pembebanan 200% tidak boleh melewati suatu nilai (≤12 mm).

2. Uji pembebanan aksial tarik pada fondasi tiang


Batasan deformasi pada 200% pembebanan rencana adalah sebesar deformasi
elastik
PL/EA + 4mm atau maksimum 25 mm.

3. Uji pembebanan horizontal/lateral pada fondasi tiang


Batasan pergeseran di kepala tiang saat pelaksanaan uji (kondisi free-head):
a) 10 mm pada beban 100% beban rencana,
b) 25 mm pada beban 200% beban rencana

2.13.2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang akhli dan berpengalaman, bahan-
bahan yang diperlukan, semua peralatan / perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan tes beban tiang, pencatatan dan pengukuran dari percobaan beban
termasuk penyediaan, penyusunan kentledge yang digunakan dan pembongkaran
kembali.

2.13.3. Kontraktor harus membuat gambar perencanaan tes beban tiang yang disertai
dengan penjelasan/keterangan tentang daftar peralatan, jenis beban, alat pengaman,
kalibrasi alat dan cara pelaksanaan percobaan. Dokumen tersebut harus diserahkan
kepada MK untuk mendapat persetujuan.

2.13.4. Sebelum pelaksanaan tes pembebanan dengan metoda apapun, usulan alat dan
konstruksi yang akan digunakan diluar dari yang ditentukan didalam Persyaratan
Teknis Pelaksanaan Pekerjaankan, harus disampaikan kepada Direksi/Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan

2.13.5. Selama pelaksanaan Loading Test, Kontraktor harus menempatkan tenaga kerja
yang berpengalaman untuk pelaksanaan pengamatan dan pencatatan hasil
percobaan.

2.13.6. Jangka waktu antara pemancangan tiang yang akan ditest dan pelaksanaan Loading
Test pada tiang tersebut harus ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk
mengembalikan kondisi tanah akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula.
Pemancangan.tiang yang berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama
adanya Loading Test.

2.13.7. Pada waktu akan dilakukan tes pembebanan, Direksi/Pengawas akan memilih dan
menentukan tiang-tiang yang harus dites. Perencana harus turut menyaksikan di
dalam menentukan tiang-tiang yang akan dites dan pelaksanaan pengetesan
pembebanan tiang pancang atas biaya Kontraktor.

2.13.8. Loading test vertikal harus dilakukan minimal pada 2 (dua) buah tiang untuk masing-
masing tipe/ukuran penampang tiang pancang.

2.13.9. Verifikasi daya dukung tiang yang diijinkan harus dipastikan dengan melakukan tes
pembebanan sesuai dengan ASTM D-1143-81 seperti yang disebutkan dibawah ini.

2.13.10. Perlengkapan Pembebanan

PT. PENTA REKAYASA C- 19


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Beban untuk percobaan didapat dari reaksi kentledge melalui jack hidraulics yang
besarnya melebihi dari beban percobaan dan ditempatkan pada platform
sebagaimana harusnya.
2) Beban kentledge terdiri dari blok-blok beton dengan ukuran yang sama.
3) Plat baja dengan ketebalan yang cukup untuk menerima beban, ditempatkan
secara sentris diatas pile cap untuk dapat menyalurkan beban percobaan secara
sempurna kepada tiang.
4) Ukuran dari plat baja tidak boleh lebih kecil dari ukuran pile cap dan juga tidak
boleh lebih kecil dari ukuran Jack yang digunakan.
5) Jack hidraulic harus ditempatkan sentris pada tiang / pile cap.
6) Jack dan alat lainnya termasuk hydraulic ram, hydraulic pump dan pressure gauge
harus dikalibrasikan sebelum percobaan dilakukan.

2.13.11. Alat Pengukuran Penurunan


Laporan kalibrasi harus disertakan pada semua alat loading test yang membutuhkan
kalibrasi sebelum percobaan beban dilakukan.

2.13.12. Prosedur Pembebanan


Beban percobaan dikerjakan dalam 4 cycle sesuai dengan ASTM D 1143-81 untuk
loading test vertikal.

2.13.13. Metoda pelaksanaan, pemasangan dan besaran beban adalah sebagai berikut:
7) Beban tes adalah 2 kali beban rencana atau sesuai dengan gambar perencanaan.
8) Pembebanan tes dilakukan dalam 7 kali kenaikan yaitu : 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5;
1,75; 2 kali beban kerja.
9) Pembacaan penurunan dan "Rebound" harus dicatat sampai 0,30 mm untuk tiap
kenaikan atau penurunan beban, dimulai dari beban yang diperkirakan telah
bekerja dan untuk tiap kenaikan setelah itu. Beban tes harus tetap bekerja sampai
tidak terjadi penurunan dalam periode 2 jam.
10) Beban total tes harus tetap bekerja sampai penurunan tidak lebih dari 0,25 mm
dalam 48 jam.
11) Beban total harus diturunkan berturut-turut sebesar tidak lebih dari 1/4 kali
beban total dan pada interval tidak kurang dari 1 jam.
12) "Rebound" harus dicatat pada setiap penurunan beban, dan "rebound" terakhir
harus dicatat setelah seluruh beban tes sudah dipindahkan.
13) Beban maksimum tiang yang diijinkan adalah 0,5 dari beban tes pada titik leleh.
Titik leleh didefinisikan sebagai titik dimana kenaikan beban menyebabkan
penambahan "settlement" yang tidak proporsional.
14) Semua alat, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan uji
beban harus disediakan oleh Kontraktor.
15) Apabila tidak ada ketentuan lain yang diberikan oleh MK, selama loading
test tidak diperbolehkan adanya kegiatan pengeboran maupun pemancangan.
16) Di dalam pekerjaan loading test, tidak boleh menggunakan tiang pancang
disampingnya sebagai anker.

2.13.14. Prosedur loading test


1) Schedule pembebanan "Cyclic-Loading" (ASTM D.1143-81 Ssction 5.2)

PT. PENTA REKAYASA C- 20


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Penambahan
Beban (dalam
/ Lama
% beban
Pengurangan pembebanan
rencana)
beban (%)
0 0 A
25 25 Cycle 1 A
25 50 1 jam
25 25 20 menit
25 0 1 jam
50 50 20 menit
25 75 A
25 100 Cycle 2 1 jam
25 75 20 menit
25 50 20 menit
50 0 1 jam
50 50 20 menit
50 100 20 menit
25 125 A
25 150 Cycle 3 1 jam
25 125 20 menit
25 100 20 menit
50 50 20 menit
50 0 1 jam
50 50 20 menit
50 100 20 menit
50 150 20 menit
25 175 A
25 200 Cycle 4 B
25 175 20 menit
25 150 20 menit
50 100 20 menit
50 50 20 menit
50 0

2) Beban ditahan tetap selama 1 jam dan sampai mencapai penurunan 0,25 mm/jam
atau maksimum 2 jam.
3) Beban diahan selama 12 jam dan sampai mencapai penurunan 0,25 mm/jam atau
maksimum 24 jam.

2.13.15. Prosedur pembacaan


Pembacaan loading test dilakukan sebagai berikut :
1) Sesudah dan sebelum penambahan beban
2) Sesudah dan sebelum penurunan beban
3) Setiap 10 menit
4) Pada pembebanan 200 % beban rencana, pembacaan dilakukan sebagai berikut:
a) Setiap 10 menit selama 2 jam pertama
b) Selanjutnya setiap 1/2 jam

PT. PENTA REKAYASA C- 21


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2.13.16. Laporan Loading Test


Laporan hasil percobaan load test dikirim kepada Direksi/Pengawas untuk
persetujuan, yang terdiri dari :
1) Nama proyek dan lokasi
2) Laporan penyelidikan tanah dan catatan pelaksanaan pekerjaan load test tiang
pancang.
3) Sertifikat dari kalibrasi peralatan
4) Catatan pembebanan yang meliputi :
a) Tanggal percobaan.
b) Waktu pembacaan.
c) Beban percobaan.
d) Pembacaan dial gauge, dll.
5) Grafik load-settlement, Grafik load-time, Grafik time-settlement.
6) Kesimpulan dari hasil percobaan

2.13.17. Kriteria dari loading test meluputi


1) Penurunan permanen melampui 6 mm.
2) Loading test tidak boleh diteruskan jika terjadi ketidak stabilan kentledge,
kerusakan dari pile cap atau tiang pancang ataupun kerusahan lainnya yang
dapat memberikan hasil yang tidak sebenarnya.

2.13.18. Kegagalan dan Kerusakan


1) Jika Load Test tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka test tambahan harus
dilakukan dan pelaksanaannya harus atas persetujuan Direksi/Pengawas serta
biaya pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2) Jika terjadi kerusakan dan/atau kegagalan pada tiang dalam pelaksanaan Load
Test maka Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan tiang yang lain /
tambahan tiang pancang sesuai dengan petunjuk dari Direksi/Pengawas atas
biaya Kontraktor.
3) Biaya dari Load Test tambahan, penggantian atau penambahan tiang dan
pekerjaan perhitungan kembali serta gambar fondasi tiang pancang (redesign)
yang disebabkannya akan dibebankan kepada Kontraktor.

PT. PENTA REKAYASA C- 22


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3. PEKERJAAN POER DAN SLOOF BETON

3.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan,
instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk seluruh pekerjaan
pembuatan beton poer (pile cap) beserta balok sloof (tie beam) dan lain-lain yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

3.2 Persyaratan Bahan


Seluruh persyaratan bahan konstruksi beton yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
mengikuti persyaratan bahan untuk pekerjaan struktur beton yang telah diuraikan
sebelumnya dalam buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

3.3 Persyaratan Pelaksanaan

3.3.1 Pelaksanaan pekerjaan beton poer dan balok sloof selengkapnya harus mengikuti
uraian persyaratan pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton yang telah diuraikan
sebelumnya dalam buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

3.3.2 Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan kaku pada posisinya, sehingga
tidak akan bergerak/berubah pada saat pelaksanaan pengecoran.

3.3.3 Di bawah sloof dan bagian-bagian bawah poer yang tidak terletak pada pondasi
dalam harus dibuat terlebih dahulu lapisan lantai kerja dari rabat beton setebal 5 cm
dan dibawah rabat beton dipasang lapisan pasir urug padat setebal 10 cm, sesuai
dengan gambar perencanaan.

3.3.4 Pada balok sloof harus dipasang stek untuk kolom-kolom praktis yang letaknya sesuai
dengan gambar Arsitektur.

3.3.5 Pelaksanaan beton tumbuk (rabat beton) seperti tercantum di dalam gambar
perencanaan harus memenuhi syarat campuran 1pc : 3ps : 5kr.

3.3.6 Di bawah lapisan beton tumbuk harus dipasang lapisan pasir urug padat setebal 10
cm. Pasir urug dihamparkan di atas tanah yang telah dipadatkan sesuai dengan per-
syaratan pemadatan.

3.3.7 Pola serta lokasi poer dan balok sloof harus sesuai dengan gambar perencanaan dan
detail-detail yang ada.

3.3.8 Sebelum pengecoran dimulai, tempat-tempat yang akan dicor harus dibersihkan dulu
dari kotoran-kotoran dan material-material yang bisa mengakibatkan berkurangnya
kekuatan beton.

PT. PENTA REKAYASA C- 23


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4. PEKERJAAN STRUKTUR BETON

4.1 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan struktur beton bangunan/gedung ini adalah melaksanakan seluruh
pekerjaan konstruksi beton bertulang dari mulai penyiapan/pengadaan tenaga akhli
dan tenaga kerja, pengadaan bahan dan peralatan, pelaksanaan pekerjaan,
pemeliharaan, pengujian, perbaikan, pembuatan shop drawing dan lain-lain sesuai
dengan gambar rencana dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat yang diuraikan dalam
buku ini yang antara lain tetapi tidak terbatas pada:

4.1.1 Pekerjaan pembuatan, pemasangan dan pembongkaran formwork.


Pengadaan bahan, peralatan dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan
formwork, shoring dan reshoring agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang baik
termasuk perencanaan, pemasangan dan perkuatan konstruksi formworkserta
pembongkarannya.

4.1.2 Perkerjaan baja tulangan.


Lingkup pekerjaan ini terdiri dari pengadaan baja tulangan sesuai dengan ukuran-
ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana, pengadaan peralatan dan tenaga
kerja untuk membuat rangkaian penulangan beton dengan bentuk dan ukurannya
sesuai dengan gambar rencana termasuk penempatan/pemasangan rangkaian baja
tulangan tersebut pada bekisting.

4.1.3 Pekerjaan beton.


Yang termasuk lingkup pekerjaan beton ini adalah sebagai berikut :
1) Pembuatan atau pengadaan adukan beton dengan mutu seperti yang ditunjukan
pada gambar rencana dan dijelaskan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
yang diuraikan alam buku ini selanjutnya.
2) Penyelesaian pekerjaan secara benar mengacu kepada gambar rencana dan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini sertaketentuan-ketentuan dari Standar
Referensi.
3) Melaksanakan perawatan setelah pengecoran dan penyelesaian akhir termasuk
pekerjaan perbaikan, grouting dan sacking/blockout.
4) Pemasangan material atau benda-benda yang tertanam didalam beton selain dari
baja tulangan.
5) Melakukan koordinasi baik mengenai gambar rencana maupun mengenai
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dengan pekerjaan-pekerjaan dari disiplin
lain.
6) Pekerjaan grouting.
Pengadaan bahan/material, peralatan, tenaga kerja, pengawasan dan lain-lain
yang dibutuhkan untuk melaksanakanpekerjaan perbaikan dengan grouting
apabila terjadi keretakan pada beton.
7) Melaksanakan pekerjaan finishing permukaan beton dan melakukan perawatan
beton.

4.2 Persyaratan Khusus Pekerjaan Struktur

4.2.1 Beton Bertulang


1) Mutu Beton

PT. PENTA REKAYASA C- 24


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Mutu beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan gambar rencana serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang akan diuraikan lebih lanjut dalam pasal 4.5
B e t o n. Kuat tekan beton minimum, pada umur 28 hari untuk benda uji silinder
2) Tipe Semen
Semen harus memenuhi persyaratan untuk Portland Cement “Specification for
Portland Cement” (ASTM C 150)
3) Aggregat
Aggregat yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan “Specification for
Concrete Aggregates” (ASTM C 33)
4) Baja Tulangan
Mutu baja tulangan yang dipergunakan harus memenuhi Standard Industri
Indonesia (SII) dan “Spesification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement (ASTM A615).
Mutu baja tulangan yang dipergunakan harus sesuai gambar rencanaserta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
pasal 4.4. Baja Tulangan.
5) Admixture.
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton.
Penggunaan admixture harus mendapat persetujuan MK.
Penggunaan Fly-ash atau pozzolon lainnya.
 Penggunaan fly-ash tipe F atau pozzolon lainnya harus memenuhi
persyaratan “Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural
Pozzolon for use as a mineral Admixture in Portland Cement Concrete”
(ASTM C618).
 Disyaratkan dalam mempergunakan Fly-ash (10% - 15% dari volume
material cementitious) khusus untuk pekerjaan pile cap semi raft dengan
ketebalan 2 m.
6) Minimum Cement Content.
Minimum Cement Content adalah 320 kg untuk setiap m3 (meter kubik) beton
untuk seluruh struktur.
7) Maksimum Water Cement Ration (wcr)
Maksimum Water Cement Ratio untuk beton yang dipergunakan untuk struktur
bawah (Pile cap, sloof dan lantai basement paling bawah yang menempel pada
tanah) adalah 0,4, sedangkan untuk seluruh struktur atas (selain struktur bawah)
adalah 0,5.
8) Slump Beton
Slump beton ditentukan sebagai berikut :
Pile cap, sloof, basement slab : 120 mm.
Dinding beton dan kolom: 160 mm.
Pelat dan balok:120 mm.
Max slump loss : 20 mm.
9) Selimut Beton
Tebal selimut beton untuk pondasi dan struktur atas harus dilaksanakan dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pile cap atau poor, untuk sisi bawahminimal 5 cm.Sedangkan untuk sisi lainnya
adalah 5 cm untuk diameter tulangan pile cap ≥ D19 dan 4 cm untuk diameter
tulangan pile cap ≤ D16.

PT. PENTA REKAYASA C- 25


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pondasi telapak :5 cm untuk diameter tulangan pondasi telapak≥ D19 dan 4 cm


untuk diameter tulangan pondasi telapak≤D16.
Balok sloof : 5 cm untuk diameter tulangan balok sloof ≥ D19 dan 4 cm untuk
diameter tulangan balok sloof ≤D16.
Kolom : 4 cm.
Balok : 4 cm.
Pelat beton : 2 cm.
Dinding beton : 2.5 cm.
10) Perawatan dan perlindungan Beton
Menjaga Kadar air dalam beton
Prosedur perawatan beton (curing) berikut harus segera dilakukan setelah beton
dicor. Berikan curing compound yang memenuhi syarat ASTM C309 untuk seluruh
elemen vertical (kolom, wall, tepi balok) dan seluruh elemen horizontal (tepi bawah
pelat dan balok maupun tepi atas pelat dan balok.
Perlindungan tahapan tumbukan mekanis
Selama curing compound (dan min.2 minggu untuk bagian beton yang
diwaterproofing secara crystalline barrier), beton harus dilindungi terhadap
gangguan mekanis seperti timbunan material yang berat, tertumbuk material
keras, vibrasi berlebihan dan goresan-goresan besar. Struktur tidak boleh
dibebani sehingga mengalami overstress.

4.2.2 Metode Konstruksi


Dalam penanggulangan terhadap kebocoran dipergunakan material sebagai berikut:
1) Waterproofing
a. Untuk struktur bawah digunakan system membrane
b. Untuk dak/ atap dipergunakan water-proofing sistem membrane coating.
c. Untuk lantai atap dipergunakan water-proofing sistem liquid membrane yang
tahan ultra violet tanpa screed.
d. Untuk daerah lantai toilet dipergunakan sistem coating
2) Waterstop
Waterstop harus dipergunakan pada setiap control joint pada pelat beton
basement atau pada setiap sambungan elemen struktur beton dimana satu sisi
permukannya berhadapan dengan tanah atau pada setiap sambungan elemen
struktur beton yang harus kedap air. Material yang dipergunakan adalah bahan
polymer.
Tipe dan ukuran waterstop baik tebal maupun lebarnya agar disesuaikan dengan
joint dan penyambungannya, sehingga memenuhi rekomendasi dari pabrik.
3) Bonding Agent.
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / harus
dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai
dengan desain dan perhitungannya. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk
pabrik.
4) Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton. Penggunaan bahan admixture tersebut harus
mendapat persetujuan dari MK

4.2.3 Perancah/Form Work


1) Konstruksi Perancah

PT. PENTA REKAYASA C- 26


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Kontraktor bertanggung jawab atas konstruksi perancah. Konstruksi perancah


harus memperhitungkan beban terberat dan kombinasi terburuk dari beban-beban
sebagai berikut :
Berat total perancah.
Berat beton basah termasuk penulangannya.
Beban selama masa konstruksi termasuk beban dinamis akibat pengecoran,
pemadatan dan lalulintas di atas perancah.
Beban angin
2) Pembongkaran perancah
Pembongkaran perancah hanya dapat dilakukan apabila kekuatan struktur beton
sudah dapat mendukung berat sendiri dan beban hidup yang bekerja diatasnya,
yang ditunjukan/dibuktikan melalui hasil pengujian beton.
3) Sistem Shoring dan Re-shoring
Sistem shoring dan re-shoring yang dipergunakan adalah 1 (satu) lantai “full
shored” dan 2 lantai “re-shored”
Re-shoring dilakukan dengan menggunakan tiang tunggal berjarak maksimum
1.80 m antara tiang ke tiang

4.2.4 Joints
Ketentuan Construction Joint adalah sebagai berikut :
1) Lokasi construction joint harus diajukan oleh kontraktor dan harus sisetujui olek
MK. Lokasi construction jont harus sedemikian sehingga tidak mengganggu
integritas struktur
2) Permukaan joint harus dibuat kasar sebelum pengecoran.

4.2.5 Konstruksi Baja


1) Bahan Baja
Bahan baja yang dipakai adalah jenis ASTM A 36
2) Baut
Seluruh baut menggunakan High Tension Bolt ASTM A325 F.
3) Las
Elektroda las jenis E-70XX.

4.2.6 Toleransi
1) Toleransi dimensi / ukuran panjang :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m, maksimum 5 mm.
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m, maksimum 15 mm.
2) Toleransi bentuk :
Siku (selisih dalam panjang diagonal) maksimum 10 mm.
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan) dari garis yang dimaksud untuk
panjang s/d 3 m maksimum 12 mm.
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m maksimum 15 mm.
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m maksimum 20 mm.
3) Toleransi kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan permukaan horizontal dari rencana, maksimum 10 mm
Kedudukan permukaan vertikal dari rencana, maksimum20 mm

PT. PENTA REKAYASA C- 27


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4) Toleransi kedudukan tegak :


Penyimpangan ketegakan dinding, maksimum10 mm.
5) Toleransi ketinggian (elevasi)
Puncak beton penutup dibawah pondasi, maksimum10 mm.
Puncak beton penutup dibawah pelat injak, maksimum 10 mm.
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang, maksimum10 mm.
6) Toleransi kedudukan mendatar untuk 4 m panjang mendatar maksimum 10 mm.
7) Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
selimut beton sampai 3 cm, maksimum 5 mm.
selimut beton 3 cm - 5 cm, maksimum 10 mm.
selimut beton 5 cm - 10 cm, maksimum 10 mm.

4.2.7 Standar Referensi


1) SNI 2847:2019 : Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
2) SK SNI S-05-1989-F : Standar spesifikasi bahan bangunan bagian B.
3) SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton.
4) SNI 03-2458-1991 : Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton
segar.
5) SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.
6) SNI 03-2492-1991 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dilabo-
ratorium.
7) SNI 03-2496-1991 : Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk
beton.
8) SNI 03-2834-1992 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
9) SNI 03-4810-1998 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji di Lapangan.
10) SNI 15-2049-1994 : Semen Portland.
11) ANSI / AWS D1.4 : Tata cara pengelasan Baja tulangan.
12) ASTM A 184 M : Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang
difabrikasi untuk tulangan beton bertulang.
13) ASTM A 496-9 : Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang.
14) ASTM A 500 : Standar spesifikasi untuk jaring kawat las ulir untuk beton bertulang.
15) ASTM A 615M : Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk
beton bertulang.
16) ASTM A 645M-96a : Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir dan polos Tulangan
baja untuk beton bertulang.
17) ASTM A 82 : Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan
beton
18) ASTM A 82-94 : Standar spesifikasi untuk jaringan kawat baja untuk Beton
bertulang.
19) ASTM C 31-91 : Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji
beton di lapangan.
20) ASTM C 33 : Standar spesifikasi agregat untuk beton.
21) ASTM C 33-93 : Standar spesifikasi untuk agregat beton.

PT. PENTA REKAYASA C- 28


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

22) ASTM C 39-93a : Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.
23) ASTM C 494 : Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.
24) ASTM C 685 : Standar spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran
volume dan pencampuran menerus.
25) AASTHO M153-70 : Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan dari
gabus untuk lapisan beton dan konstruksi struktur.
26) AASTHO M173-60 : Pengendap sambungan beton, tipe elastis yang dituang
panas.
27) ACI 318-05 : Building Code Requirements for Structural Concrete.
28) AISC-LRFD-05 : American Institute of Steel Construction – Load and Resistance
Factor Design tahun 2005.

4.3 Formwork Beton

4.3.1 Perencanaan Formwork.


1) Tanggung Jawab
Perencanaan formwork, shoring, dan pembongkarannya serta keamanan
konstruksinya dari setiap bagian formwork dan setiap bagian dari perancah
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2) Kekuatan menahan beban.
Perencanaan konstruksi formwork harus dapat menahan pembebanan pada
kombinasi terburuk dari Berat total formwork + penulangan + beton dengan :
Beban selama masa konstruksi termasuk efek dinamik dari pemasangan,
pemadatan, dan lalu lintas konstruksi.
Beban angin
3) LendutanFormwork yang diijinkan.
Lendutan maximum formwork harus <1/400 x bentang (untuk beton ekspos) dan
< 1/360 x bentang (untuk struktur beton lainnya).

4.3.2 Bahan cetakan beton


Cetakan beton untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal 12 mm
atau plywood tebal 15 mm, atau pelat besi atau fiberglasssesuai kebutuhan cetakan
untuk elemen-elemen konstruksi. Cetakan harus diperkuat agar mendapatkan
kekuatan dan kekakuan yang sempurna. Khusus untuk cetakan kolom harus dipasang
sabuk dari besi atau kayu sesuai kebutuhan.

4.3.3 Keserasian bentuk cetakan


1) Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang dikehendaki menurut
gambar rencana. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kekuatan dan kese-
rasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang
mungkin akan timbul pada waktu pemakaian.
2) MK dapat mengafkir suatu bagian dari cetakan yang tidak dapat diterima dalam
segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera membuang bentuk yang diafkir
dan menggantinya atas bebannya sendiri.

PT. PENTA REKAYASA C- 29


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.3.4 Konstruksi Cetakan


1) Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan lain selama penuangan
beton sampai dengan cetakan beton tersebut dilepas.
2) Semua cetakan beton harus kuat dan kaku sehingga tidak dapat bergerak secara
berlebihan, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal..

4.3.5 Konstruksi Perancah / steiger / scaffolding


1) Bahan Perancah
Perancah harus dibuat dari pipa baja/besi yang bermutu baik sesuai standar
pabrik dan tidak diperkenankan memakai kayu atau bambu.
2) Perancangan Perancah
Kontraktor harus menyerahkan gambar rancangan konstruksi perancah dan
sistem pendukungnya atau sistem lainnya secara detail termasuk perhitungannya
kepada MK untuk mendapat persetujuan. Pekerjaan pergecoran beton tidak boleh
dilaksanakan sebelum gambar rancangan konstruksi perancah tersebut disetujui.
3) Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
4) Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat dan kaku yang bertumpu
pada landasan yang baik dan kuat sehingga tidak akan timbul kemungkinan
penurunan cetakan selama pelaksanaan pekerjaan beton.
5) Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan
yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya-gaya yang
bekerja padanya sedemikian rupa sehingga pada akhir pekerjaan beton,
permukaan dan bentuk konstruksi beton harus sesuai dengan bentuk dan
kedudukan yang direncanakan.
6) Bila konstruksi perancah pada saat pekerjaan pengecoran beton berlangsung
menunjukkan tanda-tanda penurunan sehingga menurut pendapat MK hal itu
akan menyebabkan kedudukan dan peil akhir permukaan beton tidak sesuai
dengan gambar rencana atau dapat membahayakan keamanan konstruksi, maka
MKdapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan Kontraktor untuk memperbaiki konstruksi
perancah tersebut sampai betul-betul kuat untuk kemudian dilakukan pengecoran
kembali. Biaya yang timbul akibat hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

4.3.6 Penyimpanan cetakan dan material cetakan


Material cetakan dan cetakan yang belum dipasang harus disimpan di lokasi yang
bersih dari tanah.

4.3.7 Bahan Pelepas Cetakan


Sebelum adukan beton dituang kedalam cetakan, seluruh permukaan cetakan harus
dilapisi dengan nonstaining oil (bahan pelepas)sehingga dapat mencegah secara efek-
tif lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton.
Bahan ini jangan sampai mengenai baja tulangan atau dek beton karena dapat
mengakibatkan berkurangnya daya lekat antara tulangan dengan beton.

4.3.8 Logam Yang Tertanam Dalam Beton


Logam yang tertanam sebagai angkur untuk peralatan atau barang-barang lain pada
konstruksi beton harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.

PT. PENTA REKAYASA C- 30


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Logam berulir yang tertanam harus terbuat dari besi tempa, dilengkapi baut
dengan panjang penuh sesuai persetujuan MK.
2) Angkur-angkur Penggantung untuk konstruksi plafon, langit-langit harus
digalvanisir, dari suatu tipe yang disetujui oleh MK.
3) Angkur-angkur untuk pasangan batuan (kalau ada) harus dipasang sesuai
kebutuhan pekerjaan pasangan batuan.

4.3.9 Construction Joints


Kontraktor harus menyediakan cetakan baja dengan detail sambungan kunci dengan
Vulcan screed, Burke Keyed Cold Joint form atau bahan lain yang sejenis.

4.3.10 Control Joints


Control joints harus dapat dipotong atau disiapkan dengan menggunakan Keyed Cold
joint form atau alat-alat lain yang disetujui. Kontraktor harus menyiapkan joint
sebagaimana tertera pada gambarrencana atau sesuai petunjukMK.

4.3.11 Pelaksanaan Pekerjaan Formwork Secara Umum


1) Dalam pekerjaan perancangan, pemasangan, dan pengangkatan formwork, harus
mengikuti ACI 301, ACI 318, dan ACI 347. Kontraktor harus melakukan
perancangan,melaksanakan pengangkatan, membuat penunjang atau pengaku
serta menyiapkan pendukung formwork dan shoring sehingga dapat mendukung
seluruh beban.Kontrktor harus menempatkan formwork dengan tepat dan teliti
yang dibantu dengan menggunakan peralatan ukur survei sehingga beban-beban
dari formwork dan pendukungnya bisa ditahan oleh struktur beton dengan aman.
2) Pada saat pengangkatan rangkaian rangka tulangan beton, Kontraktor harus
yakin bahwa tidak ada bagian dari unsur vertikal yang keluar dari toleransi
kelurusan lebih dari 10 mm.
3) Apabila dikehendaki permukaan beton yang berprofil, pasanglah dalam cetakan
potongan kayu, blocking, nailers, dan sebagainya, sehinggadapat menghasilkan
permukaan-permukaan yang sesuai dengangambar rencana. Lapisi dengan
bahan pelepas cetakan. Cetakan harus menghasilkan tekstur yang seragam jika
digunakan untuk permukaan beton yang diekspos.
4) Cetakan kolom dapat dibentuk dan ditempatkan sampai dengan elevasi bawah
balok, segera setelah pelat penyangga mencapai setting awal.
5) Pengikat cetakan harus berada pada tempat dan interval yang secara aman dapat
menahan cetakan pada posisinya selama pengecoran beton, dan dapat menahan
berat dan tekanan dari beton basah.
6) Buat cetakan untuk setiap dan semua hal dari pekerjaan beton yang disyaratkan
untuk atau dalam hubungan dengan penyelesaian yang memuaskan dari proyek,
apakah setiap hal tersebut ditunjukkan (mengacu secara spesifik) ataupun tidak.
7) Jangan menempatkan lubang pipa pada kolom atau balok kecuali dinyatakan
dalam gambar struktur.
8) Lapisi permukaan kontak cetakan dengan bahan lapisan nonstaining oil sebelum
penulangan dipasang,tulangan jangan sampai terlapisi oleh bahan lapisan ini.
Lakukan pekerjaan pelapisan ini sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Cetakan
yang mempunyai bercak karat tidak dapat diterima.

4.3.12 Toleransi Pelaksanaan.

PT. PENTA REKAYASA C- 31


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Hasil pekerjaan akhir harus sesuai dengan toleransi dari ACI 301 dan ACI 347 yang
diuraikan sebagai berikut :
1) Toleransi Untuk Struktur Beton bertulang
Variasi dari plumb/kelurusan vertikal
 Pada garis dan permukaan kolom, tiang, dinding, dan bagian-bagian dalam
yang muncul/menonjol :
Setiap 3 meter :maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan :maksimum 25 mm.
 Untuk kolom sudut yang diekspos : alur control joint grooves, dan garis-garis
lainnya yang ditonjolkan :
Setiap 6 meter :maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan :maksimum 12 mm.
Variasi dari tingkat yang disebutkan dalam gambar rencana.
 Pada sisi bawah pelat, atap, sisi bawah balok diukur sebelum penyangga
dilepas :
Setiap 3 meter :maksimum 6 mm.
Setiap bentang atau setiap 6 meter :maksimum 10 mm.
Untuk panjang keseluruhan :maksimum 19 mm.
 Pada kolom/balok praktis, sills, parapet, alur yang diekspos horisontal, dan
garis lainnya yang diekspos :
Setiap bentang atau setiap 6 meter :maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan :maksimum 12 mm.
Variasi pada garis lurus gedung terhadap posisinya yang ditetapkan pada denah
dan posisi yang berkaitan dari kolom, dinding, dan partisi :
 Setiap bentang :maksimum 12 mm.
 Setiap 6 meter lari :maksimum12 mm.
 Untuk panjang keseluruhan :maksimum 12 mm
Variasi pada ukuran dan lokasi sleeve, bukaan lantai, dan bukaan dinding
:maksimum 6 mm.
Variasi pada ukuran penampang kolom, balok, tebal pelat, dan dinding :
 Minus :maksimum 6 mm.
 Plus :maksimum 12 mm.
Variasi dalam injakan tangga :
 Pada injakan tangga :
Tanjakan :maksimum 3 mm.
Injakan :maksimum 6 mm.
 Pada anak tangga yang berurutan :
Tanjakan :maksimum 1.5 mm.
Injakan :maksimum 3 mm.
2) Toleransi dalam struktur beton massa :
Variasi dari garis lurus konstruksi dari posisi yang telah ada dalam rencana
 setiap panjang 6 meter :maksimum 12 mm.
 Setiap panjang 12 meter :maksimum.19 mm.
Variasi dari dimensi dari tampilan struktur secara tersendiri dari posisi yang ada:
 Pada panjang 24 meter :maksimum 32 mm.
 Pada konstruksi yang tertanam :maksimum dua kali dari angka diatas (64
mm).

PT. PENTA REKAYASA C- 32


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.3.13 Pelaksanaan Formwork Dengan Chamber


1) Cetakan-cetakan dengan chamber untuk pelat dan balok harus sesuai dengan
pedoman ACI 301, ACI 347. Toleransi chamber harus sesuai dengan persyaratan
pada butir 4.3.13, juga harus sesuai dengan ketentuan yang tertera pada gambar
rencana bila ada.
2) Apabila tidak disebutkan dalam gambar rencana, besaran dari chamber cetakan
harus mengikuti tabel di bawah ini :

CHAMBER KE ATAS
BAGIAN DIUKUR DI
(% DARI BENTANG)
Pelat 0,10 Tengah
Balok 0,10 Tengah
Balok dan Pelat
0,30 Ujung Bebas
Kantilever

3) Berat dari konstruksi beton basah harus dipertimbangkan baik-baik didalam


memperhitungan lendutan formwork.
4) Permukaan atas beton juga harus dibentuk anti lendut untuk menjaga ketebalan
dan profil beton.

4.3.14 Kerusakan-kerusakan pada permukaan cetakan yang harus dihindari.


1) Cetakan harus bebas dari cacat permukaan untuk menjaga agar permukaan beton
bebas dari kerusakan. Pada sudut yang terekspos agar dipasang chamfer/kayu
siku-siku ukuran 20 mm.
2) Untuk mencegah kebocoran pada cetakan, gunakan karet/gasket, sumbat lubang-
lubang pada cetakan dan pada sambungan-sambungan coak dalam formwork
agar dapat mencegah rembesan/keluarnya air semen dari cetakan pada waktu
pengecoran beton.

4.3.15 Benda yang tertanam.


Kontraktor harus menyediakan sisipan-sisipan, gantungan-gantungan,lubang-lubang
sleeve, angkur dan lain-lain. Tempatkan angkur dengan menggunakan pelat dudukan
dengan dua buah mur untuk menjaga posisinya agar tetap stabil.

4.3.16 Pelat-pelat baja yang terbenam


Untuk detail-detail dimana terdapat plat baja yang harus terbenam dalam beton,
pasang dan stabilkan pelat yang terbenam, pasang bearing plate dan angkur sesuai
gambar rencana agar tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada waktu pelaksanaan
pengecoran.

4.3.17 Construction dan Control Joints


1) Construction joints dan control joints harus dipasangsesuai dengan peraturan ACI
318.
2) Pasang jarak sambungan pada slab-on-grade di bawah partisi apabila
memungkinkan dan tidak boleh lebih dari 6.0 meter antara satu dengan yang
lainnya, kecuali jika ditentukan lain.
3) Kontraktor harus menyediakan construction joint tipe kunci dengan dalam 38 mm
pada setiap tepi pelat, balok, dinding, dan elemen bagian bawah.

4.3.18 Pembersihan

PT. PENTA REKAYASA C- 33


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Kontraktor harus menyediakan lubang yang cukup pada bagian dasar dari cetakan
vertikal dan semua cetakan lainnya yang diperlukan untuk menyediakan tempat
pembersihan dan observasi dari bagian cetakan sebelum dilakukan pengecoran
beton. Lokasi pembersihan ditentukan oleh MK.

4.3.19 Pembongkaran Bekisting dan Support


1) Cetakan sudah bisa dibongkar jika bagian struktur beton pada cetakan tersebut
sudah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan beban
konstruksi yang dipikulnya. Kekuatannya harus ditunjukan dari hasil tes beton
sesuai dengan uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat dalam buku ini yang
dibuktikan dengan perhitungan.
2) Pada elemen struktur yang menerima beban melampaui beban rencana dan/atau
apabila pembongkaran cetakan dilakukan lebih awal akan menyebabkan elemen
struktur mengalami bahaya yang lebih besar dengan apa yang sudah
diperkirakan, maka cetakan yang demikian sebaiknya tidak dibongkar dulu selama
kondisi ini tetap berlangsung. Pembongkaran bekisting pada bagian struktur yang
terbebani oleh beban yang mendekati beban rencana, harus dilakukan dengan
tindakan sangat hati-hati.
3) Harus tersedia alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka
cetakan beton tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai
4) Periode minimum cetakan sebelum dilakukan pembongkaran tidak boleh kurang
dari tabel dibawah ini.

PERIODE MINIMUM SEBELUM 
JENIS FORMWORK 
FORMWORK DIBONGKAR 

  
Formwork vertikal untuk kolom, dinding dan Sisi  24 Jam 
samping balok‐balok besar 
  
Penumpu Balok    
‐ Bentang Bersih < 3 m  7 hari 
‐ Bentang Bersih 3 m ‐ 6 m  14 hari 
‐ Bentang Bersih > 6 m  21 hari 
       
Penumpu Pelat    
‐ Bentang Bersih < 3 m  4 hari 
‐ Bentang Bersih 3 m ‐ 6 m  7 hari 
‐ Bentang Bersih > 6 m  10 hari 
       
Penumpu Balok dan Pelat Kantilever      
‐ Bentang Bersih < 3 m  17 hari 
‐ Bentang Bersih > 3 m  21 hari 
     
Dasar pada formwok balok dengan Penumpu 
ditinggal      
‐ Bentang Bersih < 3 m  4 hari 
‐ Bentang Bersih 3 m ‐ 6 m  7 hari 
‐ Bentang Bersih > 6 m  11 hari 

PT. PENTA REKAYASA C- 34


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

  
Dasar pada formwork pelat denga Penumpu 
ditinggal    
‐ Bentang Bersih < 3 m  3 hari 
‐ Bentang Bersih 3 m ‐ 6 m  4 hari 
‐ Bentang Bersih > 6 m  5 hari 

Pada saat pencopotan formwork dasar pelat/balok, pencopotan dan pemasangan


kembali Penumpu dilakukan secara satu per satu, tidak secara serentak dan tidak
diijinkan adanya beban hidup yang bekerja pada lantai yang ditinjau.

4.3.20 Ketentuan-ketentuan bukaan pada formwork.


Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan bukaan-bukaan pada formwork beton
untuk mengakomodasi pekerjaan dari disiplin lain sesuai gambar rencana atau sesuai
petunjuk MK. Apabila harus membuat bukaan yang tidak terdapat dalam gambar
rencana, terlebih dulu harus mendapat persetujuanMK.

4.3.21 Pembersihan cetakan


Sebelum pengecoran dilakukan, seluruh permukaan cetakan yang akan diisi adukan
beton harus dibersihkan dari serpihan-serpihan kayu, kotoran, puing-puing atau
benda-benda lainnya yang dapat merusak kekuatan beton.

4.3.22 Reshoring
Segera setelah pembongkaran cetakan, pelat dan balok harus di support penuh
(reshore) sampai beberapa lantai dibawahnya, sebaiknya dilakukan sistem 1 lantai di
shore dan 2 lantai reshore. Reshore dapat tetap dilakukan sampai beton mencapai
tegangan tekan 28 hari.

4.3.23 Pemakaian Ulang Material


Agar cetakan dapat dipakai secara berulang, cetakan harus dalam kondisi bersih dan
baik serta harus ditempatkan dengan baik dan rapih.

4.4 Baja Tulangan

4.4.1 Definisi
Baja tulangan adalah hot rolled steel bar, cold reduced steel wire atau steel fabric yang
mempunyai komposisi, manufactur, sifat kimia dan fisis yang sesuai.

4.4.2 Ketentuan Baja Tulangan


1) Besi tulangan harus diberi label yang jelas sesuai dengan ‘bar schedule” dan
acuan bar mark.
2) Hot rolled mild steel bar : sesuai dengan standar BS4449 atau ASTM A615
3) Hot rolled high yield steel deformed bar : sesuai dengan standar BS4449.
4) Cold reduced steel wire : sesuai dengan standar BS4482.

4.4.3 Mutu baja tulangan


1) Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran harus sesuai dengan
standard Indonesia untuk baja tulangan yaitu SNI 2052:2017 atau ASTM A
645M-96a atau ASTM A 615M, dan harus disetujui oleh MK.

PT. PENTA REKAYASA C- 35


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur gedung ini adalah
sesuai dengan yang tercantum di dalam gambar kerja, yaitu BJTS 420B untuk
Struktur Atas (Kolom, balok dan pelat) dan BJTS 520 untuk Struktur bawah
(Pilecap & Tiebeam) dan sengkang & ties kolom.

4.4.4 Penyediaan Baja Tulangan


1) Sumber baja tulangan yang akan dipakai harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Perencana.
2) Sumber baja tulangan yang akan dipakai dapat berasal dari Baja Tulangan KS
(Krakatau Steel), MS (Master Steel) atau DP (Delco Prima).
3) Kontraktor harus bertanggungjawab dan menjamin bahwa semua baja tulangan
yang dikirim ke lapangan berasal dari satu sumber.
4) Selain baja tulangan harus berasal dari satu sumber, Kontraktor juga harus
bertanggung jawab terhadap pemenuhan spesifikasinya untuk seluruh batang
baja tulangan.
5) Semua material baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari
Lokasi Proyek.

4.4.5 Pengujian Kualitas dan Mutu Baja Tulangan


1) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas/mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi hasil
pengujian dari Laboratorium yang secara khusus ditujukan untuk keperluan
proyek ini. Sertifikat hasil pengujian tersebut meliputi :
Sertifikat asli yang berisi pernyataan komposisi kimia baja tulangan yang
diperoleh dari pabrik pembuat.
Hasil pengujian untuk tiap-tiap diameter baja tulangan yang diperoleh dari
laboratorium pengujian lokal yang independen sesuai dengan BS4449.
Sertifikat dan hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada MK.
2) Setiap jumlah pengiriman 25 ton baja tulangan, harus dilakukan pengujian periodik
minimal 2 sampel benda uji untuk setiap diameter batang baja tulangan yang
terdiri dari 1 sampel benda uji untuk uji tarik, dan 1 sampel benda uji untuk uji
lengkung. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh MK.
3) Semua pengujian tersebut diatas yang meliputi uji tarik dan uji lengkung, harus
dilakukan di Laboratorium yang direkomendasikan oleh MK dan minimal harus
sesuai dengan SII-0136-84. Salah satu standar uji yang dapat dipakai adalah
ASTM a-615. Semua biaya pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4.4.6 Penyimpanan dan Kebersihan Baja Tulangan


1) Penyimpanan baja tulangan harus diletakkan tanpa menyentuh muka tanah dan
harus dicegah jangan sampai terkontaminasi oleh material lain.
2) Baja tulangan harus bersih dan bebas dari bintik karat, karat lepas, minyak dan
bahan lain yang dapat menyebabkan pengaruh negatif pada tulangan dan beton
atau mengakibatkan berkurangnya lekatan diantara keduanya.
3) Kontraktor harus mencegah agar tulangan tidak mengalami kontak langsung
dengan cuaca yang dapat menyebabkan noda karat pada permukaan batang
tulangan.

PT. PENTA REKAYASA C- 36


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4) Untuk tulangan yang berbeda mutunya ”HARUS” ditempatkan pada tempat


penyimpanan yang berbeda. (Tulangan BJTS 420B tidak boleh disimpan
bersamaan dengan tulangan BJTS 520). Perakitan tulangan juga di tempat
berbeda untuk mutu yang berbeda. Kontraktor bertanggungjawab agar tulangan
tersebut tidak sampai tertukar penggunaannya.

4.4.7 Pelaksanaan Pekerjaan baja tulangan


1) Besi beton harus dipasang dengan tepat dan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan agar tetap tepat berada ditempatnya, maka
tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-
blok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.
2) Cakar ayam perenggang sebagai dudukan untuk tulangan pelat bagian atas dan
tulangan dinding, harus dipasang setiap jarak 1 m, kecuali apabila didetailkan lain
dalam gambar rencana.
3) Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
4) Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar,
maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini kontraktor diwajibkan
meminta persetujuan terlebih dahulu dari MK.
5) Tulangan yang menunjukkan tanda-tanda retak tidak boleh digunakan.
6) Tulangan tidak boleh disisipkan ke dalam beton yang sedang dituang.
7) Cetakan-cetakan dan garis cetakan tidak boleh rusak ketika pemasangan
tulangan.
8) Pemotongan dan Pembengkokan
Secara umum, pemotongan dan pembengkokan baja tulangan harus sesuai
dengan BS4466, bar schedule dan detail yang tersedia.
Membengkokan tulangan harus dilakukan dengan mesin pembengkok yang telah
disetujui.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas alat pembengkok manual di Lokasi proyek
untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di Lapangan.
Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk
dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar rencana.
Semua batang tulangan harus dibengkokan dalam keadaan dingin.
Pembengkokan tulangan dengan cara pemanasan (hot bending) tidak diijinkan.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan
cara yang dapat merusak bahannya. Batang tulangan dengan bengkokan yang
tidak ditunjukkan dalam gambar rencana tidak boleh dipakai.
Galvanise
Tulangan yang digalvanis harus sesuai dengan BS729 dan harus dilakukan
setelah pemotongan, tetapi sebelum pembengkokan tulangan.
Stek tulangan yang terpasang tidak boleh dibengkokan tanpa persetujuan dari
MK.
9) Sambungan baja tulangan.

PT. PENTA REKAYASA C- 37


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Bentuk dan system penyambungan baja tulangan harus sesuai dengan gambar
rencana.
Overlap pada sambungan-sambungan tulangan utama minimal harus sesuai
dengan standar detail penulangan pada gambar kerja.
Overlap pada sambungan-sambungan untuk batang tulangan sekunder minimal
harus sesuai dengan standar detail penulangan pada gambar kerja.
Pengelasan Pada Sambungan Struktural
 Pengelasan pada sambungan struktural tidak diijinkan, kecuali dengan
persetujuan khusus dari MK.
 Penyambungan dengan Las titik pada batang tulangan tidak diijinkan,
kecuali dalam keadaan terpaksa akan tetapi harus mendapat persetujuan
MK.
 Penyambungan dengan Las titik pada tulangan bergalvanis tidak diijinkan.
Mechanical Joints
 Mechanical joint digunakan hanya pada posisi yang ditunjukan dalam
gambar rencana kecualiditentukan lain dan telah disetujui oleh MK.
 Metode pemasangan mechanical joint harus sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
 Semua sambungan mechanical harus mampu menahan minimum 125%
dari kekuatan leleh besi tulangan.

4.5 Beton

4.5.1 Jaminan Mutu Beton


Mutu beton atau mutu dari material bahan beton yang dikirim ke lokasi proyek dan
campuran adukan beton yang dihasilkan serta tata cara pelaksanaan pekerjaan
konstruksi beton, harus dimonitor dan dikendalikan dengan baik sehingga memenuhi
persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum
dalamgambar rencana, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini serta memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang ada pada standar rujukan sesuai pasal 4.2.

4.5.2 Mutu Beton


Mutu beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur gedung ini adalah sesuai
dengan yang tercantum di dalam gambar kerja.

4.5.3 Persyaratan Semen.


1) Semua semen harus Cement Portland tipe I yang sesuai dengan persyaratan
dalam Peraturan ASTM C150, SNI 15-2049-1994 dan SII.0013-82, NI-8.
2) Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan harus dipakai untuk
seluruh pekerjaan.
3) Semen yang dipergunakan dapat berupa semen dalam zak (kantong) atau berupa
semen curah
4) Pemeriksaan semen
Setiap waktu apabila dikehendaki, MK dapat memeriksa semen yang disimpan
dalam gudang atau silo. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh MK dalam pengambilan contoh-contoh semen tersebut guna
pemeriksaan. Semen yang tidak dapat diterima dari hasil pemeriksaan MK, tidak
boleh dipergunakan atau harus diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak dapat diterima (tidak memuaskan) telah
dipergunakan untuk campuran beton, maka MK dapat memerintahkan Kontraktor

PT. PENTA REKAYASA C- 38


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

untuk melakukan pembongkaran terhadap beton tersebut dan diganti dengan


beton baru denganmemakai semen yang telah disetujui oleh MK. Biaya yang
timbul akibat kelalaian tersebut diatas dan biaya penyediaan semen untuk
kebutuhan pemeriksaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Semen yang disimpan dalam gudang atau silo lebih dari 60 hari, tidak boleh
dipakai lagi dalam pekerjaan.

5) Tempat Penyimpanan
Penyimpanan semen harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang waktu dan
perletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.
Gudang tempat penyimpanan harus sesuai untuk penyimpanan semen dan setiap
saat harus terlindung dengan aman terhadap kelembaban udara. Tempat
penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu
pengambilan.
Gudang tempat penyimpanan harus berlantai kuat dan mempunyai ruang yang
cukup luas untuk menyimpan tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah dan
dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau
kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah. Perletakan semen dibuat dengan
ketinggian minimal 30 cm dari permukaan lantai dan harus menyediakan
jalan yang mudah untuk mengambil contoh dan memindahkannya. Sak-sak
Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
Untuk mencegah penyimpanan semen dalam gudang terlalu lama, hendaknya
mempergunakan semen menurut urutan kronologis sesuai penerimaan semen.
Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan dari
kiriman lainnya.
Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus disediakan untukmenimbang
semendidalam gudang guna keperluan penyelidikan.
Jika semen yang dipergunakan berupa semen curah, penyimpanan semen harus
didalam silo yang memiliki ventilasi udara yang memadai untuk menghindari
penggumpalan sewaktu semen tersebut akan dipergunakan

4.5.4 Persyaratan Agregat (Pasir dan Kerikil)


1) Penimbunan pasir dan kerikil harus diatur sedemikian rupa sehingga timbulnya
pemisahan agregat atau pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat
dihindari serta bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain
pada waktu ada banjir atau air rembesan.
2) Pasir dan Kerikil yang kotor atau bercampur diantara keduanya yang disebabkan
karena penyimpanan/penimbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam
melaksanakan pengamanan sesuai ketentuan tersebut diatas harus dilakukan
pengolahan sehingga memenuhi persyaratan sebagai bahan beton.
3) Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindahkan dari tempatnya/timbunannya,
kecuali bila diperlukan untuk digunakan.
4) Agregat halus (Pasir).
Agregat halus yang dipakai untuk pekerjaan beton bangunan ini adalah pasir
alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau berupa pasir darat.Agregat
halus harus bersih, bergradasi baik dan harus memenuhi persyaratan dalam
ASTM C33.
Timbunan pasir harus bebas dari semua tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan
lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah dan pasir yang tidak dapat
dipakai harus dibuang. Penimbunan pasir harus diatur dan dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak mutu pasir.

PT. PENTA REKAYASA C- 39


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasir harus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan
dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi
yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% (lima persen) berat pasir.
Pasir harus mempunyai 'modulus kehalusan butir antara 2 sampai 32 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
Saringan No. Persentase satuan timbangan
tertinggal di saringin
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3- 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan 16 adalah 20 persen atau


kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8
dapat naik sampai 20 persen.
5) Agregrat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat
kasar harus bersih dan bergradasi baik sesuai dengan ASTM C33, dan SII,
dengan ukuran Agregat sesuai dengan ACI 318.
Kebersihan dan Mutu
Agregat kasar harus bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis
atau panjang-panjang. Harus bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari
substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase
dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3% (tiga persen) dari
beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak
berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1% (satu persen), maka agregat kasar
harus dicuci.
Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm,
sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat.
 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan 10% berat.
Jika hasil pemeriksaan oleh MK ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi,
maka agregat kasar harus disaring atau diolah kembali tanpa ada biaya tambahan
untuk pekerjaan ini.
6) Pemeriksaan dan pengujian
Kontraktor harus menyerahkan kepada MK contoh masing-masing agregat
seberat 15kg sebagai sampel untuk bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan. Penyerahan harus dilakukan sedikitnya 14 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton dimulai.
Pengujian agregat halus dan agregat kasar harus sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan dalam ASTM C33, ACI 318 dan SII.

4.5.5 A i r.

PT. PENTA REKAYASA C- 40


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan koto-
ran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak kekuatan beton.
2) Air harus diuji mutunya di Laboratorium pengujian yang ditentukan oleh MK, untuk
menetapkan memenuhi atau tidaknya sebagai bahan campuran beton. Air yang
sama juga digunakan untuk membersihkan mixer beton dan truk pengangkut
adukan beton.

4.5.6 Kadar Air


1) Tidak diijinkan adanya entrained-air di dalam beton untuk pondasi.
2) Kecuali dispesifikasikan lain, sediakan kadar entrained-air 5% (lima persen) plus
minus 1% dan 1,5% untuk berat beton normal dengan syarat mutu lebih kecil dari
K-500.

4.5.7 Material Khusus


Material khusus yang dibuat oleh Pabrik harus mendapat persetujuan MK dan harus
sesuai dengan kualitas serta kinerja yang ditentukan oleh pabrik. Instruksi dan
spesifikasi yang diterbitkan oleh pabrik material tersebut merupakan bagian dari
Spesifikasi ini. Sediakan sertifikat dari pabrik atau supplier material yang sesuai
dengan standar ASTM dan ACI yang memenuhi persyaratan dari edisi terakhir.

4.5.8 Air Entraining Agent


Kontraktor harus menyediakan air entaining agent jika diperlukan atau
disyaratkan.Penggunaanair entaining agent harus mengikuti ketentuan dan syarat
dari ASTM C260

4.5.9 Curing Compound


1) Acrylic curing compound dengan kadar minimum 20% menurut ASTM 309 dapat
dipakai sesuai pilihan Kontraktor.
2) Wet curing sesuai pada ASTM AASHO M 182, diijinkan untuk dipakai.

4.5.10 Joint Sealant


1) Kontraktor harus menyediakan high quality traffic bearing two-part polyurethane
atau plysulfide sealant.
2) Kontraktor harus menyerahkan sertifikat uji dari pabrik untuk setiap tipe joint
kepada MK untuk disetujui.

4.5.11 Klasifikasi Beton


1) Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps :
5kr.
2) Adukan beton untuk seluruh struktur bangunan/gedung ini kecuali untuk lantai
kerja harus memakai beton Ready Mixed.
3) Seluruh pekerjaan beton untuk struktur atas harus menghasilkan permukaan
beton yang halus (tidak keropos).

4.5.12 Komposisi Campuran Beton


1) Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi

PT. PENTA REKAYASA C- 41


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik sesuai Tata
cara pembuatan rencana campuran beton, SNI 03-2834-2000.
2) Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, harus dipakai "campuran yang
direncanakan" (designed mix). Campuran yang direncanakan dihasilkan dari
percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan.
3) Banyaknya semen yang diperlukan dalam komposisi campuran beton adalah
minimal 320 kg untuk setiap m3 (meter kubik) adukan beton.
4) Ukuran maksimum agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian jenis
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran agregat kasar harus ditetapkan sepraktis mungkin sehingga
tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
5) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
mutu, harus ditetapkan setiap saat selama pekerjaan berjalan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
6) Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi, harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan
adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain
ditentukan oleh faktor air semen.
7) Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan, kekedapan, keawetan
dan kekuatan yang dikehendaki.
8) Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan
maka secara umum faktor air semen ditentukan sebagai berikut:
Faktor air semen untuk pondasi, balok sloof, lantai basement, dinding basement,
maksimum 0,45.
Faktor air semen untuk kolom, balok, pelat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank / parapet, maksimum 0,50.
Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap, dan tempat-tempat basah lainnya
maksimum 0,55.
9) Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan agar dihasilkan suatu
mutu yang sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton
dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai
bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari MK.
10) Apabila dikehendaki, perbandingan campuran beton dapat dirubah untuk tujuan
penghematan, workability, kepadatan, kekedapan dan kekuatan. Kontraktor tidak
berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian.
11) Pengujian beton akan dilakukan oleh MK atas biaya Kontraktor.

4.5.13 Mix-Design Beton.


1) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan mix-design
beton.
2) Siapkan bahan pembuat adukan beton secara proporsional untuk melaksanakan
mix-design beton menurut ACI 328 Bab 5, sesuai jumlah jenis mutu beton yang
direncanakan.

PT. PENTA REKAYASA C- 42


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Laksanakan pekerjaan mix-design beton untuk setiap mutu beton yang tercantum
dalam gambar rencana atau sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) ini.
4) Laporan hasil pekerjaan mix-design beton sebanyak 3 (tiga) rangkap untuk
masing-masing mutu beton yang direncanakan harus diserahkan kepada MK
untuk direview
5) Laporan hasil pekerjaan mix-design beton harus memuat hal-hal sebagai berikut
:
Tipe dan jumlah material
Slump
Kadar air
Berat isi beton segar
Analisis gradasi agregat
Kuat tekan beton
Lokasi pengecoran pada struktur bangunan
Metoda pengecoran
Metoda curing/perawatan
Kuat tekan beton pada umur 7 dan 28 hari
Rasio air/semen
6) Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari supplier beton, yang menerangkan
bahwa material yang digunakan telah memenuhi spesifikasi ASTM. Mix-design
yang tidak sesuai dengan yang direncanakan akan ditolak.
7) Untuk batch beton di lapangan, kontraktor harus melakukan uji percobaan pada
mix-design yang disetujui dilaboratorium lapangan, untuk mengetahui workability,
slump, drying shrinkage, kekuatan, dan kepadatan beton.
8) Setelah uji percobaan di laboratorium selesai dengan memuaskan, percobaan
skala penuh dengan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pekerjaan
permanen harus dilakukan. Jika diperlukan, uji coba harus dilanjutkan dengan
modifikasi mix design sampai hasilnya sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS) ini.
9) Mass mix-design beton (untuk pondasi dangkal, dinding, pelat, dan mat yang
memiliki ketebalan ≥ 60 cm). Proporsi harus sesuai dengan ACI 21.1.1 dengan
persyaratan sebagai berikut :
Rasio air/semen maksimum = 0,45
Ukuran maksimum agregat kasar adalah diameter nominal 38 mm.
Pemakaian abu terbang sampai maksimum 15% dari volume total absolut material
yang mengandung semen direkomendasikan.
Kandungan udara harus antara 2.5% + 1%
Slump harus antara 100 mm + 25 mm sebelum penambahan high range water
reducer, slump maksimum adalah 150 mm + 25 mm.

4.5.14 Pengujian Beton dan Benda-benda Uji.


1) Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan SNI tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bilamana tidak ditentukan lain kuat
tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari benda uji silinder
diameter 15 cm panjang 30 cm yang diuji pada umur 28 hari sesuai Metode
pengujian kuat tekan beton, SNI 03-1974-1990.

PT. PENTA REKAYASA C- 43


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa mutu


karakteristik dari pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil yang lebih
besar dari yang direncanakan sesuai dengan yang ditentukan di dalam SNI 03-
1974-1990.
3) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan atau ruangan yang aman
untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton selama curing. Kontraktor harus
menyerahkan detail dari ruangan penyimpanan kepada MK untuk disetujui.
Ruangan harus dilengkapi dengan pintu yang kuat dan kunci dengan mutu yang
baik. Jalan masuk ke ruangan harus dibatasi/dijaga dan hanya untuk MK dan
orang yang sudah diberi kekuasaan oleh MK.
4) Sampel benda uji dan uji kekuatan harus dilaksanakan sesuai ASTM C-172 dan
ASTM C-31
5) Sampel Benda Uji Silinder
Kuat tekan beton harus ditentukan dengan pengujian standar sampel benda uji
silinder, yang diuji pada umur 28 hari setelah pencampuran.
Sampel benda uji harus diambil dari beton segar untuk membuat silinder-silinder
uji dan setiap sampel harus diambil dari satu batch.
Jumlah sampel dari beton segar harus diambil sedikitnya seperti yang diuraikan
dibawah ini dan minimal satu sampel harus diambil dari setiap mutu beton yang
diproduksi pada setiap hari. Banyaknya pengambilan sampel dari produksi atau
pengiriman adukan beton adalah sebagai berikut :
 Adukan beton untuk struktur kolom, dinding geser, bearing wall, kantilever
dengan panjang lebih dari 3 meter dan elemen-elemen kritis lainnya,
pengambilan sampel adalah 1 sampel untuk setiap 10 m3 adukan beton.
 Adukan beton untuk struktur raft solid, pile cap, sloof dan dinding beton
penahan tanah, pengambilan sampel adalah 1 sampel untuk setiap 50 m3
adukan beton.
 Adukan beton untuk struktur lainnya selain yang disebutkan pada kedua butir
tersebut diatas, pengambilan sampel adalah 1 sampel untuk setiap 25 m3
adukan beton.
Dari setiap sampel beton, minimal harus dibuat 4 silinder benda uji sesuai dengan
ASTM.
Setiap silinder benda uji harus diberi nomor dalam urutan seri dan nomor seri tidak
boleh digandakan atau dihilangkan.
Kepada setiap benda uji harus dilakukan curing dengan sempurna baik di
Lapangan maupun di Laboratorium sampai benda uji silinder siap untuk diuji.
Pada umur 7 (tujuh) hari setelah pencampuran, satu benda uji silinder harus diuji
untuk mengetahui kuat tekan beton.
Pada umur 28 (duapuluh delapan) hari setelah pencampuran, 2 silinder harus diuji
terhadap kuat tekannya sesuai dengan ASTM. Kuat tekan rata-rata setiap
pasangan silinder yang dibuat dari sampel yang sama adalah sebagai hasilnya.
Silinder keempat harus disimpan sebagai cadangan.
Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukkan kekuatan beton pada umur
awal untuk memungkinkan terjadinya formwork cycling.
Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukkan 56 hari kekuatan beton yang
dispesifikasikan.
6) Kriteria Penerimaan
Mutu beton yang dikehendakisesuai Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
baru dinyatakan tercapai jika hasil uji individu dan hasil uji rata-rata dari seluruh
overlapping set dari 3 uji yang berurutan (setiap uji terdiri dari 2 silinder) memenuhi

PT. PENTA REKAYASA C- 44


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

kriteria yang dispesifikasikan dalan mutu beton seperti yang ditunjukkan pada
gambar rencana.
Jika ada lebih dari 4 hasil uji, rata-rata dari setiap set yang terdiri dari empat uji
yang berurutan, harus diperiksa dan dihitung untuk memenuhi setiap kali hasil uji
baru diperoleh,dengan menggunakan hasil uji itu dan 3 hasil uji yang berurutan.
Jika hanya ada 2 atau 3 hasil uji yang tersedia, hasil-hasil tersebut harus disajikan
untuk kepentingan dari butir ini seakan-akan ada 4 uji berurutan.
Tingkat kekuatan dari kelas individual beton dianggap memenuhi jika kedua
persyaratan berikut dipenuhi :
 Rata-rata kekuatan dari semua set yang terdiri dari 3 uji kekuatan yang
berurutan, harus sama atau melebihi fc’ yang direncanakan.
 Tidak ada kekuatan uji individu (rata-rata dari 2 silinder) yang berada di
bawah fc’ desain dikurangi 3.5 MPa.
7) Apabila terjadi pada struktur beton yang sudah dilaksanakan ternyata memiliki
mutu beton yang dinyatakan lebih rendah dari yang direncanakan dan dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas beban masih mungkin untuk
dikurangi, maka agar ditentukan metode pengujian untuk membuktikan daya
dukung beton yang aktual, Pengujian yang dilakukan harus sesuai dengan
peraturan-peraturan berikut :
Hammer test harus sesuai dengan peraturan ASTM C-305-79
Test core drill harus sesuai dengan peraturan ASTM C42-77
Uji pembebanan harus sesuai dengan peraturan ACI 318-77
8) Pengujian Core
Jika beton yang diperiksa secara visual dicurigai atau mutu beton yang
dispesifikasikan tidak memenuhi persyaratan pada butir 4.5.14.6 (Kriteria
Penerimaan), kuat tekan beton dalam struktur dapat ditentukan dengan mengebor
sejumlah cores beton pada lokasi yang tepat.
Jika disyaratkan, cores dengan diameter sekurang-kurangnya 2 inch harus diuji
sesuai dengan ASTM C42. sekurang-kurangnya tiga cores yang dapat mewakili,
harusdiambil dari tiap elemen atau daerah yang dianggap potensial kurang baik.
Lokasi dari cores harus ditentukan oleh MK ditempat yang terjadi pengurangan
kekuatan struktur. Jika sebelum pengujian, satu atau lebih cores menunjukkan
bukti telah terjadi kerusakan struktur, semuanya harus digantikan dengan core
baru. Beton pada daerah yang diwakili oleh core test akan dipertimbangkan dapat
memenuhi syarat kekuatan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Rata-rata kekuatan core harus lebih besar atau sama dengan 85% dari
kekuatan fc yang direncanakan.
 Tidak ada hasil test satu core pun yang lebih kecil dari 75% kekuatan fc yang
direncanakan.
Core yang dibor dari dalam beton harus disiapkan dan diuji sesuai dengan
“methode of Obtaining and Testing Drilled Cores and Saved Beams of Concrete
(ASTM C42)”. Pada kasus tertentu, core tersebut harus diambil untuk setiap uji
kekuatan yang melebihi 500 psi pada fc yang ditentukan. Tidak ada penyesuaian
yang boleh dilakukan untuk kekuatan yang didapat dari pengukuran ini
sehubungan dengan umur core pada saat diuji.

4.6 Pelaksanaan pekerjaan Beton

4.6.1 Pembuatan adukan Beton


Komposisi campuran bahan beton sebagai hasil dari mix-design, pencampurannya
harus dibuat di Plant.

PT. PENTA REKAYASA C- 45


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Batching
Proporsi campuran diukur tersendiri dengan timbangan dan alat yang sesuai serta
harus menyediakan corong dan mekanisme penimbangan. Jika semen yang
digunakan adalah semen curah, harus menyediakan alat kedap air terpisah,
corong dan mekanisme penimbangan harus disediakan juga. Satu set lengkap
dari pemberat untuk pengujian mekanisme penimbangan harus disimpan pada
batching plant.
Mekanisme penimbangan harus akurat sampai setengah dari satu persen pada
kondisi operasional dan skala-skala harus disediakan serta dapat dibaca dengan
mudah oleh operator.
Air harus ditambahkan ke dalam campuran dari reservoir terpisah dan harus
benar-benar dikontrol dengan penyesuaian terhadap kelembaban didalam
agregat. Jika penggunaan bahan aditif diijinkan oleh MK, maka harus
disediakan/digunakan dispenser terpisah sebagaimana yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat bahan aditif tersebut.

2) Pecampuran
Mixing plant harus mempunyai wadah (drum) yang dapat menampung
keseluruhan material dari batch dan air dan mencampurnya hingga tercapai
konsistensi yang homogen dalam jangka waktu yang dapat diterima. Jangka
waktu ini harus diterapkan di lapangan dengan percobaan yang didasarkan pada
rekomendasi pabrik mixer-plant.
Wadah mixer harus berupa konstruksi yang sedemikian rupa sehingga dapat
mengeluarkan keseluruhan campuran dengan cepat tanpa adanya tumpahan.
Mixing plant yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki.
Mixing plant yang disentralisir (batching mixing plant) harus diatur sedemikian
hingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator.
Mixing plant tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
Tiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur
waktu dan menghitung jumlah adukan.

4.6.2 Pengiriman / Pengangkutan Beton.


1) Pengiriman beton dari mixing plant ke lapangan harus dilaksanakan sedemikian
sehingga segregasi dan kehilangan beton tidak terjadi.
2) Waktu antara dari saat semen dan air dicampurkan ke dalam mixer sampai
dengan pelaksanaan pengecoran adalah maksimum 1 (satu) jam.
3) Kapasitas corong, waktu pencampuran, dan saat pengiriman harus sedemikian
rupa sehingga semua campuran beton yang dikirim tidak melebihi waktu yang
ditentukan sesuai butir 4.6.2, 2).

4.6.3 Penambahan Air pada Pekerjaan di Lapangan


Air yang memenuhi syarat sebagai bahan beton dapat ditambahkan ke adukan hanya
apabila rasio air semen maksimum yang diijinkan ataupun slump maksimum, belum
terlampaui.

4.6.4 Pengecoran Beton


1) Kontraktor harus membuat jadwal pengecoran dan harus diserahkan kepada MK
sebelum pekerjaan beton dimulai.
2) Sebelum pengecoran beton, formwork, tulangan beton dan benda-benda yang
akan ditanam dalam beton harus sudah selesai dilaksanakan sesuai yang
direncanakan danharus diteliti serta harus mendapat persetujuan dari MK.

PT. PENTA REKAYASA C- 46


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Permintaan untuk penelitian/pengecekan sekaligus permintaan izin untuk


pelaksanaan pengecoran harus diserahkan kepada MK paling lambat 48 jam
sebelum rencana pelaksanaan pengecoran beton.
4) Sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan kontraktor harus menentukan
metoda dari cara pengecoran serta pengontrolan temperatur dan cara perawatan,
yang harus diserahkan kepada MK untuk mendapatkan persetujuan.
5) Seluruh permukaan form workyang terbuat dari bahan-bahan yang menyerap air
ketika akan dilakukan pengecoran harus dibasahi dulu dengan air sampai merata
sehingga kelembaban/kadar air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.
6) Sebelum pengecoran beton, semua permukaan form work yang akan dicor beton
harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan-bahan lepas.
7) Permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu atau permukaan beton existing
ketika akan dicor beton baru harus dikasarkan, harus bersih dan lembab. Pada
sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat/lem beton yang disetujui oleh
MK. Pembersihan permukaan beton lama terdiri dari pembuangan
semua kotoran, beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang
menutupinya, dan genangan-genangan air harus dibuang sebelum beton baru
dicor.
8) Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang
akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.
9) Beton boleh dicor hanya waktu MK atau wakilnya yang ditunjuk serta staf
Kontraktor yang akhli ada ditempat kerja, dan persiapan pengecoran betul-betul
telah memadai.
10) Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton pada waktu
penuangan beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi,
atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak
diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi,
Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk
mengontrol jatuhnya beton.
11) Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1,5 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak
lebih dari 30 cm. MK mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran dengan tebal lapisan 30 cm tidak dapat memenuhi ketentuan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
12) Tidak diizinkan mengalirkan beton dengan menggunakan vibrator. Gunakan
elephant trunks, tremi, atau alat lainnya yang disetujui MK
13) Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras/lama yang dapat
mengakibatkan spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint dan air semen atau
spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
14) Siapkan tempat untuk deposit, mix, pengangkutan dan cure beton sesuai ACI 301,
304 dan 318.
15) Gerobak dorong adukan beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan
tepat dalam slump yang direncanakan dan memenuhi syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Selain
peralatan tersebut diatas, juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung
lancarnya pengecoran terutama bagi lokasi lokasi dengan ruang gerak yang
terbatas.
16) Tidak boleh menggunakan peralatan dari alumunium untuk penempatan dan
finishing beton.

PT. PENTA REKAYASA C- 47


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.6.5 Pemadatan Beton


1) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakkan dalam cetakan.
2) Dalam pemadatan setiap lapisan beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan
yang terletak dibawahnya.
3) Waktu penggetaran atau membenamkan vibrator didalam coran beton harus
secepat mungkin. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terjadinya
pemisahan antara bahan beton dengan airnya.
4) Konsolidasikan beton sesuai ACI 301 dan ACI 309 segera sesudah dicor.
5) Sediakan vibrator cadangan untuk keperluan mendadak di lapangan selama
pengecoran beton.
6) Vibrator yang digunakan baik elektrik maupun pneumatik, tipe immersion, yang
bekerja pada 7000 rpm untuk diameter kepala vibrator <180 mm dan 6000 rpm
untuk diameter kepala vibrator > 180 mm. Vibrator-vibrator tersebut harus
mempunyai amplitudo yang cukup untuk menghasilkan konsolidasi yang cukup.

4.7 Benda-Benda Yang Ditanam Dalam Beton

4.7.1 Semua benda/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur, kait dan pekerjaan
lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.

4.7.2 Semua benda/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser atau berubah posisi selama pelaksanakan
pengecoran beton.

4.7.3 Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda/
peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut diharuskan
tidak boleh terisi beton, harus ditutupi dengan bahan yang mudah dilepas.

4.8 Suhu

4.8.1 Suhu beton pada saat pengecoran/dituang tidak boleh lebih dari 32º C dan tidak
boleh kurang dari 4,5º C. dan suhu maksimum beton selama curing tidak melebihi
80°C

4.8.2 Kontrol dan Monitor Suhu Beton


Tindakan pencegahan dan pengendalian suhu yang diperlukan seperti yang
disyaratkan, harus dilaksanakan oleh kontraktor untuk meyakinkan bahwa suhu beton
pada saat pengecoran tidak melampaui 32°C pada saat discharge, dan suhu
maksimum beton selama curing tidak melebihi 80°C. Tindakan pencegahan dan
pengendalian suhu harus dilakukan dan tidak terbatas pada cara-cara pengendalian
suhu seperti diuraikan dibawah ini:
1) Pelaksanaan pengecoran pada waktu malam hari
2) Low-heat-of-hidration portland atau blended cement.
3) Pozzolan.
4) Pengurangan suhu beton awal sampai + 10°C dapat dilakukan dengan cara
mendinginkan bahan-bahan campuran beton :

PT. PENTA REKAYASA C- 48


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Mendinginkan mixing water (air pencampur).


Meletakkan es pada campuran.
Mendinginkan agregat.
5) Mendinginkan beton dengan menggunakan pipa pendingin yang dibenamkan.
6) Menggunakan formwork untuk rapid head dissipation.
7) Water curing.
8) Low lifts, 1,5 m atau kurang selama pengecoran.
9) Uji Laboratorium harus memonitor peningkatan panas yang terjadi pada beton
selama periode curing sampai saat tertentu yang memperlihatkan bahwa suhu
maksimum beton telah tercapai. Perbedaan suhu maksimum antara beton bagian
dalam dengan permukaan beton tidak boleh lebih dari 20ºC.
10) Kontraktor harus menyerahkan hasil uji laboratorium tentang monitoring
peningkatan suhu beton kepada MK untuk mendapatkan persetujuan. Laporan
akhir harus diserahkan dimana laporan tersebut memperlihatkan hasil dari
monitoring suhu.

4.9 Pemasangan Pipa, Saluran Listrik dan lain-lain yang tertanam didalam
beton

4.9.1 Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi


kekuatan struktur beton dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan didalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

4.9.2 Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain didalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail didalam gambar rencana. Didalam
beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang akan dilewati pipa.

4.9.3 Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak dibenarkan
untuk menanam saluran listrik didalam struktur beton.

4.9.4 Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik atau bagian-bagian yang
tertanam dalam beton terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka
Kontraktor harus segera mendiskusikan hal ini dengan MK.

4.9.5 Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan baja
tulangan dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran
tanpa izin tertulis dari MK.

4.10 Pekerjaan Sparing

4.10.1 Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan
gambar rencana dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

4.10.2 Tempat-tempat dari sparing yang akan dilaksanakan bila tidak ditunjukkan dalam
gambar rencana, maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari MK.

4.10.3 Bilamana sparing (pipa, dll.) berpotongan dengan tulangan, maka baja tulangan
tersebut tidak boleh ditekuk, dipotong atau dipindahkan tanpa persetujuan dari MK.

4.10.4 Semua sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pelaksanaan pengecoran beton.

PT. PENTA REKAYASA C- 49


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.10.5 Semua sparing harus dilindungi atau ditutup dengan bahan yang mudah
dibuka/dicabut sehingga tidak akan terisi beton waktu pelaksanaan pengecoran.

4.11 Construction Joint

4.11.1 Dapatkan persetujuan MK terlebih dahulu untuk menggunakan dan menentukan lokasi
joint. Sediakan construction joints sesuai dengan ACI 318. tempatkan joint sehingga
tidak terlalu mengurangi kekuatan struktur.

4.11.2 Sediakan construction joints tipe key wey dengan kedalaman 38 mm pada ujung dari
tiap penempatan untuk pelat lantai, balok, dinding dan pondasi dangkal.

4.11.3 Buang partikel-partikel lepas dan latency dari permukaan beton sebelum
menempatkan lift selanjutnya. Kasarkan permukaan sampai kedalaman yang cukup
untuk mengekspos beton yang baik.

4.12 Control Joint

4.12.1 Dapatkan persetujuan MK untuk penempatan control joint. Jangan gunakan control
joints pada frame floor atau pelat komposit.

4.12.2 Sediakan control joints pada slab on grade dengan jarak tidak lebih dari 6m.
koordinasikan lokasi dengan pekerjaan lainnya. Control joint dapat dipotong apabila
pemotongan dilaksanakan 24 jam setelah penempatan beton. Pemotongan harus
dengan kedalaman sama dengan ¼ tebal pelat dengan lebar 3 mm. Tulangan utama
tidak boleh diteruskan melewati control joints.

4.12.3 Sediakan control joint pada dinding dengan jarak+ 7,5 m. koordinasikan lokasi dengan
MK. Control joint harus berbentuk V groove. Keaduanya menghadap ke dinding
dengan kedalaman minimum 20 mm.

4.12.4 Untuk pelat yang luas dan pengecoran dinding, construction joints harus digunakan
untuk mengurangi retak yang diakibatkan oleh panas dan penyusutan. Kontraktor
harus menyerahkan rencana dan jadwal yang menunjukkan lokasi dan jadwal
pengecoran beton, construction joints dan pour strips sebelum pekerjaan dimulai. Pour
strip tidak boleh dicor sampai minimum 7 hari setelah panel yang berdekatan dicor.
Kontraktor harus memberi waktu untuk hal ini dalam jadwalnya.

4.13 Perlindungan (Protection)

4.13.1 Kontraktor harus melindungi beton segar yang baru dicor dari pengeringan prematur
dan dari temperatur yang amat tinggi atau amat rendah. Kontraktor harus menjaga
agar kehilangan kelembaban beton minimum terjadi pada temperatur yang relatif
konstan, yang diperlukan untuk penghidrasian semen dan pengerasan beton.

4.13.2 Pada cuaca panas dan dalam udara berangin, Kontraktor harus melindungi beton
segar dari panas matahari langsung dan angin sampai finishing akhir telah selesai.
Sediakan semen finishers dalam jumlah yang cukup untuk melengkapi dan
menyelesaikan seluruh pelat dalam waktu yang optimum.

4.13.3 Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum


penerimaan terakhir oleh MK.

PT. PENTA REKAYASA C- 50


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.14 Perawatan (Curing) Beton Secara Umum


Lakukanlah prosedur curing segera setelah pengecoran beton selesai dikerjakan.
Perawatan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada dalam ACI
308.Seluruh beton harus dirawat (cured) dengan air atau material lain yang khusus
dibuat untuk perawatan beton seperti yang diuraikan dibawah ini.

4.14.1 Tempatkan atau tutup dengan kain basah dan polyethylene curing blankets pada
seluruh permukaan beton dan alirkan atau semprotkan air ke permukaan penutup
dengan menggunakan sprinker.Curing harus dilaksanakan selama 7 hari berturut-
turut,usahakan agar beton tetap dalam keadaan lembabdan suhu beton tidak boleh
melebihi 30oC.Air yang digunakan untuk curing harus air yang memenuhi Persyaratan
Bahan Beton.

4.14.2 Formwork yang berhubungan dengan beton harus dijaga agar tetap basah selama
periode perawatan. Apabila formwork dilepaskan dalam periode perawatan, beton
harus di rawat sampai berakhirnya masa perawatan tersebut dengan water curing atau
bahan lain sesuai persetujuan MK.

4.14.3 Apabila digunakan acrylic curing compound, harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat. Gunakan acrylic curing compound pada permukaan beton yang
terbuka (tidak terlindungi oleh formwork). Perawatan dengan cara iniharus
dipertahankan agar permukaan beton tetap lembab selama 5 hari.

4.14.4 Jika cetakan dibuka sebelum beton telah sepenuhnya dirawat, segera berikan resin
base curing compound ke seluruh permukaan yang terbuka. Berikan campuran
perawatan secara merata dan seragam pada kecepatan yang tidak kurang dari
kecepatan peng-coveran yang direkomendasikan oleh pabrik.

4.14.5 Bekisting jangan dibuka lebih dulu jika campuran perawatan tidak dipergunakan.

4.14.6 Jangan menggunakancuring compound pada daerah yang akan menerima material
finishing yang tidak menempel pada beton yang telah dirawat dengan curing
compound kecuali apabila curing compound dapat larut dalam air.

4.14.7 Pada kondisi suhu tinggi dan berangin, hindari penguapan air campuran beton dengan
cepat dan kemungkinan terjadinyaplastic shrinkage craking, dengan menggunakan
penghambat penguapan atau fog spray.

4.14.8 Pada kondisi cuaca dingin ikuti prosedur yang direkomendasikan pada ACI 306 dan
ACI 308. Apabila sealer tidak digunakan setelah curing blanket dilepaskan,
semprotkan 2 lapis liquid membrane curing compound. Apabila digunakan sealer,
curing compound tidak diperlukan.

4.14.9 Kondisi Lingkungan


Laksanakan pengecoran pada cuaca panas sesuai ACI 305. lindungi beton dari
kekeringan dan suhu berlebihan untuk 7 hari pertama. Lindungi beton segar dari angin.

4.15 Beton Massa (Mass Concrete)


Yang dimaksud dengan beton massa adalah segala konstruksi beton yang berdimensi
cukup besar sehingga diperlukan pelaksanaan dan perawatan secara khusus
terutama dalam pengendalian suhu terhadap panas yang ditimbulkan akibat proses
hydrasi semen. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton massa ini selain harus mengikuti
persyaratan pelaksanaan dan perawatan beton secara umum sebagaimana yang
diuraikan dalam buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, juga harus
mengikuti persyaratan pelaksanaan dan perawatan khusus sebagai berikut:

PT. PENTA REKAYASA C- 51


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4.15.1 Persyaratan Khusus Pelaksanaan.


1) Faktor air semen (w/c ratio) untuk beton massa harus lebih kecil dari 0,40.
2) Kontraktor harus menyediakan drainase sementara pada bagian-bagian samping
dari konstruksi beton masa, sehingga pada saat pelaksanaan dapat terbebas dari
genangan-genangan air baik air tanah maupun air hujan.
3) Pengecoran beton massa harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal. Tebal
maksimum setiap lapisan tidak boleh lebih dari 60 cm agar pada saat pemadatan
lapisan kedua dan seterusnya, maka lapisan permukaan dibawahnya masih
terkena getaran alat pemadat (vibrator)
4) Pelaksanaan pengecoran beton massa harus dilaksanakan secara terus menerus
tanpa terputus sampai konstruksi tersebut selesai, dicor secara monolit (stop cor
vertikal).
5) Cara menggunakan alat pemadat (vibrator) harus sesingkat-singkatnya berada
didalam coran beton, begitu vibrator sudah mencapai kedalaman yang
dikehendaki harus segera dicabut kembali. Apabila Kontraktor menggunakan SSC
maka vibrator tidak diperlukan lagi.
6) Pada saat pengecoran,didalam beton massa harus ditanam thermocople cable
(nikel dan tembaga) yang nantinya akan dihubungkan dengan alat ukur suhu
digital untuk mengukur suhu beton baru.
7) Jumlah pemasangan thermocople cable untuk 1 (satu) konstruksi beton massa
harus disesuaikan dengan bentuk beton massa itu sendiri sesuai dengan gambar
rencana, akan tetapi minimal harus dipasang di 3 (tiga) lokasi pada daerah
diantara 10 cm diatas lapisan tulangan bawah dan 10 cm dibawah lapisan
tulangan atas.
8) Pemasangan thermocople cable harus pada lokasi-lokasi yang dapat mewakili
sebagai berikut :
2 (dua) muka pada bagian ujung.
1 (satu) muka pada bagian tepi.
Pada bagian tengah.
9) Banyaknya thermocople cable yang dipasang untuk masing-masing konstruksi
beton massa adalah sesuai dengan gambar rencana.

4.15.2 Perawatan Beton Massa (Mass Concrete)


1) Segera setelah pengecoran selesai maka seluruh permukaan beton baik di atas
maupun di samping harus ditutup 3 lapis stereofoam, yaitu tebal 2”, tebal 1” dan
tebal 1” (2”+1”+1”).
2) Sebelum stereofoam 2” dipasang, terlebih dahulu harus dipasang plastik tidak
berwarna di atas beton massa yang sudah dicor. Demikian juga di antara lapisan-
lapisan stereofoam harus dipasang plastik tidak berwarna. Terakhir plastik tidak
berwarna harus dipasang di atas stereofoam paling atas.
3) Selain permukaan beton massa harus diberi penutup plastic dan sterofoam, juga
harus dilindungi dari hujan dan sinar matahari dengan memasang tenda atau
terpal.
4) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton dan pemeriksaan dalam proses
perawatan beton, maka segera setelah pengecoran beton massa dilaksanakan
temperatur permukaan dan temperatur didalam beton harus diukur dengan
menggunakan peralatan monitoring (alat ukur) suhu digital.
5) Pelaksanaan monitoring suhu beton massa dilaksanakan sebagai berikut :

PT. PENTA REKAYASA C- 52


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Selama 24 jam pertama setelah pengecoran, pembacaan dilaksanakan setiap 2


jam.
Selama 48 jam berikutnya pembacaan dilaksanakan setiap 3 jam.
Selama 7 hari berikutnya pembacaan dilaksanakan sebanyak 4 kali sehari yaitu
pagi pukul 09.00, siang pukul 12.00, sore pukul 17.00 dan malam pukul 20.00.
6) Perbedaan suhu masing-masing thermocouple untuk satu konstruksi beton massa
harus selalu dijaga dan harus lebih kecil dari 20 derajat Celsius serta penurunan
suhunya tidak boleh lebih dari 12 derajat Celsius per hari.
7) Apabila temperatur dibagian dalam beton mulai meningkat, maka perawatan
beton harus dilakukan sedemikain rupa sehingga selisih suhu beton bagian dalam
dan bagian permukaan tetap harus dijaga agar selalu lebih kecil dari 20 derajat
celcsius.
8) Pengendalian retak suhu
Keretakan-keretakan pada beton yang timbul akibat perbedaan suhu didalam
dengan suhu permukaan harus dihindari/dicegah dengan cara melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
Penyiraman agregat campuran beton dengan menggunakan air es, penambahan
es atau nitrogen cair pada campuran beton.
Melakukan pendinginan beton bagian dalam yaitu dengan cara mengalirkan air
dalam pipa-pipa yang dipasang pada bagian dalam beton.
Pemasangan isolasi (penahan suhu) pada permukaan beton sehingga dapat
menahan dan melepas panas secara perlahan-lahan agar pendinginan suhu
permukaan beton dapat terkendali.
9) Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan suhu yang fluktuatif dari beton
massa, dapat menggunakan metode buka tutup lapisan insulasi, namun harus
diperhatikan selisih temperatur setelah pembukaan lapisan insulasi. Jika
temperatur terlalu cepat turun pada pengukuran setelah pembukaan insulasi,
maka lapisan insulasi harus dipasang kembali karena dapat menimbulkan thermal
shock, selisih perbedaan suhu harus dijaga kurang dari 20 derajat celcius,
sehingga diperlukan monitoring yang intensif untuk metode ini.
10) Stek tulangan kolom dan dinding beton harus ditutup dengan pasir dan dibungkus
dengan plastik untuk mencegah pengeluaran panas secara cepat.
11) Setelah temperatur didalam beton stabil (tidak terjadi peningkatan lagi), maka
permukaan beton harus tetap ditutupi dengan terpal atau plastik dan sterofoam
atau bahan isolasi lainnya untuk menjaga agar beton permukaan tidak mengalami
pendinginan lebih cepat oleh pelepasan panas diudara sehingga tidak terjadi
kontraksi yang akan menjadi kekangan terhadap pengembangan volume beton
bagian dalam yang masih panas, atau penurunan temperatur yang mendadak
dibagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut dibuka
permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang mendadak.
12) Pekerjaan struktur atasnya dapat dilanjutkan setelah suhu beton massa stabil.

4.16 Perbaikan dan penyelesaian akhir struktur beton

4.16.1 Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan
yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan,
atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini dan harus dibuang dan diganti oleh
Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila MK memberikan izin untuk menambal

PT. PENTA REKAYASA C- 53


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang
tercantum dalam pasal-pasal berikut.

4.16.2 Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos,
ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu
gerinda.

4.16.3 Setiap daerah yang rusak harus ditutup atau diperbaiki. Perbaikan daerah yang rusak
dengan menggunakan non shrink grout. Buang daerah yang rusak dengan diameter >
50 mm dan dengan kedalaman >25 mm pada beton yang telah mengeras. Buatlah tepi
dari potongan tegak lurus terhadap permukaan beton.

4.16.4 Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi
pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga bahan pengisi akan terikat
(terkunci) ditempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam
sebelum dicor.

4.16.5 Apabila menurut pendapat MK hal-hal yang tidak sempurna terjadi pada bagian-
bagian konstruksi yang akan terlihat dan jika dengan penambalan saja akan
menghasilkan permukaan yang kelihatannya tidak memuaskan, kontraktor diwajibkan
untuk menutupi seluruh permukaan (dengan spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ke-
tebalan yang tidak melebihi 1 cm. Demikian juga pada bidang-bidang permukaan
yang berbatasan (yang bersambungan) dengan bidang permukaan yang diperbaiki
sesuai dengan instruksi dari MK.

4.16.6 Perlu diperhatikan untuk setiap permukaan bidang yang datar, batas toleransi
kelurusan (pencekungan atau pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000
untuk semua komponen.

4.16.7 Permukaan beton cor ditempat yang diekspos, baik dicat maupun tidak, harus diberi
smooth rubbed finish. Buatlah permukaan menjadi halus dan seragam serta bebas
dari form patches, fins, protusions, bulges, form nailing dimples, edge grain mark,
cleanout pockets, dan daerah permukaan yang berongga.

4.16.8 Metal ties termasuk form speaders harus dipotong.Apabila diperlukan, tutup bekas
lubang form tie dengan sempurna sehingga tidak terlihat perbedaannya. Penutupan
pada beton bertekstur harus dilakukan secara manual dengan tangan seperti yang
dipersyaratkan agar cocok dengan permukaan yang disambung.

4.16.9 Perbaikan kerusakan/keropos kecil pada permukaan beton yang tidak diekspos yaitu
dengan menutup bagian yang keropos atau permukaan yang rusak, kemudian
diratakan sehingga menyatu dengan permukaan disekitarnya.

4.16.10 Permukaan yang tersembunyi harus meliputi beton di bawah lapisan penutup dan
beton yang akan ditutup dengan lapisan penutup yang bukan cat atau material penutup
lainnya yang fleksibel, dan tersembunyi dari pandangan pada finished structure.

4.17 Finishing permukaan beton

4.17.1 Referensi Standar


1) Ameriocan Concrete Institute (ACI).
301-84 : Specification for Structure Concrete for Buildings.
308-71 : Standard Practice for curing Concete.

PT. PENTA REKAYASA C- 54


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) American Society for Testing and Materials (ASTM).


C144-93Aggregate for Masonry Mortar.
C171-92Sheet Materials for Curing Concrete.
C309-93Liquid Membrane-Forming Compounds for Curing Concrete.
E1155-87Test Method for Determining Floor Flatness and Levelness Using the
F-number System (Inch-Pound Units).

4.17.2 Persyaratan pengiriman matrial


Pengiriman curing compound, concrete hardener, sealer, dan slip-resistant coating
harus dalam keadaan tersegel, asli dari pabrik pembuat yang dilengkapi dengan
instruksi pengaplikasian

4.17.3 Jaminan produk


1) Harus dilengkapi dengan jaminan tertulis dari pabrik pembuat curing compound
yang menyatakan bahwa curing compound tersebut kompatibel dan tidak akan
memberi pengaruh buruk pada cat, hardener-dustproofer, sealer-dustproofer dan
waterproofing yang digunakan di proyek selama pengaplikasian dilakukan.
2) Harus dilengkapi dengan jaminan tertulis dari pabrik pembuat floor hardener
compound yang menyatakan bahwa pelat lantai yang diberi floor hardener akan
bebas dari pengikisan karena abrasi dan dapat tahan pada pemakaian selama
periode 5 tahun.

4.17.4 Persyaratan material


1) Curing Compound : membrane-forming curing compound tipe cair sesuai ASTM
C309, Tipe I, Kelas A Kehilangan cairan tidak boleh lebih dari 0,055 gr/cm2 ketika
diaplikasikan pada 18,5m2/3, 785 liter.
Euclid Chemical Co. “Ecocure”.
Cormix Construction Chemicals “Sealco 309”.
L&M Construction Chemicals L&M Cure.
Master Builders “Masterseal”.
Sonneborn “Kure-N-Seal”.
2) Curing Mats : lapisan berdaya serap tinggi terbuat dari 340 gr/m2 lapisan
penyerap ditutupi pada kedua sisinya dengan 284 gram burlap.
3) Curing paper : ASTM C171, kertas kraft tahan air yang diperkuat polyethylene film,
atau lembaran white-burlap-polyethylene.
4) Pasir : ASTM C144 : pasir alam yang bersih.
5) Hardener-Dustproofer :
Euclid Chemical Co. “Surfhard”.
Cormix Construction Chemicals “Hardtop”.
L&M Construction Chemicals “Fluohard”.
Master Builders “Saniseal”.
Sonneborn “Lapidolith”.
6) Sealer-Dustproofer
Euclid Chemical Co. “Sealco 800”.
Cormix Construction Chemicals “Dress & Seal”.
Master Builders “ Masterseal”.
Napco Construction Chemicals “Napco Seal HS”.

PT. PENTA REKAYASA C- 55


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Sonneborn “Kure-N-Seal, 0800”.

4.17.5 Pelaksanaan Finishing Pada Permukaan Yang Datar (Horizontal).


1) Atur screed untuk mencapai kemiringan, jalur, dan elevasi seperti yang
ditetentukan dalam gambar rencana. Atur elevasi screed dengan peralatan
surveyor.
2) Finishing Kasar :
Buat finishing kasar pada permukaan pelat monolit yang akan diberi penutup
lantai atau mortar sebagai lapisan dasar ubin dan material finishing lainnya,
sebagaimana yang disyaratkan.
Setelah pengecoran pelat selesai, ratakan bidang permukaan, buat kemiringan
permukaan seragam untuk drainase bilamana diperlukan. Setelah dilakukan
levelling, kasarkan permukaan bidang dengan sikat yang kaku, sapu atau pengait
sebelum beton mengalami final.
3) Float Finish :
Untuk permukaan pelat monolit yang diberi trowel finish, permukaan pelat harus
ditutupi dengan membrane atau cairan waterproofing, membrane atau fluid roofing
atau bilamana ditentukan lain.
Permukaan finishing yang diberi topping atau pads sebagaimana disebutkan
untuk trowel finish, pada butir 4.17.5, 4) langkah 1 dan 2, toleransi kelas B, dan
langkah 3 sebagai berikut :
Langkah 3 :Setelah perataan dengan mesin selesai, pelat diratakan dengan
menggunakan kayu yang digerakkan dengan tangan.
Lakukan finishing pada permukaan pelat agar dapat diberi lapisan mortar, lantai
kayu, lantai granit, lapisan porselen, waterproofing, lantai quarry, lantai marmer,
lantai batu bata sebagaimana disebutkan untuk trowel finish, langkah 1 sampai
dengan 3, kelas B dan langkah 4 adalah sebagai berikut :
Langkah 4 :Setelah perataan dengan mesin selesai, pelat diratakan
menggunakan kayu yang digerakkan dengan tangan.
4) Trowel Finish
Lakukan trowel finish pada permukaan pelat monolit yang di ekspos dan
permukaan pelat yang ditutupi dengan lantai berpegas, karpet, lantai keramik,
lantai batuan, atau sistem lapisan film tipis lain sebagai berikut :
Tuangkan beton dan padatkan seluruhnya serta atur permukaan pada ketinggian
yang dikehendaki.
Ratakan permukaan dengan mesin perata Power Driven Tipe Disc yang telah
disetujui. Padatkan permukaan sampai halus dan lakukan perataan sampai
rongga pada permukaan sepenuhnya tertutup dengan mortar.
Setelah perataan selesai dan beton telah cukup keras, trowel dengan mesin
troweling baja sampai permukaan rata seluruhnya dan bebas dari lubang atau
ketidak sempurnaan lainnya.
Lakukan troweling dengan mesin sampai pelat mulai menghasilkan suara
berdering, difinishing dengan hand trowel baja untuk mendapatkan permukaan
yang keras bebas dari cacat permukaan.
5) Trowel dan Fine Broom Finish :
Dilakukan bila keramik atau lantai batuan akan dipasang dengan lapisan tipis
mortar, kemudian segera diikuti dengan menggaruk permukaan dengan
penyapuan yang baik.
6) Non Slip Broomed Finish :

PT. PENTA REKAYASA C- 56


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Buat finishing trotoir eksterior, pelat beton eksterior, injakan dan ramp, pelat
tempat parkir dan jalan laululintas kendaraan dengan kemiringannya kurang dari
6% sebagaimana disebutkan untuk trowel finish, langkah 1 sampai dengan 3,
toleransi, kelas B dan langkah 4, sebagai berikut
Langkah 4 : Setelah perataan dengan mesin pada langkah 3 selesai, sapulah
permukaan pelat dengan sikat serat berbulusecara perlahan, untuk
menyeragamkan tekstur yang akan disetujui Arsitek. Garis sapu tegak lurus ke
arah lalu lintas.

4.17.6 Finishing Permukaan Yang Lainnya


1) Umum
Tarik form ties dan lepaskan snap ties sekurang-kurangnya berjarak 25 mm
terhadap permukaan beton. Basahi lubang tie dan isi dengan semen grout agar
benar-benar tidak dapat dimasuki air.
Buang tonjolan-tonjolan dan kupas daerah yang keropos (honeycombed) serta
daerah yang mengalami kerusakan. Gunakan bonding agent pada permukaan
tersebut yang telah dibersihkan dengan baik untuk menjamin terjadinya adhesi
dan lekatan antara permukaan tersebut dengan semen grout.
2) Finishing dalam bentuk kasar
Buat finishing dalam bentuk kasar untuk membentuk permukaan beton yang tidak
diekspos dan di Area parkir kecuali diindikasikan lain. Ini adalah permukaan beton
yang memiliki tekstur terpisah dari cetakan material yang digunakan, dengan
lubang tie dan daerah yang rusak diperbaiki dan ditambal serta tonjolan-tonjolan
dengan tebal melebihi 6 mm dipapas atau diratakan.
3) Finishing dalam bentuk halus
Buat finishing dalam bentuk halus untuk permukaan beton yang diekspos (kecuali
dikehendaki lain), atau yang akan dilapisi dengan material pelapis yang langsung
diberikan ke beton, seperti sistem kedap air, tahan lembab, pengecatan atau
sistem lain.Ini adalah permukaan beton seperti yang tercetak yang diperoleh
dengan memilih material pelapis, disusun dengan teratur dan simetris dengan
lapisan penutup yang minimum. Perbaiki dan tambal daerah yang rusak, tonjolan
dan fins harus dibuang dan diperhalus kembali.
4) Smooth Rubbed Finish
Berikan smooth rubbed finish ke permukaan beton yang sebelumnya telah
diberikan finishing dalam bentuk halus, tidak lebih dari 1 hari setelah bekisting
dibuka.Basahi permukaan beton dan gosok dengan bata carborundum atau
bahan abrasice lainnya sampai diperoleh warna dan tekstur yang seragam.
Jangan gunakan semen grout selain dari yang dihasilkan oleh proses rubbing.
5) Related Unformed Surfaces
Permukaan ujung atas dinding dan permukaan penyeimbang horisontal yang
berada didekat permukaan yang dibentuk, harus dihaluskan dan ratakan dengan
tekstur yang sesuai dengan permukaan yang dibentuk yang berdekatan.Teruskan
pekerjaan sampai diperoleh permukaan akhir dari permukaan yang dibentuk
secara seragam menyilang permukaan yang tidak dibentuk yang bersebelahan,
kecuali diindikasikan lain.
6) Finishing Grout Cleaned
Lakukan finishing grout cleaned ke permukaan beton yang telah diberikan
finishing dalam bentuk halus.
Campurkan 1 bagian semen portland ke dalam 1½ bagian pasir halus (dalam
volume) dan campurkan dengan air sampai membentuk cat dengan konsistensi
tebal. Bahan-bahan aditif yang tepat bisa digunakan sesuai dengan pilihan

PT. PENTA REKAYASA C- 57


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Kontraktor. Aduk semen portland standar dan semen portland putih,


perbandingan jumlahnya dicoba-coba sampai warna akhir dari grout kering akan
mendekati warna permukaan yang berdekatan.
Basahi permukaan beton secara menyeluruh dan berikan grout untuk
membungkus permukaan beton secara menyeluruh dan berikan grout untuk
membungkus permukaan dan mengisi lubang-lubang kecil. Hilangkan grout yang
berlebihan dengan menggaruk dan menyikatnya dengan karung goni. Jaga
kelembaban dengan semprotan cairan sekurang-kurangnya 36 jam setelah
dibersihkan.

PT. PENTA REKAYASA C- 58


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

5. GROUTING PADA RETAK BETON

5.1 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pekerjaan grouting adalah menyiapkan tenaga kerja, pengadaan
material, peralatan, melakukan pengawasan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan
dalammelaksanakan pekerjaan grouting guna memperbaiki retak-retak pada beton.

5.2 Definisi Retak


5.2.1 Retak mayor didefinisikan sebagai retak yang menembus setebal slab sehingga
menyebabkan kebocoran.

5.2.2 Retak rambut didefinisikan sebagai retak statis yang tidak menyebabkan kebocoran

5.2.3 Grout adalah material injeksi untuk memperbaiki.

5.3 Referensi

5.3.1 ASTM C882 Test Method for Bond Strenghth of Epoxy-Resin Systems Used with
Concrete.

5.3.2 ASTM C638 Test Method for Tensile Properties of Plastics

5.3.3 ASTM C695 Test Method for Compressive properties of Rigid Plastics

5.3.4 ASTM D790 Test Method for Flexural Properties of Unreinforced and Reinforced
Plastics and Electrical Insulating Materials.

5.4 Penyerahan Data


Kontraktor harus menyerahkan data-data tentang proses pelaksanaan pekerjaan
grouting kepada MK sebagai berikut:

5.4.1 Serahkan semua prosedur dan material yang diusulkan.

5.4.2 Data Produk


Serahkan literatur manufaktur untuk tipe grout dan jenis primer yang diusulkan untuk
digunakan, termasuk persyaratan persiapan, instalasi, dan peralatan.

5.4.3 Contoh warna


Jika dibutuhkan untuk pemilihan warna oleh Arsitek, serahkan contoh atau daftar
satndar warna dari manufaktur.

5.4.4 Sertifikat
Serahkan sertifikat dari laboratorium uji independen yang telah disetujui, yang
menerangkan bahwa produk yang diusulkan tersebut memenuhi persyaratan yang
dispesifikasikan dan telah diuji sesuai dengan standar yang dispesifikasikan.

5.5 Kualitas Material dan Pemasangan

5.5.1 Material yang dipakai harus sejenis dan berasal dari pabrik yang sama yang telah
dibuktikan kemampuannya ketika digunakan pada keadaan yang sama untuk waktu
minimal 5 tahun.

PT. PENTA REKAYASA C- 59


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

5.5.2 Pekerjaan grouting harus dilakukan oleh Kontraktor yang telah menyelesaikan
program instruksi yang disponsori oleh manufaktur material yang telah disetujui, yaitu
dalam hal memasang grouting pada struktur beton dengan menggunakan proses yang
dispesifikasikan.

5.5.3 Peralatan dan tenaga ahli untuk pekerjaan pemasang harus disetujui dan mendapat
rekomendasi dari pabrik material injeksi

5.6 Kondisi Lapangan


Substrate dan temperatur udara selama mixing, grouting, dan curing harus dijaga pada
temperatur minimum 10°C, kecuali temperatur yang lebih tinggi disyaratkan oleh
manufaktur material grouting.

5.7 Urutan Pelaksanaan Pakerjaan

5.7.1 Lakukan grouting pada retak awal setelah pelat dicuring dan mengering tetapi sebelum
pemasangan sealer.

5.7.2 Retak yang terjadi setelah pelaksanaan grouting pada retak awal dalam waktu 1 tahun
setelah penyelesaian pekerjaan grouting, harus diperbaiki sesuai dengan prosedur
yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.

5.8 Persyaratan Material Grouting

5.8.1 Sediakan 2 komponen low viscosity epoxy adhesive yang mengandung 100% bahan
padat yang memenuhi persyaratan dibawah ini :
1) Kekuatan lengketan : ASTM C882, 14 Mpa
2) Kuat Tarik : ASTM C638, 42 Mpa
3) Elongasi : ASTM D 638, 2 persen @ 7 hari @ 7°F
4) Kuat lentur : ASTM D790, 55 Mpa
5) Kuat Tekan : ASTM D695, 45 MPa

5.8.2 Material
1) Grouting Epoxy : Sika Corporation, Sikadur 35 Hi-Mod LV, atau yang disetujui
2) Surface Sealer : Sika Corporation, Sikadur 31 HiMOd Gel, atau yang disetujui
3) Pengganti : sesuai dengan persetujuan MK.

5.9 Pelaksanaan Pekerjaan

5.9.1 Umum
Perbaiki semua retak mayor yang meluas sampai ke pelat lantai, dari sisi atas sampai
sisi bawahnya.

5.9.2 Persiapan
1) Bersihkan pelat secara menyeluruh untuk memperlihatkan semua retak yang akan
digrouting.
2) Periksa pelat dan lokasi seluruh retak mayor. Identifikasi semua retak mayor dan
tandai untuk penggroutingan.

PT. PENTA REKAYASA C- 60


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Informasikan kepada MK mengenai lokasi retak yang akan digrouting dan pastikan
bahwa retak tersebut tidak akan melebar sebelum dilakukan grouting.
4) Semprot retak dengan air untuk menghilangkan kotoran dan lapis buih semen
(laitance)
5) Biarkan permukaan yang akandigrouting mengering sesuai dengan instruksi
manufaktur material grouting.

5.9.3 Surface Sealing


1) Tutup permukaan retak untuk menahan injeksi adhesive : campur dan laksanakan
sesuai dengan instruksi tertulis dari produsen material dan seterusnya.
2) Berikan campuran adhesive kedalam retakan untuk mengurangi kerusakan/cacat
dan memudarnya subsrate.
3) Biarkan sampai mengering.
4) Sediakan alat injeksi, beri jarak untuk memenuhi kekerasan injeksi adhesive
antara ‘ports’ dan retak secara sempurna. Ikuti rekomendasi produsen
(manufakturer) untuk grommets, check, valves, plugs dan ketentuan khusus lain
dan prosedur yang berhubungan dengan jenis alat injeksi yang digunakan.
Siapkan penutup tambahan sementara bila diperlukan.

5.9.4 Grouting
1) Laksanakan Injeksi adhesive sesuai dengan instruksi tertulis dari produsen.
Injeksikan pada tekanan konstan untuk memperoleh 100% penetrasi ke dalam
retak tanpa adanya gelembung udara pada adhesive.
2) Lakukan pemompaan injeksi adhesive secara bertahap dan terus-menerus
sampai seluruh retak tertutup sempurna.
3) Biarkan adhesive untuk beberapa saat untuk mencegah ‘run back’ setelah seals
dipindahkan.
4) Bersihkan permukaan seal epoxy, temporary seals, dan sisa-sisa adhesive.
Bersihkan lapisan atasnya sehingga diperoleh permukaan akhir yang dapat
diterima oleh MK ; permukaan beton harus rata.
5) Lindungi grout dan biarkan hingga fungsinya tercapai sebelum dilakukan
pekerjaan sealer dan sebelum diijinkan untuk dibebani.
6) Bersihkan permukaan disekitarnya untuk perbaikan dan pencampuran akhir.

PT. PENTA REKAYASA C- 61


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

6. WATERPROOFING

6.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan waterproofing meliputi pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada plat
lantai dan dinding basemen, plat atap basemen, plat dak atap, plat lantai toilet, daerah
basah, bak bunga, serta bagian-bagian lain yang harus kedap air yang dinyatakan
dalam gambar pelaksanaan.

6.2 Jaminan Kualitas

6.2.1 Kualifikasi pabrikmaterial


Pabrikmaterial harus menyiapkan perwakilkan resmi untuk memeriksa material yang
dikirim, mengawasi instalasi, material, dan menyediakan konsultasi sehubungan
dengan persyaratan proyek.

6.2.2 Kualifikasi pemasangan


Pemasangan waterproofing harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang telah memiliki
pengalaman minimum sebanyak lima proyek untuk pekerjaan waterproofing yang
memiliki persyaratan yang sama dengan proyek ini, dan dengan hasil pekerjaan yang
memuaskan.
1) Lama pengalaman Perusahaan minimum 5 tahun.
2) Pengalaman tenaga akhli/Petugas lapangan minimum 5 tahun.
3) Tenaga akhli/Petugas lapangan yang mengerjakan pemasangan harus dapat
diterima dan disetujui oleh pabrik material.

6.2.3 Pertanggungjawaban satu sumber pabrik material


Kontraktor harus menggunakan material waterproofing utama dan material tambahan
untuk setiap tipe yang disyaratkan berasal dari satu sumber (satu pabrik).

6.2.4 Rapat pra-installasi


Kontraktor harus mengadakan rapat, sebelum dimulainya pekerjaan waterproofing.
Untuk mereview pekerjaan yang akan diselesaikan :
1) Peserta rapat terdiri dari : MK, Kontraktor, sub-kontraktor waterproofing,
perwakilan pabrik sistem waterproofing dan semua subkontraktor lain yang
mempunyai peralatan penetrasi waterproofing.
2) Kontraktor harus memberitahukan MK dan peserta rapat lainnya minimal tiga hari
sebelum rapat.
3) Kontraktor harus membuat berita acara rapat dan mendistribusikan salinannya
kepada para peserta rapat.
4) Gambar kerja harus sudah selesai dan disiapkan untuk direview pada saat rapat
pra-instalansi.

6.2.5 Kontraktor harus menyerahkan data-data kepada MK yang terdiri dari :


1) Gambar kerja yang mencakup rencana dan detail daerah kritis waterproofing,
termasuk permukaan, persilangan dan joint treatment.
2) Data produk yang terdiri dari spesifikasi, brosur, instruksi penggunaan, dan
rekomendasi umum dari pabrik waterproofing.

PT. PENTA REKAYASA C- 62


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

6.3 Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material

6.3.1 Material dikirim dalam kontainer dengan segel dan label asli dari pabrik.Identifikasi dan
periksa kontainer dengan nama material, tanggal produksi, dan nomor lot.

6.3.2 Simpan material di atas tanah pada tempat yang terlindung dari cuaca.

6.3.3 Perlakuan :
1) Jaga material untuk mencegah terjadinya kerusakan.
2) Pindahkan material yang rusak dari lapangan dan ganti dengan material baru yang
sesuai dengan spesifikasi.
3) Perlakukan material dengan hati-hati sesuai dengan instruksi dari pabrik, karena
beberapa material dapat rusak dan mudah terbakar.

6.3.4 Kondisi Proyek


Jangan gunakan waterproofing pada elemen yang kotor, atau jika elemen tersebut
tidak sesuai dengan spesifikasi dari pabrik waterproofing.

6.3.5 Jaminan
1) Kontraktor harus memberikan jaminan untuk pekerjaan waterproofing terhadap
kesesuaian dengan dokumen kontrak, bebas dari cacat material, kesalahan
pemasangan dan ketahanan/kekuatan waterproofing yang sudah terpasang dari
kebocoran selama 10 tahun dari tanggal penyelesaian secara efektif. Buat
jaminan yang ditandatangani oleh supplier material.
2) Kontraktor harus memperbaiki kegagalan waterproofing untuk menahan
masuknya air tanpa tambahan biaya, kecuali kegagalan yang disebabkan oleh
kegagalan struktur bangunan
3) Retak-retak beton yang kecil atau retak rambut akibat temperatur atau penyusutan
tidak dianggap sebagai kegagalan struktur.

6.3.6 Komponen yang berhubungan dan material pelengkap


1) Sealant
Trenco “Dymeric” atau sealant konstruksi equivalent multi-paty modified
polyurethane yang diproduksi oleh Maneco Aru. Sonneborn sesuai dengan ASTM
C920, Type II, nonsag. Kelas A, dengan warna yang dipilih oleh Arsitek atau yang
setara.
2) Waterstop
Delay swelling hydrophilic expanding waterstop, yang akan menyerap air dan
mampu mengembang sampai dengan 300% untuk kondisi air normal dan
mampu mengembang sampai dengan 140% untuk kondisi air garam/laut.

6.4 Pelaksanaan Pekerjaan

6.4.1 Liquid Membran


1) Pekerjaan persiapan awal.
a. Pastikan kondisi substrat yang sesuai untuk nenerima waterproofing.
b. Tutup alur expension joint sesuai dengan rekomendasi pabrik.
c. Bersihkan pemukaan secara menyeluruh dari debu, kotoran, cat, bahan
pelapis, minyak gemuk, oli, serpihah semen, partikel-partikel lepas, dan

PT. PENTA REKAYASA C- 63


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

pencemar. Hilangkan oli dan minyak gemuk dengan pembersih grade


alkaline komersial, bilas dan keringkan secara menyeluruh.
2) Pekerjaan persiapan akhir.
a. Siapkan permukaan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan pabrik.
b. Patching.
Permukaan beton yang berongga atau retak harus ditutup sebelum diberi
waterproofing.
c. Penanganan retak dan sambungan.
Construction joint dan retak yang dapat dilihat dengan lebar melebihi 0,03
cm harus diperkuat dengan serat fiberglass pada saat aplikasi
waterproofing.
3) Pekerjaan Pemasangan
a. Aplikasi Formak 629 Primer pada seluruh permukaan menggunakan bursh
atau roller, konsumsi 8m²/ liter. Biarkan mengering selama minimal 2 jam
b. Detail-detail rumit seperti pipa pembuangan, pertemuan sudut vertikal dan
horisontal (sudutan luar) akan diperkuat dengan penulangan fiberglass
c. Aplikasi Formak 629 dilakukan 2x coating @ 0.6 liter/m². Biarkan lapisan
pertama mengering selama minimal 4 jam
d. Setelah aplikasi Formak 629 selesai, biarkan selama 3x 24 jam sebelum
dilaksanakan test rendam
e. Finishing plester diatas permukaan beton yang sudah diaplikasi
waterproofing dapat dilaksanakan setelah melewati masa curing
f. Pemasangan lapisan plester plindung diatas permukaan waterproofing
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak lapisan
waterproofing.Hindari penggunaan paku pada saat menentukan level
permukaan untuk pekerjaan finishing, karena dapat merusak lapisan
waterproofing.

6.4.2 Membrane Cair Waterproofing


1) Persiapan Pekerjaan
 Cek Lokasi kerja : kemiringan permukaan, kesiapan pekerjaan lain yang
terkait dan pembersihan sebelum aplikasi waterproofing membrane
dimulai
 Pelembaban seluruh permukaan beton dengan air bersih.
2) Pekerjaan Pemasangan
 Traffigard Primer : untuk permukaan beton normal dan plester, konsumsi
9 m2 / liter.Buat campuran dengan perbandingan 4 liter (Traffigard B/C) +
1 liter air bersih.
 Traffigard Bodycoat : aplikasi menggunakan roller,konsumsi material 2.5
m2 /liter /coat
 Fiberglass mat : Pemasangan Fiberglass mat dilakukan bersamaan
dengan aplikasi lapisan Bodycoat pertama
 Traffigard Bodycoat : aplikasi menggunakan roller,konsumsi material 2.5
m2 / liter /coat.Biarkan mongering selama 12 jam.
 Traffigard Topcoat : aplikasi menggunakan roller, konsumsi material 1.5
m2 / liter. Biarkan mengering selama 48 jam
3) Perawatan hasil pekerjaan
 Hindari lapisan Traffigard dari benturan benda-benda keras atau benda
tajam yang dapat merobek lapisan waterproofing

PT. PENTA REKAYASA C- 64


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

 Apabila lembaran Traffigard rusak atau robek akibat pekerjaan lain, segera
menghubungi applicator untuk segera diperbaiki
 Untuk pembersihan permukaan Formwal Traffigard, dapat dilakukan
pencucian dengan semprotan air bertekanan rendah atau menggunakan
sikat berbulu lunak dan air bersih yang dicampur sedikit detergen

PT. PENTA REKAYASA C- 65


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7. PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

7.1. Lingkup Pekerjaan

7.1.1. Menyediakan material baja struktur, tenaga kerja dan peralatan seperti yang tercantum
atau yang dijelaskan dalam gambar pelaksanan dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini, atau hal-hal lain yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan.

7.1.2. Penyelesaian, fabrikasi, erection, pengujian dan inspeksi dari baja struktur.

7.1.3. Persediaan di bengkel dan pengecatan dasar dari bagian-bagian baja struktur

7.1.4. Konstruksi baja sementara.

7.1.5. Pengecatan di lapangan, sentuhan akhir, pemakaian cat pelindung dasar kedua untuk
semua bagian baja dan persiapan pengecatan akhir termasuk dalam bagian
pengecatan.

7.2. Referensi
1) SNI 1729:2020 Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
2) PUBI-1982
3) SII
4) JASS
5) JIS-Japanese Indsutrial Standards
6) AISC Code of standard Practice for Steel Building and Bridges, Latest edition.
7) AISC Specification for the design, Fabrication, and Erection of Structural Steel for
Building, including the Supplements Thereto as issued.
8) AISC Specification of Structural Joints using ASTM A325 or A490 Bolt approved
by the Research Council in Structural Connections.
9) AWS D1.1 Structural Welding Code.
10) AWS A5.1 Specification for Mild Steel Covered Arc-welding Electrodes.
11) AWS A5 17 Specification for bare Carbon Steel Electrodes and Fluxes for
Submerged Arc-welding.
12) AWS A5.2 Spesification for Mild Steel Electrodes for Fluxcored ARC-welding.
13) AWS A5.5 Specification for low alloy Steel Covered Arc Welding Electrodes.
14) SSPC Steel Structures PaintingManual.
15) ASTM A36-Standard Specification for Structural Steel.
16) ASTM A307-Standard Specification for Carbon Steel Externally and Internally
Threaded Standard Fasteners.
17) ASTM A307-Standard Specification for High-Strengh Bolts for Structural Steel
Bolts joints, including Suitable Nuts and plain Hardened Washers.
18) ASTM A490-Standrd Specification for Quenched and Temered Alloy Steel Bolt For
Structural Steel Joints.
19) ASTM A500-Standard Specification for Cold-Formed Welded and Seamless
Carbon Steel Tubing in Rounds and Shapes.

PT. PENTA REKAYASA C- 66


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

20) ASTM A501-Standard Specification for Hot-Formed Welded and Seamless


Carbon Steel StructuralTubing.
21) ASTM A563-Standard Specification for Carbon and Alloy Steel Nuts.
22) ASTM A572-Standard Specification for High-Strength Low Alloy Columbium-
vanadium Steels of Structural Quality.
23) ASTM F436-Standard Specification for Hardened Steel Washers.

7.3. Persyaratan Produk dan Mutu Material

7.3.1. Besi Batangan, Besi Profil dan Pelat Rolled Steel


Besi Batangan, Besi Profil dan Pelat Rolled Steel dari jenis yang sama kualitasnya.
Mutu baja beserta tegangan leleh baja yang disyaratkan adalah ST-37 dengan
tegangan leleh baja sebesar 2400 kg/cm2 sesuai SII.

7.3.2. Besi Tube berbentuk bulat


Besi Tube berbentuk bulat sesuai dengan ASTM A501 (tegangan leleh minimum 2500
kg/cm2).

7.3.3. Besi Tube benbentuk kotak


Besi Tube berbentuk kotak sesuai dengan ASTM A500, Grade B (tegangan leleh
minimum 3150 kg/cm2)

7.3.4. Baut dan Angkur


Baut-baut dan angkur yang dipakai sesuai dengan ASTM 307 , grade A (kekuatan
tarik minimum harus 4200 kg/cm2) atau batang besi yang diulir sesuai ASTM A-36
dengan heav y hexagonal nut dilaskan pada dasar dari ulir batang tersebut. Termasuk
dua hexagonal nut dan dua plain washers di setiap bautnya. Sediakan washer dengan
ukuran yang sesuai di atas base plate dengan ukuran lubang yang lebih besar.

7.3.5. Baut yang tidak difinish, Washers dan Nut.


Baut yang tidak difinish harus baut mutu tinggi A-325, sesuai dengan ASTM A325
Grade A dengan nut segi enam,sediakan nut segi enam yang sesuai dengan plain
washernya.

7.3.6. Pengencang Kekuatan Tinggi (Hihg-Strenght Fasteners)


1) Baut-baut harus berdiameter sesuai dengan gambar kerja dan sesuai dengan JIS
B1186 (tipe 2B) dan atau ASTM A325 atau ASTM A490 sebagaimana
dicantumkan pada gambar.
2) Baut yang dapat dikontrol tegangan tariknya seperti spline type, dengan mur dan
ring yang sesuai dapat diterima sebagai alternatif dari sambungan dengan baut.
3) Tidak boleh mempergunakan ring yang rusak.

7.3.7. Elektroda Las


1) Elektroda las dari seri E70, elektroda hidrogen rendah sesuai dengan JIS 23212
dan AWS 5.1, A5.5, A5.17, atau A5.20. sesuai gambar kerja.
2) Sediakan sarana penyimpanannya yang memadai agar elektroda-elektroda
tersebut terjaga kualitas fluksnya.

PT. PENTA REKAYASA C- 67


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.3.8. Cat
1) Cat yang digunakan adalah oksida primer kecuali diindikasikan lain sesuai
spesifikasi AISC dan Code of Standard Practice dan SSPC Steel Structure
Painting manual.
2) Koordinasikan agar cat primer sesuai dengan cat finishnya.

7.4. Penyerahan Gambar Kerja (Shop Drawing) dan Prosedur Pelaksanaan


Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja dan prosedur pelaksanan kepada MK
sebagai berikut :

7.4.1. Gambar kerja harus diajukan sesuai dengan persyaratan pada bagian penyerahan.

7.4.2. Gambar perencanaan/kontrak tidak boleh direproduksi menjadi gambar kerja.


Dibutuhkan waktu yang cukup untuk mereview gambar kerja.

7.4.3. Gambar kerja harus dengan jelas mengidentifikasikan profil, ukuran, jarak dan lokasi
dari seluruh elemen baja, termasuk sambungan, tambahan (attachment),
pengangkuran, bukaan pada frame, ukuran dan tipe fasteners, metoda pengencangan
fasteners, cambers, jumlah dan tipe serta jarak headed shear connector.

7.4.4. Lampirkan perhitungan struktural yang dilakukan oleh Engineer untuk setiap pekerjaan
yang diusulkan, dimana itu merupakan varian dari pekerjaan yang ada gambarnya,
maupun yang dispesifikasikan.

7.4.5. Lampirkan secara tertulis prosedur pengelasan untuk setiap tipe sambungan las
seperti yang tercantum dalam Appendix E dari AWS Structural Welding Code.

7.4.6. Lampirkan Sertifikat Mill yang mengindikasikan bahwa baja yang disuplai sesuai
dengan atau memenuhi spesifikasi. Sertifikat juga harus mencakup ladle analysis
untuk seluruh baja dan laporan uji tarik serta uji banding untuk berbagai bentuk.

7.4.7. Lampirkan sertifikat yang menunjukkan bahwa baut mutu tinggi yang dipakai sesuai
dengan spesifikasi.

7.4.8. Lampirkan urutan dan prosedur erection yang digunakan oleh erector baja.

7.4.9. Lampirkan daftar material yang lengkap untuk semua item yang dibutuhkan, termasuk
produk, katalog manufactur dan data teknis, spesifikasi dan instruksi pemasangan.

7.5. Kontrol Kualitas di Lapangan.


Kontraktor harus mengkoordinasikan dengan Badan Pengujian dan MK untuk
mengendalikan mutu dari item-item sebagai berikut. :

7.5.1. Las
Inspeksi dari baja struktur selama erection harus termasuk inspeksi visual dan inspeksi
ultrasonik dari sambungan las, las untuk shear struds, dan las untuk metal decking.
Inspeksi harus dilakukan oleh Inspektor las yang bersertifikat AWS. Pengujian harus
sesuai dengan AWS Structural Welding Code. Inspeksi visual dari sambungan las
termasuk pengecekan dari penyetelan dan prosedur pengelasan. Pengawasan ini
harus mencakup semua sambungan penetrasi.

PT. PENTA REKAYASA C- 68


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.5.2. Baut
Inspeksi sambungan baut selama pelaksanaan akan mencakup visual dan uji fisik,
sebelum melakukan inspeksi visual, uji tarik dengan menggunakan alat yang
terkalibrasi harus mengindikasikan kuat tarik minimum 5% melampaui dari minimum
persyaratan AISC. Pengujian harus sesuai dengan AISC spesification for structural
joints Using ASTM A325 atau A490 High Strength Bolts.

7.6. Kontrol Kualitas Fabrikator

7.6.1. Fabrikator harus mempunyai prosedur fabrikasi dan baja hasil fabrikasi ini diuji dan
diawasi oleh badan pengujian yang independen sesuai yang ditunjuk oleh MK. Biaya
dari seluruh pengujian dan pengawasn tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

7.6.2. Pengujian dan inspeksi harus dilkakukan oleh orang yang mempunyai Sertifikat
Welding. Lampirkan laporan hasil inspeksi kepada MK.

7.6.3. Maksud dari dilakukannya inspeksi tersebut adalah agar badan pengujian dapat
memverifikasikan bahwa secara umum baja fabrikasi ini memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan. Pengawasan yang direkomendasikan harus dilakukan minimum
seminggu sekali. Pengawasan pertama harus dijadwalkan pada tahap awal.
Kontraktor harus memberitahukan MK untuk inspeksi awal. Pengujian dan inspeksi
harus mencakup antara lain:
1) Mempelajari laporan dari mill uji dan verifikasikan bahwa material yang digunakan
sama dengan material yang diajukan/dilaporkan.
2) Mereview prosedur pengelasan dari fabrikator, verifikasikan bahwa prosedur
pengelasan telah dipatuhi. Pastikan bahwa tukang las mempunyai sertifikat resmi
dan Kontraktor harus mendemonstrasikan cara/teknik pelaksanaan para tukang
las.
3) Mempelajari prosedur pembautan mutu tinggi. Verifikasikan bahwa pada
pemasangan baut mutu tinggi di bengkel sudah sesuai dengan spesifikasi AISC.
4) Mengecek persiapan joint untuk menghasilkan sambungan penetrasi yang
sempurna. Pengelasan penetrasi harus diuji ultrasonik.
5) Mengecek las sudut untuk ukuran, profil, tebal las, porosity dan pembalikan ujung.
6) Mengecek elemen baja untuk lamination. Periksa di tempat (spot cek) dimensi dan
ukuran lubang.
7) Mengecek tepian lubang baut terhadap kurang sempurnanya pelubangan.

7.7. Pengecekan dan Penyimpanan Material

7.7.1. Kontraktor harus mengecek secara keseluruhan material yang tiba ditempat fabrikasi.
Hasil pengecekan dan laporan dari hasil uji material harus dapat ditunjukan kepada
MK. Material yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan tidak boleh
digunakan.

7.7.2. Material yang disimpan diatas tanah, tidak boleh bersinggungan dengan tanah agar
memudahkan pemeriksaan dan investigasi. Penyimpanan baja dan barang-barang
yang masih dipacking harus dengan suatu cara sehingga terjadi perlindungan
terhadap kontak dengan bahan-bahan yang bisa merusak. Material harus ditandai
dengan jelas sesuai dengan klasifikasinya untuk mengetahui lokasi dan jumlahnya.

PT. PENTA REKAYASA C- 69


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.8. Koordinasi Pelaksanaan


Kontraktor harus mengkoordinasikan pengangkutan dan erection dari baja struktur dan
bahan-bahan yang terkait dalam suatu jadwal waktu sehingga proyek ini dapat
diselesaikan dengan baik.

7.9. Ketentuan Pelaksanaan Pekerjaan

7.9.1. Ketentuan Umum


1) Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja untuk fabrikasi dengan skala yang
cukup dari berbagai komponen berdasarkan pada gambar dan dokumen
perencanaan serta harus disampaikan kepada MK untuk memperoleh
persetujuan. Bila ada gambar yang merupakan bagian dari gambar
perencanaan/kontrak yang dipakai untuk gambar fabrikasi, harus mendapat ijin
dari MK.
2) Pelaksanaan fabrikasi harus dimulai setelah gambar kerja untuk fabrikasi
memperoleh persetujuan dari MK.
3) Gambar-gambar ini akan digunakan untuk fabrikasi baja struktur dan materialnya
dan nantinya akan digunakan juga di lapangan. Oleh sebab itu diperlukan juga
sejumlah salinan dari gambar tersebut di lapangan.
4) Camber dengan 1/1000 dari bentang harus disediakan bila ada balok dengan
bentang melebihi 8 m (bila tidak dispesifikasikan).
5) Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk keperluan
pekerjaan erection/pemasangan.
6) Seluruh pekerjaan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar perencanaan dan
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
ini.

7.9.2. Pita Pengukur Baja Standar


1) Kontraktor harus memeriksa apakah ada ketidaksesuaian antara pita pengukur
baja standar yang digunakan pada fabrikasi dan yang digunakan di lapangan dan
harus memperoleh persetujuan dari MK.
2) Pita pengukur baja standar harus memenuhi JIB7512 atau yang sebanding.
Batasan yang jelas harus dibuat antara pita pengukur baja standar dan pita
pengukur untuk keperluan umum, yang digunakan pada bengkel di lapangan. Pita
pengukur untuk penggunaan secara umum pada pabrik dan lokasi konstruksi
harus dibandingkan dengan pita pengukur standar yang disebutkan di atas
sebelum dimulainya pekerjaan dengan maksud memeriksa kesalahan-
kesalahannya dan hanya pita pengukur yang tidak menunjukkan penyimpangan
yang dapat dipergunakan.

7.9.3. Pemotongan
1) Permukaan bidang potongan dari setiap material harus tegak lurus terhadap
sumbu absis, dengan perkecualian bagian tersebut dispesifikasikan dalam
gambar.
2) Permukaan bidang potongan harus bersih dari ketidakrataan, takikan (notches)
tumpukan bekas slag, dan lain-lain.
3) Pemotongan dengan gas harus dilakukan dengna alat potong gas yang otomatis.
Bila pemotongan dengan gas secara manual tidak dapat dihindari, hal tersebut
hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan MK.

PT. PENTA REKAYASA C- 70


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4) Pekerjaan pemotongan harus dilakukan dengan mempertimbangkan adanya


kontraksi/deformasi akibat fabrikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk
finishing.

7.9.4. Perbaikan Akibat Deformasi


1) Semua deformsi material dan deformasi yang diakibatkan oleh pekerjaan
fabrikasinya harus diperbaiki dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada material.
2) Perbaikan akibat deformasi pada high tension steel dan heat treated steel pada
prinsipnya harus dilakukan dengan koreksi dingin (cold Correction). Koreksi panas
(hot correction) hanya boleh digunakan untuk tipe baja yang lain.
3) Deformasi pada material harus segera diperbaiki setelah material diterima, harus
diperhatikan juga ketelitian dan produk akhir dan fabrikasinya. Ketentuan pada
butir ini tidak berlaku bilamana material diproses menjadi produk akhir dengan
memotong menjadi potongan-potongan kecil.
4) Bagian yang lebih kecil seperti pelat buhul dan pelat sambungan dengan 4 sisi
yang dipotong dengan menggunakan gas atau dipotong secara geser (shears)
harus diperiksa kerataannya setelah pemotongan, dan setiap deformasi harus
diperbaiki dengan peralatan pengepres atau peralatan lain.
5) Deformasi pada sayap dari profil I pada prinsipnya diperbaiki dengan koreksi
dingin seperti press roller dan sebagainya, tetapi koreksi panas seperti
pemanasan linier dapat juga digunakan untuk perbaikan lokal.
ketidaksempurnaan bidang tegak lurus dari sayap harus diperbaiki dengan
peralatan pengepres yang dilengkapi dengan cetakan khusus atau harus
dilakukan secara koreksi panas dengan linier healing. Pada kasus baja struktur
lengkung dari profil H sebaiknya dilakukan proses penyesuaian di daerah joint.
6) Metode pekerjaan dan prosedurnya harus dipelajari dengan teliti dengan tujuan
untuk meminimalisasi terjadinya deformasi.

7.9.5. Koreksi Dingin


1) Untuk meratakan permukaan baja struktur, harus dihindari hal-hal yang dapat
mengakibatkan cacat pada permukaan material seperti pemakaian pukulan palu
dan sebagainya.
2) Peralatan khusus yang cocok dengan bentuk baja struktur harus disiapkan bila
harus memperbaiki deformasi baja struktur dengan pengepresan.
3) Perbaikan dari deformasi sayap baja struktur bentuk I harus dilaksanakan dengan
menggunakan peralatan exclusive roller connection atau pengepres khusus. Pada
kasus lain, perhatian khusus harus diberikan dengan maksud untuk menghindari
terjadinya suatu deformasi pada badan. Deformasi harus diperbaiki secara koreksi
dingin, kecuali dengan ijin khusus dari MK dengan maksud untuk menjaga
ketepatan dimensi final pada produk akhir.

7.9.6. Koreksi Panas


1) Deformasi sudut setempat dapat diperbaiki secara koreksi panas dengan
pemanasan linier.
2) Perbaikan pada kerataan panel dan sebagainya, karena kekenduran yang
diakibatkan pengelasan pada 4 sisi harus diperbaiki dengan pengontraksian yang
dibuat melalui pemanasan titik.
3) Temperatur pemanasan pada koreksi panas harus dibatasi pada suatu nilai
sehingga tidak akan mengakibatkan perubahan pada karakteristik material.

PT. PENTA REKAYASA C- 71


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Temperatur pemanasan pada baja lunak harus melebihi 9000C. Bila high tension
steel memerlukan pemanasan, harus segera didinginkan dengan udara sampai
dengan suhu kurang dari 6500C, diikuti dengan pendinginan memakai air.
4) Jika perbaikan deformasi dengan pemanasan ternyata dibarengi dengan
deformasi kontraksi, maka harus dilakukan pemotongan elemen dengan
memperhitungkan margin kontraksi yang diperkirakan cukup agar sesuai dengan
keadaannya. Temperatur pemanasan dan area pemanasan harus dikontrol
berdasarkan pada rencana yang dibuat dengan hati-hati.

7.9.7. Pembengkokan
1) Pembengkokan dingin (cold bending) harus dilakukan dengan memakai press
roller. Pembengkokan yang dilakukan dengan panas harus dilakukan dengan
menggunakan metode pemanasan linier, atau cetakan mekanik dengan peralatan
mekanik seperti pengepress dan sebagainya setelah pemanasan total.
2) Pembengkokan panas yang dilakukan dengan memanaskan material tersebut
melapaui temperatur 9000C, tidak boleh ada gaya luar yang diberikan pada
material tersebut sampai suhunya menurun kembali pada temperatur 200 - 4000C.
3) Heat treated steel pada prinsipnya harus dilakukan dengan pembengkokan dingin.
Apabila ternyata pelaksanaan pembengkokan panas tidak dapat dihindari, akan
diperlukan tindakan perbaikan tambahan misalnya dengan perawatan panas yang
baru, sebagaimana disyaratkan.
4) Radius lengkung minimum pada sisi dalam dari baja struktur yang dilakukan
dengan pembengkokan dingin harus 1,5 kali tebal pelat. Pembengkokan panas
harus dilakukan bila radius pelengkungan lebih kecil dari pada persyaratan yang
disebutkan diatas.
5) Pada kasus pembengkokan pipa baja dan profil baja untuk bentuk lengkungan,
bending roller khusus untuk tujuan tersebut harus digunakan dengan maksud
untuk menghindari terjadinya penyimpangan pada bagian penampangnya.
6) Pada kasus baja yang dibengkokan dengan sudut besar, persiapan seperti
memotong sayap, badan dan sebagainya harus dilaksanakan.
7) Pada kasus pelat yang dibengkokan dengan kurva yang besar, sisi luar dari
material harus dibuat dengan menggunakan gerinda atau alat lainnya.
8) Pemberian tanda untuk pemboran lubang baut dan bagian dudukan dari elemen
lain pada sekitar bagian yang dibengkokan harus dilakukan setelah
pembengkokan dilakukan.
9) Pembetulan panjang dari bagian baja dikarenakan pembengkokan harus
dilakukan pada panjang sumbu garis netral.
10) Ketepatan pembengkokan harus diperiksa dengan menggunakan skala kurva,
tetapi pada kasus baja struktur yang panjang, pemeriksaaan harus dilakukan
berdasarkan nilai simpangan dari lintasan garis lurus antara batas-batas ekstrim
dari struktur tersebut.

7.9.8. Permukaan Yang Menerima Gaya Tekan


Pada tempat seperti bagian kontak antara kolom dan pelat bagian bawah, sambungan
dari kolom dengan bagian yang tertekan dari pengaku sebagaimana yang
dispesifikasikan dalam gambar, harus diselesaikan dengan mesin. hal ini dimaksudkan
agar memungkinkan pencapaian kontak yang sempurna.

PT. PENTA REKAYASA C- 72


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.9.9. Pengukuran Pada Lokasi Konstruksi


Pada tempat-tempat yang sukar untuk menjaga ketepatan dimensinya yang
disebabkan oleh suatu kondisi pada lokasi konstruksi serta metode konstruksi dan
sebagainya, tindakan ketelitian seperti pengukuran dimensi yang sesungguhnya
dilaksanakan dilapangan agar dapat mengatasi masalah-masalah pada pekerjaan
konstruksi, harus dilaksanakan dengan persetujuan MK.

7.9.10. Pemeriksaan Dimensi Aktual


Dimensi aktual dari baja struktur harus diperiksa oleh MK di pabrik dimana baja
tersebut dibuat. Semua biaya yang diperlukan dalam pemeriksaan ini harus dibayar
oleh Kontraktor terkecuali biaya perjalanan MK.

7.9.11. Pengecatan di pabrik (Untuk Struktur Non-Komposit)


1) Bagian-bagian baja yang diproses dan dirangkai di pabrik harus diperiksa oleh MK
sebelum dikirim, Kontraktor harus memberikan perawatan anti karat pada baja
tersebut setelah memperoleh persetujuan dari MK.
2) Bila Kontraktor tidak dapat melakukan pengecatan seperti yang ditentukan di
pabrik karena alasan metode konstruksi atau hal lain atau bila diperlukan untuk
melakukan pengecatan sebelum pemeriksaan dari pelaksanaan
penggabungan/rangkaian elemen-elemen baja, Kontraktor harus memperoleh
persetujuan dari MK.

7.9.12. Rencana Pengecatan


1) Kontraktor harus menyusun rencana pengecatan dengan memperhatikan kondisi
geografis dari lokasi pengecatan, kondisi cuaca, selang waktu pengecatan,
kesukaran atau kemudahan dari pekerjaan pengecatan dan faktor lingkungan
yang dengan mudah dapat mengakibatkan korosi setelah pekerjaan pengecatan.
2) MK dan Kontraktor harus melakukan konsultasi bersama dengan tujuan
menyusun rencana pengecatan.
3) Pekerjaan pengecatan di pabrik harus dilasanakan sesuai dengan aturan-aturan
pada Bagian ini dan JASS18 painting Work. Bahan cat, jumlah lapis, metode
pengecatan dan lingkup dari pengecatan harus sesuai dengan spsifikasi.

7.9.13. Pemeriksaan Produk Akhir


1) Pemeriksaan produk akhir harus terdiri dari pemeriksaan internal, dimana pabrik
manufaktur yang relevan harus menjamin kualitas produk dan pengujian untuk
menyetujui produk yang didesain oleh MK dan ditentukan pada gambar
perencanaan.
2) Pada kasus pengujian intern, yang dilakukan dalam perusahaan tersebut, bagian-
bagian yang diuji haruslah yang dijelaskan dalam instruksi fabrikasi. Setelah
menyelesaikan pengujian tersebut, Kontraktor harus menyimpan laporan
pangujian dan memberikan salinannya kepada MK.
3) Dokumen yang disimpan harus diklasifikasikan untuk kolom, balok, rangka batang
dan perawatannya. Dokumen yang disimpan, secara umum meliputi beberapa
item sebagai berikut :
Dimensi standar yang berguna untuk menggambarkan ukuran struktur
keseluruhan, dimensi dari satu joint ke joint yang lain dan tinggi tiap lantai.
Dimensi utama yang mencakup dimensi baja termasuk lebar kolom dan dimensi
tinggi balok dan panjang bracket.

PT. PENTA REKAYASA C- 73


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Torsi kolom.
Posisi dan dimensi sleeves, lubang baut yang digunakan untuk menyakinkan
bahwa penyambungan rangka baja sudah berjalan dengan benar. Selain dari
sleeves, hanya bagian yang mewakili struktur yang perlu diuraikan, tergantung
pada situasinya.
Pemeriksaan terhadap pengelasan.
Setiap joint pada pekerjaan di lapangan.
Ukuran tebal pengelasan dari hasil las.
Kondisi permukaan terhadap friksi dan posisi serta diameter lubang baut, dan
sebagainya.
4) Setelah selesai melakukan inspeksi, MK harus mengawasi hasil produk,
Kontraktor harus menempatkan produk, secara baris per baris untuk
memudahkan dalam pengujian.
5) Alat-alat yang dipakai harus dari tipe yang baik dan harus bisa digunakan untuk
pengukuran sesuai dengan setiap item yang akan diuji.
6) MK harus menentukan hal-hal yang diperlukan sebagai persyaratan diterimanya
suatu produk dan mengujinya berdasarkan hasil-hasil dari pengujian internal.
Hasil-hasil tersebut kemudian harus dilaporkan dalam “Pernyataan Hasil Uji yang
diterima. “dan ditunjukkan kepada MK untuk disetujui.
7) Pengujian suatu produk pada prinsipnya dilakukan sebelum pengecatan.
8) Jika ditemukan suatu bagian yang cacat, pengukuran harus dilakukan segera
untuk memperbaikinya dan bagian tersebut harus diuji kembali.
9) Jikja ada item-item khusus di dalam gambar perencanaan yang berkenaan
dengan pengujian dari produk-produk percobaan/fabrikasi sementrara, ketentuan
dari bagian ini harus dipenuhi.

7.9.14. Hal-hal tentang Pengujian


1) Pengujian yang dilakukan pada prinsipnya ditujukan terhadap beberapa hal
dibawah ini. Pemilihan ditentukan berdasarkan jenis dari pekerjaan dan tingkat
kepentingan dan setiap item pekerjaan.
Uji dimensi
Uji penyambungan
Uji tampilan
Uji pengelasan stud
Uji non-destruktif bagian pengelasan
2) Hasil dari pengujian, jika ada hal-hal yang dianggap cacat, maka bagian tersebut
harus segera diperbaiki dengan cara yang disebutkan dibawah ini dan Kontraktor
harus melakukan pengujian kembali pada bagian tersebut.
Jika panjang elemen baja, tinggi permukaan balok baja dan panjang
penyambungan melebihi kondisi yang diijinkan/dibutuhkan, Kontraktor harus
memberitahukan dampak tersebut kepada MK, dan melakukan pengukuran yang
tepat untuk memperbaiki camber dan sweep, torsi, lengkungan pada sayap profil,
rolling dan sudut penyambungan.
Ketelitian lubang dan pengencangan baut mutu tinggi penahan geser, jika
ditemukan kesalahan/cacat, Kontraktor harus memberitahukannya kepada MK
dan melakukan tindakan perbaikan yang tepat.

PT. PENTA REKAYASA C- 74


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.9.15. Pengujian Mutu Pekerjaan


1) Sebelum dimulainya pelaksanaan pabrikasi/pemasangan, Kontraktor diharuskan
memberikan kepada MK “Certificate Test” dari bahan baja profil, baut-baut, kawat
las dan cat dari produsen/pabrik.
2) Pengujian atas baja profil, baut, kawat las di laboratorium harus dilaksanakan oleh
Penguji yang mempunyai “Certificate Test”.
3) Pengujian Benda Uji
Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type dari pengelasan dan tiap type
dari bahan yang akan dilas. Pengujian contoh harus diadakan sesuai dengan
persyaratan ASTM A370.
Jumlah dan jenis uji yang dilakukan adalah sebagai berikut :
 Untuk uji ultrasonic diambil 5% (lima persen) dari keseluruhan pengelasan,
kecuali ditentukan lain oleh MK.
 untuk uji Radiographic diambil 1% (satu persen) dari keseluruhan
pengelasan kecuali ditentukan lain oleh MK.
 Jumlah uji yang dijelaskan di atas adalah untuk hasil uj yang lulus,
sedangkan hasil uji yang tidak lulus tidak ikut diperhitungkan.
4) Sambungan las dari bagian-bagian konstruksi baj harus diuji sesuai dengan
kualitas las standar AWS D.10
Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan AWS D.10 pengelas dan
operator pengelas harus memberi tanda pengenal pada baja yang seperti
ditentukan, dengan tanda-tanda yang lengkap dan sempurna dan operasi
pengelasan dapat diketahui.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian secara
“Radiographic” dan “Ultrasonic” termasuk sumber tenaga dan utilitas lainnya
tanpa adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.
Daerah las yang diketahui rusak melebihi standard yang ditentukan pada “AWS
D.10”, yang dinyatakan dari “Radiographic” 100% dari pekerjaan pengelasan
adalah atas biaya Kontraktor.
Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standard yang
dipakai harus sesuai dengan AWS atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM.

7.9.16. Tanda Pemasangan


1) Kontraktor harus mempersiapkan gambar-gambar yang menunjukan tanda-tanda
yang dapat membantu pada tahap pemasangan. Tanda-tanda ini harus jelas
terlihat untuk menjamin pemasangan secara mudah oleh para pekerja.
2) Setiap bagian harus diperjelas dengan tanda pengenal yang sesuai dengan tanda
masing-masing gambar. Tanda-tanda lainnya (atas, bawah, kanan, kiri dan tanda-
tanda untuk permukaan yang disambung) juga diperlihatkan.
3) Bobot berat dari elemen baja yang berat harus diperlihatkan. Demikian juga
perhatian untuk titik berat dan trusses serta elemen-elemen baja lainnya, bila
tandanya sulit untuk ditempatkan, titik pusatnya harus ditandai dengan cat pada
bagian yang tidak akan berpengaruh pada pekerjaan konstruksi.
4) Kontraktor harus mempersiapkan daftar elemen-elemen baja, memeriksa tanda-
tanda pemasangan serta mengecek kualitas/mutu dari elemen-elemen konstruksi
baja yang direncanakan sudah sejalan dengan pelaksanaannya.

PT. PENTA REKAYASA C- 75


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.10. Sambungan Las

7.10.1. Bagian ini melingkupi arc manual welding dan non-gas shielded arc semi-automatic
welding (pengelasan manual), gas shielded arc semi-automatic welding (Pengelasan
semi otomatis) dan submerged arc automatic welding (Pengelasan otomatis).
1) Pada cara pengelasan manual/semi otomatis, diperlukan bukti dokumen yang
memperlihatkan pengalaman kerja dalam bidang mengelas dan hasil yang
didapat, sistem kontrol pekerjaan pengelasan, mesin-mesin dan peralatan yang
dipergunakan, peraturan-peraturan intern dalam pelaksanaan pekerjaan serta
tugas inspeksi, harus ditunjukkan kepada MK untuk disetujui sebagai syarat
administrasi kemampuan pekerja sebelum pekerjaan dimulai.
2) Pada cara pengelasan otomatis, pernyataan seperti tersebut pada butir 1) diatas
juga ditunjukan kepada MK. Pengujian mengenai pekerjaan tersebut akan
dilaksanakan apabila dianggap perlu oleh MK dan persetujuannya harus didapat
sebelum pekerjaan dimulai.
3) Khusus pada pengelasan stud, mesin automatic stud welding harus digunakan.
4) Tukang las yang terlibat dalam pekerjaan pengelasan harus disetujui terlebih dulu
oleh MK dengan persyaratan sebagai berikut :
Tukang las haus memiliki kemampuan yang kompeten dalam pekerjaan
pengelasan dan menunjukkan sertifikat kualifikasi (yang dikeluarkan oleh
organisasi yang berwenang dalam hal ini) termasuk juga menunjukkan data-data
lain yang diperlukan.
Apabila ada keraguan terhadap kemampuan dari tukang las, MK akan
melaksanakan uji kemampuan atas beban Kontraktor dan menentukan apakah
tukang las tersebut kompeten.
Pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bawah pengawasan teknisi khusus
yang mempunyai keahlian yang cukup dan memiliki pengetahuan tentang
pekerjaan tersebut. Teknisi-teknisi ini harus berada di tempat pelaksanaan
konstruksi pada saat pengerjaan di lapangan.

7.10.2. Ketentuan material yang akan dilas dan material las


1) Bentuk dari tepi profil baja boleh langsung disempurnakan berdasarkan
pengalaman dibengkel kerja, sekalipun demikian sebelumnya diperlukan
persetujuan MK.
2) Tepi-tepi dipotong dengan gas otomatis atau dengan proses mesin. Untuk bidang
tepi dimana presisinya kurang baik atau apabila tepi-tepi itu mempunyai
permukaan yang tidak halus, harus diperbaiki.
3) Bidang tepi harus dibuat sesuai dengan yang terdapat pada gambar rencana dan
spesifikasi dalam instruksi fabrikasi yang telah disetujui MK, dan harus sesuai
dengan metode pengelasannya. Pada cara dengan menggunakan manual gas
cutting, diperlukan ijin dari MK.
4) Material yang digunakan dalam proses pengelasan harus disimpan dalam tempat
yang kering sehingga material tidak kotor dan terkorosi. Kualitas arus dari
elektroda-elektroda harus terjamin.
5) Material untuk pengelasan harus ditangani secara hati-hati. Apabila ada bagian
elektroda las yang terkelupas atau sangat kotor atau kualitasnya berubah karena
lembab atau berkarat, maka material untuk pengelasan tidak boleh digunakan.
Elektroda-elektroda yang menyelimuti tidak boleh menjadi lembab. Batang las
yang lembab sebaiknya tidak digunakan.

PT. PENTA REKAYASA C- 76


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.10.3. Perakitan Material


1) semua komponen harus dirakit secara akurat, contohya dengan menggunakan jig
yang tepat. Las sudut harus dilas dengan kedekatan jarak yang benar. Bentuk
bagian tepi pada bagian butt welding harus sesuai dengan spesifikasi dalam
gambar dan dilas dengan baik agar tidak menyimpang dari spesifikasi terutama
sudut, root gap, dan potongannya.
2) Backing strip harus dekat dan dilas secara hati-hati dengan base metalnya.
Kesalahan pada perakitan harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan fabrikasi dan
jika ditemui kesulitan, tindakan langsung harus diambil atas instruksi MK.
3) Pada perakitan yang terdiri dari potongan-potongan material, suatu percobaan
harus dilakukan untuk mengurangi hambatan sebanyak mungkin bila
digabungkan dengan strukturnya. Pengukuran yang diperlukan harus
dilaksanakan dan harus disesuaikan dengan pola pengelasan dengan
mempertimbangkan regangan dan kekangan yang mungkin terjadi agar bentuk
tetap terjaga sampai pada akhir pengelasan.
4) Perakitan elemen-elemen baja harus dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
Saat perakitan, posisi yang benar dan sudut dari setiap potongan harus tetap
terjaga ketepatannya. Hal ini dapat dilakukan secara benar dengan menggunakan
pelat dasar dan beberapa jig yang tersedia untuk pekerjaan. Apabila tidak dapat
dihindari pengelasan jig ke elemen metal, kecermatan harus dijaga agar tidak
berpengaruh kepada metal dasarnya, akibat panas. Setelah pengelasan selesai,
jig secara hati-hati harus dilepas dan permukaan kembali dihaluskan.
Jika diperlukan penggunaan lubang baut sementara, metoda yang dipakai harus
ditentukan sebelumnya dan disetujui oleh Manajer Kontruksi.
Untuk mengurangi besarnya deformasi akibat pengelasan, regangan balik yang
cukup dan memadai atau kekangan harus diperbaiki untuk mengantisipasi
banyaknya kontraksi akibat pekerjaan pengelasan.
Untuk las tumpul, root gap harus dijamin agar tidak mengakibatkan berkurangnya
kemampuan penyatuan (fusion) yang dapat menyebabkan berkurangnya
kekuatan las. Demikian juga permukaan di bagian backing strip dan metal dasar
harus sebaik permukaan elemen metal pada las sudut dan harus dilas dengan
kedekatan jarak yang sesuai.
Untuk las tumpul atau las penetrasi parsial, pada pengelasan yang baik, kedua
ujung dari elemen metal yang disambung harus menggunakan end-tabs,
bentuknya sama dengan sambungan joint.
End-tabs adalah pelat kecil baja dengan bagian bawahnya dilas pada ujung metal
dasar pengelasan. Demikian pula untuk las sudut, end-tabs harus digunakan
seperti untuk las tumpul, atau harus dilakukan dengan proses pengelasan
cantum.

7.10.4. Tack Welding


1) Penggunaan tack welding harus dihindari, terutama bila bagian tack welding akan
dilewati pekerjaan pengelasan yang tidak boleh ada cacat. Apabila terpaksa harus
melakukan pengelasan bagian tack welded dan dapat menyebabkan retak pada
pengelasan akhir, bagian yang retak harus dibuang sampai mencapai las bagian
dasarnya. Pengelasn akhir dilaksanakan setelah bagian yang retak selesai
diperbaiki.
2) Jika tack welding dibuat dengan proses arc manual welding, proses gas shielded
arc semi-automatic welding atau proses submerged arc automatic welding,
panjang dari tack welding harus sesuai dengan Tabel 1 sebagai berikut :

PT. PENTA REKAYASA C- 77


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Tabel 1
Besaran Standar

Panjang Standar Tack Welding (mm)


Tebal Las
Arc manual welding/carbonic acid gas
(mm) Submerged arc
shielded arc semi-automatic welding/non-
automatic welding.
gas shield arc semi-automatic welding
T < 32 30 dan lebih 40 dan lebih
3.2 < t < 25 40 dan lebih 50 dan lebih
25 < t 50 dan lebih 70 dan lebih

3) Bila material las mempunyai tegangan tarik lebih dari 5000 kg/cm2 atau ketebalan
lebih dari 25 mm, harus menggunakan elektroda las jenis low hydrogen. Juga hal
ini harus diterapkan pada material yang mempunyai ketebalan lebih dari 12 mm
pada proses pengelasan dengan submerged arc automatic.
4) Tack welding tidak dapat dibuat pada bagian seperti tepi sambungan, titik sudut
(corner), titik awal atau titik akhir (terminal) pada akhir pengelasan, karena pada
bagian tersebut akan mudah timbul masalah dengan kekuatan produk dan
keakhlian serta ketelitian pengerjaan.
5) Jika baut penahan geser mutu tinggi dikombinasikan dengan las, maka baut
tersebut harus dikencangkan dahulu.

7.10.5. Mesin Las


mesin las harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kualitas dan dimensi dari
elemen baja dari suatu struktur dan bentuk sambungan. Mesin-mesin ini harus dapat
berfungsi dengan baik untuk menjamin pengerjaan las yang stabil.

7.10.6. Pembersihan
Sebelumm pengelasan dimulai, permukaan baja harus dibersihkan dari debu atau
gumpalan-gumpalan logam kasar, air, minyak, cat, dan bahan-bahan lain yang dapat
mempengaruhi proses pengelasan.

7.10.7. Pelaksanaan Pengelasan


1) Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan dengan arus listrik yang cukup dan
voltase yang sesuai dengan kecepatan pengelasan yang dibutuhkan serta kondisi
posisi pengelasan. Jika mesin las digunakan pada arus DC maka polaritas yang
diambil harus disesuaikan dengan material yang ada dan kondisi-kondisi lain.
2) Pada pekerjaan pengelasan yang dilakukan di Bengkel, harus memasang jig yang
cukup termasuk memasang beberapa rotary jig dan penentu posisi serta
pekerjaan pengelasan harus dilakukan sedapat mungkin pada kondisi yang rata.
3) Pemanasan yang cukup harus dilakukan apabila diperlukan dengan
memperhatikan tipe dari material baja dan ketebalan pelat baja. Secara umum
dalam kondisi apapun, apabila temperatur di lapangan 0o C sampai 15oC,
pemanasan harus dilakukan untuk menjaga permukaan material sejarak 100 mm
dari bagian/titik pengelasan harus berada pada suhu 50o atau lebih.
4) Harus dibuat dan ditentukan proses dan urutan pekerjaan pengelasan untuk
memperkecil regangan dan tegangan sisa. Jika baut penahan geser mutu tinggi
atau baut biasa digunakan bersamaan, metode atau urutan dari pekerjaan
pengelasan harus ditentukan berdasarkan instruksi dari MK. Jika bagian tack

PT. PENTA REKAYASA C- 78


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

welding ditemukan retak sebelum pengelasan final (final welding) dilakukan atau
terjadi pada masa pengelasan tersebut, seperti cacat tack-welded end-tabs yang
tampak, maka bagian tersebut harus dibuang, dan pemotongan pada bagian ini
harus diselesaikan dengan baik agar tidak membahayakan penampang dari profil
tersebut.
5) Bagian yang sudah dilas harus mempunyai permukaan yang halus dan bentuk
permukaan bergelombang yang seragam serta ukuran las dan panjangnya tidak
boleh kurang dari dimensi yang direncanakan. Ukuran dan panjang las boleh
sedikit lebih besar dari pada dimensi yang direncanakan. Kelebihan pengisian
atau bentuk permukaan yang tidak teratur tidak diperbolehkan. Bagian las harus
bersih dari cacat seperti retak, penyatuan yang kurang, penetrasi yang salah,
inklusi, undercur, overlap, atau bentuk kaki yang tidak teratur.
6) Ketelitian harus dilakukan agar tidak terjadi penetrasi yang tidak sempurna dan
tidak terjadi inklusi pada titik awal dari pengelasan. Proses pengelasan harus
dilakukan sepanjang metal dasarnya atau imbuhan metal dari titik ujung las atau
ujung rangkaian penyambungan. Ketelitian harus dijaga agar tidak timbul retak
pada ujung titik las atau akhir dari rangkaian las.
7) End-tab harus di-tack-welded pada kedua ujung akhir las tumpul atau las sudut,
bentuknya sama dengan sambungan. Pengelasan dimulai dari end-tab tack-
welded dan berakhir pada end-tabs bagian lainnya. Setelah pengelasan selesai,
apabila perlu end-tabs dapat dilepas.
8) Pada kasus las tumpul atau las sudut dengan penetrasi parsial, end-tabs harus
di-tack-welded pada kedua ujung lasnya dengan panjang yang cukup. Tanpa
seijin MK tidak ada end-tabs yang boleh digunakan apabila hal tersebut mudah
ditangani sehingga dari segi kekuatan dan R (jarak bukaan) memungkinkan untuk
menghindari bagian las menjadi rusak akibat las cantum atau proses-proses lain.
9) End-tabs yang natinya tidak kelihatan dan akan dibuang, harus disisakan 3 mm
sampai 5 mm.
10) End-tabs yang kelihatan akan dibuang, dan pemotongan pada bagian ini
diselesaikan dengan tidak membahayakan penampangnya.

7.10.8. Pembersihan dan perbaikan


1) Setelah pekerjaan pengelasan selesai, gumpalan benda padat dan serpihan-
serpihan harus dibuang. Kontraktor harus menguji pekerjaan ini, melaporkan
kepada MK, menjelaskan hasil uji yang didapat dan memperoleh persetujuan dari
MK.
2) Jika ada bagian las yang mengalami gangguan cacat/ seperti penyatuan yang
tidak lengkap, tidak sempurna penetrasinya, inklusi, pit dan blow hole, bagian-
bagian tersebut harus dibuang dan dilas kembali.
3) Jika bagian las mengalami retak, seluruh panjang dari endapan las harus dibuang
dan dilas kembali serta bagian ini harus dicatat. Sekalipun jika batas dari retak
tersebut sudah jelas dengan melalui pengujian yang tepat, bagian tersebut harus
tetap dibuang sampai 50 mm dari akhir batas retakan dan dilakukan pengelasan
kembali.
4) Jika metal dasar retak akibat pengelasan maka metal dasar itu harus diganti.
5) Elektroda yang berdiameter kurang dari 4 mm harus digunakan untuk
memperbaiki bagian las yang jelek.

7.10.9. Perlindungan Terhadap Cuaca

PT. PENTA REKAYASA C- 79


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan pada saat angin bertiup kencang atau
jika metal dasar (base metal) basah karena hujan atau salju. Apabila tindakan
pencegahan yang diambil sudah cukup tepat tetapi timbul faktor-faktor yang tidak
diharapkan, pekerjaan pengelasan boleh dilaksanakan, dengan ketentuan harus
mendapat persetujuan dan MK.
2) Jika kelembaban di lapangan cenderung tinggi, dan metal dasar menjadi basah,
pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi jika perawatan yang
dilakukan cukup untuk menjamin tidak timbulnya efek pada pengelasan,
Kontraktor boleh melaksanakan pengelasan, dengan ketentuan harus mendapat
persetujuan dari MK.
3) Jika bangunan adalah struktur komposit, baja struktur tidak boleh dilapisi cat.
4) Pengecatan yang dilakukan di Bengkel harus mempertimbangkan bagian-bagian
yang akan dilas di lapangan.
5) Bagian yang pengelasannya akan dilakukan di lapangan, tidak boleh dicat. Batas
area pengecatan hanya boleh dilakukan sekitar kurang lebih 200 mm dari bagian
yang akan di las di lapangan karena akan mengganggu pengujian ultrasonic flaw-
detecting. Kontraktor tidak boleh melakukan pengecatan pada bagian tersebut
walaupun menggunakan cat yang tidak berpengaruh terhadap pengujian tersebut.
6) Jika bagian-bagian yang direncanakan untuk dilas di lapangan dikhawatirkan akan
timbul karat maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal
tersebut.

7.10.10. Tindakan pencegahan terhadap kecelakaan


Peralatan las harus aman terhadap resiko seperti bunga api listrik atau arus pendek
dan harus dilengkapi dengan peralatan pencegah kebakaran untuk melindungi alat-
alat tersebut dari api akibat lelehan metal dan percikan bunga api. Misalnya pada saat
Kontraktor melakukan pengelasan pada area yang sempit atau ruangn yang
ventilasinya kurang memadai maka harus menyediakan peralatan untuk mencegah
arus pendek dan penyejuk ruangan (kipas angin).

7.11. Sambungan Dengan Baut

7.11.1. Mutu Baut dan Ketentuan Sambungan


1) Mutu baut yang digunakan pada sambungan baut konstruksi baja untuk tempat-
tempat penting sebagai kekuatan struktur, harus sesuai dengan klasifikasi / Middle
Class 3 tipe 4T dari JIS B 1180 “baut heksagonal” atau sesuai dengan ASTM
A307. Mutu dari Mur harus sesuai dengan JIS B1181 “mur heksagonal” atau
setara.
2) Diameter lubang baut dibuat 0,5 mm lebih besar dari diemeter baut, kecuali dalam
kasus-kasus khusus.
3) Lubang baut harus diatur dengan jarak yang tepat sepanjang garis bantu dan
dibuat dengan bentuk silinder. Arah dari lubang harus tegak lurus dengan
permukaan material dan ketika potongan-potongan material tersebut disambung.
Lubang baut harus sedapat mungkin membentuk suatu garis lurus.
4) Yang dimaksud dengan panjang baut adalah panjang nominal seperti pada tabel
terlapir menurut JIS B 1180 untuk baut heksagonal dan dipilih berdasarkan
panjang pengencangan yang kuat. Ringh harus digunakan pada baut sebagai
penerima gaya geser dan panjang pegangan pada beberapa baut harus diseleksi
agar penampang ulir tidak menahan gaya geser.

PT. PENTA REKAYASA C- 80


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

5) Baut-baut harus dikencangkan dengan kuat menggunakan alat bantu pengencang


(hand Wrenches, impact wrenches, dan lain-lain) agar tidak kendor.
6) Baut yang digunakan sebagai alat penyambung, baut angkur dan baut-baut
lainnya yang khusus disebutkan dalam gambar harus dikunci dengan pengunci
yang baik seperti mur dobel, mur pengunci dan ring per untuk mencegah
kendornya mur, kecuali baut-baut yang tertanam dalam beton

7.11.2. Inspeksi Setelah Pekerjaan Pengencangan


1) Setelah pengencangan baut-baut selesai, minimum 10%-nya harus diinspeksi
untuk menjamin bahwa baut-baut itu bebas dari hal-hal berikut :
Baut-baut yang tidak sesuai dengan kujalitas yang direncanakan.
Baut-baut yang tidak sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan.
Baut-baut yang kendor atau kurang kencang.
2) Hasil insperksi harus disimpulkan oleh Kontraktor dalam suatu laporan dan
ditunjukan kepada MK. Semua ketidaksesuaian/cacat harus diperbaiki sesuai
dengan instruksi dari MK.

7.11.3. Penanganan baut yang cacat


Baut-baut yang cacat harus diganti dengan baut-baut yang memenuhi ketentuan yang
telah disyaratkan baik dalam gambar perencanaan maupun dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini dan harus dikencangkan dengan benar. Hasil dari
pengencangan harus dilaporkan. Baut-baut yang tidak kencang/longgar harus
dikencangkan dengan benar. Setelah koreksi pengencangan, maka MK akan
melakukan inspeksi.

7.11.4. Sambungan dengan baut friksi mutu tinggi (High Strength Friction Grip)
1) Kualitas baut mutu tinggi yang terdiri dari baut heksagonal mutu tinggi, mur
heksagonal dan pelat ring untuk sambungan geser harus sesuai dengan JIS
B1186 Set atau sesuai dengan ASTM A325 atau A490.

Tabel 2
Tipe dan Kelas Baut Mutu Tinggi

Klasifikasi berdasarkan sifat mekanis


Tipe dari berbagai Set
dari komponen mekanis yang dipakai

Klasifikasi Klasifikasi Pelat


berdasarkan sifat berdasarkan nilai Baut Mur
mekanis koefisien Ring

Tipe 2 Tipe B F10T F10 F35


Catatan : setiap Set terdiri dari baut, 1 mur, dan 2 pelat ring.

2) Setelah penerimaan di Lapangan untuk baut mutu tinggi dan baut khusus mutu
tinggi yang sesuai dengan JIS (Japanese Industrial Standard) atau ASTM A325
atau A490, beberapa uji harus dilakukan untuk mengecek nilai dari koefisien torsi.
Untuk kasus-kasus yang mudah dan sederhana, pengujian ini dapat dipermudah
dengan persetujuan dari MK.
3) Panjang baut mutu tinggi adalah panjang yang dihitung mulai dari bawah leher.
Panjang tersebut adalah panjang yang dihasilkan dengan menambahkan panjang
yang disebutkan pada tabel 3 di bawah ini dengan panjang pengencangan.

PT. PENTA REKAYASA C- 81


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Penggolongan dari panjang yang digunakan dapat dikurangi sepanjang dijamin


tidak akan menimbulkan masalah.

Tabel 3
Panjang yang ditambahkan pada Panjang Pengencangan

Diameter baut nominal Panjang yang ditambahkan pada panjang


pengencangan (mm)

M16 30 atau lebih


M20 35 atau lebih
M22 40 atau lebih
M24 45 atau lebih

4) Panjang untuk baut khusus mutu tinggi harus disesuaikan terhadap panjang
pengencangan dan penggolongan dari penambahan panjang dapat dikurangi,
sepanjang dijamin tidak akan menimbulkan masalah.
5) Nilai-nilai dari gaya tarik baut standar diperlihatkan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4
Gaya Tarik pada Baut Standar

Diameter Nominal pada baut

Tipe dari set (Tipe baut- M16 M20 M22 M24


baut)
Tipe-2 (F10T) 11.7 118.2 22.6 26.2

6) Diameter dari lubang baut didapat dengan menambahkan nilai dari Tabel 5
dengan nilai diameter baut.

Tabel 5
Ukuran yang ditambahkan pada Diameter Baut (mm)

Diameter Baut ukuran yang ditambahkan pada


diameter baut

20 atau kurang 1.0


Lebih dari 20 1.5

7) Lubang dudukan baut harus dibor dibengkel.

7.11.5. Penanganan Baut


1) Produk yang sudah siap harus disimpan dengan hati-hati dan dijaga agar terhindar
dari timbulnya kerusakan pada bagian berulir, karat, adhesi dengan material lain,
kontaminasi, dan lain sebagainya.
2) Produk yang sudah siap harus dibawa ke lapangan dalam kotak penyimpanan dan
baru boleh dibuka segera seberum digunakan.

PT. PENTA REKAYASA C- 82


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Baut yang digunakan pada pengujian dan penyetelan/pengencangan tidak boleh


digunakan kembali, baik pada pengujian maupun untuk konstruksi sambungan.

7.11.6. Perawatan dari Permukaan Friksi


1) Mill scale pada permukaan friksi harus dieliminasi dengan blasting atau dengan
menggunakan alat gurinda Uflat grinder) dan permukaan seluruhnya harus bersih
dari karat. Permukaan ini harus bersih dari cacat, deformasi atau cekungan yang
diakibatkan oleh pemakaian alat gurinda.
2) Pelat pengisi (filler plate) harus dikerjakan seperti dijelaskan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini. Terutama ketika pelat pengisi dipasang pada elemen
dengan las, hal ini sangat diperlukan untuk memastikan terjadinya oksidasi.
3) Jika ada ledakan (burst), deformasi dan sebagainya ditemukan pada bagian dari
baja struktur yanbg berhubungan dengan baut dan pelat ring, permukaan harus
diratakan dengan alat gurinda atau lainnya.

7.11.7. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah erection


1) Perhatian khusus harus diberikan untuk perlindungan pada permukaan friksi.
Pada kasus munculnya pengelupasan karat, minyak cat, debu, dan lain-lain yang
akan mengurangi friksi, maka hal-hal tersebut harus dibuang terlebih dulu
sebelum proses erection.
2) Jika ada perbedaan 1 mm atau lebih pada ketebalan material disambungan,
kompensasi harus dilakukan dengan menggunakan pelat pengisi.
3) Jika inklinasi 1/20 atau lebih pada permukaan dari sambungan yang berhubungan
dengan kepala baut atau mur, maka ring miring (tapered washer) harus
digunakan.
4) Jika bagian lubang baut tidak lurus setelah erection sementara, hal ini harus
dikoreksi dengan menggunakan reamer. Pada kasus ini, cek kembali untuk
memindahkan reaming chips dari sambungan. Kontraktor jangan menggunakan
drift pins untuk memperbaiki letak dari tengah lubang, karena hal ini akan
menyebabkan deformasi dari lubang sehingga menimbulkan ketidakcocokan baja
struktur.

7.11.8. Peralatan untuk pengencangan dan Inspeksi


1) Peralatan yang digunakan untuk mngencangkan dan inspeksi harus sesuai
dengan baut-baut yang direncanakan, dan harus diserahkan pada saat inspeksi.
2) Peralatan seperti alat pengatur torsi (torque control impact wrenches), yang
mudah mengukur fluktuasi torsi, harus distel gaya pengencangannya setiap pagi
dan sore hari sebelum memulai pekerjaan. Pengaturan harus dilakukan untuk
membatasi kesalahan torsi sebesar kurang lebih 7% dari nilai yang ada dan
catatan pengukuran harus ditunjukkan kepada MK untuk disetujui.

7.11.9. Pengencangan
1) Sebelum penyambungan yang sebenarnya, baut-baut harus dikencangkan
sementara untuk menjamin hubungan yang baik dengan pelat. Khususnya bagi
baut-baut khusus mutu tinggi, pengencangan harus dilakukan dengan hati-hati.
Banyaknya baut-baut sementara harus 1/3 dari jumlah total baut, dengan jumlah
minimum 2 buah baut.
2) Sebelum pekerjaan pengencangan, karakteristik dari baut-baut seperti panjang,
material, ukuran nominal, dan lain-lain harus diperiksa untuk menyakinkan bahwa
baut-baut tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

PT. PENTA REKAYASA C- 83


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Pengencangan dari kumpulan baut harus dimulai dari pusat kumpulan dan diakhiri
pada bagian tepi kumpulan baut.

7.11.10. Inspeksi Pengencangan


1) Inspeksi harus diadakan setelah pengencangan baut dari sambungan yang
sebenarnya selesai dikerjakan.
2) Inspeksi pengencangan harus dilakuan dengan mengencangkan mur-murnya
dengan kunci torsi. Torsi yang ada harus diukur saat murnya mulai berputar.
3) Setiap kumpulan baut minimal 10% dari jumlah total baut, dengan minimum 1 baut
harus diajukan untuk dilakukan inspeksi pengencangan. Jika inspeksi ini hasilnya
memuaskan, banyaknya baut yang diuji pada inspeksi berikut boleh dikurangi
dengan persetujuan dari MK.
4) Nilai torsi, T dianggap memuaskan apabila hasil yang didapat dalam inspeksi
sesuai dengan hubungan berikut : 0.9 To< 1.1 To , dimana :
To = (k x dlNo ) 1 1000
T = Nilai torsi yang diukur selama inspeksi (kg.m)
To = Nilai torsi standar (kg.m)
K = Nilai dari koefisien torsi
Dl = Dimensi standar dari diameter terpotong dari bagian ulir baut (mm)
No = Gaya tarik baut standar yang didapat dari Tabel 4 (kg)

Catatan : Hasil dari inspeksi pengencangan harus diserahkan kepada MK untuk


mendapatkan persetujuan.

7.11.11. Pelaksanaan sambungan dengan baut


1) Pelaksanaan dari pekerjaan meliputi semua pekerjaan yang termasuk dalam
kelengkapan rangka baja, termasuk klasifikasi dari lemen yang dibawa ke
lapangan, framing, sambungan pada elemen-elemen dan pekerjaan lain untuk
instalasi fasilitas sementara.
2) Chief Engineer dari Kontraktor harus menunjuk Engineer khusus yang akan
bertanggung jawab pada pekerjaan struktur rangka baja, sebanyak yang
dibutuhkan serta harus menjelaskan tentang tugas-tugas dan tanggung jawabnya.
Engineer ini harus dapat mengkoordinasikan pekerjaan struktur rangka baja dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait, memeriksa elemen-elemen baja tentang
kualitas dan efisiensi yang berhubungan dengan spesifikasi standar dan gambar-
gambar yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan struktur rangka baja.
3) Engineer yang bertugas, harus membuat jadwal pekerjaan berdasarkan pada
“Rencana Pelaksanaan Pekerjaan”.

7.12. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan

7.12.1. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan


1) Dalam membuat jadwal pelaksanaan, waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan baja struktur harus ditentukan dengan
mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk pengadaan material,
pembuatan di pabrik dan konstruksi di lapangan bersama-sama dengan tugas
administrasi yang diperlukan untuk menjamin mutu dan efisiensi dari elemen-
elemen struktur tersebut dengan mempertimbangkan segi keamanannya.

PT. PENTA REKAYASA C- 84


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

2) Erection baja struktur seperti yang dinyatakan dalam butir ini diartikan
pengangkatan dan atau pemasangan dari rangkaian elemen-elemen baja,
pengujian sambungan dan instalasi ulang atau penyesuaian dari erection.
3) Dalam menentukan rencana erection, dimensi dari berbagai elemen baja seperti
dinyatakan pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini “Ketepatan pada
Erection” harus dipertimbangkan kecuali jika disebutkan pada dokumen lainnya.
4) Elemen-elemen harus dibuat dengan ukuran tertentu dan disusun dengan cara
tertentu seperti dinyatakan pada butir-butir diatas dengan menjamin keamanan
pelaksanaan selama perioda pelaksanaan yang ditentukan.

7.12.2. Rencana Erection


1) Sebelum dimulainya pekerjaan erection, harus ditentukan terlebih dahulu rencana
erection yaitu suatu rencana yang disusun untuk dapat menentukan urutan kerja
yang paling efektif sebagai kerangka pekerjaan.
2) Pemahaman yang cukup harus dikuasai untuk menghindari hal-hal yang dapat
mengakibatkan kecelakaan pada saat erection yang diakibatkan oleh rangka baja
yang tidak stabil pada saat awal. Pengukuran yang tepat harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan penggunaan mesin dan untuk melindungi pekerja dan
orang-orang yang ada disekitar lokasi dari kecelakaan atau bahaya lainnya.
3) Hal-hal berikut ini harus ditentukan pada rencana erection :
Jadwal pelaksanaan yang meliputi :
 Waktu memulai pembuatan perencanaan.
 Waktu pembuatan dan penyatuan elemen-elemen baja
 Waktu penyelesaian pekerjaan.
Langkah-langkah fabrikasi/pembuatan rangkaian konstruksi baja.
Daftar elemen-elemen yang memperlihatkan berat (berat elemen juga
diperlihatkan pada gambar).
Tipe dan efisiensi dari mesin-mesin yang dipakai selama konstruksi meliputi :
 Lingkup pekerjaan
 Kapasitas daya angkat
 Tempat instalasi
 Hhal-hal yang harus diperhatikan untuk keamanan.
Metoda untuk mengadakan pengukuran atau membuat penyesuaian pada saat
pekerjaan erection.
Metoda untuk mengadakan pengukuran atau membuat penyesuaian setelah
selesainya pekerjaan eredtion.
Tempat dan cara penyimpanan material/elemen baja.
Metoda untuk melindungi baja struktur pada saat konstruksi terhadap angin
kencang (klarifikasi dari jumlah baut sementara yang digunakan).
Tata cara kontrol keselamatan.

7.12.3. Pengiriman dan Penyimpanan


1) Produk-produk harus dibawa ke lapangan sesuai dengan urutan pemasangannya
perlindungan yang diperlukan harus dilakukan setiap saat.
2) Jumlah produk harus diperiksa terhadap invoice dari pabrik pada saat
penerimaan.

PT. PENTA REKAYASA C- 85


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Tempat penyimpanan material yang bersih dan terjaga harus disiapkan sebelum
penerimaan pengiriman produk. Apabila produk dapat langsung dipasang, tempat
penyimpanan tidak lagi diperlukan.
4) Elemen baja yang diterima harus dipisah-pisahkan atau digolong-golongkan dan
disimpan sesuai dengan urutan pemasangannya nanti.
5) Pada saat pengangkutan atau penyimpanan produk, pengganjal dan alat-alat
bantu harus digunakan untuk menghindari kerusakan pada elemen baja. Elemen
baja tidak boleh langsung diletakkan pada tanah untuk menghindari kontak
langsung dengan tanah.
6) Ketika elemen baja didapati dalam keadaan melengkung atau melintir, perbaikan
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum erection.
7) Apabila elemen baja rusak ketika pengangkutan atau penyimpanan, elemen-
elemen tersebut harus diperbaiki sebelum erection, karena tidak mungkin untuk
melakukan perbaikan setelah erection. Perbaikan harus disesuaikan terhadap
besar kecilnya kerusakan, elemen baja yang patah harus dikembalikan ke pabrik
untuk diperbaiki.
8) Ketika pengangkutan atau penyimpanan elemen baja, harus mendapat perhatian
khusus untuk masalah keamanan. Akumulasi dari pekerjaan yang tidak baik pada
elemen baja struktur dapat menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
kecelakaan.

7.12.4. Pemasangan baut Angkur


1) Angkur harus dipasang dengan menggunakan rangka dudukan untuk menjamin
stabilitas ketika pengecoran beton dilakukan.
2) Posisi angkur setelah pengecoran beton harus sesuai dengan gambar
perencanaan serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
3) Bagian ulir angkur harus dilindungi untuk mencegah karat atau kerusakan selama
periode pemasangan angkur sampai erection baja.
4) Setelah baja diberdirikan, mur harus dikencangkan sehingga gaya tarik dari tiap
angkur menjadi seragam. Paling tidak, 1/3 dari bagian ulir angkur harus terlihat
setelah pengencangan mur.

7.12.5. Pengukuran Dimensi Dasar


1) Sebelum pelaksanaan erection, pengukuran terhadap ukuran-ukuran dasar dari
bentang, sambungan-sambungan internal kolom, bagian-bagian yang bersudut
dan level horisontal dari beberapa elemen baja harus dilakukan untuk
rekonfirmasi.
2) Angkur yang tidak terpasang dengan abaik harus diperbaiki sesuai gambar
perencanaan.

7.12.6. Erection
1) Pada saat melaksanakan perakitan di Lapangan sebelum erection, alat-alat yang
tepat guna dan efektif harus digunakan untuk menjamin ketepatan dan kebenaran
dimensinya. Perakitan tersebut harus dilaksanakan sesuai standar yang
dinyatakan pada butir 7.12.11 ”Penyambungan di Lapangan”.
2) Alat yang paling cocok harus diseleksi dengan memepertimbangkan beban
maksimum, ruang lingkup, skala dan bentuk bangunan. Rencana pemakaian
crane harus ditetapkan sesuai dengan karakteristik khusus crane itu sendiri dan
pencegahan dengan derajat keamanan yang cukup harus diambil terhadap
kejutan-kejutan yang tidak diharapkan.

PT. PENTA REKAYASA C- 86


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

3) Erection rangka baja harus dilaksanakan sesuai rencana. Diagonal bracing dan
lain-lain, harus dipasang sesuai keperluan pada saat pekerjaan erection.
Khususnya pada saat pemasangan elemen perkuatan, perhatian khusus harus
diberikan sesuai dengan perencanaannya.
4) Penyangga sementara harus dipasang untuk menyangga rangka baja apabila
diperlukan. Tiang-tiang penyangga sementara tersebut harus dipertahankan
sampai elemen-elemen rangka tersambung seluruhnya dan kedudukannya sudah
stabil.
5) Kondisi elemen-elemen baja dari rangka baja harus dicek dari waktu ke waktu
sesuai keperluan pada saat pekerjaan erection. Pekerjaan harus tetap
berlangsung walau ada bagian-bagian yang perlu diperbaiki/dikoreksi.
6) Pengencangan baut pasang sebelum posisi final.
Elemen-elemen baja harus secara prinsip dihubungkan dengan baut biasa,
dimana diameternya serupa dengan baut mutu tinggi yang sebenarnya sehingga
menjamin keamanan dari rangka baja yang sedang dikerjakan. Pengencangan
sementara harus dilaksanakan pada 1/3 dari dari jumlah baut biasa yang
diperlukan, tetapi tidak boleh kurang dari 2 buah baut. Dalam hal apapun pada
saat erection, seluruh sambungan elemen baja atau elemen-elemen yang
berhubungan harus ditempelkan dengan baut pasang.

7.12.7. Menentukan Posisi Akhir


1) Apabila diperlukan guna menambah kekuatan untuk mencapai posisi final,
prosedur perlindungan yang diperlukan harus dilaksanakan sehingga elemen baja
pada rangka tidak ada yang rusak.
2) Meskipun rangka baja tersebut mempunyai bracing dengan turn buckles, bracing
tidak boleh digunakan untuk mengoreksi regangan.
3) Penentuan posisi akhir harus dilakukan dengan cara tertentu sehingga memenuhi
syarat-syarat yang termuat pada butir 7.12.10 “Ketepatan Pada Erection”.

7.12.8. Rangka Baja yang Sudah Selesai Harus Diuji


1) Sebelum pengencangan, regangan harus dikoreksi. Untuk rangka baja yang
sudah selesai dikerjakan harus dilakukan pengujian dan laporan hasil
pengujiannya tersebut harus diserahkan kepada MK.MK harus menguji pekerjaan
tersebut dan memberikan persetujuan.
2) Pengelasan akhir harus dilaksanakan setelah regangan dikoreksi pada erection
pertama

7.12.9. Ketepatan pada Erection


Pita pengukur besi yang digunakan di lapangan harus sesuai dengan butir 7.9.2. “Pita
Pengukur Baja Standar”. Dalam mengukur ketepatan erection, pengaruh panas
matahari harus dipertimbangkan.

7.12.10. Ketepatan dari Erection


1) Prosedur perlindungan harus dilakukan pada saat erection.
2) Rangka baja yang sedang dikerjakan harus diberi penguat dan pengaku dengan
bracing/pengaku sementara dan penyangga lainnya terhadap angin dan beban
lainnya.
3) Pada saat pengangkatan rangka baja dan elemen baja lainnya, gunakanlah
potongan baja atau kayu apabila diperlukan sebagai elemen penguat.

PT. PENTA REKAYASA C- 87


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

4) Apabila Kontraktor meminta untuk memasang sementara elemen-elemen baja


pada rangka yang sedang dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
dari MK sebelumnya dan baru memperkuat rangka baja bila diperlukan.

7.12.11. Penyambungan di lapangan


Sambungan dengan baut friksi mutu tinggi. Pekerjaan ini harus dilaksanakan seperti
dinyatakan pada butir 7.11.4. “Sambungan Dengan Baut Friksi Mutu Tinggi”

7.12.12. Pengelasan di Lapangan


Engineer/Akhli dari Kontraktor yang bertugas harus menerangkan dengan jelas
tentang metode dan cara-cara pengelasan serta kondisi check list dari pengelasan
dilapangan, kepada administrasi pelaksanaan pekerjaan.

7.12.13. Sistem Administrasi


Pembagian tugas dan tanggung jawab dari orang-orang yang bertugas harus
ditentukan dan dijelaskan sebelumnya serta harus melaksanakan metode administrasi
proyek yang sistematis.

7.12.14. Metode Untuk Dan Cara Pengelasan


Secara prinsip pengelasan di Lapangan dilakukan secara manual atau pengelasan
semi otomatis. Menyangkut cara pengelasan di lapangan tersebut, harus ditentukan
dengan mempertimbangkan regangan yang terjadi sebagai hasil dari pengelasan
pada ketepatan saat erection yang memungkinkan dapat melebihi batas yang diijinkan.
Perhatian khusus juga harus diberikan agar tidak menghasilkan tegangan yang
melebihi batas. Kondisi suhu harus diperhatikan sebelum memulai pengelasan.

7.12.15. Kondisi Pengelasan


Mesin las dan material-material harus diseleksi degan mempertimbangkan fakta
bahwa peralatan dan material adalah bagian dari metode pengelasan yang tidak
terpisahkan serta tukang las harus mengerti benar aturan-aturan penggunaan mesin.
Untuk hal tersebut, syarat dalam butir 7.10.9. “Perlindungan Terhadap Cuaca” harus
digunakan dengan tepat.

7.12.16. Tukang Las


Tukang las yang bertugas melaksanakan pengelasan di lapangan harus mempunyai
kualifikasi yang tercantum dalam butir 7.10.1.Beberapa tukang las yang mempunyai
kualifikasi tersebut apabila diperlukan dapat diminta untuk menempuh beberapa ujian
tambahan terhadap kondisi yang sama dengan yang ada di lapangan.

7.12.17. Inspeksi Dan Koreksi


Inspeksi dan koreksi yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dengan butir 7.11.8
dan 7.11.10.

7.12.18. Pekerjaan Sambungan Baut


Pekerjaan sambungan harus dilaksanakan sesuai dengan butir 7.11. “Sambungan
Dengan Baut”

7.12.19. Sambungan Dengan Baut dan Las


Apabila dalam satu sambungan digunakan baut geser mutu tinggi dan las secara
bersama, maka baut geser tersebut harus dipasang dan dikencangkan terlebih dahulu,

PT. PENTA REKAYASA C- 88


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

setelah itu baru dilaksanakan pengelasan. Kecuali apabila ditentukan lain didalam
gambar perencanaan.

7.12.20. Bracing Dengan Turnbuckles


Apabila bracing dengan turnbuckles digunakan, hentakan awal harus terdistribusi
pada segala bagian dari barcing.

7.13. Pekerjaan Pengecatan

7.13.1. Pengecatan di Lapangan (Untuk Struktur Non-Komposit)


1) Pekerjaan Pengecatan di lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan syarat dari
JASS 18 ‘Pekerjaan Pengecatan’. Material untuk pengecatan, jumlah lapisan
pengecatan, metode pengecatan dan lingkup pengecatan harus ditentukan.
Lapisan finishing harus terdiri dari 2 lapisan. Lapisan utama dan lapisan finishing
harus berbeda warna. Kontraktor harus menunjukkan contoh cat termasuk warna
yang akan dipakai kepada MK untuk disetujui..
2) Pengecatan pada bagian yang belum dicat atau bagian yang terkelupas (rusak) di
lapangan.
3) Persiapan untuk dapat melakukan penyesuaian pada permukaan dari bagian-
bagian yang menggunakan baut geser mutu tinggi, sambungan dengan baut
ataupun dengan las harus dilaksanakan sesuai dengan JASS 18 dan cat tahan
karat harus dilaksanakan pada permukaannya seperti yang seharusnya dilakukan
di bengkel.
4) Bagian yang rusak atau catnya terkelupas harus dibersihkan, sedangkan bagian
cat aktifnya harus tetap menempel pada permukaan baja. Bagian yang mulai
berkarat harus dibersihkan dulu dengan sikat kawat dan baru dicat tahan karat
setelah cat lamanya dibuang.

7.13.2. Pengecatan Anti Korosi Untuk Baja


1) Pengecatan anti korosi harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap material-
material konstruksi yang akan dicat sebagai berikut :
Cat anti korosi dan cat finishing untuk semua baja struktur pekerjaan sipil dan
pekerjaan konstruksi bangunan.
Cat anti korosi dan cat finishing untuk fitting baja.
Pengecatan untuk pekerjaan metal yang lain dan cat finishing untuk
interior/eksterior dari bangunan.
2) Kontraktor harus memberikan katalog kepada MK, contoh-contoh warna dan
sertifikat kualitas yang mengindikasikan dengan jelas kualitas karakteristik dari
semua cat yang digunakan, untuk memperoleh persetujuan.
3) Lebih jauh, Kontraktor harus memberikan kepada MK rencana warna yang akan
dipakai, dengan tujuan untuk diseleksi dan disetujui.

7.13.3. Persiapan Permukaan Untuk Baja


1) Seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan dari Oli dan gemuk dengan
cairan pelarut, debu dan kotoran lainnya juga harus dibersihkan.
2) Semua permukaan baja harus dibersihkan dengan menggunakan sikat mekanik
sebelum melakukan pengecatan anti korosi di pabrik dan sebelum melakukan
pengecatan anti korosi di lokasi untuk bagian-bagian yang perlu di cat ulang.
3) Setelah dibersihkan dengan alat pembersih sikat mekanik, debu pada permukaan
harus ditiup dengan sebuah alat penyembur udara (air blower)

PT. PENTA REKAYASA C- 89


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.13.4. Material cat


Jenis cat yang harus digunakan dalam pekerjaan pengecatan adalah sebagaimana
disebutkan dalam tabel dibawah ini. Pemakaian produk ICI atau produk lainnya yang
setipe dengan yang disebutkan disini harus memperoleh persetujuan dari MK.

No. Penjelasan Secara Umum

1 Alkyd based red lead/zinc chromate primer


2 Long oil alkyd resin varnish
3 Zinc chromate primer

7.13.5. Rencana Pengecatan


1) Semua spesifikasi disini berdasarkan pada butir 7.13.2. “Pengecatan Anti Korosi
untuk Baja” baik nomor dari metoda dry film yang dipakai maupun jumlah lapis
ketebalan yang dipakai (untuk coat).
2) Spesifikasi 1
Permukaan eksterior dan interior baja At shop
No. 1 2 35 BR
Setelah diantar ke lokasi, semua permukaan harus dicuci dengan air guna
membersihkan kotoran, partikel-partikel garam, dan lain-lain yang menempel
selama transportasi.
Permukaan yang rusak harus dibersihkan dengan power tool pada SIS St-3.
 Nomor dari metoda dry film yang dipakai.
 Jumlah lapis ketebalan yang dipakai (untuk coat)
No. 1 : (Touch-up primer) 2 35 BR
No. 2 : (finish coat) 1 25 BR/AS
3) Spesifikasi 2
Pekerjaan baja termasuk rangka dan sebagainya, pengecatan primer harus
dilakukan di pabrik.
At shop
No. 1 15 BR/AS
At shop
Setelah pengiriman sampai di lokasi, semua permukaan harus dicuci dengan air
untuk membersihkan kotoran, partikel, garam, dan lain sebagainya yang timbul
dari pengaruh sewaktu pengangkutan dan terjadinya kerusakan dari cat primer
yang sudah dilakukan di pabrik, harus dibersihkan dengan power tool pada SIS
SS-3.0
No. 1 1 35 BR
(touch-up primer)
No. 2 2 25 BR
(finish coat)
Keterangan :
BR = Brush
AS = Airless spray
RL = Roller brush
STA = Spatula

7.13.6. Aturan Umum

PT. PENTA REKAYASA C- 90


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1) Cat yang tahan api harus disimpan pada tempat tersendiri, terisolasi dan
berventilasi dengan baik serta terlindung dari cahaya matahari secara langsung.
2) Lokasi pengecatan harus dipastikan mempunyai ventilasi yang baik untuk
menghindari agar para pekerja tidak keracunan karena larutan dan juga untuk
mencegah kebakaran.
3) Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah bahaya kebakaran. Api harus
dijauhkan/dihindarkan dari lokasi pengecatan. Penyimpanan cat harus
sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari terjadinya ledakan, kebakaran api,
dan sebagainya. Kain atau karung yang digunakan untuk membersihkan atau
yang terendam cat dapat membahayakan apabila terkena hawa panas yang tiba-
tiba, karena itu bahan-bahan tersebut harus segera dibuang.
4) Pekerjaan pengecatan harus ditunda pada kondisi sebagai berikut :
Temperatur atmosfir dibawah 5oC dan kelembaban relatif lebih dari 80%.
Selama hujan, angin kencang dan hari-hari dimana cuaca tersebut akan terjadi.
Kondisi kerja yang jelek, dimana tidak mungkin pekerjaan yang baik dapat
dihasilkan.
Permukaan yang dicat atau rusak atau terganggu oleh pekerjaan yang lain.
Ventilasi yang tidak mencukupi sehingga pengeringan yang diharapkan tidak
dapat terpenuhi.
5) Metode aplikasi yang sesuai harus diterapkan agar dapat diperoleh pengecatan
yang baik, dan pengecatan harus dilakukan dengan baik sehingga tidak
meninggalkkan noda-noda, kotoran-kotoran, gelembung-gelembung, dan
sebagainya.
6) Cat harus dikirim ke lapangan dalam keadaan di segel.
7) Secara umum, cat harus digunakan sebagaimana mestinya, bagaimanapun
tergantung pada kekerasan/kehalusan dari permukaan, derajat penyerapan,
temperatur atmosfir dan sebagainya.
8) Sudut atau bagian dimana dua warna yang berbeda bertemu harus dilakukan
penanganan khusus dan garis batas harus dibuat secara jelas.
9) Permukaan yang telah dicat harus dilindungi dengan baik dari kontaminasi dan
kerusakan sampai permukaan tersebut seluruhnya menjadi kering dan lantai dari
permukaan lain pada lokasi yang akan dicat harus ditutup atau dilindungi dari noda
sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
10) Setelah dilakukan pembersihan pada permukaan baja, cat primer harus dikerjakan
secepat mungkin dengan maksud untuk menghindari terjadinya karat.
11) Instruksi dari pabrik harus diperhatikan secara teliti untuk meyakinkan pekerjaan
pengecatan yang benar dan baik.

PT. PENTA REKAYASA C- 91


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

8. Outline Spesifikasi Material Pekerjaan Struktur

SPESIFIKASI MATERIAL PEKERJAAN STRUKTUR


ITEM
NO URAIAN MEREK
MATERIAL
I Beton Fc' 35 MPa (Kolom dan Corewall Lt B2 – Lt 6). - Adhi Mix
Fc' 30 MPa (Kolom dan Corewall Lt 7 – Lt Dak
Atap, dan Struktur Lainnya spt balok, pelat, - Jaya Mix
dinding STP & GWT, dst)
- Pioneer

II Baja Tulangan - Krakatau Steel


10 < D < 32 (BjTS 420B) untuk Str Atas, kecuali
- Tulangan Utama ties & sengkang Kolom. - Master Steel
Lentur
- Tulangan Sengkang 10 < D < 32 (BjTS 520) untuk Str Bawah dan ties - Delcoprima Steel
& sengkang Kolom.

III Baja Profil ST 37 Mild Steel - Cigading


Angkur baut : Grade 5,8 - Krakatau Steel
Baut : HTB A 325 - Gunung Garuda
Las : E 70 xx
IV Water Proofing Dinding perimeter Besmen : Membrane WP - SIKA
Dinding Dalam GWT : Coating Water proofing - Ultrachem
Dinding STP : Coating Water proofing - Hitchins
& Floor hardener
& Water stop
Dipilih yang tidak membahayakan manusia dan
V Anti Rayap - Bayer Basileum 505
sudah
disetujui oleh Ditjen POM Depkes RI - Terminate
- Lemkra
VI Bonding agent - SIKA
- Ultrachem
- Cormix

VII Additive Beton + - SIKA


Plasticizer - FEB
- Ultrachem

VIII Minyak Bekisting Beton - SIKA


- FEB
- Cormix

PT. PENTA REKAYASA C- 92


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

IX Cat Baja Profil cat dasar zincromate Lihat di outline spec


arsitektur
cat finish

Mutu Beton Min Fc’ 41.5 MPa (K-500) WIKA BETON


X Spun pile D600 Mcr = 17 t.m NINDYA BETON
Mult = 25.5 t.m ADHI BETON
Leff = 22-27 m (max 3 sambungan)

PT. PENTA REKAYASA C- 93


PEKERJAAN ARSITEKTUR
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

DAFTAR ISI

D. PEKERJAAN ARSITEKTUR ..................................................................................................6


1 PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL .........................................................................6
1.1 Umum ............................................................................................................................6
1.2 Lingkup Pekerjaan ........................................................................................................6
1.3 Standar Pekerjaan ........................................................................................................6
1.4 Bahan dan Produksi......................................................................................................6
1.5 Pelaksanaan Pekerjaan ................................................................................................7
2 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA DAN BATA BETON RINGAN ..........................10
2.1 Lingkup Pekerjaan. .....................................................................................................10
2.2 Persyaratan Bahan Blok Beton Ringan atau Blok AAC (Autoclaved Aerated Concrete)
.....................................................................................................................................10
2.3 Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Bata ................................................................10
2.4 Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Blok Beton Ringan Aerasi ..............................12
3 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN ............................................................................14
3.1 Lingkup pekerjaan.......................................................................................................14
3.2 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................14
4 PEKERJAAN FINISHING DINDING ....................................................................................16
4.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................16
4.2 Pekerjaan Dinding Lapis Keramik dan Granite/ Homogenous Tile ...........................16
4.3 Pekerjaan Dinding Lapis Batu Alam (Tidak Dipakai) .................................................18
4.4 Persyaratan Pelaksanaan (dinding lapis marmer) .....................................................18
5 PEKERJAAN FINISHING LANTAI ......................................................................................19
5.1 Lingkup pekerjaan.......................................................................................................19
5.2 Persyaratan umum bahan ..........................................................................................19
5.3 Persyaratan umum pelaksanaan ................................................................................19
5.4 Pekerjaan Lantai Rised/ Access Floor System ..........................................................19
5.5 Pekerjaan Ubin Keramik dan Homogenous/ Granite Tile ..........................................20
5.6 Pekerjaan Lantai Marmer atau Granit ........................................................................22
5.7 Pekerjaan Lantai Karpet .............................................................................................23
5.8 Pekerjaan Floor Hardener ..........................................................................................25
5.9 Pekerjaan Paving Block ..............................................................................................26
6 PEKERJAAN KAYU .............................................................................................................28
6.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................28
6.2 Persyaratan bahan......................................................................................................28
6.3 Persyaratan Teknis .....................................................................................................28

PT. Penta Rekayasa D-1


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

6.4 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................29


7 PEKERJAAN METAL ...........................................................................................................31
7.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................31
7.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................31
7.3 Persyaratan Teknis .....................................................................................................32
7.4 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................32
8 PEKERJAAN STAINLESS STEEL ......................................................................................35
8.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................35
8.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................35
8.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................35
9 PEKERJAAN RAILING ........................................................................................................36
9.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................36
9.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................36
9.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................36
10 PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM.....................................................................................37
10.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................37
10.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................37
10.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................39
11 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BAJA...........................................................................41
11.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................41
11.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................41
11.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................42
12 PEKERJAAN PARTISI PANEL GYPSUM PLASTERBOARD ...........................................43
12.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................43
12.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................43
12.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................43
12.4 Syarat Pengamanan Pekerjaan..................................................................................44
13 PEKERJAAN PENUTUP ATAP LEMBARAN METAL BERPROFIL (Tidak dipakai) ......45
13.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................45
13.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................45
13.3 Persyaratan Pelaksanaan Sistem Standing Seam/ Zipping System .........................46
13.4 Persyaratan Pelaksanaan Sistem Fastener ...............................................................50
14 PEKERJAAN PENUTUP ATAP TRANSPARAN (Tidak Dipakai) .....................................53
14.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................53
14.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................53
14.3 Persyaratan Teknis (Syarat Mutu) ..............................................................................54
14.4 Persyaratan rangka alumunium:.................................................................................54

PT. Penta Rekayasa D-2


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

14.5 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................54


15 PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM PLASTERBOARD, ACOUSTIC PLASTERBOARD
DAN PLAFOND ALUMINIUM ..............................................................................................55
15.1 Lingkup Pekerjaan. .....................................................................................................55
15.2 Persyaratan Bahan. ....................................................................................................55
15.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................56
16 PEKERJAAN PLAFOND ACOUSTIC TILES ......................................................................58
16.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................58
16.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................58
16.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.........................................................................................59
17 PEKERJAAN GROUTING ....................................................................................................61
17.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................61
17.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................61
17.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................61
18 PEKERJAAN SEALANT ......................................................................................................63
18.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................63
18.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................63
18.3 Persyaratan pelaksanaan ...........................................................................................64
19 PEKERJAAN ANTI RAYAP .................................................................................................65
19.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................65
19.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................65
19.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................65
20 PEKERJAAN PENGECATAN ..............................................................................................68
20.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................68
20.2 Persyaratan Umum .....................................................................................................68
20.3 Persyaratan Bahan .....................................................................................................68
20.4 Persyaratan Umum Pelaksanaan. ..............................................................................69
20.5 Pelaksanaan Pekerjaan pengecatan dinding, plafond, kolom dan balok. .................70
20.6 Pekerjaan pengecatan metal ......................................................................................70
20.7 Pekerjaan pengecatan pipa PVC ...............................................................................71
21 PEKERJAAN HPL (High Pressured Laminate) ................................................................72
21.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................72
21.2 Persyaratan Bahan. ....................................................................................................72
21.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................72
22 PEKERJAAN KACA DAN CERMIN ....................................................................................74
22.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................74
22.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................74

PT. Penta Rekayasa D-3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

22.3 Persyaratan Teknis (Syarat Mutu) ..............................................................................74


22.4 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................75
23 PEKERJAAN SANITARY FIXTURES .................................................................................76
23.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................76
23.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................76
23.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................76
23.4 Bentuk Sanitary Fixtures .............................................................................................77
24 PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU, JENDELA DAN BOVENLICHT ........................84
24.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................84
24.2 Persyaratan Bahan .....................................................................................................84
24.3 Persyaratan Teknis .....................................................................................................85
24.4 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................85
24.5 Spesifikasi Material Hardware Pintu dan Jendela Finished Goods ...........................86
24.6 Spesifikasi Material Hardware Pintu dan Jendela ......................................................89
25 PEKERJAAN LANTAI VINYL ..............................................................................................92
25.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................92
25.2 Persyaratan Bahan Safety Vinyl .................................................................................92
25.3 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................93
25.4 Kondisi Penyimpanan .................................................................................................93
25.5 Tahap Pengerjaan Vinyl .............................................................................................94
26 PEKERJAAN PANEL LAPIS ALUMINUM (ALUMINUM COMPOSITE PANEL/ ACP) ....96
26.1 Lingkup Pekerjaan ......................................................................................................96
26.2 Jaminan Kualitas .........................................................................................................96
26.3 Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material ...................................................97
26.4 Persyaratan Bahan .....................................................................................................97
26.5 Perlengkapan/Aksesoris .............................................................................................98
26.6 Persyaratan Teknis .....................................................................................................98
26.7 Persyaratan Pelaksanaan...........................................................................................99
27 WATERPROOFING ........................................................................................................... 100
27.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................... 100
27.2 Jaminan Kualitas ...................................................................................................... 100
27.3 Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material ................................................ 101
27.4 Persyaratan Material ............................................................................................... 101
27.5 Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................... 104
28 FIRESTOP PADA KELILING BANGUNAN ...................................................................... 110
28.1 Umum ....................................................................................................................... 110
28.2 Produk ...................................................................................................................... 112

PT. Penta Rekayasa D-4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

28.3 Pelaksanaan ............................................................................................................ 114


29 FIRESTOP PADA PENETRASI ........................................................................................ 115
29.1 Umum ....................................................................................................................... 115
29.2 Produk ...................................................................................................................... 118
29.3 Pelaksanaan ............................................................................................................ 121
30 PEKERJAAN PEMBERSIHAN BEKAS PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN
SETELAH PEMBANGUNAN............................................................................................. 123
31 PEKERJAAN LUAR BANGUNAN & LANSKAP ............................................................. 124
31.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................... 124
31.2 Persyaratan Bahan .................................................................................................. 124
31.3 Persyaratan Pelaksanaan........................................................................................ 125
31.4 Pekerjaan Penanaman. ........................................................................................... 125
31.5 Pemeliharaan Tanaman. ......................................................................................... 126
31.6 Penyiraman Tanaman. ............................................................................................ 126
31.7 Penyiangan Tanaman.............................................................................................. 127
31.8 Pemangkasan. ......................................................................................................... 127
31.9 Pemupukan. ............................................................................................................. 128
31.10 Pemberantasan Hama Penyakit. ............................................................................. 128
32 PEKERJAAN PLAT TEMBAGA/ KUNINGAN/ STAINLESS ........................................... 129
32.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................... 129
32.2 Persyaratan Bahan .................................................................................................. 129
32.3 Persyaratan Pelaksanaan........................................................................................ 129
33 PEKERJAAN GLAZED ALUMINIUM CURTAIN WALL .................................................. 130
33.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................... 130
33.2 Persyaratan Pekerjaan ............................................................................................ 130
33.3 Deskripsi Sistem ...................................................................................................... 131
33.4 Persyaratan Struktur ................................................................................................ 131
33.5 Persyaratan Bahan .................................................................................................. 132
33.6 Gambar Kerja ........................................................................................................... 134
33.7 Fabrikasi dan Perakitan ........................................................................................... 134
33.8 Pengiriman dan Penyimpanan di Lapangan ........................................................... 135
33.9 Pelaksanaan (Pemasangan pada struktur bangunan)............................................ 135
34 PEKERJAAN PARTISI SANDWICH PANEL ................................................................... 139
34.1 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................... 139
34.2 Persyaratan Bahan .................................................................................................. 139
34.3 Persyaratan Pelaksanaan........................................................................................ 139
34.4 Syarat Pengamanan Pekerjaan............................................................................... 140

PT. Penta Rekayasa D-5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

D. PEKERJAAN ARSITEKTUR

1 PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL


1.1 Umum
Pekerjaan pada bagian ini, seperti tercantum harus sesuai dengan persyaratan yang
ada pada Dokumen Gambar, Bill of Quantity dan Dokumen RKS Administrasi. Jika
ada perbedaan diharapkan untuk mendetailkan gambar dan diajukan kepada
Pemberi Tugas dan Manajemen Konstruksi.

1.2 Lingkup Pekerjaan


A. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil
yang baik dan sempurna.

B. Pekerjaan ini meliputi beton kolom praktis, beton ring balok praktis, kolom dan
balok kusen, jangkauan dan listplank untuk bangunan yang dimaksudkan
termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan bekisting atau acuan, dan semua
pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai yang ditunjukan di dalam gambar
ataupun yang tidak ditunjukkan dalam gambar.

1.3 Standar Pekerjaan


Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan atau standar
setempat yang biasa dipakai.

a. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, NI – 2


b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, 1961, NI – 5
c. Peraturan Semen Portland Indonesia, 1972, NI – 8
d. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
e. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan umum
(AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457
f. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tulisan yang diberikan
Perencana atau Konsultan Pengawas/ Manajemen Konstruksi.
g. Standard Normalisasi Jerman (DIN)
h. American Society for Testing and Material (ASTM)
i. American Concrete Institute (ACI)

1.4 Bahan dan Produksi


1.4.1 Persyaratan Bahan
a. Semen Portland
Semen Portland yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu
jenis merek dan atas persetujuan Manejemen Konstruksi serta harus memenuhi
NI – 8. Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak dibenarkan
untuk digunakan. Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
b. Pasir Beton

PT. Penta Rekayasa D-6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkann dalam PBI 1971.
c. Koral Beton atau Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai degan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan atau
penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga
dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton
dan harus memenuhi NI – 3 Pasal 10. Apabila dipandang perlu Manajemen
Konstruksi dapat meminta kepada kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
e. Besi Beton
Digunakan mutu U 24, besi harus bersih dari lapisan minyak atau lemak dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi
persyaratan NI – 2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk
memeriksa mutu beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya kontraktor.
f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material, misalnya: besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari
Manajemen Konstruksi.
g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Manajemen Konstruksi, akan dipakai
sebagai standar atau pedoman untuk memeriksa atau menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.

1.4.2 Syarat-Syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kontak atau kemasan
aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabrik.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab
dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan, bila ada kerusakan, kontraktor wajib mengganti atas beban
kontraktor.

1.5 Pelaksanaan Pekerjaan


1.5.1 Mutu Beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang dan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam SK.SNI -1991 sebagai berikut :

a. Kolom Praktis, Balok Lintel, Ramp Groove : K-250 (fc’=20Mpa)


b. Lantai Kerja : B0
c. Concrete Toping, Island, Wheel Stopper, Raise Floor, dan lainnya: K250
(fc’=20Mpa).

PT. Penta Rekayasa D-7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

1.5.2 Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai dengan SK.SNI-1991
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam
SK.SNI-1991.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Manajemen Konstruksi.

1.5.3 Cara Pengadukan


a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Manajemen Konstruksi.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5 cm
dan maksimum 10 cm.

1.5.4 Pengecoran Beton


a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan
dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahanan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Manajemen
Konstruksi.
c. Pegecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral atau split yang dapat
memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Perencana atau Konsultan
Pengawas/ Manajemen Konstruksi.
e. Jumlah semen minimum 325 kg per m3. Khusus pada atap, pada daerah kamar
mandi dan WC, daerah talang beton, jumlah minimum tersebut demikian menjadi
360 kg/m3 beton. Untuk beton atap, WC faktor maksimum 0,50 dengan catatan
tidak boleh lebih rendah daripada mutu beton karakteristik yang disyaratkan.

1.5.5 Pekerjaan Acuan atau Bekisting


a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan atau yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukannya licin, bebas dari kotoran-kotoran
(tahi gergaji). Potongan kayu, tanah atau lumpur dan sebagainya. Sebelum

PT. Penta Rekayasa D-8


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan


beton.
d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral atau split, pasir
dan semen Portland) kepada Menejemen Konstruksi, untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton atau rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 4 mm. Kawat pengikat besi
beton atau rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan SK.SNI-1991.
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.

1.5.6 Pekerjaan Pembongkaran Acuan atau Bekisting


Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Manajemen
Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Manajemen Konstruksi.

1.5.7 Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan
pada Manajemen Konstruksi “Certificate Test” bahan besi dari Produsen atau
pabrik.
b. Bila tidak ada “Certificate Test” maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
besi atau test kubus untuk beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda
uji berupa kubus yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat atau ketentuan
dalam SK.SNI-1991. Pembuatannya harus disaksikan oleh Perencana atau
KonsultanPengawas dan diperiksa di laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk
Perencana atau Konsultan Pengawas.
d. Kontraktor diwajibkan membuat “Trial Mix” terlebih dahulu, sebelum memulai
Pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Manajemen Konstruksi.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

1.5.8 Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan


a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkikanan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu Pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air teru menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih.

PT. Penta Rekayasa D-9


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

2 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA DAN BATA BETON RINGAN


2.1 Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan pasangan batu bata meliputi :

2.1.1 Dinding pasangan batu bata.

2.1.2 Pondasi pasangan batu bata / rollag batu bata.

2.1.3 Atau sesuai dengan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

2.1.4 Pekerjaan pasangan dengan menggunakan Blok Beton Ringan Aerasi atau Blok AAC
(Autoclaved Aerated Concrete) semua dinding bangunan.

2.2 Persyaratan Bahan Blok Beton Ringan atau Blok AAC (Autoclaved
Aerated Concrete)

2.2.1 Blok Beton Ringan Aerasi atau Blok AAC (Autoclaved Aerated Concrete) yang
dimaksud adalah blok beton ringan aerasi autoclave yang ramah lingkungan, kuat,
ringan, kedap suara, tahan panas dan api serta mudah dan cepat pengerjaannya.

2.2.2 Ukuran lebar 60 Cm, tebal 10 – 15 cm, tinggi 20 cm, ketahanan terhadap api minimal
2 jam, kuat tekan minimal 4 - 6,2 N/mm2, berat jenis kering minimal 550 - 650 Kg/m3.
Blok AAC tebal 100mm dipakai untuk seluruh partisi dinding eksterior dan interior
kecuali dinding saf kebakaran. Blok AAC tebal 150mm dipakai untuk dinding saf
kebakaran dan dinding ruang lift.

2.2.3 Merek bata beton ringan AAC: setara Hebel, Grand Elephant, Primacon.

2.2.4 Adukan semen instan menggunakan jenis pre mixture yang hanya perlu ditambah air,
setara produk GE Mortar, Mortar Utama, Drymix.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Bata


Sebagai pedoman untuk ketepatan pasangan, Kontraktor harus melakukan
pengukuran serta membuat/memasang patok-patok/papan pedoman untuk
pasangannya

2.3.1 Ketentuan
1) Pelaksanaan
Pasangan bata kedap air memakai spesi/ adukan khusus yang merupakan
produk jadi dari pabrik.
2) Pasangan bata biasa memakai adukan/ spesi khusus dari produk pabrik.
Sistim ikatan pasangan bata ringan adalah "Ikatan Silang" dimana lapisan satu
dengan lapisan di bawahnya harus berbeda setengah panjang bata ringan.
3) Kualifikasi Tenaga Kerja
Untuk melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus menggunakan atau
mempekerjakan tenaga kerja yang benar-benar ahli di dalam teknik pemasangan
bata ringan.
4) Peralatan
Pasangan bata harus tegak dan siku sesuai yang direncanakan, maka di dalam
pelaksanaannya Kontraktor harus menggunakan peralatan kerja yang memadai

PT. Penta Rekayasa D - 10


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

dan mencukupi seperti alat ukur teodolit, waterpass, selang dan benang ukur serta
memasang Patok-patok/Papan Pedoman.
5) Standard dan Peraturan yang berlaku adalah :
 PUBBI
 Peraturan Umum Bangunan Nasional
 SNI
6) Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh bahan
yang akan dipakai di dalam Pelaksanaan seperti:
 Contoh bata ringan dan bahan spesinya.
 Contoh pasangan bata pada lokasi tertentu ( ditentukan kemudian oleh
Pengawas Pekerjaan)
 Contoh-contoh tertebut diperlukan untuk persetujuan pemakaian dan
pelaksanaannya
7) Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih sehingga jenuh
dan pada saat dipasang / diletakkan tidak boleh ada genangan air diatas
pemukaan batu bata tersebut.

2.3.2 Adukan Perekat Spesi Pasangan Batu Bata.


Adukan perekat pasangan batu bata kedap air dengan komposisi campuran 1
Portland Cement : 1 Pasir dipergunakan untuk :
1) Pondasi pasangan batu bata.
2) Dinding pasangan batu bata dari permukaan sloof hingga ke peil lantai dasar
dan dari peil lantai dasar hingga setinggi 40 cm.
3) Dinding pasangan batu bata dari peil lantai dasar hingga setinggi 220 cm pada
ruang-ruang / daerah basah & semua dinding pasangan batu bata yang
disyaratkan kedap air seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.
4) Dinding pasangan batu bata yang langsung berhubungan dengan sisi luar
bangunan.

2.3.3 Untuk semua pasangan batu bata terhitung mulai + 40 cm dari permukaan lantai
dasar ke atas, dipakai adukan perekat / spesi dengan komposisi campuran 1 Portland
Cement : 1 Pasir terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam
gambar pelaksanaan.

2.3.4 Adukan perekat/ spesi harus diusahakan agar selalu segar atau belum mengeras
pada waktu pemakaian.

2.3.5 Pemasangan harus sedemikian rupa, sehingga ketebalan adukan perekat / spesi
harus sama/merata yaitu setebal 1 cm. Siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1
cm kemudian disiram air dan siap menerima plesteran. Semua pertemuan horizontal
dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

2.3.6 Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan serta tidak ada celah/ rongga.

2.3.7 Pengukuran dengan tiang lot, harus diukur tepat. Untuk permukaan yang datar, batas
toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk
setiap jarak 2 m baik kearah vertikal maupun kearah horizontal. Jika melebihi,
Kontraktor harus membongkar/memperbaiki. Biaya untuk pekerjaan ini ditanggung
oleh Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

PT. Penta Rekayasa D - 11


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

2.3.8 Pekerjaan kolom praktis


Dimensi, ukuran dan penulangan beton kolom praktis sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan, (umumnya kolom praktis berukuran 13 cm x 13 cm
dengan tulangan memanjang 4 D10 dan sengkang D 8 – 20). Pemasangan kolom
praktis dilaksanakana pada :
1) Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata 1/2 batu.
2) Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian dalam bangunan setiap luas
10 m2.
3) Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian luar/tepi luar bangunan setiap
luas 8 m2.
4) Dan/atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
5) Pada setiap tepi kosen pintu.
6) Pasangan dinding bata ½ batu pada balustrade setiap jarak 3 meter.

2.3.9 Di atas setiap lubang pintu dan jendela atau lubang lainnya harus dipasang ring balok
beton, terlepas apakah ring balok beton tersebut tergambar atau tidak dalam gambar
pelaksanaan.

2.3.10 Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok
beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan harus
dipasang anker D10 mm tiap jarak 1,00 m. Bagian yang mencuat keluar sepanjang
20 cm dan bagian yang tertanam minimal sedalam 15 cm.

2.3.11 Semua pasangan batu bata yang tertanam dalam tanah harus diberapen setinggi
permukaan tanah.

2.3.12 Plesteran dinding bata harus dilakukan minimal satu (1) minggu setelah pemasangan
bata selesai.

2.4 Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Blok Beton Ringan Aerasi


2.4.1 Sloof dan posisi Dinding harus tegak 90°, gunakan benang dan waterpass

2.4.2 Lapisan dasar ; gunakan adukan GE-100 atau setara, sebarkan secara merata

2.4.3 Pemasangan Blok; letakkan blok diatas adukan GR-100

2.4.4 Tekan blok hingga permukaan blok rata dengan benang

2.4.5 Periksa kerataan blok dengan waterpass

2.4.6 Rekatkan bagian vertical blok dengan adukan GE-110 atau setara

2.4.7 Letakkan blok pada masing masing ujung dinding, periksa kerataan dengan
waterpass.

2.4.8 Bersihkan permukaan blok setiap akan memasang lapisan baru

2.4.9 Campur adukan GE-110 atau setara dengan air dalam ember, aduk dengan mixer
hingga rata. Tarik benang untuk kelurusan dinding, gunakan trowel selebar blok,

PT. Penta Rekayasa D - 12


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Letakkan adukan pada arah vertical kemudian kearah horizontal, tebarkan adukan
untuk 1 blok saja.

2.4.10 Pekerjaan kolom praktis


Dimensi, ukuran dan penulangan beton kolom praktis sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan, (umumnya kolom praktis berukuran 11 cm x 11 cm
dengan tulangan memanjang 4 D10 dan sengkang D 8 – 20). Pemasangan kolom
praktis dilaksanakana pada :
1) Setiap pertemuan dinding pasangan blok beton ringan AAC.
2) Dinding pasangan blok beton ringan AAC pada bagian dalam bangunan setiap
luas 10 m2.
3) Dinding pasangan blok beton ringan AAC pada bagian luar/tepi luar bangunan
setiap luas 8 m2.
4) Dan/atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
5) Pada setiap tepi kosen pintu.
6) Pasangan blok beton ringan AAC pada balustrade setiap jarak 3 meter.

2.4.11 Di atas setiap lubang pintu dan jendela atau lubang lainnya harus dipasang ring balok
beton, terlepas apakah ring balok beton tersebut tergambar atau tidak dalam gambar
pelaksanaan.

2.4.12 Pada setiap pertemuan dinding pasangan blok beton ringan AAC dengan kolom
praktis, ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam gambar
pelaksanaan harus dipasang anker D10 mm tiap jarak 1,00 m. Bagian yang mencuat
keluar sepanjang 20 cm dan bagian yang tertanam minimal sedalam 15 cm.

2.4.13 Semua pasangan blok beton ringan AAC yang tertanam dalam tanah harus diberapen
setinggi permukaan tanah.

2.4.14 Plesteran blok beton ringan AAC harus dilakukan minimal satu (1) minggu setelah
pemasangan pasangan blok beton ringan AAC selesai atau sesuai rekomendasi
pabrikan.

2.4.15 Blok beton ringan AAC dan perekat semen instan direkomendasikan berasal dari satu
pabrikan yang sama.

PT. Penta Rekayasa D - 13


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

3 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN


3.1 Lingkup pekerjaan
Pekerjaan plesteran meliputi :
3.1.1 Berapen.

3.1.2 Plesteran.

3.1.3 Plesteran kedap air.

3.1.4 Plesteran halus / aci halus dan/atau seperti tercantum didalam gambar pelaksanaan.

3.1.5 Pekerjaan plesteran ini dilaksanakan untuk semua permukaan pasangan batu bata
baru serta permukaan beton yang terlihat (dinyatakan tampak) ataupun yang
diperlukan untuk difinish.

3.2 Persyaratan Pelaksanaan


3.2.1 Komposisi campuran adukan plesteran yang dimaksud adalah komposisi campuran
dalam volume, cara pembuatan adukannya menggunakan Mixer yang diadukan
selama minimal 3 menit.

3.2.2 Berapen adalah plesteran kasar dengan campuran adukan kedap air yaitu 1PC : 3
Ps. Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang tertanam
dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.

3.2.3 Plesteran instan yaitu semen instan untuk menutup dinding bata beton ringan bagian
dalam maupun luar bangunan. Material plesteran instan setara GE-200, MU-301, PM-
200.

3.2.4 Plesteran dengan campuran 1 PC : 5 Ps. Adukan plesteran ini untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan batu bata bagian dalam bangunan terkecuali yang
dinyatakan kedap air seperti tercantum dalam gambar perencanaan.

3.2.5 Plesteran kedap air adalah plesteran semen instan setara GE-200, MU-101 atau
campuran 1 PC : 3 Ps. Adukan plesteran ini untuk menutup semua permukaan
dinding pasangan batu bata pada bagian luar / sisi luar bangunan, semua bagian
permukaan dinding pasangan batu bata untuk daerah basah hingga setinggi 210 cm
dari peil lantai dan keseluruhan permukaan dinding pasangan batu bata seperti
tercantum dalam gambar perencanaan.

3.2.6 Plesteran halus / acian adalah campuran semen instan setara GE-300, MU-100/ MU-
200, PM-300 atau PC dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran halus ini adalah Pekerjaan
finishing yang dilaksanakan setelah lapisan plesteran sebagai lapisan dasar berumur
minimal 7 (tujuh) hari (sudah kering benar), atau sesuai dengan rekomendasi
pabrikan.

3.2.7 Acian profil adalah campuran semen instan setara MU-260 dengan air untuk
pekerjaan acian profil dan sudut, guna memperhalus pada bidang interior dengan
tingkat kekuatan/ kekerasan tinggi.

PT. Penta Rekayasa D - 14


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

3.2.8 Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

3.2.9 Permukaan semua adukan plesteran harus diratakan terkecuali untuk berapen.
Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus harus rata, tidak
bergelombang, penuh & padat, tidak berongga, serta berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

3.2.10 Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata dan
beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian digaruk/
scratched.

3.2.11 Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau formtie harus tertutup adukan
plesteran.

3.2.12 Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata dan
beton yang akan difinish dengan cat.

3.2.13 Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan
lainnya, maka permukaan plesteran tersebut harus diberi alur-alur garis horizontal
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut.
Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut adalah cat.

3.2.14 Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom / lantai
yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan dan/atau sesuai peil-peil yang
ditentukan dalam gambar pelaksanaan.

3.2.15 Tebal plesteran minimal 1 cm (semen instan), maksimal 2,5 cm (adukan biasa). Jika
ketebalan melebihi 3 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan
ke permukaan pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat
daya lekat plesteran.

3.2.16 Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m.

3.2.17 Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan


wajar, tidak secara tiba-tiba. Untuk hal ini dapat dilakukan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari
langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.

3.2.18 Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari setelah pengacian selesai, Kontraktor
harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya dua kali sehari sampai jenuh.

3.2.19 Jika terjadi keretakan, Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
hasilnya dinyatakan diterima oleh Direksi/Pengawas.

3.2.20 Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum


plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

3.2.21 Khusus untuk dinding pasangan batu bata pada Peturasan, sebelum pelaksanaan
pekerjaan adukan plesteran ini, terlebih dahulu harus diberi lapisan kedap air setinggi
40 cm dari peil finish lantai bersangkutan.

PT. Penta Rekayasa D - 15


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4 PEKERJAAN FINISHING DINDING


4.1 Lingkup Pekerjaan
4.1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sehingga mendapatkan
hasil yang sempurna.

4.1.2 Pekerjaan Dinding ini meliputi seluruh pekerjaan sesuai detail yang disebutkan dalam
gambar pelaksanaan atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.

4.2 Pekerjaan Dinding Lapis Keramik dan Granite/ Homogenous Tile


4.2.1 Persyaratan Bahan.
Untuk material utama keramik harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001: 2004
1) Jenis : Keramik Tile dan Homogenous/ Granite Tile
2) Merek:
Keramik tile lokal: Class KW-I dari Roman, dari Roman, Milan Hab-i-tat,
Platinum
Homogenous/ granite dan porcelain tile lokal: setara IndoGress, Roman
Granite, Niro Granite.
Mozaik Tiles: minimal setara Venus Tiles.
3) Finishing Permukaan : Keramik berglazuur, Homogenous/ Granite Tile
Polished, Satin, Matte atau bertekstur
4) Warna / texture : Ditentukan kemudian atau sesuai gambar.
5) Ketebalan Keramik/ Homogenous/ Granite Tile : Minimum 6 mm untuk keramik,
dan minimum 8mm untuk homogenous tile
6) Ukuran : seperti yang tertera dalam gambar perencanaan.
7) Bahan Pengisi Luar: tile grout sesuai rekomendasi pabrikan keramik dan
homogenous/ granite tile, setara MU-408, PM-500, AM Grout. Warna
disesuaikan dengan warna dan pola tile, ditentukan kemudian sesuai petunjuk
Direksi Lapangan/ MK.
8) Bahan Perekat:
 Perekat instan setara MU-420, PM-420 untuk pasangan keramik daerah
kering interior. Maksimal untuk ukuran keramik 40 x 40 cm. Jika ukuran
keramik lebih besar daripada 40 x 40 cm, maka digunakan perekat lain
sesuai rekomendasi pabrikan.
 Perekat instan setara MU-460, PM-410 untuk pasangan keramik daerah
basah dan eksterior. Maksimal untuk ukuran keramik 40 x 40 cm. Jika
ukuran keramik lebih besar daripada 40 x 40 cm, maka digunakan perekat
lain sesuai rekomendasi pabrikan.
 Perekat instan setara MU-400, PM-420 untuk pasangan homogenous/
granite tile dan batu alam daerah kering interior.
 Perekat instan setara MU-400, PM-410 untuk pasangan homogenous/
granite tile dan batu alam daerah basah atau eksterior.
 Perekat instan putih setara MU-470 untuk homogenous/ granite tile, marmer
atau granit dan batu alam yang berwarna terang.
 Perekat instan setara MU-485 untuk keramik, homogenous/ granite tile dan
batu alam di atas berbagai macam permukaan.

PT. Penta Rekayasa D - 16


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

9) Pelaksanaan seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan


ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PVBB 1970 dan PVBI 1982.
10) Sebelum pelaksanaan pemasangan lapisan keramik, contoh-contoh bahan
yang akan dipakai terlebih dahulu harus diserahkan kepada Direksi/ Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
11) Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis-
operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Direksi/ Pengawas.
12) Material lain yang tidak terdapat dalam daftar tersebut diatas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian / penggantian dalam bagian pekerjaan ini, material tersebut
harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi/ Pengawas.

4.2.2 Persyaratan Pelaksanaan


1) Pada permukaan dinding/ beton yang akan dilapis, keramik dapat langsung
ditempelkan dengan menggunakan perekat spesi 1 Portland Cement : 1 Pasir
yang dicampur dengan larutan super-cement dengan jumlah campuran
sebanyak 10 % dari berat semen yang dipakai dan harus diaduk sampai rata,
tebal adukan perekat tidak boleh lebih dari 1,5 cm. Atau ditempelkan dengan
menggunakan bahan perekat khusus, akan tetapi harus diperhatikan mengenai
ketebalan dinding harus sesuai dengan yang tertera pada gambar pelaksanaan.
2) Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan teliti, warna dan
motif tiap keramik harus sama serta tidak boleh retak, gompal atau cacat
lainnya.
3) Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus, sesuai petunjuk
pabrik.
4) Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam dalam air
sampai jenuh, atau sesuai rekomendasi pabrikan.
5) Pola keramik harus memperhatikan ukuran / letak dan semua fixtures atau
peralatan yang akan terpasang didinding seperti Sanitary Fixtures, Exhaust
Fan, panel, stop kontak, lemari gantung dan lain-lain sesuai yang tertera di
dalam gambar pelaksanaan.
6) Ketinggian peil tepi atas lapisan keramik disesuaikan dengan kondisi site.
7) Titik awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi/ Pengawas
sebelum pekerjaan pemasangan dilaksanakan.
8) Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis garis siar harus benar-
benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil
lantainya harus merupakan satu garis lurus.
9) Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4–5 mm,
setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-siar
keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah
lingkaran dengan warna pengisi siar akan ditentukan kemudian.
10) Naad-naad pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan supergrout.
11) Pembersihan permukaan ubin keramik dari sisa-sisa adukan semen hanya
boleh dilakukan dengan menggunakan cairan pembersih untuk keramik.

PT. Penta Rekayasa D - 17


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4.3 Pekerjaan Dinding Lapis Batu Alam (Tidak Dipakai)


4.3.1 Persyaratan Bahan
1) Spesifikasi bahan / mutu granit
a) Jenis : Marmer sesuai ketentuan pada gambar
b) Finishing Permukaan : Dipoles halus dan coating semi-gloss
c) Produksi :
 Marmer lokal Ambon Marble & Ariston Marble
d) Ketebalan : Minimum 2 cm
e) Bahan Pengisi Luar : Grout & Mortar setara MB atau Superbon
f) Bahan Perekat : Lemkra tipe FK 111 atau AM 32
g) Warna / tekstur : Ditentukan kemudian
h) Ukuran : sesuai gambar kerja
2) Sebelum pelaksanaan pemasangan lapisan batu alam, contoh-contoh bahan
yang akan dipakai terlebih dahulu harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.

4.4 Persyaratan Pelaksanaan (dinding lapis marmer)


1) Marmer yang dipasang adalah Marmer yang sudah dipoles halus dan telah
diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, baik
sikunya, warnanya, polanya, dan tidak ada bagian yang gompal, retak atau
cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
2) Pemotongan slab Marmer menurut ukuran dan detail harus dilakukan dengan
mesin pemotong Marmer dan dihaluskan dengan batu penggosok
Carborundum
3) Marmer dipasang dengan menggunakan perekat khusus sesuai petunjuk
aplikasi pabrik, lebar naad harus 2 mm dan diberi pengait-pengait baja tahan
karat yang dipaku kuat kedinding.
4) Setelah Marmer terpasang, jarak antara masing-masing unit Marmer harus
sama dan membentuk garis lurus, bidang permukaan dinding harus rata
waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang. Lubang-lubang antara
masing-masing unit dicor dengan air semen kental, dilakukan sedemikian rupa
sehingga seluruh lubang terisi padat.
5) Pemotongan Marmer harus dilakukan dengan rapih dan diratakan dengan baik.
Bahan-bahan lain yang dapat mengakibatkan noda-noda pada lantai seperti
minyak, residu, teak oil dan lain-lain harus dijauhkan dari permukaan dinding.
6) Setelah terpasang dan adukan mengeras, Marmer harus digosok dan dipoles

PT. Penta Rekayasa D - 18


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

5 PEKERJAAN FINISHING LANTAI


5.1 Lingkup pekerjaan
Pekerjaan lantai adalah semua pekerjaan lantai lengkap hingga permukaan finishing
atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

5.2 Persyaratan umum bahan


Untuk material utama (keramik) harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat
sistem manajemen lingkungan ISO 14001: 2004

Bahan/Material Finishing.
1) Rised/ Access Floor System
2) Ubin Keramik / Ceramic Tile dan Homogenous/ Granite Tile.
3) Marmer atau Granit
4) Karpet
5) Floor Hardener.
6) Paving block
7) Batu Alam

Persyaratan bahan semen, pasir dan air sesuai dengan persyaratan bahan beton
yang diuraikan dalam Persyaratan Teknis Pekerjaan Struktur Beton.
5.3 Persyaratan umum pelaksanaan
5.3.1 Tanah urug (bila ada) sebagai dasar harus mencapai kepadatan yang disyaratkan
dan rata waterpass.

5.3.2 Selanjutnya dihamparkan lapisan pasir. Lapisan pasir ini harus padat dan tidak
berongga serta rata water pass. Ketebalan lapisan pasir mimimum 5 cm.

5.3.3 Kemudian lapisan beton tumbuk dengan campuran 1 Portland Cement : 3 Pasir : 5
Kerikil (lihat gambar pelaksanaan).

5.3.4 Lapisan terakhir adalah untuk plesteran dan bahan finishing sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan. Adukan plesteran 1 Portland Cement : 3
Pasir, terkecuali untuk daerah basah maka adukan plesteran untuk kedap air yaitu 1
PC : 1 Ps.

5.3.5 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan/atau jaringan pipa
sudah harus terpasang pada tempatnya.

5.4 Pekerjaan Lantai Rised/ Access Floor System


5.4.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan rised/ access floor system meliputi pemasangan lantai untuk panggung
Aula Utama atau lokasi lain yang disebutkan dalam gambar dengan finishing HPL.
Lantai panggung rised floor akan dilapisi lagi oleh karpet (sesuai desain interior), tidak
termasuk lingkup spesialis rised floor.

5.4.2 Persyaratan Bahan


1) Standar ukuran panel lantai
a) Ukuran : 600mm x 600mm

PT. Penta Rekayasa D - 19


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

b) Produksi : setara Aimstrong Access Floor, Panasonic Access Floor


System HPL Type, Kingspan Access Floor System
FDEB BSEN
c) Ketebalan : 35mm atau sesuai pabrikan
d) Tipe : steel cementitious type
e) Finishing pabrikan : HPL
f) Wama : ditentukan kemudian
g) Ketinggian Lantai : 700 mm, atau sesuai desain perencanaan
a) Kapasitas beban : 1250 kgs
b) Fire Rating : Class 1

5.4.3 Persyaratan umum pelaksanaan


1) Toleransi level subfloor: kisaran ±15mm.
2) Pekerjaan konstruksi rised floor biasanya dilaksanakan setelah semua
pekerjaan dinding dan langit-langit selesai. Penutup lantai harus
dilindungi/dilapisi oleh lembaran plywood jika pekerjaan lantai harus dimulai
sebelum pekerjaan dinding dan langit-langit. Agar lantai beton tidak rusak, maka
lantai beton dilapisi dengan floor hardener.
3) Marking untuk pedestal/kaki dilakukan di atas subfloor sesuai dengan standar
marking bangunan dan shop drawing.
4) Perekat/ lem harus diaplikasikan pada bagian bawah pelat dudukan pedestal.
Pelat dudukan dilekatkan pada subfloor, berjarak sesuai ukuran panel, dengan
cara ditekan manual oleh tangan.
5) Garis leveling (benangan) ditarik menerus pada ketinggian lantai finish dikurangi
ketebalan penutup karpet. Panel-panel lantai diletakkan di atas pedestal sesuai
dengan marking & benangan.
6) Ketinggian lantai disesuaikan dengan cara memutar kepala pedestal.
Kedudukan kepala pedestal ditetapkan dengan mur.
7) Pemotongan dan pembuatan lubang pada panel bisa dilakukan sesuai
kebutuhan dilapangan. Jika panel lantai memerlukan tambahan penyangga,
digunakan sub-pedestals yang dipasang sesuai rekomendasi supplier dan/atau
aplikator.
8) Aplikasi tangga dan ramp dengan struktur baja harus dilakukan.
9) Fascia/ penutup panggung dari kayu dan papan kayu harus dilakukan.
10) Aplikasi border harus dilakukan.

5.5 Pekerjaan Ubin Keramik dan Homogenous/ Granite Tile


5.5.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ubin keramik meliputi pemasangan ubin keramik / ceramic tile,
homogenous/ granite atau porcelain tiles untuk pekerjaan finishing lantai, dan/atau
seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

5.5.2 Persyaratan Bahan


1) Jenis : Keramik Tile dan Homogenous/ Granite Tile
2) Merek:
Keramik tile: Class KW-I dari Roman, Milan Hab-i-tat, Platinum

PT. Penta Rekayasa D - 20


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Homogenous/ granite dan porcelain tile: setara IndoGress, Roman Granite, Niro
Granite.
3) Finishing Permukaan : Keramik berglazuur, Homogenous Tile Satin, Matte atau
bertekstur
4) Warna / texture : Ditentukan kemudian atau sesuai gambar.
5) Ketebalan Keramik/ Homogenous Tile : Minimum 6 mm untuk keramik, dan
minimum 8mm untuk homogenous tile
6) Ukuran : seperti yang tertera dalam gambar perencanaan.
7) Bahan Pengisi Luar: tile grout sesuai rekomendasi pabrikan keramik dan
homogenous/ granite tile, setara MU-408, PM-500, AM Grout. Warna
disesuaikan dengan warna dan pola tile, ditentukan kemudian sesuai petunjuk
Direksi Lapangan/ MK.
8) Bahan Perekat:
 Perekat instan setara MU-420, PM-420 untuk pasangan keramik daerah
kering interior. Maksimal untuk ukuran keramik 40 x 40 cm. Jika ukuran
keramik lebih besar daripada 40 x 40 cm, maka digunakan perekat lain
sesuai rekomendasi pabrikan.
 Perekat instan setara MU-460, PM-410 untuk pasangan keramik daerah
basah dan eksterior. Maksimal untuk ukuran keramik 40 x 40 cm. Jika
ukuran keramik lebih besar daripada 40 x 40 cm, maka digunakan perekat
lain sesuai rekomendasi pabrikan.
 Perekat instan setara MU-400, PM-420 untuk pasangan homogenous/
granite tile dan batu alam daerah kering interior.
 Perekat instan setara MU-400, PM-410 untuk pasangan homogenous/
granite tile dan batu alam daerah basah atau eksterior.
 Perekat instan putih setara MU-470 untuk homogenous/ granite tile, marmer
atau granit dan batu alam yang berwarna terang.
 Perekat instan setara MU-485 untuk keramik, homogenous/ granite tile dan
batu alam di atas berbagai macam permukaan.

5.5.3 Persyaratan Pelaksanaan


1) Sebelum dipasang, permukaan ubin keramik harus dilapisi dengan minyak
kacang.
2) Seluruh pemasangan ubin keramik harus dengan cara kering. Tidak dibenarkan
menyiram air semen ke permukaannya. Seluruh permukaan ubin pada bagian
belakang harus terisi dengan adukan sewaktu ubin keramik dipasang.
3) Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar pelaksanaan /
shop drawing atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
4) Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus dipergunakan alat
pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.
5) Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk setiap 2 m2.
6) Garis-garis tepi ubin keramik yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus.
Lebar siar harus sama yaitu maksimum 3 mm dengan kedalaman 2 mm.

PT. Penta Rekayasa D - 21


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

7) Persyaratan pelaksanaan adukan pengisi dan adukan perekat harus sesuai


dengan spesifikasi pabrik agar didapatkan hasil yang baik.
8) Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari
injakan atau pemberian beban.

5.6 Pekerjaan Lantai Marmer atau Granit


5.6.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan slab marmer atau granit meliputi pemasangan slab marmer atau granit
untuk pekerjaan finishing lantai, top table dan/atau seperti tercantum dalam gambar
pelaksanaan.

5.6.2 Persyaratan Bahan


1) Spesifikasi bahan / mutu marmer
a) Jenis : Sulawesi Marble & Ujung Pandang Marble terbaik
b) Finishing Permukaan : Dipoles halus
c) Ketebalan : Minimum 2 cm
d) Bahan Pengisi Luar : Grout & Mortar AM grout atau Superbon
e) Bahan Perekat : Setara AM 40
f) Warna / tekstur : Ditentukan kemudian
g) Ukuran : sesuai gambar kerja
2) Spesifikasi bahan / mutu marmer
a) Jenis : granit impor terbaik dari India atau Italia
b) Finishing Permukaan : Dipoles halus
c) Ketebalan : Minimum 2 cm
d) Bahan Pengisi Luar : Grout & Mortar AM grout atau Superbon
e) Bahan Perekat : Setara AM 40
f) Warna / tekstur : Ditentukan kemudian
g) Ukuran : sesuai gambar kerja
3) Sebelum pelaksanaan pemasangan lapisan marmer/ granit, contoh-contoh
bahan yang akan dipakai terlebih dahulu harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

5.6.3 Persyaratan Pelaksanaan


1) Marmer atau Granit yang dipasang adalah Marmer atau Granit yang sudah
dipoles halus dan telah diseleksi dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing
unit sama, baik sikunya, warnanya, polanya, dan tidak ada bagian yang gompal,
retak atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas.
2) Pemotongan Marmer atau Granit menurut ukuran dan detail harus dilakukan
dengan mesin pemotong Marmer atau Granit dan dihaluskan dengan batu
penggosok Carborundum.
3) Seluruh permukaan lantai beton harus bersih, rata, bebas dari minyak, lemak, lilin
dan sisa-sisa cat lama, debu atau bahan - bahan pengotor lainnya. Permukaan
lantai harus bebas dari gerakan dan kelembaban yang berlebihan.
4) Marmer atau Granit dipasang dengan menggunakan perekat khusus sesuai
petunjuk aplikasi pabrik, lebar naad harus + 2 mm.
5) Setelah Marmer atau Granit terpasang, jarak antara masing-masing unit Marmer
atau Granit harus sama dan membentuk garis lurus, bidang permukaan dinding

PT. Penta Rekayasa D - 22


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

harus rata waterpass dan tidak ada bagian yang bergelombang. Lubang-lubang
antara masing-masing unit dicor dengan grouting warna, dilakukan sedemikian
rupa sehingga seluruh lubang terisi padat.
6) Pemotongan Marmer atau Granit harus dilakukan dengan rapih dan diratakan
dengan baik. Bahan-bahan lain yang dapat mengakibatkan noda-noda pada lantai
seperti minyak, residu, teak oil dan lain-lain harus dijauhkan dari permukaan
dinding.
7) Setelah terpasang dan adukan mengeras Marmer atau Granit harus digosok dan
dipoles

5.7 Pekerjaan Lantai Karpet


5.7.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan lantai karpet meliputi pemasangan lantai karpet untuk pekerjaan finishing
lantai atau sesuai yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

5.7.2 Persyaratan bahan


Material & Resources
1. Karpet Tipe Tile untuk area kantor dan ruang rapat :
Konstruksi : Tufted Hi-Low Loop
Pile Fiber : 100% Nylon
Metode Pewarnaan : Solution Dyed
Tufting Gauge : 1/12 inch
Berat Pile : 644 - 800 gram/ m2 atau 19 - 23 onz/ sqy
Tinggi Pile : 3-5 mm.
: Glass Fleece atau minimal Non Woven Polyester
Primary Backing
Spunbonded
: Recycled Cushion Backing Setara EcoSoft/
Backing Structure
SOFTBac
Pile Treatment : Stain and Soil Resistant
Tile Size : 50x50 cm
Installation System : Non monolithic

Performa dan Pengetesan


Surface Flammability : ASTM D2859 / CPSC FF 1-70 Pill Test Pass
Flammability : Hot Metal Nut BS 4790 Low Radius
Critical Radiant Flux : ASTM E648 Class I
Smoke Density : ASTM E662 < 450
Fire Classification : BS EN 13501 Radiant Heat Source Class Bfl – s1
Indoor Air Quality : CRI Green Label Plus/ Green Label Certification
Electrostatic Propensity : AATCC 134 Permanent Anti-Stat < 3.0 KV
Overall Classification : BS EN 1307 Heavy

PT. Penta Rekayasa D - 23


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Castor Chair Rating : BS EN 985 ≥ 2.4 Continuous use


Dimension Stability : BS EN 986 ≤ 0.15%
Colourfastness to Light : ISO 105 B02 Minimum 6
Sound Absorption : EN ISO 354 and EN ISO 11654
Treatments Stain and :
Anti Microbial
Soil Resistant
: Lem Presto/ waterbased yang ramah lingkungan,
Perekat
low VOC

2. Karpet Tipe Roll untuk Ruang Pertemuan, Ruang Jamuan, dan Lobi Lift.
Construction : Woven Axminster
Pile content : 80% wool + 20% Nylon
Pitch : 7 / inch
Rows / inch : 8 / inch
Tufted Density : 42 / sq.inch
Total Pile Weight : 38 – 42 oz./sq.yd.
Pile Height Above Backing : 6.35 mm.(+/- 0.5 mm)
Total Carpet Thickness : 9.40 mm.(+/- 0.5 mm)
Backing materials : Jute, Polyester Warp
Backing finish : Rubber underlay
Pile Treatment : Stain Protection and Dry Soil Repellency
Indoor Air Quality : CRI Green Label Plus/ Green Label Certification
: Lem Presto/ waterbased yang ramah
Perekat
lingkungan, low VOC

3. Carpet Roll Motif Custom Hand-Tufted untuk Ruang Aula Utama


Construction : Woven Axminster Hand-Tufted
Pile content : 100% wool
Tufted Density : H 450
Total Pile Weight : 72 oz./sq.yd.
Backing materials : Jute, Polyester Warp
Backing finish : Rubber underlay
Pile Treatment : Stain Protection and Dry Soil Repellency
Indoor Air Quality : Low VOC
: Lem Presto/ waterbased yang ramah
Perekat
lingkungan, low VOC

5.7.3 Persyaratan Pelaksanaan


 Permukaan lantai beton (lantai plesteran) harus benar-benar kering sehingga
harus dites dahulu kelembabannya.

PT. Penta Rekayasa D - 24


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Diatas lantai beton (lantai plesteran) yang sudah dibersihkan dari debu, benda-
benda yang mengandung alkali, karbon dan bebas retakan, diberi lapisan primer
berupa acian/ flatter. Setelah lapisan primer kering lanjutkan dengan pekerjaan
perataan lantai lapis pertama dengan bahan yang sama dan selanjutnya (minimal
4 lapis) hingga lantai membentuk bidang rata, datar dan waterpass.
 Sebelum karpet dipasang, lantai yang sudah di aci halus / flatter dibersihkan dulu
dari debu, cat, minyak, lemak, sealer, floor hardener dan lain-lain serta harus
bebas dari retakan.
 Karpet direkatkan / ditempelkan pada permukaan lantai dengan alat perekat lem
yang sesuai dengan standar pabrik, perhatikan aturan perekat untuk limit open
time, limit waktu penempelan karpet untuk mendapatkan daya rekat yang prima.
 Karpet yang sudah terpasang harus dibersihkan dengan tidak merusak struktur
dan warna karpet. Tunggu selama enam jam sebelum ruang digunakan.
 Karpet yang terpasang harus merupakan bidang yang rata permukaannya, tegang
dan kokoh melekat pada lantai.
 Bila hasil akhir pemasangan tidak rapi atau tidak sesuai dengan persyaratan yang
sudah ditentukan, Kontraktor wajib memperbaiki sampai hasilnya disetujui oleh
Direksi/MK tanpa ada pengajuan biaya tambahan.

5.8 Pekerjaan Floor Hardener


5.8.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan floor hardener meliputi pekerjaan pada Lantai yang dinyatakan dalam
Gambar Kerja kecuali lantai besmen terbawah. Pekerjaan Floor Hardener untuk lantai
besmen terbawah lihat di uraian pekerjaan waterproofing.

5.8.2 Persyaratan Bahan


 Bahan floor hardener bersifat non metallic, anti slip, anti gores, tahan terhadap
minyak, lemak, bahan kimia dan berfungsi sebagai lapisan permukaan akhir /
finishing lantai.
 Pemakaian untuk lantai datar seperti ruang utilitas, ruang di bawah rised/ access
floor dan ruang ME dipakai kelas medium 5 kg/m2.
 Pemakaian untuk jalan dan parkir mobil termasuk ram dipakai kelas heavy traffic
7 kg/m2.
 Produk setara Sika Chapdur Natural, Nitofloor Hardroc Fosroc, Weber MU-700
dengan troweled finish.

5.8.3 Persyaratan Pelaksanaan


1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan floor hardener, permukaan lantai harus bersih
dan bebas debu, minyak, air dan noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi
permukaan tersebut harus sesuai gambar pelaksanaan dan sudah disetujui oleh
Direksi/ Pengawas.
2) Apabila dari bahan material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar
yang beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor
harus menyediakan peralatan pelindung misalnya Masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
3) Persiapan Permukaan

PT. Penta Rekayasa D - 25


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

a) Permukaan harus rata, halus dan bersih serta bebas debu, lemak, minyak
partikel bahan/material lain yang terlepas, pecahan atau bubuk semen dan
kotoran maupun noda lainnya.
b) Pembersihan dilakukan dengan air dan vacum cleaner.
c) Bagian bagian yang retak dan berlubang harus diperbaiki / ditambal.
d) Lantai harus padat, keras dan kering betul.
4) Persiapan Bahan Floor Hardener
a) Jika bahan/material floor hardener dan primernya terdiri dari dua komponen
atau lebih, maka perbandingan antara komponen komponen tersebut dalam
sebuah campuran harus mengikuti spesifikasi pabrik. Pengadukan harus
mengikuti spesifikasi pabrik, dilakukan dengan alat pengaduk mekanis
sampai campuran tersebut homogen, bebas dari gumpalan gumpalan dan
berbentuk bubur yang halus.
b) Pelaksanaan lapisan Floor Hardener segera setelah campuran siap dan
memenuhi persyaratan tersebut diatas dan dilaksanakan dengan
pemakaian alat sikat/ kuas, roller, scrapt / alat yang disyaratkan oleh pabrik
pembuat.
5) Perawatan / Curing dan Perbaikan
a) Selang waktu dari selesainya pelaksanaan pelapisan hingga pemakaian
lantai, minimal 7 [tujuh] hari atau sesuai spesifikasi pabrik.
b) Selama waktu perawatan tersebut tidak diperkenankan adanya
pembebanan dan lalu lintas
6) Pelaksanaan pelapisan floor hardener harus dengan cermat dan seksama
sehingga peil finish permukaan sesuai Gambar kerja.

5.9 Pekerjaan Paving Block


5.9.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan paving block meliputi pekerjaan pemasangan paving block beton di jalan
dan area Parkir, area Pedestrian dan area Plaza atau sesuai dengan yang tercantum
dalam Gambar Pelaksanaan.

5.9.2 Persyaratan Bahan


1) Spesifikasi bahan
a) T i p e : Truepave setara Cisangkan
b) Ukuran : 20 x 20cm
c) T e b a l : 8 cm untuk trotoar, Pedestrian dan Plaza.
d) W a r n a : set Cisangkan
e) Kekuatan Tekan : minimal 450 N/ m2
2) Unit Paving block harus bersih, kering dan tidak retak.
3) Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan
dari Direksi/Pengawas.

5.9.3 Persyaratan Pelaksanaan


1) Permukaan tanah yang akan dipasangi Paving block harus dipadatkan dengan
vibrator Roller sampai mencapai kepadatan tanah CBR 5 %.
2) Diatasnya diberi lapisan pasir batu d: 3 – 5 mm setebal 20 cm kemudian
dipadatkan dengan mesin stamper sampai mencapai CBR 25 % dipadatkan

PT. Penta Rekayasa D - 26


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

dengan Pneumatic Roller. Untuk pedestrian/trotoar dan plaza setelah lapisan


tanah yang dipadatkan langsung diberi lapisan pasir alas 3 - 5 cm
3) Kemudian diatasnya diberi lapisan Macadam setebal 15 cm, dipadatkan dengan
Smooth Wheel Roller [8 – 12 ton] sampai mencapai CBR 60 %.
4) Setelah padat, diatasnya diberi lapisan pasir 3 - 5cm, dipadatkan dengan
Mechanical Flat Plate Vibrator [ 1,5 – 2 ton ], kemudian permukaan pasir
diratakan dan diatasnya ditata rapat dan rapi lantai pavingblock sesuai pola
yang ditetapkan.
Pemotongan pavingblock bagian tepi harus dilakukan dengan Gergaji Mesin,
ukurannya harus tepat dengan daerah yang akan dipasang.
5) Agar terjadi ikatan antar pavingblock, diantaranya ditaburi pasir tajam dan
diratakan dengan Vibrator yang digetarkan diatas papan setebal 3 cm.
6) Pemeliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai selama proses
interlocking berlangsung dengan cara menaburkan filler sand/ pasir pengisi
secara intensif selama 6 bulan
7) Bagian subgrade yang telah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan retak-
retak akibat pengeringan yang cepat atau akibat lalu lintas, kendaraan proyek
atau hal-hal lain yang menyebabkan subgrade tersebut rusak, terganggu
strukturnya. Kerusakan atas subgrade itu harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa
tambahan biaya.
8) Test Pengujian.
Test harus dilakukan dilapangan pada tempat-tempat yang ditunjuk oleh Direksi
untk mengetahui kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR
lapangan dan lain lain. Biaya test ini menjadi tanggungan Kontraktor. Pengujian
dilakukan setiap 250 m2 pada setiap lapis pemadatan.

5.9.4 Pemeliharaan.
Kerusakan-kerusakan yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan
selesai masa pemeliharaan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki
oleh kontraktor tanpa ada penambahan biaya.

5.9.5 Pengujian / Tes.


Tes harus dilakukan baik di lab maupun langsung di lapangan, ditentukan oleh
Direksi/Pengawas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan maksimum, tingkat
kepadatan, nilai CBR, dan persyaratan lainnya dari lapisan tanah yang dipadatkan.
Seluruh biaya test menjadi tanggungan dari kontraktor.

PT. Penta Rekayasa D - 27


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

6 PEKERJAAN KAYU
6.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan kayu meliputi:
6.1.1 Pekerjaan kayu multiplex dipergunakan untuk: panel pintu dan/atau sesuai dalam
gambar pelaksanaan.

6.1.2 Pekerjaan kayu kamper Samarinda dipergunakan untuk: daun pintu & jendela, panel
kaca dan/atau sesuai dalam Gambar.

6.2 Persyaratan bahan


6.2.1 Semua kayu yang datang ke lapangan harus disertai sertifikat legal sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/FAKO,
sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
sebesar 100% biaya total material kayu

6.2.2 Semua kayu yang dipakai harus tua, benar benar kering, warna sama, lurus, tanpa
cacat mata kayu, putih kayu dan retak. Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan.

6.2.3 Pekerjaan kayu halus (Pekerjaan kayu yang ditampakkan / ekspose).


1) Kamper atau Nyatoh.
Referensi bahan sesuai S II No. 0458/81, mutu kelas A, kelas kekuatan II dan
keawetan II.
2) Lembaran kayu plywood / Teakplywood / Multiplex.
Ukuran lebar dan ketebalan sesuai gambar pelaksanaan, mutu terbaik dari
kelasnya, produk lokal. Persyaratan Plywood yang dipakai memenuhi standard
yang dipergunakan.

6.3 Persyaratan Teknis


6.3.1 Kelembaban.
1) Untuk ketebalan kayu < 3 cm, disyaratkan kelembaban kayu tidak lebih dari 14
% terpasang.
2) Untuk ketebalan kayu > 7 cm, diijinkan kelembaban kayu 25 % maksimum.
3) Untuk ketebalan kayu dari 3 sampai 7 cm diijinkan kelembaban kayu 18 %
maksimum.

6.3.2 Semua kayu terkecuali lembaran Plywood yang dipergunakan harus sudah melalui
proses pengeringan / dry clean, diberi bahan anti rayap sebelum pelaksanaan
finishing.

6.3.3 Penimbunan / penyimpanan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan


pekerjaan ini dimulai, harus diletakkan / disimpan di dalam ruangan yang kering
dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi
dari kerusakan. Timbunan kayu harus diberi alas sehingga tidak. langsung
menyentuh lantai / tanah.

6.3.4 Bahan dempul yang dipakai tipe B dengan referensi SII 0282/80.

PT. Penta Rekayasa D - 28


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

6.3.5 Bahan meni kayu adalah wood filler, sesuai spesifikasi pabrik.

6.3.6 Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau setara.

6.3.7 Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus
digalvanisasi sesuai NI-5 Bab VI Pasal 14, 15 dan 17.

6.4 Persyaratan Pelaksanaan


6.4.1 Selama pelaksanaan pekerjaan kayu, Kontraktor harus selalu berkoordinasi dengan
Pelaksana paket pekerjaan Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal. Kontraktor harus
menyediakan manhole untuk pemeliharaan / perawatan instalasi disiplin lain tersebut
yang tersembunyi dibalik permukaan kayu yang luas.

6.4.2 Bentuk, ukuran, profil, pola, naat dan peil yang tercantum dalam gambar pelaksanaan
adalah hasil jadi. Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan Direksi/Pengawas, maka
Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki kembali tanpa mengurangi mutu
yang dipersyaratkan.

6.4.3 Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat, penggantung, anker,
dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus rapi serta sempurna, tidak
diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.

6.4.4 Khusus pada permukaan bidang tampak / exposed tidak diperkenankan pemasangan
paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas. Ukuran
bahan / material sambungan adalah sebagai berikut - Baut 1/2" untuk menembus
Balok Kayu 6/15, Baut 3/8 untuk Balok Kayu 5/7 - 6/12.

6.4.5 Dynabolt dengan ukuran yang sesuai untuk balok 5/7 - 6/12 pada hubungan balok
kayu dengan dinding pasangan batu bata atau concrete block dan permukaan beton.
Paku dan sekrup sesuai dengan keperluan, klem dari plat baja strip tebal 3 mm, lebar
4 mm.

6.4.6 Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera. dalam gambar dianggap kurang kuat
oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk
menambahkannya setelah disetujui Direksi/Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor tidak
dapat mengklaim sebagai pekerjaan tambah.

6.4.7 Semua pekerjaan pendempulan harus rapih, rata dan halus. Setelah dempul kering
harus digosok ampelas halus.

6.4.8 Semua logam yang melekat pada kayu, sebelum pemasangan harus sudah diberi
lapisan pelindung/lapisan cat seperti yang disyaratkan.

6.4.9 Semua permukaan kayu yang tidak diperlihatkan harus diberi meni kayu atau cat
dasar. Pekerjaan ini dilaksanakan sesudah penyerutan sesuai persyaratan.

6.4.10 Pekerjaan Kayu Halus.


1) Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan
diperlihatkan dan permukaan kayu yang akan dilapis dengan bahan finishing
harus diserut halus dan rata.
2) Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus
menggunakan mesin tanpa kecuali (setelah penyerutan mesin baru kemudian

PT. Penta Rekayasa D - 29


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

diperkenankan dengan penyerutan tangan) dan tidak diperkenankan


mengerjakan di tempat pemasangan. Persyaratan ini berlaku pula untuk :
Sambungan tenon, ekor burung, dowel dan sambungan sambungan lain yang
harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat terutama untuk bagian yang
diperlihatkan / exposed.
3) Bila komponen sudah lebih dari 10 buah, maka pemotongan menurut pola dan
pengerjaan asembling harus menggunakan Jig.
4) Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik
berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat cacat lain. Apabila hal tersebut
di atas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mengganti tanpa
mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor,
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambahan.
5) Finishing Permukaan Kayu.
a) Lihat juga bab pekerjaan lantai & dinding kayu.
b) Semua pekerjaan kayu halus/yang tampak, harus difinish dan/atau sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas.

PT. Penta Rekayasa D - 30


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

7 PEKERJAAN METAL
7.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan metal meliputi :
7.1.1 Pekerjaan Metal untuk Pintu Baja, Kosen Baja & Jalusi Baja.
7.1.2 Pekerjaan Metal untuk Railling Tangga dari Stainless Steel atau BSP.

7.1.3 Pekerjaan Metal untuk Kosen Aluminium.

7.1.4 Pekerjaan Metal untuk Kuda-kuda, Gording, Grill Ventilasi.

7.1.5 Pekerjaan Railing Besi Cor, Cerobong Asap, Klem, Anker dan/atau semua pengikat
pengaku hubungan konstruksi dan Pekerjaan Metal lain yang disebutkan dalam
Gambar.

7.2 Persyaratan Bahan


7.2.1 Untuk material utama berbahan dasar metal harus berasal dari pabrik yang memiliki
sertifikat sistem manajemen lingkungan ISO 14001: 2004.

7.2.2 Semua bahan / material metal yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam
keadaan baik, lurus, rata permukaan, bebas karat, bebas cacat akibat benturan
ataupun cacat dari pabrik dan bebas dari noda-noda lainnya yang dapat mengganggu
kualitas maupun penampilan / appearence, serta keluaran dari pabrik yang disetujui
Direksi/Pengawas.

7.2.3 Jenis, ukuran, warna, bentuk profil sesuai yang tercantum dalam gambar
pelaksanaan maupun Buku Uraian dan Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan ini
serta petunjuk Direksi/Pengawas.

7.2.4 Kontraktor harus sudah siap dengan semua pengikat / penyambung / pengaku seperti
anker, klem, baut, ramset, dynabolt, baja strip dan sebagainya. Semua ukuran, bentuk
sesuai dengan gambar pelaksanaan dan/atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.

7.2.5 Bahan produk jadi seperti baut, ramset, dynabolt adalah produk HILTI, FISCHER,
atau setaraf.

7.2.6 Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi Indonesia
dan sebelum digunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.

7.2.7 Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam
keadaan baik dan kering.

7.2.8 Bahan bahan pelengkap seperti baut, sekrup, dynabolt, ramset, pengait dan metal
fitting lainnya yang berhubungan dengan udara luar harus dibuat dari besi yang
digalvanisasi.

7.2.9 Khusus untuk bahan stainless steel, semua baut atau sekrup yang dipakai dan
kepalanya ke luar dari permukaan, maka bahan / material tersebut harus ditutup
dengan penutup yang diverchroom.

PT. Penta Rekayasa D - 31


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

7.3 Persyaratan Teknis


7.3.1 Pada prinsipnya, ukuran pada Gambar pelaksanaan adalah ukuran jadi / finish. Harus
diperhatikan pula sambungan / hubungan dengan material lain dan harus sesuai
dengan gambar pelaksanaan.

7.3.2 Pemotongan metal harus dengan mesin pemotong mekanik (Mechanical Cutting
Machine) kecuali ditunjukkan lain dalam gambar pelaksanaan.

7.3.3 Semua bagian yang dilubangi sesuai dengan gambar pelaksanaan dan sudah
dibersihkan dari karat, harus diperiksa dan dalam keadaan tidak cacat sebelum
pemasangan.

7.3.4 Semua pengelasan menerus dengan las busur listrik dan untuk pengelasan stainless
steel digunakan las argon atau sesuai dengan cara pengelasan stainless steel.

7.3.5 Tambatan, anker, stek, dynabolt & ramset untuk beton dan pemasangan batu bata
dimana diperlukan harus digunakan walaupun tidak ditunjukkan dalam gambar,
sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.

7.4 Persyaratan Pelaksanaan


7.4.1 Penempatan plat baja penyambung harus rapi, tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm
dari asnya.

7.4.2 Anker, stek ataupun elemen vertikal lainnya harus tegak lurus terhadap permukaan
bidang tempatnya tertanam.

7.4.3 Semua bagian pekerjaan yang berbentuk unit harus dirakit / asembling sebelum
pemasangan. Kontraktor bertanggungjawab atas semua kesalahan detail, pabrikasi
maupun ketidak tepatan penyetelan / pemasangan.

7.4.4 Semua permukaan metal, terutama yang melekat dengan bahan / material lain
sebelum pemasangan harus sudah diberi lapisan perlindungan atau cat dasar seperti
diuraikan di bab lain dalam buku ini. Pekerjaan ini tidak berlaku untuk stainless steel
dan/atau seperti ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas.

7.4.5 Pelaksanaan Pengelasan.


1) Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati, permukaan yang dilas harus rata
dan teratur. Logam yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang
mengurangi kekuatan sambungan serta permukaannya harus halus.
2) Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di Workshop dan/atau dalam ruangan
yang beratap, bebas dari angin dan dalam keadaan kering.
3) Benda / barang yang dikerjaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti.
4) Las Perapat / Pengendap.
Dalam setiap posisi dimana dua bagian (dari satu benda) saling berdekatan,
harus dilaksanakan las perapat / pengendap guna mencegah masuknya lengas,
terlepas apakah detaiInya diberikan atau tidak dalam gambar pelaksanaan,
apakah barang tersebut terkena cuaca luar atau tidak dan Kontraktor tidak dapat
mengklaim pekerjaan ini sebagai pekerjaan tambah.
5) Macam dan tebal las.

PT. Penta Rekayasa D - 32


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

a) Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik).
b) Ukuran las harus sesuai dengan Gambar pelaksanaan.
c) Tebal las untuk konstruksi minimum ½ t2, dimana t adalah tebal bahan
terkecil.
d) Panjang las minimum 8 kali tebal bahan atau 40 mm, panjang las maksimum
40 kali tebal bahan terkecil.
e) Kekuatan dari bahan las yang dipakai minimal sama dengan kekuatan baja
yang dipakai.
6) Pengelasan permukaan yang ditampakkan / exposed.
a) Pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan dan cacat pada
bahan yang dilas.
b) Pengakhiran dari cairan elektroda harus rata.
c) Setelah pengelasan, sisa-sisa/ kerak las harus diberslhkan dengan baik.
7) Sebelum pengelasan, permukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih dan
bebas dari kotoran, noda, cat, minyak dan karat.
8) Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan dan/atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas serta harus dijamin
tidak akan berputar atau membengkok.
9) Bila Pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan
Kontraktor sebagaimana diperintahkan Direksi/ Perencana.
10) Las yang cacat harus dipotong dan dilas kembali. Biaya Pekerjaan ini
ditanggung Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
11) Pekerjaan las harus dilakukan oleh orang yang ahli (mempunyai Sertifikat).

7.4.6 Mur dan Baut,


1) Baut yang dipergunakan adalah baut jenis anti karat (dengan proses), ukuran
baut sesuai dengan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.
2) Pemasangan mur dan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai
kekokohan yang merata antara satu dengan lainnya.

7.4.7 Memotong dan Menyelesaikan Pinggiran Bekas Irisan.


1) Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih. Sama sekali
tidak diperkenankan ada bekas jalur dan lain-lain.
2) Bila bekas pemotongan/pembakaran dengan mesin menghasilkan pinggiran
bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar
2,5 mm, terkecuali kalau keadaan sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak
tampak lagi jalur-jalur tersebut di atas.

7.4.8 Meluruskan, Mendatarkan dan Melengkungkan.


1) Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non
struktural.
2) Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung. Melengkungkan plat
dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari tiga kali
tebal plat. Ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya.
3) Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam
keadaan panas segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah

PT. Penta Rekayasa D - 33


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

tua. Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bila


bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.

7.4.9 Selisih besaran diameter lubang baut dengan diameter baut maksimal 1 (satu) mm.

7.4.10 Semua lubang harus dibor.


1) Pembuatan lubang pada bagian konstruksi yang disambung dan yang harus
dijadikan satu dengan alat / komponen penyambung, harus dibor sekaligus
dengan diameter sesuai yang dikehendaki sampai tembus sepenuhnya.
2) Semua lubang harus bulat sempurna, berdiri siku pada bidang dan bagian
konstruksi yang akan disambung.
3) Semua lubang harus dibersihkan sebelum pemasangan. Pembersihan tersebut
tidak diperkenankan memakai besi penggaruk.

7.4.11 Pada konstruksi beton bertulang, beton tumbuk dan adukan pasangan bata, semua
celah yang terjadi antara lubang dan bagian metal yang tertanam di dalamnya harus
diisi dengan adukan grouting hingga tidak ada rongga dan harus rata permukaan.

7.4.12 Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada


Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan secara tertulis.

PT. Penta Rekayasa D - 34


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

8 PEKERJAAN STAINLESS STEEL


8.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan stainless steel meliputi pekerjaan stainless steel untuk
railing tangga utama dan/atau seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

8.2 Persyaratan Bahan


Pipa atau Plat Stainless Steel dari jenis cold rolled yang memiliki tipe BA, Type
Stainless Steel: SS 304, Bentuk dan ukuran sesuai Gambar Kerja.

8.3 Persyaratan Pelaksanaan


Pemasangan harus diusahakan serapi mungkin, dengan memperhatikan detail detail
yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.
Pembengkokan batang stainless steel harus dllakukan dengan utuh / tanpa ada
pengelasan.
Bila terjadi penyambungan dengan las maka hasil pengelasan harus diampelas
sampai rata dengan permukaan stainless steel, kemudian ditutup dengan Verchroom.
Pemotongan stainless steel harus dilakukan dengan mesin potong atau pembakaran
yang standard. Pembakaran di Bengkel atau dilapangan harus mendapat persetujuan
Direksi/MK.
Penyambungan dengan bout harus dilakukan dengan cara yang terbaik sesuai
dengan maksudnya.
Tambatan dan ankur dimana perlu harus digunakan pada tempat-tempat yang
dianggap perlu walaupun tidak termasuk / tercantum dalam gambar kerja.
Bahan pelengkap lainnya seperti sekrup, bout, mur, paku yang akan digunakan harus
dibuat dari stainless steel.

PT. Penta Rekayasa D - 35


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

9 PEKERJAAN RAILING
9.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan railing meliputi pekerjaan railing tangga dan/atau seperti yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan.

9.2 Persyaratan Bahan


9.2.1 Terbuat dari bahan bermutu terbaik, produk dalam negeri, jenis kelas medium,
memenuhi standar SII 0161-81, dan disetujui Direksi/Pengawas.

9.2.2 Bentuk ukuran sesuai yang ditunjukkan didalam Gambar.

9.2.3 Ornamen tangga dibuat dari material sesuai dengan gambar pelaksanaan.

9.3 Persyaratan Pelaksanaan


9.3.1 Seluruh pekerjaan railing harus dikerjakan di bengkel dan harus menghasilkan
pekerjaan yang berkualitas tinggi. Seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan
ketelitian dan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat dipasang
dengan tepat di lapangan.

9.3.2 Pemeriksaan pekerjaan di bengkel dapat dilakukan apabila dikehendaki


sewaktu-waktu oleh Direksi/ Pengawas dan tidak ada hasil pekerjaan yang dikirim ke
lapangan sebelum diperiksa dan disetujui Direksi/ Perencana.

9.3.3 Pelaksanaan pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawasan personil yang


memiliki sertifikat sebagai ahli dalam bidang pengelasan.

9.3.4 Pengelasan bagian pekerjaan dari bahan baja harus dilakukan dengan las listrik serta
tenaga personil pengelasannya harus memiliki sertifikat sebagai ahli dalam bidang
pengelasan yang menetapkan kualifikasi serta jenis pengelasan yang diperkenankan
kepadanya.

9.3.5 Pengelasan konstruksi baik secara keseluruhan maupun merupakan pengelasan


bagian bagian konstruksi, hanya boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa
hubungan-hubungan yang akan dilas sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk konstruksi ini.

9.3.6 Kedudukan konstruksi yang akan dilas harus menjamin situasi yang paling aman bagi
pengelas dan kualitas hasil pengelasan yang akan dilakukan.

9.3.7 Pada pekerjaan las, apabila terjadi pengelasan ulang, maka baik bekas pengelasan
lapisan pertama maupun permukaan bidang–bidang bahan yang akan dilas harus
dibersihkan dari kerak (slak) dan kotoran lainnya.

9.3.8 Pada pekerjaan dimana akan tejadi banyak lapisan las, maka lapisan yang terdahulu
harus dibersihkan dari kerak dan percikan-percikan logam dari pengelasan, sebelum
memulai dengan lapisan las yang baru. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau
retak harus dibuang sama sekali dan diganti dengan las yang baru.

PT. Penta Rekayasa D - 36


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

10 PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM


10.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan kosen pintu exterior dan Interior serta seluruh detail
yang disebutkan dalam gambar pelaksanaan serta shop drawing dari Kontraktor yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas.

10.2 Persyaratan Bahan


10.2.1 Untuk material utama berbahan dasar metal harus berasal dari pabrik yang memiliki
sertifikat sistem manajemen lingkungan ISO 14001: 2004.

10.2.2 Kusen pintu dan jendela interior


1) Bahan dari bahan aluminium framing system, aluminium extrusi sesuai SII
extrusi 0695-82 dan alloy A 6063 S T-5, tidak terbuat dari scraft [bahan bekas],
dari produk minimal setara YKK AP.
2) Lebar aluminium finished goods adalah 70mm dengan ketebalan sesuai standar
pabrikan. Digunakan khusus untuk sistem jendela atau pintu jendela aluminium
dan kaca yang bersifat finished goods yang dibuat di pabrik dan didatangkan ke
lapangan dalam bentuk siap pasang dengan bergaransi.
3) Lebar profil Aluminium 101.6 mm (4”); tebal 1.35 mm untuk Frame Alumunium
yang standard. Digunakan untuk kusen pintu dan pintu jendela dengan daun
kayu atau hollow core door kayu lapis.
4) Nilai deformasi yang diizinkan maksimal 2 mm.
5) Finishing profil: Anodized Plus (18μm).
6) Ketahanan terhadap tekanan air dan angin untuk setiap tipe minimum 100
kg/m2.
7) Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr.

10.2.3 Kusen jendela eksterior


Kusen aluminium, kaca dan aksesoris yang dipergunakan merupakan material finish
goods yang dibuat di pabrik dan didatangkan ke lapangan dalam bentuk siap pasang.
Produk minimal setara Nexsta YKK AP.
Spesifikasi Bahan.
1) Jenis material aluminium
Material yang digunakan untuk memproduksi profil aluminium ekstrusi adalah A
6063 TS sesuai dengan standar JIS H 1305 dengan data sebagai berikut:
a) Komposisi Kimia
Komposisi Si Fe Cu Mn Mg
0.20 ~ 0.35 0.10 0.10 0.45 ~
Standar
0.60 Maksimum Maksimum Maksimum 0.90

PT. Penta Rekayasa D - 37


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

b) Sifat Mekanis
Tensile Test Hardness Test
Kekuatan
Kekuatan Deformasi
Tarik pada
Tegangan Akibat
Item Saat
Tarik/ Tegangan
Pengujian/ Hv
Tensile Tarik/
Proof
Strength Elongation
Stress
(N/mm2) (%)
(N/mm2)
155 110
Standar 8 Minimum 58 Minimum
Minimum Minimum

c) Dimensi dan Toleransi


Toleransi terhadap dimensi profil mengikuti standar JIS H 4100.
2) Pewarnaan dan Finishing
a) Proses anodizing finishing warna standar berdasarkan standar JIS H8601.
Ketebalan minimal anodized plus adalah 6μm + 4μm.
3) Performa
Performa Batas yang
Performa Metode Uji
Desain Diijinkan
500 Pa
Performa (Perumahan) SNI 03-0573-
Defleksi < L/125
Struktural 1200 Pa 1989
(Apartemen)
50 Pa Tidak ada
(Perumahan) kebocoran
Kekedapan
signifikan dalam ASTM E 331
terhadap Air 100 Pa
kecepatan angin
(Apartemen)
11.07 m/s
Insulasi terhadap SNI 03-0573-
-25dB/ - 30dB Ts-25 [T-1]
Bunyi-bunyian 1989

4) Jangka waktu garansi


Jaminan ketahanan finishing warna permukaan profil terhadap cuaca selama 10
tahun.

10.2.4 Curtain Wall

PERFORMA DESAIN BATAS YANG DIIJINKAN METODE UJI


KEKEDAPAN 75 Pa, 5.4 m3 / hr.m2 AAMA ASTM E283
UDARA 300 Pa
KEKEDAPAN AIR 240 Pa Tidak ada kebocoran AAMA ASTM E331 &
(20% x Structural) ASTM 547
STRUKTURAL 1200 Pa Lendutan ≤ L/175 AAMA ASTM E330
1800 Pa Tidak ada kerusakan
(lolos uji beban) struktural dan

PT. Penta Rekayasa D - 38


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

kerusakan komponen
secara pemanen.
DIMENSI W maksimum 1500 mm
H maksimum 4000 mm
PENGGUNAAN Single Glass 8 mm
KACA

10.2.5 Seluruh bagian aluminium berwarna harus datang di Lokasi Proyek dilengkapi
dengan bahan pelindung dan baru diperkenankan dibuka sesudah mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.

10.2.6 Untuk keseragaman warna disyaratkan sebelum proses pabrikasi, warna seluruh
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu pabrikasi unit-unit
profil jendela, pintu dan lain-lain, harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam setiap
unit didapatkan warna yang sama. Pemotongan profil Aluminium harus menggunakan
mesin potong, mesin punch, drill, sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang
sempurna dan apabila telah dirangkai untuk jendela bukaan dan pintu mempunyai
toleransi ukuran sebagai berikut :
1) untuk tinggi dan lebar 1 mm
2) untuk diagonal 2 mm

10.2.7 Accessories
1) Sekrup dari stainless steel mutu 304 kepala tertanam atau sesuai standar
pabrikan finish goods.
2) Weather strip dari vinyl.
3) Pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
dengan caulking dan sealent.
4) Ankur-ankur untuk rangka / kosen aluminium terbuat dari steel plate tebal
minimal 2mm, dengan lapisan Zinc tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak
dapat bergeser.
5) Klos kayu dipasang pada lokasi engsel-engsel pintu / jendela.

10.2.8 Bahan finishing


Treatment untuk permukaan kosen jendela / bouvenlicht dan pintu yang bersentuhan
dengan bahan alkali seperti beton, adukan atau plesteran dan bahan lainnya harus
diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment yang bersifat
netral.

10.3 Persyaratan Pelaksanaan


10.3.1 Semua frame kosen jendela dan pintu dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti sesuai
ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

10.3.2 Pemotongan besi hendaknya dijauhkan dari material aluminium untuk


menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.

PT. Penta Rekayasa D - 39


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

10.3.3 Pengelasan dibenarkan menggunakan Non activated gas [Argon] dari arah dalam
agar sambungannya tidak tampak oleh mata.

10.3.4 Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti menggunakan sekrup,
rivet dan ankur yang cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan
bentuk yang sesuai dengan gambar pelaksanaan.

10.3.5 Ankur-ankur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari Galvanized Steel Plate
setebal minimal 2 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.

10.3.6 Penyekrupan harus dipasang hingga tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat
/ stainless steel sedemikian rupa sehingga Hair Line dari tiap sambungan harus kedap
air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 100 kg/cm2. Celah antara
kaca dan sistem kosen aluminium dtutup dengan sealent.

10.3.7 Disyaratkan bahwa kosen aluminium dilengkapi dengan kemungkinan kemungkinan


sebagai berikut :
1) Dapat menjadi kosen untuk kaca mati.
2) Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar dan dapat dipasang door
closer.
3) Untuk sistem partisi, harus mampu “movable”, dipasang tanpa harus dimatikan
secara penuh yang dapat merusak baik lantai maupun plafond / langit-langit.
4) Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan-kemungkinan
tersebut diatas.

10.3.8 Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kosen aluminium akan
kontak dengan besi, tembaga atau lainnya, maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.

10.3.9 Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 – 25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grouting.

10.3.10 Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang
dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
resin. Penggunaan ini pada swing door dan double door.

10.3.11 Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding diberi sealent supaya
kedap air dan suara.

10.3.12 Tepi bawah ambang Kosen exterior dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.

PT. Penta Rekayasa D - 40


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

11 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BAJA


11.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan kosen dan pintu baja di ruang ME serta seluruh detail
yang disebutkan dalam gambar pelaksanaan serta shop drawing dari Kontraktor yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas.

11.2 Persyaratan Bahan


11.2.1 Untuk material utama berbahan dasar metal harus berasal dari pabrik yang memiliki
sertifikat sistem manajemen lingkungan ISO 14001: 2004.

11.2.2 Spesifikasi Bahan.


1) Produk : Bostinco seri Steel Door dan Fire Door, Lion Metal Door atau
setara
2) Kusen : Terbuat dari pelat baja ukuran 150 x 70 x 2.0 mm, atau sesuai
gambar
3) Daun Pintu : Terbuat dari pelat baja 0,9mm (shaft door), 1,2mm (steel door)
dan 1,6mm (fire door), berbetuk Rebated Door dilengkapi
dengan bibir pintu selebar 24 mm di sekeliling daun pintu
yang merupakan satu kesatuan pelat dengan permukaan
pintu, ketebalan daun pintu 40mm (shaft door), 45mm (steel
door) dan 55 mm (Fire Door). Bagian dalam daun pintu diisi
mineral wool densitas 100-110kg/m3 sebagai bahan isolasi.
4) Perlengkapan :
- Engsel : Terbuat dari bahan baja digalbani dengan axial bearing. Diameter
knuckle 22mm, diameter pin 14mm, setara Griff Tipe BQ-H04, atau setara
Wilka BB Stainless Steel. Engsel pintu kebakaran sesuai DIN18082.
- Tungkai Pintu Baja Heavy Duty: setara Wilka Tipe Art 7406 LS DB SS atau
Griff Tipe 7301.05 dari bahan Aluminium.
- Tungkai Pintu Lever Handle Panic: Setara Wilka Tipe Art 8379/1413 BKSS.
- Panic Bar : Fire resistant, stainless steel horizontal crossbar anti panic
setara Wilka B 379E Mortice Panic atau Griff tipe BQ-B10B.
- Rumah Kunci Pintu Shaft: Security Bolt setara Wilka Art 542+543/Arrow 8-3
SS.
- Rumah Kunci Pintu Baja: Setara Wilka Art 2306/70 LS.DB.SS atau Griff Tipe
BQ-L02.
- Rumah Kunci Pintu Kebakaran (UL): Setara Calfis CMP 401 SS atau mortise
lock terbuat dari baja setara Griff Tipe BQ-L23. Lidah siang dan lidah malam
digalbani. Rumah kunci sesuai DIN 15250.
- Silinder : Setara Wilka atau Griff 3301.70N, panjang 70 mm.
- Flushbolt : Stainless Steel Setara Wilka tipe Gracia 375 MJ (Fire door)
dan setara Tipe Nakanishi 555/250+350/ Silver.
- Door closer : khusus pintu kebakaran setara Dorma Elite TS300VF/EN 2-
4/silver atau Griff BQ-D06. Terbuat dari material baja, tekanan ketika
menutup dapat diatur dari ukuran 2 - 4. Sesuai dengan DIN 18263.

PT. Penta Rekayasa D - 41


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

- Door selector : untuk pintu dua daun, setara Wilka tipe New Star N-250.

11.2.3 Bahan finishing


Bagian baja diberi lapisan phospating sebagai perawatan anti karat dan kemudian di
cat dasar dan difinish cat duco setara NIPPE 2000.

11.3 Persyaratan Pelaksanaan


11.3.1 Semua frame kosen pintu dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti sesuai ukuran dan
kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

11.3.2 Pemotongan besi hendaknya dijauhkan dari material aluminium untuk


menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.

11.3.3 Pengelasan dibenarkan menggunakan Non activated gas [Argon] dari arah dalam
agar sambungannya tidak tampak oleh mata.

11.3.4 Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti menggunakan sekrup,
rivet dan ankur yang cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan
bentuk yang sesuai dengan gambar pelaksanaan.

11.3.5 Penyekrupan harus dipasang hingga tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat

PT. Penta Rekayasa D - 42


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

12 PEKERJAAN PARTISI PANEL GYPSUM PLASTERBOARD


12.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan partisi panel gypsum plasterboard meliputi seluruh
pekerjaan pemasangan partisi dengan panel gypsum plasterboard seperti yang
tercantum didalam gambar pelaksanaan.

12.2 Persyaratan Bahan


12.2.1 Untuk material utama Panel harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001: 2004

12.2.2 Rangka Partisi dari bahan galvanized steel, dengan persyaratan :


1) Rangka penguat adalah Galvanized Steel framing system, yaitu metal stud dan
metal track.
2) Persyaratan bahan memenuhi ASTM A792

12.2.3 Panel Partisi : dari bahan gypsum plasterboard tebal 12mm.


Merek : setara USG-Boral Jayaboard, Gyproc, Knauf.

12.2.4 Insulasi dari bahan mineral fiber wool tebal 50mm density 100 kg/m3.

12.2.5 Untuk perlengkapan partisi, lihat pada bab pekerjaan Pintu dan Jendela.

12.3 Persyaratan Pelaksanaan


12.3.1 Penimbunan / penempatan material harus diletakkan pada ruang / tempat dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan
dan kelembaban.

12.3.2 Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan, seperti klos-klos, baut,
anker-anker dan penguat lain yang diperlukan hinga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan / menjaga kerapihan, terutama untuk bidang-bidang tampak, tidak
boleh ada lubang lubang atau cacat bekas penyetelan.

12.3.3 Partisi terbuat dari metal framing system dengan panel gypsum plasterboard
sebagaimana tercantum dalam gambar pelaksanaan. Aplikasi metal framing system
sesuai dengan rekomendasi dan standar pabrikan.

12.3.4 Bagian-bagian Galvanized Steel Framing, Studs, Slips dan lain lainnya dapat
digunakan selama tidak terlihat dari luar (berada dibagian dalam partisi).

12.3.5 Bahan yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk,
ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.

12.3.6 Proses pabrikasi dan assembling sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan dari
Pabrik pembuat.

12.3.7 Partisi harus lengkap dengan fixings yang diperlukan dan harus terpasang secara
lurus, rata sebagaimana terlihat dalam gambar pelaksanaan.

PT. Penta Rekayasa D - 43


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

12.3.8 Pemasangan partisi tidak boleh menyimpang dari ketentuan pemasangan yang
disyaratkan Pabrik.

12.3.9 Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan Pabrik pembuat.

12.3.10 Semua rangka harus terpasang dalam posisi menyiku, tegak, rata sesuai peil dalam
gambar pelaksanaan dan lurus (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang
diijinkan dari masing masing bahan yang digunakan. Rangka penguat dari Galvanized
Steel jenis Square Tube dengan ukuran dan detail sesuai Gambar Kerja.

12.3.11 Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut sudut pertemuan dengan
bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar pelaksanaan, Kontraktor
wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas.

12.3.12 Sistem ikatan terhadap plafond dan plat beton diatasnya harus menjadi satu kesatuan
dengan rangka partisi.

12.3.13 Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memperhatikan pekerjaan


perlengkapan pintu dan jendela seperti terurai dalam bab Pekerjaan Pintu dan
Jendela buku Persyaratan ini.

12.4 Syarat Pengamanan Pekerjaan


12.4.1 Pada saat pelaksanaan pekerjaann partisi, daerah yang akan dilaksanakan harus
dilokalisasi dari lalu lalang tenaga pekerja dari pekerjaan lain.

12.4.2 Sebelum pemasangan panel, pelindung aluminium harus dibersihkan terlebih dahulu.

12.4.3 Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan tehadap benturan


benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul
adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.

PT. Penta Rekayasa D - 44


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

13 PEKERJAAN PENUTUP ATAP LEMBARAN METAL BERPROFIL (Tidak


dipakai)
13.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan atap metal meliputi:
1) Pekerjaan Penutup Atap Profiled Steel Sheet Tanpa Baut dengan profil
Seaming/ Zipping System untuk Atap Aula Utama
2) Pekerjaan Penutup Atap Steel Galvalum Profiled Sheet dengan Fastener untuk
Atap Kanopi di Atas Ramp Tipe 2 dengan kelengkapan lainnya sesuai yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan.

13.2 Persyaratan Bahan


13.2.1 Penutup Atap Steel Profiled Sheet setara Clean Colorbond dengan sistem seaming/
zipping untuk atap Aula Utama, profil setara sistem BAZip/ Lysaght Flex-Lok dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1) Bahan dasar baja kualitas G 550
2) Lapisan pelindung terhadap korosi (anti karat) dalam bentuk coating yaitu
dengan Seng (Zinc) + Aluminium atau biasa disebut Zincalume® (AZ) dengan
ketebalan lapisan 200 gr/m2 (atas dan bawah)
3) Lapisan cat Super Polyester setara tipe Clean Colorbond Thermatech.
4) Total coated thickness 0,60 mm (BMT 0.55mm).
5) Tipe profile: Straight lebar 400mm.
6) Ukuran panjang bahan seperti yang tercantum dalam gambar kerja tanpa
sambungan.
7) Warna : Ditentukan kemudian
8) Bahan insulasi penahan panas dan peredam suara dari atas ke bawah:
a. Aluminum foil woven laminated single sided top 18 micron
b. Mineral Wool blanket density 100 kg/m3 tebal 50mm, setara Rockwool.
c. Aluminum foil woven laminated single sided bottom 18 micron
d. Roof mesh diameter 1,5mm.
e. Selulose fiber insulation tebal 25mm, setara Envirospray Cool or Cosy.
9) Top Hat
a. Bahan : Galvanized steel, dengan flat thermal pad
b. Tebal : 1,2 mm
c. Tinggi : 85mm, 115mm atau sesuai rekomendasi aplikator.

13.2.2 Penutup Atap Steel Profiled Sheet jenis setara Clean Colorbond dengan sistem
fastener untuk atap kanopi di Atas Ramp Tipe 2, profil setara Lysaght Trimdek dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1) Bahan dasar baja kualitas G 550
2) Lapisan pelindung terhadap korosi (anti karat) dalam bentuk coating yaitu
dengan Seng (Zinc) + Aluminium atau biasa disebut Zincalume® (AZ) dengan
ketebalan lapisan 200 gr/m2 (atas dan bawah)
3) Lapisan cat Super Polyester setara tipe Clean Colorbond Thermatech tipe Matt.

PT. Penta Rekayasa D - 45


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4) Total coated thickness 0,45 mm (BMT 0.40mm).


5) Tipe profile: Straight lebar 760 ± 4mm.
6) Ukuran panjang bahan seperti yang tercantum dalam gambar kerja tanpa
sambungan.
7) Warna : Ditentukan Kemudian
8) Bahan Insulasi Atap:
Cellulose fiber spray tebal 30mm yang diaplikasikan dengan cara ditembakkan
dalam keadaan basah ke bagian bawah atap metal zincalume, minimal setara
Envirospray 300 Cool or Cosy. Dari arah bawah diberi finishing cat weather
resistant.

13.2.3 Pelengkap : sesuai dengan gambar kerja dan standard pabrik.

13.3 Persyaratan Pelaksanaan Sistem Standing Seam/ Zipping System


13.3.1 Semua bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus tiba dilapangan
dalam keadaan utuh, tanpa cacat, noda-noda yang dapat merusak bahan maupun
penampilannya dan harus disetujui Direksi.

13.3.2 Metal Profiled Sheet disimpan didalam gudang yang beratap, tidak diperkenankan
bersentuhan dengan tanah dan/atau lantai, dalam keadaan selalu kering. Apabila
terpaksa disimpan pada tempat terbuka, maka Metal Profiled Sheet harus ditutupi
dengan Terpal atau Plastik guna mencegah masuknya air hujan atau embun kedalam
celah-celah tumpukan lembaran, yang dapat membuat cacat permukaan Aluminium
Profiled Sheet akibat kondensasi, tetapi sirkulasi udara tetap harus mengalir.

13.3.3 Sebelum pekerjaan dimulai, bandingkan terlibih dahulu bentuk / ukuran atap dan
dimensi Metal Profiled Sheet yang datang dengan gambar-gambar rencana yang
sudah disetujui.

13.3.4 Kontraktor harus memeriksa dan memastikan bahwa permukaan atas semua gording/
atap sudah sesuai dengan gambar rencana. Pastikan bahwa kemiringan minimum
atap tidak berkurang karena ketidak sesuaian leveling struktur atap. Gunakan clip
yang lebih pendek bila diperlukan. Beritahukan Direksi dengan segera apabila
ditemukan ketidaksesuaian dalam struktur atap.

13.3.5 Untuk menghidari terjadinya korosi ketika Metal Profiled Sheet dipasangkan dengan
material lain, perhatikan hal-hal berikut:
 Tidak perlu ada tindakan khusus yang dibutuhkan untuk struktur baja, jika
permukaan yang bersentuhan berupa material yang digalvanised atau dicoating
seperti metal deck (kecuali jika pada lingkungan berair garam dan berbahan kimia,
seperti kolam renang dll)
 Permukaan yang bercat harus kompatibel dengan metal zincalume.
 Lapisan tengah (intermediate layer) pada material non korosif tidak boleh bersifat
mengumpulkan kelembaban. Material yang cocok untuk lapisan tengah seperti
lembaran plastik, papan plastik, serat bitumen atau gabus.
 Tindakan pencegahan harus dilakukan jika bersentuhan dengan struktur kayu
yang sudah terkena pengawet yang mengandung tembaga atau campuran

PT. Penta Rekayasa D - 46


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

fluoride. Bila metal zincalume bersentuhan dengan beton, semen atau material
alkali lainnya harus selalu dipisahkan oleh suatu lapisan perantara.
 Persentuhan antara dua bahan metal harus dihindari, dengan baja lunak,
kuningan, tembaga dan campuran tembaga; juga untuk lingkungan dengan berair
garam atau berbahan kimia. Pisahkan metal zincalume atau aluminium dari bahan-
bahan metal tersebut dengan lapisan perantara yang tepat.
 Tidak diperlukan tindakan khusus saat penggabungan Aluminium dengan stainless
steel (kecuali di daerah laut), titanium zinc dan zincalumn.

13.3.6 Sebelum pelaksanaan pemasangan Metal Profiled Sheet pada tahap pertama yang
akan dipasang adalah Insulasi. Kontraktor harus meneliti dan memastikan bahwa
semua permukaan baja yang akan bersentuhan dengan Metal Deck sudah dilapisi
dengan cat. Bila terjadi kerusakan cat di gording, Kontraktor harus segera melaporkan
kepada Direksi untuk dicat kembali. Hal ini untuk mencegah sentuhan langsung
antara baja polos dengan permukaan Metal Deck. Untuk menjaga kemungkinan
terjadinya kondensasi pada bagian bawah lembaran. Kemudian dipasang dahulu
Aluminium Foil dan Glasswool dengan urutan dan persyaratan pemasangan seperti
tercantum pada Gambar Kerja.

13.3.7 Pemasangan Metal Deck selalu bermula pada ujung bawah teritisan atau ujung talang
pada struktur atap, pemasangan dilakukan kearah atas dan samping dengan
memastikan bahwa jalur/urutan decking benar adanya untuk menunjang water
proofing. Metal Deck dipasang ke gording struktural dengan menggunakan baut baja
khusus galvanisasi.

13.3.8 Mempertimbangkan geometri struktur atap, sangat penting bahwa Metal Deck
dihitung dan dipersiapkan dengan benar supaya bisa menutup struktur atap dengan
rata. Semua jalur lapisan deck akan tersembunyi secara visual di atas gording yang
sudah disediakan diatas struktur baja. Lebar sambungan yang overlap pada setiap
jalur minimum sebesar 150mm.

13.3.9 Metal deck akan dimodifikasi di lapangan menyesuaikan dengan sudut atau potongan
rangka atap dengan menggunakan alat tangan atau alat potong listrik. Setiap benda
atau filling berbahan logam harus disingkirkan untuk mencegah pengaratan. Hal ini
akan membuat daya tutup total dan menyeluruh pada area atap yang diusulkan.

13.3.10 Lapisan berikutnya yang pasang adalah Aluminium Foil Single Sided. Pabrik
menyediakan Aluminium foil dalam bentuk gulungan sebesar 1,2 m x 60 m. Material
ini harus disimpan ditempat yang kering sebelum digunakan. Pemasangan dimulai di
ujung teritisan atau jurai, pastikan jalur lapisannya sesuai dengan arah jatuh atap.
Lebar overlap sambungan lapisan minimum sebesar 50mm, direkatkan dengan silver
tape yang direkomendasikan Pabrik.

13.3.11 Untuk pekerjaan ini, direkomendasikan agar ‘top hat’ tergalvanisasi dipasang
secepatnya setelah gulungan pertama lapisan Aluminium foil selesai dipasang
supaya tidak terbang karena angin.

13.3.12 Pemasangan ST Clip/ Top Hat/ Haltersecara akurat merupakan hal penting supaya
Metal Profiled Sheet terpasang berjajar lurus, untuk menyediakan distribusi merata
perubahan suhu ke seluruh lembaran penutup atap dan menjaga coverage yang
merata dari lembaran atap.

PT. Penta Rekayasa D - 47


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

13.3.13 ST Clip/ Top Hat/ Halterharus dipasang mulai dari bagian tengah/ pusat atap,
kemudian bertahap per bagian. Perletakkan ST Clip/ Top Hat/ Halterditentukan
sepanjang ambang atas (Jarak ST Clip/ Top Hat/ Halterakan bervariasi agar cocok
dengan bentuk curva dua arah dari penutup atap dan ukuran tapered lembaran. ST
clip disekrup pada jalur tetap dengan di setiap sisi ST Clip/ Top Hat.

13.3.14 Insulasi Rockwool disediakan dalam ukuran sesuai standar pabrik, dimana akan
dipotong di lapangan disesuaikan area atap.

13.3.15 Lapisan Insulasi di tempatkan setelah pemasangan ST Clip/ Top Hat/ Haltersebelum
pemasangan penutup atap Metal Profiled Sheet. Secara manual Insulasi ditekan
sehingga bagian atas ST Clip/ Top Hat/ Haltermuncul ke permukaan mineral fiber
wool.

13.3.16 Tiap lembaran mineral fiber wool di potong pas dengan lembaran sebelahnya,
sehingga menutupi seluruh area atap.

13.3.17 Setelah Insulasi di pasang dari dari atas ke bawah, segera lakukan pemasangan
penutup atap diatasnya supaya insulasi terlindungi.

13.3.18 Lembaran Metal Profiled Sheet diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan
dipasang. Pada waktu pengangkatan dan siap akan dipasang, rusuk atas lembaran
Metal Profiled Sheet harus menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.

13.3.19 Lembaran metal profiled yang pertama di tempatkan di atas insulasi mineral fiber wool
dan diclip ke semua clip.

13.3.20 Lipatan kecil di pinggir lembaran harus di-clip secara penuh kedalam posisinya, setiap
clip, di kepala clip untuk menghindari zipping yang salah.

13.3.21 Pastikan titik tetap (fixed point) di pasang pada posisi sesuai dengan desain di tiap
lembaran. Fixed point dalam metal Profiled sheet menghindari lembaran supaya tidak
tergelincir dan tiap tidak mengarah pada perubahan longitudinal karena ekspansi
thermal. Lubangi lipatan kecil (small seam) dengan bor menembus kepala clip dan
masukan rivet kedalam lubang. Kepala rivet akan tertutup oleh lipatan pinggir
lembaran atap yang besar.

13.3.22 Lembar metal Profiled Sheet yang kedua dan ketiga diletakkan diatas Rockwool,
pastikan lembaran tersebut terkunci dengan tepat pada ST Clip/ Top Hat. Overlap
antara lembaran metal Profiled Sheet dengan lembar dibawahnya minimal 150 mm.

13.3.23 Empat sampai tiga lembar pertama harus segera di-zip bersama dengan mesin
zipping mekanik untuk memungkinkan desain load bearing yang tepat. Berikutnya
semua lembaran harus di-zip tiap ujung hari.

13.3.24 Aturlah agar lebar lembaran sehinga posisinya tepat pada titik-titik dimana perlu
bukaan seperti untuk lampu atap, bukaan cerobong asap dan sebagainya, yang
dikoordinasikan dengan gambar rencana.

13.3.25 Peralatan khusus


Sebelum pekerjaan pemasangan dimulai, cek dahulu mesin zipping dan peralatan
pendukung lainnya. Mesin zipping harus tertutup penuh dan pemasangan rollernya
harus terpasang dengan tepat. Mesin Zipping harus selalu dicoba terlebih dahulu

PT. Penta Rekayasa D - 48


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

sebelum digunakan dan periksalah apabila ada kerusakan pada warna lembaran
Bidang penutup atap metal zincalum. Asah roller jika diperlukan.

13.3.26 Aturan prinsip penyetelan: Lakukan Zip tiap lembar segera setelah lembaran
diletakkan di rangka atap. Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa
kapasitas pembebanan dari sistem dan merupakan proteksi yang diperlukan untuk
melawan beban angin.

13.3.27 Lembaran Metal Profiled Sheet cukup ringan dan mempunyai area uplift terhadap
angin yang cukup besar. Oleh karena itu, beri perhatian khusus ketika menyimpan
palet dan mengangkat Aluminium Profiled Sheet ke atas atap. Ikat palet yang masih
bebas dan hentikan sementara pemasangan jika angin bertiup kencang, kencangkan
masing-masing lembaran sesegera mungkin dan zip bersama-sama. Amankan
lembaran terakhir supaya tidak terbang, misal dengan memakaikan klip berujung
gable untuk sementara waktu.

13.3.28 Selama produksi, permukaan lembaran Bidang penutup atap metal zincalum
dilindungi dengan lapisan tipis dari minyak. Permukaan yang basah akan menambah
resiko tergelincir. Ketika proses pemasangan dilakukan, dimungkinkan untuk berjalan
di atas lembaran yang sudah di-zip.

13.3.29 Ketika proses pemasangan berlangsung:


Gunakan papan perata beban (panjang minimum 4m) untuk bentangan yang lebih
lebar dan tebal lembaran 0,7 dan 0,8 mm merujuk kepada Agreement Certificate
dan/atau Licensing Notice.

Rekomendasi:
 Selalu sediakan alat perata beban pada bukit sambungan dan teritisan untuk
mencegah deformasi ketika ada orang yang berjalan di atas BIDANG
PENUTUP ATAP METAL.
 Bukit sambungan dan teritisan adalah “tempat berjalan” yang umum pada atap,
peringatkan tukang-tukang lain akan adanya bahaya.
 Lembaran terakhir di ujung, lembaran sendiri yang tidak di-zip dan lembaran
plastik trasparan tidak boleh dipakai sebagai tempat berjalan.
 Bagian atap yang sudah terpasang boleh dipakai berjalan untuk pemeriksaan
atau perawatan dalam bentangan berikut:

Setelah terpasang:

Rekomendasi:
Tetap pergunakan papan perata beban bahkan setelah seluruh lembaran terpasang
di atap.

13.3.30 Dimungkinkan untuk memilih klip tertentu bagi Metal Profiled Sheet, sebelum
pemasangan, atau menentukan klip yang akan dipakai ketika lembaran diletakkan di
atap.

13.3.31 Untuk alasan keamanan, lembaran-lembaran harus di-zip sesegera mungkin setelah
direbahkan untuk mencapai efek kesatuan yang diperlukan untuk mendapat Load
Bearing Capacity yang diinginkan.

PT. Penta Rekayasa D - 49


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

13.3.32 Periksa kondisi mesin sebelum zipping, antara lain:


Tegangan pegangan, mesin harus bisa tertutup sempurna. Sesuaikan bagian
pengarah dan roller samping untuk menghindarkan penyimpangan. Roller zipping
harus bersih ketika digunakan pada mesin berlapis.
Baik atau tidaknya fungsi mesin bisa dicek dari dimensi gulungan Aluminium profiled
sheet.
Zipping dapat dilakukan dalam berbagai arah.

13.3.33 Mesin dapat bekerja sendiri tanpa diarahkan tukang tergantung pada kerataan
permukaan struktur penunjang. Pengarah manual dibutuhkan di permukaan atap
yang tidak rata atau melengkung. Operator mesin harus berjalan disisi lembaran yang
sudah tertutup atau di-zip.

13.3.34 Pada lembaran akhir bagian atas, posisi tepi atas lembaran tersebut yang berada
dibawah lembar pelindung / Flashing atau penutup bubungan / Capping. Sebelum
bubung di pasang terlebih dahulu dipasang Profile Bubung dan Form Filler dan
Spacer section pada ujung lembaran akhir.

13.3.35 Selanjutnya dipasang Assecories lainnya seperti Eaves Form Filler, Drip Anggle yang
berguna untuk mengatasi air masuk karena angin atau hujan.

13.3.36 Selanjutnya pemasangan flashing yang di bentuk dari bahan yang sama 0,8 mm
dengan finishing yang sama, panjang yang tersedia kira-kira 3 meter, di bentuk sesuai
kegunaanya untuk perlindungan terhadap cuaca dan memberikan penampilan yang
selesai.

13.4 Persyaratan Pelaksanaan Sistem Fastener


13.4.1 Semua bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus tiba dilapangan
dalam keadaan utuh, tanpa cacat, noda-noda yang dapat merusak bahan maupun
penampilannya dan harus disetujui Direksi.

13.4.2 Metal Sheet disimpan didalam gudang yang beratap, tidak ddiperkenankan
bersentuhan dengan tanah dan/atau lantai, dalam keadaan selalu kering. Apabila
terpaksa disimpan pada tempat terbuka, maka Metal Sheet harus ditutupi dengan
Terpal atau Plastik guna mencegah masuknya air hujan atau embun kedalam celah-
celah tumpukan lembaran, yang dapat membuat cacat permukaan Metal Sheet akibat
kondensasi.

13.4.3 Sebelum pelaksanaan pemasangan, seluruh permukaan atap harus dibersihkan


dengan sapu halus. Khususnya daerah-daerah / bagian-bagian dimana pengeboran
dan penggergajian telah dilakukan, seperti kotoran, sisa-sisa tangkai paku keling,
bout, rivet, potongan metal, paku dan lain sebagainya.

13.4.4 Kontraktor harus memeriksa dan memastikan bahwa permukaan atas semua gording
/ atap sudah satu bidang [leveling]. Jika belum satu bidang, dapat menyetel atau
mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka penumpu / gording. Dalam keadaan
apapun juga, untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak boleh dipasang langsung
dibawah plat kait. Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan yang tidak tepat akan
mengakibatkan gangguan pengikatan terutama jika jarak penangga kecil.

13.4.5 Tidak diperkenankan mematri atau menyolder.

PT. Penta Rekayasa D - 50


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

13.4.6 Sebelum pelaksanaan pemasangan Metal Sheet, Kontraktor harus meneliti dan
memastikan bahwa semua permukaan baja yang akan bersentuhan dengan Metal
Sheet sudah dilapisi dengan cat. Bila terjadi kerusakan cat di gording, Kontraktor
harus segera melaporkan kepada Direksi untuk dicat kembali. Hal ini untuk mencegah
sentuhan langsung antara baja polos dengan permukaan Metal Sheet untuk menjaga
kemungkinan terjadinya kondensasi pada bagian bawah lembaran.

13.4.7 Lembaran Metal Sheet diangkut keatas rangka atap hanya apabila akan dipasang.
Pada waktu pengangkatan dan siap akan dipasang, rusuk atas lembaran Metal Sheet
harus menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.

13.4.8 Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan dari plat
kait terhadap ujung / tepi lembaran paling sedikit adalah 75 mm.

13.4.9 Maksimal penggeseran untuk 5 lembar adalah 2.030 mm / area yang ditutupnya.
Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat distel  2mm dengan menarik plat kait
menjauhi atau menekan kearah lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut.

13.4.10 Pada lembaran akhir bagian atas, posisi tepi atas lembaran tersebut yang berada
dibawah lembar pelindung / Flashing atau penutup bubungan / Capping harus ditekuk
keatas. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam bangunan, dapat
dilaksanakan sebelum maupun sesudah lembaran terpasang. Apabila lembaran
sudah terpasang, harus tersedia ruang dengan jarak 50 mm dari tepi sisi atas untuk
ruang gerak alat penekuk.

13.4.11 Pada lembaran akhir dibagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk
kebawah, untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut.

13.4.12 Arah pemasangan lembaran dari bawah keatas, kemudian dilanjutkan pemasangan
kesamping dengan arah tetap dari bawah keatas dan seterusnya. Pada tumpuan
akhir, sebaiknya gunakanlah 2 [dua] lembar atau lebih dengan ukuran yang lebih
pendek. Tumpuan / overlap akhir yang disarankan minimal 150 mm.

13.4.13 Khusus untuk penutup bubungan / capping, Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan / caping untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet. Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang
penangkal petir. Jarak dan diameter tiang penangkal petir tercantum dalam gambar
pelengkap EE.

13.4.14 Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan / capping harus ditakik sesuai
dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran Metal Sheet, setelah penutup bubungan /
capping terpasang. Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik khusus
untuk pekerjaan tersebut.

13.4.15 Setelah ditakik, barulah kedua sisitepi penutup bubungan / capping ditekuk kebawah
dengan alat penekuk lain yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut, hingga
menutup sampai lembah antara 2[dua] rusuk lembaran Metal Sheet. Penutup
bubungan / capping disekrupkan pada setiap rusuk lembaran Metal Sheet.

PT. Penta Rekayasa D - 51


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

13.4.16 Semua sambungan, khususnya tumpangan / overlap akhir, celah pada tepi sisi atas
lembaran metal zincalume harus ditutup dengan sealent yang telah disyaratkan.

13.4.17 Pemasangan Flashing, Capping, Fixing Strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik, walaupun belum ataupun
tidak tercantum dalam gambar sehingga didapat hasil yang baik, terhindar dari
kemungkinan kebocoran.

13.4.18 Kontraktor harus mengerjakan dengan teliti dan rapi sehingga lembaran setelah
terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk lembaran Metal Sheet sejajar, lurus, tidak
bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal; menghasilkan penampilan yang
baik.

13.4.19 Bagian lembaran Metal Sheet setelah terpasang yang boleh diinjak hanyalah pada
rusuk tepat diatas sepanjang gording.

13.4.20 Aplikasi insultasi cellulose fiber spray dilaksanakan setelah penutup atap terpasang
dengan baik dan dalam keadaan bersih.

PT. Penta Rekayasa D - 52


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

14 PEKERJAAN PENUTUP ATAP TRANSPARAN (Tidak Dipakai)


14.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi pekerjaan pemasangan kaca dan rangkanya pada atap koridor,
jembatan dan kanopi, beserta kelengkapan dan aksesorisnya.

14.2 Persyaratan Bahan


14.2.1 Kaca yang dipakai adalah kaca laminasi dengan tebal kaca total 13.52 mm, terdiri
dari:
Heat Strengthened/ Semi-Tempered – Clear Glass setara Indoflot 6mm (atas) +
lapisan thermoplastic sheet material/ film polyvinyl butyral (PVB) clear 1.52mm + Heat
Strengthened/ Semi-Tempered – Clear Glass setara Indoflot 6mm (bawah).

14.2.2 Semua kaca harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak bercak
lain.

14.2.3 Rangka profil transom alumunium ukuran 40mm x 50mm finish Super Durable
Polyester powder coating 100 - 120 micron, warna ditentukan kemudian. Bahan profil
aluminium minimal setara YKK AP dengan ketebalan profil sesuai standar pabrikan.

14.2.4 Rangka sekunder metal hollow 50mm x 50mm x 3mm finish cat epoxy dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Semua bahan / material metal yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam
keadaan baik, lurus, rata permukaan, bebas karat, bebas cacat akibat benturan
ataupun cacat dari pabrik dan bebas dari noda-noda lainnya yang dapat
mengganggu kualitas maupun penampilan / appearence, serta keluaran dari
pabrik yang disetujui Direksi Lapangan/MK.
2) Jenis, ukuran, warna, bentuk profil sesuai yang tercantum dalam gambar
perencanaan maupun Buku Uraian dan Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan ini
serta petunjuk Direksi Lapangan/MK.
3) Kontraktor harus sudah siap dengan semua pengikat / penyambung / pengaku
seperti anker, klem, baut, ramset, dynabolt, baja strip dan sebagainya. Semua
ukuran, bentuk sesuai dengan gambar perencanaan dan/atau sesuai petunjuk
Direksi Lapangan/MK.
4) Bahan produk jadi seperti baut, ramset, dynabolt.
5) Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi
Indonesia dan sebelum digunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi Lapangan/MK.
6) Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu
dalam keadaan baik dan kering.
7) Bahan bahan pelengkap seperti baut, sekrup, dynabolt, ramset, pengait dan metal
fitting lainnya yang berhubungan dengan udara luar harus dibuat dari besi yang
digalvanisasi.

PT. Penta Rekayasa D - 53


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

14.3 Persyaratan Teknis (Syarat Mutu)


14.3.1 Kaca dan cermin lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyal sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm/ m, kecuali disyaratkan lain oleh Direksi Lapangan/MK.

14.3.2 Kaca lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun.

14.4 Persyaratan rangka alumunium:


14.4.1 Bahan dari bahan aluminium framing system, aluminium extrusi sesuai SII extrusi
0695-82 dan alloy A 6063 S T-5, tidak terbuat dari scrapt (bahan bekas).

14.4.2 Ukuran profil Aluminium 40mm x 50mm; tebal profil sesuai ketentuan pabrikan.

14.4.3 Nilai deformasi yang diizinkan maksimal 2 mm.

14.4.4 Finishing super durable polyester powder coating ketebalan 60 – 80 micron.

14.4.5 Warna putih.

14.5 Persyaratan Pelaksanaan


14.5.1 Pemotongan harus rapi dan lurus, menggunakan alat pemotong kaca / cermin yang
khusus.

14.5.2 Sisi-sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus digerinda
dan dihaluskan.

PT. Penta Rekayasa D - 54


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

15 PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM PLASTERBOARD, ACOUSTIC


PLASTERBOARD DAN PLAFOND ALUMINIUM
15.1 Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan plafond gypsum board, akustik dan Aluminium meliputi pekerjaan
pemasangan panel plafond gypsum board, akustik dan Aluminium termasuk rangka
plafond dan rangka penggantung plafond serta semua perlengkapannya seperti yang
ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.

15.2 Persyaratan Bahan.


1) Spesifikasi bahan untuk pekerjaan plafond gypsum plasterboard sesuai dalam
gambar pelaksanaan :
a. Jenis : Gypsum plasterboard dan gypsum plasterboard area basah
(wet area)
b. Tebal : 9 mm, 13mm sesuai gambar perencanaan
c. Ukuran : 1200mm x 2400mm
d. Merk : Setara Gyproc, Jayaboard – USG Boral
e. Rangka : Hollow galvanis 40mm x 40mm dengan jarak antar rangka
600mm x 600mm.
2) Spesifikasi bahan untuk pekerjaan plafond gypsum plasterboard fire rated sesuai
dalam gambar pelaksanaan :
a. Jenis : Gypsum plasterboard fire rated
b. Tebal : 2 x 16mm x 2 lapis
c. Ukuran : 1200mm x 2400mm
d. Fire rating : TKA 2 jam.
e. Merk : Minimal setara USG Boral Firestop
f. Rangka : Sistem rangka metal furring setara JayaBMS Hanger
System (Bracket PN 220/221, Clip Adjuster PN 224, Rod PN 226), JayaBMS
Top Cross Rail PN 202, JayaBMS Furring PN-205
g. Jointing : Setara JayaCompound sesuai rekomendasi pabrikan.
h. Berat : 54 kg/m2
3) Spesifikasi bahan acoustic plasterboard untuk pekerjaan plafond sesuai dalam
gambar pelaksanaan :
a. Jenis : Acoustic plasterboard seamless dengan concealed grid
b. Tebal : minimum 12 mm
c. Panjang : 2400 mm
d. Lebar : 1200 mm
e. Diameter Lubang Perforasi : 12 mm
f. Jarak antar lubang : 12 mm
g. Massa : 9,4 – 10,5 kg/m2
h. Merk : setara Jayabell R12 No. 2

PT. Penta Rekayasa D - 55


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4) Spesifikasi bahan linear ceiling dari High-grade pre-coated aluminium alloy atau
galvanized steel pekerjaan plafond sesuai dalam gambar perencanaan:
a. Jenis :
 Linear Ceiling polos (non perforated), profil Tipe C (closed)
b. Ukuran Panel :
Lebar 300mm. Tebal 0,7 – 1,5 mm.
c. Rangka : metal furring grid system (sesuai standar pabrik)
d. Jarak Rangka : sesuai standar pabrik
e. Jarak Penggantung : sesuai standar pabrik
f. Warna :
Ditentukan kemudian. Skema warna diatas harus mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas
g. Merk : Lokal Panellux Prometama, Jof Metal
5) Semua bahan rangka plafond dari aluminium, baja profil dan baja plat termasuk
alat penggantung (klem, kabel & tulangan beton), alat pengikat (anker, fisher,
dynabolt), harus memenuhi persyaratan seperti yang diuraikan pada bab
Pekerjaan Metal.
6) Bahan yang akan dipakai harus siku untuk semua sudutnya (kecuali ditentukan
lain oleh Direksi/Pengawas), permukaan bahan harus rata, tidak bergelombang,
tidak ada tonjolan atau lekukan dan bebas dari cacat, noda, retak, pecah sudut.
7) Paku yang dipakai untuk gypsum plasterboard dan acoustic plasterboard harus
mempunyai panjang minimum 14 mm dan untuk rangka dan penggantung plafond
disesuaikan dengan kebutuhan, dari jenis anti karat dan harus dapat menahan
beban plafond.

15.3 Persyaratan Pelaksanaan


15.3.1 Pada pekerjaan plafond ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya berkaitan sangat erat.

15.3.2 Sebelum pelaksanaan pekerjaan plafond, pekerjaan lain yang terletak di atas plafond
tersebut harus sudah terpasang dengan sempurna antara lain elektrikal, sound
system, fire alarm / fire detector, dan perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.

15.3.3 Apabila pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam gambar rencana
plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi atau gambar lain.

15.3.4 Untuk detail pemasangan, Kontraktor harus berkonsultasi dengan Direksi/Pengawas.

15.3.5 Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan standar pemasangan pabrik dan
wajib diperhatikan terhadap peil-peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.

15.3.6 Apabila posisi rangka penggantung plafond dengan tempat penggantungnya lebih
besar dari 2 meter sehingga memerlukan konstruksi tambahan, Kontraktor wajib
menambahkan konstruksi perkuatan pada rangka penggantung plafond tadi sehingga

PT. Penta Rekayasa D - 56


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

kaku dan dapat berfungsi dengan sempurna meskipun tidak tercantum dalam
gambar.

15.3.7 Rangka Plafond


1) Pekerjaan rangka plafond plasterboard atau cementitious board apabila
dipakai kayu (untuk Direksi keet) harus memenuhi persyaratan pelaksanan
seperti terurai pada bab Pekerjaan Kayu.
2) Rangka panel plafond Gypsumboard yang memakai suspension system terdiri
dari Hollow 40.60.2 untuk rangka pokok dan 20.20.2 untuk batang lainnya.
Papan jati tebal 1 cm dan 2 cm pada bagian-bagian tertentu.
3) Sebelum pemasangan panel penutup plafond, Rangka plafond harus sudah
terpasang rapi dan kuat, sesuai dengan pola yang tercantum dalam gambar
pelaksanaan. Bahan rangka plafond telah dilapisi anti rayap untuk kayu dan
anti karat untuk baja/logam lain.

15.3.8 Penutup Plafond / Panel Plafond


1) Dimensi dan pola pada setiap panel plafond yang akan dipasang harus sesuai
dengan modul rangka plafond seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
2) Pemotongan panel harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati dengan
memakai alat pemotong khusus, sehinga panel-panel mempunyai sudut
sesuai dengan gambar pelaksanaan, tidak retak sudut atau pecah. Jika
ditemui cacat pada panel yang terpasang, Kontraktor harus membongkar dan
menggantinya dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
3) Bidang permukan harus rata, lurus dan waterpass, peil harus sesuai dengan
gambar pelaksanaan. Sambungan antar unit harus tegak lurus. Toleransi
kecembungan 1 mm untuk jarak 2 m.
4) Bila dikehendaki adanya naat, maka jarak antara panel terpasang adalah 0,2
cm. Naat harus lurus, sama besar, tegak lurus pada setiap pertemuan panel
plafond.
5) Finishing plafond gypsumboard adalah cat.

PT. Penta Rekayasa D - 57


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

16 PEKERJAAN PLAFOND ACOUSTIC TILES


16.1 Lingkup Pekerjaan
16.1.1 Dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini hingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

16.1.2 Pekerjaan ini dilakukan meliputi seluruh pemasangan plafond accoustic termasuk
pemasangan list plafond metal, atau list plafond, sesuai yang disebutkan/ ditunjukkan
dalam gambar dan sesuai petunjuk Manajemen Konstruksi.

16.2 Persyaratan Bahan


16.2.1 Bahan accoustic tile
1) Material : Wet-formed mineral fiber
2) Produk : Setara Armstrong, Daiken, Knauf
3) System : Lay In Exposed Tegular dengan Maintee T =15 mm
4) Pattern type : Dune, Fine texture
5) Size : 16mm x 600mm x 1200 mm
6) Recycled Content : min.38%
7) Color : White
8) Cutting Edge : Original Cut by Manufacture

16.2.2 Bahan Rangka Acoustic Tile


Sebagai rangka penggantung langit-langit digunakan rangka Main tee berbahan
dasar metal galvanis (supporting system) yang dapat di stel untuk mengatur
ketinggiannya/ dilengkapi adjustment spring, produk Armstrong atau produk lain yang
setara, perletakan dan ukuran rangka yang digunakan sesuai gambar dan sesuai
perhitungan.
1) Material : Double-web Hot Dipped Galvanized Steel
2) System : Lay In Exposed dengan Maintee T =15 mm
3) Rangka : PeakForm Suprafine
4) Tinggi rangka : min. 43mm
5) Klasifikasi beban : Intermediate Duty (ID)
6) Connection strength : 80kgs
7) Cross tee head : Superlock edge
8) PerimeterTrim : Type W

16.2.3 Syarat Material dan Bahan


Acoustic tile yang terbuat dari Wet-formed Mineral Fiber tersebut harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain :
1) Noise Reduction Coefficient (NRC) minimum 0.50, memenuhi ASTM C423.
2) Sound Transmission Class/Loss 30-40, memenuhi ASTM E 1414 Ceiling
Attenuation Class.
3) Sound Articulation Class, memenuhi ASTM E 1111 Articulation Class (AC).
4) Relative Humidity minimum 99%.
5) Light reflectance diatas 85% (white surface).
6) Flame spread 0-25 (ASTM E 84) 25 (Fed.Spec. SS-S-118A) class 25 (UI Label)
25
7) Seismic Installation according to ASTM E580 or CISCA 3-4.
8) Berlaku Garansi dari pabrik 30 tahun terhadap sagging (lendut) dan corrosion
(karat)

PT. Penta Rekayasa D - 58


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

9) Memiliki seismic system yang telah teruji secara internasional.


10) Green Label Certification
11) Setiap produk telah mendapat sertifikasi dari UL Classified.

16.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


16.3.1 Sebelum Kontraktor melakukan pemesanan, terlebih dahulu mengajukan contoh dari
bahan kepada Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis. Bahan acoustic tiles yang datang harus dalam pembungkus asli.

16.3.2 Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana dan Manajemen
Konstruksi.

16.3.3 Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis
operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Manajemen Konstruksi.

16.3.4 Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi diperlukan untuk
penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harusbenar-benar baru,
berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Manajemen Konstruksi.

16.3.5 Rangka langit-langit acoustic tiles dibuat dari profil-profil logam galvanized dengan
bentuk, ukuran dan pola pemasangan sesuai dengan gambar untuk itu.

16.3.6 Batang-batang profil untuk rangka langit-langit yang dipasang adalah main runner,
crosstee, perimeter trim, wall spring suspension / kawat seng BWG 14 dan lain
sebagainya yang telah diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak ada bagian yang
bengkok atau melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan telah disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

16.3.7 Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton atau rangka atap dengan
menggunakan penggantung dari logam galvanized suspension / kawat seng BWG 14
yang dapat diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka
dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat beton / rangka atap dan tidak dapat
berubah-ubah bentuk lagi.

16.3.8 Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus rata,
lurus dan waterpas, tidak ada bagian yang bergelombang, dan batang-batang rangka
harus saling tegak lurus.

16.3.9 Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah acoustic tiles dengan ukuran
sesuai gambar produk yang dipakai.

16.3.10 Acoustic tile yang dipasang adalah acoustic tiles yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal
atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Manajemen
Konstruksi.

16.3.11 Acoustic tiles dipasang dengan pola pemasangan sesuai dengan gambar. Dan
setelah acoustic tiles terpasang, bidang permukaan langit-langit harus rata, lurus,
waterpas dan tidak bergelombang, serta sambungan antara unit-unit acoustic tiles
harus merupakan garis lurus dan rata.

PT. Penta Rekayasa D - 59


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

16.3.12 Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole atau access panel di
langit-langit yang bisa dibuka, tanpa merusak acoustic tiles dan sekelilingnya, untuk
keperluan pemeriksaan / pemeliharaan M E.

16.3.13 Setelah dipasang, semua bidang plafon dicek levelnya serta rata permukaannya.

16.3.14 Pekerjaan ini dikerjakan oleh Pemborong yang berpengalaman dibawah supervisi /
perwakilan dari pabrik bersangkutan dan dengan tenaga-tenaga ahli.

16.3.15 Pada pekerjaan langit-langit perlu diperhatikan akan adanya pekerjaan lain yang
dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan langit-langit
seperti perletakan lampu, diffuser, fire detector dan lain-lain.

16.3.16 Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang berada


diatasnya harus sudah terpasang dengan baik dan sempurna.

16.3.17 Harus diperhatikan adanya disiplin lain diantaranya pekerjaan elektrikal dan
perlengkapan instalasi yang diperlukan. Bila pekerjaan tersebut tidak tercantum
dalam gambar rencana langit-langit, harus diteliti dalam gambar Elektrikal, Plumbing,
AC dan lain-lain

PT. Penta Rekayasa D - 60


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

17 PEKERJAAN GROUTING
17.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan grouting dilaksanakan pada semua pekerjaan penutup celah yang terjadi
pada bahan yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.

17.2 Persyaratan Bahan


17.2.1 Bahan grouting harus kedap air, bersifat plastis tahan getaran dan kejutan, kedap air,
tahan terhadap minyak, olie, garam dan alkali, tidak mengandung bahan dasar metal,
bersifat korosif, bebas chlorida, tidak berkerut / non shrink, bersifat cement based.
Merk Setara dengan MU-408.

17.2.2 Bahan harus masih tersegel baik dalam kemasannya dan tidak cacat pada waktu tiba
di tempat pembangunan konstruksi. Jika ditemukan cacat atau rusak, maka bahan
tersebut tidak diperkenankan untuk digunakan.

17.3 Persyaratan Pelaksanaan


17.3.1 Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan/material yang akan digrouting
yang termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan
noda maupun kotoran lainnya, peil atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui
Direksi/Pengawas.

17.3.2 Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang
beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan dan sebagainya
yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

17.3.3 Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli / Supervisi
dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
diklaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur pelaksanaan harus sesuai spesifikasi
pabrik.

17.3.4 Persiapan permukaan.


1) Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat terkecuali untuk
baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku.
2) Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan terlebih
dahulu akan tetapi tidak diperkenankan ada butiran air di atas permukaan
tersebut pada waktu pelaksanaan Grouting.

17.3.5 Persiapan adukan grouting.


1) Perbandingan komponen grouting dengan air maupun pasir serta prosedur
pencampuran dan pengadukan harus sesuai spesifikasi pabrik.
2) Selama pengadukan, air maupun pasir harus sudah disiapkan di tempat
pengadukan dengan volume cukup. Kualitas air maupun pasir harus memenuhi
persyaratan seperti diuraikan pada persyaratan pekerjaan beton didalam buku
ini.
3) Sebaiknya bahan Grouting dipakai habis dalam satu kali waktu pengadukan.
4) Adukan Grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang
tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan dan tidak terbentuk rongga

PT. Penta Rekayasa D - 61


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

udara. Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian adukan grouting dapat
mempergunakan corong / alat lain.

17.3.6 Perawatan / curing dan perbaikan.


Permukaan adukan grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang
terlalu cepat dengan cara ditutupi kain basah.

PT. Penta Rekayasa D - 62


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

18 PEKERJAAN SEALANT
18.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sealant terdiri dari semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada
sambungan / sudut yang bersifat structural maupun tidak, antara material sejenis
maupun yang berbeda untuk menghindari terjadinya celah / rembesan / kebocoran
air maupun udara, diantaranya adalah pemasangan Fixture di daerah basah,
pemasangan panel ACP, pemasangan kaca ke kusen pintu dan jendela,sambungan
antar kaca dan / atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

18.2 Persyaratan Bahan


18.2.1 Bahan sealant sesuai dengan kegunaan dan fungsi dari bahan / material, tahan
cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastic untuk menghadapi
perubahan temperatur, tahan benturan, berdaya lekat tinggi.

18.2.2 Standar dan Persyaratan


Material sealant memenuhi standard dan persyaratan yang ditentukan dalam:
1. ASTM C834-05 Standard Specification for Latex Sealants
2. ASTM C920-05 Standard Specification for Elastomeric Joint Sealants
3. ASTM C1184-05 Standard Specification for Structural Silicone Sealants
4. ASTM C1281 -03 Standard Specification for Preformed Tape Sealants for Glazing
Applications
5. ASTM C1311 -02 Standard Specification for Solvent Release Sealants
6. ASTM C1330 -02(2007) Standard Specification for Cylindrical Sealant Backing for
Use with Cold Liquid-Applied Sealants
7. ASTM C1369 -07 Standard Specification for Secondary Edge Sealant for
Structurally Glazed Insulating Glass Units
8. ASTM C1518 -04 Standard Specification for Pre-cured Elastomeric Silicone Joint
Sealants
9. ASTM C1620 -05 Standard Specification for Aerosol Polyurethane and Aerosol
Latex Foam Sealants

18.2.3 Bahan sealant dikategorikan menjadi :


1. Structural Sealant
▪ One-component neutral silicone untuk structural glazing sealant kaca ke
Mullion dan Transom struktur.
▪ Bersifat adesif, digunakan untuk sealant kaca untuk menahan tepian kaca
sehingga tahan terhadap tekanan.
▪ Tidak menimbulkan noda.
▪ Material setara GE Momentive Ultraglaze SSG 4000 atau Dow Corning® 995,
Dow Corning® 795.
▪ GE Momentive IGS 3723 for Structurally Glazed Insulating Glass Units
2. Non-structural Weatherproofing Sealant
▪ Berupa One part neutral cure silicon sealant untuk pekerjaan glazing gasket
dan cladding, tipe material setara GE Momentive Silpruf SCS 2000N atau Dow
Corning® 791.
▪ Tidak menimbulkan noda.

3. Weather Sealant
▪ Medium-modulus elastomeric neutral sealant yang dirancang khusus untuk
ketahanan terhadap cuaca dalam pemasangan batu alam yang berpori dan

PT. Penta Rekayasa D - 63


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

material berbahan panel metal (ACP) yaitu berupa Silicone High Performance
Sealant.
▪ Sealant ini berfungsi untuk menutup expansion dan control joints, sambungan
antara panel metal (ACP), sambungan curtain wall dan sambungan antara
batu alam, dan penutup keliling bingkai jendela.
▪ Tidak menimbulkan noda.
▪ Material setara GE Momentive Silpruf SCS 9000 NB Sealant atau Dow
Corning® 991,
4. Wet Area Sealant
▪ Mid-modulus, acetoxy silicone sealant untuk aplikasi saniter dan higienis.
▪ Berupa komponen anti jamur untuk mencegah berkembangnya lapuk, kerak
dan jamur di area dengan kelembaban tinggi.
▪ Bersifat netral dan anti-bakteri
▪ Tidak menimbulkan noda.
▪ Material setara GE Momentive Silglaze N10 atau Dow Corning 785 untuk
daerah dapur, pantry dan toilet, daerah shower dan bak mandi.

18.3 Persyaratan pelaksanaan


18.3.1 Sebelumpelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk dalam
pekerjaan ini harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan noda maupun kotoran
lainnya, peil atau elevasi permukaan tersebut harus disetujui Direksi/Pengawas.

18.3.2 Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang
beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan dan sebagainya
yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

18.3.3 Persiapanpermukaan
1) Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih dan
bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan /
material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
2) Permukaan harus sudah di finish.

18.3.4 Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara


pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material
dan rekomendasi aplikasi sesuai standar pabrikan sealant dan material terkait.

PT. Penta Rekayasa D - 64


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

19 PEKERJAAN ANTI RAYAP


19.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan anti rayap meliputi pelaksanaan pekerjaan perlindungan bangunan
terhadap rayap pada galian pondasi, pondasi baru, permukaan tanah bagian luar dan
dalam bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan.

19.2 Persyaratan Bahan


19.2.1 Kemasan dan Label.
Kontraktor wajib menyerahkan bahan kimia di tempat pekerjaan dalam keadaan
masih utuh dan tertutup baik (sealed) serta berlabel seperti waktu diterima dari
distributor atau pabrik guna mendapat persetujuan dari Direksi.

19.2.2 Garansi dan tes laboratorium


1) Kontraktor wajib mengadakan tes bahan anti rayap pada Laboratorium Pusat
Penelitian Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan di Jakarta guna
mengetahui komposisi, konsentrasi, dan aspek dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Kontraktor wajib menyerahkan hasil tes tersebut paling lambat
satu minggu sebelum pekerjaan dimulai.
2) Kontraktor wajib menyerahkan persyaratan tertulis sebagai garansi bahwa
aplikasi perawatan telah dilaksanakan dengan standar sesuai dengan
spesifikasi teknis yang dikeluarkan pabrik pembuat zat kimia anti rayap tersebut,
dan menjamin efektifitas kerja sistem perawatan tersebut tidak kurang dari
sepuluh (10) tahun setelah masa pemeliharaan. Apabila masih terjadi serangan
rayap selama jangka waktu jaminan, Kontraktor wajib meIakukan perawatan
kembali tanpa biaya kerja tambahan.

19.2.3 Untuk peracunan tanah digunakan dapat digunakan salah satu sebagai berikut:
1) Produk Bayer Termite Control Cloropyrifos Dursban TC 1% dalam emulsion cair
permetharin 0.5%, atau produk lain yang disetujui oleh MK. Penggunaan dosis
sesuai rekomendasi pabrikan baik di permukaan tanah dengan cara
disemprotkan (spray) atau per lubang dengan sistem injeksi, dan atas
persetujuan MK.
2) Produk Bayer Termite Control Cislin dengan bahan aktif Deltametrin 25 g/l
dengan aplikasi 5 liter/ m2.
3) Produk Lentrek 400 EC dengan komposisi 25 ml dicampurkan kedalam 1 liter
air. Penggunaan 5 liter/m2 dengan cara disemprotkan (spray).
4) Basileum 505 EC dengan komposisi 15 ml dicampurkan kedalam 1 liter air.
Penggunaan 3~5 liter/m2 permukaan tanah dengan cara disemprotkan
(spray).atau per lubang dengan sistem injeksi.

19.3 Persyaratan Pelaksanaan


19.3.1 Lisensi dan Izin Aplikator
Memiliki lisensi dari pabrikan bahan kimia pestisida dan memiliki izin bekerja yang
masih berlaku dari Departmen Pertanian dan merupakan anggota dari IPPHAMI.

PT. Penta Rekayasa D - 65


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

19.3.2 Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib mengamati dan melakukan


tindakan pengamanan sesuai petunjuk dan saran tertulis dari perusahaan pembuat
zat kimia tersebut. Selama pelaksanaan, seluruh pekerja diharuskan memakai helm,
masker, sarung tangan, kacamata pelindung dan pakaian pelindung.

19.3.3 Kontraktor wajib menguraikan metoda pelaksanaan secara tertulis pada saat
pemasukan penawaran. Dalam uraian tersebut minimal dijelaskan :
1) Bahan kimia yang dipakai
2) Peralatan yang digunakan berikut spesifikasi/kemampuannya
3) Cara pelaksanaan pengamanan

19.3.4 Tidak diijinkan melakukan perawatan pada kondisi tanah yang sangat basah atau
segera setelah hujan lebat.

19.3.5 Tidak diijinkan melakukan perawatan tanah pada daerah yang sumber airnya mudah
terkontaminasi.

19.3.6 Penimbunan/penutupan kembali hasil perawatan harus segera dilakukan untuk


mencegah adanya pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya.

19.3.7 Pekerjaan harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang mendapat izin untuk melakukan
pekerjaan ini dengan mengindahkan semua peraturan yang dikeluarkan Departemen
Bina Lingkungan & Tenaga Kerja.

19.3.8 Semua tenaga kerja harus benar-benar ahli dan keamanan kerja harus diperhatikan.

19.3.9 Selama pelaksanaan pekerjaan sampai pekerjaan aman disentuh manusia,


merupakan kewajiban Kontraktor untuk menjaga keamanan tersebut dan
keselamatan terhadap diri manusia disekitarnya.

19.3.10 Pencegahan masuknya rayap ke dalam bangunan harus dilakukan dengan


perawatan tanah pada semua daerah dimana bangunan berhubungan langsung
dengan tanah, antara lain :
1) Penyemprotan anti rayap dilakukan pada seluruh permukaan tanah galian untuk
persiapan setiap macam pekerjaan (pondasi, lantai, pengerasan).
2) Penyemprotan anti rayap yang dilakukan dengan power spray sebelum dan
sesudah pengurugan level.
3) Penyemprotan anti rayap terhadap saluran-saluran yang terpasang dibawah
tanah, permukaan bidang, pondasi-pondasi yang terpasang.
4) Penyemprotan anti rayap pada seluruh pondasi baru.
5) Penyemprotan anti rayap sekeliling luar bangunan pada jarak 15 - 20 cm dari
pondasi yang terluar, dinding bangunan terluar.

19.3.11 Pekerjaan peracunan tanah ini harus dilakukan dengan injector yang dapat bekerja
sedemikian rupa sehingga obat yang disuntikkan menyebar ke semua arah, jarak
antar titik penyuntikan 40 cm dengan kedalaman 10 cm.

19.3.12 Perlindungan terhadap tanah di sekitar pepohonan harus dilakukan dengan sangat
hati-hati.

PT. Penta Rekayasa D - 66


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

19.3.13 Pencegahan kemungkinan adanya rayap pada bangunan yang sudah berdiri meliputi
perlindungan terhadap rayap pada daerah-daerah yang lembab seperti bidang-
bidang bagian dalam saluran, dilakukan dengan penyemprotan bidang-bidang
tersebut secara merata / menerus.

PT. Penta Rekayasa D - 67


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

20 PEKERJAAN PENGECATAN
20.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengecatan meliputi:
20.1.1 Pekerjaan pengecatan Metal yang terdiri dari : baja, baja galvanis dan metal lain non
baja seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan cat
finish.
2) Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/un-exposed, menempel
pada material lain, tertutup oleh material lain, dicat hanya sampai dengan cat
anti karat atau cat dasar/primer.
3) Pekerjaan ini tidak berlaku untuk Baja Stainless Steel.

20.1.2 Pekerjaan pengecatan dinding (permukaan pasangan batu bata), permukaan beton
yang tampak (exposed) dan plafond seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

20.1.3 Pekerjaan pengecatan kayu.


Semua kayu yang terpasang baik yang termasuk pekerjaan kayu halus maupun kasar
seperti tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Semua, bagian / permukaan yang tampak / exposed dicat sampai dengan cat
finish dengan ketentuan cat finish warna untuk permukaan yang tidak
ditonjolkan serat kayunya.
2) Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan / un-exposed dicat hanya
sampai dengan cat dasar.
3) Pengecatan kosen, daun pintu dan jendela.

20.1.4 Pekerjaan pengecatan pipa PVC, untuk semua pipa talang dari bahan / material PVC
yang dalam gambar pelaksanaan dinyatakan ditampakkan / exposed.

20.1.5 Dan/atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

20.2 Persyaratan Umum


20.2.1 Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan standar dan/atau sesuai dengan
spesifikasi pabrik.

20.2.2 Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan minimal selama lima tahun terhitung
dari waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini, terhadap kemungkinan cacat,
warna yang berubah dan kerusakan cat lainnya.

20.3 Persyaratan Bahan


20.3.1 Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam. Produk ICI Dulux (setara
Weathershield eksterior, Pentalite khusus plafond dan EasyClean untuk dinding),
JOTUN premium (setara Jotashield dan Majestic), kecuali untuk pagar proyek,
memakai produk SANLEX atau yang setaraf.

PT. Penta Rekayasa D - 68


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

20.3.2 Bahan didatangkan langsung dari pabrik, tiba di Lokasi Proyek harus masih tersegel
baik dalam kemasannya dan tidak cacat.

20.3.3 Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut diatas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa segel kaleng, tes BD,
tes laboratorium dan hasil akhir pengecatan. Biaya untuk pembuktian ini dibebankan
pada kontraktor. Hasil tes kemurnian harus mendapat rekomendasi tertulis dari
Produsen dan diserahkan ke Direksi/Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.

20.3.4 Supplier dan Kontraktor wajib membuktikan bahwa cat yang diajukan memenuhi
spesifikasi low VOC sesuai kriteria Greenship GBCI, yang ditandai dengan
label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia.

20.4 Persyaratan Umum Pelaksanaan.


20.4.1 Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan yang akan
dilaksanakan. Biaya percobaan ini ditanggung Kontraktor. Hasil percobaan tersebut
harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan bagi
pelaksanaan pekerjaan.

20.4.2 Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan. Tebal minimum dari tiap
lapisan jadi (finished) minimum sama dengan syarat yang telah ditentukan Pabrik.

20.4.3 Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan, dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

20.4.4 Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam cuaca lembab / hujan atau
angin berdebu, bertiup. Terutama untuk pelaksanaan didalam ruangan bagi cat
dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan tersebut
harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.

20.4.5 Dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai
kipas angin (fan) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

20.4.6 Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan / vacuum
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik.

20.4.7 Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya
boleh dilakukan bila disetujui Direksi.

20.4.8 Pemakaian ampelas, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain
kering, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas
terkecuali disyaratkan lain dalam sepesifikasi ini.

20.4.9 Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan
/ material metal, harus dilakukan sebelum komponen. tersebut terpasang.

20.4.10 Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas.

PT. Penta Rekayasa D - 69


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

20.4.11 Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli / Supervisi
dari pabrik pembuat.

20.5 Pelaksanaan Pekerjaan pengecatan dinding, plafond, kolom dan balok.


20.5.1 Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak,
kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang
pernah dicat dan dalam kondisi kering.

20.5.2 Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Pemakaian kuas hanya untuk permukaan
dimana tidak mungkin menggunakan roller.

20.5.3 Urut-urutan pelaksanaan pengecatan pada permukaan interior dan exterior baru
adalah sebagai berikut :
1) Lapisan Pertama
a) Cat jenis Acrylic Wall Filler.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
c) Ketebalan lapisan 25-150 micron atau daya sebar 10 M2 / liter.
d) Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
2) Lapisan Kedua.
a) Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
c) Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar 13 -15 M2 / liter.
d) Tunggu selama 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
3) Lapisan Ketiga dan Keempat.
a) Cat jenis Vinyl Acrylic Emulsion. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
b) Ketebalan setiap lapis 25-40 micron atau daya sebar 11-17 m2/liter/lapis.
c) Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan
kemudian.
4) Cat produk JOTUN (Majestic dan Jotashield) atau ICU DULUX (Easy Clean dan
Weathershield Pro).

20.6 Pekerjaan pengecatan metal


20.6.1 Semua metal seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan harus dicat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan cat
finish.
2) Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/un-exposed, menempel
pada material lain, tertutup oleh material lain, dicat hanya sampai dengan cat
anti karat atau cat dasar/primer.
3) Pekerjaan ini tidak berlaku untuk Baja Stainless Steel.

20.6.2 Pekerjaan persiapan sebelum pengecatan.

PT. Penta Rekayasa D - 70


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

1) Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / mill scale), karat, minyak, !emak
serta kotoran lainnya secara teliti dan menyeluruh sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak metal yang halus dan mengkilap.
2) Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik / mechanical wire
brush.
3) Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang
bersih.
4) Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan / material
metal terpasang.

20.6.3 Pelaksanaan pekerjaan pengecatan.


1) Lapisan pertama.
a) Cat primer jenis QD Metal Primer Red Lead.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
c) Ketebalan 50 micron atau daya sebar 8 -10 M2 / liter.
d) Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
2) Lapisan kedua.
a) Cat dasar jenis Undercoat.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
c) Ketebalan 3 5 mikron atau daya sebar 10 -13 m2 / liter.
d) Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
3) Lapisan ketiga dan keempat.
a) Cat akhir / finish jenis Synthetic Super Gloss atau setaraf.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
c) Ketebalan 30 mikron atau daya sebar 15 -17 m2 / liter.
d) Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam.
e) Wama ditentukan kemudian.
4) Cat produk JOTUN atau ICU DULUX atau setaraf.

20.7 Pekerjaan pengecatan pipa PVC


20.7.1 Pekerjaan persiapan sebelum pengecatan.
Seluruh permukaan PVC yang ditampakkan / exposed dan akan dicat harus
dibersihkan sehingga bebas dari noda-noda semen, plesteran, minyak atau kotoran
lain.

20.7.2 Pelaksanaan pekerjaan pengecatan.


Lapisan pengecatan (pertama dan kedua).
1) Cat akhir / finish jenis Synthetic Super Gloss atau setaraf.
2) Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
3) Ketebalan 30 mikron per lapis atau daya sebar 15 -17 m2 / Iiter perlapis dalam
kondisi kering.
4) Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam.
5) Wama ditentukan kemudian.

20.7.3 Cat produk JOTUN, ICU DULUX atau setaraf.

PT. Penta Rekayasa D - 71


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

21 PEKERJAAN HPL (High Pressured Laminate)


21.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan HPL meliputi pekerjaan finishing atau pelapisan Permukaan Daun Pintu
dan interior seperti ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.

21.2 Persyaratan Bahan.


Tebal : Minimal 0,7mm toleransi 0,1mm
Lapisan : terdiri atas
 Lapisan Pelindung
 Lapisan Dekoratif
 Lapisan Multi Layer Kraft Core
Ukuran : 1220 x 2440 mm
Surface Wear Resistance (Revolution Cycle) : 600 - 700
Warna : Ditentukan kemudian
Motif : Ditentukan kemudian.
Merk : Setara Arborite, Wilson Art, Duropal, Formica

21.2.1 Bahan didatangkan langsung dari pabrik tiba di tempat pembangunan konstruksi
harus masih tersegel baik dalam kemasannya dan tidak cacat.

21.2.2 Bahan Lapisan Median dimana HPL akan ditempelkan memiliki koefisien muai dan
susut yang relatif sama seperti Particleboard, HDF. Plywood/triplek biasa juga
digunakan.

21.2.3 Bahan perekat merupakan jenis yang direkomendasikan oleh pabrik.

21.3 Persyaratan Pelaksanaan


21.3.1 Prosedur pergudangan yang sederhana akan meminimalisir kerusakan pada
permukaan HPL selama proses pemasangan dan pabrikasi.

21.3.2 Pindahkan lembaran HPL dengan cara diangkat bukan di geser satu per satu.

21.3.3 Jagalah supaya permukaan HPL yang bermotif agar tetap bersih. Gunakan udara
yang dihembuskan atau sikat halus untuk menghapus kotoran jangan pernah
menggunakan tangan, kain atau sikat yang kasar.

21.3.4 Lindungi bagian HPL yang bermotif dengan kain atau material yang karton tebal yang
bergelombang jika lembaran tersebut dalam kondisi terbalik karena proses
pemasangan.

21.3.5 Gunakan lapisan pelindung jika di bagian permukaan HPL yang bermotif tersebut
diletakkan alat atau benda-benda lainnya.

21.3.6 Tekanan yang merata terhadap permukaan HPL adalah merupakan hal yang sangat
penting dalam penempelan lapisanHPL terhadap permukaan lapisan median.

PT. Penta Rekayasa D - 72


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

21.3.7 Perekat harus digunakan secukupnya, direkatkan dengan cara penekanan dan atau
didiamkan sesuai rekomendasi pabrik.

21.3.8 Penekanan pada proses pelapisan HPL terhadap Triplek harus dilakukan sehalus
mungkin kecuali jika jenis perekat menghendaki penekanan yang kuat.

21.3.9 Penekanan yang belebihan pada PL akan menyebabkan cacat/kerusakan pada


lapisan tengah HPL.

21.3.10 Lapisan Median dimana HPL akan direkatkan harus benar-benar dalam kondisi
bersih, kering dan bebas dari debu, minyak dan benda-benda lainnya.

21.3.11 Adanya partikel/butiran yang menonjol pada permukaaan Lapisan Median/tempat


direkatkan HPL akan mempengaruhi tampilan permukaan HPL, sehingga perlu dipilih
Lapisan Median yang bermutu baik disamping ketrampilan pemasangnya, jenis
perekat dan jenis atau ketebalan HPL yang dipilih.

PT. Penta Rekayasa D - 73


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

22 PEKERJAAN KACA DAN CERMIN


22.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan kaca dan cermin meliputi :
1) Pekerjaan Kaca Jendela dan Pintu.
 Untuk kaca jendela eksterior :
Tinted heat absorbent glass setara Panasap Asahimas warna Blue Green
tebal 8mm.
 Untuk kaca jendela dan bouvenlicht interior dengan kusen aluminium :
- Kaca polos setara Indoflot Asahimas tebal 6mm
- Kaca polos setara Indoflot Asahimas tebal 8mm
 Untuk pintu jendela dengan kusen aluminium
- Kaca polos tempered setara Indoflot Asahimas tebal 8mm
 Untuk pintu jendela frameless
- Kaca polos tempered setara Indoflot Asahimas tebal 12mm
2) Pekerjaan Curtain Wall
Tipe aplikasi : Unitized Curtain Wall
Jenis kaca : Single glass Heat Strengthened Heat-absorbant (tinted) glass
setara Panasap Blue-Green 8mm
Rangka : Rangka profil alumunium finish anodized plus. Tebal mullion 5"
sampai dengan 10-3/8" ukuran ditentukan sesuai rekomendasi
spesialis.
Sealant : Premium structural silicone sealant
3) Pekerjaan Cermin.
Cermin tebal 6mm setara Miralux Asahimas dibevel.
4) Dan/atau seperti yang tercantum dalam Gambar pelaksanaan.

22.2 Persyaratan Bahan


22.2.1 Untuk material utama harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001: 2004.

22.2.2 Kaca yang dipakai dari standar produk SII 0189/78, semua cermin harus sesuai NI-3,
produk ASAHIMAS GLASS atau setaraf.

22.2.3 Jenis kaca untuk jendela dan pintu menggunakan ketebalan sesuai dengan gambar,
dari jenis sesuai dengan gambar.

22.2.4 Cermin jenis Clear Glass Float Type dengan salah satu permukaan dilapisi perak
(Chemical Deposital Silver).

22.2.5 Semua kaca, dan cermin harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak bercak lain.

22.3 Persyaratan Teknis (Syarat Mutu)


22.3.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana wajib melaksanakan perhitungan
kekuatan kaca terhadap angin tekan dan angin hisap yang akan menentukan
ketebalan kaca serta ukuran rangkanya. Gambar shop drawing untuk diperiksa
Konsultan MK dan ditinjau oleh Konsultan Perencana.

PT. Penta Rekayasa D - 74


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

22.3.2 Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal, untuk
cermin 5 mm, kaca 6 mm dan 8 mm adalah 0,3 mm.

22.3.3 Ukuran lebar dan panjang kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi,
untuk kaca 6 mm adalah 1,5 mm sedangkan kaca 8 mm adalah 2 mm.

22.3.4 Kaca dan cermin lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyal sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm / m, kecuali disyaratkan lain oleh Direksi/Pengawas.

22.3.5 Kaca dan cermin lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun.

22.3.6 Lapisan perak / chemical deposited silver pada cermin yang dipakai harus terlihat
merata. Apabila terjadi bercak bercak hitam, maka cermin harus diganti atas biaya
Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambahan.

22.4 Persyaratan Pelaksanaan


22.4.1 Pemotongan harus rapi dan lurus, menggunakan alat pemotong kaca / cermin yang
khusus.

22.4.2 Sisi-sisi kaca / cermin yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digurinda dan dihaluskan sampai berbentuk tembereng.

22.4.3 Pekerjaan pemasangan cermin.


1) Pemasangan cermin di atas rangka kayu dengan memakai sekrup. Jarak
pemasangan sekrup maksimal 60 cm. Kepala sekrup yang timbul dipermukaan
kaca ditutup dengan penutup yang diverchroom. Saat pemasangan sekrup tidak
boleh ada keretakan pada cermin. Sisi luar cermin dibevel.
2) Pemasangan list kayu / Iist lain harus sesuai gambar pelaksanaan, benar benar
lurus, telah memenuhi persyaratan pekerjaan kayu halus dan telah difinish
sesuai Persyaratan Pengecatan Kayu Halus.

22.4.4 Kualitas pekerjaan.


1) Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat pemasangan
list maupun sekrup. Pekerjaan tersebut harus sesuai Gambar pelaksanaan.
2) Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh bergelombang.

22.4.5 Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan terhadap kemungkinan cacat, warna
yang berubah dan kerusakan cat lainnya minimal selama lima (5) tahun terhitung dari
waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini.

PT. Penta Rekayasa D - 75


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

23 PEKERJAAN SANITARY FIXTURES


23.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sanitary fixture meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini secara
lengkap sesuai yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

23.2 Persyaratan Bahan


23.2.1 Untuk material utama harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001: 2004.

23.2.2 Bahan dari kualitas utama, produk setara TOTO dengan tipe-tipe sesuai tercantum
dalam gambar skedul terlampir. Yang dimaksud penyebutan tipe disini adalah
lengkap dengan accessories seperti standard Pabrik.

23.2.3 Tipe sanitary fixtures sesuai dengan yang ditentukan dalam Bill of Quantity dan RKS
ini.

23.2.4 Tipe sanitary fixtures yang dipakai harus hemat konsumsi air dengan ketentuan
sebagai berikut:

Water Fixture Standard Pemakaian Air


Kloset Difabel < 6 L/flush
Kloset Duduk < 6 L/flush
Kloset Jongkok < 6 L/flush
Urinal < 4 L/flush
Wastafel < 8 L/menit
Wastafel Difabel < 8 L/menit
Shower Head + Faucet < 9 L/menit
Shower Set < 9 L/menit
Kran Wudhu + aerator < 8 L/menit
Kran Janitor + aerator < 8 L/menit
Kran Pantry + aerator < 8 L/menit

23.3 Persyaratan Pelaksanaan


23.3.1 Pemasangan harus dilakukan dengan hati hati, rapi dan tidak ada percikan kotoran,
seperti adukan, semen, pada alat-alat tersebut diatas.

23.3.2 Apabila fixtures tersebut dilengkapi dengan peralatan pelindung terhadap tekanan
balik / pelepas vacum atmosfir, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan.

PT. Penta Rekayasa D - 76


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

23.3.3 Apabila fixtures tersebut dilengkapi dengan plastik pelindung oleh pabrik, maka
plastik pelindung tersebut baru boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan
dilakukan.

23.3.4 Kontraktor harus melengkapi fixture tersebut dengan leher angsa hanya jika fixtures
tersebut belum memiliki leher angsa built-in.

23.3.5 Seal-seal untuk mengatasi kebocoran, klos-klos penguat dudukan termasuk untuk
kesempurnaan dan berfungsinya peralatan ini.

23.3.6 Aplikasi sealant lihat Bab Pekerjaan Sealant dari RKS Teknis ini.

23.4 Bentuk Sanitary Fixtures

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

Closet -
Kloset Duduk (hemat air Ecoflush –
4.5/3 L Dual Flush Solid EURO
1. Duroplast Seat & Cover CW660NJ-
Bowl Shape: European SW660J
Std), dengan ecowasher TCW 03 SL
(Eco-Washer )

CE 9 / TV 150
2. Kloset jongkok
NWV 12

PT. Penta Rekayasa D - 77


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

CW 704 L /
Kloset duduk khusus toilet
SW784JP +
3. difable ( 6 L Siphonic Flush
TCW 03 SL
Bowl) dengan ecowasher
(Eco-Washer)

UW447JNM +
Urinal untuk petugas/ staff,
4.
tipe muslim Urinal Partition
AW 115J

TX403SMCRB
5. atau Jet shower toilet atau
TB19CSMCR

PT. Penta Rekayasa D - 78


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

LW649CJ
Complete set
Wastafel toilet umum Lantai + TX126LE
6. 1 – Lantai 10, dengan kran (Self closing
self closing hemat air lavatory
faucet) atau
TX115LESBR

atau

LW642CJ
Complete set
Wastafel toilet umum staf di + TX126LE
7. Lantai 11 - 16, dengan kran (Self closing
self closing hemat air lavatory
faucet) atau
TX115LESBR

atau

LW103JT1
Complete set
8. Wastafel toilet difable Atau
LW 246 J +
T205QN

PT. Penta Rekayasa D - 79


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

LW 246 J
complete set +
Wastafel petugas/ staff, + TX126LE
9. dengan kran self closing (Self closing
hemat air lavatory
faucet) atau
TX115LESBR

atau

TX124LES
Atau
10. atau 1 Kran ruang wudlu
TX124LEC

11. 1 Kran ruang janitor T30ARQ13N

TX603KCS

12. Kran Pantry Atau


T30ARQ13N

Atau

PT. Penta Rekayasa D - 80


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

Paper holder toilet dinding


13. 1 TX703AG
kubikal

Paper holder kamar mandi/


14. S20
toilet dinding pasangan bata

Shower set
Hand shower & mixer air
15. 1 panas/ dingin untuk kamar TX471SFMBR
mandi Sekjen dan Desekjen

Fix shower head & stopper


TX465SMN +
16. 1 untuk area shower parkir
TX452SO
sepeda

17. 1 Towel rack kamar mandi TX4W

PT. Penta Rekayasa D - 81


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

18. 1 Floor Drain TX1BN

19. Robe Hook TS 118 WSB

20. Soap Holder S156N

Royal
21. Kitchen sink single bowl
Tipe SB 62

Kitchen sink single bowl Royal


22.
dengan satu sayap Tipe ST 3

Kitchen sink double bowl Royal


23.
dengan satu sayap Tipe SB 2

PT. Penta Rekayasa D - 82


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Bentuk Sanitair Penggunaan/ Penempatan Setara Tipe

TOTO
High Speed Hand Dryer TYC322W
24.
with Drain Tank

PT. Penta Rekayasa D - 83


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

24 PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU, JENDELA DAN BOVENLICHT


24.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan perlengkapan pintu, jendela & bovenlicht meliputi pengadaan,
pemasangan semua bahan perlengkapan pintu dan jendela seperti lockcase,
backplate, handle, stopper dan hardware lainnya yang dipergunakan di dalam
pekerjaan yang terdiri dari:
1) Pekerjaan perlengkapan Pintu Kayu.
2) Pekerjaan perlengkapan Pintu Aluminium.
3) Pekerjaan perlengkapan Pintu Baja.
4) Pekerjaan perlengkapan lainnya seperti tersebut pada Gambar pelaksanaan.

24.2 Persyaratan Bahan


24.2.1 Semua Hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam buku spesifikasi ini. Apabila tejadi perubahan atau penggantian hardware
akibat dari pemilihan merk, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

24.2.2 Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

24.2.3 Hardware
1) Engsel
Mekanisme : Single Swing
Pemakaian : Pintu kayu, Aluminium, atau besi
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon memenuhi standar SII
0407-80 (pintu selain besi), axial bearing (pintu besi), untuk
pemasangan engsel di kusen aluminium diperlukan klos kayu
dengan ukuran sesuai dimensi kusen aluminium.
Ukuran : 4” x 3” x 3 mm
Warna : Stainless Steel 304
Jumlah : Tiga set per daun Pintu
2) Cylinder.
Pemakaian : Pintu Kayu, Aluminium, besi atau sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Sistem anak kunci dua arah.
3) Lever Handle
Pemakaian : Pintu Kayu, Aluminium, besi sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Gagang pintu berbentuk Quarter Moon Shape terbuat dari
Aluminium alloy
Bahan : Stainless Steel 304
4) Pull Handle
Pemakaian : Pintu Kaca dan Aluminium sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Terbuat dari Aluminium alloy
Bahan : Stainless Steel 304 Hairline Finish, sesuai dengan model
5) Backplate
Pemakaian : Pintu Kayu, Aluminium, besi sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Backplate. Khusus untuk Pintu kamar mandi dilengkapi
Thumbturn dan Indicator plate dengan sistem penguncian satu
arah atau dari sebelah dalam.

PT. Penta Rekayasa D - 84


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

6) Lockcase
Pemakaian : Pintu Kayu, Aluminium, besi sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Terdiri dari Latchbolt dan deadbolt, dapat didorong dari kedua
arah, pelat tekan dari baja stainless. Khusus untuk Pintu kamar
mandi deabolt dapat ditarik dengan knop
7) Door Stopper
Pemakaian : Pintu sesuai Gambar Kerja.
Spesifikasi : Bahan stainless steel 304 dengan penahan karet pada salah
satu ujungnya, panjang total 9 cm.
Pemasangan : Bersifat universal, berarti dipasang pada lantai atau dinding.
Kait dipasang pada pintu. Landasan dipasang pada lantai dan
dinding.
8) Door Closer
Pemakaian : Pintu Kayu, Aluminium, besi sesuai Gambar Kerja
Spesifikasi : Bahan galvanized steel
9) Flush Bolt
Pemakaian : Pintu double atau sesuai gambar kerja
Jumlah : 2 buah atas dan bawah untuk setiap daun pintu
10) Engsel Jendela
Mekanisme : Single Swing
Pemakaian : Jendela kayu, Aluminium,atau besi
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon memenuhi standar SII
0407-80 (pintu selain besi), axial bearing (pintu besi)
Warna : Stainless Steel
Jumlah : 2 set setiap jendela.
11) Handle Jendela
Pemakaian : Jendela sesuai Gambar Kerja.
Jumlah : 1 (Satu) set pada tiap daun Jendela
12) Floor Hinge
Pemakaian : Pintu utama / Frameless door sesuai gambar kerja
Mekanisme : double swing
Jumlah : 1 (Satu) set pada tiap daun
13) Handle Jendela
Pemakaian : Jendela sesuai Gambar Kerja.
Jumlah : 1 (Satu) set pada tiap daun Jendela.

24.3 Persyaratan Teknis


Seluruh perangkat perlengkapan pintu, jendela harus bekerja dengan baik sebelum
dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara, kasar dan
halus.
Seluruh sistem penguncian harus menggunakan master key system yang diajukan
oleh Pelaksana dan disetujui oleh Pengelola dan/atau Pemilik Gedung.

24.4 Persyaratan Pelaksanaan


24.4.1 Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu dan jendela khususnya Handle,
Backplate dan Door Closer harus rapi serta sesuai dengan letak posisi yang telah
ditentukan oleh Direksi/Pengawas dan harus sesuai dengan gambar pelaksanaan.

PT. Penta Rekayasa D - 85


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa
tambahan biaya.

24.4.2 Pemasangan Engsel.


1) Engsel atas, + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
2) Engsel bawah, + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu, khusus pintu toilet /
peturasan adalah + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.

24.4.3 Pemasangan Door Stopper.


1) Untuk pintu toilet/peturasan, dipasang pada daun pintu dengan minimum
ketinggian 1,55 cm dan 6 cm dari tepi daun pintu.
2) Untuk pintu lain, dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan kunci
tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.

24.5 Spesifikasi Material Hardware Pintu dan Jendela Finished Goods

Penggunaan/
No Jenis Hardware Setara Tipe
Penempatan

Jendela Aluminium
Nexsta YKK
1. Finish Goods Tipe Top
AP
Hung

PT. Penta Rekayasa D - 86


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Penggunaan/
No Jenis Hardware Setara Tipe
Penempatan

Jendela Aluminium
Nexsta YKK
2. Finish Goods Tipe
AP
Casement

Jendela Aluminium
Nexsta YKK
3. Finish Goods Tipe
AP
Sliding

PT. Penta Rekayasa D - 87


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Penggunaan/
No Jenis Hardware Setara Tipe
Penempatan

Pintu Aluminium Finish Nexsta YKK


4.
Goods AP

PT. Penta Rekayasa D - 88


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

24.6 Spesifikasi Material Hardware Pintu dan Jendela

No Jenis Hardware Penggunaan/ Penempatan Minimal Setara Tipe

FITTINGS KACA FRAMELESS

1. Floor hinge Complete Set BTS 84 Dorma


Pintu kaca frameless
Stainless Steel

2. Top Patch fitting Stainless PT-20 Dorma


Pintu kaca frameless
Steel

3. Bottom Patch fitting PT-10 Dorma


Pintu kaca frameless
Stainless Steel

4. Corner Lock Stainless PS - 10 LCK Dorma


Pintu kaca frameless
Steel

5. Top Patch fitting Stainless PT-30 Dorma


Pintu kaca frameless
Steel

6. Top Patch fitting Stainless PT-40 Dorma


Pintu kaca frameless
Steel
Pull Handle Stainless tipe Art GD 9330 SS-
7. Pintu kaca frameless
Steel 350 WILKA
ENGSEL

Hinges tipe BB Pintu kusen aluminium dengan


8. Gracia Art 2201 WILKA
4"x3"x3mm SS daun pintu hollow core door kayu

Floor hinge Complete Pintu kayu double acting & double


9. Tipe BTS 65 Dorma
termasuk top pivot swing

KUNCI

10. Lockcase Pintu kusen aluminium dengan tipe Art 1490.55 WILKA
daun pintu hollow core door kayu

Pintu kayu double acting & double Tipe Art 1452.55


11. Lockcase
swing WILKA

Daun pintu single acting, double


acting, pintu geser Tipe Art 1400.60
12. Double Cylinder
WILKA

Tipe Art 1450.55


13. Mortise Lock Pintu geser kayu
WILKA

SLIDING GEAR

Tipe SD 100/2 Mtr


14. Track Sliding Pintu geser kayu
Calfis

PT. Penta Rekayasa D - 89


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Jenis Hardware Penggunaan/ Penempatan Minimal Setara Tipe

Tipe CL 500/2 Mtr


15. Channel Pintu geser kayu
Calfis

Tipe SD 120 max


16. Roda Sliding Pintu geser kayu
100Kg Calfis

17. Bracket Pintu geser kayu Tipe BK 110 Calfis

Automatic sliding door Pintu geser kaca tempered


18. DORMA ES 200 Easy
gear otomatis

 Record STA 21 Automatic Set max berat 2 x90Kg (Lebar


1000x2, Tinggi 2500, Tebal Kaca 12mm)

 Drive Unit STA 21 (1 Set)


 Track Set Profil 4.26M (1 Set)

 Toot Belt (6 M)
 P 1642 Rubber Damping (4M)

 MS Roller Carriages ( 1pcs )

 Bolt Locking Device VRR 20 ( 1pcs )

 NICD Accumulator Battery ( 1pcs )

 Radar Motion Sensor RAD 290 ( 2pcs )

 Surface Mounted Manua; Locking ( 1pcs )

 Flush Mounting Set For BDE - D ( 1 pcs )

HANDLE

Pintu kusen aluminium dengan


Lever Handle Stainless daun pintu hollow core door kayu Tipe ART 306 SS
19.
Steel WILKA

Pintu geser kayu/ Pintu double Tipe Art-Arrow 8-1 SS


20. Push Pull Handle
swing WILKA

Pintu double acting & double Tipe Art PH 243 L-


21. Pull Handle
swing 1200 Wilka

Tipe ART 352 SS


22. Lever Handle Pintu aluminium
WILKA

PT. Penta Rekayasa D - 90


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

No Jenis Hardware Penggunaan/ Penempatan Minimal Setara Tipe

AKSESORIS PINTU

23. Door closer Pintu kusen aluminium dengan Tipe TS 1M RA Dorma


daun pintu hollow core door kayu

Tipe Gracia tipe Art


24. Door stopper (wall) Pintu
713 WILKA

Pintu aluminium double acting & Tipe Rioby 456/250


25. Flushbolt
double swing mm Silver Wilka

Pintu kayu double acting & double


Tipe Gracia 37M
26. Automatic Flushbolt swing
WILKA

Pintu double acting & double


27. Dust Proof Art 1150 WILKA
swing

Pintu double acting & double Tipe New Star N-250


28. Door selector SS
swing Wilka

AKSESORIS JENDELA

29. Friction stay top hung Jendela Bouvenlicht aluminium Tipe 12"/2mm WILKA

30. Window lock Tipe Gracia Locking


Jendela Bouvenlicht aluminium
tipe Art 120 WILKA

AKSESORIS PINTU LIPAT

Tipe 620 2 wheel


31. Track Sliding Pintu lipat besi
setara Kend

Pintu lipat besi


32. Floor contact device Setara Kenari Djaja

Pintu lipat besi


33. Hanger Setara Kenari Djaja

PT. Penta Rekayasa D - 91


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

25 PEKERJAAN LANTAI VINYL


25.1 Lingkup Pekerjaan
25.1.1 Pekerjaan lantai vinil meliputi pemasangan lantai vinyl untuk pekerjaan finishing lantai
lift servis/ lift pemadam kebakaran sesuai yang tercantum dalam gambar
perencanaan.

25.1.2 Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

25.1.3 Pemasangan vinyl meliputi pekerjaan perataan lantai (leveling), pemotongan bahan
sesuai gambar, pengeleman, pemasangan aksesoris dan pengelasan (welding).

25.1.4 Pemasangan vinyl pada ruangan sesuai yang ditunjuk dalam gambar.

25.2 Persyaratan Bahan Safety Vinyl


25.2.1 Material harus terbuat dari kualitas terbaik, tahan terhadap goresan, anti slip, higienis,
mudah dibersihkan, dan murah perawatan (wax free).

25.2.2 Bahan vinyl: type heterogeneus / multilayer, terbuat dari bahan PVC murni tanpa
bahan pencampur (filler), dilengkapi dengan Reinforced PUR.

25.2.3 Pearl protection, lapisan bawah terdiri dari pvc backing compound. Ketebalan lapisan
atas / wear layer 0.7mm, tebal total minimal 2.0mm. Vinyl harus dalam bentuk sheet
(gulungan), lebar minimal 2M, panjang 25M.

25.2.4 Bahan harus termasuk dalam kategori klasifikasi UPEC kelas U4P3E2/3 C2 atau EN
685 class 34-43 (commercial very heavy duty).

25.2.5 Bahan harus tahan gores, dengan resistensi abrasi yang paling tinggi (groupT).

25.2.6 Bahan harus higienis, mengandung biostatic treatment yang tidak mengandung
arsenic, yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri, kuman dan jamur. Bahan
harus mempunyai ketahanan yang tinggi (baik) terhadap bahan kimia.

25.2.7 Bahan tidak mengandung material berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan seperti
formaldehyde, glycol ether atau sulphur; tidak mengandung logam berat seperti
timbal, timah, cadmium yang membahayakan kesehatan.

25.2.8 Bahan harus memenuhi standard keamanan dan kenyamanan; antislip untuk daerah
basah, dengan tingkat slip resistance minimal R10 satuan kode kemiringan lantai
hingga 19o, Bahan harus tidak merambatkan api (fire resistant B1Cfls1).

25.2.9 Static indentation harus sangat baik, minimal 0.06 mm (4 kali lebih baik dari standard
EN 433), dimension stability (EN 434) 0.1%, flexibility/curling (EN 435) o10mm,
thermal resistance, dan chemical resistance.

25.2.10 Bahan harus difabrikasi sesuai dengan standard “Ramah Lingkungan”, dengan
sertifikasi ISO 14001, ISO 14040 dan ISO 14042; ramah lingkungan, hemat energi,
mengurangi efek rumah kaca, tidak mengandung emisi VOC (volatile organic
compound) di atas standard (EN 15052), dan material 100% daur ulang.

PT. Penta Rekayasa D - 92


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

25.2.11 Sambungan antar vinyl di las (diwelding) dengan pemanasan dengan menggunakan
bahan PVC yang sama yang di sebut welding rod. Lebar sambungan antara 2,5 s/d
3 mm dan harus rata.

25.2.12 Skirting / Plint sebagai aksesoris tambahan dapat berupa perpanjangan atau
kelanjutan vinyl dari lantai kemudian naik ke dinding setinggi 10cm. Pada sudut antara
lantai dan dinding dipasang “cove former” yaitu bahan yang membentuk sudut landai
(R) agar sudut tersebut tidak siku. Sementara pada ujung vinyl yang naik ke dinding,
ditutup dengan “capping seal”. Cove former dan capping seal juga harus terbuat dari
bahan vinyl PVC.

25.2.13 Pertemuan antar vinyl 2 vinyl sheet dengan ketebalan yang berbeda atau vinyl
dengan keramik, dapat ditambahkan “L” strip atau “T” strip dari bahan aluminum.

25.2.14 Warna dan corak ditentukan kemudian atas arahan arsitek, diajukan oleh kontraktor
dan harus disetujui oleh Pemilik Gedung dan perencana / pengawas.

25.2.15 Merk fabrikasi bahan: Setara Forbo Step, Gerflor buatan Eropa atau Tajima buatan
Jepang.

25.3 Persyaratan Pelaksanaan


25.3.1 Screeding dikerjakan oleh kontraktor utama atau spesialis aplikator lantai vinyl.
Screeding harus benar-benar kuat, tidak retak-retak, yang dapat dicapai dengan
membuat adukan dengan komposisi 1 semen : 3 pasir. Permukaan screed harus
kering, dengan tingkat pengeringan sempurna, tidak lembab, bebas debu, bebas
lemak dan minyak. Dan perlu diperhatikan apabila terjadi retakan, maka kontraktor
wajib mengadakan perbaikan sebelumnya. Tidak boleh ada urugan pasir di bawah
screed, yang menyebabkan lantai bergerak / lentur.

25.3.2 Sebelum melakukan tahapan pemasangan vinyl, periksa dulu apakah lapisan screed
telah mengering dengan sempurna. Untuk lantai yang berhubungan langsung dengan
tanah dan kelembaban tinggi, sebelum pekerjaan leveling atau screed, harus di
coating dengan water proofing lebih dahulu. Pastikan kelembaban / moisture tidak
boleh melebihi 75% bila di test dengan menggunakan hyrometer. Jika finishing lantai
mempunyai ketebalan 50-70mm, hygrometer harus ditempatkan selama 24 jam agar
dapat mencapai keseimbangan dalam pembacaannya. Jika pembacaan di bawah
75% RH, vinyl tidak dapat dipasang.

25.3.3 Pemasangan vinyl harus berdasarkan referensi yang dipersyaratkan dari pabrik yang
bersangkutan sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan bermutu baik dan dapat
tahan lama.

25.3.4 Lantai vinyl dipasang setelah semua pekerjaan finishing telah selesai, baik itu
pekerjaan pengecatan, plafond, partisi, pintu dan kusen, mekanikal ataupun elektrikal.

25.4 Kondisi Penyimpanan


25.4.1 Tempat penyimpanan barang harus terhindar dari genangan air, tidak lembab,
terhindar dari cuaca (panas matahari / air hujan) dan selalu bersih. Vinyl harus
disimpan dalam posisi tegak lurus terhadap lantai (vertikal), dan temperatur minimal
10° Celsius.

PT. Penta Rekayasa D - 93


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

25.5 Tahap Pengerjaan Vinyl


25.5.1 Umum
 Tampilan akhir dan daya tahan dari suatu penutup lantai dari VINYL, tergantung
pada lantai dasarnya (subfloor) tempat bahan itu menempel. Untuk alasan ini,
kontraktor harus tahu tentang konstruksi subfloor dan masalah yang terkait
dengan berbagai jenis subfloor yang dapat ditemui.
 Faktor kunci untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari pemasangan vinyl
adalah dengan memperhatikan beberapa persyaratan teknis yang harus dipenuhi
suatu lantai (subfloor) sebelum dilakukan pemasangan vinyl, sebagaimana yang
dapat diimplikasikan berikut ini:
 Bersih. Jika dasar lantai ini terkontaminasi dengan zat yang akan mencegah
perekat untuk menempel ke dasar lantai, maka kontaminan harus dibersihkan.
Permukaan harus benar benar bersih dari debu-debu halus, lemak, minyak, dan
kotoran lainnya.
 Halus. Lantai harus halus, tidak ada sisa-sisa beton, kepala mortar, paku ataupun
sekrup. Semua celah, pori-pori, keretakan dan lubang harus diisi, sehingga lantai
menjadi halus.
 Rata. Selain halus, dasar lantai harus rata, tidak bergelombang.
 Rigid. Dasar lantai harus rigid / kaku, tidak lentur / bergerak, tidak gembur, tidak
retak-retak.
 Kering. Sebelum pemasangan vinyl, dipastikan lantai harus kering sempurna,
dalam arti tingkat pengeringan screed telah tercapai sempurna, tanpa peluang
adanya uap air yang tersisa, yang menyebabkan lantai menjadi lembab.

25.5.2 Screeding
Setelah selesai pekerjaan screeding dan pekerjaan lainnya sesuai dengan
persyaratan pada pasal 29.3, tahapan pemasangan vinyl dapat dilakukan.

25.5.3 Leveling
Leveling dilaksanakan sebanyak 3 s/d 4 lapis. Antara tahap 1 dan tahap berikutnya
di lakukan dengan arah yang menyilang dan biarkan sampai kering. Bahan leveling
terdiri dari Polymer dan semen.

25.5.4 Pengamplasan
Pengamplasan dilakukan setelah lapisan terakhir kering, kemudian di bersihkan dari
debu, pasir dan komponen debu bangunan.

25.5.5 Pemasangan Vinyl


Vinyl dipasang dengan menggunakan bahan lem yang di rekomendasikan oleh
pabrik.

25.5.6 Sambungan (welding)


 Untuk menjaga higienitas setiap ada celah/ sambungan vinyl harus dilas dengan
bahan dari PVC yang sama. Sambungan harus dilaksanakan paling tidak 24 jam
setelah pemasangan vinyl.
 Proses pengelasan dilakukan dengan cara: memotong pinggiran pada kedua sisi
vinyl yang akan disambung dengan pisau khusus (berbentuk lingkaran atau hasil

PT. Penta Rekayasa D - 94


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

irisan pisaunya berbentuk setengah lingkaran) dengan kedalaman 2/3 dari tebal
wearlayer.
 Setelah itu, tali welding (welding rod) dipanaskan dengan mesin welding dan
setelah mencapai tingkat kepanasan tertentu, welding rod dipasangkan pada alur
vinyl yang sudah diiris sehingga dengan sendirinya welding rod akan merekat dan
merekatkan kedua sisi vinyl.
 Setelah welding rod merekat, kemudian biarkan welding rod kembali dingin
(sampai suhu kamar), lalu tonjolan welding rod dipotong dengan spatula (pisau
khusus) sampai permukaanya sama (rata) dengan vinyl.

25.5.7 Pemolesan: Setelah vinyl benar-benar bersih dari semua kotoran langkah terakhir
adalah pembersihan dan pemolesan. Bahan poles adalah yang telah
direkomendasikan oleh Pabrik.

PT. Penta Rekayasa D - 95


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

26 PEKERJAAN PANEL LAPIS ALUMINUM (ALUMINUM COMPOSITE


PANEL/ ACP)
26.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pemasangan panel lapis aluminum meliputi pelaksanaan pekerjaan
pengadaan, pemotongan dan pemasangan rangka penumpu, panel lapis aluminum
serta kelengkapan aksesorisnya pada bagian fasad gedung, penutup eskalator dan
tangga utama, penutup parapet pinggiran void, serta bagian-bagian lain yang
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.

26.2 Jaminan Kualitas


26.2.1 Kualifikasi pabrik material
Pabrik material harus memiliki perwakilkan resmi untuk memeriksa material yang
dikirim, mengawasi instalasi, material, dan menyediakan konsultasi sehubungan
dengan persyaratan proyek.

26.2.2 Kualifikasi pemasangan


1. Pemasangan panel lapis aluminum (ACP) harus dilaksanakan oleh Perusahaan
yang telah memiliki pengalaman minimum sebanyak lima proyek untuk pekerjaan
pemasangan ACP yang memiliki persyaratan (lingkup volume pemasangan) yang
sama dengan proyek ini, dan dengan hasil pekerjaan yang memuaskan.
2. Lama pengalaman Perusahaan minimum 10 tahun.
3. Pengalaman tenaga akhli/ Petugas lapangan minimum 10 tahun.
4. Tenaga akhli/ Petugas lapangan yang mengerjakan pemasangan harus dapat
diterima dan disetujui oleh pabrik material.

26.2.3 Pertanggungjawaban satu sumber pabrik material


Kontraktor harus menggunakan material panel lapis aluminum (ACP) utama dan
material tambahan untuk setiap tipe yang disyaratkan berasal dari satu sumber (satu
pabrik) di Eropa.

26.2.4 Rapat pra-installasi


Kontraktor harus mengadakan rapat, sebelum dimulainya pekerjaan panel lapis
aluminum (ACP). Untuk mereview pekerjaan yang akan diselesaikan:
1. Peserta rapat terdiri dari: MK, Kontraktor, sub-kontraktor pemasangan panel lapis
aluminum (ACP), perwakilan pabrik panel lapis aluminum (ACP) dan semua
subkontraktor lain yang mempunyai pekerjaan terkait panel lapis aluminum (ACP).
2. Kontraktor harus memberitahukan MK dan peserta rapat lainnya minimal tiga hari
sebelum rapat.
3. Kontraktor harus membuat berita acara rapat dan mendistribusikan salinannya
kepada para peserta rapat.
4. Gambar kerja harus sudah selesai dan disiapkan untuk direview pada saat rapat
pra-instalansi.

26.2.5 Kontraktor harus menyerahkan data-data kepada MK yang terdiri dari :


1. Data produk yang terdiri dari spesifikasi, brosur, instruksi pemasangan, dan
rekomendasi umum dari pabrik panel lapis aluminum (ACP).
2. Data hasil uji tes dari laboratorium yang tersertifikasi standar ISO.

PT. Penta Rekayasa D - 96


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

3. Contoh material panel lapis aluminum (ACP) sebanyak masing-masing 3 (tiga)


papan berukuran A4 dengan pilihan warna yang ditentukan oleh Arsitek. Arsitek
akan memilih minimal dua warna yang harus disediakan sampel aslinya untuk
diseleksi.
4. Gambar kerja yang mencakup rencana dan detail daerah panel lapis aluminum
(ACP), termasuk cutting list, detail pemasangan, persilangan dan joint treatment.
5. Kontraktor harus mengajukan persetujuan sampel material panel lapis aluminum
(ACP) satu bulan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemberi Tugas.

26.3 Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material


26.3.1 Material dikirim dalam kontainer dengan segel dan label asli dari pabrik. Identifikasi
dan periksa kontainer dengan nama material, tanggal produksi, dan nomor lot.

26.3.2 Simpan material di atas tanah pada tempat yang terlindung dari cuaca.

26.3.3 Perlakuan :
1. Jaga material untuk mencegah terjadinya kerusakan.
2. Pindahkan material yang rusak dari lapangan dan ganti dengan material baru
yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Perlakukan material dengan hati-hati sesuai dengan instruksi dari pabrik.

26.3.4 Jaminan
Kontraktor harus memberikan jaminan untuk pekerjaan panel lapis aluminum (ACP)
terhadap kesesuaian dengan dokumen kontrak terhitung dari tanggal pekerjaan
terpasang secara efektif. Surat jaminan yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
1. Surat jaminan (specimen warranty) yang ditandatangani oleh pabrik (Principal
di Eropa) untuk bebas dari cacat material, deformasi, pengelupasan, serta
jaminan coating/ ketahanan atau kekuatan panel lapis aluminum (ACP) yang
sudah terpasang dari perubahan warna minimal selama 20 (dua puluh) tahun.
Jaminan meliputi juga supervisi pemasangan oleh Principal/ perwakilan resmi
Principal. Jaminan tersebut diserahkan kepada Pemilik Proyek.
2. Surat jaminan aplikasi yang ditandatangani oleh aplikator terkait atau
Kontraktor yang menjamin dari kesalahan pemasangan dan jaminan
ketahanan/kekuatan rangka panel lapis aluminum (ACP) yang sudah
terpasang dari deformasi dan cacat konstruksi selama 5 tahun. Jaminan
tersebut diserahkan kepada Pemilik Proyek.

26.4 Persyaratan Bahan


1) Jenis : Aluminium Composite Panel, klasifikasi Grade 1
2) Core : Mineral Fire Retardant (FR) klasifikasi B-s1, d0 lolos uji
laboratorium EN 13501
3) Alloy & Temper : 3005 H46/ 5005
4) Produksi : Alcotuff, Dekson, Aluprima atau setara
5) Tebal total : 4 mm
6) Tebal lapis aluminium 1 : 0.5 mm

PT. Penta Rekayasa D - 97


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

7) Tebal core : 3 mm
8) Tebal lapis aluminium 2 : 0.5 mm
9) Berat : Min 7.64 kg/m2
10) Modulus of Elasticity : 70000 N/mm2
11) Heat Deformation : 200C
12) Sound Insulation : 24-39 dB
13) Lapisan Finishing :
 Finishing sisi dalam panel : Anti korosi
 Finishing sisi luar panel : PVdF
14) Tebal Coating PVDF 70/30 : 2 layer = 25 μm
3 layer = 36 ± 6 μm atau 40 s/d 50 μm
15) Garansi Warna : Minimum 20 tahun
16) Warna :
 Sesuai gambar atau ditentukan kemudian.
 Harus disetujui Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

26.5 Perlengkapan/Aksesoris
1) Bracket dari material Aluminium ekstrussion dan angkur dari stainless steel.
2) Rangka vertical dan horizontal dari material Aluminium ekstrussion dengan tebal
minimal 2 mm.
3) Rangka tepi panel Aluminium composite dan reinforced material ekstrussion.
4) Rangka pendukung dan sekrup-sekrup harus tahan angin tekan dan angin
hisap.
5) Infill dari aluminium ekstrussion.
6) Sealant :
a) Untuk pekerjaan luar lihat Bab pekerjaan sealant. Sealant merupakan tipe
Silicone High Performance Sealant, netral, tidak menimbulkan noda yang
khusus digunakan untuk pemasangan ACP sesuai standar pabrikan sealant.
Material sealant setara GE Momentive Silpruf SCS 9000 NB Sealant atau
Dow Corning® 991.
b) Warna akan ditentukan kemudian berdasarkan color chart dari pabrik
c) Lokasi Sealant : antar panel Aluminium dan antara panel aluminium dengan
komponen lain

26.6 Persyaratan Teknis


1) Bahan Composite harus dalam keadaan rata dan memenuhi standard AA,
AAMA, ASTM E 84, DIN 4109, DIN 52212, DIN 53440, DIN 476, AS 1530.
2) Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan sesuai
dengan standard dan spesifikasi dari pabrik.
3) Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh bahan kepada Direksi lapangan
untuk mendapatkan persetujuan Arsitek, Desainer Interior dan Pemberi Tugas.

PT. Penta Rekayasa D - 98


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

26.7 Persyaratan Pelaksanaan


1) Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang
pernah dikerjakan kepada Direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
2) Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang
pernah dikerjakan kepada Direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
3) Panel lapis aluminum (ACP) yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari
satu macam pabrik (pabrik di Eropa) saja.
4) Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil yang akurat, teliti
dan tepat pada posisinya.
5) Rangka-rangka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan dengan
teliti, tegak lurus dan tepat pada posisinya.
6) Metode pemasangan antara lain :
a) Dijepit diantara bagian-bagian sungkup puncak ganda.
b) Panel- panel baki menggantung pada pin-pin dan dipasang dengan sekrup
c) Dinding pelapis yang dijadikan satu unit sistem ikatan pinggir.
d) Pembersihan dapat dilaksanakan dengan air dan spon atau sikat lembu.
Apabila pengotoran lebih berat bisa ditambahkan dengan deterjen netral.
e) Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal yang
dapat menimbulkan kerusakan. Bila hal terjadi maka kontraktor harus
memperbaiki tanpa biaya tambahan.
f) Hasil pekerjaan panel lapis aluminum (ACP) harus merupakan hasil
pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.
g) Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu seperti yang dimintakan
pada bagian 26.3.4.

PT. Penta Rekayasa D - 99


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

27 WATERPROOFING
27.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan waterproofing meliputi pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada plat
lantai dan dinding basemen, plat atap basemen, plat dak atap, plat lantai toilet, daerah
basah, bak bunga, serta bagian-bagian lain yang harus kedap air yang dinyatakan
dalam gambar pelaksanaan.

27.2 Jaminan Kualitas


27.2.1 Kualifikasi pabrik material
Pabrik material harus menyiapkan perwakilkan resmi untuk memeriksa material yang
dikirim, mengawasi instalasi, material, dan menyediakan konsultasi sehubungan
dengan persyaratan proyek.

27.2.2 Kualifikasi pemasangan


1. Pemasangan waterproofing harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang telah
memiliki pengalaman minimum sebanyak lima proyek untuk pekerjaan
waterproofing yang memiliki persyaratan yang sama dengan proyek ini, dan
dengan hasil pekerjaan yang memuaskan.
2. Lama pengalaman Perusahaan minimum 5 tahun.
3. Pengalaman tenaga akhli/Petugas lapangan minimum 5 tahun.
4. Tenaga akhli/Petugas lapangan yang mengerjakan pemasangan harus dapat
diterima dan disetujui oleh pabrik material.

27.2.3 Pertanggungjawaban satu sumber pabrik material


Kontraktor harus menggunakan material waterproofing utama dan material tambahan
untuk setiap tipe yang disyaratkan berasal dari satu sumber (satu pabrik).

27.2.4 Rapat pra-installasi


Kontraktor harus mengadakan rapat, sebelum dimulainya pekerjaan waterproofing.
Untuk mereview pekerjaan yang akan diselesaikan :
1. Peserta rapat terdiri dari: MK, Kontraktor, sub-kontraktor waterproofing,
perwakilan pabrik sistem waterproofing dan semua subkontraktor lain yang
mempunyai peralatan penetrasi waterproofing.
2. Kontraktor harus memberitahukan MK dan peserta rapat lainnya minimal tiga hari
sebelum rapat.
3. Kontraktor harus membuat berita acara rapat dan mendistribusikan salinannya
kepada para peserta rapat.
4. Gambar kerja harus sudah selesai dan disiapkan untuk direview pada saat rapat
pra-instalansi.

27.2.5 Kontraktor harus menyerahkan data-data kepada MK yang terdiri dari :


1. Gambar kerja yang mencakup rencana dan detail daerah kritis waterproofing,
termasuk permukaan, persilangan dan joint treatment.
2. Data produk yang terdiri dari spesifikasi, brosur, instruksi penggunaan, dan
rekomendasi umum dari pabrik waterproofing.

PT. Penta Rekayasa D - 100


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

27.3 Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakuan Material


27.3.1 Material dikirim dalam kontainer dengan segel dan label asli dari pabrik.Identifikasi
dan periksa kontainer dengan nama material, tanggal produksi, dan nomor lot.

27.3.2 Simpan material di atas tanah pada tempat yang terlindung dari cuaca.

27.3.3 Perlakuan :
1. Jaga material untuk mencegah terjadinya kerusakan.
2. Pindahkan material yang rusak dari lapangan dan ganti dengan material baru
yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Perlakukan material dengan hati-hati sesuai dengan instruksi dari pabrik, karena
beberapa material dapat rusak dan mudah terbakar.

27.3.4 Kondisi Proyek


Jangan gunakan waterproofing pada elemen yang kotor, atau jika elemen tersebut
tidak sesuai dengan spesifikasi dari pabrik waterproofing.

27.3.5 Jaminan
1. Kontraktor harus memberikan jaminan untuk pekerjaan waterproofing terhadap
kesesuaian dengan dokumen kontrak, bebas dari cacat material, kesalahan
pemasangan dan ketahanan/kekuatan waterproofing yang sudah terpasang dari
kebocoran selama 10 tahun dari tanggal penyelesaian secara efektif. Buat
jaminan yang ditandatangani oleh supplier material.
2. Kontraktor harus memperbaiki kegagalan waterproofing untuk menahan
masuknya air tanpa tambahan biaya, kecuali kegagalan yang disebabkan oleh
kegagalan struktur bangunan
3. Retak-retak beton yang kecil atau retak rambut akibat temperatur atau
penyusutan tidak dianggap sebagai kegagalan struktur.

27.4 Persyaratan Material


27.4.1 Pre-Applied Membrane untuk Dasar Basement
1) Tipe dan ketentuan dari pabrik
Lembaran membrane komposit pre-applied yang diaplikasikan sebelum
pengecoran lantai terbawah basement dan akan membentuk membrane
waterproofing yang merekat langsung (fully bonded) ke beton yang
dituangkan di atasnya sehingga akan melapisi beton dari resapan air.
2) Produk “Nuraprufe 800” The Hitchins Group of Companies, Preprufe GCP
atau setara.
3) Digunakan dengan cara dipasang di atas lantai kerja dan bekisting.
Pemasangan sesuai dengan rekomendasi dan ketentuan garansi dari
pabrikan.
4) Antara membrane waterproofing dengan penetrasi kepala tiang pondasi harus
diselesaikan dengan waterproofing cair atau sealer sesuai rekomendasi
pabrikan sehingga membentuk sistem proteksi yang tidak dapat ditembus air.

PT. Penta Rekayasa D - 101


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

27.4.2 Waterproofing Integral Hidrofilik


1) Tipe dan ketentuan dari pabrik
Material waterproofing kristalisasi jenis admixture berupa powder terdiri dari
campuran semen khusus, pasir silica dan zat kimia aktif.
2) Produk “Formdex Admix” The Hitchins Group of Companies, Betec M-5 GCP
atau setara.
3) Digunakan dengan cara dicampurkan pada adukan beton dengan dosis
pemakaian 0,8% terhadap kandungan berat semen per m3 (termasuk fly ash)
4) Beton yang akan diwaterproofing harus memiliki kandungan semen minimal
350 kg/m3
5) Rasio perbandingan air semen (w/c) 0.4 - 0.45, atau sesuai rekomendasi
pabrikan
6) Trial mixed dillakukan untuk menentukan setting time slump dan compressive
strength apakah beton memenuhi kriteria sesuai dengan rencana.

27.4.3 Crystalline Waterproofing untuk Dinding Basement dan Dinding Sisi Luar Tangki
Penampung Air
1) Tipe dan ketentuan dari pabrik
Material jenis kristalisasi terdiri dari campuran semen khusus, pasir silica dan
zat kimia aktif yang penggunaanya dapat diaplikasikan dengan cara coating,
spray atau tabur (dry sprinkle).
2) Kristalin juga dapat diaplikasi pada permukaan beton baik secara internal atau
external.
3) Setelah dilabur pada permukaan beton, bahan kimia aktif Kristalinakan
bereaksi dengan kelembaban dan zat kapur sehingga membentuk kristal-
kristal yang akan mengisi pori-pori beton melalui proses penetrasi secara
kapiler.
4) Kristalin merupakan waterproofing jenis integral, sehingga hanya mampu
menutupi retak yang terjadi pada beton maksimal lebar sebesar 0.2mm –
0.4mm.
5) Produk “Formdex Plus” The Hitchins Group of Companies, Betec M-5 GCP
atau setara.
6) Beton yang akan diwaterproofing tidak mengandung water repellent additive.
7) Tidak beracun (non toxic).
8) Aplikasi bisa dilakukan dengan sistem tabur atau sistem coating dari salah
satu permukaan beton baik sisi negatif air atau positif air.
9) Air
Air harus bersih, segar, dan bebas dari mineral dan bahan-bahan organik yang
dapat merusak kinerja material waterproofing.

27.4.4 Cementitious Material untuk Dak Area Basah atau Dinding Ruang Utilitas Bawah
Tanah
1) Tipe dan ketentuan dari pabrik

PT. Penta Rekayasa D - 102


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Waterproofing cementitious membrane yang merupakan campuran dari dua


material yang berbentuk bubuk dan cair.
2) Produk “Formdex Uniflex” The Hitchins Group of Companies, Betec Flex S150
GCP, atau setara.
3) Permukaan beton harus bersih dari lumpur dan tanah serta bebas dari minyak
atau oli
4) Air
Air harus bersih, segar, dan bebas dari mineral dan bahan-bahan organik
Yang dapat merusak kinerja waterproofing.

27.4.5 Membran Cair Waterproofing untuk interior Tangki Air Bersih


1) Tipe dan ketentuan dari Pabrik
Waterproofing cementitious membrane yang merupakan campuran dari dua
material yang berbentuk bubuk dan cair
2) Produk: “Formdex Uniflex” The Hitchins Group of Companies, Betec Flex
S150, atau setara.
3) Setelah aplikasi waterproofing, perlu diaplikasikan keramik yang berfungsi
sebagai material pelindung dari waterproofing yang dipasang.
4) Aman untuk air konsumsi dan diaplikasikan khusus untuk bagian dalam
Ground Water Tank air bersih.

27.4.6 Membran Cair Waterproofing untuk Atap dan Sumpit


1) Tipe dan ketentuan dari pabrik
Membrane exposed system yang berbentuk cairan dan akan membentuk
membrane setelah setting.
2) Produk: “Formrok 500 + Formrok UV-R Topcoat” The Hitchins Group of
Companies, Silcor 575 GCP, atau setara.
3) Berupa cairan yang berbahan dasar polyurethane yang diaplikasi
menggunakan roll. Setelah diaplikasi, material akan membentuk membrane
yang memiliki sifat flexible dan elastic serta memiliki fitur tahan UV dan tahan
abrasif setelah diberikan coating pelindung di atasnya.
4) Beton atau plester harus sudah berumur minimal 14 hari
5) Lapisan finishing permukaan berwarna: Hijau (kecuali ditentukan oleh Owner)

27.4.7 Membran untuk Roof Garden


1) Tipe dan ketentuan dari Pabrik
Berupa satu sistem terintegrasi yang terdiri dari beberapa lapisan membrane
waterproofing, lapisan anti akar, lapisan drainase dan lapisan geotextile dan
lainnya sesuai ketentuan pabrikan.
Produk-produk yang direkomendasikan dan harus diaplikasikan dalam satu
sistem yaitu:
 DAKU Green Roof, minimal terdiri atas lapisan:
(1) Screed untuk kemiringan aliran air
(2) Nuraplan V, high quality PVC waterproofing membrane
(3) DAKU FSD 20 water storage and drainage element 25 kg/m3

PT. Penta Rekayasa D - 103


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

(4) DAKU Stabilfilter 100% polyester UV-stable geotextiles


(5) DAKU substrate
(6) Vegetasi
 GCP Green Roof System, terdiri atas lapisan:
(1) Screed untuk kemiringan aliran air
(2) Silcor 580
(3) Hydroduct 501 drainage system
(4) Insulation board
(5) Medium tanah
(6) Vegetasi

27.4.8 Komponen yang berhubungan dan material pelengkap


a. Sealant
Trenco “Dymeric” atau sealant konstruksi equivalent multi-paty modified
polyurethane yang diproduksi oleh Maneco Aru. Sonneborn sesuai dengan
ASTM C920, Type II, nonsag. Kelas A, dengan warna yang dipilih oleh Arsitek
atau yang setara sesuai dengan rekomendasi pabrikan material
waterproofing.
b. Waterstop
Delay swelling hydrophilic expanding waterstop, yang akan menyerap air dan
mampu mengembang sampai dengan 300%. Material setara Formdex 2010
The Hitchins Group of Companies, Adcor ES GCP.

27.5 Pelaksanaan Pekerjaan


27.5.1 Crystalline Waterproofing
1) Lokasi aplikasi di besmen dan ruang-ruang sesuai gambar
2) Ketentuan dan Persyaratan
a. Beton yang akan diwaterproofing tidak mengandung water-repellent
additive.
b. Permukaan beton harus bersih dari lumpur dan tanah serta bebas dari
minyak atau olie.
c. Setiap sambungan cor harus menggunakan waterstop, sesuai spesifikasi
dari perencana. Dan tidak menggunakan bonding agent.
d. Pelaksanaan sistem coating dilakukan setelah bongkar bekisting.
e. Lingkup Pekerjaan
f. Menyediakan tenaga skill, material waterproofing & peralatan dan
melaksanakan pekerjaan seperti yang dituangkan dalam kontrak.
g. Lingkup area yang dikerjakan mencakup: Lantai dan Dinding Basement.
3) Pekerjaan persiapan awal.
a. Cek kesiapan lokasi, lantai kerja harus dalam kondisi bebas dari genangan
air, benda-benda kayu dan lainnya.
b. Koordinasi dengan team pengecoran berkaitan dengan rencana kerja
waterproofing.
c. Bersihkan dan cuci permukaan beton dengan sikat kawat dan air bersih
4) Aplikasi waterproofing kristalin di beton lantai
a. External Treatment (Alternatif 1):
(1) Pekerjaan persiapan:

PT. Penta Rekayasa D - 104


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

- Cek kesiapan lokasi, lantai kerja harus dalam kondisi bebas dari
genangan air, benda-benda kayu dan lainnya.
- Koordinasi dengan team pengecoran berkaitan dengan rencana kerja
waterproofing.
(2) Aplikasi waterproofing:
- Aplikasi kristalin setara Formdex plus 1.5 kg/m² dilaksanakan dengan
cara tabur manual diatas permukaan lantai kerja.
- Penaburan serbuk Kristalinakan dilaksanakan kira-kira 15 menit
sebelum penuangan beton cor dimulai.
- Pada bidang vertikal (pilecap dan balok), aplikasi Kristalin dilakukan
menggunakan alat spray.
▪ Buat campuran waterproofing dengan perbandingan 2,5 kg
serbuk + 1 liter air, aduk hingga merata.
▪ Pengaturan tekanan kompresor disesuaikan agar dapat
menjangkau area yang akan diaplikasi.
▪ Penyemprotan dilakukan kira-kira 30 menit sebelum penuangan
beton cor.
(3) Pengecoran beton lantai:
- Setelah penaburan/ aplikasi waterproofing, segera lanjutkan dengan
penuangan beton cor sesuai dengan prosedurnya.
- Leveling dan penaburan material Floorhardener (by others),
- Pemadatan dan finishing permukaan beton dengan mesin trowel (by
others).
(4) Sambungan Cor:
- Perataan dan perapihan permukaan sepanjang alur sambungan cor
yang akan dipasang waterstop.
- Gunakan alat bantu mesin atau sejenis untuk meratakan permukaan
beton. Toleransi lekukan-lekukan pada permukaan beton adalah
max. 5 mm. Untuk membantu perataan lekukan-lekukan dapat
menggunakan material non-shrink cement.
- Pemasangan waterstop menggunakan alat bantu paku dan ramset
dengan jarak antara 20cm – 30cm. Untuk lokasi-lokasi tertentu jarak
penggunaan paku atau ramset dapat diperkecil dengan maksud agar
permukaan waterstop benar-benar menempel pada beton.

b. Internal Treatment (Alternatif 2)


(1) Pengecoran beton lantai:
- Penuangan beton cor dilakukan sesuai dengan prosedur.
- Pemadatan/ vibrator dan leveling serta perataan menggunakan
ruskam/ jidar dilaksanakan oleh pihak kontraktor.
- Biarkan beton hingga initial setting, tergantung kondisi cuaca
setempat.
(2) Aplikasi waterproofing:
- Penaburan serbuk waterproofing dilakukan ketika air semen sudah
mulai berkurang.
- Distribusi serbuk Kristalin1,2 kg/m² dilakukan secara manual dan
teratur.
- Perataan dan pemadatan permukaan dengan jidar atau ruskam.
(3) Aplikasi Floorhardener:
- Penaburan Floorhardener dilakukan sesegera mungkin setelah
perataan material serbuk waterproofing.

PT. Penta Rekayasa D - 105


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

- Penaburan material Floorhardener dilaksanakan 2/3 bagian dari


konsumsi yang ditentukan. Kemudian dilanjutkan 1/3 bagian sisanya.
- Pemadatan permukaan dengan mesin trowel.
(4) Aplikasi waterstop
- Perataan dan perapihan permukaan sepanjang alur sambungan cor
yang akan dipasang waterstop.
- Gunakan alat bantu mesin atau sejenis untuk meratakan permukaan
beton. Toleransi lekukan-lekukan pada permukaan beton adalah
max. 5 mm. Untuk membantu perataan lekukan-lekukan dapat
menggunakan material non-shrink cement.
- Pemasangan waterstop menggunakan alat bantu paku dan ramset
dengan jarak antara 20cm – 30cm. Untuk lokasi-lokasi tertentu jarak
penggunaan paku atau ramset dapat diperkecil dengan maksud agar
permukaan waterstop benar-benar menempel pada permukaan
beton.
5) Aplikasi waterproofing kristalin di Beton Dinding (Internal Treatment):
a. Pekerjaan persiapan:
(1) Cek permukaan beton secara keseluruhan, sebelum aplikasi wateproofing
dimulai.
(2) Kikis permukaan beton yang kropos menggunakan pahat hingga beton
padat.
(3) Membersihkan dan mencuci permukaan beton dengan sikat baja dan air
bersih.
(4) Sambungan cor:
- V groove sepanjang bekas sambungan cor dengan ukuran kira-kira
25mm x 25mm.
- Setelah aplikasi Formdex plus, kemudian rapihkan kembali bekas
bobokan. Gunakan material jenis non-shrink untuk perapihan bekas
bobokan.
(5) Treatment pada sekeliling pipa atau lubang bekas t-rod menggunakan
material setara Formrok 122 (Epoxy mortar).
b. Aplikasi waterproofing:
(1) Buat campuran dengan perbandingan 2,5 kg Kristalin + 1 liter air, aduk
hingga merata.
(2) Aplikasi waterproofing Kristalin pada permukaan dinding dengan cara 2x
coating @ 0.75 kg/m², aplikasi menggunakan kuas. Waktu setting material
kira-kira 3 jam.
(3) Setelah diaplikasi waterproofing jenis kristalisasi maka permukaan beton
akan berubah warna akibat dari proses reaksi kimia yang terjadi.
Perubahan warna yang terjadi biasanya tidak merata dan sangat
tergantung dari masing-masing kondisi beton, seperti: kadar air,
kandungan zat kapur dan pori-pori beton. Warna yang ditimbulkan adalah
warna coklat karat.
c. Proses curing:
(1) Untuk membantu mempercepat proses penetrasi kimia waterproofing
kedalam beton, permukaan beton yang telah diaplikasi wateproofing
Kristalinharus dijaga kelembabannya selama 5 hingga 7 hari.
(2) Pelembaban permukaan beton dapat dilakukan dengan cara
menyemprotkan air menggunakan alat spray tekanan rendah.

6) Dinding ruang-ruang besmen dan tangki air sesuai gambar

PT. Penta Rekayasa D - 106


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

a) Pekerjaan Persiapan awal


a. V groove sepanjang bekas sambungan cor dengan ukuran kira kira 25
mm x 25 mm
b. Treatment bekas lubang t-rod, pipa/ instalasi yang menembus beton
menggunakan material setara Formrok 122 (Epoxy mortar)
c. Lembabkan seluruh permukaan beton sebelum aplikasi setara Formdex
Plus
b) Aplikasi waterproofing
a. Pencampuran material buat campuran dengan perbandingan 2,5 kg
setara Formdex Plus : 1 liter air bersih. Aduk hingga benar benar rata
selama 2-3 menit
b. Aplikasi dengan menggunakan brush, 2x coating. Waktu setting kira-kira
3 jam (tergantung kondisi cuaca dilapangan)

27.5.2 Membran cair (liquid membrane) untuk lantai dan dinding area basah seperti toilet,
kamar mandi, pantry, janitor, spoel hoek.
1) Pekerjaan persiapan awal.
a. Pastikan kondisi substrat yang sesuai untuk nenerima waterproofing.
b. Tutup alur expension joint sesuai dengan rekomendasi pabrik.
c. Bersihkan pemukaan secara menyeluruh dari debu, kotoran, cat, bahan
pelapis, minyak gemuk, oli, serpihah semen, partikel-partikel lepas, dan
pencemar. Hilangkan oli dan minyak gemuk dengan pembersih grade
alkaline komersial, bilas dan keringkan secara menyeluruh.
2) Pekerjaan persiapan akhir.
a. Siapkan permukaan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan pabrik.
b. Patching.
Permukaan beton yang berongga atau retak harus ditutup sebelum diberi
waterproofing.
c. Penanganan retak dan sambungan.
Construction joint dan retak yang dapat dilihat dengan lebar melebihi 0,03
cm harus diperkuat dengan serat fiberglass pada saat aplikasi
waterproofing.
3) Pekerjaan Pemasangan
a. Aplikasi membran cair setara Formak 629 Primer menggunakan brush atau
roller pada seluruh permukaan lantai dan pada dinding setinggi 20cm dari
lantai, sedangkan untuk kamar mandi dengan shower, maka lapisan
diaplikasikan pada dinding setinggi 200cm dari lantai. Konsumsi bahan
8m²/ liter. Biarkan mengering selama minimal 2 jam
b. Detail-detail rumit seperti pipa pembuangan, pertemuan sudut vertikal dan
horisontal (sudutan luar) akan diperkuat dengan penulangan fiberglass
c. Aplikasi membran cair setara Formak 629 dilakukan 2x coating @ 0.6
liter/m². Biarkan lapisan pertama mengering selama minimal 4 jam
d. Setelah aplikasi membran cair setara Formak 629 selesai, biarkan selama
3x 24 jam sebelum dilaksanakan test rendam
e. Finishing plester diatas permukaan beton yang sudah diaplikasi
waterproofing dapat dilaksanakan setelah melewati masa curing
f. Pemasangan lapisan plester pelindung diatas permukaan waterproofing
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak lapisan waterproofing.
Hindari penggunaan paku pada saat menentukan level permukaan untuk
pekerjaan finishing, karena dapat merusak lapisan waterproofing.

PT. Penta Rekayasa D - 107


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

27.5.3 Membran cementitious untuk lantai area basah dan toilet


1) Pekerjaan persiapan awal.
a. Pastikan kondisi substrat yang sesuai untuk nenerima waterproofing.
b. Tutup alur expension joint sesuai dengan rekomendasi pabrik.
c. Bersihkan pemukaan secara menyeluruh dari debu, kotoran, cat, bahan
pelapis, minyak gemuk, oli, serpihah semen, partikel-partikel lepas, dan
pencemar. Hilangkan oli dan minyak gemuk dengan pembersih grade
alkaline komersial, bilas dan keringkan secara menyeluruh.
2) Pekerjaan persiapan akhir.
a. Siapkan permukaan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan pabrik.
b. Patching.
Permukaan beton yang berongga atau retak harus ditutup sebelum diberi
waterproofing.
c. Penanganan retak dan sambungan.
Construction joint dan retak yang dapat dilihat dengan lebar melebihi 0,03
cm harus diperkuat dengan serat fiberglass pada saat aplikasi
waterproofing.
3) Pekerjaan Pemasangan
a. Campuran : material membrane cementitious setara Formdex Uniflex harus
dicampur dengan baik dengan perbandingan 3 bagian serbuk dan 2 bagian
cairan (volume atau berat). Cara mencampurnya adalah dengan
menambahkan serbuk kedalam cairan dan dicampur secara merata
dengan kecepatan rendah dengan mesin pencampur mekanik. Material
yang sudah dicampur memiliki waktu tunggu aplikasi selama 60 menit.
b. Detail-detail rumit seperti pipa pembuangan, pertemuan sudut vertikal dan
horisontal (sudutan luar) akan diperkuat dengan penulangan fiberglass
c. Permukaan yang akan menerima lapisan membran harus diberi air terlebih
dahulu. Permukaan harus lembab bukan basah. Diantara aplikasi lapisan
membrane, diberi waktu jeda 3 jam waktu pengeringan.
d. Campuran membrane cementitious setara Formdex Uniflex diaplikasikan
dengan kuas atau roller.
e. Campuran membrane cementitious setara Formdex Uniflex diaplikasikan
sebanyak 1 kg/ m2 per lapisan, dengan 3 kali (3 lapisan) aplikasi diseluruh
lantai dan pada dinding sampai batas level permukaan air. Untuk area
basah diaplikasikan setinggi 20cm di atas permukaan lantai dan untuk
kamar mandi dengan shower, maka lapisan membran diaplikasikan pada
dinding setinggi 200cm dari lantai.
f. Tes rendam dilaksanakan 24 jam setelah aplikasi. Sedangkan pelapisan
dengan screed, lantai kerja, keramik atau material lain dapat dilaksanakan
setelah 24 jam lapisan teratas diaplikasikan. Jika struktur akan menampung
air, maka baru boleh dipakai menampung air setelah masa curing selama
tiga hari.

27.5.4 Membrane Waterproofing Cair untuk Atap


1) Persiapan Pekerjaan
a. Cek Lokasi kerja: kemiringan permukaan, kesiapan pekerjaan lain yang
terkait dan pembersihan sebelum aplikasi waterproofing membrane
dimulai
b. Permukaan harus bersih, kuat, halus, bebas dari air semen, minyak atau
partikel lain yang dapat mengkontaminasi.
2) Pekerjaan Pemasangan

PT. Penta Rekayasa D - 108


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Waterproofing diaplikasikan dengan menggunakan kuas, roller atau


penyemprot tanpa udara.
 Pemakaian kurang lebih 1,5 kg – 1,6 kg/m2 untuk mencapai ketebalan 1,0
mm – 1,2 mm. Dapat diaplikasikan satu atau dua kali sapuan tergantung
kepada tingkat porositas substrat atap. Biarkan mongering selama 48 jam.
 Tambahkan lapisan topcoat yang tahan terhadap ultra-violet dengan dosis
aplikasi 2 lapis x 3,0 – 3,5 m2/ liter/ lapis. Biarkan mengering selama 48
jam.
3) Perawatan hasil pekerjaan
 Hindari lapisan membran dari benturan benda-benda keras atau benda
tajam yang dapat merobek lapisan waterproofing
 Apabila lembaran membrane rusak atau robek akibat pekerjaan lain,
segera menghubungi applicator untuk segera diperbaiki
 Untuk pembersihan permukaan membrane dapat dilakukan pencucian
dengan semprotan air bertekanan rendah atau menggunakan sikat
berbulu lunak dan air bersih yang dicampur sedikit detergen.

PT. Penta Rekayasa D - 109


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

28 FIRESTOP PADA KELILING BANGUNAN


28.1 Umum
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini atau pun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan
material yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi ini dan metode
aplikasi sesuai dengan standarisasi.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan material yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini dan atau metode aplikasi tidak
sesuai standar, merupakan kewajiban kontraktor untuk mengganti bahan material
tersebut dan melakukan metode aplikasi standar sesuai dengan ketentuan pada
pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
Kontraktor harus dapat menunjukkan sertifikasi aplikasi yang dikeluarkan oleh
principal produk.
Pekerjaan dilaksanakan oleh Sub Kontraktor Spesialis yang mendapatkan
rekomendasi pabrikan atau distributor sebagai aplikator resmi.

28.1.1 Lingkup Pekerjaan


Sebagaimana tertera dalam gambar perencanaan atau ditentukan dalam Bill of
Quantity, Kontraktor pekerjaan Aplikasi Firestop System / Penyekat Api harus
melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan hasil pekerjaan dalam
keadaan baik dan terproteksi sempurna.
Garis besar lingkup pekerjaan Aplikasi Firestop System / Penyekat Api yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Pengadaan dan pemasangan Firestop / Penyekat Api pada keliling bangunan
yang terdiri dari lantai dengan tingkat ketahanan api per jamnya, konstruksi
dinding luar tanpa tingkat ketahanan api per jamnya, dan material-material isi
dan pembentuk yang dipasang antara lantai dan dinding non-struktural untuk
mencegah penyebaran api secara vertikal pada bangunan.
2) Garansi bahan material dan aplikasi selama 1 tahun.
3) Mengurus dan menyelesaikan perizinan Aplikasi Firestop / Penyekat Api dari
instansi yang terkait, dan
4) Melakukan inspeksi hasil aplikasi.

28.1.2 Dokumen
Gambaran-gambaran dan ketentuan-ketentuan umum Kontrak, termasuk Umum dan
Ketentuan-ketentuan Tambahan berlaku untuk Bab ini.

28.1.3 Standar dan Persyaratan


A. Standar Acuan Nasional/ Internasional
1. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03 – 1736 – 2000 tentang, Tata cara
perencanaan dan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung.
2. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03 – 1740 – 1989 tentang, Tata cara uji
bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.
3. Keputusan Menteri PU No.10/KTPS/2000 tentang, Bahan firestop untuk
kontruksi Tipe A (bangunan tinggi) dengan tingkat ketahanan api 120/120/120
dari bahan yang tidak mudah terbakar (mutu M1).

PT. Penta Rekayasa D - 110


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4. Data teknis dari produk dibidang firestop system yang dibuat oleh pabrik-
pabrik negara asal.
5. British Standard ( BS )
6. International Firestop Council
7. International Electrotechnical Commission
8. Underwriters Laboratories (UL) of Northbrook, IL “Petunjuk Ketahanan Api”.
 Sistem-sistem isolasi api pada keliling bangunan (XHDG)
 Material-material Isi, Kosong atau Rongga (XHHW)
 Material-material Pembentuk (XHKU)
 Penyekatan Dinding Non-Struktural (XHGU)
B. Persyaratan Pengujian Kebakaran, wajib memenuhi sebagian (minimal 4) atau
semua:
1. ASTM E84 tentang, standard test for surface burning characteristics of
building material.
2. BS476 – Part 5 tentang, Method of test for determination of the ignitability
characteristics of the exposed surfaces of essentially flat, rigid or semi-rigid
building materials or composites.
3. ASTM E 162 tentang, Standard Test Method for Surface Flammability of
Materials Using a Radiant Heat Energy Source
4. IEEE-383 tentang Flame propagation test
5. ASTM D4256-83 Tentang Accelerated UV Stability test
6. IEC 60331-11 tentang Fire alone of at a flame temperature
7. ASTM E2307, "Pengujian Kebakaran untuk Sistem-sistem FIRESTOP pada
Perimeter Menggunakan Perlengkapan Pengujian Gedung Bertingkat, Skala-
Menengah".
8. ASTM E84, "Karakteristik-karakteristik Pembakaran Permukaan Bahan-
bahan Bangunan".
9. ANSI/UL723, "Karakteristik-karakteristik Pembakaran Permukaan Bahan-
bahan Bangunan".
10. ASTM E2393, "Praktek Standar untuk Inspeksi di Tempat dari Sistem-sistem
Sambungan Tahan Api yang Terpasang dan Penahan-FIRESTOP pada
Perimeter".
C. Persyaratan Kinerja
1. Menyediakan produk-produk yang setelah penguatan tidak kembali beremulsi,
larut, lumer, rusak, atau memburuk seiring waktu karena tak terlindung dari
uap lembab atmosfer, genangan air atau bentuk lain dari karakteristik uap
selama dan setelah konstruksi.
2. Menyediakan penyegel-penyegel yang cukup fleksibel untuk mengakomodasi
gerakan seperti ekspansi termal, goyangan perbedaan antar-lantai bangunan
dan gerakan normal bangunan lainnya tanpa merusak segel.
3. Menyediakan sistem-sistem pengepungan api pada perimeter yang telah
melalui pengujian kebocoran udara yang dilakukan sesuai dengan Standar,
ANSI/UL2079 dengan Peringkat-L yang diterbitkan untuk suhu udara sekitar
dan suhu yang lebih tinggi dari sekitar sebagai bukti kemampuan dari sistem-
sistem sambungan tahan api untuk membatasi pergerakan asap.
4. Menyediakan produk-produk yang menguat oleh uap lembab di tempat cuaca
buruk atau terkena paparan air.

PT. Penta Rekayasa D - 111


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

28.1.4 Pengajuan Persetujuan


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan persetujuan
material kepada Direksi/ Pengawas yang meliputi:
A. Data Produk: Untuk setiap jenis produk sistem pengepungan api pada perimeter
yang diusulkan.
B. Gambar-gambar Sistem: Serahkan dokumentasi dari sebuah lembaga pengujian
dan inspeksi yang memenuhi syarat yang berlaku untuk setiap konfigurasi sistem
pengepungan api pada perimeter untuk konstruksi dan keluasan kosong yang
linear.
C. Sertifikat-sertifikat Produk: Sertifikat kesesuaian ditandatangani oleh produsen-
produsen dari produk-produk sistem pengepungan api pada perimeter
menyatakan bahwa produk-produk tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan.

28.1.5 Jaminan Kualitas


A. Sediakan sistem-sistem pengepungan api pada perimeter yang memenuhi
persyaratan berikut dan yang telah ditetapkan dalam Pasal "Kriteria Kinerja":
1. Pengujian-pengujian penyetopan api dilakukan oleh sebuah lembaga
inspeksi dan pengujian yang memenuhi syarat. Sebuah lembaga
pengujian dan inspeksi yang memenuhi syarat adalah BS/ UL, atau
lembaga lain yang melakukan jasa pengujian dan inspeksi tindak lanjut
bagi sistem-sistem pengepungan api pada perimeter yang diterima oleh
pihak berwenang yang memiliki yurisdiksi.
2. Produk-produk sistem pengepungan api pada perimeter menyandang
penilaian klasifikasi dari lembaga pengujian dan inspeksi yang memenuhi
syarat.
B. Dapatkan sistem-sistem pengepungan api pada perimeter untuk setiap jenis
konfigurasi tepi lempengan lantai dan kondisi konstruksi yang diusulkan dari
produsen tunggal.

28.2 Produk
28.2.1 Firestop pada Keliling Bangunan
A. Menyiapkan produk-produk sistem FIRESTOP pada keliling bangunan yang
kompatibel satu sama lain seperti yang direkomendasikan oleh produsen produk
sistem FIRESTOP pada keliling bangunan yang telah lolos pengujian pihak ketiga
yang berwenang dan atas dasar pengalaman dilapangan.
B. Menyiapkan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk sistem FIRESTOP
pada keliling bangunan sebagai material-material pengisi. Gunakan hanya
komponen-komponen yang telah ditentukan oleh produsen FIRESTOP dan
disetujui oleh lembaga pengujian yang memenuhi syarat untuk sistem-sistem
FIRESTOP pada keliling bangunan.

28.2.2 Produsen-Produsen yang Direkomendasikan


Sejauh memenuhi sistem-sistem FIRESTOP pada keliling bangunan (XHDG) yang
terdaftar di UL Fire Resistance Directory Volume 2, maka produsen-produsen berikut
adalah yang direkomendasikan :
1. STI (Specified Technologies Inc.)
2. Lockwell Firestop

PT. Penta Rekayasa D - 112


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

28.2.3 Material-Material
Hanya menggunakan produk-produk system FIRESTOP pada keliling bangunan yang
telah lolos uji coba sebagai berikut:

Pilihan Sistem 1
A. Intumescent kabel coating dengan aplikasi 2 layer adalah Intumescent berbasis
air, latek emulsi acrylic yang unik yang memiliki ketahanan yang sangat baik untuk
pelapukan dan penuaan dan yang tetap fleksible tanpa batas, tahan terhadap
minyak, berbagai bahan kimia.
Material : Intumescent cable coating
Metoda aplikasi : di semprot atau di kuas
Padatan : 62% berat I 53 % Volume
VOC : 29.95 g/L
Warna : Putih
Basis : Air
Pelarut : Bebas
Asbes : Bebas
Mercury : Bebas
Plascizer : Bebas
Abrasif viscoelascity : Tidak
Toksisitas : Tidak
Hazard : Tidak
Bebas asap
Klasifikasi sampai 90 menit Api rang 750oC
Klasifikasi sampai 15 menit api rang 1100 oC
DFT rendah dari 1.6mm
GHT Air
100 % UV stabil dan tahan cuaca
B. Curtain Wall Insulation : Material Rockwool/mineral wool 2 layer dengan berat
jenis (density) 150 kg/m3 yang masing – masing layer dilapisi oleh Intumescent
Coating
C. Sarfing Insulation : Material Rockwoll dengan berat jenis (density) 150 kg/m3

ATAU
Pilihan Sistem 2

A. Elastomeric Sealant : adalah sejenis latex sealant yang setelah mengering tidak
kembali beremulsi saat terpapar oleh kelembaban dan mampu mengakomodasi
minimum ± 25 persen pergerakan, produk-produk berikut ini dapat diterima:
 Material : SpecSeal Series AS Elastomeric Spray
 Pengaplikasian : Dikuaskan atau Disemprotkan
 Penyebaran api : 0 (berdasarkan ASTM E84 atau UL723)
 Pergerakan : +/- 50%
 PH : 7,5
 Sertifikasi : ASTM E1966
ASTM E2307
UL2079
 Penggunaan : Di dalam
 Menyatu Secara Otomatis
 Tidak mengandung asbes atau solvent

PT. Penta Rekayasa D - 113


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Fleksibel
 Kedap Air
B. Curtain Wall Insulation : Material Rockwool/mineral wool 2 yang dilapisi aluminium
foil atau tidak dilapisi dapat digunakan dengan berat jenis (density) 60 kg/m3,
yang masing-masing layernya dilapisi oleh Intumescent Coating.
C. Safing Insulation : Material Rockwool/mineral wool dengan berat jenis (density)
sebesar 120 kg/m3

28.3 Pelaksanaan
A. Persyaratan Umum: Pemasangan sistem-sistem FIRESTOP pada keliling
bangunan sesuai dengan Pasal "Kriteria Kinerja" dan sesuai dengan kondisi
pengujian dan klasifikasi sebagaimana ditetapkan dalam desain yang diterbitkan.
B. Instruksi-instruksi Produsen: Mematuhi instruksi-instruksi produsen untuk
instalasi produk-produk sistem FIRESTOP pada keliling bangunan.
1. Aplikasi ini dilakukan di area curtain wall.
2. Pastikan semua bukaan sepanjang sisi plat lantai tertutup rapat terhadap
udara dan air.
3. Curtain wall insulation adalah merupakan sistem integral dari system
FIRESTOP pada keliling bangunan yang harus dipasang sesuai dengan
kondisi pengujian dan klasifikasi sebagaimana ditetapkan dalam desain yang
ditetapkan, baik pilihan Sistem 1 atau Sistem 2.
4. Safing insulation harus dipasang dengan serat rockwool/mineral wool
berorientasi vertikal untuk memastikan dapat dikompres secara efektif antara
tepi konstruksi lantai dan curtain wall.

PT. Penta Rekayasa D - 114


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

29 FIRESTOP PADA PENETRASI


29.1 Umum
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini atau pun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan
material yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi ini dan metode
aplikasi sesuai dengan standarisasi.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan material yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini dan atau metode aplikasi tidak
sesuai standar, merupakan kewajiban kontraktor untuk mengganti bahan material
tersebut dan melakukan metode aplikasi standar sesuai dengan ketentuan pada
pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
Kontraktor harus dapat menunjukkan sertifikasi aplikasi yang dikeluarkan oleh
principal produk.
Pekerjaan dilaksanakan oleh Sub Kontraktor Spesialis yang mendapatkan
rekomendasi pabrikan atau distributor sebagai aplikator resmi.

29.1.1 Lingkup Pekerjaan


Sebagaimana tertera dalam gambar perencanaan atau ditentukan dalam Bill of
Quantity, Kontraktor pekerjaan Aplikasi Firestop System / Penyekat Api harus
melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan hasil pekerjaan dalam
keadaan baik dan terproteksi sempurna.
Garis besar lingkup pekerjaan Aplikasi Firestop System / Penyekat Api yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Pengadaan dan pemasangan Firestop / Penyekat Api pada bukaan jalur kabel
power, jalur pipa plumbing, jalur pipa ducting dan jalur pipa hydrant antar lantai
dan atau antar ruangan.
2) Garansi bahan material dan aplikasi selama 1 tahun.
3) Mengurus dan menyelesaikan perizinan Aplikasi Firestop / Penyekat Api dari
instansi yang terkait, dan
4) Melakukan inspeksi hasil aplikasi.

29.1.2 Dokumen
Gambaran-gambaran dan ketentuan-ketentuan umum Kontrak, termasuk Ketentuan-
ketentuan Tambahan yang berlaku.

29.1.3 Ringkasan
Bab ini berisi tentang sistem-sistem FIRESTOP pada penetrasi-penetrasi yang
melalui bagian dari bangunan yang mempunyai tingkat ketahanan api tertentu,
termasuk bukaan kosong dan bukaan-bukaan berikut ini yang mengandung elemen-
elemen penetrasi:
1. Konstruksi lantai-langit-langit.
2. Konstruksi atap-langit-langit.
3. Dinding-dinding dan partisi-partisi.
4. Penghalang asap.
5. Konstruksi yang mengelilingi area-area kompartemenisasi.

PT. Penta Rekayasa D - 115


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

29.1.4 Standar dan Persyaratan


Pelaksanaan aplikasi firestop / penyekat api dan pemilihan serta penempatan jenis
material firestop / penyekat api didasarkan pada :
A. Standar Acuan Nasional dan Internasional
1) Standar Nasional Indonesia No. SNI 03 – 1736 – 2000 tentang, Tata cara
perencanaan dan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung.
2) Standar Nasional Indonesia No. SNI 03 – 1740 – 1989 tentang, Tata cara uji
bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.
3) Keputusan Menteri PU No.10/KTPS/2000 tentang, Bahan firestop untuk
kontruksi Tipe A (bangunan tinggi) dengan tingkat ketahanan api 120/120/120
dari bahan yang tidak mudah terbakar (mutu M1).
4) Data teknis dari produk dibidang firestop system yang dibuat oleh pabrik-
pabrik negara asal.
5) British Standard (BS)
6) International Firestop Council
7) International Electrotechnical Commission
B. Persyaratan Pengujian Kebakaran, wajib memenuhi sebagian (minimal 4) atau
semua:
1) ASTM E84 tentang standard test for surface burning characteristics of building
material.
2) BS476 – Part 5 tentang, Method of test for determination of the ignitability
characteristics of the exposed surfaces of essentially flat, rigid or semi-rigid
building materials or composites.
3) ASTM E 162 tentang, Standard Test Method for Surface Flammability of
Materials Using a Radiant Heat Energy Source
4) IEEE-383 tentang Flame propagation test
5) ASTM D4256-83 Tentang Accelerated UV Stability test
6) IEC 60331-11 tentang Fire alone of at a flame temperature
7) American Society of Testing and Materials (ASTM):
a. ASTM E-814
b. ASTM E-119
c. ASTM E-84
d. ASTM E-162
e. ASTM D4256-83
f. ASTM D2565
8) Underwriters Laboratories, Inc. (UL):
a. ANSI/ UL1479b.
b. ANSI/ UL263
ANSI/UL723

29.1.5 Kriteria Sistem Firestop


Firestop / Penyekat Api diaplikasikan pada kabel-kabel, di panel-panel listrik atau
bukaan jalur kabel power dan bukaan jalur plumbing,jalur ducting dan jalur hydrant
antar lantai atau antar ruangan sebagai Proteksi Pasif. Sangat membantu untuk
mengatasi penyebaran api atau melokalisir api.
Adapun fungsi Firestop/ Penyekat Api adalah :
a. Kompartemenisasi atau Penyekat antar ruang / lantai,
b. Mengatasi penyebaran api / menahan rambatan api, dan

PT. Penta Rekayasa D - 116


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

c. Melokalisir api dan memudahkan untuk menjinakannya.


Kontribusi Firestop/ Penyekat Api bagi pengguna sebagai berikut :
a. Melindungi jiwa yang ada pada lokasi,
b. Meminimalisir kerugian yang terjadi akibat dari kebakaran, dan
c. Memenuhi persyaratan pencegahan kebakaran sebagai proteksi pasif
Kriteria sistem Firestop Penetrasi adalah sebagai berikut :
a. Produk-produk FIRESTOP adalah yang setelah pengeringan tidak kembali
beremulsi, larut, lumer, rusak, atau memburuk seiring dengan waktu karena
terekspos terhadap kelembaban, pipa-pipa yang basah karena kelembaban,
genangan air atau bentuk kelembaban lainnya selama dan setelah konstruksi.
b. Jika produk-produk intumescent (yang mengembang karena temperature tinggi)
digunakan, produk-produk yang terbuat atau mengandung sodium silikat atau
bahan intumescent lainnya yang larut dalam air tidak boleh diterapkan/digunakan.
c. FIRESTOP sealant jika digunakan harus dalam volume yang memadai dan
fleksibel untuk mengakomodasi gerakan seperti getaran pipa, water hammer,
ekspansi termal dan gerakan normal lainnya tanpa merusak sealant.
d. Semua pipa yang telah di insulasi didalam dinding atau dalam rongga/pertemuan
lantai tidak diijinkan untuk dilepas, dipotong atau diganggu. Produk produk yang
akan dipakai harus yang telah lolos uji dari pihak ketiga yang berwenang dengan
ketentuan ketebalan tertentu dan jenis insulasi yang harus digunakan.
e. Sistem FIRESTOP yang diterapkan pada semua penetrasi yang telah ditentukan
adalah harus yang telah melalui dan lulus pengujian kebocoran udara yang
dilakukan sesuai dengan Standar, ANSI/UL1479 bagi sistem-sistem FIRESTOP
pada penetrasi, dengan Peringkat-L yang berkaitan dengan suhu udara sekitar
dan suhu yang meninggi sebagai bukti keberhasilan untuk membatasi pergerakan
asap.

29.1.6 Pengajuan Persetujuan


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan persetujuan
material kepada Direksi/ Pengawas yang meliputi:
A. Data data Produk: harus disertakan untuk setiap jenis sistem FIRESTOP yang
diusulkan pada setiap titik penetrasi yang diharuskan.
B. Gambar-gambar Sistem FIRESTOP: serahkan dokumentasi pendukung dari
sebuah lembaga pengujian pihak ketiga yang berwenang/ yang memenuhi syarat
untuk setiap konfigurasi sistem FIRESTOP pada elemen penetrasi penetrasi yang
diusulkan.
C. Sertifikat-sertifikat Produk: Sertifikat Conformance / kesesuaian diterbitkan oleh
produsen dari produk-produk sistem FIRESTOP penetrasi yang menyatakan
bahwa produk-produk tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan ketahanan
kebakaran yang ditentukan.

29.1.7 Jaminan Kualitas


A. Menyediakan sistem-sistem FIRESTOP penetrasi yang memenuhi persyaratan
berikut dibawah ini dan memenuhi kriteria dalam Pasal "Kriteria Sistem
FIRESTOP":
1. Hasil uji FIRESTOP yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga inspeksi dan
pengujian yang memenuhi syarat. Sebuah lembaga pengujian dan inspeksi
yang memenuhi syarat adalah BS/ UL, atau lembaga lain yang melakukan
jasa pengujian dan inspeksi tindak lanjut bagi sistem FIRESTOP yang diterima
oleh pihak berwenang yang memiliki yurisdiksi.

PT. Penta Rekayasa D - 117


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

2. Produk-produk sistem FIRESTOP pada penetrasi yang memenuhi dan


menyandang sertifikasi dari lembaga pengujian dan inspeksi yang memenuhi
syarat tersebut diatas.
B. Semua sistem-sistem FIRESTOP yang diajukan dan diterapkan harus dari
produsen/pabrikan yang sama dan harus memenuhi ketahanan kebakaran
minimum 4 jam.

29.2 Produk
29.2.1 Firestop pada Penetrasi
A. Mempersiapkan sistem-sistem FIRESTOP pada penetrasi yang kompatibel satu
sama lain, dengan bukaan-bukaan pembentuk substrat, dan dengan elemen-
elemen, jika ada, yang melewati sistem-sistem FIRESTOP pada penetrasi yang
berada dalam kondisi layanan dan aplikasi, seperti yang didemonstrasikan oleh
produsen sistem FIRESTOP pada penetrasi berdasarkan pengujian dan
pengalaman lapangan.
B. Mempersiapkan komponen-komponen untuk setiap sistem FIRESTOP pada
penetrasi yang dibutuhkan untuk memasang material-material pengisi. Gunakan
hanya komponen-komponen yang telah ditentukan oleh produsen firesop dan
disetujui oleh lembaga pengujian yang memenuhi syarat untuk sistem-sistem
tingkat ketahanan api yang telah ditentukan.

29.2.2 Produsen-Produsen yang Direkomendasikan


A. Produsen-produsen yang direkomendasikan adalah :
1. STI (Specified Technologies Inc.)
2. LOCKWELL FIRESTOP
B. Semua sistem-sistem FIRESTOP baik untuk setiap jenis penetrasi dan konstruksi
lainnya harus berasal dari satu produsen yang sama.

29.2.3 Material-Material
Semua produk FIRESTOP yang akan digunakan harus yang telah lolos uji ketahanan
api untuk kondisi konstruksi yang spesifik sesuai dengan jenis dan material elemen
penetrasi, kemampuan elastisitasnya , besaran annular space (ruang antara elemen
penetrasi dan apapun yang mengelilinginya), dan tingkat ketahanan api dari setiap
kondisi yang ada . Sistem FIRESTOP tersebut merupakan kombinasi dari produk
produk FIRESTOP yang non-intumescent dan produk produk FIRESTOP yang
intumescent yaitu:
Mortar Tipe 1
o Material : FIRESTOP Mortar (Mortar Penyetop Api)
o Densitas Kering : 649 kg/m3
o Penyebaran api : 0 (berdasarkan ASTM E84 (UL723))
o Asap yang Dihasilkan : <5 (berdasarkan ASTM E84 (UL723))
o Warna yang dapat dibubuhkan : Merah/Merah Pucat (untuk memudahkan
indentifikasi)
o Perkuatan : Dapat dibor dengan menggunakan bor atau obeng.
o Hanya untuk penggunaan di dalam
o Ketebalan FIRESTOP Mortar yang terpasang minimal 9 cm – 10cm.

ATAU

PT. Penta Rekayasa D - 118


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Mortar Tipe 2
o Material : FIRESTOP Mortar (Mortar Penyekat Api)
o Komposisi : Gypsum mortar
o Seal Asap
o Pemasangan sederhana
o Bebas perawatan
o Tidak ada emisi asap
o Warna yang dapat dibubuhkan : Putih ( dapat di cat )
o Perkuatan : Dapat dibor dengan menggunakan bor
o Durasi kering 15 – 20 menit pada saat setelah di aplikasikan
o Ketebalan FIRESTOP Mortar yang terpasang minimal 10 cm
o Fire rating 6 jam
o Mortar akan memberikan GHT air, GHT udara, asap bebas dan segel asap dingin

Untuk elemen-elemen penetrasi yang mudah terbakar seperti pipa non-logam,


material berikut ini harus digunakan bersama dengan FIRESTOP mortar:

A. Intumescent Collar atau Wrap Strips Tipe 1


 Material : FIRESTOP Intumescent Wrap Strip Atau
FIRESTOP Intumescent Collar
 Ekspansi volume minimum : 30X
 Paparan Kelembaban : Tidak ada perubahan
 Sertifikasi : UL1479 (ASTM E 814)
 Ketebalan : 3,2 mm
 Lebar : 51 mm
 Warna : Biru
 Kedap air : Tidak ada bahan yang larut atau higroskopis
 Fleksibel
 Mulai mengembang (intumescent) bila terkena suhu 121 derajat Celsius.
 Strips dikencangkan di sekitar elemen penetrasi dan diselipkan ke bukaan

B. Intumescent Collar Tipe 2


 Material : FIRESTOP Intumescent Collar
 Steel slap powder coating
 Mudah aplikasi
 Tahan air
 Warna : Merah
 Kedap air : Tidak ada bahan yang larut atau higroskopis
 Fleksibel
 Mulai mengembang (intumescent) bila terkena suhu 121 derajat Celsius.
 Berbagai ukuran mulai dari 55 mm – 250 mm
 Fire rating up 4 Jam

C. Intumescent Pillow
 Material : FIRESTOP Intumescent Pillow
 Memiliki kemampuan mengembang kesegala arah saat terpapar suhu tinggi /
kebakaran.
 Tingkat STC : 60
 Warna : Merah
 Berat jenis : 53Kg/m3
 Dimensi : 50mm x 152mm x 225mm

PT. Penta Rekayasa D - 119


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Terbuat dari serat mineral yang dilapisi dengan bahan membrane yang tahan
terhadap air serta dibungkus oleh fire retardant poly bag (kantung plastic yang
fire retardant)
 Mudah untuk dibongkang pasang kembali

D. Intumescent Sealant Pilihan 1


 Material : Intumescent latex sealant yang tahan
air
 Tingkat ekspansi volume : sampai dengan 10x saat terekspos panas yang
tinggi/ api
 Water based
 Dapat dicat
 Berat jenis : 1,08kg/L
 PH :9
 Flame spread : 0 (berdasarkan ASTM E84/UL 723)
 Smoke developed : 0 (berdasarkan ASTM E84/UL 723)

E. Intumescent Sealant Pilihan 2


 Material : komposisi air berbasis acrylic sealant
 Warna putih
 Water based
 Dapat dicat
 Asap dingin dan GHT udara segel
 Baik acouusc insulasion ( hingga RW dari 52dB )
 Tidak ada mantel kembali diperlukan
 Pemasangan yang sederhana
 Ringan
 Bebas perawatan
 Emisi asap rendah
 Fire rating Min 4 Jam

F. Cable Coating
 Material : Intumescent cable coating
 Latex emulsi acrylic
 Water based
 Metoda aplikasi : di semprot atau di kuas
 Padatan : 62% berat I 53 % Volume
 VOC : 29.95 g/L
 Warna : Putih
 Basis : Air
 Pelarut : Bebas
 Asbes : Bebas
 Mercury : Bebas
 Plascizer : Bebas
 Abrasif viscoelascity : Tidak
 Toksisitas : Tidak
 Hazard : Tidak
 Bebas asap
 Klasifikasi sampai 90 menit Api rang 750oC
 Klasifikasi sampai 15 menit api rang 1100 oC
 DFT rendah dari 1.6mm

PT. Penta Rekayasa D - 120


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 GHT Air
 100 % UV stabil dan tahan cuaca
 Fire rating Min 3 Jam

29.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sistem FIRESTOP pada penetrasi
A. Pemasangan sistem-sistem FIRESTOP pada penetrasi harus sesuai dengan
Instruksi dari Produsen.
B. Segel semua bukaan atau rongga yang dibuat oleh penetrasi-penetrasi untuk
memastikan kedap udara dan air.
C. Menunjuk pemasang yang telah diberikan pelatihan yang diperlukan untuk
memasang produk-produk FIRESTOP untuk setiap persyaratan yang telah
ditetapkan dan memenuhi persyaratan produsen FIRESTOP.
D. Produsen adalah bukan pihak inspeksi yang memenuhi syarat, karena akan
terjadi konflik kepentingan bagi produsen untuk melakukan inspeksi-inspeksi
terhadap sistem-sistem FIRESTOP yang dipasang sesuai dengan standar-
standar inspeksi tersebut di atas.
E. Sistem FIRESTOP yang dipasang harus memenuhi standar yang disarankan
oleh produsen agar bisa disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
F. Mortar
 Diaplikasikan pada bukaan jalur kabel power (electrical) baik antar lantai
maupun antar ruangan.
 Aplikasi mortar harus menutupi keseluruhan bukaan yang ada atau
dengan ukuran minimal dimensi penetrasi yang melewati bukaan
ditambah 10 cm dan dengan ketebalan 10 cm.
 Dalam proses aplikasi, material mortar dicampur dengan air bersih dengan
ketentuan rasio mortar dengan air adalah 2.00 : 1 dan Tidak diizinkan
melakukan pencampuran dengan rasio kurang dari 2.00 : 1.
 Proses pencampuran dan aplikasi dapat dilakukan dengan cara manual
(dengan tangan) atau dengan power mixer.
 Untuk mempermudah proses aplikasi dan dengan tujuan menambah
kerapihan hasil kerja, dalam aplikasi mortar menggunakan belgesting atau
cetakan. Setelah selesai aplikasi dan mortar kering, belgesting atau
cetakan ini harus dilepaskan.
 Celah pertemuan antara mortar dengan penetrasi harus ditutupi dengan
material firestop sealant guna mendapatkan proteksi sempurna.
G. Intumescent Sealant
 Sealant diaplikasikan pada celah pertemuan antara bahan penetrasi
dengan material firestop (mortar atau composite sheet) dan celah-celah
kecil lainnya yang memungkinkan api atau asap melewatinya.
 Proses aplikasi sealant menggunakan caulking gun, bulk loading gun, atau
di-trowel.
H. Cable Coating
 Cable coating diaplikasikan pada kabel-kabel power (electrical).
 Aplikasi cable coating harus menutupi keseluruhan kabel dengan
ketebalan minimal 1600 mikron (1,6 mm).
 Proses aplikasi cable coating menggunakan kuas atau spray.

PT. Penta Rekayasa D - 121


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Sebelum pengaplikasian, kondisi kabel harus bersih, kering, dan bebas


dari minyak ataupun kotoran lainnya. Selain itu, kondisi kabel tidak ada
yang rusak, retak, dan jaket kabel terluka. Apabila ada, kabel harus
diperbaiki terlebih dahulu.
 Dalam proses aplikasi, material cable coating tidak boleh dicampur
dengan material lainnya.
I. Collar Firestop
 Collar diaplikasi kan di jalur pipa-pipa Plumbing
 Cara aplikasi collar di aplikasikan dengan cara dilingkarkan di pipa
tersebut kemudian collar diikat dengan cara dibor kedinding dengan
menggunakan dinabolt.

PT. Penta Rekayasa D - 122


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

30 PEKERJAAN PEMBERSIHAN BEKAS PEMBONGKARAN DAN


PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN.

30.1 Pembersihan Lokasi pembangunan konstruksi dan pembersihan semua pekerjaan


yang termasuk dalam lingkup pekerjaan seperti tercantum di gambar pelaksanaan
yang diuraikan dalam Buku Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan ini dari semua
barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.

30.2 Semua bekas bongkaran dan sebagainya harus dikeluarkan dari Lokasi
pembangunan konstruksi.

30.3 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan /


material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah
terima.

PT. Penta Rekayasa D - 123


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

31 PEKERJAAN LUAR BANGUNAN & LANSKAP


31.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pada pekerjaan luar bangunan meliputi penyediaan tenaga kerja yang
cukup jumlah serta keahliannya, mengadakan bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini secara sempurna yang
antara lain terdiri dari :
Pekerjaan taman / lansekap, meliputi semua pakerjaan yang tertera dalam gambar
perencanaan dan sesuai petunjuk Direksi Lapangan/MK, yaitu :
 Pekerjaan penanaman.
 Pekerjaan perawatan / pemeliharaan tanaman yang terdiri dari: penyiraman,
penyiangan, penggantian tanaman, pemangkasan, pemupukan dan
pemberantasan hama.
 Pekerjaan pembersihan bekas pembongkaran dan pengamanan setelah
pembangunan.

31.2 Persyaratan Bahan


31.2.1 Bahan untuk pekerjaan landscape/taman.
 Tanah yang dipakai adalah tanah merah untuk gundukan / bukit tanah dan tanah
subur yang dihamparkan dengan ketebalan minimum 20 cm.

31.2.2 Persyaratan pohon dan tanaman hias :


 Menggunakan tanaman lokal.
 Jenis Pohon : Pelindung/peneduh.
Nama : Angsana, Ketapang (atau ditentukan sesauai gambar)
Ukuran : Diameter batang min 10 cm, diameter rimbun daun minimal 150 cm,
tinggi dari ballroot ke pucuk daun minimal 3 m.
Lokasi : Sesuai gambar perencanaan.
 Jenis Pohon : Tanaman visual screening
Nama : Bambu Pagar Cendani (Bambusa multiplex). (atau ditentukan sesauai
gambar)
Ukuran : Diameter batang min 3 cm, diameter rimbun daun minimal 150 cm, tinggi
dari Ballroot ke pucuk daun minimal 2 m
 Rumput jenis gajah mini (Pennisetum purpureum schamach).
 Penanaman tanaman lain seperti yang tercantum dalam gambar perencanaan.
 Semua jenis tanaman harus bebas dari segala penyakit dan hama, daun/cabang
jangan sampai cacat dan harus tumbuh sehat.
 Pembungkusan ball root tanaman harus dengan karung goni dan diikat erat untuk
mencegah pecahnya akar dalam pengangkutan.
 Untuk penyemaian di Lapangan dipilih tempat yang aman dari segala kerusakan,
teduh dan dekat daerah penanaman. Dibuatkan peneduh dari anyaman bambu
atau daun kelapa agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
Tanaman dijaga agar mendapat panas Matahari langsung 50 %. Waktu
penyesuaian 2-4 minggu di tempat penampungan dengan menanamkan dalam
tanah setempat tanpa melepas ball root untuk tanaman hias.

PT. Penta Rekayasa D - 124


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Semua jenis tanaman yang tertanam harus disetujui oleh Direksi Lapangan/MK.

31.2.3 Bahan untuk pekerjaan pemeliharaan.


 Jenis pupuk yang dipakai adalah pupuk kandang dan pupuk buatan.
 Pupuk kandang dipilih dari kotoran sapi yang telah kering dan matang, bersih dari
gumpalan akar rumput dan tanaman liar serta sudah dalam keadaan hancur (tak
ada bongkahan).
 Pupuk Buatan yang diberikan adalah yang mengandung unsur unsur N,P,K yaitu
NP Krustica Complete Yellow dengan perbandingan (15:15:15).
 Untuk tanaman rumput dipakai pupuk buatan ZA atau Urea sebanyak 15
gram/m2.

31.3 Persyaratan Pelaksanaan


31.3.1 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk dan syarat-syarat
pekerjaan Landscape, standard spesifikasi darl bahan yang dipergunakan dan
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Direksi Lapangan/MK.

31.3.2 Sebelum melaksanakan pekerjaan, harus diperhatikan koordinasi kerja dengan


pekerjaan lain yang menyangkut pakerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal
dan Sanitasi. Terutama dalam melakukan pekerjaan pembentukan, tanah dan
penyelesaian tanah agar tidak terjadi kesalahan, pembongkaran, perusakan yang
tidak diinginkan terhadap pekerjaan lain yang telah selesai maupun yang sedang
dilaksanakan.

31.3.3 Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk / kemiringan / contour
/ peil yang tertera dalam gambar kerja. Kemiringan - kemiringan yang dibuat harus
cukup kuat untuk mengalirkan air hujan menuju keselokan yang ada disekitarnya
serta mengikuti persyaratan - persyaratan yang tertera dalam gambar perencanaan.
Adanya genangan air di atas tanah tidak dibenarkan.

31.3.4 Untuk pekerjaan penanaman, diperlukan pengupasan tanah yang mengandung


bahan organis dengan kedalaman sampai mendapatkan tanah subur, serta
penyediaan tanah subur untuk urugan, bekas galian tanah tersebut.

31.3.5 Tanah yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar bersih dari
batu, kerikil, aduk, kapur dan segala bekas bahan bangunan, bahan plastik dan
bahan-bahan organis. Tanah yang dipakai untuk urugan dan pelapisan tanah (top
soil] untuk rumput adalah tanah subur dan gembur.

31.3.6 Tanah urug yang dipakai pada saat penanaman dicampur dengan pupuk kandang
dengan perbandingan jumlah yang sama (1:1) atau sesuai persyaratan untuk jenis
tanaman maupun rumput.

31.4 Pekerjaan Penanaman.


31.4.1 Pemasangan patok-patok berikut dengan keterangan koordinat, posisi, perlu
dilaksanakan terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis tanaman.
Patokan diambil berdasarkan pengukuran yang ditarilk dari as-as bangunan yang
terdekat / patokan-patokan yang ada dalam Tapak.

PT. Penta Rekayasa D - 125


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

31.4.2 Perbedaan antara gambar dengan keadaan Lapangan harus dilaporkan kepada
Direksi/Pengawas untuk diambil keputusan pemecahan perihal perbedaan tersebut.

31.4.3 Peil permukaan rumput dan tanaman hias yang terpasang harus sesuai dengan
gambar perencanaan.

31.4.4 Jenis rumput gajah ditanam berupa rumpun-rumpun pada setiap jarak10 cm secara
teratur dan lurus dengan pole zig zag, ditanam dengan cara tandur.

31.4.5 Semua penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau setelah pukul 14.30 agar
tidak banyak terjadi penquapan dan kekeringan yang terlampau cepat bagi tumbuh–
tumbuhan tersebut kecuall penanaman yang dilakukan di tempat yang terlindung dari
panas Matahari langsung dapat dilakukan setiap saat.

31.4.6 Bila setiap kali pelaksanaan penanaman jenis rumput yang telah disebutkan dan
tanaman hias selesai dilaksanakan, harus segera dilakukan penyiraman dengan air
yang bebas dari bahan / zat yang dapat mematikan tanaman. Penyiraman ini harus
dilakukan secara teratur pagi dan sore setiap hari agar dapat tumbuh cepat dan baik.
Penyiraman dilakukan pagi sebelum pukul 10.00 dan sore hari sesudah pukul 14.00.

31.5 Pemeliharaan Tanaman.


31.5.1 Pemeliharaan tanaman harus diperhatikan oleh Kontraktor setelah selesai
penanaman. Masa pemeliharaan ini berlangsung selama satu tahun dari mesa se-
lesainya penanaman.

31.5.2 Selama masa itu, Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara tanaman dan
mengganti setiap kali ada yang rusak atau mati. Semua biaya penggantian tanaman
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

31.5.3 Pemeliharaan tanaman ini disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman yang
tertanam.

31.5.4 Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam setiap jenis pekerjaan pemeliharaan
ini harus benar-benar baik, memenuhi persyaratan kerja yang dibutuhkan dan jangan
sampail merusak tanaman.

31.6 Penyiraman Tanaman.


31.6.1 Penyiraman dilakukan dengan air bersih yang bebas dari segala bahan organis / zat
kimia / bahan lain yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman.

31.6.2 Cara Penyiraman.


 Memakai alat khusus untuk menyirami tanaman (Emrat) yang berlubang banyak
pada tempat ujung air keluar sehingga air keluar dapat menyebar merata ke
seluruh permukaan tanah yang disiram.
 Memakai slang air yang terbuat dari plastik dihubungkan dengan kran / sumber
air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara memancarkan air melalui
sprayer di ujung slang.
 Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di Musim kemarau dan bagi
tanam-tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanam-tanaman
dalam tempat penampungan. Hal ini harus benar benar diperhatikan.

PT. Penta Rekayasa D - 126


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

31.6.3 Penyiraman Tanaman dilakukan :


 Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan rumput yang baru
ditanam dan semua jenis tanaman dalam penyimpanan sementara sebelum pukul
10.00 dan sore hari sesudah pukul 14.30, sampai tanam tersebut tumbuh sehat
dan kuat.
 Untuk semua jenis tanaman dan rumput yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat
disiram satu kall sehari pada sore hari setelah pukul 14.30.
 Banyaknya air penyiraman harus cukup sampai membasahi bawah permukaan
tanah.
 Pada sore hari bagi tanaman yang masih terlihat cukup basah tanahnya tidak
perlu dilakukan penyiraman.
 Tidak diperkenankan tanah bekas siraman terlihat tergenang air. Air harus dapat
terserap baik oleh tanah di sekitar tanaman.

31.7 Penyiangan Tanaman.


31.7.1 Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi tanaman
pohon dan rumput yang tertanam.

31.7.2 Untuk tanaman rumput, penyiangan perlu dilakukan untuk mencabut segala tanaman
liar dan jenis rumput yang berbeda dengan jenis rumput yang ditanam. alat yang
dipakai adalah pancong atau cangkul garpu kecil

31.7.3 Penggantian Tanaman dan Rumput.

31.7.4 Kontraktor wajib mengganti setiap kali ada tanaman & rumput yang rusak atau mati.
Semua penggantian tanaman & rumput baru, menjadi tanggung jawab Kontraktor
sampai masa pemeliharaan yang ditentukan berakhir.

31.7.5 Penggantian tanaman harus sesuai dengan jenis/bentuk/warna daun dan burga
dengan apa yang telah ditentukan dan tertanam.

31.7.6 Penggantian tanaman dan rumput harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin
jangan sampai merusak tanaman dan rumput lain di sekitarnya pada saat mencabut
atau menanam yang baru.

31.7.7 Penggantian tanaman dan rumput dilaksanakan pada sore hari antara pukul
14.00-13.00, dan sesudah dilakukan penanaman baru harus segera disiram air.

31.8 Pemangkasan.
31.8.1 Pemangkasan dilakukan pada cabang / ranting yang tumbuh tidak taratur / liar, atau
untuk mendapatkan / mempertahankan bentuk pertumbuhan cabang yang diinginkan.

31.8.2 Membuang ranting dan cabang yang sakit dengan memotongnya.

31.8.3 Semua pekerjaan pemangkasan ini dilakukan dengan gunting pangkas dengan
memangkas cabang dan ranting arah miring dari bawah keatas dengan sudut 30 – 40
derajat. Tidak dibenarkan pemangkasan dilakukan dengan mematahkan ranting /

PT. Penta Rekayasa D - 127


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

cabang tanpa alat yang baik dan cukup tajam, sehingga ranting/batang pecah atau
rusak.

31.8.4 Bekas pemotongan ranting/cabang yang permukaannya terpotong lebar, penampang


yang terpotong tersebut harus ditutup ter.

31.8.5 Pemangkasan harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali.

31.9 Pemupukan.
31.9.1 Pupuk maupun Obat anti Hama yang dipergunakan harus sesuai dengan persyaratan
penggunaan pupuk bagi masing-masing jenis Tanaman.

31.9.2 Pupuk kandang dipakai pada saat penanaman sebagai pencampur tanah urug yang
diperlukan sesuai persyaratan untuk jenis tanaman maupun rumput.

31.9.3 Pupuk buatan diberikan kepada tanaman setelah melampaui masa tanam 3 (tiga)
bulan. Pupuk NPK diberikan sebanyak 25 gram per tanaman, (unsur NPK ini
mendorong pembentukan akar, pembungaan dan pembuahan). Pemupukan
dilakukan dengan menanamkannya di dalam tanah sekitar batang tanaman sedalam
10 cm. Diameter lingkar alur pemupukan selebar rimbun daun pohon yang
bersangkutan. Pemupukan ini diulang setiap (3) tiga bulan kemudian.

31.9.4 Untuk tanaman rumput dipakai pupuk buatan ZA atau Urea sebanyak 15 gram / m2.
Pemupukan dilakukan sebulan sekali dengan cara pupuk dilarutkan dengan air
kemudian disemprotkan dengan Sprayer ke permukaan rumput.

31.10 Pemberantasan Hama Penyakit.


31.10.1 Pemberantasan untuk hama (serangga dan ulat) dilakukan dengan cara
penyemprotan ke seluruh permukaan daun, batang dan cabang. Bahan yang dipakai
adalah Peptisida campuran antara Basudin dan Diazona 60 %EC (obat tersebut
dicampur air, dengan perbandingan 2 cc Obat dan1 liter Air).

31.10.2 Untuk pemberantasan Jamur dan sejenisnya, dipakai fungisida Dithane M-45 yang
dicampur air (2 gr/liter Air). Pemberantasan dilakukan dengan penyemprotan ke
seluruh permukaan daun, batang dan cabang.

31.10.3 Untuk memberantas penggerek batang dipakai BHC. Untuk memberantas Siput darat
dipakai Metodex yang disebarkan di sekitar Pohon.

31.10.4 Penyemprotan Hama dan Jamur :


 Untuk rumput, dilakukan 2 bulan sekali.
 Untuk tanaman dilakukan satu (1) bulan sekali.
 Penyemprotan hama dan jamur dilakukan secara bergantian. Untuk
penyemprotan dari jenis obat yang berbeda jangan dilakukan sekaligus akan
tetapi harus ada beda waktu yaitu selang 2 minggu.

PT. Penta Rekayasa D - 128


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

32 PEKERJAAN PLAT TEMBAGA/ KUNINGAN/ STAINLESS


32.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan plat kuningan meliputi pekerjaan plat kuningan
untuk Signage / Typografi dan/atau sesuai dengan yang tercantum dalam gambar
perencanaan.

32.2 Persyaratan Bahan


 Kadar Tembaga antara 60 -95 % berat.
 Kuningan tidak boleh mengalami proses pemijaran.
 Stainless Steel SS304 finish Hairline
 Memenuhi ketentuan yang tercantum pada, ASTM B 134 – 74.
 Untuk dilatasi, tebal pelat 6 mm.
 Untuk Signage / typografi, tebal 6 mm lebar 20 mm, dan harus sesuai dengan
gambar perencanaan

32.3 Persyaratan Pelaksanaan


 Pemasangan harus dilaksanakan serapi mungkin dengan memperhatikan
detail-detail yang tercantum dalam gambar perencanaan.
 Pembengkokan batang harus dilakukan dengan utuh (tanpa ada pengelasan).
 Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik sesuai dengan
maksudnya.
 Tambatan dan anker dimana perlu harus digunakan pada tempat-tempat yang
dianggap perlu walaupun tidak termasuk / tercantum dalam gambar perencanaan.
 Bahan pelengkap lainnya seperti sekrup, baut, mur, paku yang akan digunakan
harus sesuai dengan pekerjaan tersebut di atas.

PT. Penta Rekayasa D - 129


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

33 PEKERJAAN GLAZED ALUMINIUM CURTAIN WALL


33.1 Lingkup Pekerjaan
33.1.1 Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan curtain wall aluminium,
window wall, komplit dengan kacanya, window stool, coping, flashing curtain box,
aluminium composite panel, serta aluminium grille profil hollow, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.

33.1.2 Pekerjaan ini dilaksanakan pada dinding kaca kulit luar bangunan seperti tertera
dalam gambar rencana.

33.2 Persyaratan Pekerjaan


Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan standard (referensi) antara lain :
1) American Architectural Manufacturers Association (AAMA)
 AAMA 501 : Method of test for Metal Curtain Wall
 AAMA 101: Voluntary specification for Aluminum and Poly vinyl chloride (PVC)
Prime window and glass doors.
2) ASTM - American Society for Testing Material :
 ASTM - B 221 : Aluminium extrusion.
 ASTM - B 209 : Aluminium alloy sheets and plates.
 ASTM - A 36 : Structural steel.
 ASTM - B 308 : Aluminium alloy.
 ASTM E 330 : Test Method for Structural Performance of Exterior Windows,
Curtain Wall, and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
 ASTM E 283 : Test Method for Rate of Air Leakage through Exterior Windows,
Curtain Walls, and Doors.
 ASTM E-331 : Test Method for Water Penetration of Exterior Windows, Curtain
Wall, and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
 ASTM E-1233 : Standard Test Method for Structural Performance of Exterior
Windows, Curtain Walls and Doors by Cyclic Static Air Pressure Differential.
 ASTM E-547 : Standard Test Method for Water Penetration of Exterior
Windows, Curtain Walls and Doors by Cyclic Static Air Pressure.
3) Japanese Industrial Standard (JIS)
 JIS H4100 : Aluminum and Aluminum Alloy Extruded Shape.
 JIS H8602 : Combined Coating of Anodic Oxide and Organic Coating's on
Aluminum and Aluminum Alloys.
 JASS 14 : Japanese Architectural Standard Specification for Curtain Wall.
 JIS A.4706 : Japanese Industrial Standard for Aluminum and Steel Window.
4) Singapore Standard (SS)
 SS 212-98 : Aluminum Alloy Window
 SS 381-97 : Aluminum Curtain Wall.
5) Standar Nasional Indonesia (SNI)
 SNI-03-0573-1989 : Syarat Umum Jendela Aluminium Paduan.
6) Sertifikat dan garansi bahan yang digunakan agar diserahkan pada Direksi
Lapangan.
7) Applicator/Kontraktor harus menyerahkan surat keterangan/jaminan supply
produk pintu dan jendela aluminium dari pabrik pembuat dan surat jaminan

PT. Penta Rekayasa D - 130


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

pelaksanaan QC yang akan dilaksanakan oleh pabrik pembuat pada saat proses
pemasangan.
8) Kontraktor harus membuat mock-up untuk pengetesan, dipersiapkan bila diminta
oleh
9) Direksi Lapangan.

33.3 Deskripsi Sistem


33.3.1 Umum
Pekerjaan Jendela aluminum untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, seperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap
yang lainnya.

33.3.2 Kriteria Perencanaan


1) Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahanan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin
yang disyaratkan.
2) Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan
atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
3) Pergerakan karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang
tidak merekat dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung
pergerakan ini.

33.4 Persyaratan Struktur


33.4.1 Tekanan Angin
Tekanan angin (Design Wind Load) ditentukan oleh perletakan, bentuk dan ketinggian
bangunan, bila tidak ditentukan maka tekanan angin minimum yang harus dipenuhi
adalah sebesar 718 Pa dengan faktor keamanan sebagai berikut:
1) Positif (P+) = 100 kg/m 2 (Tekanan angin hendaknya agar mengacu kepada hasil
rekomendasi spesialis façade)
2) Negatif (P-) = 150 kg/m2 (Tekanan angin hendaknya agar mengacu kepada hasil
rekomendasi spesialis façade)
3) Atau sesuai perhitungan struktur serta lokasi (kategori) dimana bangunan tersebut
akan didirikan

33.4.2 Defleksi
Lolos uji beban 1200 Pa dengan lendutan ≤ L/175 dengan metode uji sesuai ASTM
E283.
1) AAMA = Yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm.
2) JIS = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 150 atau 2 cm.

PT. Penta Rekayasa D - 131


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

33.4.3 Beban Hidup


Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu perawatan,
seperti meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan
kemampuan 62 kg dengan beban terpusat, horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.

33.4.4 Performa Teknis yang Harus Diuji


PERFORMA DESAIN BATAS YANG DIIJINKAN METODE UJI
KEKEDAPAN 75 Pa, 5.4 m3 / hr.m2 AAMA ASTM E283
UDARA 300 Pa
KEKEDAPAN AIR 240 Pa Tidak ada kebocoran AAMA ASTM E331 &
(20% x Structural) ASTM 547
STRUKTURAL 1200 Pa Lendutan ≤ L/175 AAMA ASTM E330
1800 Pa Tidak ada kerusakan
(lolos uji beban) struktural dan
kerusakan komponen
secara pemanen.
DIMENSI W maksimum 1500 mm
H maksimum 4000 mm
PENGGUNAAN Single Glass 7 mm
KACA

33.4.5 Kebocoran Udara


1) ASTM E 283 = Kebocoran udara tidak melebihi 2.06 m3/jam pada setiap meter
unit panjang penampang bidang bukaan pada 75 Pa tekanan differential, harus
dibuktikan dengan pengujian.
2) SS 212 = Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara tidak boleh melebihi 10
m3 / h / m pada 20% dari tekanan angin (Design Wind Load) atau 200 Pa. Kondisi
ini berlaku untuk gedung tanpa pengkondisian udara.

33.4.6 Kebocoran Air


1) ASTM E 331 = Tidak terlihat kebocoran signifikan (air masuk ke dalam interior
bangunan) sampai tekanan 137 Pa (positif) dengan jangka waktu 15 menit,
dengan jumlah air min. 3,4 L/m 2 min.
2) SS 212 = Tidak terlihat kebocoran signifikan pada 15% dari tekanan angin
rencana atau 180 Pa (untuk kondisi bangunan dengan kanopi minimum 200 mm
overhang). Atau 30% dari tekanan angin rencana atau 240 Pa (kondisi bangunan
tanpa kanopi) dengan jumlah air minimum 4,0 L / min / m 2.

33.4.7 Kekedapan Suara


Faktor Pengurangan Kebisingan Suara (Sound Transmission Loss) sebesar 22,5 dB
pada frekuensi 124 – 4000 Hz atau tergantung pada tipe-tipe ruangannya (hanya
berlaku untuk produk-produk khusus).

33.5 Persyaratan Bahan


1) Produksi : minimal setara UCW-125 YKK-AP
2) System : Unitized Curtain Wall
3) Ukuran : Memenuhi perhitungan teknis. Produsen harus menghitung dan
memberikan laporan perhitungan untuk direview oleh Konsultan Perencana dan
Konsultan MK.

PT. Penta Rekayasa D - 132


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

4) Tebal : Minimal 1,8 mm (untuk transom) dan 2 mm (untuk mullion) dan harus
memenuhi kebutuhan teknis atau sesuai perhitungan struktur atas tekanan angin
yang ditentukan atau menyesuaikan lokasi (kategori) area dimana bangunan
tersebut akan didirikan.
5) Finish : Anodized Plus, ketebalan ±18 micron.
6) Warna : Ditentukan kemudian
7) Aluminium Extruded Window Stool (tidak dipakai)
8) Billet yang dipakai
Dari billet utama (primary) dengan standard A-6063 S-T5 dengan komposisi (%) :
 Mg : 0,45 - 0,9%
 Si : 0,2 - 0,6%
 Ti : 0,1% max
 Mn : 0,1% max
 Zn : 0,1% max
 Fe : 0,35% max
 Cu : 0,1% max
 Cr : 0,1% max
 Aluminum : Sisanya
9) Kaca : Lihat RKS bagian Pekerjaan Kaca dan Cermin
10) Back – up material : Ex. Dunalon
 Bahan = Polyethelene Foam
 Sifat material = Tidak menyerap air (closed cell)
 Kepadatan = 65 - 96 kg / m3
 Ukuran penampang = 25% - 50% lebih besar dari celah yang terjadi.
 Standard = ASTM D.696 dan D.1621 dan ASTM E.96-53T.
11) Gasket
 Bahan = Neoprene, Santoprene, EPDM.
 Sifat material = Tahan terhadap perubahan cuaca.
 Kekerasan = 60 - 80 Durometer.
 Jenis bahan = Extrusion.
12) Setting Block Untuk Kaca
 Bahan = EPDM.
 Kekerasan = 80 - 90 Durometer.
 Sifat material tidak menyerap air
13) Sealant Dinding & Joint Sealer
 Sesuai bab pekerjaan Sealant
 Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat
guna menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah
kebocoran udara, air dan suara. Bahan = Butyl Rubber Sheet.
14) Screw
 Bahan = Stainless Steel.
15) Angkur & Angkur Tanam/Bracket
 Bagian yang berhubungan dengan aluminum dilapisi Hot Dipped Galvanised
sampai dengan 18 micron.
16) System spandrel (back board) agar menggunakan panel Kalsium Silicate tebal 6
mm dengan finishing cat pada sisi luar (sesuai dengan uraian dalam Bab
Pekerjaan Pengecatan).

PT. Penta Rekayasa D - 133


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

17) Harus ada surat jaminan produk (material) dari assembly dan factory (bukan dari
applicator). Harus diberikan jaminan tertulis selama 5 (lima) tahun dari tipe
campuran (Alloy) dan 10 (sepuluh) tahun untuk Gloss Ressistance, color flatness
dan corrosion ressistance.

33.6 Gambar Kerja


1) Gambar kerja yang lengkap, yang menjelaskan :
 Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain wall / grille.
 Detail sambungan baik exterior maupun interior.
 Detail pemasangan.
 Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang
berhubungan.
 Kelengkapan ukuran-ukuran.
2) Perhitungan struktur sesuai dengan kriteria design yang ada

33.7 Fabrikasi dan Perakitan


1) Semua jenis jendela, pintu aluminium dan grille profil hollow difabrikasi di Pabrik.
2) Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan
bentuk sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk sambungan yang tahan
air harus diberi sealant dari bagian yang tidak terlihat oleh mata.
3) Perakitan jendela maupun pintu aluminium dan grille profil hollow dilaksanakan di
Pabrik sehingga selain kualitas perakitan sesuai standard yang disyaratkan juga
mempercepat proses pemasangan di lapangan.
4) Proses fabrikasi dan perakitan harus berdasarkan data di shop drawing yang
sudah disetujui oleh pemberi tugas.
5) Hardware yang dipasang menggunakan back plate.
6) Standar Toleransi Perakitan

No Keterangan Toleransi (mm)


1 Bergesernya pemasangan kunci / ±3
engsel dan hardware lain dari
tempat yang ditentukan.
2 Gap (celah) antar sambungan < 0,5
rangka aluminium (Vertikal dan
horizontal).
3 Gap (celah) antar sambungan <3
bahan tahan air (Gasket)
4 Perbedaan ukuran dalam, dari ±1,5
rangka aluminium dan daun jendela
aluminium, baik untuk tinggi
maupun lebar.
5 Perbedaan ukuran dalam dari <2
jendela yang bersebelahan
6 Sambungan las. Tidak terlihat pada bagian yang
terlihat mata langsung.
7 Sealant Sesuai ukuran di shop drawing.

PT. Penta Rekayasa D - 134


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

33.8 Pengiriman dan Penyimpanan di Lapangan


1) Semua profile dilapisi PVC plastic atau polyethilene film.
2) Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi kerusakan.
3) Setiap unit curtain wall yang dikirim ke lapangan harus ada tanda / bukti sudah
diperiksa kualitasnya oleh QC Pabrik.
4) Material yang disimpan di lapangan harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan / cacat.

33.9 Pelaksanaan (Pemasangan pada struktur bangunan)


1) Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan terlebih
dahulu membuat shop drawing sistem curtain wall lengkap dengan :
 Tipe dari tampak/facade.
 Detail-detail angkur dan sambungan aluminium
 Pemasangan sealant, gasket dan kaca.
 Detail pertemuan aluminium dengan komponen lain.
 Ukuran-ukuran dan lain sebagainya.
2) Semua unit aluminium harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak lurus
dan mengikuti patokan (bench mark) dari Kontraktor.
3) Sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran di lapangan dan
koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran sesuai dengan shop drawing.
4) Pemasangan harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang mempunyai pengalaman
spesialis dibidang pekerjaan aluminium dan mempunyai tenaga-tenaga ahli
berpengalaman minimal 5 (lima) tahun kerja khusus pekerjaan tersebut dengan
menunjukkan surat referensi pengalaman.
5) Pekerjaan ini harus dilaksanakan pre-fabrikasinya pada workshop yang lengkap
dengan peralatan/ mesin-mesin khusus untuk pekerjaan ini sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang tepat dan akurat.
6) Bila diperlukan workshop dapat ditinjau oleh Perencana atau Direksi Lapangan.
7) Penyekrupan dipasang dengan sekrup stainless steel dan tidak terlihat dari luar.
8) Sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap angin.
9) Detail detail pada setiap pertemuan harus rapat, rapih, rata dan bersih dari
goresan-goresan atau cacat.
10) Pada setiap pertemuan aluminium dengan dinding dan sebagainya harus diberi
lapisan kedap air yang memakai sealant (lihat bab pekerjaan sealant).
11) Sambungan horizontal maupun vertikal, sambungan sudut maupun silang dan
kombinasi profil aluminium harus dipasang sempurna.
12) Celah-celah antara kaca dan aluminium baik terhadap lantai ataupun dinding
harus dipasang / ditutup dengan weatherseal sealant (lihat bab pekerjaan
sealant).
13) Pemasangan sealant harus dapat dijamin tidak akan terjadi kebocoran
diakibatkan air hujan maupun udara luar.
14) Perlindungan

PT. Penta Rekayasa D - 135


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

 Semua aluminium harus dilindungi dengan "Lacquer Film", atau bahan yang
lain yang disetujui Direksi Lapangan ketika dibawa ke lapangan dan lolos
inspeksi material oleh Direksi Lapangan.
 Pelindung tersebut dapat dibuka pada bagian-bagian tertentu dimana
diperlukan saat pemasangan dan ditutup kembali setelah pengerjaan selesai.
 Kosen harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate primer permis
transparant ketika pekerjaan plester dilaksanakan. Bagian-bagian lain dapat
tetap dilindungi dengan "Lacquer Film" sampai pekerjaan selesai.
 Penggunaan pernis pada permukaan yang akan diberikan caulking atau
sealant tidak diperkenankan.
15) Weatherseal
Pemasangan kosen harus dilengkapi dengan weather seal sealant (lihat Bab
Pekerjaan Sealant) dan backing strip dari busa di dalam dan di luar sebagai
lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
16) Kontraktor harus mengadakan dan memberikan sertifikat hasil uji / test teknis
sebagai berikut :
 Test beban angin
 Test kebocoran udara
 Test kebocoran air
 Proses pengetesan ini harus dilaksanakan oleh badan yang independent dan
 disaksikan oleh pihak Pemberi Tugas, Perencana dan Direksi Lapangan.
17) Jaminan
Kontraktor wajib memberikan sertifikat jaminan pemasangan hasil pekerjaan dan
mutu bahan untuk waktu 10 (sepuluh) tahun dan jaminan untuk coating dan warna
selama 10 (sepuluh) tahun, disertai sertifikat dari pabrik.

PT. Penta Rekayasa D - 136


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

34 PEKERJAAN PARTISI SANDWICH PANEL


34.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan partisi Sandwich panel meliputi seluruh pekerjaan
pemasangan partisi dengan Sandwich panel seperti yang tercantum didalam gambar
pelaksanaan.

34.2 Persyaratan Bahan


34.2.1 Untuk material utama Panel harus berasal dari pabrik yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001: 2004

34.2.2 Rangka Partisi dari bahan galvanized steel, dengan persyaratan :


3) Rangka penguat adalah Galvanized Steel framing system, yaitu metal stud dan
metal track.
4) Persyaratan bahan memenuhi ASTM A792

34.2.3 Panel Partisi : Dari bahan aluminium U-Profil 62x60mm, FTPI 58x100mm
Merek : Klima Oprima atau setara

34.2.4 Insulasi dari bahan mineral fiber wool tebal 50mm density 100 kg/m3.

34.2.5 Untuk perlengkapan partisi, lihat pada bab pekerjaan Pintu dan Jendela.

34.3 Persyaratan Pelaksanaan


34.3.1 Penimbunan / penempatan material harus diletakkan pada ruang / tempat dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan
dan kelembaban.

34.3.2 Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan, seperti klos-klos, baut,
anker-anker dan penguat lain yang diperlukan hinga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan / menjaga kerapihan, terutama untuk bidang-bidang tampak, tidak
boleh ada lubang lubang atau cacat bekas penyetelan.

34.3.3 Partisi terbuat dari metal framing system dengan panel gypsum plasterboard
sebagaimana tercantum dalam gambar pelaksanaan. Aplikasi metal framing system
sesuai dengan rekomendasi dan standar pabrikan.

34.3.4 Bagian-bagian Galvanized Steel Framing, Studs, Slips dan lain lainnya dapat
digunakan selama tidak terlihat dari luar (berada dibagian dalam partisi).

34.3.5 Bahan yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk,
ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.

34.3.6 Proses pabrikasi dan assembling sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan dari
Pabrik pembuat.

34.3.7 Partisi harus lengkap dengan fixings yang diperlukan dan harus terpasang secara
lurus, rata sebagaimana terlihat dalam gambar pelaksanaan.

PT. Penta Rekayasa D - 137


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

34.3.8 Pemasangan partisi tidak boleh menyimpang dari ketentuan pemasangan yang
disyaratkan Pabrik.

34.3.9 Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan Pabrik pembuat.

34.3.10 Semua rangka harus terpasang dalam posisi menyiku, tegak, rata sesuai peil dalam
gambar pelaksanaan dan lurus (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang
diijinkan dari masing masing bahan yang digunakan. Rangka penguat dari Galvanized
Steel jenis Square Tube dengan ukuran dan detail sesuai Gambar Kerja.

34.3.11 Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut sudut pertemuan dengan
bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar pelaksanaan, Kontraktor
wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas.

34.3.12 Sistem ikatan terhadap plafond dan plat beton diatasnya harus menjadi satu kesatuan
dengan rangka partisi.

34.3.13 Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memperhatikan pekerjaan


perlengkapan pintu dan jendela seperti terurai dalam bab Pekerjaan Pintu dan
Jendela buku Persyaratan ini.

34.4 Syarat Pengamanan Pekerjaan


34.4.1 Pada saat pelaksanaan pekerjaann partisi, daerah yang akan dilaksanakan harus
dilokalisasi dari lalu lalang tenaga pekerja dari pekerjaan lain.

34.4.2 Sebelum pemasangan panel, pelindung aluminium harus dibersihkan terlebih dahulu.

34.4.3 Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan tehadap benturan


benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul
adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.

PT. Penta Rekayasa D - 138


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

SPESIFIKASI ARSITEKTUR STP ITB


BAHAN DALAM BAHAN LUAR
NO MATERIAL SPESIFIKASI
NEGERI NEGERI
DINDING & PARTISI
Bata ringan Autoclaved aerated Leibel , Celcon indonesia, Power Block √
Gypsum Plasterboard partition system JayaBord , Setara √
1 kaca Asahimas √
Mortar Mortar Utama, Prime Mortar, Demix √
SANDWICH PANEL Klima Oprima √ √

LANTAI
Homogenous Tile Niro Granite, Granito, Indogress, Quadra √
Ceramic Tile Roman, atau setara √
Hospital Vynil & Plint Forbo, Tajima, Armstrong √
Floor Hardener Sika, Flowcrete √
Paving Block Cisangkan, Conblock Indonesia, Interblock √
2
Exterior paint ICI Dulux, Mowilex, Jotun √
Interior paint ICI Dulux, Mowilex, Jotun √
Epoxy Propant √
Acrylic Gloss Enamel Paint ICI Dulux, Mowilex, Jotun √
Waterproof Coating Sika Setara √

PLAFOND
Gypsum plasterboard JayaBoard , Setara √
3 Gypsum Water proofing JayaBoard , Setara √
Aluminium Liner Ceiling + Rangka Metal Hunter Douglas, Armstrong, Prometama √

DOOR & WINDOW


Aluminium jamb & Frame YKK, Setara √
Wooden Hollow Core door panel Local √
4
Fire Doors Bostinco, Lion Metal √
Ironmongeries Wilka, Kend, setara. √

SANITARY & ACCESSORIES


5 sanitary Fixtures Toto , Amstard √

ROOFING
membrane Waterproofing Sheet Bituthene, Sika √
6 Coating Sika, setara √
Zincalume Bluescope Lysaght atau setara √

FASADE
Aluminium Composite Panel Aluprima, Alcotuff, Dekson. √ √
7 Aluminium Grill ( Aluminium Aerobirise Sytem ) Hunter Douglas, Armstrong, Prometama √ √
Hollow Panellux, Hunter Douglas √

FIRESTOP
Firestop Mortar LOOCKWELL, INCA √
8 Firestop Collar LOOCKWELL, INCA √
Firestop Cable coating LOOCKWELL, INCA √

PT. Penta Rekayasa D - 139


PEKERJAAN MEKANIKAL
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... 1-1


E. PEKERJAAN MEKANIKAL .............................................................................................................. 1-3
1 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING ............................................................................ 1-3
1.1 PERSYARATAN UMUM .......................................................................................................................... 1-3
1.2 LINGKUP PEKERJAAN........................................................................................................................... 1-3
1.3 PEMIPAAN .......................................................................................................................................... 1-3
2 SISTEM PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH ..................................................................... 2-11
2.1 LINGKUP PEKERJAAN ......................................................................................................................... 2-11
2.2 TANDON PERSEDIAAN AIR BERSIH ...................................................................................................... 2-12
2.3 POMPA DISTRIBUSI............................................................................................................................ 2-12
2.4 PERALATAN PENJERNIH AIR SUMUR DALAM ........................................................................................ 2-13
2.5 INSTALASI SISTEM AIR PANAS ............................................................................................................ 2-14
3 PEKERJAAN SUMUR DALAM (DEEP WELL).................................................................................... 3-15
3.1 LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................................................... 3-15
3.2 BAHAN-BAHAN .................................................................................................................................. 3-15
3.3 PEMASANGAN ................................................................................................................................... 3-15
3.4 PENGETESAN SUMUR......................................................................................................................... 3-16
3.5 SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN ........................................................................................................ 3-16
4 SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH & SISTEM PENGOLAH AIR LIMBAH ..................................... 4-16
4.1 LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................................................... 4-16
4.2 PERALATAN SANITAIR ........................................................................................................................ 4-16
4.3 GREASE TRAP .................................................................................................................................. 4-17
4.4 SUMP PIT ......................................................................................................................................... 4-17
4.5 MANHOLE ......................................................................................................................................... 4-17
4.6 SPESIFIKASI TEKNIS SEWAGE PUMP/ SUMP PUMP ............................................................................... 4-18
4.7 KETENTUAN BAHAN ........................................................................................................................... 4-18
4.8 PENGOLAH AIR LIMBAH...................................................................................................................... 4-18
5 PEMADAM KEBAKARAN................................................................................................................... 5-20
5.1 UMUM .............................................................................................................................................. 5-20
5.2 S Y S T E M........................................................................................................................................ 5-22
5.3 SPESIFIKASI PERSYARATAN PERALATAN & MATERIAL........................................................................... 5-23
5.4 TESTING ........................................................................................................................................... 5-24
5.5 PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN (SUPRESSION GAS) ....................................................................... 5-26
6 SISTEM TATA UDARA (AIR CONDITIONING) ................................................................................... 6-36
6.1 LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................................................... 6-36
6.2 KONDISI DAN OPERASI SISTEM........................................................................................................... 6-37
6.3 PEMIPAAN REFRIGERANT & DRAINASE ................................................................................................ 6-39
6.4 PEKERJAAN SALURAN UDARA ............................................................................................................ 6-41
6.5 AXIAL FLOW VENTILATING FAN ........................................................................................................... 6-42
6.6 PERSYARATAN PEMASANGAN ............................................................................................................. 6-43
PT. Penta Rekayasa E – 1-1
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

6.7 PERSYARATAN PENGUJIAN................................................................................................................. 6-43


6.8 PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN................................................................................................. 6-45
6.9 PERSYARATAN PEMASANGAN ............................................................................................................. 6-51
6.10 AC RUANG LABORATORIUM ........................................................................................................... 6-54
7 SISTEM LIFT....................................................................................................................................... 7-57
7.1 LINGKUP PEKERJAAN......................................................................................................................... 7-57
7.2 GAMBAR KERJA ................................................................................................................................. 7-57
7.3 SPESIFIKASI TEKNIS LIFT PENUMPANG ................................................................................................ 7-58
7.4 PENGADAAN PEMASANGAN INSTALASI LISTRIK UNTUK LIFT ................................................................... 7-59
7.5 PERCOBAAN TESTING DAN BALANCING ............................................................................................... 7-60
7.6 LAIN-LAIN PERSYARATAN PAKERJAAN LIFT.......................................................................................... 7-60
8 OUTLINE SPEK MATERIAL MEKANIKAL DAN PLAMBING.............................................................. 8-62

PT. PENTA REKAYASA E – 1-2


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

E. PEKERJAAN MEKANIKAL

1 PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING


1.1 Persyaratan Umum
Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plumbing secara keseluruhan
adalah pengadaan, transportasi, pabrikasi, pemasangan, peralatan-peralatan bahan-bahan
utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik
sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity serta berfungsi dengan baik.

1.2 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut :
- Sistem Air Bersih
- Sistem Air Panas
- Sistem Air Hujan di dalam bangunan
- Sistem Pembuangan Air Kotor/Air Limbah

1.3 Pemipaan
Umum
1. Secara umum pekerjaan pemipaan meliputi: pipa, sambungan, katub, strainer,
sambungan ekspansi, sambungan fleksibel, penggantungan dan penumpu, sleeve, bak
kontrol, galian, pengecatan, pengujian.
2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal/dalam dari pipa dan letak serta
arah dari masing-masing sistem pipa.
3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi dipasang terintegrasi
dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
4. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress
sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut di atas harus juga
terlindung dari cahaya matahari.
6. Semua barang yang akan dipergunakan menunjukkan identitas pabrik pembuat.

PT. PENTA REKAYASA E – 1-3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Ketentuan Bahan
Keterangan Spesifikasi Bahan
Spesifikasi Pipa air bersih
Penggunaan : Air Bersih, Air Panas (HW)
Tekanan Standart : 10 Kg/cm2
Uraian Keterangan
Pipa air bersih PPR-PN 16
Pipa air panas PPR-PN 20

Spesifikasi Pipa air kotor


Penggunaan : Air kotor
Tekanan Standart : 10 Kg/cm2
Uraian Keterangan

Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) klas 10 kg/cm2

Spesifikasi Bahan bakar


Penggunaan : Untuk pipa bahan bakar
Tekanan Standart : 10 Kg/cm2
Uraian Keterangan
Pipa Black Steel BS Medium A
Sambungan/Fitting Melleable Iron 150 lb
Valve Dia 40 mm ke bawah : bronze, body class 150 lb
dengan sambungan ulir, BS 21 atau ANSI B 21.
Dia 50 mm ke atas : bronze class 150 lb dengan
sambungan flange.

Spesifikasi Pipa hydrant


Penggunaan : Untuk pipa hidrant
Tekanan Standart : 20 Kg/cm2
Uraian Keterangan
Pipa Black Steel ASTM A120, Sch 40
Sambungan/Fitting Melleable Iron 300 lb
Valve Dia 40 mm ke bawah : bahan bronze, body class 300
lb dengan sambungan ulir.
Dia 50 mm ke atas : bahan bronze class 300 lb
dengan sambungan flange.

1.1.1.1 Keterangan Bahan Valve, Strainer mengikuti ketentuan tabel di bawah ini :

PT. PENTA REKAYASA E – 1-4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Fungsi Ukuran & Joint W.O & G Steam

Katup Penutup (Stop s/d 40 mm screwed Ball Globe, Butterfly, Gate,


Valve) Diaphargm
50 mm ke atas flanged Butterfly, Globe, Gate
Katup Pengatur s/d 40 mm screwed Globe, Globe, Buterfly
(Regulating Valve) Diaphargm
50 mm ke atas flanged Butterfly, Globe, Gate
Check Valve s/d 40 mm screwed Swing Check, Globe Check
50 mm ke atas flanged Double Swing Check,
Disk Check
Strainer “Y” Type, “Bucket Type”
Pressure Reducer Die and Flow Type
Pressure Indicator Dial Type
Dial Dia 100 m
Catatan :
W : Water
O : Oil
G : Gas

1.1.1.2 Ketentuan Bahan Isolasi


Bahan-bahan
Bahan untuk isolasi pipa terbuat dari glasswool/fiber glass dengan density minimal 64
Kg/m3, dibungkus dengan aluminium foil single sided.
Tebal isolasi untuk diameter pipa lebih kecil dari 25 mm minimal 40 mm, diameter 32
mm sampai dengan 150 mm minimal 50 mm dan lebih besar diameter 150 mm minimal
75 mm.
Finishing pipa dengan aluminum metal cover.
Tabel
Pipa Lokasi Finishing
Tidak terlihat (di atas palfon) Tidak perlu
Air Panas
Terlihat atau di ruang mesin Diperlukan

Persyaratan Pemasangan
Umum
1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

PT. PENTA REKAYASA E – 1-5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50
mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/ runcing serta
penghalang lainnya.
4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan
antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan
fungsi sistem dan yang diperlihatkan di gambar.
5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan
FLANGE.
6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang
pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
7. Raducer dan expander yang terletak dijalur pipa-pipa uap pada posisi horizontal
dasarnya harus datar untuk memungkinkan drainase.
8. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut,
kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
 Dibagikan dalam bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½%
 Dibandingkan luar bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½%
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1%
9. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan.
Drainase dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun
pengurasan.
10. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan
dan penggantian.
Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.
11. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angker pipa
secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat
yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
12. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan.
Katup-katup dan fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
13. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angker-angker pipa dan pengarah-pengarah
pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada
alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan dan persyaratan pabrik.
14. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipa sleeves harus disediakan dimana
pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit.
15. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
16. Semua galian harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
17. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

PT. PENTA REKAYASA E – 1-6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Penggantung Dan Penunjang Pipa


A. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan
tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau
perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel
berikut ini :

Batas Maximum Ruang :


Interval Interval
Jenis Pipa Ukuran Pipa
Mendatar Tegak
(m) (m)
Sampai 20 1.8 2
25 s/d 40 2.0 3
Pipa Baja 50 s/d 80 3.0 4
100 s/d 150 4.0 4
200 atau lebih 5.0 4
Sampai 20 1.0 2
20 s/d 40 1.5 2
Pipa Tembaga 50 2.0 3
65 s/d 100 2.5 3
125 atau lebih besar 3.0 4
Seluruh ukuran 1 titik/ 1 titik /
Pipa Besi Cor
sambungan sambungan
50 0.6 0.9
80 0.9 1.2
Pipa PVC
100 1.2 1.5
150 1.8 2.1

1. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut


ini :
a. Perubahan-perubahan arah
b. Titik percabangan
c. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal yang
sejenis.
2. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :

PT. PENTA REKAYASA E – 1-7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

a. Diameter Batang

Ukuran Pipa Batang


Sampai 20 mm 10 mm
25 mm s/d 50 mm 10 mm
65 mm s/d 150 mm 12 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 3
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas
Penunjang pipa lebih dari 2 dihitung dengan faktor keamanan 5
terhadap kekuatan puncak

b. Bentuk Gantungan
- Untuk air panas, uap dan kondesat : Roller guide type.
- Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.
 Penggapit pipa baja yang digalvanized harus disediakan untuk pipa
tegak.
 Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar
zinchromat sebelum dipasang.

B. Cara Pemasangan Pipa air Limbah Dalam Tanah


1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras/tajam.
3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian
dengan adukan semen.
4. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.

C. Pemasangan Katup-Katup
1. Katup-katup harus sediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi
dan untuk bagian-bagian berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan.
b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.
- Di ruang Mesin

Ukuran Pipa Ukuran Katup


Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm
- Lain-lain, ukuran katup 20 mm
c. Ventilasi udara otomatis
d. Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.

PT. PENTA REKAYASA E – 1-8


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

e. Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran


keatas dan kebawah.
f. Steam trap untuk aliran keatas dan kebawah.
g. Katup by-pass.

D. Pemasangan Strainer
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut
ini :
a. Katup-katup Pengontrol.
b. Katup-katup pengurang tekanan.
c. Steam traps.

E. Penyambungan Pipa-pipa
1. Sambungan Ulir
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir
berlaku untuk ukuran sampai dengan 80 mm.
- Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk
pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
- Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dengan pisau roda.
- Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter
dengan reamer.
- Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
2. Sambungan Las
- Sistim sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
- Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las. Kawat las
atau elektroda yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
Sebelum pekerjaan las dimulai pemborong harus mengajukan kepada
direksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
- Tukang las harus mempunyai pengalaman kerja dan hanya boleh
bekerja sesudah mempunyai surat ijin tertulis dari direksi/pengawas.
- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk itu.
- Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi
baik menurut penilaian direksi/pengawas.
3. Sambungan Lem
- Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
- Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk itu harus
dipergunakan alat press khusus. selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat
tegak lurus terhadap batang pipa.
- Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi
pabrik pipa.

PT. PENTA REKAYASA E – 1-9


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Sambungan yang mudah dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut:
 Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve.
 Pada Waste fitting dan Siphon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh oleh adanya paking dan bukan seal
threat.

F. Sleeves
- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
- Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran
diluar pipa ataupun isolasi.
- Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tulang atau baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
- Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flushing Sleeves”.
- Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan rubber sealed
atau “Caulk”.

G. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan
di setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/
metode-metode yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

Pengujian
Sistem Air Bersih
Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan tekanan air dibawah tekanan
tidak kurang dari tekanan kerja tambah 50% atau 10 kg/cm2 dan tidak lebih tinggi lagi dalam
jangka waktu 3 jam.
- Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji kembali.
- Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus) dari hubungan-
hubungannya selama uji tekanan berlangsung.

Pengecatan
1.1.1.3 Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :
- Pipa service
- Support pipa dan peralatan Konstruksi besi
- Flens
- Peralatan yang belum dicat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus diperbaharui.
1.1.1.4 Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

PT. PENTA REKAYASA E – 1-10


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Lokasi Pengecatan Pengecatan


Pipa dan peralatan dalam plafond Zinchromate primer 2 lapis
Pipa dan peralatan expose Zinchromate primer 2 lapis dan cat akhir 2 lapis
Pipa dalam tanah Bitumin 2 lapis

1.1.1.5 Ketentuan Warna Cat Untuk Indikasi


Setiap instalasi pemipaan yang terlihat, setelah dilindungi Zinchromate primer harus
dilapis pula dengan cat warna dan dilengkapi indikasi berupa gambar panah yang
menunjukkan arah aliran air/gas.
Indikasi gambar panah tersebut dibuat berwarna putih untuk semua pipa dan warna
hitam untuk pipa yang berwarna putih serta dibuat pada setiap jarak 1 meter.

INSTALASI WARNA PIPA


- Pipa air bersih dan condesated water supply biru muda
- Pipa air panas kuning
- Pipa hydrant merah
- Pipa kotoran hitam
- Pipa air kotor hijau
- Pipa air flushing (dari STP) abu-abu
- Pipa ventilasi putih
- Pipa air hujan coklat
- Pipa condeceted water return hijau muda

1.1.1.6 Label Katup (Valve Tag)


- Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.
- Fungsi-fungsi seperti “Normaly Open” atau “Normally Close” harus ditunjukkan
ditags katup.
- Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

2 SISTEM PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH

2.1 lingkup Pekerjaan


1. Uraian singkat lingkup pekerjaan air bersih adalah sebagai berikut:
- Tangki persediaan air bersih.
- Pompa distribusi.
- Peralatan Penjernih air dari sumur dalam.
- Instalasi sistem air panas.
2. Penyambungan sumber air
Sumber air diperoleh dari PDAM dimasukkan kedalam clear water tank dan air dari
Sumur dalam (Deep Well) ditreatment terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam

PT. PENTA REKAYASA E – 2-11


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

clear water tank dan selanjutnya di pompa ke bak air atas /roof tank dengan pompa
transfer.
3. Penjernihan/Sistem Filter Air dari sumur dalam (deep well)
Semua peralatan utama dan material bantu yang diperlukan untuk sistem filter air
dari sumur dalam menjadi tanggung jawab dari kontraktor pelaksana.

2.2 Tandon Persediaan Air Bersih


- Satu buah tandon air bawah berfungsi untuk menyediakan air selama jangka waktu
pemakaian sebesar pemakaian rata-rata sehari. Tangki air dengan kapasitas seperti
dalam gambar perencanaan untuk menampung air dari PDAM dan deep well.
- Tandon air dibuat dengan konstruksi higienis sebagai berikut :
a. Membuat penyekat, sehingga terjadi aliran air.
b. Menghilangkan sudut tajam.
c. Membuat bak pengurasan pada dasar tangki.
d. Mencegah air tanah masuk dalam tangki.
e. Membuat permukaan dinding licin dan bersih.
f. Membuat manhole dengan konstruksi water tight.
g. Membuat semua sleeve dipakai rapat air.
- Tandon air harus dibuat minimum menjadi dua bagian untuk memungkinkan
pengurasan dan perbaikan.
- Tandon air dibuat dari konstruksi beton.
- Pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan sipil akan dikerjakan oleh
pemborong sipil dengan pengarahan dari Pemborong M & E.
- Tandon air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :
a. Manhole
b. Tangga
c. Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
d. Pipa peluap
e. Level indicator
f. Sleeve untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel, dan
sebagainya.
- Air pengisi tandon
Apabila air di dalam tandon telah mencapai batas yang telah ditentukan maka supply
air harus dapat berhenti secara otomatis, begitu juga apabila air turun sampai batas
yang telah ditentukan, supply air harus dapat mengisinya kembali.

2.3 Pompa Distribusi


1. Umum
Pompa dirancang mempunyai effisiensi minimal 65% pada beban puncak.
Dipergunakan pompa jenis VSD parallel alternate. Semua pompa menggunakan
penggerak langsung dengan kecepatan 1450 RPM. Kapasitas head sebagaimana
tercantum di gambar mekanikal.
2. Komponen-komponen
a. Casing
PT. PENTA REKAYASA E – 2-12
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

- Casing dan cover terbuat dari grained cast iron sesuai British Standart
atau setara dengan stainless steel impeller.
- Casing merupakan pengerjaan cermat dan dirakit menggunakan
sambungan besi.
- Semua pump casing dilengkapi dengan air vent.
b. Impeller
- Digunakan impeller jenis single atau double section, terpasang pada
poros dan keseimbangan dinamis.
c. Shaft
- Poros terbuat dari pengerasan endapan stainless steel dengan
menggunakan pasak terbuat dari baja/perunggu untuk menjadi putaran
dan keamanan terhadap gaya-gaya aksial.
- Bantalan digunakan untuk dapat mencegah gaya yang terjadi pada poros
impeller dan diberi ring perapat neoprene oil.
- Water seal dapat dipasang pada jenis mechanical seal.
d. Aksesories (Peralatan Tambahan)
Setiap pompa disediakan aksesories sebagai berikut :
- Globe valve pada discharge piping.
- Gate valve pada suction piping.
- Check valve pada discharge piping.
- Pressure gauge pada suction dan discharge piping.
- Thermoneter pada sisi tekan pompa.
- Rangka fondasi dilengkapi dengan peredam getaran yang sesuai dengan
pompa.

2.4 Peralatan Penjernih Air Sumur Dalam


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan, pemasangan dan pengujian
hasil dari sistem treament yang dilaksanakan oleh kontraktor. Sehingga air yang
dihasilkan benar-benar telah siap pakai.
Kapasitas peralatan ditunjukkan dalam RKS terlampir.
b. Pemasangan Peralatan.
- Sebelum kontraktok melaksanakan pekerjaan tersebut kontraktor harus
mengajukan gambar sistem yang akan dirancang dan mengajukan
sepesifikasi peralatan yang disetujui oleh pengawas lapangan dan MK.
- Setelah pekerjaan terpasang kontraktor harus mengadakan pengetesan air
yang telah di treatment dan harus mengikuti standar yang berlaku dari badan
yang terkait.
- Semua biaya untuk pengetesan menjadi tanggung jawab kontraktor.
- Kontraktor harus memberi jaminan/garansi minimal 1 th.
c. Spesifikasi Peralatan
Kontraktor pelaksana harus mengadakan peralatan utama Pengolah Air Jernih
dengan peralatan yang berkualitas agar dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

PT. PENTA REKAYASA E – 2-13


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. PEKERJAAN SAND FILTER


yang terdiri dari :
- kapasitas : sesuai gambar perencanaan
- Material tank : Mild steel epoxy coating
- Operation valve : Manual
- Media filter : Sand silica

2. PEKERJAAN CARBON FILTER


yang terdiri dari :
- kapasitas : sesuai gambar perencanaan
- Material tank : Mild steel epoxy coating
- Operation valve : Manual
- Media filter : Actived Carbon

2.5 Instalasi Sistem Air Panas


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah pengadaan, pemasangan dan pengujian
peralatan pemanasan air (Heat pump).
Kapasitas peralatan di sesuaikan dengan kebutuhan, dan ditunjukkan di gambar
perencanaan mekanikal.
b. Unit Pemanas Air dengan Heat Pumps
 Umum
- Pemanas air dengan heat pumps akan melayani keperluan air panas di
dormitory / asrama.
- Masing-masing dormitory / asrama dilayani dengan system pemanas terpusat
dengan system heat pump, kapasitas disesuaikan dengan jumlah titik instalasi
seperti yang ditunjukkan pada gambar mekanikal.
 Ketentuan Bahan/spesifikasi material
- System pemanas terpusat terdiri atas tangki penyimpan air panas, elemen
listrik dan peralatan kontrol, dan pencegahan kerak dan karat.
- Bahan tangki terbuat dari bahan baja yang diisolasi dengan bahan
polyurethane foam dan dilapis dengan vitreous enamel.
- Peralatan dilengkapi dengan pencegah karat di dalam tangki dari jenis
magnesium anode (cathodic protection).
- Peralatan pemanas air harus dilengkapi dengan katup pengaman suhu dan
tekanan yang akan bekerja dengan membuang air bersuhu tinggi.
- Instalasi pipa air panas harus menggunakan pipa khusus dengan jenis
polypropelene PP-R PN 20 dengan system penyambungan heater.
- Material Bantu seperti valve menggunakan gate valve.
 Pemasangan

PT. PENTA REKAYASA E – 2-14


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

- Unit pemanas air terpusat dari tipe heat pump diletakkan di dak atap
bangunan.
- Pemasangan peralatan yang berhubungan dengan listrik harus mengikuti
peraturan PUIL terbitan terakhir.

3 PEKERJAAN SUMUR DALAM (DEEP WELL)

3.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lainnya sehubungan
dengan pemasangan pompa deep well dan perlengkapannya, termasuk dalam lingkup
pekerjaan ini adalah :
a) Pelaksanaan Pembuatan sumur dalam / deep well yang sesuai dengan perencanaan
sehingga mendapatkan air bersih yang layak.
b) Pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan panelnya untuk fasilitas sumur dalam serta
water level control untuk sumur deep well.
c) Mengadakan record dan pengetesan pada waktu pengeboran sumur yang berkaitan dengan
pekerjaan sumur dalam.
d) Pengadaan dan pemasangan pipa dari sumur dalam sampai ke reservoir beserta seluruh
perlengkapannya, termasuk bak meter.
e) Pengurusan ijin dari department yang berwenang.
f) Pemboong harus memberikan jaminan sumur deep well yang berfungsi dengan baik selama
1 tahun dan melakukan masa pemeliharaan selama 1 tahun.

3.2 Bahan-Bahan
- Bahan-bahan yang diperlukan dan disedikan oleh pemborong untuk pekerjaan sumur
dalam adalah seperti :
a. Larutan Bor
Pemborong harus memakai cara rotary drilling, oleh sebab itu harus
menyediakan larutan
b. Pipa Casing
Pipa Cassing harus disediakan oleh pemborong, yang terbuat dari pipa PVC
dengan diameter 200 mm dan 150 mm.
c. Pipa discharge pompa adalah galvanis medium class dengan diameter 50 mm.
d. Semen Grouting, Gravel Pack dan lain-lain.
e. Deep well pump,type submersible dengan
- kapasitas : Sesuai gambar perencanaan
- head : Sesuai gambar perencanaan
- kelengkapan : valve dan panel control
- Pemborong harus mengajukan brour-brosur dan contoh bahan-bahan sebelum pekerjaan
dilakukan kepada pengawas / MK.

3.3 Pemasangan

PT. PENTA REKAYASA E – 3-15


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

a) Pemborong harus melakukan pengeboran pada lokasi yang ditentukan oleh pengawas
atau yang tertera pada gambar yang disetujui.
2. Pemborong harus melakukan catatan pengeboran sekaligus mengumpulkan contoh-
contoh lapisan tanah/batuan pada setiap lokasi catatan pengeboran.
- Pemasangan perlengkapan sumur dalam, harus dengan cara terbaik, umum dan
wajar, yang biasa dilakukan dalam pembuatan sumur bor.
- Penyelesaian Sumur.
a. Kotoran dan Lumpur yang masuk ke dalam lapisan equifer pada waktu pengeboran
dilaksanakan.
b. Lumpur bor / drilling mud
c. Pasir halus.
Yang kesemuanya dimaksudkan agar dapat diperoleh kapasitas maksimal sumur bor.
Penyempurnaan sumur dapat dilakukan dengan cara etting, sunging, billing,
backwashing dan sebagainya.

3.4 Pengetesan sumur


Pemborong wajib melaksanakan pengetesan hasil pekerajannya atas biaya sendiri, termasuk
pengadaan peralatan test, listrik dan perlengkapan lainnya.
Sumur yang telah disempurnakan harus diuji sampai dapat menghasilkan air yang benar-benar
layak dipakai.
Pemberi tugas / pengawas akan menentukan lama pemompaan sampai mencapai hasil yang
memuaskan.

3.5 Spesifikasi Teknis Peralatan


Selain yang dispesifikasikan disini, maka semua peralatan utama dan peralatan Bantu harus
dalam keadaan baru, baik, benar, tidak cacat dan telah disetujui oleh pengawas.
Valve : semua yang digunakan sesuai rekomendasi.
Panel : Box Plat T-2 mm

4 SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH & SISTEM PENGOLAH AIR LIMBAH

Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan sanitair.
2. Grease Trap.
3. Sump pit.
4. Sump pump/sewage pump.
5. Man hole.
Peralatan Sanitair
Ruang lingkup pekerjaan finishing, pemasangan dan testing semua sistem dan peralatan,
bahan dan hal-hal yang berhubungan untuk melengkapi pekerjaan Mekanikal dan Pemipaan

PT. PENTA REKAYASA E – 4-16


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

dan untuk memenuhi seluruh permintaan yang ada pada gambar design, terdaftar pada BQ
dan dijabarkan pada bagian ini.
Tipe dan warna masing-masing peralatan sanitair harus mendapat persetujuan arsitek atau
direksi.
- Semua material dan peralatan harus memenuhi standart yang telah ditentukan dan
mudah didapat di pasaran.
- Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai
dengan yang telah disediakan oleh pabrik. Barang yang dipakai adalah dari produk
yang telah di syaratkan dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
- Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada MK beserta persyaratan /
ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus
diganti tanpa biaya tambahan.
- Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian bahan pengganti harus
disetujui MK berdasarkan contoh yang diajukan Pemborong.
- Sebelum pemasangan dimulai, Pemborong harus meneliti gambar-gambar yang ada
dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara
pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
- Bila ada kelainan dalam hal-hal apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Pemborong harus segera melaporkannya
kepada MK. Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
- Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/ pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan.
- Pemborong wajib memperbaiki bila ada kerusakan yang terjadi selama masa
pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Pemborong. Pelaksanaan pemasangan
harus menghasilkan pekerjaan yang sempurna, rapi dan benar.

Grease Trap
- Harus dipasang pada setiap saluran pembuangan dari dapur / pantry, sedekat mungkin
dengan sumber limbah.
- Harus berfungsi untuk mengumpulkan serta “menangkap” lemak yang terkandung
dalam air limbah dapur.
- Endapan lemak harus dapat berkumpul dalam bak lemak dan selanjutnya secara
berkala akan dikeluarkan petugas kebersihan.

Sump Pit
- Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus dibuat sump pit seperti
diuraikan disini.
- Sump pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang badan rapat air bertutup grill.
- Setiap bagian air harus dapat dipompa sedangkan semua ujung sudut dibuat 135 oC.
- Sump pit harus dilengkapi sebagai berikut : Level siwch untuk kendali pompa.atau
dengan pompa yang sdh terangkai otomatisnya.

Manhole
PT. PENTA REKAYASA E – 4-17
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Ukuran bahan dan letak man hole seperti terlihat di gambar standar detail plumbing di gambar
mekanikal.

Spesifikasi Teknis Sewage Pump/ Sump Pump


Model : Sewage pump
Kapasitas : disesuaikan dengan gambar
Head : disesuaikan dengan gambar

Ketentuan Bahan
- Kwalitas dari peralatan yang dipakai harus baru dengan kwalitas baik.
- Kwalitas pompa harus memakai pompa-pompa submersible atau pompa centrifugal
yang non clogging yang khusus dipakai untuk keperluan air kotor/ limbah.
- Motor listrik yang dipasang harus mengikuti standar PUIL terbitan terakhir dan cocok
untuk kondisi tropis.

Pengolah Air Limbah


4.8.1 Standard Pekerjaan
Semua pekerjaan pengolahan limbah yang dilaksanakan harus memenuhi / mamatuhi
persyaratan standard edisi terakhir dari :
1. Keputusan Meneri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Kum.1/8/2016
th. 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Standar effluent yang disyaratkan :
BOD  30 mg/l
COD  100 mg/l
TSS  30 mg/l
Minyak & lemak  5 mg/l
Amoniak  10 mg/l
2. Pedoman Plumbing Undonesia 1979
3. Standard – standard : - ASTM
- ISO
- BS
- SNI (Standar Nasional Indonesia)

4.8.2 Spesifikasi Teknis Peralatan Utama Dan Instalasi


Kontraktor pelaksana harus mengadakan peralatan utama Sewage Treatment Plan (STP) /
Pengolah Limbah dengan sistem extended aeration :
o STP black water kapasitas 100 m3/hari.
o STP gray water kapasitas 100 m3/hari
dengan menggunakan bahan yang berkualitas guna menghasilkan hasil yang maksimal

a) Biological Treatment
 Jumlah : Disesuaikan dengan O2 transfer
 Motor : sesuai kebutuhan bahan cast iron

PT. PENTA REKAYASA E – 4-18


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Jenis Aerator : Turbin Aerator / Jet Inc


 Lengkap dengan :
- Stainless Steel Shaft
- Coupling
- Piping
- Dan lain-lain untuk kesempurnaan system
b) Piping dan Fittings
Material : Pipa UPVC kelas 10 kg/cm2.
c) Effluent Pump dan Influent / Transfer Pump
Jumlah : 2 set (lihat gambar rencana)
Kapasitas : lihat gambar rencana
Total head : lihat gambar rencana
Type : submersible sewage pump single alternate operation
Putaran : sesuai kebutuhan
Material :
 Body/casing : cast iron
 Impeler : cast iron
 Shaft : stainless steel
 Pemakaian daya: sesuai kebutuhan
Lengkap dengan :
 Check valve
 Gate valve
 Quick-coupling/qdc.
 Overload protection
 Water level control / panel kontrol
 Water tight cable
 Motor protector
 Guide rail dan rantai untuk maintenance
d) Exhaust Fan (F, STP-1)
Type : lihat gambar rencana
Kapasitas : lihat gambar rencana
Tekanan : lihat gambar rencana
e) Panel Kontrol Listrik
Satu panel listrik jenis outdoor, dirangkai secara lengkap dan berisi antara lain :
 Circuit breakers
 Out door mounted motor control switches
 Indicating light untuk posisi : TRIP, high/low level, motor ON/OFF
 Alarm pada panel STP dan reset push button
 Relays terminal blocks
 Motor starters
 Over load relay untuk masing-masing pompa

PT. PENTA REKAYASA E – 4-19


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Peralatan tersebut disediakan untuk : fan, submersible pump, motor, exhaust fan,
chlorinator, filter pump, dan lain-lain.
f) Panel Kontrol
Panel kontrol berisi lampu-lampu indicator dan alarm, yang diletakkan pada diagram
sewage treatment plant dan water recycling (Mimic diagram) dan terletak pada lantai Dasar.
g) Test Equipment
Jumlah : 1 set test equipment
Type : STPL portable laboratory dalam kotak plastic yang dapat digunakan untuk
menentukan :
 B.O.D.
 Settleable matter
 Dissolved oxygen
 Sisa chlor
Lengkap dengan reagents untuk kebutuhan 2 tahun dan buku petunjuk cara
pengunaannya.
Catatan :
Semua peralatan listrik harus sesuai dengan sistem tegangan yang ada pada
bangunan yaitu : 380 volt, 3 phase, 50 c/s.
h) Chlorinator
Type : Dosing pump
Lengkap dengan tanki chlorine dan pompa injection.

5 PEMADAM KEBAKARAN

5.1 Umum

5.1.1 Lingkup Pekerjaan


- Pekerjaan yang dimaksud ialah mengenai pelaksanaan pekerjaan : Pengadaan,
pemasangan dan penyetelan INSTALASI FIRE FIGHTING yang terdiri dari : Instalasi-
instalasi fire hydrant & fire extinguiser, Sprinkler System.
- Membuat gambar instalasi terpasang secara lengkap.
- Melatih operator yang ditunjuk oleh pemberi tugas tentang instalasi yang dipasang.
Pemborong diwajibkan pula menyerahkan Dokumen cara operasi maupun pemeliharaan
dari sistem tersebut.
- Melaksanakan masa pemeliharaan, Pemborong harus menyediakan tenaga yang cakap
untuk pemeliharaan terhadap instalasi yang telah dipasangnya selama 6 (enam) bulan
dihitung dari masa penyerahan instalasi. Pemborong harus bersedia datang sewaktu-waktu
jika terjadi masalah atau kerusakan serta memperbaikinya segera.

5.1.2 Garansi

PT. PENTA REKAYASA E – 5-20


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Pemborong harus memberikan garansi dari pabrik selama paling kurang satu tahun untuk pompa-
pompa.

5.1.3 Pengiriman
a) Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan yang syah berlaku di Republik
Indonesia ini harus betul-betul ditaati antara lain Dinas Pemadam kebakaran Pemerintah
setempat. Peraturan-peraturan Depnaker, LPC, NFPA kecuali bila dibatalkan oleh Rencana
Kerja dan Syarat.
b) Pemborong diharuskan :
1. Mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan.
2. Menyerahkan brosur dan Gambar Detail peralatan yang akan digunakan sebelum
dilakukan pemesanan untuk disetujui Konsultan Pengawas.
3. Menyediakan peralatan yang baik untuk pelaksanaan seperti water pas, water pump,
pipe cutters, pipe dan tube threaders, meteran, meggertest dan lain-lain. Viset dan
Fastening Tools.
c) Apabila Konsultan Pengawas meragukan kualitas bahan atau alat tertentu, maka bahan
tersebut akan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan bahan, atas biaya Pemborong dan
alat dimaksud harus segera diganti bila tidak memenuhi syarat.
d) Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas lapangan
maka Pemborong harus menyingkirkan bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari.

5.1.4 Gambar-gambar
a) Pemborong wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan (shop drawing) dan
perubahan-perubahannya bila terjadi. Harus membuat gambar yang sesuai dengan
instalasi terpasang (as built drawing).
b) Gambar kerja dan Gambar Detail untuk dibuat pekerjaan harus selalu berada dilapangan
setiap waktu. Gambar tersebut dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan menunjukkan
perubahan-perubahan terakhir.
c) Ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam gamba kerja dan
detail. Ukuran tersebut merupakan ukuran efektif/bersih, atau ukuran dalam keadaan jadi.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan maupun pemesanan ukuran-ukuran harus
diperhitungkan sebagai ukuran efektif.

5.1.5 Pelaksanaan Pekerjaan


a) Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, Pemborong diwajibkan mengetahui lintasan
dan posisidari instalasi listrik, ground sistem, air dan sanitasi yang ada hubungannya
dengan pekerjaan fire protection ini.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-21


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

b) Jika didalam melaksanakan pekerjaan ada salah satu bagian instalasi yang sukar
dilaksanakan, Pemborong wajib membuat laporan tertulis dan hal tersebut segera
dibicarakan dengan Konsultan Pengawas.
c) Pekerjaan bias dianggap selesai dan diterima apabila telah dilakukan test dan dinyatakan
baik secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
d) Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang ahli. Untuk
pelaksanaan khusus Pemborong harus memberikan surat pernyataaan yang membuktikan
bahwa pelaksanaannya memang mempunyai pengalaman dan kecakapan tersebut.
e) Semua barang dan peralatan yang dipergunakan untuk instalasi harus baru dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan. Jika barang dan peralatan tersebut tidak ditentukan dalam
rencana kerja & syarat maka barang- barang tersebut harus barang-barang yang normal
dipakai.
f) Mengikuti ketentuan pekerjaan instalasi plambing.
g) Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus mengembalikan pada keadaan semula,
Misalnya harus terjadi pembobokan dinding, lantai dan sebagainya. Pembobokan ini baru
dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari Konsultan Pengawas.

5.2 System
System pemadam kebakaraan disini pada dasarnya terbagi menjadi 4 bagian :
 Fire Hydrant System
 Fire Extinguisher System
 Sprinkler System.
 Fire Suppression Syatem

Air cadangan bagi kebakaran terdapat pada Ground Water Tank. Dari tanki ini air dihisap oleh
Hydrant/Sprinkler pump untuk selanjutnya didistribusi ke setiap fire hose cabinet dan jaringan
pipa sprinkler.
Pompa bekerja secara automatic berdasarkan turunnya tekanan dan berhenti secara manual.
Keseluruhan instalasi pompa terdiri dari 3 buah pompa yaitu : Pompa Kebakaran Listrik 1 buah,
Pompa Pemadam Diesel 1 buah, dan Pompa Jockey (Pacu) 1 buah.

Fire Extinguisher
a) Uraian Umum
Untuk keperluan pencegahan kebakaran secara umum selain penyediaan hydrant dan
Sprinkler harus disediakan pula tabung-tabung fire extinguisher.
Gambar-gambar menunjukkan letak dari fire extinguisher, secara garis besar dimana area
yang harus diproteksi dengan fire extinguisher.

b) Standard
Standard yang dipakai harus sesuai dengan peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh
Dinas Kebakaran Daerah setempat. Sistem secara keseluruhan harus sesuai dengan
peraturan tersebut.
PT. PENTA REKAYASA E – 5-22
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

c) Peralatan dan Checking


Adalah meliputi :
1. Jenis portable lengkap dengan hose nozzle, dipasang tergantung pada dinding setinggi
1,2 m dari finish floor.
2. Harus di test kemampuan otomatis pada keadaan darurat.
3. Memiliki name plate dengan data-data : jenis media, klasifikasi pemadaman,
penggunaan, masa berlaku dan pengisian kembali.
d) Peralatan Fire Extinguisher
Portable fire extinguisher.
Bahan yang dipakai untuk keperluan ini ialah serbuk kimia multipurpose dry chemical (ABC
fire), (BC fire) dan BCF serta CO2, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Serbuk kimia kering multipurpose dry chemical (NH4H2PO4), untuk koridor, lobby &
Stores :
 Kapasitas = sesuai gambar perencanaan
 Berat kotor = sesuai gambar perencanaan
 Tabung = iron steel.
 Braket = mild steel plated, diinstalasikan pada dinding.
Fire Hydrant & Sprinkler
a) Uraian Umum
Gambar instalasi fire hydrant menunjukkan letak dari fire hose dan instalasi pipingnya
secara garis besar, fire hose dapat memproteksi area 800 m².
Sprinkler System Type Wet Pipe Riser dengan 1 (satu) unit Alarm Check Valve yang
melayani setiap 1.000 kepala Sprinkler.
b) Standard
Standard yang dipakai harus sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas
kebakaran Pemerintah setempat.

5.3 Spesifikasi Persyaratan Peralatan & Material


1. Peralatan Utama :
- Diesel Fire Pump
- Kapasitas : sesuai gambar perencanaan
- Head : sesuai gambar perencanaan
- Teg Kerja : sesuai gambar perencanaan

- Electrik Main Fire Pump


- Kapasitas : sesuai gambar perencanaan
- Head : sesuai gambar perencanaan
- Teg Kerja : sesuai gambar perencanaan

- Jockey Fire Pump


- Kapasitas : sesuai gambar perencanaan
- Head : sesuai gambar perencanaan
PT. PENTA REKAYASA E – 5-23
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

- Teg Kerja : sesuai gambar perencanaan

2. Hydrant Box (Indoor)


 Fire Hydrant Box.
 Indoor type cabinet meliputi :
Bahan : Steel plat dicat merah lengkap dengan tulisan petunjuk,
Lubang pipa diameter 65 mm, dan 40 mm.
Ukuran : 125 x 80 x 18 cm
Hose rack : Cast iron dilapisi bronze.
Hose : Panjang 30 m, diameter 1 1/2" (40 mm), bahan
linen/kanvas
Hose nozzle/plated. : diameter 40 mm (1 1/2") bahan brass
chroom jenis smooth bore.
Angle valve/ Landing valve : diameter 40 & 65 mm valve dengan coupling yang sesuai
dengan standard dinas pemadam kebakaran.
Hydrant box termasuk penempatan fire alarm (push button, fire lamp, alarm dan lain-lain).

3. Hydrant Box (Outdoor)


Bahan dan standard yang sama dengan indoor hydrant, dengan persyaratan tambahan khusus
diinstalasikan untuk luar bangunan.
Diameter Hose : 2 1/2" (65 mm) panjang 30 m lengkap dengan hose nozzle.

4. Pillar Hydrant
Type : two way (100 x 65 x 65)
Bahan : Cast iron

5. Siamese/Fire Bridge Connection


Type : siamese (two way type)
Ukuran : 100 x 65 x 65.

6. Sprinkler Head
Sprinkler type pendant dan wall type dengan Rating 67 °C dan gelas warna merah tua.

7. Alarm Check Valve


Alarm Check Valves type Wet Riser, lengkap dengan Water Motor Alarm.

5.4 Testing
1. Test Instalasi
 Setelah selesai pemasangan instalasi pipa (sebelum memasang sprinkler head) seluruh
sistem distribusi air untuk pemadam kebakaran harus di uji dengan tekanan hidrostatik
sebesar 1.5 kali tekanan kerjanya (working pressure) dan dibiarkan dalam kondisi ini selama
paling kurang 2 (dua) jam tanpa mengalami kebocoran.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-24


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Apabila sesuatu bagian dari instalasi akan tertutup oleh konstruksi bangunan lain (ceiling)
maka bagian dari instalasi tersebut harus diuji dengan cara yang sama seperti diatas setelah
ditutup dengan kontruksi bangunan tersebut (ceiling).

2. Hydrant Pump
System kerja : automatic dan manual.
Terdiri dari 3 buah pompa : jockey pump dan 1 buah electric pump dan Diesel Pump.
a) Fungsi jockey/pump.
Untuk menstabilkan tekanan air didalam instalasi pipa, akibat perubahan suhu udara atau
keadaan lain.
b) Fungsi electric pump.
Pompa utama, untuk mengatasi kebakaran, sumber daya dari PLN.
c) Fungsi Diesel Hydrant Pump.
Apabila terjadi kebakaran pada waktu sumber PLN Padam dan tekanan air pada pipa
instalasi turun, maka Diesel Hydrant Pump akan berkarja secara otomatis.

3. Test Prosedure
Sebelum perlengkapan hydrant dicoba, maka terlebih dahulu pipa instalasi hydrant ditest
dulu mengenai kebocorannya.
Dengan cara mengisi air ke instalasi dengan pompa (motor pompa atau pompa tangan).
Sampai tekanan yang diharuskan minimal 1½ kg/cm² dan tidak ada penurunan selama 2 jam.
a) Kalau pipa instalasi hydrant sudah dalam keadaan baik tidak bocor maka pengecekan
equipment lainnya dapat dilaksanakan.
c) Pengecekan pompa.
 Diperiksa koupling dan poros pompa dengan electro motor, dalam keadaan satu garis
atau tidak.
 Kedudukanpompa pada engine mounting/base harus water pass dan baut-bautnya
harus terpasang kuat.
 Oli sebagai bahan pelumas untuk pompa harus telah terisi.
 Secara mekanik impeller (baling-baling) pompa harus dapat diputar dengan ringan
dengan tangan.
 Power yang masuk ke terminal pompa dari panel pompa dicheck.
 Phase to phase dengan tegangan 220/380 volt.
 Setelah itu pompa dialirkan tegangan dan dilihat putaran baling-baling dari pompa. Arah
putaran harus clock wise (searah jarum jam).
 Pengecheckan RPM, pompa dijalanan semua kran-kran ditutup. Amper setiap phase
dicheck/diukur. RPM yang diharuskan untuk pompa ini harus sesuai dengan spesifikasi.
Kran-kran dibuka perlahan-lahan dan dicheck ampernya. Dan amper akan naik sampai
titik maksimal (full capasity sesuai besar kilo watt dari pada electro motor).
 Sudahdiketahui besar amper, pengecekan pompa pada pressure gauge pada masing-
masing pompa dan di hydrofor.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-25


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Jockey pump.
Posisi kran dibuka air dibuang, maka secara otomatis tekanan air akan berkurang, dan
jockey pump bekerja, dan pada tekanan tertentu pompa akan berhenti.
 Electric pump.
Posisi kran pada hydrant dibuka, tekanan drop, electric pump akan bekerja.
 Test Sprinkler.
Pengetesan sprinkler dapat dilakukan setelah seluruh instalasi pemipaan sprinkler telah
terpasang dengan baik lengkap dengan seluruh accessories. Hal yang perlu dilakukan
adalah :
 Pengetesan pipa dengan tekanan, harus dilakukan setelah selesai pemasangan
unit-unit sprinkler head. Hal ini untuk menghindari terjadinya kebocoran pada
sambungan pipa dengan sprinkler head.
 Pengetesan sprinkler dilakukan pada titik yang terjauh dengan cara memanasi /
membakar sprinkler, hingga mencapai temperatur bakarnya (67°C).
 Pada saat pengetesan, kondisi didalam pipa harus penuh dengan air (wet pipe
system) dan seluruh valve dalam keadaan terbuka, kecuali drain valve yang ada
diarea flow switch. Dan pada saat sprinkler head yang dibakar itu pecah, maka air
harus mengalir sampai dititik sprinkler head yang pecah tersebut.
 Drain valve yang ada di pipa pengetesan harus dibuka sehingga air tersebut
mengalir ke pipa tegak drain.
d) Dalam pengetesan ini bila menggunakan sistem otomatis, maka selector untuk panel, di
switch pada posisi otomatis.
e) Sedangkan untuk sistem manual, selector switch berada pada posisi manual menghidupkan
dan mematikan dengan cara menekan push button.

5.5 Pekerjaan Pemadam Kebakaran (Supression Gas)

5.5.1 Penjelasan Umum

5.5.1.1 Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan tentang detail spesifikasi bahan dan cara pemasangan
instalasi Clean Agent Fire Suppression dengan berdasarkan pada standar-standar yang berlaku
yang meliputi pekerjaan secara lengkap dan sempurna mulai dari penyediaan bahan sampai ke
site, pemasangan, penyimpanan, transportasi, pengujian, supervisi, pemeliharaan dan jaminan
untuk Proyek Science Techno Park ITB Bandung.

5.5.1.2 Desain systems Fire Supression harus mengacu pada standar sebagai berikut :
 NFPA 2001 = Clean Agent Fire Suppression Systems
 NFPA 70 = National Electric Code
 NFPA 72 = National Fire Alarm Code
 Underwriters Laboratories (UL) Listed
 Factory Mutual (FM) Approved
PT. PENTA REKAYASA E – 5-26
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

5.5.1.3 Kontraktor bekerja sama dengan kontraktor Fire Alarm dan Fire Fighting harus mengikuti
ketentuan Pemda setempat mengenai sistim pemadam kebakaran.
Fire Suppression systems merupakan gas pemadam yang bekerja secara otomatis dengan
menggunankan susunan kimia yang bebas halon, ramah lingkungan, tidak menghantarkan arus
listrik, tidak boleh meninggalkan residu, tidak merusak peralatan, tidak menimbulkan karat dan
tidak berbahaya bagi manusia.

5.5.1.4 Kontraktor harus mengikuti dan terikat pada persyaratan yang tercantum dalam :
 Penjelasan Umum
 Persyaratan Lelang
 Persyaratan Administratif
 Tugas dan kewajiban kontraktor
 Spesifikasi Teknik
 Gambar Rencana
 Berita acara aanwijzing

5.5.1.5 Kontraktor harus menunjukan surat keagenan dari Prinsipal dan berpengelaman dalam instalasi
Clean Agent Fire Suppression minimal 5 tahun dan dibuktikan oleh Surat Keterangan dari
Prinsipal.

5.5.1.6 Kontraktor harus mempunyai Alat pengisian Gas dari produk yang diageni di Indonesia agar
mudah dalam pengisian ulang.

5.5.1.7 Pengisian gas untuk Proyek ini akan dilakukan di Jakarta dan disaksikan oleh Pihak Konsultan
dan Pemberi Tugas.

5.5.1.8 Peralatan Clean Agent Fire Suppression yang diajukan harus satu manufacture agar dapat
dipertanggungjawabkan dan dibuktikan oleh Surat dari Prinsipal.

5.5.1.9 Untuk kesempurnaan sistem, kontraktor wajib memperbaiki atau menambah peralatan, bila
diperlukan di dalam kelengkapan sistem walaupun tidak tergambar atau disebutkan.

5.5.1.10 Semua pipa harus dicat dengan warna yang akan diatur / ditentukan kemudian untuk dapat
dibedakan dari instalasi lain.

5.5.1.11 Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tunnel harus dilindungi dengan lapisan
anti karat.

5.5.2 LINGKUP PEKERJAAN

PT. PENTA REKAYASA E – 5-27


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

5.5.2.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang semua peralatan termasuk start up,
commissioning, balancing dan testing untuk Clean Agent Fire Supresion System dan damper-
damper lainnya yang direncanakan dapat bekerja dengan sempurna.

5.5.2.2 Termasuk dalam sistem ini adalah :


a. Instalasi pemipaan gas Clean Agent Fire Supression
b. Cylinder gas Clean Agent Fire Suppression
c. Instalasi pengabelan untuk detektor dan power beserta kontrol-kontrolnya dan panel-panel
d. Membuat gambar kerja berdasarkan hydraulic Calculation Flow Program.
e. Damper-damper pada ducting yang bekerja secara automatic.
f. Pekerjaan coring-coring dan pembobokan struktur yang diperlukan untuk instalasi.
g. Pondasi/dudukan untuk cylinder berikut dengan supportnya.
h. Instalasi pemipaan berikut dengan support-supportnya.
i. Dan lain-lain seperti peralatan yang diperlukan untuk kesempurnaan sistem.
j. Ruang untuk cylinder gas Clean Agent Fire Suppression
k. Back up battery
l. Software untuk monitoring.

5.5.3 CLEAN AGENT FIRE SUPPRESSION SYSTEMS

5.5.3.1 Uraian Systems


Gas yang digunakan adalah gas Inergen yang tidak berwarna, tidak berbau dan bukan
penghantar listrik. Senyawa kimia yang terdiri dari 52 % Nitrogen, 40 % Argon, 8 % CO2

5.5.3.2 System yang digunakan adalah “Total Flooding System”.

5.5.3.3 Sistem pemadam kebakaran dengan gas terdiri dari peralatan-peralatan sebagai berikut :
 Gas yang tersimpan sebagai gas cair dalam tabung-tabung cylinder lengkap dengan electric
control head dan lever operated
 Smoke Detector
 Warning light
 Multitone Strobe
 Bell alarm
 Addressable Control Panel
 Flexible Discharge Hose
 Dan lain lain sesuai dengan sistem

5.5.3.4 Untuk memdeteksi adanya kebakaran digunakan smoke detector yang terpasang di plafond
ruangan dan raise floor. Smoke detector mendeteksi asap setelah asap dalam ruangan
mencapai konsentrasi tertentu dan bekerja dengan tegangan 24 volt.

Pada saat smoke detector bekerja, otomatis akan membunyikan alarm dan menyalakan warning
light untuk memberikan peringatan kepada penghuni yang berada dalam ruangan agar segera
meninggalkan ruangan.
Deteksi dipasang cross-zone dimana sistem baru bekerja bila minimal 2 detektor yang bekerja.
Apabila deteksi hanya diterima oleh 1 smoke detector otomatis hanya membunyikan multitone
PT. PENTA REKAYASA E – 5-28
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

strobe dan menyalakan lampu Evakuasi dan Control panel belum mengirim signal ke Cylinder
Electric Control Head.

5.5.3.5 Pada saat 2 detektor bekerja maka secara otomatis system pendingin (AC) dan sistem ventilasi
dalam ruangan akan mati/tidak bekerja. Bersamaan dengan itu perhitungan tenggang waktu
dimulai dari 30 detik menuju 0 detik setelah itu Control panel akan mengirim signal ke electric
control head untuk membuka valve cylinder Clean Agent Fire Suppression dan menyemburkan
gas Clean Agent Fire Suppression kedalam ruangan melalui open nozzle secara merata
keseluruh ruangan.

5.5.3.6 Selain dapat bekerja secara otomatis, sistim dapat juga bekerja secara manual. Untuk
keperluan ini disediakan Manual Pull Station yang memungkinkan sistim bekerja secara
manual.

5.5.3.7 Untuk membersihkan udara dalam ruangan setelah gas bekerja, digunakan exhaust-fan yang
portable dan moveable. Portable exhaust-fan disediakan dan disimpan didalam ruangan
penyimpanan/gudang.

5.5.3.8 Untuk pengawasan system, harus dilakukan pengetesan dan pemeriksaan secara berkala
terhadap peralatan-peralatan yang dipakai. Sistim pengetesan dan pemeriksaan harus dibuat
daftar yang jelas untuk memudahkan pengelolaan.

5.5.3.9 Untuk ruangan yang memakai sistim gas, masing-masing ruangan disediakan gas yang
mempunyai sistim terpisah.

5.5.3.10 Disediakan perlengkapan baju tahan api sebanyak 6 set termasuk masker, breathing apparatus,
sepatu dan sarung tangan disimpan dalam lemari diruang security atau diruang penyimpanan
gas clean agent.

5.5.4 URAIAN PEKERJAAN INSTALASI GAS CLEAN AGENT FIRE SUPPRESSION

5.5.4.1 Melaksanakan instalasi pemipaan gas Clean Agen Fire Suppression mulai dari cylinder Clean
Agent Fire Suppression sampai dengan discharge nozzle lengkap dengan fitting, hanger, dan
lain-lain alat bantu sesuai gambar rencana dan kelengkapan sistim sesuai standar yang
disebutkan diatas.

5.5.4.2 Melaksanakan instalasi pengabelan detector sesuai gambar rencana lengkap pipa, hanger,
conduit kabel dan lain-lain.

5.5.4.3 Melaksanakan instalasi kabel kontrol ke electric control head pada cylinder Clean Agent Fire
Suppression.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-29


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

5.5.4.4 Membuat gambar kerja, menghitung kapasitas/volume kebutuhan gas untuk ruangan yang
diproteksi dengan melampirkan data perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
sistim sesuai dengan Hydraulic Calculation Flow Program dan menyerahkan gambar revisi.

5.5.4.5 Pelaksanakan pengetesan keseluruhan sistem.

5.5.4.6 Memberikan surat jaminan / sertifikat dari manufacturer bahwa barang dan peralatan yang
disupplay pada proyek ini adalah peralatan-peralatan yang sudah memenuhi standar UL/FM
serta dijamin dapat berfungsi dengan baik.

5.5.4.7 Menyerahkan brosur, operation dan maintenance manual dalam bahasa Indonesia.

5.5.4.8 Mengurus perijinan dan menyerahkan surat kerja hasil baik dari Dinas Pemadam Kebakaran
setempat.

5.5.4.9 Melaksanakan masa pemeliharaan dan memberikan masa jaminan.

5.5.4.10 Melatih operator pemilik bangunan.

5.5.5 SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN

5.5.5.1 Kabel dan Konduit


a. Kabel
 Inti kabel tembaga Fire Retardant
 Jenis kabel NYA ukuran 1,5mm untuk signal
 Untuk instalasi detector menggunakan kabel twisted shielded 16 AWG
b. Pipa Conduit : Plain Conduit E (Threadless) lengkap dengan fitting-fittingnya untuk dalam
bangunan dan galvanized steel pipe untuk dalam tanah.

5.5.5.2 Pipa untuk gas dan fitting


a. Bahan Pipa
 Non combustible material
 Black steel pipe sch. 40 seamless ASTM A-53
 Dicat Merah
b. Fitting
 Bahan sesuai pipa yang digunakan

5.5.5.3 Cylinder dan Aksesories


a. Cylinder berfungsi sebagai media untuk menyimpan gas Clean Agent Fire Suppression
yang dilengkapi dengan pressure gauge yang menyatu dengan valve cylinder agar kondisi
tekanan didalam cylinder dapat termonitor dengan baik. Cylinder yang digunakan harus
yang berstandar DOT (US) atau Europe Shipping.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-30


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

b. Cylinder dilengkapi dengan cylinder strap yang berfungsi untuk mengikat cylinder ke dinding
sehingga pada waktu discharge, cylinder tidak bergerak. Tiap cylinder terdapat name plate
yang berisi informasi berat kosong, berat Clean Agent Fire Suppression dan berat
keseluruhan. Standar Cylinder : UL/FM

5.5.5.4 Electric Control Head, berfungi untuk membuka valve cylinder pada saat menerima signal dari
Kontrol Panel. Jenis yang digunakan adalah ressetable (dapat digunakan berulang-ulang) dan
pada saat pengujian dapat dilihat dengan mata apakah actuator tersebut bekerja atau tidak.
Standar UL/FM

5.5.5.5 Discharge Hose, untuk memudahkan dalam pemasangan dan pelepasan cylinder Clean Agent
Fire Suppression dari pemipaan, baik saat instalasi maupun saat pemeliharaan. Untuk ukuran
valve cylinder dibawah 3” menggunakan rubber hose, bila lebih dari 3” maka menggunakan
stainless steel flexible hose. Standar UL/FM

5.5.5.6 Pressure Switch, dipasang pada jalur pemipaan dan akan aktif bila gas Clean Agent Fire
Suppression disemburkan. Pressure Switch akan mengirim signal ke Control Panel dan
mengaktifkan Bell yang terpasang di luar ruangan dan Warning light. Standar UL/FM.

5.5.5.7 Gas Clean Agent Fire Suppression


a. Pemakaian untuk ruangan-ruangan peralatan (Lihat gambar)
b. Jumlah gas yang diisikan kedalam tabung harus sesuai dengan kebutuhan tiap ruangan.
c. Pengisian ke dalam tabung ditekan dengan Nitrogen sampai dengan tekanan 360 PSI.
d. Standar UL/FM

5.5.5.8 Discharge Nozzle


a. Bahan yang digunakan adalah cossorion resistant metal
b. Ukuran dan orifice nozzle yang digunakan harus sesuai dengan perhitungan Hydraulic
Calculation Flow Program.
c. Standar UL/FM

5.5.5.9 Control Panel


Jenis Control Panel yang digunakan adalah Intelligent Control Panel dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a. 1 loop mempunyai address min 200 address
b. Layar monitor LCD dengan 80 character alphanumeric
c. Bisa menyimpan event
d. Dilengkapi dengan battery back up selama 24 jam.
e. Standar UL/FM

5.5.5.10 Photoelectric / Ionization Smoke Detector


a. Jenis yang digunakan adalah Intelligent
b. Tegangan 24VDC
c. Dilengkapi dengan Drift Compensation untuk penyesuaian sensitivitas
d. Standar UL/FM

PT. PENTA REKAYASA E – 5-31


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

5.5.5.11 Alarm
a. Multitone Strobe dipasang didalam ruangan yang diproteksi, untuk memperingati orang
didalam ruangan. Bekerja di Tegangan 24VDC.Pada saat 1 smoke detector bekerja maka
bunyi multitone terputus pendek tapi bila 2 detector yang bekerja maka bunyi multitone
berubah menjadi terputus panjang, Standar UL/FM.
b. Fire Bell dipasang diluar ruangan yang diproteksi, untuk memperingati orang bahwa didalam
ruangan terjadi penyemprotan gas Clean Agent Fire Suppression. Bekerja di tegangan
24VDC. Standar UL/FM.

5.5.5.12 Warning Light


a. Harus berwarna merah dan bertuliskan “Evacuate Area Immediately” untuk yang dipasang
didalam ruangan yang diproteksi Clean Agent Fire Suppression dan “ Do Not Enter, Gas
Discharged” untuk yang dipasang di luar ruangan yang diproteksi.
b. Bekerja pada tegangan 24VDC

5.5.5.13 Manual Pull Station


Menggunakan jenis Double Action dan berwarna merah. Kontak listrik akan bekerja apabila tuas
ditekan dan ditarik kebawah. Untuk mereset harus digunakan kunci. Bahan terbuat dari metal
yang tahan api dan tahan karat. Standar UL/FM.

5.5.5.14 Abort Swicth


Pada saat abort switch ditekan maka akan menahan delay time pada saat Gas Clean Agen akan
disemburkan. Tombol harus berwarna kuning untuk memudahkan penglihatan dan dilengkapi
tulisan yang jelas. Standar UL/FM.

5.5.5.15 Baju tahan api dan perlengkapannya


a. Baju dan sarung tangan tahan api
b. Sepatu tahan api
c. Kaca mata khusus untuk petugas pemadam
d. Tabung oxygen lengkap masker dan breathing apparatus
e. Lampu battery dimana type lampu bisa menembus asap

5.5.6 SPESIFIKASI PEMASANGAN

5.5.6.1 Pemasangan Instalasi Pengabelan


a. Pada daerah dengan plafon instalasi diklem kepelat beton atau digantung memakai hanger
tersendiri setiap jarak 100 cm memakai pelindung pipa lengkap dengan fitting fittingnya.
b. Dibawah plafon instalasi terpasang masuk dalam kolom atau dinding tembok memaki
pelindung pipa lengkap dengan fitting-fittingnya.
c. Dalam partisi instalasi terpasang tanda pipa
d. Pada pemasangan dekat plafon tidak mengganggu jalannya crane dan jalurnya.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-32


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

5.5.6.2 Pemasangan Pipa Gas


a. Pada daerah plafon instalasi pemipaan digantung memakai hanger dan diklem dengan
cukup kuat untuk menahan pipa.
b. Diraise floor dipasang instalasi pemipaan yang cukup kuat berikut supportnya.
c. Cara pemasangan hanger adalah sebagai berikut :
 Jarak maksimum 3 meter untuk diameter < 1-1/4”
 Jarak maksimum 4 meter untuk diameter > 1-1/2”
 Pada saat konsentrasi beban (fitting, valves, Nozzle) jarak maksimum antara hanger
dan nozzle pada pipa adalah sebagai berikut : pipa 25 mm -90 cm, pipa 32 mm – 120
cm. Bila jarak maksimum ini terlampaui harus ditambah hanger.

5.5.6.3 Penyambungan Pipa


a. Penyambungan pipa dengan las untuk ukuran diatas 2”dan screwed untuk ukuran pipa
dibawah 2”.
b. Penyambungan pipa harus watertight
c. Semua fitting harus menggunakan type khusus untuk sambungan dengan las dan srewed
sesuai dengan ukuran pipa yang dimaksud.
d. Sesudah pipa selesai dipasang harus dicat finish merah disemprot tulisan Clean Agent Fire
Suppression warna putih.
e. Sebelum nozzle dan peralatan lain dipasang pipa harus dibersihkan dengan cara blow out
dan ditest.

5.5.6.4 Pemasangan Peralatan


a. Discharge nozzle, dipasang rata dengan plafon
b. Smoke detector lengkap dengan pengabelan, dipasang rata dengan jumlah sesuai gambar
rencana. Pemasangan kabel harus rapi dan tidak terlihat
c. Cylinder, pemasangan cylinder harus diklem kuat ke tembok, bila tembok kurang kuat maka
harus ditambah support.

5.5.6.5 Control Panel


Posisi control panel dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.

5.5.6.6 Abort Switch


Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi. Peletakan setinggi 150 cm dari lantai,
mudah terlihat dan dicapai.

5.5.6.7 Manual Pull Station


Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan dengan abort
switch. Peletakan setinggi 150 cm dari lantai, mudah terlihat dan dicapai.

5.5.6.8 Warning Light


Diletakan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi

PT. PENTA REKAYASA E – 5-33


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Catatan :
 Semua sistim yang akan dipasang, harus dibuatkan gambar kerja terlebih dahulu untuk
disetujui Pengawas yang ditunjuk.
 Peralatan yang akan dipasang harus baru dalam hal ini tidak boleh cacat dan harus
disetujui terlebih dahulu oleh Manajemen Kontruksi atau pengawas yang ditunjuk.

5.5.7 TESTING

5.5.7.1 Pelaksanaan testing harus disaksikan oleh Konsultan MK di buat berita acara pengujian.

5.5.7.2 Semua pralatan dan bahan testing disediakan oleh Kontraktor

5.5.7.3 Pengetesan untuk setiap ruangan/unit

5.5.7.4 Pengetesan sistem pemadam gas


a. Pengetesan dilakukan sebelum cylinder gas dan nozzle dipasang.
b. Semua lubang ditutupi dop, kemudian kedalam sistim ditekan gas N2 sebesar 40PSI (dilihat
pada pressure gauge) dalam jangka waktu 10 menit, maksimum penurunan tekanan 10%
dari tekanan awal.
c. Pengetesan sistim :
 Untuk mencoba sistim berjalan seperti yang direncanakan, harus diadakan simulasi
dengan memakai gas nitrogen dan diberi tekanan 360 PSI seperti tekanan pada Clean
Agent Fire Suppression.
 Smoke detector dicoba dengan asap kemudian dicek apakah sesuai dengan rencana
yang diharapkan. Pengetesan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat dan
disaksikan oleh spesialis yang bersangkutan.

d. Maintenance:
Untuk menjamin bahwa sistim berjalan dengan baik, kontraktor harus memperhitungkan
biaya testing periodic/berkala seperti yang dinyatakan berikut ini:
 Dried test dilakukan dalam waktu 6 bulan dengan cara melakukan : Electrical testing
dan penimbangan berat cylinder sesuai certificate cylinder.
 Flow test dilakukan dalam jangka waktu sekali dalam jangka 3 tahun.

5.5.7.5 Pengetesan Fire Detector


a. Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji sehinggan diperoleh hasil baik dan
bekerja sempurna sesuai persyaratan pabrik dan spesifikasi yang diminta.
b. Tahap-tahap pengetesan adalah sebagai berikut :
 Setiap bagian instalasi pengkabelan harus diuji sehingga diperoleh hasil baik menurut
persyaratan RKS dan pabrik. Untuk bagian yang akan tertutup, pengujian dilakukan
sebelum dan sesudah bagian tersebut tertutup.
 Semua peralatan harus diuji dalam keadaan baik dan bekerja sempurna sesuai
persyaratan persyaratan pabrik yang diinginkan RKS.
 Semua penyambungan harus diperiksa dan diuji dalam keadaan tersambung
sempurna dengan polarity yang benar.
 Seluruh sistim control dan sistim kerja harus diuji sesuai dengan persyaratan yang
diminta.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-34


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Semua hasil pengujian harus dibuat laporan tertulis dan disaksikan oleh Konsultan
Manajemen Kontruksi/Konsultan Pengawas yang ditunjuk.

5.5.8 PENYERAHAN, PEMELIHARAAN DAN JAMINAN

5.5.8.1 Penyerahan dilakukan dengan berita acara disertai lampiran-lampiran sebagai berikut :
 Gambar As built sebanyak 3 (tiga) set
 Hasil Pengetesan
 Brosur, operation dan maintenance manual dalam bahasa Indonesia
 Sertifikat hasil pemeriksaan dinas pemadam setempat
 Surat garansi/jaminan dari kontraktor dan prinsipal yang ditujukan kepada pemilik
bangunan.

5.5.8.2 Setelah penyerahan tahap 1, kontraktor wajib melakukan masa pemeliharaan secara cuma-
Cuma selama 1 (satu) tahun bahwa peralatan dan semua sistim bekerja dengan baik dan
sempurna. Kerusakan-kerusakan yang timbul dalam masa pemeliharaan dan bilamana perlu
harus diganti baru atas biaya tangguangan kontraktor, kecuali kerusakan karena kesalahan
pemakaian. Jika hal ini terjadi maka perbaikan atau penggantian baru menjadi tanggungan
pemilik bangunan.

5.5.8.3 Kontraktor wajib melatih operator pemilik bangunan selama 12 hari kerja dan menjalankan /
mendampingi operator selama 30 hari kalender sejak penyerahan tahap I mulai dari pukul 7.00
sampai dengan pukul 15.00.

5.5.8.4 Setelah penyerahan tahap I kontraktor wajib memberikan garansi selama 365 hari kalender
bahwa instalasi dan seluruh peralatan bekerja baik dan sempurna. Kewajiban pemborong sama
seperti pasal 7.2 lainnya.

PT. PENTA REKAYASA E – 5-35


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

6 SISTEM TATA UDARA (AIR CONDITIONING)


Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Direct Expantion Multi-VRF (Variable Refrigerant
Flow) atau VRV/VRF (Variable Refrigerant Volume) air cooled type memakai BLDC inverter Scroll
Compressor, terdiri dari satu sistem outdoor unit dengan sejumlah indoor unit, dimana setiap indoor unit
mempunyai kemampuan untuk mendinginkan ruangan secara independen sesuai dengan temperature
yang diharapkan. Outdoor dan indoor harus mempunyai fleksibilitas design.
Bisa tersambung kepada 1 refrigeration sirkuit dan dikontrol secara independen menggunakan Electronic
Expantion Valve (EEV) pada setiap Indoor unit dan mempunyai kemampuan untuk merubah putaran
motor compressor sesuai dengan beban pendinginan.

Outdoor unit harus bisa terkoneksi dengan berbagai model indoor sebagai berikut :
- Ceiling Cassette Type (One Way Direction Air Flow)
- Ceiling Cassette Type (Two Way Direction Air Flow)
- Ceiling Cassette Type (Four Way Direction Air Flow)
- Ceilling Concealled Duct Type (Low Static)
- Ceilling Concealled Duct Type (High Static)
- Ceiling Concealled Duct Type (Built In Duct)
- Ceiling & Floor Type
- Ceiling Suspended Type
- Wall Mounted Type
- Floor Standing Type (With Case)
- Floor Standing Type (Without Case)
- Console Type
- Fresh Air Intake Type

Desain Indoor unit adalah pada saat temperature outdoor 35 ˚C ( 95˚F ) DB/ 24˚C ( 75.2˚F ) WB dan
suhu indoor temperatur 27˚C ( 80.6˚CF ) DB / 19˚C ( 66.2˚F ) WB.
System yang ditawarkan harus bisa melakukan Automatic Test Operation System, Untuk melakukan
pengecekan system secara otomatis yang meliputi pengecekan : control wirings, shut off valves, sensors
dan refrigerant volume. Dan system juga mempunyai kemampuan untuk Auto Charging dan Refrigerant
Leakage Test secara otomatis, sehingga sistem berjalan dengan baik dan berfungsi sesuai kondisi yang
dikehendaki dalam perancangan system, dengan rincian pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Multi Split VRF, VRV/VRF, Sistem model
Duct Type, Cassete Type dan Wall Type, beserta seluruh peralatan bantunya.
- Pekerjaan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor Unit.
- Pekerjaan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase yang disediakan
oleh Plumbing.
- Pekerjaan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap.
- Pekerjaan Ducting, Exhaust, Grille, beserta peralatan bantunya secara lengkap
Instalasi Daya, Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan
panel daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motor-motor listrik
pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi Teknis.
- Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga dapat bekerja
dengan baik sesuai dengan fungsinya termasuk penyediaan peralatan uji/ukur dan segala
keperluan lainnya secara lengkap.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-36


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

- Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala sampai dengan
overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk setiap peralatan / unit mesin yang
dipasang dan segala keperluan operasi lainnya untuk seluruh peralatan dalam sistem ini.
- Melaksanakan training kepada user dari pihak pabrikan (Principal) serta pelatihan on site project
utuk pengoperasian system dan cara/proses pemeliharaan beserta trouble shooting dan
perbaikan.
- Pekerjaan pemeliharaan dan penggantian kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan.

Kondisi Dan Operasi Sistem


1. Peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem AC VRV/VRF Sistem dengan jenis Duct type, Wall
Type maupun Cassete Type, terdiri dari:
a. Indoor unit
Indoor unit haruslah dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada didalam BQ sesuai
dengan design condition.
Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan Electronic Expansion Valve.
Harus bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit indoor sesuai dengan beban pendinginan
yang dibutuhkan oleh ruangan.
Tegangan operasi Indoor unit adalah 220 – 240 volt AC , 1 phase dan 50 Hz.
Motor Fan haruslah menggunakan type BLDC, Fan haruslah direct drive blower.
Indoor type ducted haruslah mempunyai static pressure external yang sesuai dengan spesifikasi
di gambar dan di BQ.
Filter udara untuk type Ducted haruslah disupply dari pabrik.
Filter udara untuk model ductless harus disupply dari pabrik.
Koil evaporator haruslah type DX yang terbuat dari icopper tubes yang dipasangkan ke
alumunium fin secara mekanis.
Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah standard dari pabrik.
Pipa PVC 25 mm ( 1” ) yang terinsulasi dengan minimal ketebalan 9 mm haruslah dipasangkan
sebagai pipa drain dari setiap indoor unit menuju ke saluran pembuangan air drain.

b. Outdoor unit
System ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant yang mempunyai kemampuan panjang
instalasi 225 m, dengan total panjang pipa 1000 m dan kemampuan jarak Vertikal antara
Outdoor dengan indoor pada posisi Outdoor diatas ataupun di bawah dengan panjang 110 m
tanpa oil trap.
Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor unit harus terisi R410A
dari pabrik.
Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi dengan Baked
Enamel.
Ketentuan condensing unit :
 Outdoor unit memiliki 2 atau 3 BLDC Inverter SCROLL Compressor, mempunyai system
Automatic Back Up Function yang memungkinkan Unit tetap bisa beroperasi jika 1
compressor rusak.
 Outdoor dengan ukuran 10 HP memiliki 1 kompressor Inverter SCROLL
 Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.5 HP ( 1.6 KW ) sampai 10
HP ( 28.0 KW )

PT. PENTA REKAYASA E – 6-37


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Noise level outdoor tidak boleh melebihi 65 DB(A) pada saat operasi normal, terukur 1 meter
secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi, Outdoor harusnya model modular dan bisa
dipasang secara berderet di setiap sisinya.

c. Compressor
Karakteristik kompressor
 Compressor haruslah type BLDC Inverter Scroll dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi
dengan inverter control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang
menyesuaikan dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet Neodymium harus dipakai di
rotor compressor untuk menambah torsi Compressor. Kemampuan untuk efisiensi kerja dan
efisiensi konsumsi listrik Inverter kompressor dengan range frequency limit minimum
kecepatan putaran motor kompressor 15 rpm dan maksimum kecepatan putaran 150 rpm.
 Memiliki sertifikat pengujian terhadap tingkat Total Harmonic Distortion ( THD ) dengan
ketentuan:
- THD Limit tidak boleh melebihi 32%
- Dilengkapi dengan Noise Filter system
- Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis compressor
inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu pada setiap kali operasi,
System ini haruslah dipasang dipabrik.

d. Heat Exchanger
Heat exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang terpasang secara mekanis
Wide Louver Fin alumunium untuk meningkatkan performance kondensing unit yang dilapisi
lapisan anti korosi yang dan sudah dilakukan pengujian untuk ketahanan terhadap korosi.

e. Refrigerant Circuit
Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan Sub Cooling Circuit adalah Untuk memastikan
liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit dan berfungsi meningkatkan
performance pendinginan dan komponen lain untuk keperluan safety secara keseluruhan baik
Outdoor maupun Indoor unit.

f. Fan Motor
Motor Outdoor unit harus memiliki multispeed operation dengan inverter DC, dengan
kemampuan maximum static pressure = Max ( 8 mmAq ).
Condensing unit harus mempunyai kemampuan untuk beroperasi dengan noise lebih rendah
pada saat malam hari baik secara otomatis maupun dengan manual setting

g. Safety Devices
Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut : high pressure switch,
control circuit fuses, thermal protectors for compressor dan fan motors, over current protection
for the inverter and anti-recycling timers.
Oil recovery cycle akan secara otomatis beroperasi setelah 1 jam sejak startup dan seterusnya
setiap 6 jam operasi.
Setelah pekerjaan pemipaan dilakukan, sebelum disambungkan ke outdoor unit, Sebelum
pembungkusan pipa dengan insulasi dan sebelum VRF system dinyalakan, Pekerjaan
pemipaan harus di test tekanan dengan memakai dry nitrogen dan dicek ulang untuk
mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-38


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan standard dari pabrik
dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual yang terpasang dengan merefer
ke installation manual dari pabrik.
Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan dibawah
pengawasan dari perwakilan pabrik.
Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh
perwakilan dari pabrik Pressure test harus dilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi
oleh perwakilan pabrik Proses vacuum system pemipaan harusdilakukan oleh kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik.

2. Operasi sistem AC, dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan dengan
thermostat yang dapat diatur secara individual maupun menggunakan system pengendali operasi
AC secara terpusat dari pusat kontrol.

Klasifikasi system control


Sebuah Screen Touch operated atau PC system centralized controller dengan merk yang sama
dengan unit AC haruslah mempunyai fungsi sebagai berikut :
 System control dapat meng cover operasional mulai dari 16 unit indoor sampai 256 unit indoor
dan kombinasi dapat di koneksi sampai total 8.192 total indoor unit.
 Dapat dikoneksikan dengan BMS (Building Management System).
 Monitoring & Trouble shooting operasional dari system AC.
 Start/Stop serta locking operasional untuk semua indoor unit.
 Peak kontrol power operation.
 Kontrol setting: temperature, operation mode, fan speed dan locking dari seluruhi indoor unit.
 1 tahun schedule dari operational system.
 Bisa menggunakan fire alarm signal untuk mematikan seluruh AC

3. Kondisi desain,
a. Suhu ruangan : 25˚C ( ± 1˚C )
b. Suhu udara luar : 35˚C
c. Kelembaban nisbi : 60 + 10 % RH
d. Fresh air ventilation : ASHRAE Standard 62-1981.

Pemipaan Refrigerant & Drainase


a. Persyaratan Pemipaan Refrigerant
1. Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe with High pressure
ressistance Type ASTM B280 REV A Standard Specification for Seamless Copper Tube for Air
Conditioning and Refrigeration Field Service sesuai dengan standard JIS H300 - C1220T, dengan
ketebalan diameter pipa sesuai dengan standard rekomendasi dari pabrik.
Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan insulasi yang sesuai dengan
rekomendasi ketebalan insulasi dari pabrik menyesuaikan dengan tingkat kelembaban udara
pada lokasi unit terpasang sehingga tidak menimbulkan terjadi kondensasi.
Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed untuk mencegah
kebocoran refrigerant. Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi system haruslah dipakai.
Dry Nitrogen harus dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan brazing sehingga tidak
terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya dapat menimbulkan kotoran yang dapat
menyebabkab buntu system dan dapat merusak compressor.
PT. PENTA REKAYASA E – 6-39
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type EPDM (Ethylene Propylene Dyene Monomer)
Closed Cell Elastromeric Class “ 1 “ , ASZTM E84 dengan fire rated Class “O” dengan ketebalan
minimal 19 - 25 mm untuk Suction lines dan 10mm untuk Liquid lines( Menyesuaikan dengan
ukuran diameter pipa refrigerant )

2. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara Gambar Perencanaan dengan peraturan/Rekomendasi


dari Manufacturer, maka Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan
penyelesaian.

b. Persyaratan Pemasangan Pipa Refrigerant


1. Sambungan,
 Harus dengan Branzed Joints with Sweat Fitting.
 Harus menggunakan Forged / Extruded Copper Fitting sesuai dengan standard ASA-
B.16.181963.
 Harus dengan proses Hard Solder.
 Filter Material dengan 'Silver Base Alloy' Melting for 1000 0F.
 Sambungan ke peralatan di sesuaikan dengan outlet dari peralatan tersebut.
 Proses soldering/brazing harus dilakukan dengan mengalirkan gas Dry Nitrogen pada
bagian dalam pipa, untuk menghindari penumpukan jelaga dan kerak pada bagian
permukaan dalam pipa sambungan / fitting / elbow.
2. Finishing isolasi pipa refrigerant baru boleh dilakukan setelah melaluit test tekan dengan
menggunakan Dry Nitrogen.
Untuk proses test kebocoran harus melalui beberapa tahap/ step di bawah;
 Step 1 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang, pada tekanan 500 Psi (minimal 1x24 jam)
 Step 2 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang yang terkoneksi dengan indoor unit, pada
tekanan 250 Psi (minimal 1x 24 jam).
3. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak maksimal
antar dudukan suport adalah 1.5 m

c. Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant


1. Isolasi haruslah dari jenis EPDM dan mempunyai ketebalan isolasi sesuai persyaratan standard
dari pihak pabrikan

PT. PENTA REKAYASA E – 6-40


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

2. Isolasi harus dipasang dengan cara memasukkan pipa ke lubang yang telah tersedia tanpa
merobek isolasi tersebut.
3. Apabila terjadi robekan pada isolasi, maka harus dirapatkan kembali dengan menggunakan lem
karet seperti Castrol, Aica Aibon atau sejenisnya.
4. Bila robekan lebih panjang dari 40 cm, maka isolasi tersebut harus diganti.
5. Setelah isolasi terpasang, untuk pemipaan yang terkena sinar matahari langsung, harus
dibungkus dengan Aluminium Foil dan di beri jacketing duct untuk mencegah isolasi rusak karena
terpapar air hujan dan panas matahari.
6. Sisi-sisi Aluminium foil tersebut harus direkat dengan Foil Tape sehingga benar-benar rapat.
7. Pada bagian-bagian yang akan diklem atau ditumpu harus dilindungi dengan pelat BjLS 100 yang
dilekuk sesuai dengan bentuk isolasi.

d. Persyaratan Pemasangan Pipa Drainase


1. Pipa drainase menggunakan standards PVC 10 Kg/cm2
2. Harus dipasang dengan kemiringan minimum 1%
3. Pipa harus diisolasi dengan lapisan isolasi / thermal insulation dengan ketebalan minimum adalah
9mm
4. Ukuran pipa minimum 1inch dari indoor unit dan instalasi dengan pipa main kondensat dengan
diameter yang lebih besar sampai ke pembuangan akhir.
5. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak maksimal
antar dudukan atrau support adalah 1.2 m

Pekerjaan Saluran Udara


PT. PENTA REKAYASA E – 6-41
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

a. Persyaratan Bahan
1. Berikut di bawah ini adalah persyaratan bahan untuk membuat saluran udara:
2. Saluran persegi empat Polyurethane (PU) atau Pelat Baja Lapis Seng (BjLS), digunakan untuk
saluran udara supply, return dan exhaust dari ruangan yang tidak menghasilkan udara
mengandung asam maupun lemak.
3. Daftar penggunaan bahan untuk saluran dengan kecepatan udara tidak lebih besar dari 2000
fpm dan tekanan statik tidak lebih besar dari 2 inWG, menggunakan bahan yang sesuai dengan
tabel di bawah ini,
Sisiterpanjang Tebal Ukuran BjLS lapisan seng
Saluran (inch) (mm) (SII Standard) galvanis (g/m2)
s/d 12" 0,60 BjLS. 60-K 305
13" - 18" 0,70 BjLS. 70-K 305
19" - 30" 0,80 BjLS. 80-K 305
31" - 40" 0,90 BjLS. 90-K 305
40" ke atas 1,00 BjLS.100-K 305
4. Standard mutu bahan adalah SII.0137-80.
5. Grilles harus memenuhi ketentuan yang sama dengan register dengan kekecualian tanpa volume
damper.

b. Persyaratan Pemasangan
Berikut di bawah ini adalah persyaratan pemasangan untuk saluran udara:
1. Segala yang tercantum pada gambar adalah gambar perancangan dan bukan merupakan gambar
untuk pelaksanaan seperti definisi gambar yang dijelaskan di depan.
2. Kontraktor harus memperhitungkan adanya jalur-jalur instalasi lain pada daerah jalur saluran
udara terutama jalur pemipaan dan fixture penerangan.
3. Seluruh saluran udara harus dibuat dari Polyurethane atau pelat BjLS yang baru dan bersih /
bebas dari karat atau cacat-cacat lainnya dan berasal dari tempat penyimpanan yang dilindungi
atap dan dinding.
4. Dimensi yang ditulis/disebut dalam gambar maupun buku spesifikasi adalah ukuran bersih sisi
dalam saluran, dengan demikian untuk saluran dengan infill lining harus diberikan koreksi
terhadap dimensi saluran baja tersebut.

Axial Flow Ventilating Fan


a. Ketentuan Umum,
1. Unit harus dipilih dengan laju aliran udara yang mampu mengatasi beban kerja seperti yang
dicantumkan pada gambar skedul peralatan.
2. Pada saat pengajuan usulan tipe dan kapasitas Fan, Kontraktor harus sudah memperhitungkan
segala kemungkinan adanya penurunan kapasitas terhadap pertambahan static pressure sebagai
akibat dari static pressure loss pada diffuser atau grille atau atau filter atau damper dan/atau
peralatan lain di dalam saluran udara sesuai dengan yang akan dipasang.

b. Konstruksi,
1. Harus dari jenis Adjustable Pitch Axial-Flow Fan factory adjusted dan fixed pada sudut tertentu
sesuai dengan kebutuhan dengan standar produk.
2. Form of running dengan motor berada pada sisi hulu dari arah aliran udara.

c. Impeller,

PT. PENTA REKAYASA E – 6-42


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

1. Harus dari bahan die-cast aluminium alloy dengan kekuatan sesuai standard ARI.
2. Harus seimbang secara dinamis maupun statis.
3. Kipas harus dari jenis AIRFOIL atau AEROFOIL.
4. Harus direct coupled dengan motor penggeraknya.

d. Casing,
1. Harus dari bahan hot dip galvanized cold-rolled steel dicat anti korosi dengan bahan chlorinated
rubber paint
2. Casing dari jenis long-type casing yang menutupi impeller dan motor.
3. Dilengkapi bell-mouth inlet and fan outlets untuk sambungan dengan saluran udara.

e. Motor,
1. Dari jenis non-ventilated squirrel-cage induction type, dust-grease-corrosion-roof motor dengan
insulation class F.
2. Dapat digunakan untuk menghisap udara pada temperatur yang berkisar antara 50-75 0C.

Persyaratan Pemasangan
a. Ketentuan Umum,
1. Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba ditapak, segera harus
dilakukan pembongkaran peti pembungkus atau container dengan disaksikan secara
bersama oleh DIREKSI, wakil Pemberi Tugas, Petugas dari perusahaan jasa pengiriman
(carrier/transporter agencies) dan dilakukan pemeriksaan visual terhadap kondisi
peralatan.
2. Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemeriksaan dan diserahkan
kepada DIREKSI. Ketentuan lebih detail tentang hal ini diatur oleh DIREKSI.
3. Apabila dalam pemeriksaan visual diatas ditemukan kerusakan fisik terhadap peralatan,
maka segala penggantian/perbaikan dan lain-lainnya diatur oleh DIREKSI.
4. Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan perbaikan
dengan melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang paling tidak harus sama,
dimana sebelumnya harus dilakukan pembersihan yang sempurna (dengan sikat kawat,
degreasing liquid dan sebagainya).
5. Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian diatas menjadi tanggungan dan
atas beban biaya Kontraktor yang bersangkutan.

b. Pemasangan Unit Mesin,


Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan pemipaan harus disesuaikan dengan
persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian dengan Dokumen Kontrak, sehingga dapat
mengakibatkan terganggunya operasi, pemborong harus mengajukan gambar kerja (shop
drawing) untuk disetujui oleh Direksi.

Persyaratan Pengujian
a. Ketentuan Umum,
1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas.
2. Pengujian operasi sistem baru boleh dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik selama 3 x
24 jam.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-43


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus mengajukan


prosedur pengujian kepada Direksi
4. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari Perwakilan merk tersebut
di Indonesia.

b. Penyediaan Peralatan Pengukur dan Penguji,


1. Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas biaya Kontraktor.
2. Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya harus disediakan
Kontraktor untuk pengujian adalah :
a) Anemometer Humidifier Meter
b) Thermometer Gun
c) Sound Level Meter
d) Portable Hotwire Anemometer
e) Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran udara dan tempat
lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan oleh Kontraktor dan telah disetujui.

c. Pengujian Sistem Pemipaan,


1. Dilakukan dengan metoda Tes Tekanan dengan Dry Nitrogen sesuai dengan ketentuan pada Bab
Persyaratan Teknis ME.
2. Tekanan pengujian meneyesuaikan dengan standarisasi pengetesan dari pihak pabrikan / principal
3. Bila selama 12 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian dinyatakan selesai.
4. Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan pengujian harus
diulangi dari awal.

d. Pengaturan Distribusi Aliran Udara ke Ruangan,


1. Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan seluruh komponen
dalam saluran telah selesai dipasang.
2. Pekerjaan yang harus dilakukan :
a) Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh setiap ruangan sesuai dengan yang tertera
pada gambar.
b) Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang mengalir ke setiap
ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut.
3. Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan mesin Air Conditioning
dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.

e. Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria),


1. Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau skala 'weighing'
decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat dibuat kurva Noise Criteria.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada NC chart.
3. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka Kontraktor
harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran udara, misalnya duct acoustic lining.

f. Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,


1. Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus memeriksa seluruh
wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan melakukan dummy test untuk memeriksa
gerakan-gerakan, response dan kehalusan kerja sistem tersebut.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-44


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

2. Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment) adalah set point dan
throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak terjadi kegagalan operasi/kerja akibat
perbedaan throttling range antara setiap peralatan.

g. Pengujian Operasi Sistem,


1. Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan, dan telah
menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.
2. Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan dioperasikan
secara terus menerus selama 3x24 jam.
3. Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan atas petunjuk Direksi,
hal-hal berikut :
a) Mengamati seluruh sistem pemipaan.
b) Mengamati seluruh sistem saluran udara.
c) Mengamati kerja sistem kontrol.
d) Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air Conditioning.
e) Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan bila terdapat
getaran atau noise yang berlebihan.

h. Laporan Pengujian,
1. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and Balancing of
Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering Balancing Bureau.
2. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan
baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan
hasil pengujian yang baik.

i. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),


Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya Kontraktor harus
memberi tanda-tanda pada pressure gauge, thermometer, valve opening, flow meter, splitter damper,
volume damper dan peralatan pengatur serta pengukur lainnya dengan cara-cara yang disetujui
Direksi.

Persyaratan Teknis Pelaksanaan


a. Persyaratan Bahan
Berikut di bawah ini adalah persyaratan bahan untuk membuat saluran udara:
1. Saluran persegi empat
2. Polyurethane atau bahan Pelat Baja Lapis Seng (BJLS)
3. Digunakan untuk saluran udara supply, return dan exhaust dari ruangan yang tidak menghasilkan
udara mengandung asam maupun lemak.
4. Daftar penggunaan bahan untuk saluran dengan kecepatan udara tidak lebih besar dari 2000 fpm
dan tekanan statik tidak lebih besar dari 2 inWG, menggunakan bahan yang sesuai dengan tabel
di bawah ini,

Sisi terpanjang Tebal pelat Ukuran BjLS lapisan seng


Saluran (inch) (mm) (SII Standard) galvanis(g/M2)
s/d 12" 0,60 BjLS. 60-K 305
13" - 18" 0,70 BjLS. 70-K 305
19" - 30" 0,80 BjLS. 80-K 305

PT. PENTA REKAYASA E – 6-45


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

Sisi terpanjang Tebal pelat Ukuran BjLS lapisan seng


Saluran (inch) (mm) (SII Standard) galvanis(g/M2)
31" - 40" 0,90 BjLS. 90-K 305
40" ke atas 1,00 BjLS.100-K 305
Standard mutu bahan adalah SII.0137-80.

b. Lubang Pengujian
1. Harus disediakan lubang-lubang pengujian sesuai dengan tempat – tempat yang diberi
notasi pada gambar dan tempat-tempat lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan
kondisi di lapangan.
2. Lubang pengujian harus ditempatkan pada daerah dengan aliran turbulen yang sekecil
mungkin.
3. Lubang pengujian dibuat dengan melubangi saluran udara pada sisi – sisinya dengan
diameter 50 mm, mengelilingi saluran udara pada setiap jarak seperti yang ditentukan
oleh SMACNA.
4. Lubang tersebut diberi tutup dari bahan karet penutup sehingga kedap udara dan dapat
dibuka dengan mudah bila diperlukan.

c. Plenum dan lining akustik


1. Plenum
a) Dibuat dari bahan dengan persyaratan dan ketentuan seperti pada pembuatan saluran
udara.
b) Dilengkapi dengan access door dan thermometer pengukur suhu udara.
c) Harus dipasang lining akustik, pada sisi dalam plenum.
2. Lining akustik.
a) Harus dipasang pada sisi dalam saluran udara supply sepanjang seperti notasi pada
gambar.
b) Bahan yang digunakan adalah Rubber sheet dari bahan Cell elastimeric Insulation.
c) Tujuan pemasangan lining akustik ialah untuk mendapatkan 'Noise Criteria' berkisar
sebagai berikut :
 Ruang Koridor antara : NC range : 30 - 35,
 Ruang Peralihan : NC range : 25 - 30,
 Ruang Tunggu : NC range : 40 - 50,
d) Apabila mesin yang dipasang oleh Kontraktor dapat menyebabkan atau menyebabkan
Noice diluar batas Noise-Criteria yang ditentukan diatas, maka Kontraktor harus
menyesuaikan panjang lining akustik yang dipasang dengan kebutuhan berdasarkan
hasil perhitungan / pemeriksaan tersebut.
e) Ukuran saluran udara pada bagian yang dipasang lining akustik harus diperbesar
dengan ditambahkan tebal lapisan lining akustik, terhadap ukuran pelat baja saluran
yang tercantum pada gambar perancangan.

d. Intake Fresh-air/Outdoor-air dan Exhaust


1. Selama tak dinyatakan lain, Intake-air dan Exhaustair Chambers/ Louvers harus disiapkan
dan dipasang oleh Kontraktor.
PT. PENTA REKAYASA E – 6-46
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

2. Louvers harus dari aluminium-louvers dilengkapi dengan birds-screen terbuat dari bahan
yang sama dengan bahan louvers.
3. Effective Face-area louvers aluminium,
a) Tidak boleh lebih kecil dari 80 % total area
b) Sama dengan luas saluran udara yang disambungkan ke louver tersebut.
4. Sisi-sisi ujung louvers yang dipasang pada dinding luar harus dilengkapi dengan penahan
air hujan sehingga tidak akan terjadi percikan air hujan yang masuk / mengalir ke dalam
saluran udara.
5. Air chamber dibuat dari bahan yang sama dengan louver dan dicat dengan anti corrosive
paint.

e. Air supply-return terminal


1. Diffusers, grilles dan registers,
a) Ukuran harus sesuai dengan ukuran yang dinyatakan dalam gambar.
b) Dari bahan aluminium powder coated finish dengan warna standard yang ditentukan
kemudian oleh DIREKSI.
2. Circular, Square, Rectangular Diffuser,
a) Untuk penggunaan ceiling air supply-terminal
b) Pattern distribusi selama tidak ditentukan lain harus dari jenis 4-way.
c) Dilengkapi dengan volume - damper yang dapat diatur dari dalam ruangan tanpa harus
melepas langit-langit.
d) Cone harus dapat dilepas tanpa menggunakan alat khusus untuk access ke dalam
saluran udara.
3. Register,
a) Harus dari bahan aluminium, dilengkapi dengan sponge rubber gaskets untuk
mencegah kebocoran.
b) Supply registers harus dari jenis adjustable double deflection.
c) Dilengkapi dengan air volume damper dari jenis group operated, opposed blade,
adjustable type yang diatur dengan kunci melalui sisi muka register.
d) Exhaust dan return register harus dibuat sama dengan supply register dengan
kekecualian dari jenis single deflection.
4. Grilles,
Harus memenuhi ketentuan yang sama dengan register dengan kekecualian tanpa volume
damper.
5. Damper
a) Volume damper,
 Volume damper harus dari jenis louvers volume dampers kecuali bila dinyatakan
secara jelas di dalam gambar sebagai splitter dampers.
 Splitter dampers dipasang pada setiap percabangan untuk saluran udara
supply/return/exhaust.
 Louvers volume dampers dipasang pada percabangan saluran udara utama,
percabangan pada plenum atau lainnya sesuai dengan indikasi pada gambar.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-47


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Kelengkapan dampers, harus dilengkapi casing, blades dari baja galvanis tebal min.
1,2 mm, worm gear, extension rod assy dan kelengkapan lainnya untuk
pengoperasian.
 Louvers dampers harus factory fabricated
 Splitter dampers harus dibuat ditapak dari BjLS 100-K dengan self locking operating
assy (threaded swivel assy on threaded steel rod) dengan universal joint untuk
sambungan antara batang dengan pelat.
b) Backdraft dampers,
 Material Blade harus dari jenis yang material yang ringan ( Alumunium sheet )
 Dari jenis shop/factory fabricated backdraft damper.
 Blades harus balans secara statis sehingga dapat terbuka/ tertutup dengan
sendirinya akibat adanya aliran udara dan akan menutup secara gravitasi bila aliran
terhenti.
c) Lain-lain
Access door untuk saluran udara,
 Harus dipasang pada sisi hulu dan hilir setiap filter, coil, damper, dan peralatan
lainnya sesuai dengan indikasi pada gambar untuk keperluan pengaturan,
pemeriksaan dan pembersihan.
 Dibuat dengan ukuran 46x46cm atau sebesar mungkin sesuai dengan ukuran
ducting kecuali dinyatakan lain.
 Panel pintu harus dari baja tebal 1.4 mm, 2 (dua) lapis dengan lapisan isolasi di
tengahnya dengan engsel dan bukaan pintu dari bahan baja galvanis dengan rubber
gasket pada tepi-tepi pintu.
 Dilengkapi dengan jendela (observation windows) dengan double glass.

f. Persyaratan Pemasangan
Pemasangan saluran udara
1. Segala yang tercantum pada gambar adalah gambar perancangan dan bukan merupakan
gambar untuk pelaksanaan seperti definisi gambar yang dijelaskan di depan.
2. Kontraktor harus memperhitungkan adanya jalur-jalur instalasi lain pada daerah jalur
saluran udara terutama jalur pemipaan dan fixture penerangan.
3. Seluruh saluran udara harus dibuat dari pelat BjLS yang baru dan bersih / bebas dari karat
atau cacat-cacat lainnya dan berasal dari tempat penyimpanan yang dilindungi atap dan
dinding.
4. Dimensi yang ditulis / disebut dalam gambar maupun buku spesifikasi adalah ukuran bersih
sisi dalam saluran, dengan demikian untuk saluran dengan infill lining harus diberikan
koreksi terhadap dimensi saluran baja tersebut.
5. Dinding saluran udara harus bebas dari gelombang maupun gelembung-gelembung
setempat, untuk itu pemotongan dan penekukan/lipatan pelat harus dibuat dengan mesin
(mesin potong pelat atau mesin tekuk).
6. Perubahan ukuran dan belokan.
7. Pembersihan saluran udara,
a) Pembersihan saluran udara harus dilakukan sebelum outlet terminal dipasang dan
sebelum ceiling dan carpet pada Pekerjaan Finishing dipasang.
PT. PENTA REKAYASA E – 6-48
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

b) Sebelum fan dijalankan, saluran udara harus dibersihkan dari segala kotoran yang
melekat, debu, lemak, bekas-bekas pengerjaan dan segala jenis kotoran lainnya.
c) Selama pekerjaan berlangsung, saluran yang telah selesai dikerjakan harus ditutup
dengan rapat menggunakan pelat baja untuk menghindarkan kotoran masuk ke dalam
saluran.
d) Bila ditemukan kotoran yang cukup mengganggu maka saluran udara harus dibongkar
untuk dibersihkan dan kemudian bila masih memungkinkan dapat dipasang kembali.
8. Perapat untuk saluran udara
Seluruh sambungan pada saluran udara harus diberi perapat dari jenis fire resistant duct
sealer untuk mendapatkan saluran udara yang kedap terhadap kebocoran. Sealant
tersebut harus dioleskan pada saat fabrikasi.
9. Sambungan dan detail sambungan
a) Saluran udara harus dibuat dengan konstruksi mengikuti ketentuan yang dikeluarkan
oleh SMACNA 'Sheet Metal and Air-Conditioning National Association' dengan detail
konstruksi seperti yang dicantumkan pada buku SMACNA 'Low Velocity Duct
Construction Standard'.
b) Pemasangan semua peralatan di dalam saluran udara harus mengikuti ketentuan yang
diberikan oleh SMACNA.
c) Sambungan saluran udara dengan outlet-terminals harus benar-benar kedap udara,
dengan bantuan sealant atau neoprene sponge rubber gasket pada sambungan.
d) Semua slip-joint harus dibuat dengan arah yang sama terhadap arah aliran udara
sehingga tidak menyebabkan turbulensi pada aliran udara.
10. Konstruksi saluran udara segi empat.
a) Sambungan pelipit (seams), Groove, Pittsburgh lock seams dan Slip joints harus
digunakan pada seluruh sambungan saluran udara, kecuali dinyatakan lain dalam buku
ini maupun dalam gambar.
b) Khusus untuk kitchen exhaust duct dan bath room exhaust duct, sambungan dibuat
dengan solder atau dapat juga dengan sealing packing seams.
c) Sambungan (connection) antara saluran.
d) Sambungan antara saluran harus dengan sambungan flange, dari bahan besi siku yang
diikat dengan paku keling terhadap saluran udara, dan diberi sealing packing untuk
menjamin kedap udara.
11. Penguatan saluran udara
Baja siku atau pelipit yang digunakan untuk perkuatan saluran udara harus mengikuti
ketentuan seperti pada tabel berikut ini :
a) Perkuatan melebar (Width reinforcement)
Ukuran sisi terpanjang standard seam reinforced air duct
saluran (INCH) tinggi seam jarak maks.
s/d 12" 25 1200
13" - 18" 25 900
19" - 30" 30 x 30 x 3 900
31" - 42" 40 x 40 x 5 900
42" ke atas 40 x 40 x 5 900

PT. PENTA REKAYASA E – 6-49


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

b) Perkuatan arah memanjang (Longitudinal reinforcement)


ukuran sisi terpanjang dimensi siku
Standing seam (mm)
saluran (INCH) (mm)
70" - 88" 40x40x5 1(satu) buah perkuatan di
tengah
88" ke atas 40x40x5 2(dua ) buah perkuatan di
tengah

c) Penumpu / Penggantung saluran udara.


Baja siku penggantung harus mengikuti ketentuan seperti pada tabel di bawah ini:
Ukuran sisi Fitting penggantung fitting (mm)
Terpanjang saluran
Baja siku (mm) baja rod ) penumpu
(inch)
s/d 12" 25x25x3 9 25x25x3
25x25x3 9 25x25x3
13" - 18" 25x25x3 9 25x25x3
25x25x3 9 25x25x3
19" - 30" 30x30x3 9 30x30x3
30x30x3 9 40x40x3
31" - 42" 40x40x3 9 40x40x3
40x40x5 12 50x50x6
42" ke atas 50x50x6 12 50x50x6
50x50x6 12 60x60x6

Pemasangan Inside Duct Linier


1. Pemasangan duct liner harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SMACNA, Duct
Liner Application Standard.
2. Duct liner dipasang pada tempat-tempat yang sesuai dengan indikasi dalam gambar.
3. Seluruh bagian dalam saluran udara termasuk sambungan melintang maupun membujur harus
tertutup seluruhnya dengan lining material, tidak diperkenankan adanya celah atau lining yang
terputus.
4. Lining material dilekatkan kepada dinding saluran dengan menggunakan bahan adhesive dengan
adhesive – coverage = 100 % demikian juga untuk daerah sambungan melintang maupun
membujur.
5. Adhesive material yang digunakan harus mengikuti persyaratan dari ASC-A-7001A-1971
Adhesive Sealant Council atau standard lain yang setaraf dan disetujui.
6. Lining material tersebut selanjutnya diikat dengan pin (mechanical fastener) dengan bahan yang
sesuai dengan MF-1-1971 Mechanical Fastener Standard atau standard lain yang setaraf dan
disetujui.
7. Pada sisi-sisi sudut saluran, bahan lining tersebut harus dipotong sedemikian rupa sehingga
dalam pemasangannya akan terjadi sistem pemasangan saling tindih dan tekan (overlapped and
compressed).

Pemasangan Alat Sensor/Alat Ukur


PT. PENTA REKAYASA E – 6-50
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

1. Peralatan ukur harus dipasang pada daerah dimana pada daerah tersebut tercapai kepadatan
aliran seragam dan mudah dibaca.
2. Daerah dengan aliran udara yang seragam adalah daerah yang berjarak (minimum) 2 kali
diagonal terhadap belokan terdekat atau percabangan yang terdekat.
3. Peralatan ukur atau peralatan sensor harus ditempatkan di tengah saluran dengan dudukan dari
baja sirip yang cukup kuat (bila perlu diberi penguatan dengan konstruksi khusus) tetapi tidak
boleh mengakibatkan hambatan terhadap aliran udara tersebut kecuali untuk peralatan ukur
tekanan dan kecepatan udara.
4. Lubang-lubang untuk kabel harus berbentuk bundar dengan diameter 5 kali diameter seluruh
kabel yang akan dilewatkan lubang tersebut, kemudian sisi-sisi tajam dari lubang tersebut diberi
pelindung dari bahan karet yang berbentuk lingkaran dengan lubang ditengahnya.
5. Lubang tersebut di atas untuk selanjutnya dirapatkan dengan pita perekat sehingga cukup rapat
dalam arti tidak terjadi kebocoran aliran udara melalui lubang tersebut.

g. AC
1. Axial Flow Ventilating Fan
a) Unit harus dipilih dengan laju aliran udara yang mampu mengatasi beban kerja seperti yang
dicantumkan pada gambar skedul peralatan.
b) Pada saat pengajuan usulan tipe dan kapasitas Fan, Kontraktor harus sudah memperhitungkan
segala kemungkinan adanya penurunan kapasitas terhadap pertambahan static pressure
sebagai akibat dari static pressure loss pada diffuser atau grille atau atau filter atau damper
dan/atau peralatan lain di dalam saluran udara sesuai dengan yang akan dipasang.

2. Konstruksi,
a) Harus dari jenis Adjustable Pitch Axial-Flow Fan factory adjusted dan fixed pada sudut tertentu
sesuai dengan kebutuhan dengan standar produk.
b) Form of running dengan motor berada pada sisi hulu dari arah aliran udara.

3. Impeller,
a) Harus dari bahan die-cast aluminium alloy dengan kekuatan sesuai standard ARI.
b) Harus seimbang secara dinamis maupun statis.
c) Kipas harus dari jenis AIRFOIL atau AEROFOIL.
d) Harus direct coupled dengan motor penggeraknya.

4. Casing,
a) Harus dari bahan hot dip galvanized cold-rolled steel dicat anti korosi dengan bahan chlorinated
rubber paint
b) Casing dari jenis long-type casing yang menutupi impeller dan motor.
c) Dilengkapi bell-mouth inlet and fan outlets untuk sambungan dengan saluran udara.

5. Motor,
a) Dari jenis non-ventilated squirrel-cage induction type, dust-grease-corrosion-roof motor dengan
insulation class F.
b) Dapat digunakan untuk menghisap udara pada temperatur yang berkisar antara 50-75 0C.

Persyaratan Pemasangan
a. Ketentuan Umum,

PT. PENTA REKAYASA E – 6-51


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

1. Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba ditapak,segera harus dilakukan
pembongkaran peti pembungkus atau container dengan disaksikan secara bersama oleh DIREKSI,
wakil Pemberi Tugas, Petugas dari perusahaan jasa pengiriman (carrier /transporter agencies) dan
dilakukan pemeriksaan visual terhadap kondisi peralatan.
2. Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemerik-saan dan diserahkan kepada
DIREKSI. Ketentuan lebih detail tentang hal ini diatur oleh DIREKSI.
3. Apabila dalam pemeriksaan visual diatas ditemukan kerusakan fisik terhadap peralatan, maka
segala penggantian/perbaikan dan lain-lainnya diatur oleh DIREKSI.
4. Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan perbaikan dengan
melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang paling tidak harus sama, dimana
sebelumnya harus dilakukan pembersihan yang sempurna (dengan sikat kawat, degreasing liquid
dan sebagainya).
5. Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian diatas menjadi tanggungan dan atas beban
biaya Kontraktor yang bersangkutan.
6. Pemasangan Unit Mesin,
7. Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan pemipaan harus disesuaikan dengan
persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian dengan Dokumen Kontrak, sehingga dapat
mengakibatkan terganggunya operasi, pemborong harus mengajukan gambar kerja (shop drawing)
untuk disetujui oleh Direksi.

b. Persyaratan Pengujian
1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas.
2. Pengujian operasi sistem baru boleh dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik selama 3 x
24 jam.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus mengajukan
prosedur pengujian kepada Direksi
4. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari Perwakilan merk tersebut
di Indonesia.

c. Penyediaan Peralatan Pengukur dan Penguji,


1. Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas biaya Kontraktor.
2. Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya harusdisediakan
Kontraktor untuk pengujian adalah :
a) Thermo Hygrograph : 3 (tiga) buah.
b) Sling Psikrometer : 2 (dua) buah.
c) Portable Measuring Station : 1 (satu) buah.
d) Portable Hotwire Anemometer : 1 (satu) buah.
e) Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran udara dan tempat
lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan oleh Kontraktor dan telah disetujui.

d. Pengujian Sistem Pemipaan,


1. Dilakukan dengan metoda Hidrostatik Test sesuai dengan ketentuan pada Bab Persyaratan Teknis
ME.
2. Tekanan pengujian adalah 8 atm.
3. Bila selama 12 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian dinyatakan selesai.
4. Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan pengujian harus
diulangi dari awal.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-52


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

e. Pengaturan Distribusi Aliran Udara Ke Ruangan,


1. Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan seluruh komponen
dalam saluran telah selesai dipasang.
2. Pekerjaan yang harus dilakukan :
 Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh setiap ruangan sesuai dengan yang tertera
pada gambar.
 Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang mengalir ke setiap
ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut.
 Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan mesin Air
Conditioning dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.

f. Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria),


1. Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau skala 'weighing'
decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat dibuat kurva Noise Criteria.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada NC chart.
3. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka Kontraktor
harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran udara, misalnya duct acoustic lining.

g. Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,


1. Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus memeriksa seluruh
wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan melakukan dummy test untuk memeriksa
gerakan-gerakan, response dan kehalusan kerja sistem tersebut.
2. Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment) adalah set point dan
throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak terjadi kegagalan operasi/kerja akibat
perbedaan throttling range antara setiap peralatan.

h. Pengujian Operasi Sistem,


1. Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan, dan telah
menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.
2. Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan dioperasikan
secara terus menerus selama 3x24 jam.
3. Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan atas petunjuk Direksi,
hal-hal berikut :
 Mengamati seluruh sistem pemipaan.
 Mengamati seluruh sistem saluran udara.
 Mengamati kerja sistem kontrol.
 Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air Conditioning.
 Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan bila terdapat
getaran atau noise yang berlebihan.

i. Laporan Pengujian,
1. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and Balancing of
Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering Balancing Bureau.

PT. PENTA REKAYASA E – 6-53


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

2. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan
baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga
merupakan hasil pengujian yang baik.

j. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),


Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya Kontraktor harus
memberi tanda-tanda pada system outdoor, panel electrical untuk setiap unit ac terpasang yang telah
disetujui Direksi.

k. Equipment Maintenance & Warranty


Supplier harus memberikan garansi 12 bulan atas unit ( tidak termasuk consumable materials seperti :
Refrigerant, Oil, air filter, fuses ) dan tenaga kerja dari tanggal startup atau 18 bulan setelah unit
dikapalkan dari pabrik terhitung yang mana yang lebih dahulu 3 kali garansi visit harus dilakukan
selama masa garansi untuk memeriksa kondisi unit ( tidak termasuk pekerjaan pembersihan ), Laporan
tertulis harus diberikan kepada pemilik paling lambat 1 minggu setelah setiap visit dilakukan Kontraktor
pemasang harus memberikan garansi pemasangan selama 12 bulan terhitung dari tanggal hand over.

l. Call Center
Supplier AC haruslah memiliki sebuah call center yang beroperasi selama 24 jam sehari, 7 hari
seminggu dan 365 hari setahun untuk mensupport pelayanan purna jual dan memberikan jaminan
sepenuhnya kepada kontraktor pemasang.

m. Kontraktor Pemasang
Haruslah sudah berpengalaman dalam melakukan pemasangan AC Multi VRF System minimal selama
5 tahun dengan melakukan minimal 10 proyek dengan hasil yang memuaskan

AC Ruang Laboratorium

HVAC untuk Ruang Laboratorium, c/w Hygienic AHU dan air cooled chiller system beserta
kelengkapan dan aksesorisnya berjalan/berfungsi terus menerus 24 jam dengan Temperature Dew
Point 9.60C dan ecomde, sistem berkerja dengan 30%-40% dari Kapasitas pada saat ruangan tidak
digunakan, termasuk sistem fan filter unit (FFU), dengan air Velocity 0.2 m/s -0.25 m/s, termasuk
sistem kontrol untuk menjaga temperatur, RH, dan tekanan positf (Positive Pressure), memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam ASHRAE 170.
Persayaratan Tata Udara Hiegenic dalam Laboratorium adalah sebagai berikut ;

- Tekanan Udara dalam ruangan lebih Besar/Positif dari ruangan ruangan yang
bersebelahan. (Tekanan Positif).
Hal ini bertujuan agas supaya mikroorganisme/partikel pada koridor kotor tidak dapat
masuk/bercampur dalam ruang laboratorium, sehingga udara di dalam ruangan tidak
terkontaminasi udara luar.

- Temperature Ruangan pada Rentang 21oC ± 2oC


Ini adalah temperature dimana tubuh manusia dapat bekerja dengan kondisi yang nyaman
sehingga tidak menggangu kosentrasi dalam melaksanakan uji laboratorium.
PT. PENTA REKAYASA E – 6-54
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

- Kelembaban relatif Ruangan 35% ± 5%.


Dengan kelembaban 35% ± 5%., dimana berdasarkan penelitian untuk Mikroorganisme /
bakteri, jamur dan partikel lainya, tidak mampu bertumbuh kembang dengan kondisi
kelembaban ini.

- Standard ISO 5 clenroom Standard / CleanRom 100.


Ruangan ini merupakan ruangan Steril dengan HEPA Filter (Tingkat Clean sangat tinggi),
Cleanroom 100 ini baru bisa tercapai jika terbentuknya Udara Aliran Laminar dari langit langit
(Ceiling) sampai pada permukaan Meja Laboratorium .

- Meja Uji Laboratorium berada dibawah ALIRANA UDARA LAMINAR.


Dengan distribusi udara Laminar dari langit langit gerakan ke bawah menuju inlet
pembuangan (Return Air) yang terletak di sudut ruangan yang dibuat plenum.
Dengan adanya aliran udara laminar ini, setiap potensi Mikroorganisma/bakteri, Jamur dan
partikel lainnya yang ada pada pekerja akan terbawa arus udara laminar menuju saluran
pembuangan Udara. Sehingga Udara dalam laboratorium tetap terjamin Bersih dan Steril.

- Hiegenic Standart.
Sesuai dengan persayaratan udara yang akan dihasilkan yang mana harus menghasilkan
Udara yang Bersih dan Steril (Hiegenic), maka peralatan peralatan untuk AHU (Air Handling
Unit) dan Ducting Systemnya harus memenuhi kaidah kaidah Standart Hyegenic dan telah
bersetifikasi dari pabrikan dan lembaga yang diakui oleh negara asal manufacture.

- Kemampuan Operasiaonal 24 Jam dan 7 Hari Seminggu


Sistem dan Peralatan dapat bekerja dengan kondisi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dimana
dengan kemaapuan ini, kesiapan di laboratorium selalu terjaga Steril dan bersih dan tidak
memberi peluang tumbuh kembang mikroorganisme/partikel partikel bakteri, jamur dan laiinnya
dalam ruangan.

- Konsumsi Energy yang effisien


Pada kondisi Fasilitas Ruang Laboratorium tidak digunakan (Stand by Mode), Sistem Udara
Hiegenic dapat bekerja dengan kapasitas 30 – 40% dari kapasitas desainnya, sehingga
penggunaan energi dapat berkurang selama fasilitas ruangan tidak digunakan, dan namun tetap
terjaga keadaan Udara yang Selalu bersih dan Steril (Hegenic)

1. Air Handling Unit (AHU)


Hiegenic Standart : Certified
Eurovent Standart : Class A+ or Equivalent
Standy Mode : 30 – 40 % dari Kapasitas Operasional

2. Laminasator
Hiegenic Standart : Certified
Type : OT Ceiling
PT. PENTA REKAYASA E – 6-55
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

3. Exhaust Fan
Type : EC Fan, Plug & Inverter

4. Dehumidifier
Type : Heat Wheel Dessicant

5. Outdoor Unit
Type : Air Cooled Chiller
Operasional : 24 jam/hari, 7 hari/minng

PT. PENTA REKAYASA E – 6-56


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

7 SISTEM LIFT

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini adalah pekerjaan pengadaan, pemasangan dan pengetesan lift penumpang
lengkap dengan perlengkapannya beserta instalasinya dan menyerahkannya dalam keadaan
baik dan sempurna sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu berupa sistem instalasi lift yang
bekerja dengan baik dan terpadu.

Gambar kerja
Sebelum mulai pelaksanaan, kontraktor harus menyerahkan gambar kerja instalasi lift yang
akan dipasang kepada Konsultan pengawas guna pemeriksaan dan persetujuan
pelaksanaannya.
A. Gambar kerja tersebut harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Peralatan di dalam ruang mesin yang menyangkut:
 Letak peralatan-peralatannya.
 Hubungan-hubungan kerjannya dari tiap peralatan dengan alat-alat
lain.
 Diagram beban-bebannya.

b. Hoistway dengan perlengkapannya yang menyangkut:


 Tali pengangkat.
 Rel-rel lintasan termasuk kerangka penyangga.
 Kekuatan sesuai dengan jaminan pelaksanaan.
 Ukuran berat tiap meter dari rel-rel yang dipakai.
 Kekuatan penahan horizontal, saat-saat sesudah dan sebelum ada
beban, harus sesuai dengan jaminan keselamatan.
 Kereta dalam hubungan-hubungannya dengan peralatan-peralatan
lainnya.
 Pintu masuk.
 Lintasan.
 Hal-hal lain yang berhubungan dengan pemeliharaan pembersihan
dan lain-lain.

c. Pintu masuk, lengkap dengan perlengkapannya.


d. Mesin-mesin pengangkat lengkap dengan peralatannya.
e. Tanda-tanda isyarat lengkap dengan peralatannya.

PT. PENTA REKAYASA E – 7-57


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

B. Daftar Material, Contoh-Contoh dan Katalog


Sebelum pekerjaan ini dimulai, kontraktor harus menyerahkan hal-hal tersebut di
bawah guna pemeriksaan dan persetujuan pelaksanaan/pemakai-nya:
Pada penyelesaian pekerjaan, kontraktor diminta untuk menyerahkan Buku
Petunjuk Pengoperasian dan Pemeliharaan/Perawatan Sistem Lift secara
lengkap dalam bahasa Indonesia, serata mengajarkannya dalam bentuk
pendidikan dan latihan kepada calon-calon operator yang ditunjuk Pemberi
Tugas.

Spesifikasi Teknis Lift Penumpang


Lift penumpang yang akan dipasang mempunyai Spesifikasi Teknis sb:
1. Kapasitas Angkut tiap unit 1600 kg (21 orang) Kecepatan 180 m /menit
beroperasi secara group full collective control/group Super Visory Computeriset
Contro.
2. Ukuran Lubang Pintu
 Lebar : 1.100 mm
 Tinggi : ± 2.300 mm
3. Ruang Mesin yang tersedia gambar
4. Interior dari Kereta Lift
 Interior dari kereta lift atas dasar standard pabrik yang bersangkutan
 Deluxe Design
 Hoistway Door, dari Stainless Stell hair line finish tanpa transrom
narrow Jamb Stainless Stell hair line hanya pada lantai dasar.
 Hoistway door dan Narrow Jamb tanpa transrom dari she steel painted
(cat oven) finish untuk lantai typical (lantai lainnya).
 Hall Position Insicator (HPI) hanya pada lantai dasar (lobby)
 Hall lantern dan hall gong untuk semua lantai.
 Finish interior dari kereta dan pintu-pintunya harus diajukan kepada
Konsultan dan Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan seperti
mengenai bentuk dan warnanya serta bentuk dan type lampunya.
5. Rangka Kereta Lift
 Terbuat atas profil baja yang dicat anti karat.
 Pada rangka ini terdapat paling sedikit 4 buah sliding type guide shoes
dimana dua buah terletak pada bagian bawah kereta tepat di guide rail
dan yang lain pada bagian atas kereta.
 Setiap Guide Shoes harus dilengkapi dengan sistem pelumas sendiri
(self lubrication) untuk mencegah cepatnya keausan.

PT. PENTA REKAYASA E – 7-58


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

 Pada rangka bagian bawah yang merupakan tempo tumpuan lantai


kereta harus terdapat bantalan karet.
6. Lantai Kereta Lift
 Terbuat dari plat baja yang dicat anti karat.
 Bagian atas dilapisi dengan Heavy Duty Vinyl Tile dan dipersiapkan
space untuk dipasang granit.
 Kekuatan dari lantai ini harus sesuai dengan kapasitasnya dengan
konstruksi rangka baja.

Pengadaan Pemasangan Instalasi Listrik Untuk Lift


a. Pekerjaan ini adalah pekerjaan pengadaan, pemasangan setting dan penyambungan
instalasi tenaga listrik untuk keperluan lift penumpang, lift barang, lift service dan sub panel
adalah termasuk pekerjaan Kontraktor Lift. Instalasi dan sub panel ke unit-unit mesin dan
ke panel-panel kontrol dan lain-lain.
b. Kabel-kabel yang digunakan harus dalam keadaan baru 100% ukuran dan type kabel
memenuhi syarat spesifikasi yang diminta.
c. Tarikan kabel harus diusahakan tidak terlihat dari luar dan penarikannya harus aman dan
rapi. Pembobokan lantai-lantai beton yang ditembus oleh kabel ini menjadi tanggung
jawab Pemborong, begitu juga perbaikan/finishingnya.
d. Tariakan kabel yang berada diatas plafon harus diklem pada jalur kabel yang berbentuk
tangga diklem pada plat beton. Begitu pula kabel yang berada di bawah plafon menyusur
tembok dengan jalur kabel yang terbentuk tangga yang ditanamkan pada tembok dengan
flarnco galvanized sistem. Pengkleman tersebut dipasang pada tiap jarak ½ m dengan
kuat, aman dan rapi.
e. Letak panel utama berada diruang elektrikal dan sub panel lift diruang mesin lift. Sub panel
diruang mesin lift bias digunakan buatan dalam negeri dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
 Produksi Industri Panel Simetri, Industira atau setara.
 Tebal plat besi yang digunakan untuk panel-panel tersebut setebal 2 mm yang
dicat anti karat dengan pintu-pintu yang dapat dikunci.
 Komponen-komponen di dalamnya Schneider.
f. Begitu juga mengenai instalsi listrik yang berada di dalam ruang lift semuanya harus tidak
dapat nampak dari luar (terbenam)/protektor.
g. Semua komponen-komponen, masing-masing sistem control harus melalui pengetesan
(cold test) sebelum disatukan.

PT. PENTA REKAYASA E – 7-59


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

h. Lampu dan saklar di pintu elevator.


i. Intercom dengan 2 master station di ruang mesin lift dan di ruang BAS groung floor dengan
cabang pada masing-masing kereta untuk semua lift. Sistem ini memungkinkan
penumpang berkomunikasi dengan orang diluar kereta pada kejadian macet. Di dalam
operasinya setiap cabang dapat memanggil master station dan setiap mater station dapat
memanggil setiap cabang. Sumber daya intercom ini diambil dari battery yang dilengkapi
dengan automatic charger yang juga digunakan untuk melayani lampu penerangan
darurat.
j. Semua logam harus diberi pentanahan. Selanjutnya pemasangan dan ukuran-ukuran
harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh SNI 2000.

Percobaan Testing dan Balancing


Semua pekerjaan dinyatakan selesai (diserahkan), Pemborong harus menyelenggarakan
percobaan dengan beban dan mengadakan setting dari level pemberhentian, sehingga syarat-
syarat level dearance yang diharapkan dapat dipenuhi dengan baik dan memuaskan Pemberi
tugas dan untuk mendapatkan grafik kecepatan. Pengujian yang dilakukan harus sesuai
dengan prosedur dari pabrik dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Konsultan. Sampai
mendapatkan sertifikat dari Dinas Keselamatan dan Instasi yang berwenang lainnya. Dalam
percobaan-percobaan tersebut harus disaksikan olek Konsultan Pengawas Lapangan,
Pemberi Tugas, dan instasi yang terkait jika diperlukan. Biaya testing dan peralatan yang
diperlukan, termasuk daya listrik yang dipakai menjadi beban Pemborong.

Lain-Lain Persyaratan Pakerjaan Lift


Termasuk di dalam pekerjaan pemborongan lift ini adalah:
a. Menyediakan dan pemasangan fasilitas-fasilitas yang berupa relay-relay, kontak-
kontak pada bagian peralatan panel lift yang dikontrol oleh building automation atau fire
alarm agar dapat berhubungan langsung dengan building automation atau fire alarm
yang berupa point status dan lain-lain.
b. Selama masa pemeliharaan, pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan
rutin dilaksanakan tidak kurang dari tiap 2 minggu sekali.
c. Peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
dalam RKS harus disediakan oleh Pemborong sehingga instalasi bekerja dengan baik,
dan sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa tambahan biaya.

PT. PENTA REKAYASA E – 7-60


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

d. Selama masa pemeliharaan owner dibebaskan dari semua biaya yang timbul oleh
perbaikan-perbaikan maupun dari suku cadang.
e. Sehabis masa pemeliharaan Kontraktor/agen tunggal lift tersebut harus menjamin
terhadap suku cadang dan teknisi bila diperlukan.
f. Pekerjaan sipil yang harus dibuatkan untuk keperluan-keperluan lift dan escalator
menjadi tanggung jawab Kontraktor Lift dan untuk pelaksanaannya bias dikoordinasikan
dengan Kontraktor Sipil.
g. Agar disiapkan hook untuk maintenance tiap ruang mesin dan ukur kekuatan
hook/cantelan ini agar disesuaikan dengan mesin lift yang akan dipasang.
h. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya dan jika terjadi pertentangan antara gambar dan
spesifikasi yang lebih mengikat.
i. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali atas segala ukuran-
ukuran/kapasitas peralatan yang akan dipasang.

PT. PENTA REKAYASA E – 7-61


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

8 Outline Spek Material Mekanikal dan Plambing

NO MATERIAL MERK

MECHANICAL

PLUMBING
A WATER SUPPLY
1. Transfer Pump Ebara, Groundfos
2. Booster Pump Ebara, Groundfos
3. Deep Well Pump Ebara, Groundfos
Pipa Air Bersih (Steel Pipe-
4. PPI, Spindo, Bakrie
medium class)
5. Pipa Air Bersih (PPR-PN 16) Wavin, Kelen, ATP Toro
6. Pipa Air panas (PPR-PN 20) Wavin, Kelen, ATP Toro
7. Fitting Pipe FKK / TSP / HE / TG
8. Valve (Class 10 K) Kitz, Toyo, Tyco
9. Pressure Reducing Valve Yoshitake, Socla, Tyco
10. Float Valve KKK, Yuta, Tyco
11. FRP Tank Daiki axis, Sigma, Farmel
12. Water Meter B & R, Onda
13. Pressure gauge Nagano, VPG, Yamamoto
14. Air Vent Yoshitake, Socla
15. Foot Valve Mizzu, Ebara
16. Elektrode Water Level Omron, Honeywell
17. Flexible joint Tozen, Proco

B SEWAGE SYSTEM
1. Sumpit Pump Ebara, Groundfos
2. Sewage Pump Ebara, Groundfos
PVC Pipe Class AW (10
3. Wavin, Rucika, Pralon
kg/mm2)
4. Floor Drain, Clean out Toto, San-ei
5. Valve (Class 10 K) Kitz, Toyo
6. STP (Extended aeration) Aerfresh (Farmel), Daiki Axis

C FIRE FIGHTING SYSTEM


1. Fire Fighting Pump
- Eektric Pump Armstrong, Raddyant, Ameriflo
- Diesel Pump Armstrong, Raddyant, Ameriflo
- Jockey Pump Armstrong, Raddyant, Ameriflo
2. Fire Extingueser Apron, Onfire, Ocean
3. Black Steel Pipe (Sch 40) PPI, Spindo, Bakrie

PT. PENTA REKAYASA E – 8-62


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL

4. Fitting - fitting FKK / TSP / HE / TG


5. Valve (Class 20 K) Kitz, Toyo, Tyco
6. Main Control Valve & Branch Duyar, Viking, Onfire
Control Valve
7. Alarm Gong Duyar, Viking, Onfire
8. Pressure Switch Honeywell, Nagano
9. Flow Switch Honeywell, Nagano
10. Sprinkler Head Viking, Tyco, Onfire
11. Box Hydrant Appron, Hooseki, Fire Red
12. Pillar Hydrant Appron, Ocean, Onfire
13. Seamese Connection Appron, Ocean, Onfire
14. Fire Suppression Stratroshield, Phyrosield

D AIR CONDITIONING
1. Air Conditioning Daikin, Mitsubishi, Panasonic
Air Conditioning Clean Room Fujiaire, ITU, Aicool
Fan Filter Unit JAF, AAF, CAMFIL
Dehumidifier BryAir, Trotec, Destech
2. PAC (Precision Air Conditioning) Citec, Huawey
3. Exhaust Fan KDK, CKE
4. Refrigerant Pipe Kembla, Denji, Crane
5 Drain Pipe PVC Class AW (10 Wavin, Paralon, Banlon
kg/mm2)
6 Isolasi Refrigerant Pipe Armaflex,Termaflex
7 Cable Power & Control Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
8 Ducting
- Ducting (PIR) TD Duct, First Duct
- Ducting (BJLS) Lokfom
- Glass Wool Class 32 Kg/cm2 AB Wool
- Alumunium Foil AB Foil
- Alumunium Tape AB Tape
9 Grille
- Round Diffuser Module, Comfort Aire
- Linier Slot Diffuser Module, Comfort Aire
- Return Air Grille Module, Comfort Aire
- Supply Air Grille Module, Comfort Aire
- Volume Damper Module, Comfort Aire
- Flexible Round Duct Safe-Flex/Polar

E ELEVATOR Hyundai (korea), Mitshubishi, Hitachi


Gondola Mitragondola, DKS gondola

PT. PENTA REKAYASA E – 8-63


PEKERJAAN ELEKTRIKAL
DAN ELEKTRONIKA
Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

DAFTAR ISI

1. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN ELEKTRONIK 3


1.1. U M U M ........................................................................................................ 3
2. SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN ELEKTRIKAL .................................. 7
2.1. Instalasi Kabel/Wiring .................................................................................... 7
2.2. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak (Outlet) ................................................... 7
2.3. Instalasi Fixtures Penerangan ...................................................................... 7
2.4. Instalasi / Konstruksi Panel ........................................................................... 8
2.5. Kabel 20 kV ................................................................................................. 11
2.6. Kabel Tegangan Rendah (NYY, NYFGbY, NYM) 380 V ............................ 12
2.7. Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM) .......................................... 12
2.8. Transformator .............................................................................................. 18
2.9. Peralatan Listrik ........................................................................................... 21
3. SISTEM PENTANAHAN ............................................................................. 26
3.1. Lingkup Pekerjaan....................................................................................... 26
3.2. Standar dan Kode-Kode yang Berlaku ....................................................... 26
4. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI PENANGKAL PETIR 27
4.1. Umum .......................................................................................................... 27
4.2. Lingkup Pekerjaan....................................................................................... 27
4.3. Syarat Proteksi Petir.................................................................................... 27
4.4. Pemasangan Air Terminal/Proteksi Petir .................................................... 28
4.5. Surat Ijin ...................................................................................................... 28
4.6. Pengujian / Pengetesan .............................................................................. 28
4.7. Referensi Produk........................................................................................ 28
5. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TELEPON / IP PBX ...................... 30
5.1. Sentral Telepon Otomat / IP PBX ............................................................... 30
5.2. Kemampuan dan Fasilitas IP PBX .............................................................. 30
5.3. Proteksi ........................................................................................................ 32
5.4. Pesawat Pelayanan / Operator Set ............................................................ 32
5.5. Software ...................................................................................................... 32
5.6. Pentanahan / Grounding ............................................................................. 32
5.7. Sumber Tenaga Listrik/Power Supply ........................................................ 33
5.8. Kabel Jaringan Telepon .............................................................................. 33
5.9. Commisioning .............................................................................................. 34
6. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA ................ 35
6.1. Lingkup Pekerjaan....................................................................................... 35
6.2. Persyaratan Teknis .................................................................................... 35
6.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan .............................................................. 35
6.4. Gambar Kerja .............................................................................................. 36
6.5. Pemasangan Instalasi ................................................................................. 37
6.6. Pengujian/Testing Comissioning................................................................. 37
6.7. Lain-Lain ...................................................................................................... 37
6.8. Referensi Produk......................................................................................... 37
7. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SISTEM FIRE ALARM .................. 39
7.1. UMUM.......................................................................................................... 39
7.2. PENJELASAN SISTEM .............................................................................. 39
7.3. LINGKUP PEKERJAAN .............................................................................. 39
7.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN ................................................. 39
7.5. Persyaratan Teknis Pemasangan ............................................................... 43

PT. PENTA REKAYASA F-i


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

7.6. Interconnecting Interlock ............................................................................ 44


7.7. Testing/Commissioning ............................................................................... 44
7.8. Lain–Lain ..................................................................................................... 44
7.9. Referensi Produk........................................................................................ 44
8. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JARINGAN SISTEM DATA ........ 44
8.1. U M U M ...................................................................................................... 44
8.2. LINGKUP PEKERJAAN. ............................................................................. 45
8.3. SYARAT-SYARAT INSTALASI KABEL UTP ............................................. 45
8.4. SPESIFIKASI TEKNIS ................................................................................ 45
8.5. TESTING DAN COMMISSIONING ............................................................. 46
8.6. REFERENSI PRODUK ............................................................................... 46
9. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI CCTV ......................... 48
9.1. UMUM.......................................................................................................... 48
9.2. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN ................................................. 48
9.3. PEMASANGAN ........................................................................................... 49
9.4. TESTING / COMMISSIONING ................................................................... 49
9.5. REFERENSI PRODUK ............................................................................... 49
10. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN DIESEL GENSET .......................... 50
10.1. UMUM.......................................................................................................... 50
10.2. Sistem Kerja Genset ................................................................................... 50
10.3. Lingkup Pekerjaan....................................................................................... 50
10.4. Diesel Generator ......................................................................................... 51
10.5. Ketentuan Teknis Bahan dan peralatan ..................................................... 53
10.6. Persyaratan Bahan / Material ..................................................................... 57
11. SOLAR PANEL ........................................................................................... 59
11.1. Umum .......................................................................................................... 59
11.2. Ketentuan Bahan dan Peralatan ................................................................. 61
11.3. Pengkabelan & Terminasi ........................................................................... 61
11.4. Prosedur Uji Terima .................................................................................... 61
11.5. Pelatihan ...................................................................................................... 61
12. OUTLINE SPESIFIKASI ............................................................................. 61

PT. PENTA REKAYASA F-ii


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN ELEKTRONIK

UMUM

a. Penjelasan
Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dalam bidang keahlian ini meliputi :
- Menyediakan seluruh pekerjaan sistem listrik sehingga dapat beroperasi secara
sempurna.
- Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi
dan sesuatu yang tercantum di dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
- Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang dilaksanakan harus dikerjakan oleh sub
kontraktor instalatur yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan
mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya, serta
perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalatir resmi PLN dengan memegang pas
instalatir kelas tertinggi (D) yang masih berlaku untuk tahun terakhir yang berjalan.
- Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut”Peraturan Umum Instalasi
Listrik di Indonesia edisi terakhir tahun 2000 (PUIL) dan Peraturan PLN (SPLN)"
sebagai petunjuk dan juga peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan
standar-standar/kode-kode lainnya yang diakui (VDE, DIN).
- Kontraktor harus menempatkan seorang sarjana atau yang dianggap ahli sebagai
wakil dari perusahaan dan dapat memberikan keputusan-keputusan apabila
sewaktu-waktu diperlukan.

b. Gambar-gambar
- Gambar-gambar rencana yang termasuk lingkup pekerjaan instalasi listrik dalam
Dokumen Tender ini adalah gambar-gambar Elektrikal dan Elektronik.
- Pemborong wajib memeriksa design terhadap kemungkinan kesalahan
/ketidakcocokan baik dari segi besaran-besaran listriknya maupun pemasangan dan
lain-lain. Hal-hal diatas harus diajukan dalam bentuk tertulis atau gambar pada waktu
penjelasan tender/aanwijzing.
- Sebelum pekerjaan diserahkan seluruhnya ataupun secara bertahap, pem-borong
wajib menyerahkan kepada MK sebanyak 4 (empat) set gambar yang disebut ”as
build drawing" yaitu gambar dari semua material, peralatan dan instalasi sistem
listrik.
- Gambar listrik menunjukkan keseluruhan besaran dan jumlahnya serta persyaratan
dari keperluan instalasi, instalasi harus menyesuaikan kondisi setempat pada
proyek. Gambar-gambar arsitektur dan struktur harus berkaitan dengan kontruksi
dan detail akhir dari proyek, sedangkan gambar-gambar lainnya harus berkaitan
dengan kontruksi detail yang berhubungan dengan masing-masing pekerjaan.
Pemborong harus melengkapi seluruh keperluan lebih lanjut seperti”shop drawing"
dan gambar-gambar detail.

c. Bidang Pekerjaan yang Dikerjakan :


- Listrik
- Telephone
- Sound System
- Fire Alarm
- CCTV
- Internet (Data)

d. Klausal Yang Disebutkan

PT. PENTA REKAYASA F-3


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada bagian/bab/gambar yang lain maka ini
harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi malah untuk
lebih menegaskan masalahnya. Bila terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar
atau terhadap spesifikasi teknis, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.

e. Koordinasi Pekerjaan
Untuk kelancaran pekerjaan ini harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat
di dalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktivitas yang menyangkut di dalam proyek harus
dikoordinir lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan lainnya dapat dihindarkan.
Melokalisasi / memperinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk mendapat
persetujuan MK/Perencana.

f. Material dan”Workmanship"
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru dan
material harus tahan terhadap iklim tropik. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan
cara yang benar dan setiap pekerja harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan.
Dimana latihan khusus bagi pekerja adalah diperlukan dan Pemborong harus
melaksanakannya. Pemborong harus melengkapi surat sertifikat yang sah untuk setiap
personal ahli, yang menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan
khusus ataupun mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian
masing-masing.

g. Daftar Material
Pada waktu mengajukan penawaran, Pemborong harus menyertakan /
melampirkan”Daftar Material" yang lebih dahulu diperinci dari semua bahan yang akan
dipasang pada proyek dan harus disebutkan pabrik, merk, manufacturer, type, lengkap
dengan brosur/katalog. Ini adalah mengikat dan harus diajukan lengkap tidak boleh
sebagian-sebagian.

h. Nama Pabrik / Merk Yang Ditentukan


Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/merk dari satu jenis
bahan/komponen, maka Pemborong wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan
yang ditentukan.
Jadi tidak ada alasan bagi Pemborong pada waktu pemasangan menyatakan barang
tersebut sudah tidak terdapat lagi pada pasaran ataupun sukar didapat dipasaran. Untuk
barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang,
Pemborong harus sesegera mungkin memesannya pada keagenannya di Indonesia.
Apabila Pemborong telah berusaha untuk memesannya, namun pada saat pemesanan
bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan sendiri
alternatif merk lain dengan spesifikasi minimal yang sama. Jadi setelah 1 (satu) bulan
penunjuk-kan pemenang. Pemborong harus memberikan foto copy dari pemesanan
material lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order
import).

i. Shop Drawing
Setelah persetujuan, dalam hal ini sebelum daftar spesifikasi material, Pemborong
diharuskan menyerahkan shop drawing untuk disetujui Perencana. Shop Drawing harus
termasuk katalog data dari pabriknya, literatur mengenai uraian-uraian, diagram
pengkabelan, data ukuran dimensi, data pembuatan dan nama serta alamat yang terdekat
dari service dan group perusahaan pemeliharaan yang tetap menyediakan

PT. PENTA REKAYASA F-4


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

persediaan/stock suku cadang yang terus menerus, shop drawings harus diberi catatan
dari Pemborong, yang menyatakan bahwa apa yang dianjurkan sudah sesuai dengan
spesifikasi dan kondisi ruang yang disediakan.
Data untuk setiap sistem harus menunjukkan pemasangan yang lengkap dari seluruh
koordinasi komponen untuk peninjauan keseluruhan yang sebenarnya dari keseluruhan
sistem, penyerahan sebagian-sebagian tidak akan diperhati-kan. Gambar shop drawing
harus dibuat sebanyak 4 (empat) set.

j. Subsitusi
 Produk yang disebutkan nama pabriknya
Material, peralatan, perkakas, accessoriesnya yang disebutkan nama pabriknya dalam
spesifikasi. Pemborong harus melengkapi produk yang disebutkan dalam spesifikasi,
atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara, disertai data-data yang lengkap
untuk mendapatkan persetujuan Perencana/MK sebelum pemesanan.
 Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya
Material, peralatan, perkakas, accessories dan produk-produk yang tidak disebutkan
nama pabriknya dalam spesifikasi, Pemborong harus mengajukan secara tertulis nama
negara dari pabrik yang menghasilkan-nya, katalog dan selanjutnya menguraikan data
yang menunjukkan secara benar bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah
sesuai dengan spesifikasi dan kondisi proyek.

k. C o n t o h
Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh dari seluruh material untuk mendapatkan
persetujuan sebelumnya. Seluruh biaya ditanggung atas biaya Pemborong. Contoh-
contoh tersebut (mock-up) dimasukkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja, terhitung
setelah dikeluarkannya SPK.

l. P r o t e k s i
Seluruh material dan peralatan harus dengan sebenarnya dan diproteksi secara memadai
oleh Pemborong, sebelum selama pengerjaan dan sesudah selesai instalasi (dalam masa
garansi). Material dan peralatan yang mana mengalami kerusakan sebagai akibat dari
pemasangan yang ceroboh dan proteksi yang tidak memadai tidak dapat diterima untuk
instalasi proyek.

m. Acces Opening
Pemborong harus menyediakan access opening (bukaan-bukaan) untuk instalasi dan
pemeliharaan dari instalasi listrik. Bukaan-bukaan (access opening) yang terdapat pada
konstruksi bangunan seperti dinding-dinding, langit-langit, dan seterusnya begitu
pembukaan harus dilengkapi dengan fasilitas penutup yang tepat bagi permukaan
peralatan, penutup harus dapat dilepaskan dan dipindahkan tanpa mengakibatkan
kerusakan pada permukaan yang berdekatan.

n. Pengecatan
Apabila peralatan-peralatan sudah dicat dari pabrik dan tambahan pengecatan di
lapangan tidak dispesifikasikan maka seluruh permukaan yang cacat harus diperbaiki
ataupun pengecatan kembali untuk memperoleh hasil pengecatan yang sempurna.
Apabila peralatan belum dicat dari pabrik, Pemborong harus bertanggung jawab atas
pengecatan tersebut.
Seluruh rangka, penutup, cover plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus diberi cat
dasar atau prime coat dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Cat akhir ini dengan

PT. PENTA REKAYASA F-5


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

warna sementara ditentukan ”abu-abu" kecuali kalau diadakan perubahan warna.


Penentuan jenis warna abu-abu dan merk cat, sebelumhya harus dimintakan persetujuan
pada MK/Perencana. Pengecatan dikerjakan dengan proses ”stove ennameled" untuk
lampu, sedangkan untuk panel listrik harus dibuat tahan karat dengan cara”galvanized
cadmium plating" atau dengan”zinc chromatic primer" harus dicat dengan cat bakar.

o. Gambar Pemasangan Yang Sebenarnya


Pemborong harus mempergunakan secara baik satu set lengkap gambar-gambar di
lapangan yang mana harus diberi tanda yang tepat pada lokasi dari seluruh jenis sistem
outlet panel/kabinet, peralatan, pengkabelan dan seterus-nya dengan dimensi yang
diambil dari patokan center colom (as colom). Pemborong harus melengkapi gambar
pemasangan yang sebenarnya.

p. Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan dan harus
melakukan percobaan seperti operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem.
Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan /cacat/
salah harus diganti /dibetulkan dan percobaan diulangi. Seluruh peng-kabelan,
instalasi”keur" Pemborong harus bertanggung jawab untuk mem-peroleh persetujuan PLN
bagi pemasangan sistem jaringan listrik dan seluruh biaya ditanggung atas beban
Pemborong.

q. Data Suku Cadang


Sejak pengiriman dari bagian-bagian dan peralatan ke tempat lapangan Pemborong harus
menyerahkan kepada MK daftar lengkap dari suku cadang (spare parts) dan menyerahkan
untuk masing-masing bagian.

r. Peraturan Hak Patent


Pemborong harus melindungi Pemilik (owner) terhadap semua klaim atau tuntutan, biaya
dan kenaikan harga karena bencana, dalam hubungan dengan semua dagang atau nama
produksi, hak cipta, pada semua material, peralatan yang dipergunakan dalam proyek ini.

s. K e b e r s i h a n
Pemborong harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa-sisa material yang
tidak terpakai yang diakibatkan oleh pekerjaannya dan harus menyelesaikan tiap bagian
dari instalasi secara teratur serta rapi.

t. Built in Insert, Sleeves dan Perlengkapannya


Lengkapi insert, sleeves dan perlengkapan lainnya bagi keperluan built in dalam beton
atau pekerjaan konstruksi.

u. Buku Petunjuk (Manual) dan Instruksi


Pemborong harus melengkapi buku petunjuk (manual) pemeliharaan dan manual cara
mengoperasikannya, dan bahasa dari instruksi bagi seluruh bagian peralatan ini harus
dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

v. Kelengkapan Instalasi
Dalam spesifikasi teknis ini maupun di dalam penggambaran untuk suatu sistem atau
suatu perangkat peralatan listrik, dimaksudkan adalah sebagai suatu sistem yang dapat

PT. PENTA REKAYASA F-6


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

beroperasi dengan baik sedemikian rupa sehingga apabila ada bagian atau komponen
dari sistem instalasi yang tidak disebutkan di dalam spesifikasi teknis ini maupun pada
gambar, maka ini berarti Pemborong harus mengadakan dan menjamin sistem/instalasi
tersebut akan bekerja dengan baik.

SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN ELEKTRIKAL


Instalasi Kabel/Wiring
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan
PUIL/LMK. Semua kabel/kawat harus baru dan harus jelas ditandai mengenai ukurannya,
jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6 mm² ke
atas haruslah terbuat secara dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm² kecuali untuk pemakaian remote control.
1. "Splice" / Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya ”splice" ataupun sambungan-sambungan baik dalam feeder
maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa
dicapai (accessible).
Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat lainnya harus
mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan porselein
atau bakelite ataupun PVC, yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.
2. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes,
gelas, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain tertentu itu harus dipasang
memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan pemerintah dan atau
manufacturer.

Instalasi Sakelar dan Stop Kontak (Outlet)


Sakelar-Sakelar
Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 10 A / 250 V,
sakelar pada umumnya dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika
tidak ditentukan lain, sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada
tembok pada ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali ditentukan
lain oleh MK.
Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring, (standar).
Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang berdekatan.

Stop Kontak
Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi saluran ke
tanah (grounding). Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding
dengan ketinggian 30 cm dari atas lantai yang sudah selesai atau wall duct outlet
sesuai gambar rencana atau petunjuk MK.

Instalasi Fixtures Penerangan


U m um
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat dari
bahan yang sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus rapih dan
baik, tebal plat baja yang dipakai untuk housing fixture minimum 0,7 mm.
Pemborong harus menyediakan contoh-contoh dari semua fixture yang akan
dipasang kepada Perencana/MK untuk disetujui.

Kabel-Kabel untuk Fixture

PT. PENTA REKAYASA F-7


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk ”fixture" harus ditutup
asbestos dan tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil dari 2,5 mm²,
kawat-kawat harus dilindungi dengan”tape" atau ”tubing" disemua tempat dimana
mungkin ada abrasi.
Semua kabel-kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature kecuali
dimana diperlukan penggantungan rantai atau kalau pemasangan/perencanaan
fixture menunjuk lain. Tidak boleh ada sambungan kabel dalam suatu armature dan
penggantungan dan harus terus menerus utuh mulai dari kotak sambung ke
terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu. Saluran-saluran kabel
harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kabel.

Lampu-lampu
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai dengan
persyaratan dan gambar. Untuk lampu pijar memakai lamp holder dan base type
edison screw, untuk lamp holder type edison screw kabel netral tidak boleh
dihubungkan ke centre control, kecuali dipersyaratkan lain. Lampu fluorescent
haruslah dari jenis cool white.
Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan factor
daya harus dilengkapi dengan capacitor. Dalam spesifikasi ini besarnya
”microfarad" dari kapasitor untuk setiap lampu tidak terlalu ditekankan karena yang
dibutuhkan adalah hasil akhir dari power factor menjadi sekurang-kurangnya 0,95.

Instalasi / Konstruksi Panel


Kabinet
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 2 mm, atau dibuat
dari bahan lain seperti polyester atau bakelite. Kabinet untuk”panel board"
mempunyai ukuran yang proposionil seperti dipersyaratkan untuk panel board, yang
besarnya sesuai dengan ukuran pada gambar perencana atau menurut kebutuhan
sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu penuh/ padat.
Frame/rangka panel harus digrounding/ditanahkan pada kabinet harus ada cara-
cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel”panel board" serta
tutupnya. Kabinet dengan kabel-kabel”trough feeder" harus diatur sedemikian
sehingga ada saluran dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit
panel board. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu
kabinet harus disediakan 2 (dua) buah anak kunci, dengan sistem master key.

Finishing
Semua kabinet harus dicat dengan warna yang ditentukan oleh Perencana/MK.
Semua kabinet dari pintu-pintu untuk panel listrik, harus dibuat tahan karat dengan
dengan cara”galvanized cadmium plating" atau dengan”zinc chromate primer".
Selain yang tersebut diatas, harus dilapisi dengan lapisan anti karat yaitu sebagai
berikut :
- Bagian dalam dari box dan pintu.
- Bagian luar dari box yang digalvanisir atau cadmium plating tak perlu dicat
- kalau seluruhnya terpendam, kalau dipakai zinc chromate primer harus dicat
dengan cat bakar.

Pemasangan Panel
Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel
dengan mudah masih dapat dijangkau, tergantung dari pada macam/tipe panel.

PT. PENTA REKAYASA F-8


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Maka bila dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung maka pemborong harus


menyediakannya dan memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar.

Panel Distribusi Utama


 Panel PDTR harus rakitan di Indonesia dan pabrik-pabrik pembuatannya
harus telah tergabung dalam APPI (Assosiasi Pembuat Panel Indonesia).
 Panel PDTR yang dimaksud untuk beroperasi pada tegangan 220/380 V, 3
fasa, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly grounded.
 Cubicle Panel menggunakan model Form 3B.Type test
 Komponen pengaman ; Miniature Circuit Breaker(MCB), Moulded Case
Circuit Braker (MCCB)dan Air Circuit Breaker (ACB),harus mempunyai
breaking capacity sesuai gambar perencanaan pada tegangan 380/415 Volt
; dan harus sesuai dengan iklim Indonesia .
 CB Incoming dan Couppler menggunakan type Draw Out, agar memperoleh
kemudahan pemeliharaan/maintenance.
 Untuk pemakaian komponen harus diusahakan menggunakan satu produk/
merk saja.
 Model modul cubicle yang ditanahkan secara sempurna, pasangan pada
lantai dan pintu dilengkapi master key.
 Jenis pasangan dalam (indoor-type) free standing panel.
 Menggunakan plat baja minimum 2,0 mm dengan rangka besi siku, kompak
dan kuat sehingga mampu menahan stress mekanik pada saat hubung
singkat.
 Dilengkapi louvers untuk ventilasi.
 Komponen-komponen peletakannya agar diatur dengan baik, terlindung,
sehingga mudah dioperasikan dan mudah perawatannya.
 Meter dan indikator sesuai dengan perletakan yang mudah dilihat.
 Busbar terdiri dari 5 busbar terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar netral
(full netral) dan 1 busbar untuk grounding atau dengan ukuran seperti gambar
rencana.
 Seluruh bagian baja/besi dicat dengan cat powder coating (ketebalan cat min
80 micron), warna cat ditentukan kemudian.
 Jumlah dan jenis komponen panel harus sesuai dengan gambar rencana.
 Panel PDTR harus dilengkapi dengan Surja Arrester.
Circuit breaker
- Circuit Breaker untuk penerangan menggunakan MCB dengan breaking
capacity minimal 6 kA simetris atau sesuai dengan gambar perencanaan.
- Rating arus untuk Circuit Breaker minimal adalah 10 A. Rating tegangan
240/415 VAC.
- Circuit Breaker untuk beban motor induktif harus menggunakan MCB
berkarakteristik curva D, tipe H.
- Circuit Breaker yang digunakan minimal 1 pole untuk 1 phasa dan 3 pole untuk
3 phasa.
- Circuit Breaker lainnya harus dari tipe ACB, MCCB, sesuai dengan yang
diberikan pada gambar rencana dengan breaking capacity MCCB adjustable
minimal 36 kA simetris dan breaking capacity ACB minimal 65 kA simetris.
- Circiuit Breaker harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneouse magnetic unit.

PT. PENTA REKAYASA F-9


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi shunt trip
terminal.
- Type dan jenis dari Circuit Breaker sesuai dengan gambar perencanaan.

Papan Nama
Seluruh kabinet, panel kontrol, panel listrik, pemutus daya (CB), saklar, dan bagian-
bagian lainnya dari peralatan, jika tidak disebutkan dalam hal-hal lain, harus
dibuatkan papan nama untuk mengindikasi/mengindentifikasi/pengguna-an nama
alat tersebut. Papan nama harus terbuat dari back plat stainless steel dengan huruf
digravier timbul.
Untuk keseluruhan, papan nama harus berukuran 1,5 inches (3,81 cm) tinggi
dengan lebar seperlunya dengan tinggi huruf 1,0 inches (2,54 cm), untuk ukuran
yang lebih kecil dimana penutupnya terbatas gunakan 1,5 inches (3,81 cm) tinggi
dari plat. Dan ketebalan plat minimum 3 mm.

Busbar / Rel
- Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T,
1 busbar netral (full netral) dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan dengan besar arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa
menyebabkan kenaikkan suhu lebih besar dari 65° C. Untuk itu penampang busbar
harus sesuai ketentuan dalam PUIL 2011.
- Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, dimana lapisan
warna busbar tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul.
- Busbar adalah batang tembaga murni dengan minimum conduktivitas 98%, rating
amper sesuai gambar.
- Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL 2011 sebagai berikut:
 Phasa : Coklat, Hitam dan Abu-abu
 Netral : Biru
 Ground : Hijau/Kuning

Teminal dan Mur-baut


Semua terminal cabang harus diberi lapisan tembaga (ver-tin) dan disekrup dengan
menggunakan mur-baut ring dari bahan tembaga atau mur-baut yang diberi nikel
(atau stainless) dengan ring tembaga.

Cadangan/Penyambungan dikemudian hari


Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya,
untuk peralatan yang dipasang dikemudian hari dapat berupa equipment busbar,
panel baru, switch, circuit breaker dan lain-lain.

Alat-alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran. Untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala
linier dan ketelitian 1% dan bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera dari
LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur) disetiap Panel Pembagi
Utama atau Sub Panel Pembagi.
Alat pengukuran yang dipakai di PDTR menggunakan jenis Power Management
Metering yang dapat membaca langsung multi fungsi :
- KW meter, KWH

PT. PENTA REKAYASA F-10


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Ampere meter
- Voltmeter
- Frequency Meter
- Cos Phi Meter
- KVARH
- THD

Transformator Arus
Trafo arus adalah dari type kering, dalam ruangan type jendela dengan
perbandingan kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0,3 dengan burden sesuai
dengan standar-standar VDE. Pemasangan harus kuat dan dapat menahan gaya-
gaya dan mekanis pada waktu terjadinya hubungan singkat.

Kabel-kabel Pengontrol
Kabel pengontrol dari panel-panel harus dipasang di pabrik/ bengkel secara
lengkap serta dibundel dan dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran
minimum adalah 1,5 mm2 dari type 600 Volt.

Merk Pabrik
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik, peralatan-
peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada
frame.

Peralatan Pengamanan Pemutus Daya


Peralatan pengaman adalah pemutus daya dengan rumah tuangan, thermal dan
magnetis trip dengan breaking capacity yang cukup (sesuai beban) pada panel
induk minimal 60 kA.

Pilot lamp
Semua tutup muka panel dilengkapi dengan pilot lamp untuk menyatakan adanya
tegangan R, S dan T.
Warna-warna untuk pilot lamp :
- Untuk phasa R : warna merah
- Untuk phasa S : warna kuning
- Untuk phasa T : warna biru.

Kabel 20 kV
Umum
Kabel tegangan menengah yang dipakai adalah kabel inti tunggal dan inti banyak
dengan isolasi”Cross Polythylen" dari pelindung tembaga luar dengan pelapis PVC
dibagian luar. Tegangan kerja adalah 12/20 kV.
Kabel akan ditanam langsung di tanah pada kedalaman minimum 0,8 atau sesuai
dengan yang dipersyaratkan pada PUIL 1987 dan dalam pipa pada saat masuk
bangunan, atau digelar pada trench kabel yang disediakan.

Karakteristik sistem listrik yang dilayani adalah :


- Jumlah fasa :3
- Frekuensi : 50 hz
- Tegangan tertinggi : 24 kV

PT. PENTA REKAYASA F-11


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Tegangan ketahanan Impuls : 125 kV


- Kondisi hubung singkat : 12.5 kA
- Temperatur sekitar rata-rata : 35 °C

Konstruksi
1. Komposisi Inti
Setiap konduktor harus terbuat dari tembaga murni sesuai dengan persyaratan
IEC publikasi No. 228. Penampang kawat harus bulat sempurna.
2. Lapisan Pelindung Inti
Lapisan pelindung konduktor yang harus diletakkan antara konduktor dengan
lapisan isolasi harus terbuat dari bahan bukan logam dan merupakan bahan semi
penghantar dengan tebal 5% dari tebal bahan isolasi.
3. Isolasi
Bahan isolasi kabel tanah ini haruslah polyetylen yang di”crosslinked", harus
homogen.

Kabel Tegangan Rendah (NYY, NYFGbY, NYM) 380 V


Umum
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan bagi kabel tegangan rendah yang harus
memenuhi persyaratan kemampuan melakukan arus pada temperatur 35°C,
temperatur maximum kabel dalam keadaan berbeban tidak boleh melebihi 70°C dan
temperatur maksimum kabel untuk arus hubung singkat tidak boleh lebih 250°C.

Konstruksi
Kabel harus terdiri atas :
1. Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin atau tembaga
”compacted" yang dipilin.
2. Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun penghantar
netral.
3. Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar phasa dan
pengisi ruangan diantara kawat phasa.
4. Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.
5. Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai dengan
persyaratan IEC (NYFGbY).
6. Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung.

Penandaan / Warna
Warna permukaan kabel sebagai tanda-tanda untuk setiap urat adalah :
Phasa : hitam netral : biru
cokelat
abu-abu

Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM)


Umum
 Switchgear Tegangan menengah akan ditempatkan di dalam gedung/ruangan
yang disediakan secara khusus.

PT. PENTA REKAYASA F-12


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Switchgear harus metal–enclosed, prefabricated. Switchgear–switchgear yang


terangkai, yang mana akan disebut setelah ini dengan sebutan Panel Tegangan
Menengah, adalah terdiri dari kompartemen–kompartemen atau unit-unit.
 Panel Tegangan Menengah dan komponen–komponen harus dapat memenuhi
kondisi operasi untuk daerah panas dan iklim tropis yang lembab.
 Pemasok harus dapat membuktikan bahwa dia memiliki pengalaman yang luas
di bidang panel tegangan menengah dan dapat memberikan keterangan bahwa
panel–panel tersebut dapat beroperasi di jaringan PLN dengan baik selama
paling sedikit 3 (tiga) tahun.

Standard
 Panel Tegangan Menengah dirancang dan dipabrikasi menurut persyaratan
yang ditetapkan dalam rekomendasi IEC yang terakhir dan penyesuaiannya,
ditambah dengan edisi terakhir yang memungkinkan diterapkannya pula
standar-standar lainnya antara lain berikut ini :
NF.C Standar (Perancis)
VDE/DIN Standar (Jerman)
BS Standar (Inggris)
NEMA Standar (Amerika Serikat)
JIS Standar (Jepang)
 Peralatan yang memenuhi standar-standar berwenang lainnya, yang mana
menjamin kualitas yang sama atau lebih daripada standar-standar tersebut di
dalam spesifikasi ini, juga akan diterima.

Kondisi Iklim
 Geografi : Daerah Khatulistiwa
 Ketinggian : Lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
 Atmosfer : Kelembaban 80% hingga 100%
 Suhu :
Jelajah suhu : 16 ºC – 40 ºC
Suhu rata rata dalam 1 tahun : 27 ºC
Suhu rata rata dalam 1 hari : 35 ºC

Karakteristik Elektrik Tegangan Menengah


 Tegangan Pengenal : 24 kV
 Tegangan Pelayanan : 20 kV
 Frekuensi Pengenal : 50 Hz
 Tegangan ketahanan impuls standard, (peak) : 125 kV
 Tegangan ketahanan frekuensi daya dalam 1 menit, (rms) : 50 kV
 Tegangan ketahanan pada jarak isolasi ujung ke ujung :
 Tegangan impuls (peak) : 145 kV
 Tegangan pada frekuensi daya 1 menit : 60 kV
 Arus Normal busbar : 630 A
 Arus ketahanan hubung singkat 1 detik :  14,5 kA
 Arus gangguan tanah maksimum untuk 1 detik: 1 kA
 Tegangan uji pada sirkit-sirkit bantu : 2 kV
 Tegangan surja switching pada saklar pemutus Tenaga (PMT) harus sesuai
untuk trafo-trafo dengan pendingin minyak (tanpa arrester) pada 125 kV BIL

PT. PENTA REKAYASA F-13


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Konstruksi dan Deskripsi Umum


 Panel tegangan menengah harus terdiri dari kompartemen–kompartemen yang
secara lengkap tertutup di dalam selungkup logam termasuk penutup dasarnya.
 Panel dipabrikasi dari plat baja dan terdiri dari kubikel-kubikel yang dapat ditukar-
alihkan posisinya.
 Kubikel yang dapat ditukar-alihkan harus memiliki dimensi yang standar dan
dapat digabung secara mudah.
 Plat baja yang digunakan pada konstruksi panel harus secara sempurna datar
dan memiliki ketebalan tidak kurang dari 2 mm.
 Selungkup dan penyekat harus dibuat sedemikian kuat sehingga tumbukan
mekanis sebesar 2 Joule (ekuivalen dengan sebuah bola seberat 0,5 Kg jatuh
dari ketinggian 0,4 m) tidak menyebabkan terjadinya ketidakefektifan controlgear
atau mengubah derajat proteksi yang ditentukan atau mengurangi jarak rambat
atau jarak bebas (clearances) di bawah nilai yang ditentukan.

Derajat Proteksi
 Derajat proteksi atau perlindungan manusia terhadap bahaya berdekatan
dengan bagian-bagian yang bertegangan dan bagian-bagian bergerak harus
memiliki minimal IP2X untuk selungkup dan IP2X untuk dinding
pemisah/penyekat.

Akses ke Kompartemen–Kompartemen
A. Kompartemen Switchgear
 Kompartemen–kompartemen ini memenuhi koneksi-koneksi kabel, isolator,
saklar pemutus beban (LBS), saklar pemutus tenaga (CB), saklar pentanahan,
sekering-sekering, trafo ukur dan relay-relay.
 Akses ke perlengkapan yang terpasang di dalam kompartemen-kompartemen ini
adalah dengan cara membuka pintu atau penutupnya.
 Akses secara sebagian atau lengkap kedalam kompartemen switchgear oleh
operator harus dimungkinkan hanya jika seluruh perlengkapan yang terhubung
ke sirkit di luar kompartemen.
 Interlock jenis mekanis harus melarang akses ke kompartemen switchgear jika
kondisi-kondisi berikut tidak dipenuhi :
- Saklar (LBS, DS, dsb.) pada posisi terbuka/keluar
- Saklar pentanahan pada posisi tertutup/masuk
- Adanya bagian-bagian penghantar yang berada di luar kompartemen
dalam keadaan dibumikan.
 Penutupan pintu atau penutup tidak memungkinkan dilakukan kecuali saklar
pentanahan dalam posisi masuk/tertutup.
 Namun demikian, saklar pentanahan harus memungkinkan dapat dibuka selagi
pintu dalam kondisi terbuka.

B. Kompartemen–kompartemen ini Kompartemen Busbar


 Penutup dan penyekat pada kompartemen ini terpasang kencang dan tidak
dapat dibuka kecuali menggunakan peralatan (sebagai contoh pengencangan
dengan sekrup berkepala segi enam).
 Modifikasi atau penggantian bagian pada busbar mensyaratkan seluruh Panel
Tegangan Menengah dalam kondisi “ mati”.

PT. PENTA REKAYASA F-14


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

C. Pengaman Operator Terhadap Gangguan Internal


 Gangguan internal di dalam kompartemen yang mungkin terjadi semisal busur
ke tanah, operasi pemutusan yang tidak berhasil, busur pada jarak isolasi ujung
ke ujung, harus tidak ada akibat terhadap operator yang berada di depan
switchgear.
 Semua pengaturan secara konstruksi untuk menghindari adanya resiko-resiko
tersebut harus diperhitungkan.
 Pengujian harus dilaksanakan untuk membuktikan efisiensi pengaturan tersebut.

Tuas Pengontrol (Control Levers)


 Tuas pengontrol untuk saklar pemisah/pemutus akan lebih disukai apabila pada
posisi atas ketika saklar berada dalam posisi ‘menutup” dan pada posisi rendah
ketika saklar berada dalam posisi “membuka”
 Tenaga yang dibutuhkan operator dalam mengoperasikan tuas harus tidak
melebihi 250 N.
 Arah perputaran engkol harus sedemikian sehingga tidak membentur pada
tembok atau pintu yang terbuka dari kompartemen yang berdampingan.
 Posisi seluruh peralatan pemisah/pemutus harus secara jelas dan secara
otomatis ditunjukkan pada diagram mimik yang mana harus terdapat di muka
kubikel.

Mekanisme Pengontrol (Control Mechanism)


 Mekanisme pengontrol untuk saklar pemisah/pemutus, harus dari jenis
pengoperasian manual mandiri.
 Pengoperasian saklar pemisah/pemutus harus dilakukan tanpa memasuki
kompartemen switchgear.
 Komponen-komponen pada mekanisme kontrol atau peralatan pengunci dan
komponen-komponen yang berhubungan dengannya, dirancang dan
dikonstruksi sedemikian rupa sebagaimana untuk menyediakan suatu faktor
keselamatan dalam kaitannya dengan deformasi permanen atau putusnya
transmisi (tergantung materialnya) di dalam kondisi yang paling tidak disukai dari
suatu gaya 250 N yang diterapkan pada engkol/tuas pengontrol.
 Peralatan interlocking (Saling kunci) harus memiliki faktor keselamatan yang
lebih tinggi daripada mekanisme kontrolnya.
 Posisi peralatan pemisah/pemutus termasuk isolator, harus dapat dilihat dengan
salah satu cara berikut :
- Ujung kontak bergerak dalam posisi terbuka memungkinkan dilihat melalui
“jendela tembus pandang” yang tersedia di depan selungkup/pintu kubikel.
- Sekat yang dapat dilihat secara jelas, dapat disisipkan di antara kontak-
kontak tetap.
- Dan kontak–kontak bergerak.
- Pemisahan dengan cara peralatan ditarik keluar.
- Pembukaan kontak-kontak diperlihatkan oleh suatu peralatan penunjuk
untuk masing-masing kutub atau untuk ketiga kutub bersama, bergantung
pada konstruksinya.
- Perlengkapan penunjuk ini harus dihubungkan secara langsung ke kontak–
kontak bergerak dengan hubungan yang kencang sehingga tidak dapat
diubah-ubah penyetelannya.

PT. PENTA REKAYASA F-15


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Label Informasi
 Plat informasi yang menunjukkan fungsi dari peralatan yang terdapat pada
berbagai kompartemen adalah dipasang di depan panel switchgear.
 Informasi yang menunjukkan posisi buka/tutup dan arah perputaran untuk
pengoperasian buka/tutup CB, LBS, DS dan saklar pentanahan harus
ditempatkan berdekatan dengan masing masing saklar yang bersangkutan
sehingga mudah diketahui oleh operator.
 Plat informasi harus ditulis dalam bahasa Indonesia.
 Plat identifikasi berukuran 110 x 40 mm dipasang dengan sekrup di depan
masing masing kubikel.

Dimensi
 Dimensi keseluruhan dari satu unit saklar pemutus beban (LBS) harus tidak
melebihi :
Tinggi (Height) : 1.600 mm
Kedalaman (Depth) : 1.000 mm
Lebar (Width) : 500 mm
 Sedangkan untuk circuit breaker (tanpa LV Box) adalah sebagai berikut :
Tinggi (height) : 1.600 mm
Kedalaman (Depth) : 1.300 mm
Lebar (Width) : 750 mm
 Lebar 500 mm harus dipertimbangkan bahwa ruangan cukup untuk seorang
pemasang kabel pada saat berada di dalam kubikel untuk pemasangan terminasi
panel.
 “Lifting Lugs” yang dapat dilepas untuk fasilitas pengangkutan kubikel, harus
disediakan dan terpasang di atas masing-masing kubikel.

Pengecatan dan Perlindungan Terhadap Korosi


 Panel Tegangan Menengah sebagaimana secara keseluruhan harus memiliki
konstruksi yang dirancang untuk pemakaian di daerah panas dengan iklim tropis
yang lembab, juga harus disediakan anti “condensation heater” pada masing-
masing kubikel dengan daya tidak melebihi dari 50 W, namun mampu menjamin
dalam hal mengatasi persoalan kelembaban.
 Pengerjaan terhadap seluruh plat baja yang digunakan harus secara hati-hati
diproteksi terhadap korosi dan dicat sebelum dilakukan perakitan.
 Selungkup, penutup dan dinding pemisah, harus dilapis dua kali pada
pengecatan akhir.
 Metoda perlindungan terhadap korosi dan pengecatan yang diajukan, harus
dijelaskan di dalam penawaran.
 Mur dan baut yang digunakan didalam konstruksi, harus sesuai dengan Standard
ISO (metrik) dan harus diproteksi terhadap karat.

Medium Isolasi/Pemutusan Busur Api


Medium isolasi/pemutusan busur api harus dari jenis gas SF6 baik untuk saklar
pemutus tenaga (CB) maupun Saklar Pemutus Beban (LBS).

Data Teknis Umum Panel :


A. Unit Incoming Circuit Breaker (CB)

PT. PENTA REKAYASA F-16


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 1 set busbar 630 A


 Sakelar pemisah tiga kutub 24 KV dengan kontrol manual :
- Arus pengenal 630 A
 1 Circuit Breaker tiga kutub 24 KV dengan kontrol manual dilengkapi dengan
Motorized dan Electrical Mechanic Interlock:
- Arus Pengenal 630 A
- Arus ketahanan waktu singkat 1 detik  14,5 kA
- Kapasitas Pemasukkan 31,5 kA
- Kapasitas pemutusan beban aktif utama 630 A (faktor daya = 0,7)
- Kapasitas pemutusan pengisian kabel 25 A
 1 sakelar pentanahan tiga kutub dengan kontrol manual yang terintegrasi
dengan Saklar Pemisah
 Dilengkapi dengan Power Meter Digital
 3 trafo arus rasio dengan dua inti:
Arus Primer Arus Sekunder Burden Pengenal
10 - 20 A 5-5A 1 inti 7,5 VA Cls. 0,5
1 inti 5 VA 5P10
25 - 50 A 5-5A 1 inti 10 VA Cls. 0,5
1 inti 5 VA 5P10
50 – 100 A 5-5A 1 inti 30 VA Cls. 0,5
1 inti 7,5 VA 5P15
75 – 150 A 5-5A 1 inti 30 VA Cls. 0,5
1 inti 7,5 VA 5P15
100 - 200 A 5-5A 1 inti 30 VA Cls. 0,5
1 inti 7,5 VA 5P15
200 - 400 A 5-5A 1 inti 30 VA Cls. 0,5
1 inti 7,5 VA 5P15
300 - 600 A 5-5A 1 inti 30 VA Cls. 0,5
1 inti 7,5 VA 5P15
 Kapasitas ketahanan arus lebih 100 In – 1 detik
 Rele arus lebih fasa fasa “definite time“ gangguan tanah “definite time“ dan
beban lebih “inverse time“. Rele ini harus dapat disetting untuk karakteristik
sebagai berikut :
Arus Pengenal Waktu trip
- 1,05 In Sesudah 60 menit
- 1,2 In Sesudah 60 menit
- 1,5 In Sesudah 2 menit
- 4 In Pemutus momen
 Rele ini harus dicatu dari trafo atas. Arus dan seting waktu dapat diatur secara
tersendiri. Rele harus disediakan dengan fasilitas untuk pengujian arus dan
untuk pengujian penjatuhan (current test terminal boxes).
 Ruangan dan penahan/penjepit kabel harus di sediakan pada bagian bawah
kubikel untuk pemasangan 3 terminal inti tunggal, untuk kabel tegangan
menengah yang di isolasi dengan bahan dieletrik padat.
B. Unit Outgoing Load Break Switch (LBS)
 1 set busbar 630 A
 1 LBS tiga kutub 24 KV dengan kontrol manual :
- Arus Pengenal ………………………………630 A

PT. PENTA REKAYASA F-17


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Arus ketahanan waktu singkat 1 detik ……. 14,5 kA


- Kapasitas Pemasukkan ……………………31,5 kA
- Kapasitas pemutusan beban aktif utama…30 A (faktor daya = 0,7 )
- Kapasitas pemutusan pengisian kabel ……25 A
 1 Sakelar pentanahan tiga kutub dengan kontrol manual tiap outgoing
 Sekering HRC (Kapasitas pemutus tinggi) tiap outgoing
- Arus pengenal
Kapasitas Transformer Arus Pengenal
<= 125 kVA 6.3 A
160 – 315 kVA 16 A
400 – 630 kVA 31.5 A
800 – 1000 kVA 43 A
1250 kVA 63 A
1600 – 2000 kVA 80 A
2500 kVA 100 A
- Kapasitas pemutusan ………………………… 14,5 kA
 perlengkapan kontrol tegangan dengan lampu neon sebagai indikator
tegangan tiap outgoing
 Meter Arus dan trafo arus rasio yang mana harus ditempatkan pada
posisi tiap outgoing
 1 Shunt Trip Coil dan kontak bantu tiap outgoing
 Ruangan dan penahan/penjepit kabel harus di sediakan pada bagian
bawah kubikel untuk pemasangan 3 terminal inti tunggal, untuk kabel
tegangan menengah yang di isolasi dengan bahan dieletrik padat.
 Sebuah benda dengan diameter 2,5 mm tidak boleh masuk ke dalam panel
tegangan menengah. Hal ini untuk pengaman terhadap masuknya binatang
binatang kecil ke dalam kompartemen.

Transformator
Umum
 Berikut akan diuraikan RKS dari jenis pekerjaan pengadaan, pemasangan dan
pengaturan transformator serta pengujian dan pengesahan oleh instansi yang
berwenang. Transformator harus dari jenis "non burning liquid insulated".
Perlengkapan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
sirkulasi udara yang cukup, mudah untuk pemeriksaan dan pemeliharaan serta
perbaikan.
 Transformator dipasang di atas lantai beton (kecuali ditunjuk lain) dengan
penulangan secukupnya (koordinasi dengan pekerjaan struktur).
 Pada pintu ruang transformator harus dipasang tanda peringatan akan daya
tegangan 20 kV dari plat baja 1,2 mm dengan ukuran 40 x 80 cm2.

Iklim
 Transformator dan perlengkapannya harus dari jenis pasangan dalam ruangan
(indoor type) sesuai untuk penggunaan di dalam ruangan yang berventilasi cukup.
Seluruh peralatan listrik tersebut harus mampu beroperasi kontinyu secara baik
sesuai dengan ratingnya pada 60 °C maksimum dan suhu rata rata 50 °C selama
periode tertentu. Seluruh peralatan listrik yang digunakan harus "tropicalized".

PT. PENTA REKAYASA F-18


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pentanahan Transformator
 Bagian bagian metal atau body harus dihubungkan dengan baik pada sistem
Pentanahan dengan penghantar sesuai dengan gambar perencanaan.
 Netral dari Trafo harus digrounding (pentanahan)
 Pentanahan (grounding) netral dan pentanahan (grounding) body trafo harus
digabungkan dengan sistem TN-C.
 Titik pentanahan menggunakan batang tembaga dia. 20 mm bulat dengan panjang
satuan 6 (enam) meter.
 Pentanahan ditanam secara vertikal minimal 12 meter dan ujung elektroda
pentanahan harus mencapai air tanah, agar diperoleh harga tahanan yang rendah
(tahanan tanah tidak boleh lebih besar dari 2 Ohm).

Konstruksi Transformator
 Transformator yang dipergunakan diutamakan buatan pabrik dalam negeri. Bila
tidak ada bisa dipakai buatan pabrik luar negeri dari kwalitas pertama dimana
pabrik tersebut harus mempunyai agen tetap di Indonesia dan mempunyai
persediaan yang cukup.
 Transformator yang dipergunakan harus dari type oil Ester / F3 mampu bekerja
full load dengan thermal class 120, kenaikan 100% continuous dengan suhu
ambient 20ºC dan temperaturized di oil 50ºK winding 55ºK.
 Transformator harus dilengkapi dengan kelengkapan sebagai berikut :
- Plat nama spesifikasi trafo
- Manual no load top changer
- Thermometer
- Roda untuk berjalan
- Pada transformator diberikan "Oil Level Sight Glass"
- Saluran pengosongan minyak
- Saluran pengisian minyak
- Pernafasan dengan filter sillica-gel
- Relay/Pengaman ( RIS, DMCR, DGPTD).
 Transformator harus diserahkan dalam keadaan terisi semua bahan, isolasi,
minyak, kertas enamel harus bahan tahan panas sesuai dengan kenaikan
temperatur sebesar 70 °C.
 Komutator (TAP Changer)

TECHNICAL PARTIKULAR AND GUARANTEE


Dibawah ini diberikan data teknis transformator yang harus dipenuhi oleh Kontraktor
:
A. GENERAL TECHNICAL
1 Design Standard : IEC 76
2 Transformator Type : Totally Oil Filled
3 Frequency Hz : 50
4 Installation : Indoor
5 Type of Cooling : ONAN
7 Connection symbol (Vector Group) : Dyn5
8 High Voltage (kV) : 20
9 Low Voltage WInding (kV) : 0,4
10 Insulation Class : A
11 Winding Conductor Material : Copper
12 High Voltage Winding

PT. PENTA REKAYASA F-19


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Highest voltage for equipment (kV) : 24


- Power Frequency withstand voltage (kV) : 50
- Full wave lightning impulse voltage (kV peak) : 125
- Winding Connection : Delta
- Type of termination : Plug in
13 Low Voltage Winding
- Highest voltage for equipment (kV) : 1.1
- Power Frequency withstand voltage (kV) : 53
- Full wave lightning impulse voltage (kV peak) : -
- Winding Connection : Wye
- Type of termination : Porcelain
14 Tap Charge type : off load
15 Tapping Regulation range (kV) : + 2x2.5% ; - 2x2.5%
16 Guaranteed no load loss at 100% (KW) : 2.8
rated voltage and frequency
17 Efficiency at Normal tap
- At pf 0.8 % 100% load : 98.48
75% load : 99.78
50% load : 99.03
25% load : 99.10

- At pf 1.0 (%) 100% load : 99.78


75% load : 99.02
50% load : 99.22
25% load : 99.28

18 Voltage Regulation
- At pf 0.8 % : 5.48
- At pf 1.0 % : 1.40
19 Short Circuit Duration (second) : 2
20 Maximum temperature rated
- Top Oil (ºC) : 60
- Average winding (by resistance) (ºC) : 65
- Hot spot winding (ºC) : 75
21 Sound Pressure Level
- ONAN rating at 0.3b (dB(A)) : 62
- ONAF rating at 0.2b (dB(A)) : After Final Testing

B. OUTLINE DRAWING
LIST OF TEST
Routine Test :
- Visual and Dimensional Check
- Insulation Resistance test
- Oil Break Down Voltage Test
- Oil Water Content Measurement Test
- Measurement of winding resistance
- Measurement of voltage ratio and check of phase displacement
- Measurement of short circuit impedance and load loss
- Measurement of no load loss and current
- Applied potensial test

PT. PENTA REKAYASA F-20


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Induced Voltage test


- Leakage Test
- Accessories Function Test

Kondisi Penyerahan
 Transformator ini harus disediakan oleh Kontraktor elektrikal seperti yang
ditunjukkan dalam dokumen kontrak.
 Sebelum diserahkan, transformator harus sudah lulus uji/test setelah diproduksi
dengan dilampirkan sertifikasi test meliputi pengukuran berikut :
- Tahanan lilitan
- Rasio transfromasi dan vector group
- Impedance voltage and load loss
- No load loss and no load current
- Voltage dielectric test
- Induced voltage dielectric test
- Partial discharges
 Transformator harus diberikan dalam kondisi garansi penuh dan Pemberi Tugas
dibebaskan dari segala beban pembayaran atas segala kerusakan untuk selama
1 (satu) tahun sesudah penyerahan barang/peralatan.
 Pemakaian transformator ini, harus mendapatkan persetujuan perencana/
Konsultan Manajemen Konstruksi.

Instalasi
 Transformator harus dipasang dan ditest oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
 Pemasangan transformator disesuaikan pula pada kondisi setempat. Interkoneksi
pengkabelan dengan peralatan atau auxilaries harus memenuhi persyaratan
tentang perkawatan.

Peralatan Listrik
Peralatan Panel
Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR)
 Panel PDTR harus rakitan di Indonesia dan pabrik-pabrik pembuatannya harus
telah tergabung dalam APPI (Assosiasi Pembuat Panel Indonesia).
 Panel PDTR yang dimaksud untuk beroperasi pada tegangan 220/380 V, 3 fasa,
4 kawat, 50 Hz dan Solidly grounded.
 Cubicle Panel menggunakan model Form 3B.
 Komponen pengaman ; Miniature Circuit Breaker(MCB), Moulded Case Circuit
Braker (MCCB)dan Air Circuit Breaker (ACB),harus mempunyai breaking capacity
sesuai gambar perencanaan pada tegangan 380/415 Volt; dan harus sesuai
dengan iklim Indonesia .
 CB Incoming dan Couppler menggunakan type Draw Out, agar memperoleh
kemudahan pemeliharaan/maintenance.
 Untuk pemakaian komponen harus diusahakan menggunakan satu produk/ merk
saja.
 Model modul cubicle yang ditanahkan secara sempurna, pasangan pada lantai
dan pintu dilengkapi master key.
 Jenis pasangan dalam (indoor-type) free standing panel.
 Menggunakan plat baja minimum 2,0 mm dengan rangka besi siku, kompak dan
kuat sehingga mampu menahan stress mekanik pada saat hubung singkat.

PT. PENTA REKAYASA F-21


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Dilengkapi louvers untuk ventilasi.


 Komponen-komponen peletakannya agar diatur dengan baik, terlindung, sehingga
mudah dioperasikan dan mudah perawatannya.
 Meter dan indikator sesuai dengan perletakan yang mudah dilihat.
 Busbar terdiri dari 5 busbar terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar netral (full
netral) dan 1 busbar untuk grounding atau dengan ukuran seperti gambar rencana.
 Seluruh bagian baja/besi dicat dengan cat powder coating (ketebalan cat min 80
micron), warna cat ditentukan kemudian.
 Jumlah dan jenis komponen panel harus sesuai dengan gambar rencana.
 Panel PDTR harus dilengkapi dengan Surja Arrester.

a. Circuit Breaker Motor Operated


Rating Arus : sesuai gambar rencana
Insulation Rating : 750 V AC, Voltage rating : 380 V 50 Hz
Rated Breakin Cap : 70 kA (500 V, 50 Hz) dengan Arc chute.
Relay : Thermis dan magnetis over current release, under
voltage release, Auxiliary contact block (2 NO+1
NC) Electrical interlocking dengan CB genset.
Drive : Motor, 220 V, 50 Hz.
b. Moulded Case Circuit Breaker
Insulation Rating : 380 V
Dilengkapi dengan : Thermal release dan electromagnetic over current
release
Rating Arus In : 16 A Breaking cap 35 kA.
32 A Breaking cap 35 kA.
50 A Breaking cap 35 kA.
100 A Breaking cap 50 kA.
dan lain-lain sesuai gambar rencana.

c. Trafo Arus
Insulation Rating : 600 Volt
Class : 1,5
I therm : 60 x In
Rated secondary current :5A
Rated burden cap : 10 VA

d. Rotary Switch (On-Off Cam Switch)


Rated tegangan : 500 V ZC
Rated Arus max. : 63 A
Pemasangan pada”base plate"

e. Lampu Indikator
Tublar lamp, LED 5 watt, diameter 54 mm : merah, kuning, biru

f. Push Button
Panel mounting, double on - 1, off - 0. Semua push button dilengkapi dengan
lampu indikator untuk menyatakan sistem dalam on atau off.

g. Miniature Circuit Breaker


Rated voltage : 380 Volt, 50 Hz

PT. PENTA REKAYASA F-22


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Breaker cap : 10,0 kA (380 V) minimum


Type : yang mempunyai”Instantheous tripping valve” sebesar
12 (dua belas) kali arus In
Model : G breaker

h. Relay-Relay
Untuk panel LVMDP, circuit breaker untuk feeder PLN, dilengkapi dengan relay
proteksi OL (over load), SC (short circuit) dan UV (under voltage).
Sedangkan untuk generator, dilengkapi dengan relay OL, SC, UV, EF (earth fault)
dan RP (reverse power).

i. Selector Switch
Dari type rotary switch, untuk switching. Rated voltage 380 Volt AC insulation 660
V.

Material Untuk Instalasi


1. Sakelar Tunggal / Ganda
Rocker mekanisme, modular, rating 10 A, 220 Volt AC.
Type : Decorative push-push, flush, segi empat
Plates : Steel

2. Socket Outlet/Outlet dan Swicth Type Dinding


Type : Flush
Terminal : 2 P + e, 220 V, AC 10 A
Untuk outlet + swicth : 10 A / 16 A
Bentuk : Persegi dengan outlet, swicth, pilot lamp

3. Cord Outlet
Flush type, untuk cord outlet telephone, telex, sound system dan lain-lain.
Bentuk : Persegi dengan outlet plate : Stainless steel

4. Grid Swicth
Rocker mekanisme, modular, grid system
Rating swicth : 20 A one-way SP swicth
Group : 4,6; 12; 18 dan 24 group
Plates : Stainless steel

Fixtures dan Armature


1. Lampu/Tube/Bulb
a. Lampu LED Bulb
- Lampu LED bulb type, standar, warna putih.
- LED Bulb, terminal dengan fitting tipe E27.
- Lumen output minimum  3.100 lumen (setelah 100 jam nyala).

b. Lampu TL LED 13 Watt


- Lampu type standar, warna putih.
- Ballast dengan maximum losses ± 9 Watt, 220 Volt.
- Kapasitas yang menghasilkan minimum P.F. 0,95 (kapasitas 450 f).

PT. PENTA REKAYASA F-23


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

- Starter swicth, terminal dengan tube fitting, rotary lock.


- Lumen output minimum  1.200 lumen (setelah 100 jam nyala).

2. Armature Lampu / Fixtures TL


a. Armature TL LED 2 x 16 Watt Recessed Mounting Air Troffer
- Housing : Bahan plat besi 0,7 pembuatan harus dengan mesin,
peralatan lampu built in.
- Reflector : Louver mirror
- Semua komponen listrik berada di dalam rumahan/housing (built in)
- lengkap dengan reflector.
- Memakai lamp holder yang merupakan kesatuan dari 2 buah lampu TL.
- Memakai louver type Mirror optic
Konstruksi rumahan harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar
mudah dapat dibuka/dilepas untuk perbaikan/penggantian komponen yang
berada di dalamnya. Rumahan dan reflector harus dilengkapi dengan sekrup,
agar dapat dilepas pada waktu memerlukan perbaikan.
Seluruh rumahan dan reflector harus dilapisi dengan cat dasar, serta diberi
lapisan cat akhir berwarna putih. Pengecatan dengan cara”stove
enamelled/bake enamelled" (cat bakar).
Seluruh armature harus lengkap dengan rangka dudukan/gantunganya.
b. Armature TL LED 2 x 16 Watt, Open Type/Balk, Tanpa Reflector
Seluruh perlengkapan dan pengerjaan armature seperti spesifikasi butir a diatas.
c. Armature TL LED 1 x 16 Watt, Open Type
- Armature merupakan jenis open type.
- Seluruh perlengkapan dan pengerjaan armature seperti spesifikasi butir a
diatas.

3. Down Light Recessed Mounted


Housing allumunium cylinder, brown polycarbonate dibagian dalam, dilengkapi
dengan black bayonet fitting diaphram dan reflector. Lampu : LED.

4. Obstruction Light
Bracket, support dari cast allumunium alloy, kaca aviation red glass lens. Lampu 60
Watt, type GLS atau reinforce construction lamp 60 Watt, ukuran 130 x 260 mm.

5. Lampu Tanda Arah Kebakaran / Emergency Exit Lamp


Dipasang pada beberapa tempat sesuai dengan gambar perencanaan lampu
tersebut ditandai dengan arah panah dan tanda”KELUAR" dengan warna merah,
untuk lampu yang dipasang ditengah coridor dipasang 2 (dua) sisi (double side)
sedang lampu pada dinding 1 (satu) sisi (single side).
Dilengkapi dengan Ni Cad battery, charger dan peralatan kontrol lainnya, lampu
tetap menyala baik pada saat sumber PLN ada gangguan. Instalasi dipasang
sebelum swicth/CB utama pada incoming feeder panel sedemikian rupa sehingga
sejauh masih ada tegangan pada kabel feeder utama, maka lampu tersebut tetap
nyala dan sebaliknya untuk emergency exit lamp atau diambil dari rangkaian stop
kontak.
Spesifikasi Teknis :
 Type : Maintained Free
 Durasi : 2 jam
 Daya Lampu : PL 10 Watt Exit Lamp, 18 Watt DC Emergency
 Input Voltage : 220 V, 50 Hz

PT. PENTA REKAYASA F-24


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Power Comsumption : 20 VA
 Body : Epoxy coated zintec sheet steel.
Dilengkapi dengan monitor charging current dan battery dapat bekerja selama ± 5
tahun dan diberikan garansi minimum 2 tahun.

6. Lampu Baret Persegi


Rumah lampu terdiri dari plat baja tebal 0,7 mm dengan tutup dari bahan Acrylic
yang tahan panas dan tak berubah warna bagian tepi lampu memakai karet untuk
menjamin kekedapan.
 Daya : 20 Watt /220 V, 50 Hz
 Type : Persegi TL Bulat

7. Lampu Taman (Garden Lighting)


Housing bulat bahan cast alumunium atau bronze safety grill bahan alumunium atau
bronze untuk pengaman dari pengontrol silau, lensa convex yang polos (clear), high
impact glass dan waterproof, lengkap dengan dudukan.
 Daya : Sesuai gambar rencana
 Type : Sesuai gambar rencana

8. Lampu Taman Lingkungan (Landscape ligthing)


Housing bahan cast allumunium dan stainless steel, lensa penutup trosted lexan :
clear molded glass. Lampu dilengkapi tiang ø 82/76 mm dengan anchor rods dan
mounting plate dan socket bi-pin pash in. Tiang bahan galvanized steel tinggi 30
Cm / 10 Cm, standart warna tiang lengkap accessories.
 Daya : Sesuai gambar rencana
 Type : Sesuai gambar rencana

9. Lamp Holder dan Starter Holder (Sochets)


Lamp holder dan starter holder dari material white plastic, unobtrusive dan
touchproof. Lamp holder dan starter holder antri vibration contact. Rating lock lamp
holder type, dengan atau tanpa starter socket yang disesuaikan dengan rumahan
yang digunakan. Untuk lamp TL 2 x 40 Watt continue row, tanpa atau pakai air troffer
harus memakai twin lamp holder (merupakan 2 lamp holder menjadi satu unit).

10. K a b e l
- Kabel instalasi penerangan dan general outlet jenis NYM, penampang 2,5 mm²
dipasang dalam konduit jenis 3/4" standar lengkap accessories.
- Kabel yang digunakan harus memenuhi persyaratan SII dan SPLN.
- Kabel tahan api : seperti dalam daftar material

11. Panel Penerangan


- Panel harus dibuat dari plat baja galvanized tebal plat 2 mm, lipatan dan bentuk
sudut plat melalui proses mekanis.
- Peralatan panel penerangan :
a. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
 Rating Tegangan : 380 V, 50 Hz
 Breaking Cap. : 22 kA

PT. PENTA REKAYASA F-25


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

b. Kontaktor
 Rating Arus : 10 A, 16 A, 25 A
 Rating Tegangan : 380 V, 50 Hz
 Pole : 3 pole

SISTEM PENTANAHAN

Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan body (tegangan sentuh) terhadap
seluruh peralatan listrik yang terbuat dari metal, yaitu : panel TM, transformator, panel
penerangan, daya pintu-pintu dan lain-lain.
b. Penyambungan pentanahan netral dari terminal transformator ke elektroda
pentanahan.
c. Sistem pentanahan (grounding system) maximal 2 
d. Penyambungan sistem pentanahan Mesh/ Loop dengan Bare Standard Copper
Conductors 2x1x120 mm² didalam pipa konduit menuju ke Elektroda Rod di dalam bak
kontrol.

Standar dan Kode-Kode yang Berlaku


Sistem pentanahan yang dilaksanakan harus berdasarkan standar-standar dan kode-
kode yang berlaku, antara lain :
- British Standard, BS.CP.1013 mengenai pentanahan.
- Dan lain-lain standar yang berlaku di Indonesia.

1. Sistem Pentanahan
- Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pentanahan ini sesuai gambar
perencanaan.
- Sistem pentanahan menggunakan beberapa Elektroda Rods/Earth Rod dan satu
sama lain saling dihubungkan sehingga membentuk hubungan secara Mash.
- Pemborong harus memperhatikan kondisi tahanan jenis tanah yang ada agar
didapatkan satu sistem pentanahan yang baik.

2. Pekerjaan dan Alat Bantu


Setiap penyambungan/pencabangan dari konduktor harus menggunakan ”Cadweld
Connection". Dapat juga menggunakan klem penyambung sistem jepit dengan gigi
banyak dengan memperhatikan hal-hal :
a. Bahan klem harus bahan yang telah digalvanized atau di Treatment tertentu
sehingga tidak akan berproses apabila kontak dengan jenis metal yang lain.
b. BC pada titik/tempat penyambungan harus di ”tinned".
c. Disarankan agar tempat penyambungan setelah selesai disambung, dibung-kus
dengan bahan tertentu, misalnya sejenis epoxy dan lain sebagainya.

Bila ada terminasi yang menggunakan terminal jenis sepatu kabel maka harus
memperhatikan hal-hal :
a. Sepatu kabel yang digunakan harus mempunyai 2 (dua) lubang baut.
b. Harus dari bahan anti karat dan telah di treatment agar tidak akan ber- proses
bila kontak dengan jenis metal lainnya.

Seluruh bahan termasuk sambungan-sambungan sebelum dipesan agar diberikan


contoh untuk mendapat persetujuan Pemilik dan Perencana serta diketahui MK.

PT. PENTA REKAYASA F-26


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI PENANGKAL PETIR


Umum
A. Yang dimaksud dengan sistem penangkal petir dalam pekerjaan ini ialah semua penyediaan
dan pemasangan sistem penangkal petir, termasuk disini air terminal, penghantar down
conductor, electroda pentanahan dan peralatan lainnya seperti yang ditunjukan dalam
gambar rencana.
B. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen
Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
C. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
D. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

Lingkup Pekerjaan
A. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal
petir jenis non radioaktif baru, termasuk air terminal (batang penerima), down conductor
pentanahan / grounding dan bak kontrolnya serta peralatan lain yang berkaitan dengannya
sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada
gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
B. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum didalam gambar maupun pada
spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimaksudkan kedalam pekerjaan ini.
C. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah pengadaan dan
pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan
sistem penangkal petir sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang
ditunjukkan pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan,
walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar dokumen.

Syarat Proteksi Petir


Air Terminal
A. Air terminal haruslah Konvensional.
B. Air terminal harus dari jenis tembaga dan harus mampu menyalurkan seluruh
level arus petir yang mungkin terjadi.
C. Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi
radio.
D. Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.

Saluran / Penghantar
A. Saluran / penghantar menggunakan copper tape ukuran 25 mm x 3 mm.
Saluran penghantar ini mampu mencegah terjadinya side flashing dan
electrification building yang harus dibending terhadap fasad bangunan atau
struktur.
B. Seluruh saluran penghantar, harus diusahakan tidak ada sambungan baik
yang horizontal maupun yang vertical.

PT. PENTA REKAYASA F-27


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Sambungan Pada Bak Kontrol


Sambungan pada bak kontrol harus menjamin suatu kontak yang baik antar
penghantar yang disambung dan tidak mudah lepas. Sambungan harus diusahakan
agar dapat dibuka untuk keperluan pemeriksaan atau pengetesan tahanan tanah
(ground resistance).

Penambat / Klem
Kabel yang turun kebawah vertikal harus diklem agar kuat, lurus dan rapi dan
ditambatkan pada rangka/dinding bangunan.

Pentanahan
Tahanan tanah harus lebih kecil dari 2 Ohm. Ground rod harus terbuat dari tembaga
seperti gambar rencana, ditanamkan kedalam tanah secara vertikal sedalam
minimal 12 (dua belas) meter.

Bak Kontrol
Pada setiap ground road harus dibuatkan bak pemeriksaan (bak kontrol).
Sambungan dari Down Conductor dari elektroda Pentanahan harus dapat dibuka
untuk keperluan pemeriksaan tahanan tanah. Bak kontrol banyaknya sesuai gambar
rencana. Sambungan/klem penyambungan harus dari bahan tembaga.

Pemasangan Air Terminal/Proteksi Petir


A. Pemasangan air terminal (head) dipasang sesuai gambar rencana.
B. Pemasangan semua konduktor / copper tape dan komponen harus baik dan benar,
sehingga pekerjaan yang telah selesai tidak merusak tampilan dari gedung tersebut, dengan
tetap memperhatikan aspek kemudahan pemeriksaan dan perawatan sistem proteksi petir
yang diperlukan selama bangunan itu berdiri

Surat Ijin
A. Kontraktor harus mempunyai ijin khusus dan berpengalaman dalam pemasangan
penangkal petir dan dibuktikan dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah
pernah dikerjakan.
B. Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab atas pengurusan perijinan instalasi sistem
penangkal petir oleh instalasi Depnaker wilayah setempat hingga memperoleh sertifikasi /
rekomendasi

Pengujian / Pengetesan
A. Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksil petir yang dipasang, maka harus
diadakan pengetesan terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pentanahannya.
B. Pengetesan yang harus dilakukan :
- Grounding Resistant test :
Ukuran tahanan dari pentanahan dengan mempergunakan metode standard.
- Continuity test :
Kontraktor harus memberikan laporan hasil testing tersebut.

Referensi Produk
A. Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis.
B. Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

PT. PENTA REKAYASA F-28


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

No Uraian Spesifikasi Teknis


1 Proteksi Petir - SistemKonvensional
Sangkar Faraday

2 Conductor - Copper bar


- Copper Tape 25mm x 3mm

3 Titik Pentanahan - Copper Rod dia 5/8” per 1,8m atau per 3m total Panjang
minimal 9m dan atau tergantung kondisi tanahnya.

PT. PENTA REKAYASA F-29


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TELEPON / IP PBX

Sentral Telepon Otomat / IP PBX


Kapasitas extention/pesawat cabang dan Trunk harus mempunyai kapasitas sesuai gambar
perencanaan.
IP- PBX
IP - PBX serta kelengkapannya yang ditawarkan/ dipasang harus :
1. Telah mendapat sertifikat baik/uji/type test
2. Bekerja didaerah tropis dengan temperatur normal 35 C dan tahan / tidak perlu
dikondisikan baik temperatur keliling s/d 45 C.
Ruangan dimana IP - PBX bekerja/dipasang tidak perlu dikondisikan baik temperatur
maupun kelembabannya.
3. Dapat langsung dihubungkan ke saluran Telkom dan beroperasi tanpa memerlukan
peralatan tambahan (IP - PBX harus compatible ke jaringan Telkom).
4. IP - PBX yang ditawarkan haruslah IP PBX yang memiliki sistem VoIP atau ” IP PBX” dan
harus memiliki Hotel Features lengkap.
5. Perlengkapan switching dibuat dalam bentuk modular, untuk penyederhanaan yang
mungkin terjadi.
6. Bagian switching tersebut haruslah dari type yang dapat bekerja tidak menimbulkan bunyi
yang sifatnya mengganggu, tidak memerlukan ruangan khusus serta hanya memerlukan
usaha pemeliharaan yang minimum.
7. Secara mudah dapat membagi extension dalam 4 (empat) kelas :
a. Direct acces, yakni pesawat extension dapat menyelenggarakan hubungan keluar
tanpa bantuan operator.
b. Indirect access, yakni extension yang memerlukan bantuan operator untuk
berhubungan keluar (ditentukan kemudian).
c. No acces, yakni extension yang sama sekali tertutup untuk mengadakan hubungan
keluar (ditentukan kemudian).
d. Toll acces, yakni extension yang dapat langsung menyelenggarakan hubungan
interlokal otomatis tanpa bantuan operator. Penyelengarakan pembagian kelas harus
dapat dilakukan dengan sederhana, dan dapat sewaktu -waktu diubah bilamana
diperlukan.
8. Semua peralatan switching hendaknya ada didalam cabinet (dust proof cabinet) yang
dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat dikunci. Semua kabel-kabel antar kabinet atau
antar-shelf haruslah ”premanufactured pluggable tupe”.
9. IP-IP PBX harus dapat (atau/dan disiapkan) untuk melayani komunikasi 'voice', 'text',
'data', sesuai pemakaiannya.
10.Sistem harus memenuhi untuk melayani kebutuhan ' traffic' yang tinggi.

Kemampuan dan Fasilitas IP PBX


IP PBX haruslah berfungsi sebagai suatu IP PBX yang baik dan modern dengan kemampuan
dan Fasilitas antara lain :

A. Kemampuan
 TRO harus memiliki kemampuan standard bagi suatu IP-IP PBX yakni
menyelenggarakan penyambungan antara pesawat extension dengan saluran-
saluran Telkom, menyelenggarakan hubungan yang otomatis antara extension dan
harus lengkap.

PT. PENTA REKAYASA F-30


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Harus dapat melayani komunikasi dengan menggunakan pesawat / peralatan


maupun sofware tambahan baik pada IP-IP PBX maupun pada pesawat.
 Perlengkapan untuk kelas extension toll access, (trunk barring, discriminating unit)
harus dapat bekerja dengan sempurna, tidak tergantung sistem sentral lokaL
(PUBLIC EXCHANGE) yang ada serta sulit untuk dimanipulir. Pemborong diminta
untuk memberikan penjelasan terperinci tentang equipment yang ditawarkan,
disertakan di dalam brosur dan schedule material.
 Lalu lintas intern haruslah otomatis dengan bantuan dial pesawat telepon, maupun
push-button.
 IP-IP PBX harus mempunyai keandalan yang tinggi untuk berfungsi 24 jam.
 Call dari luar (incoming calls) dilayani oleh operator dan diteruskan ke pesawat
cabang selama jam-jam kerja.
 Diluar jam kerja, dimana operator tidak bertugas, call dari luar dialihkan pelayanannya
pada suatu pesawat yang ditunjuk/pesawat malam. Pada waktu ini maka access
clasification dari extension berubah secara otomatis pada program yang diinginkan.
Fasilitas ”night service" ini diaktifkan oleh operator dengan menekan tombol tertentu
pada pesawatnya, sebelum meninggalkan tugas.
 Fasilitas call transfer dan inquiry call/konsultasi harus merupakan fasilitas standard.
 Apabila terjadi kesalahan pemakaian fasilitas call transfer/enquiry call, maka
hubungan dengan pihak luar tidaklah terputus, melainkan tersambung pada pesawat
operator.
 Rangkaian-rangkaian yang vital, harus diperlengkapi dengan suatu alarm, sehingga
jika terjadi suatu kerusakan pada rangkaian tersebut, segera alarm menjadi aktif, dan
ditunjukan di pesawat operator.
 Ringing tone dan ringing current generator haruslah menggunakan semi conductor
sehingga pemeliharaan minim.
 Semua incoming call muncul di pesawat operator secara berurutan (queuing); artinya
call yang pertama mendapat pelayanan dari operator yang pertama pula dan
sebagainya.
 Dalam hal operator menerima call yang penting sekali, operator dapat menginterupsi
pembicaraan intern yang sedang berlangsung. Untuk ini IP-IP PBX haruslah
memberikan nada ”ticket" tertentu, agar pihak-pihak yang sedang melangsungkan
pembicaraan intern mengetahui dan waspada.
 Automatic call-back untuk kondisi idle ataupun sibuk.
 Dimungkinkan melakukan charge – recording (optional) baik bagi setiap pesawat
cabang maupun dirangkaikan operator dan disesuaikan dengan sistem.
 Dan lain-lain kelengkapan suatu sistem office (kantor) lainnya.

B. Fasilitas dan Features


Selain beberapa fasilitas dan 'features' yang normal untuk suatu sistem komunikasi suatu
IP-IP PBX disebutkan beberapa fasilitas dan 'features' lainnya secara umum yang tercakup
sistem IP-IP PBX ini antara lain :
 Camp on busy, ring when free
 Waiting/parking position
 Series calls (fasilitas ini penting untuk hubungan interlokal yang akan dihubungkan
oleh operator kepada lebih dari satu pesawat cabang secara berurutan).
 Saluran pembicaraan intern / internal link tidak boleh diduduki / digrendel selama
berlangsungnya percakapan extern.

PT. PENTA REKAYASA F-31


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Lampu-lampu indikator dengan lampu khusus yang menunjukkan percakapan extern


yang ditransfer oleh pesawat ke pesawat operator.
 Return call :
Dalam hal incoming call sudah diteruskan oleh operator ke pesawat cabang, namun
dalam batas waktu tertentu (25 detik) tidak dijawab oleh pesawat yang bersangkutan
maka call tersebut harus kembali ke operator, dengan disertai indikasi lampu LED
tertentu.
 Automatic redialling untuk extension.
 Consultation dan transfer of call, dalam hal pembicaraan intern antara extension
maupun pembicaraan external.
 Station guarding untuk extension.
 Interusion call dari extension tertentu untuk hubungan langsung ke bagian keamanan.
 Alternating, yakni fasilitas bergantian bicara dengan 2 (dua) partner, pembicaraan
dengan partner 1 (satu) tidak akan bisa didengar oleh partner yang lainnya.
 Call diversion fixed atau variable.
 Call pick-up.
Menjawab panggilan untuk pesawat lain dari pesawatnya sendiri, tanpa harus
meninggalkan tempat.
 Hunting group internal dengan operation mode cycling atau non cycling.
 Mempunyai kemungkinan untuk sambungan remote diagnosis maupun remote
management.
 'Chief and Secretary' operation.
Pemborong agar menyampaikan brosur/leaflet dan informasi dari pada 'optional feature'
lainnya.

Proteksi
Sistem dan komponen IP-IP PBX harus dilengkapi dengan peralatan proteksi terhadap
gangguan dan kemungkinan-kemungkinan gangguan luar, gangguan elektris/ surge/pulse
dan lain-lain.

Pesawat Pelayanan / Operator Set


Pesawat pelayanan yang dipasang pada tahap ini adalah 2 (dua) buah. Disamping
kemampuan standard bagi operator sets, (misal : transfer of trunk call, camp-on-busy, holding
of trunk call dan sebagainya). Terdapat fasilitas khusus sebagai berikut :
 Mempunyai extension busy lamp panel dan exchange line busy lamp panel (luminous
annunciator, multi digit display).
 Key Sender; Untuk penyelenggaran hubungan intern dan keluar.
 Night call transfer switch ke ruang jaga (individual/night service).
 Fasilitas lainnya yang berkaitan kepada kemampuan IP-IP PBX yang diuraikan diatas.
 Telepon set yang dipasang adalah dari tipe yang dinyatakan baik oleh Telkom.

Software
Semua software harus disiapkan oleh suplier/manufacture.
Pentanahan / Grounding
Badan/rangka IP PBX ataupun sistem/komponen IP PBX lainnya yang perlu untuk
diketanahkan (grounding), maka Pemborong harus mengetanahkannya. Pemborong wajib
mengadakan dan memasang sistem grounding untuk IP PBX ini terlepas dari sistem
grounding listrik yang ada, dengan tahanan maksimal 1 . Termasuk disini 'earthing wire',

PT. PENTA REKAYASA F-32


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

'grounding elektrode', pencapaian tahanan pengetanahan sesuai yang direkomendasi oleh


pabrik/manufacturer dan instalasinya.

Sumber Tenaga Listrik/Power Supply


IP PBX yang digunakan sudah biilt-in power supply yang menggunakan sumber daya listrik
yang sesuai dengan yang digunakan di Indonesia.

Kabel Jaringan Telepon

Kabel didalam ruang IP PBX


Kabel-kabel didalam ruang IP PBX, Jumper wire dan lain-lain, termasuk kabel
AC/DC adalah termasuk sebagai kabel-kabel power peralatan IP PBX

Jaringan
1. Meliputi kabel jaringan telepon :
Jaringan sistem telepon dari IP-IP PBX didistribusikan ke distribution switch tiap-
tiap tower melalui core switch yang juga digunakan untuk transmisi sistem data
dan CCTV. Kabel yang digunakan untuk transmisi data dari core switch sampai
access switch pada tiap-tiap lantai menggunakan Fibre Optic (FO) sesuai yang
tercantum pada gambar. Dari disribution switch tiap-tiap gedung kemudian
didistribusikan ke access switch pada masing-masing lantai yang kemudian
diteruskan ke outlet telepon sesuai gambar rencana menggunakan kabel UTP
Cat.6.
2. Harus memenuhi spesifikasi SNI
3. Jenis Kabel :
Jenis dan ukuran/kapasitas kabel sesuai dengan yang tercantum pada gambar
rencana.
4. Jumlah Pair/Core :
Jumlah Pair/Core kabel disesuaikan dengan apa yang tertera pada gambar.
5. Tes Equipment dan tool
Peralatan untuk melakukan test pengukuran dan maintenance didalam
operasional.
6. Pemasangan
A. Umum
 Semua material yang didalam pengirimannya dalam keadaan terbungkus
apabila bungkus/ kolinya akan dibuka, maka harus dilakukan secara hati-hati
dan rapih.
 Material harus dihindari dari air, debu dan kemungkinan kerusakan lainnya.
 Finishing tambahan dan penyiapan ruangan harus sesuai persyaratan/
requirement peralatan harus disiapkan oleh pemborong.

B. Pemasangan IP-PBX dan Accessories


1. Peralatan Utama :
 Harus mengikuti 'instalation intruction'dari pihak manufakturer.
 'Protective packing' pada module dan wiring dan lain-lain, hanya dapat
dibuka setelah kabinet tersusun semestinya.
 Kabinet harus rata / 'align' baik secara horisontal maupun vertikal.

PT. PENTA REKAYASA F-33


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Penyetelan dapat dilakukan melaui ”adjusting screw" atau dengan cara


lainnya.
 Pemasangan kabel-kabel IP PBX harus sesuai dengan penomoran yang
telah ditentukan.
2. Pengetanahan (Functional and protective ground)
 Pengetanahan ini harus diadakan dan dipasang sesuai dengan
pengarahan manufacturer.
 Untuk yakin mendapatkan hubungan pengetanahan yang effisien (efficient
ground connection), maka ”lock-washers" harus dipasangkan pada sekrup
sambungan.
3. Rectifier dan Batery
 Pemasangan Batery dan Rectifier pada tempatnya
 Batery dipasang diatas rak kayu dan ditempatkan di tempat yang terpisah.
kalau belum diisi cairan dan belum dienergised, maka ini harus dilakukan
oleh pemborong.

C. Pemasangan Pesawat Telepon


 Dipasang pada outlet terminal yang telah ada pada tempat/ lokasi yang
akan ditentukan pemilik pada saat pemasangan.
 Mencoba operasi/ bekerjanya pesawat telepon.

Commisioning
 Setelah seluruh sistem terpasang dan testing, maka perlu diperlukan commisioning /
trial run.
 Commisioning terhadap seluruh fasilitas dan performance sistem telepon yang
dipasang.

PT. PENTA REKAYASA F-34


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA

LINGKUP PEKERJAAN
Pengadaan, pemasangan instalasi Sound System, dengan system Internet Protocol (IP)
sehingga berfungsi dengan baik dan memuaskan. Pemasangan Sound System sesuai
dengan gambar rencana antara lain sebagai berikut ;
 Untuk di dalam bangunan dipasang seperti gambar rencana.
 Untuk di luar (parkir area), dipasang car calling (pemanggil sopir/pengendara mobil).

PERSYARATAN TEKNIS
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen
Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
Pengadaan dan pemasangan peralatan utama tata suara seperti yang tertuang dalam sistem
perencanaan.

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


Peralatan utama pada system ini digunakan system full Internet Protocol dengan perangka
utama sebagai berikut :
- Center of IP network audio system and IP PA system. 9 Support Windows 2000,
Windows 2008, Windows XP, Windows 7.
- All display in English. 9 Built-in system set up, system monitor, media player, program
timer, system memory functions.
- Cloud broadcast Mp3 file online, scheduled and matrix at pre-set time to designated
loudspeaker zones.
- All equipments working status could be monitored and displayed on this software.
- Flexible multiple level loudspeaker zone definitions, end-user can define loudspeakers
into as many as possible zones at the same time.
- Built-in weekly timer could broadcast pre-recorded voice message, bell, song to selected
zones by trigger contact or manually operation.
- The head equipment to encode analog sources into digital source to be transferred over
network.
- Support max 5 different sound cards for simultaneously sources collection.
- One software packet include administrator and branch server and alarm server.
- Graphic maps display for visually simple monitoring and operation.

Power Amplifier.
Power Amplifier type support IP (Internet Protocol) dan harus memiliki output total
seperti ditunjuk dalam gambar rencana dan tegangan output 70 V/100 V dan
frekuensi response antara 50 Hz sampai dengan 20 kHz. Distortion kurang dari 1%
pada batas frekuensi.

Mixer Pre Amplifier


Mixer Pre Amplifier type support IP (Internet Protocol) harus memiliki supervised
input emergency microphone dengan hand-held microphone dan RJ45 standard
connector dan shielded Cat-5 cable serta analog microphone input yang akan
mempunyai input sensitive variable 200 mV/2V.

Ceiling Loudspeaker
Loudspeaker harus mempunyai frekuensi antara 80 Hz sampai dengan 18 kHz.
Mempunyai diameter 6 inchi, dengan sensitivitas tidak kurang dari 92 dB max. jenis
Ceiling speaker yang digunakan adalah type support IP
Loudspeaker dilengkapi dengan matching trafo 100 V dan ditap pada 1 watt dan 3
watt.

PT. PENTA REKAYASA F-35


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Horn Speaker
Horn speaker harus mempunyai frekuensi 480 Hz – 5.5 kHz, dengan sound
pressure level ± 118 dB max. Power input (max) = 15 W. Impedance ± 10 Kohm.
speaker yang digunakan adalah type support IP

Microphone
Paging Microphone type Dynamic Microphone dengan flexible microphone stem,
Patern UniDirectional condenser, selectable gain dan Frekuensi response antara
100 Hz sampai dengan 16 kHz. Microphone harus dilengkapi dengan Heavy Duty
Press to Talk Switch dan 6-selectable zone.

Digital Announcer/Message Manager


Berbasis pada micro-processor yang mampu memprogram sinyal informasi
evakuasi dari perintah panel Fire Alarm dan mampu memutar ulang pemberitahuan
evakuasi dalam bahasa English dan bahasa Indonesia, memenuhi standard EVAC.
 Contact relay : Emergency active relay, call active relay, fault relay
 Power : DC 24 Volt, 220 Volt + 10% - 50/60 Hz

MP3 Player, FM/AM Tuner


1. MP3 Player :
 Power Supply(VCC) 3.2 5 5.2 VDC Current(@VCC=5V) / / 200 mA Logic
interface 3.3V / 5V TTL /
 Supported Card Type Micro SD card(<=2G); Mirco SDHC card(<=32G) /
 File system format Fat16 / Fat32 /
 Uart band rate 9600 bps
 Response : 2 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB)
2. FM Tuner :
 Freuqency Response : 30 Hz to 15 kHz (+1/-3 dB)
 Distortion : < 0.1%
 S/N Ratio : > 63 dB (1mV, FM)
 Tuner Frequenncy Range : FM 87,5 – 108 Mhz, AM 531-1610 kHz

Terminal Box
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 150 mm untuk
ukuran besar dan 300 x 500 x 150 mm untuk ukuran kecil dengan finishing cat bakar
atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pipa Konduit
Pipa konduit yang diguanakan adalah PVC High impact dia. 20 mm
Untuk instalasi yang menyeberang jalan harus menggunakan jenis konduit galvanis

Kabel
 Jenis kabel yang digunakan untuk instalasi fire alarm adalah sebagai berikut :
UTP Cat.6 : dari peralatan utama menuju PoE switch untuk masing-masing
zone. untuk instalasi ceiling speker
Fiber Optic : Instalasi kabel dari FO Converter Gedung ke Main server
 Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
GAMBAR KERJA

PT. PENTA REKAYASA F-36


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Gambar kerja harus mendapat persetujuan perencana/Konsultan Manajemen Konstruksi


sebelum dilaksanakan.

PEMASANGAN INSTALASI
 Instalasi ke semua kabel yang terpasang di bawah plat beton (ceiling speaker dan
attenuator) adalah outbow menggunakan pipa high impact dia. 20 mm. Instalasi ini diklem
setiap jarak 60 cm. Klem yang dipakai ke plat beton, menggunakan ramset, dynabolt. Jalur
seluruh kabel diatur sejajar dan dekat jalur kabel listrik.
 Semua kabel yang melalui shaft (dari peralatan utama ke Terminal Box) adalah outbow,
menggunakan pipa high impact dia. 20 mm. Instalasi ini diklem ke rak besi siku atau tangga
kabel, dan klem setiap 100 cm.
 Penyambungan-penyambungan harus dilakukan dalam kotak penyambungan dengan
menggunakan Electrical Spring Connector, Durados atau Cable Connection.
 Semua kabel yang terpasang dalam tembok adalah inbow, menggunakan pipa high Impact
dia. 20 mm.
 Semua ceiling loudspeaker di dalam bangunan dihindari dari cacat dalam box dan
dilindungi dari cacat dalam box, dipasang sedemikian rupa dengan memperhatikan
estetika ruang. Begitu juga pemasangan column speaker harus disesuaikan dengan sudut
pancaran speakernya.
 Rack Cabinet terpasang free standing di ruang monitor, sesuai gambar rencana.
 Semua equipment harus diketanahkan yang dihubungkan dengan kawat BCC dari sistem
pentanahan.

PENGUJIAN/TESTING COMISSIONING
 Semua instalasi sound system yang dipasang harus ditest secara sempurna sehingga
impedansinya sesuai dengan yang diinginkan.
 Semua equipment yang dipasang harus ditest sehingga bekerja dengan sempurna.
 Pengetesan dilakukan bersama-sama Konsultan Manajemen Konstruksi.
 Semua perlengkapan untuk mengadakan pengetesan harus disediakan oleh Kontraktor
yang bersangkutan.

LAIN-LAIN
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja
dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Di tempat pekerjaan, pengawas
menempatkan petugas pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan
Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan isi Surat
Perjanjian Kontraktor serta dengan cara-cara yang benar dan tepat, serta cermat.

REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis..
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis


1 MP3, Tuner IP support
2 Pre-Amplifier IP support
3 Graphic Equalizer IP support
4 IP Power Amplifier
5 Microphone.

PT. PENTA REKAYASA F-37


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

No Uraian Spesifikasi Teknis


6 IP Ceiling Loudspeaker.
7 IP Column Speaker
8 IP Horn Speaker
9 Digital Announcer IP support
10 Software
11 Kabel UTP Cat 6, FO
12 Conduit PVC High Impact
13 Kabel Rack

PT. PENTA REKAYASA F-38


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SISTEM FIRE ALARM

UMUM
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen
Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

PENJELASAN SISTEM
Fungsi sistem deteksi dan alarm kebakaran adalah sistem deteksi awal apabila terjadi
kebakaran, dimana pada waktu terjadi kebakaran akan memberikan indikasi secara audio
(bell) maupun visual (lampu warna merah) dari mana asal kebakaran tersebut dimulai,
sehingga dapat diambil tindakan pencegahan sedini mungkin.
Fire alarm system ini menerima signal kebakaran yang diberikan baik secara otomatis dari
detector maupun secara manual dari push button box.

LINGKUP PEKERJAAN
Kontraktor yang menangani pekerjaan instalasi ini harus melaksanakan pengadaan,
pemasangan & pengujian serta menyerahkan dalam keadaan beroperasi dengan baik dan
siap untuk dipakai. Bahan-bahan dan peralatan-peralatan pembantu instalasi fire alarm
system harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pekerjaan dan gambar instalasi fire
alarm system.
Lingkup pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah namun tidak terbatas pada :
 Pengadaan, pemasangan dan pengetesan Panel Kontrol MCFA dan sistem yang sudah
terpasang.
 Pengadaan, pemasangan dan pengetesan instalasi kabel dari MCFA ke Anounciator.
 Pengadaan, pemasangan semua jenis Detektor, Manual Station, Indicator Lamp, Alarm
Bell, dan sistem Fire Intercom (master & slave).
 Pengadaan, pemasangan Junction Box.
 Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan interface dengan:
- Sistem Tata Suara dan Telepon
- Sistem Listrik.
- Sistem Air Conditioning dan Fan.
 Membantu Pemberi Tugas dalam mengurus dan menyelesaikan perijinan Instalasi Fire
Alarm dari instansi yang berwenang.
 Melakukan testing dan commissioning.
 Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku technical manual.

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


Peralatan utama yang terdapat dalam sistem Fire Alarm ini adalah :
 Addressable Heat Detector
 Addressable Smoke Detector
 Addressable Manual Call Point (Break Glass/Dual Action)
 Addressable Horn Strobe
 Detector Conventional

PT. PENTA REKAYASA F-39


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Module (Mini Monitor Module/Control Module)


 Master Control Panel Addressable
 Annunciator
 Operator Console

Addressable Heat Detector


Jenis yang digunakan adalah Rate of Rise detector dan Fixed Temperature detector
yang memiliki response lamp.
Data–data teknis lainnya :
 Addressable : in base
 Operating Temperature Range : 0- 50ºC
 Range Operating Voltage : 16 – 32 VDC w/ Data
 Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
 Alarm Current : 0.9 mA from separate 24 VDC Supply

Addressable Smoke Detector


Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang dapat diprogram tingkat
sensitivity dari range 0.2% sampai dengan 3.7%.
Data–data teknis lainnya :
 Addressable : in base
 Operating Temperature Range : 0- 50ºC
 Range Operating Voltage : 16 – 32 VDC w/ Data
 Humidity Range : ≤ 95% RH (40 ± 2ºC)
 Alarm Current : 0.9 mA from separate 24 VDC Supply

Thermal Detector Addresable


Jenis yang digunakan adalah Rate of Rise detector dan Fixed Temperature detector
yang memiliki response lamp di base.
Data-data teknis lainnya :
 Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
 Working Temprature : 57° C
 Operating Voltage : ± 20 V DC
 Quescent Current : < 100 mA
 Alarm Current : < 80 mA

Smoke Detector Addresable


Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang memiliki 2 buah response lamp
dan mempunyai karateristik sensitivitas yang rata (flat response technology).
Data-data teknis lainnya :
 Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
 Operating Voltage : ± 20 V DC
 Quescent Current : ± 100 mA
 Alarm Current : maks. 100 mA

Manual Call Point


Jenis yang dipakai adalah tipe dual action (Break Glass and Pull) dilengkapi dengan
mounting.

Data–data teknis lainnya :

PT. PENTA REKAYASA F-40


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Temperature Range : 0 - 50° C


 Material : Lexan Polycarbonate
 Humidity Range : ≤ 95% RH (40 ± 2ºC)
 Alarm Current : 3.0 mA
 Operating Voltage : 16 – 32 VDC

Horn and Strobe Light


Horn and Stobe Light Addressable merupakan peralatan Audible dan Visual yang
menjadi satu sebagai indikator dari fire alarm system.
Data–data teknis lainnya :
 Rated Voltage Range : 17 VRMS s/d 31 VRMS
 Current Rating for Strobe Output: 15 cd/83 mA
 Temperature Range : 32° to 122° F (0 - 50° C)
 Humidity Range : 10-93%, non-Condensing @ 100°F (38°C)
 Sound Output Caracteristic : 2400 to 3700 Hz sweep, modulated at 120 Hz.

Manual Push Button Addressable


Jenis yang dipakai merupakan surface mounted dan dilengkapi dengan reset
switch, jika terjadi penekanan.

Alarm Bell Addressable


Persyaratan teknis harus dipenuhi :
 Konstruksi : Anti karat
 Operating Voltage : 18 s/d 36 V DC
 Curent Consumption : max. 80 mA
 Power Consumption : 1,2 Watt
 Desibel Rating : 85 dB. at 3 m

Indicator Lamp Addressable


Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan group
detector. Lampu indicator ini akan menyala hanya jika group detector yang
bersangkutan bekerja.

Zone Indicator
Zone Indicator ini menunjukan zone mana yang bekerja yang disesuaikan dengan
letak zone indicator tersebut.

Mini Module
Alamat/zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
Input signal harus bebas dari prioritas signal digital. Signal akan dipancarkan ke
pengontrol dan pemicu sesuai dengan pengesetan.
Kesalahan/fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan pengontrol.
Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
Data teknis lainnya :
 Operating Voltage : 16 – 32 VDC
 Quiescent Current : ± 0.6 mA
 Activation Current : ± 4.0 mA
 Working Temperature : -10 - +50ºC
 Relative Humidity : ≤ 95% (40±2ºC)
 EOL : ± 100 kΩ

PT. PENTA REKAYASA F-41


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Control Module
Output Module adalah alat untuk mengaktifkan peralatan external menurut
ungkapan logika yang telah ditetapkan lebih dulu dan juga diharapkan menerima
konfirmasi aktifasi tersebut.
Alamat/zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
Dapat mengaktifkan peralatan eksternal oleh logika yang telah ditetapkan lebih dulu,
output dapat berupa denyut atau signal menurut set-up Dip-Switch.
Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
Tidak direkomendasikan penggunaan modul ini untuk memadamkan kendali/kontrol
secara langsung.
Kesalahan/fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan pengontrol.
Data teknis lainnya :
 Operating Voltage : ± 16 – 32 VDC
 Quiescent Current : ± 0.7 mA
 Activation Current : ± 2.5 mA
 Relay Rating : 30V/2.0A , 125VAC/1.0A
 Confirmation Led : Steady output ; steady on: Pulse Output ; flashing
 Working Temperature : -10 - +50ºC
 Relative Humidity : ≤ 95% (40±2ºC)
 Wiring Capacity : 1.0 – 1.5 mm²

Main Control Fire Alarm (MCFA) Addressable


MCFA yang digunakan memakai Sistem Addressable. Diperlengkapi Sealed Lead
Acid battery, Power Supply 220/240 VAC. MCFA harus mempunyai pintu dengan
jendela penglihat.
MCFA harus dapat dikembangkan 1250 sampai dengan 2000 point Addressable
atau 1 card memiliki 127 sampai dengan 250 address + zoning dan dapat digunakan
secara keseluruhan untuk detector maupun card module dari fire alarm system.
MCFA harus memiliki Fire Panel Internet Interface (IP Based) yang dapat
dihubungkan ke jaringan infrastruktur ethernet melalui UTP Cat 5 atau cat 6
sehingga dengan melalui komputer yang terhubung dengan jaringan intranet
ataupun extranet, user dapat mengakses MCFA dengan memasukkan Username
dan password yang dapat diterima oleh MCFA. Komputer dan software yang
digunakan tidak perlu dengan software khusus dan cukup dengan menggunakan
web browser dari Windows Internet Explorer.
MCFA harus memiliki Optional untuk TCP/IP Communication Network. Bila
dikemudian hari dilakukan pengembangan dan diinginkan MCFA dari gedung lain
dapat dihubungkan secara network dan dimonitor oleh MCFA Pusat, metoda
Networking antar MCFA secara peer-to-peer dapat dilakukan melalui TCP/IP
Interface dengan memanfaatkan jaringan LAN yang sudah tersedia.
MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
 Bell Off
 Reset
 Testing
 Lamp test
 Fault Signal General
 Signal for Alarm Condition
 LCD Display

MCFA ini harus mempunyai output berupa :


 Visible/Audible Alarm

PT. PENTA REKAYASA F-42


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Visible/Audible Fault Alarm


 Test Signal (Visible)
 History Log

Annunciator Panel
Annunciator Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi sumber
kebakaran (zone area) dan indikasi adanya sistem sprinkler yang bekerja, indikasi
gangguan dari instalasi dengan indikator Audio berupa buzzer dan indikator visual
berupa colour graphic atau dalam bentuk LCD-display.
Pada panel juga dilengkapi fasilitas button yang berfungsi sebagai
silence/acknowledge alarm dan reset button. Unit ini dilengkapi dengan tombol test
untuk lampu (lamp test) dan tombol test untuk buzzer test.

Terminal Box
Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600 x 150 mm untuk
ukuran besar dan 300 x 500 x 150 mm untuk ukuran kecil dengan finishing cat warna
merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Pipa Konduit
Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact dia. 20 mm,
baik yang di atas plafond (horizontal) maupun yang di dinding/tembok/beton
(vertikal). Pemasangan pipa konduit vertikal harus inbow.
Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain-lain harus dipasang tertutup
sehingga tidak akan masuk benda-benda lain ke dalam kotak tersebut. Seluruh
saluran ini harus terpisah dengan sistem saluran lainnya yang terdapat pada
bangunan ini.

Kabel
Jenis kabel yang digunakan untuk instalasi fire alarm adalah sebagai berikut :
 STP AWG # 18 2 pair : instalasi kabel looping dari MCFA ke Terminal Box/
module dan Detector Addresable
 STP AWG # 18 2 pair : instalasi antar detector Addressable dan manual
break glass
 STP AWG # 18 2 pair : instalasi dari module ke PAC, Horn & Strobe, Flow
Switch dan Tamper Switc
 Instalasi pengkabelan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

Persyaratan Teknis Pemasangan


Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak detector dan peralatan-peralatan lain
dari sistem ini, dimana letak yang pasti dijelaskan pada gambar.
Untuk manual push button/manual call point, alarm bell, red lamp dipasang pada ketinggian
1,5 m dari lantai.
Disekitar detector harus ada ruangan bebas sekurang kurangnya pada jarak 0,6 m dari
detector tanpa ada timbunan barang atau alat-alat lainnya.
Semua kabel harus dipasang di dalam conduit, baik yang di atas plafond (horizontal) maupun
yang di dinding/tembok/beton (vertical), ukuran conduit dan kabel harus sesuai gambar
rencana.
Pemasangan Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Kontrol atau sesuai dengan Gambar
Perencanaan.

PT. PENTA REKAYASA F-43


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Interconnecting Interlock
Instalasi Fire Alarm ini, harus dipasang interlock/Interfacing dengan Panel Listrik dan
Peralatan lainnya termasuk pemasangan kabel kontrol dan relaynya, seperti yang disebutkan
dalam Gambar Perencanaan.

Testing/Commissioning
Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan testing/pengetesan, yang
disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan untuk smoke detector
menggunakan asap.
Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan zonenya.

Lain–Lain
Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja
dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

Referensi Produk
Peralatan, bahan dan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis

1 MCFA Addressable

2 Annunciator Addressable

3 Alarm Bell Addressable

4 Red Lamp

5 Manual Break Glass

6 Detectors Addressable

7 Jack Telephone

8 Kabel-kabel STP AWG

9 Konduit PVC high impact

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JARINGAN SISTEM DATA

UMUM
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen
Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.

PT. PENTA REKAYASA F-44


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi
dari instansi yang berwenang dan telah biasa mengerjakannya san suatu daftar referensi
pemasangan harus dilampirkan dalam surat penawaran

LINGKUP PEKERJAAN.
Lingkup Pekerjaan dari Paket Pekerjaan Pengadaan dan Instalasi Sistem Jaringan Kabel
Data adalah mencakup pengadaan dan Instalasi, namun tidak terbatas pada apa yang tertulis
secara umum di bawah ini adalah sebagai berikut:
 Pengadaan dan Instalasi kabel Unshielded Twisted Pair indoor Cable (UTP).
 Pengadaan dan instalasi face plate + Modular Jack Category 6.
 Pengadaan dan Pemasangan Switch Hub dan Distribution Hub
 Pengadaan dan Pemasangan Rack
 Pengadaan dan Pemasangan UPS
 Testing & commissioning

SYARAT-SYARAT INSTALASI KABEL UTP


Kabel UTP untuk distribusi ke outlet/Panel harus dilindungi dengan High Impact Conduit
ukuran 20 mm. conduit ditempatkan dalam Tray Cable sesuai gambar rencana.
Untuk menghindari jumlah kabel yang tertalu banyak berkumpul pada satu titik jika
dimungkinkan dipasang per group kabel UTP sesuai dengan jalur kefungsiannya.
Setiap kabel UTP dan port outlet harus diberikan label sebagai tanda pengenal.

SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi Minimum Cat.6 UTP


 Memenuhi standar – standar ANSI/TIA-EIA-568-B.1.

Spesifikasi Minimum Face Plate dan Jack Modular Cat. 6.


 Modular Jack: Khusus untuk penggunaan UTP Cat. 6.
 Face Plate: 1 holes Outbow

Access Switch/Switch Hub


Spesifikasi Minimum Access Switch:
 Switch ini harus mengakomodasi seluruh koneksi user dan menyediakan uplink
via Gigabit Ethernet ke distribution switch.
 Memiliki ukuran sesuai standard rack mounts 19”.
 Mempunyai kapasitas backplane yang mampu mendukung akses seluruh port
pada utilisasi maksimal tanpa terjadi blocking.
 Memiliki minimal 24 port auto sensing 10/100 Base-T.
 Dilengkapi 2 port GE untuk uplink yang dilengkapi dengan GBIC (SFP) 1000
Base SX atau 1000 Base LX.
 Mampu mengakomodasi minimal 8,000 MAC address.
 Mendukung IP Multicast snooping.

PT. PENTA REKAYASA F-45


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Mendukung Jumbo Frame 9K.


 Mendukung Dual Flash Images.
 Mampu mendukung minimal 200 VLANs. Dilengkapi dengan kemapuan 802.1Q
VLAN tagging.
 QoS and Traffic Management.
 Memiliki kemampuan QoS pada setiap portnya.
 Mampu mendukung penerapan QoS berbasis IEEE 802.1p dan diffserv (DSCP).

Rack Server :
 19” Close Rack minimal 42U
 Depth minimal : 1100mm
 Steel frame acrylic front door
 Steel back door
 Dilengkapi dengan heavy duty roof fan panel 2 unit dan 8 port power outlet
horizontal

19" Wallmount Rack


Wallmount rack dengan spesifikasi :
 Plat besi : 2 mm
 Depth : 550 mm
 Height : Lihat gambar
 Fan : 4 unit heavy duty fan
 Power outlet : Lihat gambar
 Pintu : Double doors with tamper glass front door
 Lubang sirkulasi udara : Dari bawah rack c/w filter

Spesifikasi Konduit dan Flexible


 Konduit harus terbuat dari pipa uPVC tipe high impact
 Memenuhi standar BS 6099
 Diameter minimum 20 mm
 Faktor pengisian kabel 40 %
 Flexible harus terbuat dari pipa lentur uPVC
 Memenuhi standar BS 4607

Battery UPS
 Type : On Line, Double Conversion + By Pass
 Input : 184 – 264 VAC.
 Output : 230 VAC.

Instalasi
Instalasi kabel dalam pipa PVC High Impact berwarna putih diklem pada beton
secara kukuh dan tahan getaran. Klem untuk conduit di pasang setiap jarak 50 Cm,
jumlah kabel dalam conduit harus sesuai dengan PUIL 2000.

TESTING DAN COMMISSIONING


Kontraktor harus mengadakan testing dan commissioning dan disaksikan oleh Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan instalasi.

REFERENSI PRODUK
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi.

PT. PENTA REKAYASA F-46


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :

No Bahan / Peralatan Spesifikasi Teknis

1 Kabel LAN
2 Router
3 Switch L2
4 Switch L3
5 Access Point
6 Faceplate
7 Conduit
8 Cable Wire management
9 Pacth Panel
10 Standing Rack
11 Wallmount Rack
12 Inbow / Outbow Box

PT. PENTA REKAYASA F-47


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI CCTV

UMUM
1. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ini
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang
digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
2. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban
Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

Penjelasan Umum
Sistem Closed Circuit Television System dipergunakan untuk membantu
pengawasan dengan cara mengamati kegiatan operasi suatu gedung melalui video
camera. Hasil gambar dapat diamati melalui TV monitor.

Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan instalas iini adalah Pengadaan, Pemasangan, Penyetelan
dan Pengujian Peralatan dan Instalasi serta menyerahkan dalam keadaan
beroperasi dengan baik dan siap pakai, tanpa ada gangguan atau cacat instalasi.
Kontraktor harus melengkapi dan merakit peralatan tersebut dan bila perlu harus
melengkapi dengan peralatan tambahan sesuai persyaratan pabrik pembuatnya.
Termasuk didalam peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
 IP Camera
 Network Video Recorder (NVR)
 Monitor.

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Outdoor Fixed Dome IP Camera


 Image Sensor Type : in 1/2.9" CMOS Sensor
 Maximum Resolution : 1920 x 1080 or More
 Optical Adjustment : Motorized Zoom/Focus
 Iris Control : Automatic
 Lens Type : Varifocal
 IR Distance : 60 m
 Ingress Protection : IP66
 Impact Rating : IK10
 Frame Rates : 30 fps (min. at max Resolution)

Indoor Fixed Dome IP Camera


 Image Sensor Type : min 1/2.9" CMOS Sensor
 Maximum Resolution : 1920 x 1080 or More
 Optical Adjustment : Motorized Zoom/Focus
 Iris Control : Automatic
 Lens Type : Varifocal
 IR Distance : 30 m
 Audio Stream : Full Duplex
 Local Storage : Memory Card Slot Ready
 Frame Rates : 30 fps ( min. at max Resolution )

PT. PENTA REKAYASA F-48


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

NVR ( Network Video Recorder )


 Operating System : Microsoft Windows Base
 Channel : Min. 16 Channels
 Compressions Supported : MJPEG, MPEG-4, H.264.
 Power Supply : Redundant
 Optical : DVD-RW
 Input Voltage : 110/240 VAC 50/60 Hz

Monitor
 Screen size : 20” or 21”
 Type : LCD TFT, Flat
 LCD Panel Type : 1280 x 1024 pixel
 Pixel pitch : 0.280 x 0.280 mm
 Resolution : 1280 x 1024 at 60 Hz
 Display Color : 16 M
 Color enclosure : Black or Silver

PEMASANGAN
1. Pemasangan colour camera dipasang sesuai petunjuk gambar, Kontraktor dapat
mengajukan usulan lain untuk penempatan colour camera ini.Cara pemasangan colour
camera tersebut digantung pada ceiling atau plafond dengan rangka penguat/ hanger yang
diperkuat pada dak beton.
2. Peralatan utama seperti ; Network Video Recorder , diletakan pada ruang control lantai 4
atau seperti ditunjuk dalam gambar rencana.
3. Kabel instalasi yang digunakan untuk isyarat video dan untuk keperluan control
menggunakan Kabel UTP Cat.6 ,yang semuanya dalam pelaksanaan harus dimasukkan
dalam pipa PVC high impact dia. 20 mm.

TESTING / COMMISSIONING
1. Setelah pekerjaan IP CCTV ini diselesaikan, harus dilakukan Testing dan Comissioning
yang disaksikan oleh Pengawas lapangan.
2. Biaya Testing menjadi beban Kontraktor.

REFERENSI PRODUK
Peralatan, bahandan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi teknis.
Referensi produk yang dapat dipakai adalahsebagai berikut :

Uraian Spesifikasi Teknis


Peralatan Utama IP Support
Camera IP Support
Kabel-kabel UTP Cat 6
Conduit PVC high impact
UPS

PT. PENTA REKAYASA F-49


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN DIESEL GENSET

UMUM
1. Lingkup pekerjaan ini akan meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian, garansi,
sertifikasi, service, pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi (As-built Drawing),
petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas instalasi ini dari pihak Pemilik
bangunan.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan
yang diminta didalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (Bills
of Quantity), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat dan perintah dari Konsultan Manajemen Konstruksi selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
3. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata
terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan kewajiban kontraktor untuk penggantinya
tanpa ada penggantian biaya.

Sistem Kerja Genset


1. Diesel Generating Set ditempatkan pada Bangunan Power House sebagai sumber daya
cadangan bila PLN padam.

2. Bila PLN padam, maka Genset akan start secara otomatis (Auto Start Auto Synchron
dengan genset existing) dalam waktu 10 – 15 detik (adjustable).

3. Ketika PLN sudah hidup kembali, maka Genset masih akan terus melayani beban untuk
waktu tidak kurang dari 15 menit, setelah itu baru terjadi pemindahan beban tanpa kedip
(back to sync) kembali ke PLN dan Genset akan mati setelah melalui waktu
pendinginan/cooling down time sekitar 300 detik (adjustable), dengan pertimbangan agar
rectifier perangkat tidak mengalami perubahan catu daya dalam waktu pendek.

Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan Utama


1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian 2 (dua) unit Diesel Generating Set
dengan kapasitas sebagai beriku :
1. 1 x 2.000 kVA.
2. 1 x 650 kVA
2. Pengadaan, Pemasangan dan Pengujian Perlengkapan Diesel Genset seperti
Silencer, Pipa gas buang, Flexible pipe, Flange, Isolasi pipa (jacketing), Cerobong
udara buang dari radiator, Sound attenuator pada bagian intake dan exhaust
radiator, Battery dan Battery charger untuk starting dan lain-lain yang harus
disediakan untuk berfungsinya System Genset seperti maksud tersebut di atas.
3. Pengadaan, Pemasangan dan Pengujian tanki harian dan tangki mingguan bahan
bakar, Pompa bahan bakar dan Pemipaannya.
4. Pengadaan dan Pemasangan kabel feeder dari Genset ke PKG lengkap dengan
kabel ladder/tray termasuk terminasi.
5. Pengadaan dan pemasangan sistem sound proofing ruangan, sound attenuator
pada bagian intake dan exhaust radiator.
6. Pekerjaan sipil (bobokan dan perapihan kembali dll).

PT. PENTA REKAYASA F-50


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Lingkup Pekerjaan Instalasi Operasi Sistem Genset


1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel daya dan kontrol dari unit Genset
ke PKG.
2. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pentanahan unit Genset.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem peredam suara berikut sound
attenuator di ruang Genset (Kontraktor Genset bertanggung jawab penuh atas
keberhasilan peredam ini sehingga memenuhi level yang diijinkan dan diterima
Pemilik).
4. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peredam getaran (vibration mounting)
unit Genset sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat Genset dan vibration
tersebut
5. Melakukan testing dan commissioning instalasi tersebut.
6. Mengadakan pelatihan operator.
7. Membuat As-built Drawing.
8. Membuat buku petunjuk operasi dan pemeliharaan serta trouble shooting.
9. Menyerahkan Tools Kit.

Lingkup Pekerjaan Terminasi


1. Menyediakan kontrol terminal untuk sensor PLN ke PKG.
2. Melaksanakan terminasi kabel feeder dari Genset ke PKG.
3. Koordinasi dengan Kontraktor lain maupun Instalasi terkait untuk menjamin bahwa
instalasi tersebut sudah lengkap, benar dan memenuhi persyaratan.

Lingkup Pekerjaan Yang Terkait


1. Handling Genset di atas pondasi
2. Setting dan aligment kedudukan Genset, termasuk anchor.
3. Setting dan aligment peredam getaran (Anti Vibration Mounting).
4. Pekerjaan sipil dan finishing yang diperlukan dan perapihan kembali yang
diakibatkan oleh instalasi ini.
5. Mengurus perijinan ke Instansi Depnaker dan Ditjen Pertambangan & Energi
sehubungan dengan pekerjaan ini (biaya perijinan dan pengurusannya termasuk
lingkup Kontraktor).

Lingkup Pekerjaan Pemilik


Menyediakan surat yang diperlukan untuk perijinan ke Instansi terkait (bila
dipersyaratkan).

Diesel Generator

Umum
1. Mesin Diesel Generator yang digunakan harus mampu menghasilkan suatu daya
listrik dengan kapasitas tidak kurang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana untuk tipe pemakaian secara terus-menerus pada kondisi kerja
setempat, dimana temperatur keliling tidak melebihi 45°C dan rata-rata
temperature keliling adalah 40°C, sesuai standard DIN 6270 A.
2. Mesin Diesel Generator harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang terbuat dari
bahan baja, dimana antara mesin dengan dudukan dan antar dudukan dengan
pondasi mesin yang akan disediakan oleh Kontraktor, harus disediakan bahan
peredam getaran tipe gabungan pegas dan karet peredam getaran.

PT. PENTA REKAYASA F-51


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

3. Kontraktor harus menghitung kembali system peredam suara, ventilasi ruangan,


saluran udara buang dan saluran asap sehubungan dengan spesifikasi mesin
Diesel Generator set yang diusulkan.
4. Kontraktor harus menghitung kembali system saluran udara buang dan saluran
asap sehingga tidak akan mengurangi kapasitas mesin untuk membangkitkan
daya sesuai yang diminta.
5. Perhitungan system peredam suara, ventilasi ruangan, saluran udara buang dan
saluran asap harus dilampirkan pada surat penawaran, serta harus dilengkapi
dengan brosur/manual asli dari pabrik sebagai dasar perhitungan.
6. Mesin Diesel Generator yang digunakan harus merupakan peralatan yang selalu
siap digunakan pada setiap saat, untuk itu mesin ini harus mempunyai
perlengkapan berupa pompa sirkulasi minyak pelumas otomatis dan manual,
peredam suara pada saluran gas buang (max 65 dB  5 dB), alat pengisi muatan
battery dengan catu daya yang berasal dari Generator dan yang berasal dari PLN.
7. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran
mesin secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada putaran
nominalnya pada kondisi beban antara beban nol dan beban penuh dengan
toleransi tidak lebih dari 2 %.
8. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara
pembakaran.
9. Mesin Diesel harus dilengkapi dengan alat pengaman guna menghentikan operasi
mesin dan atau memberikan indikasi adanya gangguan untuk setiap gangguan
sebagai berikut :
 Putaran kerja melebihi 110 % putaran nominal.
 Tekanan kerja minyak pelumas lebih kecil dari nilai nominalnya (tidak kurang
dari 3 kg/cm²)
 Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya (tidak kurang dari
75C).
 Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu dan sesuai dengan rekomendasi
pabrik
10.Generator yang digunakan harus mampu membangkitkan tegangan tanpa
bantuan sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnitnya mendapatkan
catu daya dari terminal Generator melalui suatu rangkaian elektronik dengan tidak
mempergunakan sikat komutator.
11.Rangkaian elektronik yang dimaksud dalam butir di atas harus mampu mengatur
tegangan Generator secara terus-menerus pada tegangan nominal sebesar
220/380 Volt dengan toleransi tidak lebih dari 1,5%.
12.Generator yang digunakan harus mampu menghasilkan daya listrik sesuai dengan
kondisi terpasang yang ditunjukkan didalam Gambar Rencana secara terus-
menerus pada putaran nominal mesin Diesel dan pada tegangan nominal.
13.Generator yang digunakan harus dibuat untuk pemakaian dalam ruangan dengan
kelas pengamanan tidak kurang dari IP 23 dan dapat menahan kelebihan beban
10 % selama 1 jam dalam selang waktu 12 jam.
14.Hubungan kumparan stator Generator hendaknya hubungan bintang dimana
reaktansi hubung singkatnya tidak lebih 15%.
15.Mesin Diesel Generator secara keseluruhan harus mampu dioperasikan dari
Panel Kontrol Generator.
16.Kontraktor wajib menyediakan titik pentanahan bagi mesin Diesel Generator, titik
netral Generator, PKG dan semua bagian logam di dalam Ruang Diesel, termasuk

PT. PENTA REKAYASA F-52


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

rak dan tangga kabel dan pintu-pintu ruangan yang terbuat dari logam sesuai
dengan ketentuan ini.

Instalasi
1. Diesel Genset harus didudukkan di atas pondasi dengan mempergunakan spring
atau rubber mounting yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
2. Spring anti vibration mounting harus mempunyai effisiensi tidak kurang dari 95%.
3. Posisi Diesel Genset harus lurus baik secara vertical maupun horizontal.
4. Anchor dari Diesel Genset harus benar-benar tepat pada lubang pondasi yang
telah ditetapkan dan dicek dengan baik dan kuat.
5. Pipa exhaust dan Silencer harus diisolasi dengan Rockwool 2” density 60 kg/m³
dan dibungkus dengan galvanized sheet di sepanjang pipa (jacketing).
6. Sambungan pipa ke mesin harus mempergunakan flexible joint.

Pengujian
1. Test pabrik pembuat harus dilakukan menurut standard pabrik dan minimal
meliputi testing :
 Insulation level
 Squence
 Protection device
 Operation
 Full load running (Load Bank/Building Load)
 Temperature rise
 Governour control
 Sound pressure level
2. Test lapangan harus dilakukan minimal meliputi :
 Squence
 Protection device
 Operation
 Sound pressure level
 Load running (Load Bank/Building Load) :
- 0% selama 15 menit tanpa interupsi.
- 25% selama 1 jam tanpa interupsi
- 50% selama 1 jam tanpa interupsi dan rejection & sudden load test
- 75% selama 2 jam tanpa interupsi
- 100% selama 1 jam tanpa interupsi
- 110% selama 1 jam tanpa interupsi
- 100% selama 3 jam tanpa interupsi dan rejection & sudden load test
Setelah lulus uji dengan load bank, akan dilakukan uji beban nyata selama 2 hari (2
x 24 jam).

Ketentuan Teknis Bahan dan peralatan

Diesel Generator Set


a. Diesel Engine (2.000 kVA)
Type : Open Type
Kelas : G2
Kapasitas : 1 x 2.000 kVA Prime Rating
Cooling system : Radiator

PT. PENTA REKAYASA F-53


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Putaran : 1500 RPM


Overspeed : 1650 ±50 RPM
Aspiration : Turbocharger and after-cooled
Fuel Compsumtion at 75% load : ± 230 liter/jam
Type Engine : 4 cycle, water cooled, turbo charged with after cooler
No of cylinder :6V
Arrangement : V Type
Governor : Electronic
Compression Ratio : 14.6 : 1
Country of Origin : Complete Built up, by Manufacture Warranty
Measuring Device
- Oil Pressure Gauge
- Oil Temperatur Gauge
- Water Temperatur Gauge
- Charging Ammeter
- Tachometer
- Fuel Oil Pressure Gauge
- Thermometer untuk discharge gas di turbo charger
Safety Device
- Low Oil Pressure
- High Water Temperatur
- Over Speed
- Lampu Indikator dan horn pada panel generator
Perlengkapan
- Exhaust muffler Critical type with counter flange
- Battery dan charger–nya
- Speed Controller / Governor
Jumlah Unit : 2 (dua)
Alternator
- Design : Brushless, 4 pole, drip proof revolving field
- Stator : 2/3 pitch
- Rotor : direct coupled by flexible disc
- Standard Temp. Rise : 125ºC standby
- Exciter Type : Permanent Magnet Generator
- Altenator Cooling : Direct Drive Centrifugal blower fan.
- AC Waveform THD : No load <1.5%. Non distorting balanced linear load <5%.
- Output kontinyu : Minimum 25% - 30% Load
- Tegangan : 380 – 415 V
- Frekuensi : 50 Hz
- Power Factor : 0,8
- Connection : Star dan Netral Grounded – 4 terminal
- Protection : IP 21
- Insulation : Class H
- Overload capacity : 10% selama 1 jam dalam setiap 12 jam kerja
- Voltage regulation : +/-0,5% rated solid state type with rotating silicon
Controlled rectifier (brush–less), three phase sensing

PT. PENTA REKAYASA F-54


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

b. Diesel Engine (650 kVA)


Type : Open Type
Kelas : G2
Kapasitas : 1 x 650 kVA Prime Rating
Cooling system : Radiator
Putaran : 1500 RPM
Overspeed : 1650 ±50 RPM
Aspiration : Turbocharger and after-cooled
Fuel Compsumtion at 75% load: ± 90 liter/jam
Type Engine : 4 cycle, water cooled, turbo charged with after cooler
No of cylinder :6V
Arrangement : V Type
Governor : Electronic
Compression Ratio : 14.6 : 1
Country of Origin : Complete Built up, by Manufacture Warranty
Measuring Device
- Oil Pressure Gauge
- Oil Temperatur Gauge
- Water Temperatur Gauge
- Charging Ammeter
- Tachometer
- Fuel Oil Pressure Gauge
- Thermometer untuk discharge gas di turbo charger
Safety Device
- Low Oil Pressure
- High Water Temperatur
- Over Speed
- Lampu Indikator dan horn pada panel generator
Perlengkapan
- Exhaust muffler Critical type with counter flange
- Battery dan charger–nya
- Speed Controller / Governor
Jumlah Unit : 2 (dua)
Alternator
- Design : Brushless, 4 pole, drip proof revolving field
- Stator : 2/3 pitch
- Rotor : direct coupled by flexible disc
- Standard Temp. Rise : 125ºC standby
- Exciter Type : Permanent Magnet Generator
- Altenator Cooling : Direct Drive Centrifugal blower fan.
- AC Waveform THD : No load <1.5%. Non distorting balanced linear load <5%.
- Output kontinyu : Minimum 25% - 30% Load
- Tegangan : 380 – 415 V
- Frekuensi : 50 Hz
- Power Factor : 0,8
- Connection : Star dan Netral Grounded – 4 terminal
- Protection : IP 21
- Insulation : Class H
- Overload capacity : 10% selama 1 jam dalam setiap 12 jam kerja
- Voltage regulation : +/- 0,5% rated solid state type with rotating silicon
Controlled rectifier (brush–less), three phase sensing

PT. PENTA REKAYASA F-55


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Sistem Bahan Bakar


1. Tangki penyimpanan bahan bakar harian harus mempunyai kapasitas minimum
tidak kurang dari 2.000 liter atau sesuai dengan rekomendasi pabrik. Tangki ini
harus terbuat dari bahan Mild Steel Plate melalui proses anti karat.
2. Tangki Mingguan bahan bakar harus menpunyai kapasitas 20.000 liter atau sesuai
dengan Gambar Perencanaan, bahan dari Mild Steel Plate melalui proses anti
karat.
3. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai sarana penyambungan pipa
pengisian dari tangki bahan bakar mingguan, pipa pemakaian (supply), pipa
pengembalian (return) bahan bakar, pipa pembuangan gas (ventilasi), alat
pengukur isi tangki dan pengatur operasi pompa bahan bakar alasan sebagai
indicator low level lengkap dengan alarm/buzzer.
4. Kontraktor wajib memberikan lapisan anti karat Zinchromate buatan ICI atau
setara sebanyak 2 lapis dan cat akhir berwarna coklat pada dudukan tanki di atas.
5. Pompa bahan bakar adalah jenis Gear Pump yang sesuai untuk pemakaian bahan
bakar berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana
(15 liter/menit), dan digerakkan oleh motor listrik sesuai dengan kebutuhan serta
dilengkapi dengan panel kontrol operasi otomatis dan manual.
6. Pipa bahan bakar yang digunakan adalah pipa baja hitam, medium class, dengan
penyambungan pipa ulir, kecuali pada tempat penyambungan tangki
penyimpanan bahan bakar, pompa bahan bakar dan peralatan-peralatan lainnya.
Untuk hubungan dengan peralatan tersebut digunakan tipe penyambungan
Flange. Penyambungan Flange juga diharuskaan pada pemipaan yang
panjangnya lebih dari 12 m.
7. Diameter pipa bahan bakar yang digunakan harus sama seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Rencana dan mempunyai perlengkapan katub operasi seperti
tertera dalam Gambar Rencana atau sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat unit Generator Set.
8. Pipa bahan bakar secara keseluruhan harus dilapis dengan lapisan anti karat
Zinchromate sebanyak 2 lapis dan cat finishing. Warna cat akan ditentukan
kemudian.
9. Katup operasi yang diameter lebih besar dari 50 mm harus terbuat dari bahan besi
cor dengan sambungan-sambungan jenis Flange.
10.Check Valve yang digunakan harus dapat menahan aliran balik dari bahan bakar.
Diameter alat ini ditunjukkan dalam Gambar Rencana sesuai dengan ukuran
pipanya.
11.Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan pipa flexible, yang
terbuat dari bahan karet khusus untuk bahan bakar, dimana penyambungannya
dengan system flange. Ukuran alat ini harus sesuai dengan pipa yang terhubung.

Spesifikasi Pompa Bahan Bakar


- Type : Gear
- Laju Aliran : sesuai gambar perencanaan
- Tekanan : 0,5 Mpa
- On / Off : Pompa dapat bekerja secara manual & automatic

Sistem Gas Buang


1. Pipa pembuangan gas buang adalah jenis pipa baja hitam kelas medium
berdiameter yang cukup untuk tidak mengakibatkan terjadinya back pressure yang

PT. PENTA REKAYASA F-56


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

akan mempengaruhi terjadinya pengurangan kapasitas mesin pada pemasangan


seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
2. Pipa pembuangan gas buang harus diisolasi untuk menahan radiasi panas yang
mungkin timbul dengan Rockwool berbentuk Preform (setengah pipa) setebal
tidak kurang dari 50 mm dan kepadatan tidak kurang dari 60 kg/m³ dan dilapis lagi
dengan alumunium Jacketing tahan temperature sampai dengan 1000C.
3. Isolasi tersebut harus dipasang mulai dari pipa flexible penghubung mesin dengan
peredam suara sampai 50 cm dari ujung pipa gas buang.
4. Hubungan pipa gas buang antara mesin dan peredam suara (Silincer), harus
dilengkapi dengan penghubung flexible seperti yang telah direncanakan oleh
pabrik pembuatnya. Penghubung flexible ini tidak perlu diisolasi.
5. Peredam suara (Silincer) yang digunakan hendaknya tidak menimbulkan
kebisingan sehingga mengganggu operasi bangunan dan disyaratkan tidak
melebihi batas 65 dB diukur pada jarak 3 meter dari ujung pipa gas buang pada
kondisi beban mesin nominal.

Sistem Pendingin
1. Kontraktor wajib menyediakan cerobong udara bebas pendingin mesin dengan
bahan plat baja galvanis kelas BJLS 100, berbentuk sama seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana lengkap dengan penghubung flexible dan
pengarah aliran udara serta diisolasi sesuai dengan ketentuan ini.
2. Ujung cerobong saluran udara ini harus dilengkapi dengan wiremesh
sebagaimana tertera di Gambar Rencana.

Sistem Ventilasi Ruang


1. Sistem ventilasi ruangan (Intake air dan Exhaust air) harus sedemikian rupa
sehingga dalam keadaan semua mesin beroperasi maka rata-rata temperature
keliling tidak melebihi 40C atau batas temperature yang akan mengganggu
operasi mesin.
2. Sistem ventilasi ruangan mengandalkan Intake air louver yang akan memasukkan
udara ke dalam ruangan Genset.
3. Sistem exhaust ventilasi Ruang Genset untuk sirkulasi udara di dalam ruangan
pada kondisi Genset stand by dan system exhaust ventilasi tidak beroperasi saat
generator operasi.

Persyaratan Bahan / Material


1. Syarat Bahan :
Semua material yang di supply dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan material
tersebut harus cocok untuk dipasang didaerah tropis.
2. Peralatan Panel
Switch, circuit breaker dan kontaktor.
3. K a b e l
4. Dan lain-lain.
5. Daftar Material
 Untuk semua material yang ditawarkan, maka pemborong wajib mengisi daftar material
yang menyebutkan merk, type dan kelas lengkap dengan brosur/katalog yang
dilampirkan pada waktu lelang.
 Pemborong wajib melampirkan Surat Penunjukkan Distributor Resmi dari Principal
(LOA) untuk setiap vendor/distributor dari material yang ditawarkan.

PT. PENTA REKAYASA F-57


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

 Pemborong wajib melampirkan Surat Tanda Pendaftaran Agen Tunggal dari


Kementrian Perdagangan untuk setiap vendor/distributor dari material yang
ditawarkan.
 Negara pembuat Diesel Generator set adalah Inggris, Amerika dan China.
 Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-
barang produksi pabrik atau assembling.
 Tabel daftar material dibawah ini apabila dianggap perlu oleh pemborong dapat saja
dirubah atau ditambahkan atau lebih diperinci pokok-pokoknya harus diisi terutama
mutlak diisi merk dan type.
 Apabila ada pokok dalam tabel ini yang tidak dapat atau sulit diisi dapat saja tidak diisi
namun perlu diketahui bahwa pengisian tabel ini ikut menjadi bahan peninjauan.
 Daftar material ini wajib diisi dan disertakan dalam penawaran.

PT. PENTA REKAYASA F-58


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

SOLAR PANEL

Umum

Lingkup Pekerjaan
- Pengadaan dan pemasangan Solar Panel sistem on grid dan aksesori pendukung
harus sesuai dengan kapasitas, fitur aksesoris dan kabinet yang tertera pada
spesifikasi dan gambar.
- Memodifikasi panel genset eksisting untuk dapat menerima perintah dari controller
agar genset dapat menyala.
- Solar panel dipasang dengan cara di-mounting pada support yang didisain dengan
dimensi Solar Panel dan diletakkan pada pondasi beton (ground installation).

Referensi
Solar Panel dan battery serta komponen penunjang lainnya harus dirancang,
dipabrikasi dan diuji sesuai dengan standart aplikasi terbaru dari PUIL 2000, IEC,
UL, dan mempunyai sertifikasi sekurang-kurangnya dari badan sertifikasi berikut.:
1. IEC 503-ISPRA Certified.
2. UL 1703 Listed.
3. UL-Listing 1703.
4. FM Approved.
5. TUV Safety Class II.

Persyaratan Teknis
a) Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan
dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini.
b) Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
c) Kontraktor diharuskan :
1. Mengirimkan list komponen beserta contoh bahan yang akan digunakan.
2. Menyerahkan brosur (product data sheet) dan Gambar Detail peralatan yang
akan digunakan sebelum dilakukan pemesanan untuk disetujui Konsultan
Pengawas.
3. Menyerahkan diagram skematik / pengkabelan dari sistem yang akan
digunakan sebelum dilakukan pemesanan untuk disetujui Konsultan Pengawas
4. Memberikan rating komponen utama termasuk tegangan, arus, tipe, dimensi
dan kapasitas solar panel.
5. Memberikan informasi negasa asal pembuat solar panel.
6. Memberikan Sertifikat test produksi (Certified production test reports) dan
Sertifikat test yang dikeluatkan oleh lembaga sertifikasi yang mempunyai
reputasi baik.

Gambar-gambar
a) Kontraktor wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan (shop
drawing) dan perubahan-perubahannya bila terjadi. Harus membuat gambar yang
sesuai dengan instalasi terpasang (as built drawing).

PT. PENTA REKAYASA F-59


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

b) Gambar kerja dan Gambar Detail untuk dibuat pekerjaan harus selalu berada
dilapangan setiap waktu. Gambar tersebut dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan
menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.
c) Ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam gamba kerja
dan detail. Ukuran tersebut merupakan ukuran efektif/bersih, atau ukuran dalam
keadaan jadi. Oleh karena itu dalam pelaksanaan maupun pemesanan ukuran-
ukuran harus diperhitungkan sebagai ukuran efektif.

Pelaksanaan Pekerjaan
a) Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, Kontraktor diwajibkan mengetahui
lintasan dan posisidari instalasi listrik, ground sistem, air dan sanitasi yang ada
hubungannya dengan pekerjaan ini.
b) Jika didalam melaksanakan pekerjaan ada salah satu bagian instalasi yang sukar
dilaksanakan, Kontraktor wajib membuat laporan tertulis dan hal tersebut segera
dibicarakan dengan Konsultan Pengawas.
c) Pekerjaan bias dianggap selesai dan diterima apabila telah dilakukan test dan
dinyatakan baik secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
d) Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang ahli.
Untuk pelaksanaan khusus Kontraktor harus memberikan surat pernyataaan yang
membuktikan bahwa pelaksanaannya memang mempunyai pengalaman dan
kecakapan tersebut.
e) Semua barang dan peralatan yang dipergunakan untuk instalasi harus baru dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Jika barang dan peralatan tersebut tidak
ditentukan dalam rencana kerja & syarat maka barang- barang tersebut harus
barang-barang yang normal dipakai.
f) Mengikuti ketentuan pekerjaan instalasi listrik (PUIL).
g) Selama pekerjaan berlangsung Kontraktor harus mengembalikan pada keadaan
semula, Misalnya harus terjadi pembobokan dinding, lantai dan sebagainya.
Pembobokan ini baru dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari Konsultan
Pengawas.

Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan


Peralatan harus diperlakukan dan disimpan sesuai dengan instruksi dari pabrik
pembuat.
Satu (1) salinan dan instruksi tersebut harus disertakan di dalam peralatan pada
waktu pengiriman.

Uji Terima Lapangan


a) Uji terima lapangan dimaksudkan untuk mernastikan bahwa Solar Panel, Battery
dan aksesori bekerja sesuai dengan rencana dan spesifikasi.
b) Pengetesan fungsi panel genset yang di control dan modul charge controller, agar
genset dapat bcrfungsi.
c) Discharge battery dengan I10 dan memastikan battery mampu mengeluarkan arus
sesuai dengan waktu yang ditentukan sesuai dengan spesifikasi dengan tegangan
terendah 1.8 volt/cell

Pengoperasian dan Pemeliharaan


a) Vendor dan instalator dari Solar Panel harus memberikan dukungan dalam hal
perneliharaan selama sekurang-kurangnya satu tahun, termasuk satu kali test
batere dan charge controller.

PT. PENTA REKAYASA F-60


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

b) Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan peralatan harus disertakan pada


setiap pengiriman dimasing-masing peralatan, termasuk lembar petunjuk dan
panduan instruksi untuk perakitan lengkap pada tiap komponen utama.

Ketentuan Bahan dan Peralatan

Kapasitas
a) Solar Panel harus mempunyai kemampuan untuk membangkitkan tenaga listrik
sebesar > 400 Wp.
b) Panel surya harus mampu bekerja 100 % dari rating secara terus menerus untuk
mensuplay beban.
c) Tegangan kerja dalam 1 (satu) sistem hubungan seri-paralel adalah 48 volt (Untuk
perangkat telekorntinikasi sistem 48 volt / 24 volt).

Kontruksi
a) Panel Surya.
- Panel surya harus berbentuk modular.
- Panel surya dibuat dari silicon monokristal.
- Kaca pelapis harus terbuat dari kaca tempered transparan, dan harus tahan
terhadap butiran hujan, es, salju, dan hujan badai.
- Dilengkapi dengan diode by-pass.
- Rangka pembentuk modul harus terbuat dari material tahan karat.
- Rangka penopang/penyangga panel surya harus terbuat dari material tahan
karat galvanis minimal 70 um dan harus mempunyai konstruksi yang tahan
terhadap angin dengan kecepatan 120 km/jam (garnbar konstruksi dan
pernitungan konstruksi harus disertakan)
- Solar panel dengan daya keluaran (watt) per modul yang besar Iebih disukai.
- Tinggi mounting solar panel terhadap permukaan tanah adalah sekurang-
kurangnya 4,5m.
b) Peralatan Tambahan.
Dilengkapi dengan inverter dengan kapasitas sesuai gambar , input 48 / 24 Volt,
output 220 Volt untuk mencatu lampu penerangan.

Pengkabelan & Terminasi


Fasailas terminasi arus dibuat unuk kabel dari panel surya, menuju kontrol pengisian batere
dan Kabel menuju beban harus disediakan oleh kontraktor dan disetujui oleh pabrik pembuat.

Prosedur Uji Terima


Dilakukan oleh teknisi yang mempunyai kualifikasi untuk melakukan pengujian dan setting
sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
Kontraktor harus menyertakan dua (2) salinan dan prosedur uji terima.

Pelatihan
Kontraktor harus mengadakan pelatihan/training kepada teknisi.
Sesi pelatihan harus disampaikan oleh pengajar yang memenuhi kualifikasi dari pabrik
pembuat. Program pelatihan harus mencakup tentang pengoperasian perangkat, system
supervisory, trouble shooting, dan semua kompnnen utama yang terpasang.

OUTLINE SPESIFIKASI

PT. PENTA REKAYASA F-61


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

NO ITEM MERK

PEKERJAAN
I ELEKTRIKAL
PEKERJAAN
A LISTRIK
1. PANEL
Panel Maker Medium Voltage Schneider, ABB
Panel Maker Low Voltage Sier, Simetri, Oni Panel
Komponen Panel Schneider, ABB
2. CABLE
Cable Medium Voltage Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Cable Low Voltage Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Cable FRC Pyrotec, Bethaflam
Cable Tray and Ladder Oni Tray, Tree Star, DS Tray
3. LIGHTING
Housing Armature Artolite, Onilite, Philips
Fitting Phillips
Battery Phillips
4. POWER OUTLET
Saklar / Socket Schneider, Legrand, Broco
5. Conduit Pipe EGA, Legrand
6. Generator Caterpillar, Cummins
7. Transformator Trafindo, B & D, Weltraf
8. Solar Panel Sunpower, Canadian, Trina Solar

TELEPHONE
B & IP PBX
IP PBX 1 Panasonic, Cisco
Handset2 Panasonic, Cisco
TB Telephone
3 Crone
Cable 4 Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Conduit5Pipe & Fitting EGA, Legrand
Telephone
6 Outlet Schneider, EGA, Legrand

SOUND C SYSTEM
Equipment
1 Sound System Toa, Bosch
TB-SS 2 Lokal
Cable Power
3 Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Conduit3Pipe & Fitting EGA, MK, Legrand
Ceiling Speaker
4 Toa, Bosch
Attenuator
5 Toa, Bosch

FIRE ALARM
D
Equipment
1 Fire Alarm Nohmi, Notifire, Onfire
TB-FA 2 Nohmi, Notifire, Onfire
Combination
3 Box Nohmi, Notifire, Onfire
Photo Electric
4 Smoke Detector Nohmi, Notifire, Onfire

PT. PENTA REKAYASA F-62


Review dan Revisi DED Pembangunan Gedung STP ITB (Kawasan Gedebage)
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

NO ITEM MERK
Manual Push
5 Button c/w Jack Phone Nohmi, Notifire, Onfire
Indicator6Lamp Nohmi, Notifire, Onfire
Alarm Bell
7 Nohmi, Notifire, Onfire
Cable Power
8 Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Conduit 9Pipe & Fitting EGA, Legrand

SISTEMFDATA
Sever 1 IBM, HP, Dell
UTP Cable
2 AMP/Belden, MMC, LS
RJ45 3 AMP Original
Switch/Hub
4 Cisco, Rucus
WAP 5 Cisco, Rucus
Conduit 6
Pelindung Cable EGA, Legrand
Cabinet 7
Rak Indo Rack, Nirax

CCTV F
Equipment1 CCTV Bosch, Panasonic, Sony
Instalasi2Cable MMC, Belden, LS
Cable Power
3 Kabel Metal, Kabelindo, Supreme
Conduit 4Pipe EGA, Legrand

UPS ABB, Ablerex, Borri

PT. PENTA REKAYASA F-63

Anda mungkin juga menyukai