Anda di halaman 1dari 7

SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD

ISSN: 2598-6481

Guru Garis Depan (GGD); Membangun Sumba Melalui Peningkatan Mutu


Pendidikan

Sumiyanti R.Y.Danga
Universitas Negeri Malang
email: yantirambu8@gmail.com

Abstract
The problem discussed in this paper is the role of frontline teachers in improving the quality of
education in their placement areas. The method used in this paper is the literature review method by
reading books, articles and journals about GGD, improving the quality of education and developing
the quality of education in the Sumba area. Writing this paper aims to generate ideas that can be
used as an effort to increase the role of GGD in developing the quality of education in the regions /
schools where they are assigned. Sumba itself is an area that can be said to be very far from
developing words, not only in economic terms but also from the quality of education. From this study
it was found that what needs to be addressed from the Sumba area itself is the thinking of the Sumba
community who acts as parents of students, the students themselves, school partners, and also the
thoughts of the GGD.

Keywords: GGD, 3T, development of education qualit

Abstrak
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah peran guru garis depan dalam peningkatan mutu
pendidikan di daerah penempatannya. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
kajian pustaka dengan cara membaca buku, artikel maupun jurnal tentang GGD, peningkatan mutu
pendidikan dan perkembangan mutu pendidikan di daerah Sumba. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk menghasilkan pemikiran yang dapat digunakan sebagai upaya peningkatan peran GGD dalam
mengembangkan mutu pendidikan di daerah/sekolah tempat mereka bertugas. Sumba sendiri adalah
daerah yang bisa dikatakan sangat jauh dari kata berkembang, bukan hanya dari segi ekonomi saja
melainkan juga dari mutu pendidikannya. Dari penelitian ini di temukan bahwa yang perlu dibenahi
dari daerah Sumba itu sendiri adalah pemikiran masyarakat Sumba yang berperan sebagai orang tua
peserta didik, peserta didik itu sendiri, mitra sekolah, dan juga pemikiran GGDnya.

Kata kunci: GGD, 3T, pengembangan mutu pendidikan

1. Pendahuluan akan menentukan mutu pendidikan di suatu


Guru menurut Hasan (2002) merupakan satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam
andalan utama dalam pelaksanaan acara sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini
kurikuler. Senada dengan pendapat ini, Suryadi kedudukan guru dalam proses pembelajaran di
(2001) mengatakan bahwa pihak yang paling sekolah belum dapat digantikan oleh alat atau
berperan terhadap pendidikan di sekolah adalah mesin secanggih apapun. Keahlian khusus itu
guru. Ungkapan ini menegaskan bahwa dalam pula yang membedakan profesi guru dengan
konteks pendidikan, guru adalah jantungnya. profesi yang lainnya. Dimana “perbedaan
Tanpa denyut keterlibatan aktif korps guru, pokok antara profesi guru dengan profesi yang
kebijakan pembaruan pendidikan secanggih lainnya terletak dalam tugas dan tanggung
apa pun akan berakhir sia-sia. jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut
Guru merupakan suatu pekerjaan erat kaitannya dengan kemampuan-
profesional, yang memerlukan suatu keahlian kemampuan yang disyaratkan untuk
khusus. Karena keahliannya bersifat khusus, memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar
guru memiliki peranan yang sangat penting dan tersebut tidak lain adalah kompetensi guru”
strategis dalam kegiatan pembelajaran, yang (Saud, 2009: 44).

234 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

Guru juga mempunyai kedudukan sebagai kehidupan anak bangsa. Guru mendorong
tenaga profesional pada jenjang pendidikan siswa atau peserta didiknya untuk belajar.
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan Hamalik (2003:27) mengatakan bahwa
anak usia dini pada jalur pendidikan formal “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
yang diangkat sesuai dengan peraturan kelakuan melalui pengalaman”. Menurut
perundang- undangan. Pengakuan kedudukan pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
guru sebagai tenaga profesional tersebut suatu kegiatan yang bukan hanya mengingat,
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Menurut akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Belajar juga harus ada bimbingan dari pihak-
guru, mendefinisikan bahwa profesional adalah pihak yang ditunjuk atau diberi tugas. “Dalam
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh proses belajar mengajar, guru (tenaga pengajar)
seseorang dan menjadi sumber penghasilan mempunyai tugas untuk mendorong,
kehidupan yang memerlukan keahlian, membimbing, dan member fasilitas belajar bagi
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi siswa untuk mencapai tujuan. Guru (tenaga
standar mutu atau norma tertentu serta pengajar) mempunyai tanggungjawab untuk
memerlukan pendidikan profesi. melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
Profesi guru yaitu kemampuan yang tidak rangka membantu proses perkembangan siswa”
dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya (Slameto 2003:97).
yang tidak pernah mengikuti pendidikan Guru merupakan salah satu tokoh yang
keguruan. Ada beberapa peran yang dapat berperan didalam proses pembelajaran, berkat jasa
dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara para guru maka anak didik dapat mengerti tujuan
lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan hidup. Tugas guru sangat mulia yaitu memberikan
fungsi mengajar, membimbing dan melatih, (b) secercah harapan kepada anak didik bahwa masa
depan cerah itu masih terbuka lebar. Tugas mulia
pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat seorang guru tidak lepas dari rasa kepercayaan
merealisasikan seluruh kemampuan orangtua yang telah diamanahkan kepada seorang
kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas guru. Tentunya ini merupakan tugas besar bagi
kemaslakhatan dengan fungsi mengajar dan seorang guru, selain tujuannya untuk memberikan
mendidik masyarakat untuk menjadi warga pengetahuan kepada siswa, guru juga dituntut
negara yang baik (Nasanius, 2008). professional dalam memberikan segala macam
Profesi guru adalah orang yang bekerja atas pelayanan kepada siswa termasuk mengantarkan
panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan siswa pulang sekolah jika belum dijemput
tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya orangtuanya. Guru memiliki banyak tugas, baik
didasari atas dorongan atau panggilan hati yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam
nurani, sehingga guru akan merasa senang bentuk pengabdian.
dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan
anak didik (Galbreath, 1999). Jabatan guru Guru merupakan profesi / jabatan atau
dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
seorang guru dituntut adanya suatu keahlian sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat
tertentu (mengajar, mengelola kelas, dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini kependidikan walaupun kenyataannya masih
seseorang dapat memiliki nafkah bagi dilakukan orang di luar kependidikan. , dan
kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku sama psikomotorik dalam proses pembelajaran
pada pekerjaan lain. Namun dalam perjalanan (Salirawati, 2008). Hal ini sejalan dengan yang
selanjutnya, profesi guru menjadi berbeda dari diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU RI
pekerjaan lain, profesi guru termasuk ke dalam Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
profesi khusus selain dokter, penasihat hukum, dimana seorang guru adalah pendidik
pastur. profesional dengan tugas utama mendidik,
Guru adalah orang yang memiliki peran mengajar, membimbing, mengarahkan,
sangat penting dalam membantu mencerdaskan melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan

235 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

dasar, dan pendidikan menengah. Pada tingkat memberikan kesempatan kepada mereka untuk
pelaksanaan pembelajaran di kelas, gurulah menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS).
yang sangat berperan dalam membawa peserta Peserta yang dinyatakan lulus seleksi harus
didiknya ke arah pembelajaran yang mengikuti program Profesi Pendidikan Guru
diisyaratkan dalam kurikulum. (PPG) selama 1 tahun. Selanjutnya, mereka
ditugaskan ke daerah 3T melalui program
Tugas seorang guru cukup besar, mulai GGD. Pada tahap pertama, Ditjen GTK
menyiapkan rencana pembelajaran, melakukan menugaskan 798 GGD ke 28 kabupaten yang
proses belajar mengajar, sampai mengevaluasi termasuk kategori daerah 3T yang tersebar di 4
hasil dari capaian siswanya. Tentunya ini provinsi (Nangroe Aceh Darussalam: 217
merupakan akumulasi tugas besar guru untuk GGD, Nusa Tenggara Timur/NTT: 289 GGD,
mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Disisi Papua: 98 GGD, dan Papua Barat: 292 GGD)
lain, tentunya kita semua sudah tahu bahwa (Republika, 2015). Pada tahun 2016, sebagai
pendapatan seorang guru tidak sebanding tahap kedua ditugaskan 7000 GGD ke 93
dengan tugas besar yang diembannya, terlebih kabupaten (Koran Sindo, 2016). Program GGD
jika guru yang bekerja di sekolah swasta. Berita ini merupakan (1) program sinergis antara
ini tentunya tidak lama sudah sampai di tataran Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
diskusi hangat pemerintah, para - Tinggi (Kemristekdikti), (Kemendikbud), dan
stakeholderdengan sigap menangkap berita ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
menjadi agenda serius agar para guru dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB)
mendapatkan jaminan kehidupan yang lebih yang mengapresiasi para sarjana berkarir
layak. Salah satu produk untuk sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
mensejahterahkan guru adalah membuat daerah 3T, (2) upaya pemerintah untuk
Program Guru Garis Depan (GGD), program memeratakan akses pendidikan, dan (3)
ini merupakan agenda holistik pemerintah terobosan inovatif untuk memenuhi
dalam mensejahterahkan guru sekaligus kekurangan guru di daerah 3T serta
memeratakan guru ke penjuru negeri ini. Dalam memberdayakan sekolah dan guru yang ada.
kondisi dan situasi yang jauh dari perkotaan Guru garis depan (GGD) merupakan
tentunya ini merupakan tantangan bagi para para sarjana yang ditugaskan untuk mengajar
guru yang mengikuti Program Guru Garis dan mendidik anak-anak yang berada di daerah
Depan (GGD) agar tetap survivedalam tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Dengan
menjalankan tugas mulianya. Kata professional tujuan agar para sarjana tersebut mampu
harus tetap dijalankan supaya anak didik tetap membantu dan mengembangkan mutu
mampu menerima pengetahuan sebagai bekal pendidikan di daerah tempat mereka di
kehidupan yang lebih layak. tugaskan. Daerah 3T adalah daerah yang belum
memiliki perkembangan baik dari segi ekonomi
Pada tahun 2015, Kementerian maupun pendidikan.
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Program Guru Garis Depan (GGD) dan
melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Sekolah Garis Depan (SGD) merupakan
Kependidikan (Ditjen GTK) mencanangkan perwujudan nawacita ke-3 berupa tenaga
program Guru Garis Depan (GGD). Cikal bakal pendidik dan pembangunan sekolah di daerah
program ini bermula pada tahun 2011 saat terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dua program ini, harapan Presiden Joko
mengembangkan sebuah mekanisme guru Widodo agar wilayah pinggir Indonesia juga
profesional melalui Sarjana Mengajar di daerah ikut maju dapat tercapai, salah satunya melalui
Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) bidang pendidikan. Untuk memenuhi
selama setahun (Menristek, 2015). kebutuhan guru yang ada di daerah 3T.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Setelah setahun peserta SM-3T (Kemendikbud) memberikan layanan program
mengajar di daerah 3T, pemerintah afirmasi untuk mengatasi permasalahan

236 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

kekurangan guru, terutama pada daerah 3T ditingkatkan akan diuraikan pada bagian
(terluar, terdepan, dan tertinggal). berikut.

2. Hasil dan Pembahasan 1. Peran GGD dalam Membantu Tugas


Penulisan makalah ini mengambil sample Kepala Sekolah
di daerah Sumba. Karena penulis sendiri Kepala sekolah dapat menugaskan dan
berasal dari daerah Sumba. Sumba adalah salah mengoptimalkan peran GGD di sekolah tempat
satu daerah terluar, terdepan dan tertinggal bertugas untuk memantau dan memastikan
yang ada di Nusa Tenggara Timur. Metode bahwa kegiatan pembelajaran berjalan dengan
yang digunakan dalam penulisan makalah ini baik. Berkaitan dengan kurangnya jam
merupakan metode kajian pustaka, yaitu mengajar GGD, maka GGD mengisi jam-jam
dengan membaca buku, artikel serta jurnal pelajaran kosong atau menggantikan guru yang
tentang SM3T, profesi guru dan juga tentang berhalangan mengajar. GGD membantu kepala
SM3T di daerah Sumba. Di Sumba juga sudah sekolah mengidentifikasi permasalahan yang
ada program SM3T yang mana para sarjana di ada di sekolah dan di lingkungan sekitar
arahkan untuk mengajar anak-anak di daerah sekolah. Misalnya permasalahan yang
Sumba. Namun yang menjadi kendalanya berkaitan dengan peserta didik, guru,
adalah bahwa program ini belum menyeluruh pembelajaran (model dan strategi), fasilitas,
untuk di semua kabupaten yang ada di Sumba. dan orangtua/masyarakat. Hasil identifikasi
Program SM3T hanya ada di kabupaten Sumba tersebut dikomunikasikan kepada guru mitra.
Timur. Sedangkan tiga kabupaten lainnya Selanjutnya, GGD dan guru mitra mencarikan
seperti di daerah Sumba Tengah, Sumba Barat alternatif solusi untuk disampaikan kepada
dan Sumba Barat Daya belum ada. Mutu kepala sekolah dalam bentuk
pendidikan yang ada di Sumba sendiri bisa presentasi/laporan. Kemudian, GGD mulai
dikatakan sangat jauh dari kata berkembang. merancang kegiatan demi kegiatan berdasarkan
Hal tersebut terjadi karena kurang fasilitas alternatif solusi. Rancangan ini mencakup:
pendukung seperti gedung sekolah, a) pelatihan, workshop atau FGD untuk
perpustakaan yang membantu dan juga karena meningkatkan kompetensi guru dalam
fasilitas lainnya. bidang pembelajaran,
Perkembangan mutu pendidikan di daerah b) menganalisis model dan strategi
Sumba di hambat oleh beberapa faktor, pembelajaran yang cocok dan menarik
diantaranya adalah fasilitas gedung yang untuk peserta didik dalam rangka
terbatas, pemikiran masyarakat yang masih meningkatkan hasil belajar dan
primitif tentang pendidikan, keterbatasan mitra menginspirasi mereka belajar, dan
ketenagakerjaan sekolah, orang tua siswa itu c) merancang program-program khusus,
sendiri serta kondisi perekonomian keluarga. memberikan penyuluhan kepada
Dengan adanya program SM3T atau GGD, orangtua/masyarakat tentang visi, misi
diharapkan mampu meningkatkan mutu sekolah dan pentingnya arti pendidikan
pendidikan yang ada di daerah Sumba dan untuk anak-anak mereka.
diharapkan agar para siswa dapat segera Untuk mendapatkan hasil identifikasi dan
mendapatkan fasilitator yang baik yang mampu pemecahan masalah yang lebih optimal, kepala
mendukung. Peran GGD sangat potensial sekolah harus melakukan supervisi kepada
untuk diberdayakan dalam melakukan GGD. GGD secara akademik memang telah
reformasi sekolah. memenuhi persyaratan untuk menjadi guru.
Optimalisasi peran GGD dalam membantu Namun dari segi pengalaman, GGD masih
mengelola dan mengembangkan sekolah sangat membutuhkan bimbingan dan
tempat bertugas menjadi berkaitan dengan pembinaan terutama dari kepala sekolah.
kepala sekolah, guru mitra, peserta didik, Keberhasilan GGD melaksanakan tugas tidak
orangtua/masyarakat, dan sesama GGD. Secara terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah
lebih rinci kelima peran GGD yang perlu yang mumpuni. Kepala sekolah adalah

237 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

manajemen utama yang harus melakukan membebani peserta didik dapat


perubahan-perubahan dengan memprioritaskan mempengaruhi pencapaian prestasi
sumber daya yang ada. Pendapat ini didukung belajar peserta didik (Gita, 2007),
oleh hasil penelitian Ruyani dan Scheerens (Syukur. dkk, 2014). Sebagai contoh,
yang mengungkapkan tentang pengaruh penggunaan strategi pembelajaran (1)
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan cooperative learning pada jumlah
iklim organisasi secara simultan terhadap peserta didik sedikit (Ajaja dan
efektivitas sekolah (54,1%). Eravwoke, 2010), (2) active learning
Di samping itu, kepemimpinan kepala yang tidak terlalu membebani peserta
sekolah juga merupakan salah satu faktor yang didik, tetapi pembelajaran yang variatif
banyak diindikasikan sebagai faktor penentu (presentasi, diskusi, tanya jawab,
efektivitas sebuah sekolah (Ruyani, 2012; demonstrasi, dan lain-lain), serta
Scheerens, 2000). pengorganisasian (mandiri,
berpasangan, kelompok) (Panjaitan,
2. Peran GGD Berkaitan dengan Guru 2014).
Mitra d. GGD dengan sesama guru mitra dapat
Peran GGD yang perlu ditingkatkan dalam merancang pengembangan potensi diri
kaitannya dengan guru mitra (guru PNS atau peserta didik. Misalnya melakukan
honorer di sekolah tempat GGD bertugas) sesering mungkin penilaian terhadap
dapat dikemukakan sebagai berikut. peserta didik dengan tujuan memahami
a. berdasarkan temuan, guru hampir tidak kebutuhan belajar mereka yang
pernah mendapat kesempatan berbeda, mengelompokan peserta didik
mengikuti pelatihan sehingga berdasarkan kemampuan,
cenderung mengajar dengan metode merencanakan pembelajaran yang
yang konvensional. Sehubungan sesuai dengan kemampuan dan
dengan temuan tersebut, GGD meningkatkan bimbingan belajar
mendiskusikannya dengan guru mitra mereka. GGD dan guru mitra dapat
untuk mencari alternatif solusi. Materi mengembangkan kreativitas dan
diskusi antara lain dapat berupa kemandirian belajar peserta didik.
pengembangan konten/media Misalnya melalui penugasan peserta
pembelajaran, metode pembelajaran, didik untuk membuat presentasi dan
pemahaman mengenai kurikulum, dan penulisan karya tulis sederhana tentang
pembuatan RPP. minat, cita-cita dan pengalaman hidup
b. GGD memfasilitasi pengembangan sehari-hari, baik di sekolah maupun di
potensi diri guru mitra. Bentuk kegiatan luar sekolah.
tersebut lebih kepada berbagi
pengetahuan (sharing knowledge) 3. Peran GGD Berkaitan dengan Peserta
sesama guru. Pengembangan potensi Didik
diri guru mitra dapat juga dilakukan Peran GGD yang perlu ditingkatkan dalam
dengan mengundang narasumber kaitannya dengan peserta didik dapat diuraikan
(motivator). sebagai berikut.
c. GGD bersama guru mitra memilih dan a. Peserta didik cenderung memiliki
menerapkan model pembelajaran motivasi rendah dalam belajar maupun
berdasarkan sumber belajar yang ada ke sekolah. untuk di daerah Sumba
dan yang cocok untuk peserta didik. sendiri, pemikiran anak-anak masih
GGD dan guru mitra tidak harus dipengaruhi oleh pemikiran orang
memaksakan diri untuk dapat tuanya sendiri yang juga cenderung
mengajarkan segala sesuatu kepada tentang pendidikan. Sehubungan
peserta didik. Suasana pembelajaran dengan itu, GGD maupun guru mitra
yang menyenangkan dan tidak hendaknya mengalokasikan lebih

238 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

banyak waktunya untuk berinteraksi perseorangan. Kegiatan tersebut berupa


dengan peserta didik di luar jam penyampaian visi dan misi sekolah, informasi
pelajaran sekolah. Misalnya dalam tentang perkembangan pendidikan peserta
kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan didik, memberikan dorongan pada anak belajar
untuk memberikan keterampilan dan di rumah, dan waktu pembelajaran khusus
pendidikan berkarakter, bimbingan untuk peserta didik yang berhalangan.
belajar bagi peserta didik atau pelajaran Melalui pertemuan yang sedemikian
tambahan ketika peserta didik tidak ini, orangtua/masyarakat dengan sendirinya
masuk. akan
b. Baik GGD maupun guru mitra melihat keseriusan sekolah dan guru dalam
menstimulasi peserta didik untuk mendidik anak-anak mereka. Kegiatan ini
tergugah belajar lebih rajin dan diharapkan secara bertahap dapat mengubah
bersekolah melalui penerapan model- cara pandang orangtua/masyarakat tentang
model pembelajaran yang inovatif. pentingnya pendidikan anak. Lebih jauh
Misalnya dengan memberikan tugas- diharapkan orangtua/masyarakat dapat lebih
tugas yang dapat menunjang motivasi mudah beradaptasi dengan tuntutan zaman
belajar siswa/ Tujuannya adalah untuk yang pada akhirnya membawa perubahan pada
menumbuhkembangkan rasa ingin tahu kemajuan daerah mereka. Di sisi lain, bagi
dan mengembangkan pemikiran kritis orangtua/anggota masyarakat yang memiliki
(critical thinking). Bentuk-bentuk kesuksesan di bidang tertentu dapat menjadi
pengembangan pembelajaran lainnya pembicara pada acara-acara khusus. Misalnya
yang dapat menarik perhatian peserta berbagi pengalaman, pengetahuan dan
didik adalah penerapan prinsip ”belajar keterampilan dengan peserta didik dalam
sambil bermain”. Belajar di luar kelas mengembangkan kewirausahaan dan
dengan memanfaatkan lingkungan keterampilan hidup (life skill).
sebagai sumber belajar untuk semua Dari peran dan fungsi GGD tersebut diatas
mata pelajaran. diharapkan mampu membantu peningkatan
perkembangan mutu pendidikan yang ada di
4. Peran GGD Berkaitan dengan daerah Sumba. Diharapkan agar penyebaran
Orangtua/ Masyarakat. SM3T dapat secara menyeluruh untuk daerah
Peran GGD yang perlu ditingkatkan Sumba.
dalam kaitannya dengan orangtua/masyarakat
adalah bahwa orangtua/masyarakat belum 3. Kesimpulan
sepenuhnya mendorong anak-anak mereka ke Guru adalah pendidik anak bangsa yang
sekolah. di Sumba sendiri masyarakat atau mampu memberikan segala macam didikan
orang tua peserta didik masih kurang percaya yang baik yang mampu menunjang pemikiran
bahwa pendidkan itu dibutuhkan oleh anak- anak terhadap kehidupan di masa sekarang
anak, bahwa pendidikan itu mampu menunjang maupun yang akan datang. Peningkatan mutu
masa depan anak yang lebih baik. Karena pendidikan juga dipengaruhi oleh peran
daerahnya yangg dianggap keras, para orang seorang guru. Bagaimana cara ia membangun
tua di Sumba lebih memilih untuk membiarkan pemahaman serta pemikiran para peserta didik.
anaknya membantunya bekerja daripada Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
mendorongnya untuk ke sekolah. Sehubungan seorang guru diharuskan benar-benar
dengan ini, sekolah perlu menjalin hubungan memahami bahwa tujuan utama profesinya
yang baik dengan orangtua/masyarakat melalui adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
program-program sekolah yang telah dirancang Pemerataan pendidikan harus dilakukan di
oleh GGD, guru mitra dan kepala sekolah. setiap daerah tanpa memandang latar belakang
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berupa daerah tersebut. Untuk memajukan daerah
sosialisasi/penyuluhan baik melalui pertemuan tertinggal, perlu dilakukan peningkatan mutu
formal maupun pendekatan-pendekatan pendidikan yang harus di mulai dari peingkatan

239 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481

kualitas guru sebagai pendidik, peningkatan Suharso, Yohaes. 2013. Peran dan
materi, peningkatan dalam pemakaian metode, Tanggungjawab Guru Sebagai Tenaga
peningkatan sarana, dan peningkatan kualitas Profesional, 22(4)112-123.
belajar.
Dengan adanya program guru garis depan Mukhid, Abd. 2007. Meningkatkan
(GGD) di Indonesia, ini sangat membantu Kualitas Pendidikan melalui Sistem
untuk anak-anak yang dominannya berada di Pembelajaran yang Tepat, 2(2)120-133.
daerah terdepan, tertinggal dan terluar
terkhususnya di daerah Sumba. sebagaimana
diketahui bahwa mutu pendidikan di Sumba
sangatlah memprihatinkan. Dengan adanya
program GGD ini diharapkan agar mampu
membantu para calon-calon bangsa, dan
mampu mengembangkan mutu pendidikan
terkhususnya di daerah Sumba, walaupun
penyebaran GGD sendiri belum menyeluruh.

Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar


Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Samani, Muchlas, dkk. 2003. Pembinaan
Profesi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Sunari. 2012. Peningkatan Keterampilan


Menulis dengan Menggunakan Metode Latihan
Di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
Untan(online),
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/articl
e/download/1093/pdf.

Susilowati, Indah,. Dkk. 2013. Strategi


Peningkatan Kompetensi Guru dengan
Pendekatan Analysis Hierarchy Process. Jejak
Journal of Economics and Policy (online),
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak/
article/viewFile/3750/4842.

Rasto, Dr., M.Pd.2011. mengembangkan


Kompetensi Guru Bidang Keahlian
Administrasi Perkantoran melalui
Implementasi Program Latihan Profesi (PLP)
Di Sekolah Menengah Kejuruan. Artikel hasil
penelitian.

240 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Danga: 234-240

Anda mungkin juga menyukai