NIM : 8111419300
DUDUK PERKARA
KEDUDUKAN PEMOHON
1. Bahwa pokok permohonan adalah ketentuan Pasal 59 ayat (3) huruf a dan
c UU Kekarantinaan kesehatan yang menyatakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi:
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
b. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
2. Bahwa para Pemohon mendalilkan Pasal a quo bertentangan dengan Pasal
28C UUD 1945, yang masing-masing menyatakan sebagai berikut:
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,bangsa dan
negaranya.
3. Bahwa menurut para Pemohon ketentuan Pasal a quo yang mengatur
pembatasan sosial berskala besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi :
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
1) Bahwa dengan adanya peliburan sekolah dan tempat kerja yang diganti
dengan kegiatan daring berakibat pada berkurangnya interaksi antara
mahasiswa dengan dosen maupun dengan mahasiswa lainnya. Situasi
yang demikian mengakibatkan berkurangnya kualitas pendidikan yang
diperoleh mahasiswa sehingga mahasiswa kurang dapat
mengembangkan diri. Sedangkan dalam proses pendidikan yang ideal,
diperlukan tatap muka untuk proses pembelajaran serta lingkungan
yang suportif dan kondusif. Kondisi yang demikian sebagian besar
terdapat di lingkungan sekolah atau kampus , yang memang dirancang
untuk kegiatan proses belajar mengajar. Belum lagi kondisi mahasiswa
yang berbeda-beda kemampuan finansial serta situasi internal dan
eksternal yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Kondisi internal adalah seperti misalnya ketersediaan alat untuk
proses daring yang memadai, sedangkan kondisi eksternal adalah
misalnya jangkauan wifi yang kurang stabil. Hal-hal tersebut sangat
krusial dalam proses belajar mengajar yang dilakukan mahasiswa.
2) Pemohon beranggapan bahwa mahasiswa seringkali mengalami stres
yang berasal dari aktivitas akademiknya. Terutama pada tugas
perkuliahan yang diberikan tidak sesuai porsinya. Tugas yang terlalu
banyak juga dapat membuat mahasiswa merasa kebingungan untuk
memulai mengerjakan dan kegiatan kampus yang harus diselesaikan
yang membuat mahasiswa harus membagi waktu antara tugas yang
satu dengan yang lainnya, sehingga dalam mengerjakan sesuatu
menjadi tidak maksimal. Tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa ini
nantinya juga akan berdampak terhadap sisi kesehatan fisik maupun
psikisnya, sehingga mengakibatkan mahasiswa kurang bisa
mengembangkan diri maupun berpikir menjadi lebih baik.
3) Pemohon beranggapan bahwa ketentuan yang diuji materiil pemohon
tersebut merugikan atau berpotensi merugikan hak konstitusi
pemohon yaitu hak dalam kebebasan melaksanakan kegiatan
Pendidikan, terkhusus dalam hal pemohon tidak dapat mengakses
atau menggunakan fasilitas kampus seperti laboratorium kimia,
laboratorium biologi, laboratorium uji dan standarisasi bidang teknik,
ruang sidang untuk mahasiswa hukum, dan lain sebagainya, yang
mana semua fasilitas tersebut hanya dapat diakses apabila mahasiswa
melakukan pembelajaran secara langsung atau tatap muka. Fasilitas
tersebut tentunya merupakan salah satu prasayarat untuk menunjang
pembelajaran mahasiswa dan sebagai sarana pengembangan karakter
mahasiswa, menyiapkan kemampuan mahasiswa untuk menjadi
lulusan yang memiliki kompetensi yang unggul dan kompetitif, semua
fasilitas tersebut hanya dimiliki kampus . Sehingga, adanya peraturan
yang menyatakan peliburan sekolah dan selanjutnya diganti dengan
kegiatan daring menyebabkan mahasiswa tidak dapat secara maksimal
mengembangkan dirinya terhadap ilmu yang dipelajari karena
disebabkan kurangnya fasilitas yang memadai di rumah.
4) Mahasiswa tidak bisa melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) karena mendapat penolakan oleh berbagai instansi sebab adanya
peliburan tempat kerja dan pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Terjadinya penolakan oleh berbagai instansi untuk
melaksanakan kegiatan PKL ini dapat menghambat mahasiswa dalam
memperoleh gelar sarjana karena harus menempuh mata kuliah PKL
pada periode atau semester berikutnya sehingga waktu tempuh
perkuliahan menjadi lebih panjang. Mengingat kembali pentingnya
kegiatan PKL sebagai bagian dari mata kuliah wajib sebagai sarana
untuk mengasah dan menguatkan hardskill dan softskill, agar
mahasiswa selepas lulus mampu menjadi sarjana yang sukses
bersosial dan berkarier .
PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, para Pemohon
memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut:
Bahwa hak-hak konstitusional dalam Pasal 28C UUD 1945 tidak lain
merupakan hukum dasar yang diposisikan sebagai suatu keputusan politik
tertinggi untuk menjamin, menghormati, dan melindungi hak-hak konstitusi
warga negara dimana perkara ini para mahasiswa. Pasal ini memuat
bagaimana suatu pendidikan yang merupakan hak dasar warga negara dan
harus dijamin keberlakuannya pada setiap warga negara yang artinya
kepemilikan pendidikan adalah bebas (freedom) tanpa melihat status. Untuk
menjamin hak tersebut pemerintah selaku pemegang kekuasaan negara
indonesia harus menjamin pendidikan yang baik yang dapat dinilai dari
penyediaan fasilitas pendidikan yang baik dan merata. Fasilitas yang
dimaksud dapat berupa tempat belajar yang layak, fasilitas elektronik seperti
laboratorium komputer, laboratorium kimia, dan laboratorium lain di setiap
institusi pendidikan. Selain itu pemerintah yang baik dalam penyediaan
pendidikan juga harus membuat aturan-aturan yang mendukung
berjalannya pendidikan secara lancar. Dengan demikian, terlebih mengingat
kondisi kesehatan ditahap darurat dikarenakan adanya Pandemik COVID-19
maka atas permohonan yang diajukan terkait perkara tersebut hakim
memutuskan untuk menerima dengan perbaikan.