Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT

“Closed Fracture Left Femur Middle Third”

Oleh:

Ni Made Winda Novitasari (1902612104)

Penguji:

Dr. IGN Wien Aryana, Sp.OT(K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DEPARTEMEN/KSM ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RSUP SANGLAH DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya maka Case Report dengan topik “Closed Fracture Left Femur Middle
Third” ini dapat selesai pada waktunya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Departemen/KSM Orthopedi dan Traumatologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. dr. K.G. Mulyadi Ridia, Sp.OT (K) selaku Ketua Departemen/KSM Orthopedi
dan Traumatologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.
2. dr. I Wayan Subawa, Sp.OT (K) selaku koordinator pendidikan profesi dokter di
Departemen/KSM Orthopedi dan Traumatologi FK UNUD/ RSUP Sanglah
Denpasar.
3. Dr. IGN Wien Aryana, Sp.OT(K) selaku pembimbing dan penguji atas waktu
dan kesediaannya menguji sekaligus memberikan saran dan masukan.
4. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan case report ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan case report ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

CASE REPORT.........................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................2
Anatomi Femur.........................................................................................2
Definisi Faktur Femur...............................................................................3
Epidemiologi.............................................................................................4
Klasifikasi..................................................................................................4
Tanda dan Gejala.......................................................................................5
Diagnosis...................................................................................................6
Penatalaksanaan........................................................................................8
BAB III LAPORAN KASUS..................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................18
BAB IV SIMPULAN..............................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan


yang dapat disebabkan oleh cedera, stres yang repetitif, ataupun melemahnya tulang
secara abnormal (fraktur patologis). Insiden fraktur di berbagai belahan dunia telah
dilaporkan meningkat, walaupun terdapat laporan penurunan kejadian fraktur
tertentu. Fraktur terjadi pada individu dari segala usia, namun tipe dan lokasi
terjadinya sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor tertentu, seperti cidera yang
dialami, obesitas, penggunaan obat-obatan, diabetes, osteoporosis, dan lain-lain.
Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya mobilitas untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari hingga
menyebabkan komplikasi yang dapat berujung pada kehilangan tungkai ataupun
kematian.1

WHO (Badan Kesehatan Dunia) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Sedangkan menurut data riskesdas tahun 2013 penyebab
cidera terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). 2 Fraktur
di sebabkan oleh beberapa penyebab seperti adanya trauma tumpul maupun terbuka,
penekanan, penekuan, dll. Manifestasi klinis fraktur yaitu hilangnya fungsi anggota
gerak, nyeri pembengkakan dan deformitas akibat pergeseran fragmen tulang,
krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya, pembengkakan dan
perubahan warna lokal pada daerah fraktur akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Kehilangan fungsi tubuh permanen merupakan kondisi yang di
takutkan pasien fraktur.3 Tatalaksana fraktur yang kurang optimal dapat memperbesar
risiko mengalami komplikasi seperti mengalami ketidakstabilan, fraktur non-union
atau mal-union. Berdasarkan hal tersebut, deteksi dini dari fraktur sangat penting
sebagai langkah awal penatalaksanaan yang tepat serta mencegah terjadinya
komplikasi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Femur

Tulang femur merupakan tulang terpanjang didalam tubuh. Pada bagian


proksimal tulang femur berartikulasi dengan asetabulum untuk membentuk sendi
panggul. Tulang femur bagian proksimal terbagi menjadi beberapa bagian yaitu head,
neck, trokanter mayor, trokanter minor, intertrokanter pada bagian anterior, dan
puncak trokanter pada bagian posterior.5

Head femur berartikulasi dengan asetabulum dengan permukaan halus


ditutupi kartilago. Sedangkan neck femur menghubungkan head femur dengan shaft
femur yang memiliki sudut sekitar 135 derajat menuju poros. Sudut proyeksi ini
memungkinkan peningkatan rentang gerak pada sendi panggul.5

Trokanter mayor merupakan tulang yang terletak di lateral yang berasal dari
bagian anterior, tepat di lateral neck femur. Trokanter mayor tempat perlekatan
berbagai otor di daerah gluteal seperti gluteus medius, minimus, dan piriformis.
Trokanter ini memiliki sudut sekitar 135 derajat ke poros. Sudut proyeksi ini
memungkinkan peningkatan rentang gerak pada sendi panggul.5

Trockanter minor adalah penonjolan yang lebih kecil dibanding trokanter


mayor yang diproyeksi dari sisi posteromedial femur. Pada bagian ini adalah tempat
perlekatan iliopsoas. Garis intertrokanter menjadi pembatas antara dua trokanter dan
tempat perlekatan ligamentum iliofemoral yaitu ligamen terkuat pada sendi panggul.5

Pada bagian distal dari femur terdapat dua kondile yaitu medial dan lateral
kondile serta dua epikondile yaitu medial dan lateral epikondile

2
Gambar 2.1 Anatomi Proksimal Femur.

Gambar 2.1 Anatomi Distal Femur.

2.2 Definisi Fraktur Femur


Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, dan dapat mengakibatkan
penderita jatuh dalam syok.6

2.3 Epidemiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang
berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara
epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan 1 orang
setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan
oleh unit pelaksana teknis terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus
kecelakaan lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami fraktur femur.6
Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur

3
lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah
45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur femur antara lain:
 Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat
fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
 Fraktur terbuka (opened)
Fraktur dimana kulit dari ekstermitas yang terlibat telah ditembus.
Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi
kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur terbuka.
Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera,
terkontaminasi, kemudia kembali pada posisi semula7
Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.7
 Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang.
 Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang

Berdasarkan posisi fraktur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian


 1/3 proksimal
 1/3 medial
 1/3 distal

Klasifikasi fraktur shaft femur:

Klasifikasi Winquist dan Hansen

4
- Tipe 0 : No comminution
- Tipe I : Small butterfly fragment dengan minimal communition
- Tipe II : Large butterfly dengan sekitar 50% sisa kontak dengan korteks
- Tipe III : Large butterfly fragment dengan kurang dari 50% sisa kontak
dengan kortek
- Tipe IV : Comminution tanpa ada kontak dengan korteks yang tersisa

2.5 Tanda dan Gejala


 Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimmobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk menimimalkan gerakan antar
fragmen tulang.8
 Deformitas
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
fragmen lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bias diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat

5
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.8
 Pemendekan
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).8
 Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. (Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.).8
 Pembengkakan
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.8
2.6 Diagnosis
Anamnesis

Anamnesis penting dilakukan utamanya mencari riwayat penyakit atau


keluhan saat ini, riwayat penyakit terdahulu dalam kasus fraktur terdapat kaitannya
dengan riwayat operasi tulang maupun fraktur sebelumnya, riwayat keluarga dan
sosial, faktor risiko, serta aktivitas yang biasa dilakukan sebelumnya. Penilaian dalam
mekanisme terjadinya trauma (MOI) dapat membantu memberikan diagnosis yang
tepat. Waktu dari cedera memberi informasi mengenai potensi kehilangan darah yang
luas, kondisi keseluruhan pasien, dan kemungkinan cedera jaringan lunak terkait yang
signifikan. Persebaran atau radiasi pada nyeri dapat ditanyakan pada pasien.
Pemeriksa meminta pasien untuk mendeskripsikan lokasi utama nyeri dan penjalaran
nyeri.9

6
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan komprehensif untuk


menghindari hilangnya temuan klinis. Pemeriksaan dilakukan mulai dari primary
survey seperti pemeriksaan tanda tanda vital, maupun kondisi kegawatdaruratan pada
fraktur terbuka berdasarkan ATLS dan secondary survey yang dimulai dari bagian
kepala hingga kaki. Penilaian fisik sistem muskuloskeletal meliputi inspeksi (look),
palpasi (feel), dan penilaian ruang pergerakan dan fungsi sendi serta jaringan lunak
terkait (move).9

- Inspeksi (look)
Penilaian pada inspeksi dimulai dari penampilan umum pasien. Tanda fraktur
seperti adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, maupun diskrepansi atau
pemendekan tulang, memar, perubahan warna, maupun luka perlu dilakukan
identifikasi lebih lanjut pada pemeriksaan inspeksi. Pemendekan tulang dapat
dinilai dengan melakukan pengukuran leg length discrepancy yaitu mengukur
dengan meteran dimulai dari SIAS (spina iliaka anterior superior) menuju
pertengahan lutut dan berakhir di medial malleolus.
- Palpasi (feel)
Penilaian pada palpasi dilakukan dengan mengidentifikasi nyeri tekan,
krepitasi bila ada, kesemutan, serta perabaan hangat. Penilaian terkait fungsi
saraf dilakukan dengan mengidentifikasi ada atau tidaknya hipoestesia
maupun anestesia pada area bagian distal dari fraktur serta pulsasi arteri
bagian distal dan capillary refill time.
- Penilaian Ruang Gerak (move)
Penilaian ruang gerak sendi panggul meliputi fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi ekstremitas. Terdapat dua jenis penilaian ruang gerak
sendi yaitu penilaian aktif yaitu pasien menggerakkan sendiri tanpa bantuan
pemeriksa. Sedangkan penilaian pasif yaitu pasien menggerakkan tungkai
dengan bantuan pemeriksa. Penilaian ruang gerak pada bagian tungkai bawah
dilakukan pada tiga persendian yaitu sendi panggul, sendi lutut, dan sendi

7
ankle (pergelangan kaki) dan dilakukan penilaian terhadap ROM (Range of
Movement).

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang rontgen radiologi berupa X-ray penting dilakukan


untuk mengevaluasi sistem muskuloskeletal. Studi ini dapat mendeteksi adanya
deformitas atau fraktur pada tulang. Foto rontgen diambil dari dua sudut pandang
yaitu anteroposterior dan lateral. Tampilan ini harus secara jelas menunjukkan garis
fraktur, kualitas tulang, jaringan lunak disekitarnya, serta sudut pandang lateral
membantu dalam menilai ekstensifitas dari fraktur pada bagian posterior.

Magnetic Resonancy Imaging (MRI) dapat mengidentifikasi bagian detail dari fraktur
khususnya memperjelas pada bagian soft tissue ketika dicurigai terdapat keterlibatan
pada soft tissue lebih lanjut.9

2.7 Penatalaksanaan

Penanganan awal pada fraktur tulang panjang tungkai bawah yaitu ATLS
(Advanced Trauma Life Support) apabila terdapat tanda kegawatdaruratan seperti
pada fraktur terbuka. Penilaian ATLS dilakukan secara simultan yang berfokus pada
pemeliharaan jalan nafas atau airway dengan kontrol c-spine, pernapasan dengan
ventilasi, sirkulasi dengan kontrol perdarahan, penilaian kecacatan atau neurologis,
dan eksposur. Penanganan ATLS termasuk ke dalam survei primer. Sedangkan survei
sekunder meliputi evaluasi kepala sampai kaki pada pasien.10

Penatalaksanaan fraktur femur dapat dibagi menjadi dua yaitu konservatif dan
operatif.

 Konservatif
a. Traksi kulit (skin traction) merupakan pengobatan sementara sebelum
dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot. Yaitu dengan
menarik bagian tulang yang patah dengan menempelkan plester
langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membentuk

8
menimbulkan spasme otot pada bagian yang cidera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). Dipasang pada dasar
sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
b. Traksi tulang (skeletal traction) adalah traksi yang digunakan untuk
meluruskan tulang yang cidera pada sendi panjang untuk
mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins atau kawat ke
dalam tulang pada bagian distal femur maupun proksimal tibia.
Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental
c. Cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis
 Operatif
a. External Fixation
Indikasi: Fraktur kontaminasi massif, memerlukan stabilisasi segera
pada vaskular repair, infeksi, multiple trauma
b. Intramedullary Nail
Indikasi: usia muda dengan fraktur non-comminutif
c. Compression Plate
Indikasi: Baik untuk patah tulang distal junction metaphyseal-
diaphyseal, dilakukan pada patah yang dapat terlihat secara langsung
dan dapat mereduksi secara anatomical, untuk fiksasi yang optimal,
plate harus memberi 8 titik kortikal fiksasi di atas dan bawah tempat
fraktur.

Indikasi ORIF diantaranya adalah: fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya
avasculair nekrosis tinggi (fraktur collum femur), fraktur yang tidak bisa direposisi
tertutup (fraktur avulse dan fraktur dislokasi), fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit
dipertahankan (fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur antebrachii dan fraktur
ankle), fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi (fraktur femur).11

9
Jenis terapi operatif yaitu :

- Hemiarthroplasti dan Proximal Femoral Nail Antirotation (PFNA).


Pada pasien dengan usia lanjut dengan fraktur displaced, hemiarthroplasti
dapat menjadi pilihan operatif dengan risiko lebih rendah mengalami
dislokasi.
- Pemasangan Plate dan Screw.10

BAB III
LAPORAN KASUS

3.5 Identitas pasien


Nama : SZ
Tanggal Lahir : 06 Agustus 2005

10
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Kewarganegaraan : Indonesia
No. RM : 21043833
Alamat : Jl Ngurah Gento gg. Pucuk No 1, Dalung
MRS : 27 Agustus 2021 pukul 22.44 WITA

3.2 Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran
Pasien datang diantar menggunakan ambulans ke IGD RSUP Sanglah pada
tanggal 27 Agustus 2021 pukul 22.47 dalam kondisi tidak sadar setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Pada saat itu pasien dikatakan
sedang mengendarai sepeda motor dan menggunakan helm lalu tiba-tiba
menabrak sebuah mobil dari belakang dan terjatuh dengan mekanisme yang
tidak diketahui jelas. Riwayat tidak sadar (-), mual (-) muntah (-). Lupa
dengan kejadian lama serta keluar darah dari hidung/telinga disangkal oleh
pasien. Riwayat batuk, demam, maupun kontak dengan pasien COVID-19
disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, maupun riwayat
sistemik lainnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

11
Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, maupun stroke
pada keluarga disangkal
Riwayat Pengobatan:
Pasien tidak mendapat pengobatan apapun sebelum dibawa ke RSUP Sanglah
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pelajar SMA kelas X. Riwayat merokok dan
mengkonsumsi alcohol disangkal oleh pasien

3.3 Pemeriksaan Fisik

Primary Survey

Airway :
Jalan napas : bebas
Trakea : di tengah
Breathing :
Dada simetris : (+)
Sesak napas : (-)
Respirasi : 20x/menit
Suara napas : kanan dan kiri ada dan jelas, ronkhi (-), wheezing (-)
Saturasi O2 : 98% pada suhu ruangan
Assesment : spontan
Circulation :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu axilla : 36.5 oC
Temperatur kulit : hangat
Disability :
GCS : E2V4M5
Pupil : isokor 3mm/3mm, Reflek Pupil +/+

12
Secondary Survey
AMPLE : Pasien tidak memiliki riwayat alaergi terhadap
makanan maupun obat, pasien tidak mendapatkan pengobatan apapun
sebelum dibawa ke RSUP Sanglah, pasien tidak memiliki riwayat penyakit
terdahulu, makan dan minum terakhir 3 jam SMRS berupa nasi, ayam dan air
putih. Pasien mengatakan tertabrak mobil dari arah belakang saat sedang
mengendarai motor.
Kepala : Cephalhematome (-)
Leher : Tenderness (-), memar (-), deviasi trakea (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Reflek pupil +/+ 3/3 mm
isokor, edema palpebra -/-
THT : Rhinorrhea -/-, otorrhea -/-
Maksilofasial : Memar (-), swelling (-)
Toraks : Simetris statis dinamis
Cor :
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
-Perkusi : Batas jantung normal
-Auskultasi : S1,S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo
-Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, memar (-)
-Palpasi : Tactile fremitus N/N, Pergerakan simetris, tenderness
(-) krepitasi (-)
-Perkusi : Sonor
-Auskultasi : Vesikuler + + Rhonki - -
Wheezing - -

Abdomen
-Inspeksi : Memar (-), distensi (-)
-Auskultasi : Bising usus (+) normal

13
-Palpasi : tenderness (-)
-Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Hangat + + , edema - - , CRT < 2 detik

Status Lokalis

Look : Luka ekskoriasi (+) pada lutut anterior, pembengkakan (+) bagian
tengah, deformitas (+) pemendekan dan rotasi eksternal, memar (+)
Feel : Nyeri tekan (+) pada sepertiga tengah femur, arteri dorsalis pedis (+)
teraba, CRT < 2”
Move : Active ROM hip terbatas karena nyeri
Active ROM knee terbatas karena nyeri
Active ROM ankle 30/40
Active ROM MTP-IP 0/90

Pemeriksaan Penunjang
Left thigh X-Ray AP/Lateral view (28/08/2021)

14
Hasil gambar X-Ray:
- Malaligment
- Tampak fraktur kominutif pada os femur sinistra 1/3 tengah, displacement
fragment fraktur (+), shortening (+), angulasi (+)
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi baik
- Tak tampak dislokasi sendi
- Tampak soft tissue swelling regio femur sinsitra
Kesan: fraktur kominutif displaced shortened angulated os femur sinistra 1/3 tengah
yang disertai soft tissue swelling di sekitarnya
Left Knee X-Ray AP/Lateral View Sanglah Hospital (28/08/2021)

Hasil gambar X-Ray:


- Malaligment

15
- Tampak fraktur kominutif pada os femur sinistra 1/3 tengah, displacement
fragment fraktur (+), shortening (+), angulasi (+)
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi baik
- Tak tampak dislokasi sendi
- Tampak soft tissue swelling regio femur sinsitra
Kesan: fraktur kominutif displaced shortened angulated os femur sinistra 1/3 tengah
yang disertai soft tissue swelling di sekitarnya

Pemeriksaan Laboratorium (28/08/2021)

Examinatio Normal
Result
n Range
WBC 28.65 4.1 - 11.0 3.4 Diagnosis
Closed Fracture Femur Kiri
PLT 418.00 150 - 440
1/3 Tengah
HGB 14.50 13.5 - 17.5 3.5 Penatalaksanaan
HCT 44.70 41.0 - 53.0 Analgetik
Imobilisasi dengan skin
PTT 11.4 10.8 - 14.4
traction 5 kg
APTT 23.4 24 - 36 Open Reduction Interna

INR 1.00 0.9 - 1.1 Fixation (ORIF) PS

Examinatio Normal
Result
n Range
AST/SGOT 85.9 11.00 - 33.00
ALT/SGPT 52.78 11.00 - 50.00
BUN 15.37 8.00 - 23.00
SC 0.90 0.70 - 1.20
CRP 1.00 <5

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur tulang femur


yang dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun. Mekanisme trauma pada pasien muda cenderung akibat
kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda motor, pejalan kaki diserang
kendaraan, atau jatuh dari ketinggian. Mekanisme cedera kecelakaan kendaraan
bermotor di 78%, kecelakaan sepeda motor di 9%, pejalan kaki melanda di 4%, jatuh
dari ketinggian di 3%. Pada kasus ini, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun
mengalami kecelakaan motor dan mengalami patah tulang paha kiri di bagian 1/3
tengah tulang femur.

Untuk mendiagnosis fraktur, dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan


fisik, serta pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat dengan look, feel,

17
dan move, dimana pada look (inspeksi) terlihat adanya deformitas berupa angulasi,
rotasi, maupun diskrepansi atau pemendekan tulang, memar, perubahan warna,
maupun luka. Pada pemeriksaan feel (palpasi) mengidentifikasi ada atau tidaknya
hipoestesia maupun anestesia pada area bagian distal dari fraktur serta pulsasi arteri
bagian distal dan capillary refill time. Pada pemeriksaan move dilakukan penilaian
ruang gerak pada bagian tungkai bawah pada tiga persendian yaitu sendi panggul,
sendi lutut, dan sendi ankle (pergelangan kaki) dan dilakukan penilaian terhadap
ROM (Range of Movement). Pada pemeriksaan look pasien terlihat adanya luka
ekskoriasi pada lutut anterior, pembengkakan bagian tengah, pemendekan dan rotasi
eksternal, memar. Pada pemeriksaan feel didapatkan Nyeri tekan pada sepertiga
tengah femur, arteri dorsalis pedis teraba, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan move
didapatkan active ROM hip dan knee terbatas karena nyeri, active ROM ankle 30/40.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan dengan pemeriksaan X-Ray pada paha kiri
pasien dan didapatkan kesan fraktur kominutif displaced shortened angulated os
femur sinistra 1/3 tengah yang disertai soft tissue swelling di sekitarnya.

Penatalaksanaan fraktur femur dapat dibagi menjadi dua yaitu konservatif dan
operatif. Pada tatalaksana konservatif dapat dilakukan traksi kulit, traksi tulang, cast
bracing. Sedangkan pada tatalaksana operatif salah satunya adalah Open Reduction
Internal Fixation (ORIF). Adapun indikasi dari ORIF adalah: fraktur yang tidak bisa
sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi (fraktur collum femur), fraktur yang
tidak bisa direposisi tertutup (fraktur avulse dan fraktur dislokasi), fraktur yang dapat
direposisi tetapi sulit dipertahankan (fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur
antebrachii dan fraktur ankle), fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil
yang lebih baik dengan operasi (fraktur femur). Pada pasien ini direncanakan untuk
dilakukan Imobilisasi dengan skin traction 5 kg dan ORIF Plate and screw

18
BAB V
SIMPULAN

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya
lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Klasifikasi fraktur femur sendiri dapat
dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Untuk mendiagnosis fraktur dapat
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis pasien biasanya mengeluhkan nyeri atau baru saja mengalami trauma,
pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan look, feel, dan move. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi seperti X-Ray yang berguna untuk
mengevaluasi sistem musculoskeletal. Untuk tatalaksana dari fraktur sendiri ada dua
yaitu secara konservatif dengan traksi kulit, traksi tulang, cast bracing, lalu dapat juga
dengan operatif yaitu External Fixation, Internal Fixation, dan Compression Plate.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Lukman, Ningsih Nurna. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Prifile Dinas Kesehatan
Rpublik Indonesia Tahun 2013. Sidoarjo.
3. meltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dari
Brunner & Suddart, Edisi 8. EGC : Jakarta
4. Sheehan SE, Shyu JY, Weaver MJ, Sodickson AD, Khurana B. Proximal
femoral fractures: What the orthopedic surgeon wants to know.
Radiographics. 2015;35(5):1563–84.
5. Grose AW, Gardner MJ, Sussmann PS, Helfet DL, Lorich DG. The surgical
anatomy of the blood supply to the femoral head: Description of the
anastomosis between the medial femoral circumflex and inferior gluteal
arteries at the hip. J Bone Jt Surg - Ser B. 2008;90(10):1298–303.
6. Thompson, J. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy, 2nd Ed. Elsevier
Saunders, 2010. Hal: 251

20
7. Wahid, A. 2002. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Jakarta: Sagung seto
8. Nurarif,Amin Huda.,Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dianosa Medis dan NANDA.Yogyakarta:MediAction.
9. Al Maqbali MAH. History and physical examination of hip injuries in elderly
adults. Orthop Nurs. 2014;33(2):86–92.
10. Bhandari M, Swiontkowski M. Management of Acute Hip Fracture. N Engl J
Med. 2017;377(21):2053–62.
11. Appley, G. A. 2005. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley, Edisi VII. Jakarta:
Widya Medika

21

Anda mungkin juga menyukai