Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


TUAPEJAT – SIPORA UTARA
Jl. Raya Tuapejat KM.9 Telp. (0759)-320655 Fax.0759-320654 No. Kode RS.13.01.0.10 SUMBAR-INDONESIA Kode Pos.25392

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
NOMOR : 821/ /SK/RSUD-KKM/2022

TENTANG
PANDUAN RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI (RSSIB)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN


MENTAWAI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien, serta dalam rangka
menyelenggarakan PONEK, maka dipandang perlu untuk
menyelenggarakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSSIB) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai;
b. bahwa Rumah Sakit dapat dianggap baik apabila memiliki
pelayanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) yang
mempunyai tujuan antara lain untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi;
c. bahwa sesuai pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
point 1 dan 2, perlu ditetapkan Panduan Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kepulauan Mentawai.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691 / Menkes / Per/VII/2011 tentang Keselamatan
Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
450/MENKES/SK/IV/2004 tentang ASI Eksklusif pada
Bayi di Indonesia;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
603/MENKES/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan
Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Sayang Bayi.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
(PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MENTAWAI TENTANG PANDUAN RUMAH SAKIT SAYANG IBU
DAN BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
KEPULAUAN MENTAWAI

KESATU : Memberlakukan Panduan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi


(RSSIB) RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Panduan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB) ini digunakan
sebagai acuan bagi tenaga kesehatan pemberi pelayanan
PONEK di RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai;
KETIGA : Pelaksanaan Panduan Rumah Sakit Sayang ibu dan Bayi
(RSSIB) ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien RSUD Kabupaten
Kepulauan Mentawai;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
Keputusan ini akan diadakan perubahan sebagaimana
mestinya;
KELIMA : Surat Keputusan ini disampaikan kepada masing-masing yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan baik
dan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Tuapejat
Pada tanggal 02 Januari 2022

DIREKTUR

dr. Tony Ruslim


NIP. 197909182008021001

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah dan rahmat-Nya akhirnya Panduan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi (RSSIB) dapat diterbitkan. Panduan ini nantinya akan digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan program RSSIB, khususnya di
RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai. Diharapkan dengan dilakukannya
program ini dapat mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB).
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berupaya
dengan sungguh-sungguh dan ikhlas selama penyusunan dan
pembahasan, sehingga panduan RSSIB ini dapat diberlakukan.
Kami berharap semoga buku panduan RSSIB ini dapat bermanfaat dan
dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan program RSSIB di
RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan ibu dan bayi di Rumah Sakit dengan melaksanakan 10 langkah
pelayanan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.

Tuapejat, 02 Januari 2022

DIREKTUR

dr. Tony Ruslim


NIP. 197909182008021001

DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI ...............................................................
BAB II RUANG LINGKUP ..................................................
BAB III TATA LAKSANA .....................................................
BAB IV DOKUMENTASI .....................................................

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
NOMOR : 821/ /SK/RSUD-KKM/2022
TANGGAL : 02 JANUARI 2022
PERIHAL : PANDUAN RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI (RSSIB) DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN
MENTAWAI

BAB I
DEFINISI

A. Definisi
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit
pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus yang telah
melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan
pelayanan yang berkesinambungan dan saling terkait. Kesehatan bayi
ditentukan sejak bayi dalam kandungan. Disisi lain kesehatan ibu dapat
berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) merupakan kegiatan yang saling terkait. Oleh
karena itu program rumah sakit sayang bayi tidak dapat dipisahkan dengan
program rumah sakit sayang ibu, menjadi satu program yaitu rumah sakit
sayang ibu dan bayi (RSSIB). Diharapkan bahwa dengan diterapkannya
program RSSIB maka upaya penurunan AKI dan AKB khususnya angka
kematian perinatal dapat dipercpat melalui kesiapan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan gawat darurat obstetri dan neonatal serta rujukan
yang sesuai dengan prosedur.

B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu
dalam upaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB).
2. Khusus
a. Melaksanakan dan mengembangkan standart pelayanan
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepeulian terhadap ibu dan bayi.
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan
kegawatdaruratan (PONEK 24 Jam).
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis
dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Ekslusif.
f. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kanguru
(PMK) pada berat badan lahir rendah (BBLR).
g. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
RSSIB.

BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup pelaksanaan program RSSIB meliputi 10 langkah
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna menuju rumah sakit
sayang ibu dan bayi yaitu :
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI ekslusif dan perawatan
metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
meternal dan neonatal.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu dengan bayi.
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK)
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas. Rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusu yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan
dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan
reproduksi lainnya.
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal (AMP) rumah sakit secara
periodik dan tindak lanjut.
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI Eksklusif dan PMK.

BAB III
TATA LAKSANA
Langkah 1
Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk IMD, pemberian ASI Eksklusif dan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk BBLR. Pelaksanaannya :
a. Direktur Rumah sakit membuat kebijakan tertulis tentang :
1. Pelaksanaan program RSSIB dengan penerapan 10 langkah
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.
2. Penetapan Pokja / Komite di rumah sakit yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan evaluasi program RSSIB.
3. Pemberian ASI Eksklusif termasuk IMD yang secara rutin
dikomunikasikan kepada petugas kesehatan.
4. Pelaksanaan PMK bagi BBLR.
5. Sistem rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sistem regionalisasi.
6. Kerjasama dengan kelompok pendukung ASI dan Posyandu diwilayahnya
tentang proses rujukan pasca persalinan dalam rangka monev ASI
Eksklusif dan PMK pada BBLR.
7. Semua kebijakan diatas harus dikomunikasikan kepada seluruh petugas
rumah sakit.
b. Direktur rumah sakit membuat SK tentang pemberian ASI dan penerapan
kode pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (PASI) yang secara rutin
dikomunikasikan kepada seluruh petugas rumah sakit dan dipampangkan.
c. Direktur rumah sakit menandatangani protap-protap pelaksanaan program
RSSIB terpadu yang telah dibuat oleh Pokja / komite dan cara / format
pelaporan, seperti :
1. Kegawatdaruratan kebidanan.
2. Kegawatdaruratan neonatal.
3. Pelayanan antenatal.
4. Persalinan bersih dan aman termasuk persalinan yang ditunggu oelh
suami dan keluarga.
5. Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin K
injeksi (untuk bayi normal setalh IMD, bayi sakit setelah resusitasi)
dan salep / tetes mata.
6. Perawatan nifas dan rawat gabung.
7. Perawatan PMK untuk bayi BBLR dan prematur.
8. Pencegahan Infeksi Nosokomial.
9. Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusu termasuk IMD,
membantu ibu dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang
benar, on demand, ASI Eksklusif.
10. Tindakan medis dan operasi caesar.
11. Hygiene perineum.

12. Pengaturan jadwal dokter, perawat dan bidan sehingga pelayanan siap
24 jam.
13. Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan untuk pasien.
14. Pelayanan penunjang untuk laboratorium dan radiologi.
15. Keluarga berencana.
16. Imunisasi.
17. Audit maternal perinatal (AMP).
d. Adanya pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi program RSSIB.
e. Adanya poli laktasi dengan konselor menyusui.

Langkah 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
maternal dan neonatal. Pelaksanaan :
a. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu
hamil.
b. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi dan
komplikasi kehamilan.
c. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan pemberian
ASI, manajemen laktasi, penyuluhan gizi dan penyuluhan perubahan pada
ibu dan janin serta kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan
persalinan, tanda-tanda bahaya.
d. Mempertimbangkan tindakan-tindakan yang dilakukan ibu berlatar
belakang kepercayaan / agama dan tradisi / adat setempat.
e. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal.
f. Melibatkan suami saat pemeriksaan dan penyuluhan konseling.
g. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Syndrome (HIV).
h. Semua petugas dibagian kebidanan dan anak dapat memberikan informasi
kepada ibu-ibu yang habis melahirkan mengenai cara menyusui yang benar
dan pentingnya ASI.
i. Membuat penyuluhan masal dengan menggunakan multimedia (vidio, slide)
dan leaflet melalui PKMRS.

Langkah 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit antara Ibu dan Bayi.
Pelaksanaan :
a. Melakukan penapisan resiko persalinan dan pemantauan persalinan.
b. Diterapkannya standar pelayanan kebidanan pada persalinan.
c. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar.
d. Adanya fasilitas pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai standar.
e. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir.
f. Adanya fasilitas kamar operasi sesuai standar.

g. Inisiasi menyusu dini : skin to skin contact, perhatikan tanda-tanda bayi


siap menyusu, bayi mulai menghisap.
h. Perawatan bayi baru lahir (perinatologi termasuk pemberian vitamin K
injeksi dan tetes / salep mata tetrasiklin / eritromisin).
i. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in house training)
dalam penanganan persalinan aman dan penanganan pada bayi baru lahir,
resusitasi neonatus.
j. Adanya elatihan IMD Neonatus.
k. Penanggung jawab program perinatal resiko tinggi dan program RSSIB
berkoordinasi melalui pertemuan lintas sektor maupun lintas program
secara rutin.
l. Pengembangan unit perawatan Neonatus Resiko Tinggi (NICU) serta
Pediatric Resiko Tinggi (PICU).

Langkah 4
Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergesi Komprehensif
(PONEK). Pelaksanaan :
a. Adanya standar pelayanan terhadap kasus potensial resiko tinggi, kasus
resiko tinggi dan kasus gawat darurat obstetrik dan neonatal
b. Adanya pelayanan transfusi darah (BDRS).
c. Tindakan operatif dapat dilaksanakan 24 jam.
d. Kesiapan pelayanan kebidanan 24 jam.
e. Ada dokter jaga 24 jam yang telah mengikuti pelatihan penanggulangan
gawat darurat kebidanan dan neonatal.
f. Ada fasilitas unit gawat darurat kebidanan dan fasilitas pelayanan :
HCU/ICU/NICU/PICU sesuai standar dan kompetensi.
g. Adanya pelatihan bagi Dr.SpOG, Dr. SpA, Dokter, Bidan, dan Perawat
tentang pelayanan Obstetrik, Neonatal Emergency Komprehensif.
h. Adanya pelatihan untuk penanganan bayi kurang bulan dengan Perawatan
Metode Kanguru.

Langkah 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung, termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
Pelaksanaan :
a. Menjelaskan pelayanan rawat gabung ibu dan bayi bersama selama 24 jam
sehari.
b. Adanya pemantauan infeksi nosokomial pada bayi yang dirawat
c. Melakukan manajemen laktasi dan perawatan bayi.
d. Adanya tata tertib / jam kunjung ibu dan bayi.
e. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya.
f. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering
semaunya bayi.

g. Tidak memberikan minuman atau makanan kepada bayi baru lahir selain
ASI kecuali ada indikasi medis.
h. Melaksanakan perawatan metode kangguru untuk bayi kurang bulan /
BBLR (Kangaroo Mother Care).
i. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar.
j. Tidak memberikan Dot / kompeng pada bayi.
k. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya.
l. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar.
m. Melakukan perawatan nifas.
n. Melakukan hygiene perineum.
o. Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat.
p. Dokumentasi angka keberhasilan rawat gabung total, pelaksanaan IMD,
pelaksanaan PMK pada BBLR.
q. Pemberian susu formula hanya atas indikasi medis dan keadaan-keadaan
khusus.

Langkah 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain. Pelaksanaan :
a. Menyediakan ambulan 24 jam dengan dilengkapi incubator transport.
b. Melaksanakan umpan balik rujukan.
c. Menyelenggarakan pelatihan PONEK bagi semua petugas yang terkait di
lingkup RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai.
d. Mengevaluasi pelaksanaan rujukan.
e. Dokumentasi hasil-hasil evaluasi.

Langkah 7
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
Pelaksanaan :
a. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS sesuai
dengan usia.
b. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini tumbuh kembang).
c. Memantau pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
d. Penanganan penyakit bayi sesuai standar.
e. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi yang lahir di RSUD Kabupaten
Kepulauan Mentawai apabila tidak ada kontraindikasi.

Langkah 8
Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi
lainya. Pelaksanaan :
a. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan Kontrasepsi termasuk
Metode Amenorhea Laktasi (MAL) untuk pasien dan suami sebelum
meninggalkan rumah sakit.
b. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi mantap
baik untuk perempuan maupun pria.
c. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi temasuk
konseling pranikah.

Langkah 9
Melaksanakan audit maternal dan perinatal (AMP) rumah sakit secara periodik
dan tindak lanjut. Pelaksanaan :
a. Komite medik agar dapat bertindak sebagai tim AMP yang mengadakan
pertemuan secara rutin yang berfungsi melaksanakan audit, tidak mencari
kesalahan tetapi membantu mencari solusi serta menghilangkan hambatan
medik dan non medik.
b. Membina tim AMP dalam permasalahan kasus maternal perinatal.
c. Menyelenggarakan program surveilace untuk pemantauan dan evaluasi
kasus maternal / perinatal.
d. Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.
e. Menyebarluaskan laporan AMP dan tindak lanjutnya secara rutin.
f. Mengembangkan sistem informasi manajemen (SIM) data kesakitan / data
kematian ibu dan bayi dapat diperoleh secara cepat dan mudah serta
akurat melalui komputerisasi.

Langkah 10
Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian
ASI eksklusif dan PMK. Pelaksanaan :
a. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan PMK,
dimana anggota kelompok akan saling membantu dan mendukung
pemberian ASI eksklusif termasuk pelaksanaan PMK.
b. Adanya ruang menyusui.
c. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI.

BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan RSSIB adalah keseluruhan proses pencatatan


pelaksanaan kegiatan perlindungan ibu secara terpadu dan paripurna dimana
petugas pencatatan dan terapan telah ditetapkan secara jelas. Azasnya :
1. Jelas
2. Singkat
3. Bermanfaat
Pencatatan dan pelaporan RSSIB menggunakan format laporan yang ada
kemudian dikirim ke dinas kesehatan kabupaten / kota untuk diteruskan ke
dinas kesehatan propinsi.

Tujuan pencatatan dan pelaporan RSSIB yaitu :


1. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna.
2. Identifikasi masalah dalam pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna.
3. Sebagai dasar pembinaan rumah sakit tersebut menuju rumah sakit sayang
ibu dan mempertahankan serta mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai