Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Kardiovaskuler
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Kardiovaskuler
A. Pengertian
Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem
peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigrn dan nutrient setiap sel hidup yang
perlukan untuk bertahan hidup. tanpa fungsi jantung kehidupan akan berakhir. penurunan
fungsi system kardiovaskuler (KV) telah memiliki dampak system yang lainnya. namun,
pada kondisi tanpa penyakit yang berat jantung lansia mampu untuk menyediakan suplai
darah yang mengandung oksigen secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Penyakit pada system kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia umumnya adalah
hipertensi, congestive heart failure (CHF), aritmia,
b. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
- Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka td meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Glomerulonefritis DM
Pielonefritis Hipertiroidisme
Tumor Saraf
Vascular Stroke
Aterosklerosis Ensepalitis
Hiperplasia SGB
Vaskulitis
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
4) Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
5) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
6) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
7) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
8) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
9) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
10) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
11) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
12) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
13) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
14) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
15) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
16) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
f. Penatalaksanaan
Tehnik Biofeedback
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sesuai dengan prinsip:
1) Istirahat, pengaturan posisi yang nyaman dan pemberian oksigen.
2) Cari sebab dab faktor pencetus
3) Diet rendah garam dan batasi cairan
4) Mengurangi retensi cairan dengan kolaborasi pemberian diuretika
5) Meningkatkan kontraktilitas jantung ( inotropik ) dengan digitalis
6) Menurunkan bban kerja jantung dengan pemberian vasodilator
f. Pemeriksaan penunjang
1) Foto torak: pembesaran jantung, adanya edem paru
2) EKG: kenaikan segmen st/t menunjukan penyebab gagal jantung
3) Enzim SGOT dan SGPT: peningkatan pada gagal jantung
4) Elektroli, bun, kreatinin meningkat: penurunan fungsi ginjal
5) AGD: untuk menilai keadekuatan PO2 menurun, PCO2 meningkat, pH menurun
3. Aritmia
a. Pengertian
Gangguan irama jantung atauaritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium.aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (hanafi, 1996).
b. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
d. Klasifikasi
1) Sinus takikardi meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 x per menit, irama teratur dan ada
gelombang p tegak disandapan i,ii dan avf.
2) Sinus bradikardi penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting
pada ecg adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak
disandapan i,ii dan avf.
3) Komplek atrium premature impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar
nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut
sinus berikutnya. Gambaran ecg menunjukan irama tidak teratur, terlihat
gelombang p yang berbeda bentuknya dengan gelombang p berikutnya.
4) Takikardi atrium suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus av.
5) Fluter atrium. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium
cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF
seperti gambaran gigi gergaji
6) Fibrilasi atrium Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau
daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
8) Irama jungsional
9) Takikardi ventrikuler
e. penatalaksanaan
1) Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
f. pemeriksaan penunjang
1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkjian
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Tanda dan gejala gagal jantung kiri:
Paroxysmal nocturnal dispneu, ortopneu.
Pernafasan cheyne stokes.
Udema paru.
Batuk, wheezing.
Fungsi ginjal menurun.
Lemah dan mudah lelah.
Crackles pada auskultasi paru.
B. Diagnosa
C. Intervensi