2.MAULANI LAPSUS Meningoensefalitis-Tb-5706d15d335d5
2.MAULANI LAPSUS Meningoensefalitis-Tb-5706d15d335d5
TUBERCULOSIS
Disusun Oleh:
NIM: 030.08.243
Pembimbing:
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Neurologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini:
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. LM
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
3
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien sudah mengetahui bahwa dirinya terinfeksi virus HIV sejak 5 tahun
yang lalu, setelah pasien menerima transfusi darah saat melahirkan. Pasien rutin
meminum obat anti virus dari dokter hingga sekarang. Riwayat minum OAT (-),
alergi obat (-)
Riwayat Sosial:
4
Koperasi : kooperatif
Keadaan Gizi : Kurang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 36,70C
Pernafasan : 24x/mnt
Status Generalis
Trauma Stigmata :-
Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler
Perdarahan Perifer : Capillary refill < 2 detik
Columna Vertebralis : Letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)
Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik(-)
Kepala : Normosefali, rambut hitam beruban, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, tidak ada alopesia.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-,
pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung
+/+.
Telinga : Normotia +/+, perdarahan -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/-
Mulut : Bibir sianosis(-), lidah kotor (+)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba
pembesaran KGB dan tiroid.
Pemeriksaan Jantung
5
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 1 cm linea midklavikula sinistra.
Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 linea midklavikula dekstra,
batas kiri jantung di 1 ICS 6 1 cm medial linea midklavikula sinistra,
pinggang jantung di ICS 3 linea para sternalis sinistra.
Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Kaku kuduk : +
Laseque : >700 />700
Kernig : > 1350 / > 1350
6
Brudzinsky I :-
Brudzinsky II :-/-
Saraf-saraf Kranialis:
N.II (optikus)
N.V (Trigeminus)
7
N.VII (Fasialis)
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular : Vertigo :-
Nistagmus :-/-
Test berbisik : - /-
Uvula : ditengah
N.XI (Accesorius)
N.XII (Hypoglossus)
8
Sistem Motorik
Gerakkan Involunter
Tremor :-/-
Chorea :-/-
Miokloni : -/ -
Tonus : baik
Sistem Sensorik :
Propioseptif : baik
Eksteroseptif : baik
Fungsi Serebelar
Fungsi Luhur
Astereognosia :-
Apraxia :-
Afasia :-
Fungsi Otonom
9
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Refleks Fisiologis
Biceps : +2/ +2
Triceps : +2 / +2
Radius : +2/ +2
Lutut : +2 / +2
Tumit : +2/ +2
Refleks Patologis
Keadaan Psikis
Intelegensia : baik
Tanda regresi : baik
Demensia : baik
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
10
Trombosit 323 ribu/ul 150 – 440
Eritrosit 3,59 juta/Ul 4,40 – 5,90
VER/HER/KHER/RDW
VER 87,9 fl 80,0 -100,0
HER 33,1 pg 26,0 – 34,0
KHER 37,6 g/dl 32,0 – 36,0
RDW 23,1 % 11,5 – 14,5
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 25 U/l 0 – 34
SGPT 30 U/l 0 – 40
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah 23 mg/dl 20 – 40
Kreatinin Darah 1,0 mg/dl 0,6 – 1,5
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 96 mg/dl 70 – 140
ANALISIS GAS DARAH
pH 7,400 7370 – 7440
pCO2 36 mmHg 35 – 45
pO2 105,6 mmHg 83 - 108
BP 754,0 mmHg -
HCO3 21,7 mmol/L 21 – 28
O2 saturasi 97 % 95 – 99
Base Excess -1,6 mmol/L -2,5 – 2,5
ELEKTROLIT DARAH
Natrium 138 mmol/l 135 – 147
Kalium 3,80 mmol/l 3,10 – 5,10
Klorida 98 mmol/l 95-108
VII. RESUME
Ny. LM, 55 Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RS Fatmawati dengan keluhan
sakit kepala sejak 1 minggu SMRS. Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk
terus menerus, berdahak warna putih, tidak pernah batuk darah. Pasien mengaku
sering berkeringat saat malam. Semenjak 3 hari SMRS, pasien mengeluh
badannya panas hingga tidak bisa tidur. Sakit kepala seperti ditusuk-tusuk, tidak
berputar, atau bergoyang. Sakit kepala dirasakan hilang timbul namun waktu nya
tidak bisa ditentukan. Sakit kepala tidak hilang dengan istirahat, namun sedikit
berkurang dengan meminum obat warung. Berat Badan pasien turun 4 Kg dalam
waktu 1 bulan.
Kaku kuduk +
Hasil laboratorium :
12
Hb : 11,3 g/dl
Ht : 33%
CD4 : 8
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis Klinis : sakit kepala, demam, kaku kuduk (+), penurunan berat
badan, batuk terus menerus
Diagnosis Etiologi : Infeksi Intrakranial DD METB, B20 0n ARV,
pneumonitis TB
Diagnosis Topis : Meningen dan parenkim otak
IX. PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
13
- Pirazinamid 1x1000 mg - Ozid 2x40mg iv
- Ethambutol 1x 1000 mg
NON MEDIKAMENTOSA :
Elevasi kepala 30 0
Perbaikan gizi
X. RENCANA PEMERIKSAAN
XI. PROGNOSA
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater yang dapat
terjadi secara akut dan kronis. Sedangkan ensefalitis adalah radang jaringan otak.
Meningoensefalitis tuberkulosis adalah peradangan pada meningen dan otak yang
disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosis (TB). Penderita dengan
meningoensefalitis dapat menunjukkan kombinasi gejala meningitis dan ensefalitis.
(1,2)
II.EPIDEMIOLOGI
Sebelum era antibiotik, penyakit susunan saraf pusat (SSP) karena TB sering
ditemukan terutama pada anak-anak. Ditemukan 1000 anak dengan TB aktif di kota
New York diantara tahun 1930 sampai tahun 1940. Hampir 15% diantaranya
menderita meningitis TB dan meninggal. Setelah perang dunia kedua, terutama pada
negara berkembang, terdapat prevalensi yang luas infeksi TB. Pada awal tahun 2003,
WHO memperkirakan terdapat sekitar 1/3 penduduk dunia menderita TB aktif dan
70.000 diantaranya meningitis TB.(2,3)
III.PATOLOGI
15
mengalami degenerasi fibrinoid hialin. Hal ini merangsang terjadinya proliferasi sel
sel subendotel yang berakhir pada tersumbatnya lumen pembuluh darah dan
menyebabkan infark serebral karena iskemia. Gangguan sirkulasi cairan serebrospinal
(CSS) mengakibatkan hidrosefalus obstruktif (karena eksudat yang menyumbat
akuaduktus spinalis atau foramen luschka, ditambah lagi dengan edema yang terjadi
pada parenkim otak yang akan semakin menyumbat. Adanya eksudat, vaskulitis, dan
hidrosefalus merupakan karakteristik dari menigoensefalitis yang disebabkan oleh
TB. Efek yang ditimbulkan dari kemoterapi meningoensefalitis memiliki peran yang
sangat penting karena akan menekan angka kematian dan kecacatan. Setelah 2 tahun,
eksudat akan berubah menjadi jaringan ikat hialin dan lapisan intima akan mengalami
fibrosis.(4)
V. MANIFESTASI KLINIS
Stadium meningitis TB telah diperkenalkan sejak tahun 1947 dan sejak itu
banyak kalangan yang menerapkannya untuk penanganan awal sekaligus menentukan
prognosis. Penderita dengan stadium pertama hanya memiliki manifestasi klinis yang
tidak khas karena tanpa disertai dengan gejala dan tanda neurologis. Sedangkan
penderita dengan stadium kedua (intermediet) telah menunjukkan gejala iritasi
meningeal disertai dengan kelumpuhan saraf kranial namun tak ada defek kerusakan
lain serta tidak ada penurunan kesadaran. Pada stadium tiga, penderita mengalami
kerusakan neurologis yang besar, stupor, dan koma. Penyakit ini lebih samar pada
penderita dewasa, anamnesis tentang riwayat pernah mengalami penyakit TB
biasanya jarang. Lamanya gejala biasanya tidak berhubungan dengan derajat klinis.
Sakit kepala biasanya menonjol pada penderita dewasa, perubahan tingkah laku
seperti apatis, bingung sering ditemukan. Kejang biasanya tak terjadi pada tahap awal
penyakit, hanya pada 10% sampai 15% pasien. 9
17
VI. DIAGNOSIS
Dari gejala klinis biasanya penderita mengalami panas tinggi dan sakit kepala
yang hebat yang diikuti dengan mual dan muntah. Gejala ensefalitis adalah demam,
sakit kepala, muntah, penglihatan sensitif terhadap cahaya, kaku kuduk dan
punggung, pusing, cara berjalan tak stabil, iritabilitas kehilangan kesadaran, kurang
berespons, kejang, kelemahan otot, demensia berat mendadak dan kehilangan memori
juga dapat ditemukan. Jika gejala dan tanda (kaku kuduk, tanda kernig dan tanda
laseque) ditemukan maka dianjurkan untuk pemeriksaan Computer Tomography
beserta pungsi lumbal (bila tidak ada tanda edema otak). Kemungkinan ensefalitis
harus dipikirkan pada penderita dengan panas dan disertai dengan perubahan status
mental, gejala neurologis fokal dan pola kebiasaan yang tiba tiba menjadi abnormal.
Dilihat dari patologinya, inflamasi akut pada pia arahnoid menyebabkan pelebaran
ruangan subarakhnoid karena eksudat yang dihasilkan dari inflamasi tersebut.
Selanjutnya saat korteks subpia dan jaringan ependim yang menyelimuti ventrikel
juga ikut meradang maka akan menyebabkan terjadinya serebritis dan atau
ventrikulitis. Pembuluh darah yang terpapar dengan dengan eksudat inflamasi
subarakhnoid mengalami spasme dan atau trombosis yang selanjutnya akan
menyebabkan iskemia dan akhirnya infark. Pada CT scan kepala penderita dengan
meningitis kronik yang berat akan ditemukan gambaran hiperdensitas ruangan
subarakhnoid yang lebih terlihat pada fisura hemisfer serebri. Selanjutnya gambaran
CT tanpa kontras akan menunjukkan peningkatan densitas pada sisterna basalis dan
fisura hemisfer serebri, serta menghilangnya kecembungan sulkus. Pada pemeriksaan
foto roentgen dada, jarang ditemukan pembesaran hilus, adenopati dan bayangan
inflitrat. Gambaran radiologi dapat berkisar dari bayangan samar pada apeks sampai
adanya kalsifikasi. Tes tuberkulin tidak bermanfaat pada penderita dewasa karena
jarang menunjukkan hasil yang positif, sekitar 35% sampai 60% penderita meningitis
TB tidak bereaksi pada tes tuberkulin, faktor yang dapat menjelaskan hal tersebut
adalah karena adanya malnutrisi, imunosupresi, debilitasi, dan imunosupresi umum
karena penyakit sistemik.(5,6)
18
Telah diketahui bahwa pemeriksaan CSS memiliki peran yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis meningoensefalitis. Pungsi lumbal tidak perlu
dilakukan bila penderita dengan meningitis bakterialis berespons baik terhadap
pengobatan. Pungsi lumbal dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke dalam
kanalis spinalis. Dinamakan pungsi lumbal karena jarum memasuki daerah lumbal
(tulang punggung bagian bawah). Dalam pemeriksaan serebrospinal. Dalam
pemeriksaan biokimia dan sitologi maka CSS pada penderita dengan
meningoensefalitis akan ditemukan cairan yang jernih dan agak pekat, jaringan
protein akan terlihat setelah proses pengendapan. CSS hemoragik dapat ditemukan
pada meningitis TB yang mengalami vaskulitis. Adanya gambaran yang khas yang
disebut dengan “pelikel” , yakni hasil dari tingginya konsentrasi fibrinogen dalam
cairan disertai dengan sel sel proinflamatori. Tekanan pembuka pada waktu
memasukkan jarum spinal meningkat sampai 50%, pada meningitis TB kadar glukosa
dalam CSS rendah namun mengandung protein yang tinggi nilai glukosa mendekati
40 mg/dl., protein dapat berkisar antara 150-200 mg/dl.3,4
19
VII.PENATALAKSANAAN
20
Pemberian kortikosteroid dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari selama 3 – 6 minggu untuk
menurunkan gejala sisa neurologis.(4,8)
VIII.KOMPLIKASI
21
DAFTAR PUSTAKA
22