Anda di halaman 1dari 3

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

PADA Nn. J 15 TAHUN KORBAN PROSTITUSI ANAK


DI RUMAH SAKIT “X”

PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis, 15 Juli 2021
Pukul : 11.00 WIB

IDENTITAS ANAK
Nama Anak : Nn. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 15 Tahun
Anak ke : 2 (dua)
IDENTITAS ORANG TUA
KETERANGAN IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH
Nama Ny. T Tn. M
Umur 37 Tahun 40 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat -

PROLOG
Pasien anak perempuan 15 tahun datang dengan orang tuanya dan polisi untuk
meminta dilakukan visum oleh petugas kesehatan. Orang tua korban mengatakan
bahwa anaknya telah diculik 2 hari yang lalu dan dipaksa untuk menjadi pelayan
seksual disebuah hotel. Namun korban berhasil melarikan diri. Korban tidak mau
mengaku apakah dia sudah disetubuhi atau belum, akhirnya orang tua datang bersama
polisi ke bagian forensik untuk dilakukan pemeriksaan visum. Pada awalnya pasien
tidak menceritakan bahwa dia merupakan korban prostitusi anak pada kedua orang
tuanya, karena korban mendapat ancaman dari pelaku penculikan. Pelaku merupakan
orang asing yang tidak dikenal korban.

SUBJEKTIF
Korban mengaku hanya dilakukan pelecehan seksual seperti membuka baju korban,
memeluk, mencium, memegang bagian kemaluan dan payudara. Korban mengaku
bahwa alat kelaminnya tidak sempat dimasuki apapun.

OBJEKTIF
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda-tanda kekerasan seksual pada anak,
tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan ginekologi tidak
didapatkan luka pada bibir kemaluan, selaput dara utuh berbentuk cincin.

ASASSEMENT
Anak 15 tahun korban human trafficking (prostitusi anak)

PLANNING
1. Memberitahu kepada orang tua korban bahwa anaknya telah menjadi korban
eksploitasi seksual.
2. Memberitahu korban dan keluarga untuk menerima apa yang telah dialami korban.
3. Melakukan kolaborasi psikiater untuk melakukan terapi :
-Terapi Kognitif, untuk membantu mengubah pola pikir yang mengganggu emosi
serta kegiatan-kegiatan korban. Dengan terapi ini, korban dapat memegang kendali
atas pikirannya mengenai kejadian. Bahkan mereka berkesempatan untuk
membentuk pikiran yang baik akan dirinya sendiri.
-Terapi Exposure, pada terapi psikologis ini bertujuan untuk membantu korban
dalam menghadapi situasi yang mengingatkan pada trauma dan menimbulkan
ketakutan yang tidak realistis dalam kehidupannya. Terapi ini bertujuan untuk
melatih dan mengembalikan cara berpikir korban, cara berperilaku dan bertindak.
Terapi ini melatih korban untuk mengidentifikasi masalah, fokus pada pemecahan
masalah, serta berpikir praktis dan positif.
4. Memberitahu kepada keluarga untuk tidak menyalahkan korban atas peristiwa yang
dialaminya, dan tetap memberikan rasa aman kepada korban.
5. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai