479 1210 1 SM
479 1210 1 SM
Fobia demam yang terjadi pada orang tua seringkali mendorong orang tua untuk mencari informasi mengenai
penanganan demam pada anak. Definisi demam bervariasi, tetapi banyak yang mendefinisikan demam
sebagai temperatur >38oC. Pengukuran suhu tubuh anak haruslah mempertimbangkan masalah ekonomis,
juga merupakan pengukuran yang sederahana dan cepat dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada
anak. Berbagai penanganan demam telah diketahui secara umum termasuk dengan pemberian antipiretik
maupun dengan metode fisik. Jenis antipiretik yang disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol
dan ibuprofen. Pemilihan antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting untuk diketahui oleh
praktisi maupun orangtua dalam menangani demam, sehingga informasi yang lengkap harus diberikan
kepada orang tua pada setiap kunjungan untuk mencegah kesalahan pemberian obat dan juga mencegah
toksisitas antipiretik. Sari Pediatri 2011;12(6):409-18.
F
obia demam” umum terjadi dikalangan mengenai kekhawatiran orang tua terhadap demam
orang tua dan pengasuh di Eropa, sehingga dan mengenai tata laksana demam yang tidak tepat
seringkali peresepan obat tidak dilakukan telah dipublikasikan dalam beberapa kurun waktu
sesuai dengan kejadian.1 Orang tua sangat terakhir. Perkembangan program pendidikan untuk
khawatir bila anaknya sakit, dan sering mengalami membantu orang tua menangani demam pada anak
kesulitan dalam menilai keparahan penyakit. Demam terbukti efektif. Namun, orang tua tetap khawatir dan
dianggap membahayakan dan digunakan sebagai salah dalam menangani demam, dan mencari informasi
indikator penyakit serius oleh orang tua. Orang tua dan kepastian mengenai cara penanganan demam dari
merasa kesulitan apabila anak mereka sakit, dan merasa keluarga, teman, profesi medis, buku, majalah, dan
tidak memberikan perhatian yang cukup apabila internet.2
demam tidak dapat diturunkan. Beberapa literatur Sejak 1980 fobia demam pada orang tua
diperkuat dengan konsultasi berlebih kepada praktisi
medis mengenai demam ringan, telah menjadi
motivasi penelitian di bidang ini. Penelitian yang
Alamat korespondensi: dilaksanakan pada tahun 1980-an merupakan
Dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Departemen Ilmu
penelitian deskripsi dan dilakukan di Amerika,
Kesehatan Anak, RS. H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, JL. Bunga Lau No. 17 Medan, Sumatera Utara,
Kanada, dan Arab Saudi. Pada dekade ini, hanya
Indonesia Telp: 061 8365663, Fax: 061 8216264, E-mail: inkenadia@ dua penelitian intervensi dengan kontrol yang di-
gmail.com laporkan di Amerika Serikat.2
Sebagai tambahan, metode rektal menyebabkan risiko kemungkinan akan terjadinya keracunan logam.
terjadinya lesi di rektal atau perforasi, serta risiko Termometer digital dapat digunakan untuk
kontaminasi bakteri oleh karena prosedur pembersihan pengukuran pada rektal, oral atau aksila, namun
kurang baik. hasil mungkin dapat berbeda antara satu sama lain.
Pengukuran di aksila mudah dilakukan, namun Tergantung pada perubahan temperatur/waktu
memiliki sensitivitas yang bervariasi dan dapat pengukuran, dapat berhenti sebelum saatnya,
dipengaruhi oleh jenis termometer dan lama peng- cara pengukuran tersebut tidak digunakan untuk
ukuran. Pembacaan di aksila secara umum 0,5oC lebih mendapatkan pengukuran yang akurat.
rendah daripada pembacaan rektal, walaupun konversi Beberapa peneliti mempertimbangkan pengukuran
faktor yang tepat antara dua jenis pengukuran belum timpani dengan menggunakan termometer inframerah
ditetapkan. Hasil pengukuran pada aksila akurat pada sebagai metode pengukuran non invasif untuk temperatur
bayi baru lahir. Pengukuran temperatur tubuh pada oral sentral. Satu studi melaporkan tingginya keakuratan pada
keakuratannya bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh pengukuran dengan metode ini, walaupun beberapa
faktor perancu seperti mukositis, makanan panas atau peneliti lain mendapatkan hasil yang bertentangan,
dingin, temperatur udara serta frekuensi pernapasan. terutama ketika pengukuran tidak dilakukan oleh
Lebih lanjut, pengukuran pada oral memerlukan tenaga profesional. Perbedaan model termometer
kerjasama dari pasien. Termometer merkuri seharusnya inframerah dapat menyebabkan hasil yang bervariasi.
tidak digunakan untuk pengukuran pada oral karena Sebagai tambahan, lekukan liang telinga juga dapat
Tabel 2. Tipe termometer, berdasarkan wawancara telepon dengan sampel acak pada komunitas ahli farmasi di Itali pada tahun
20081
Biaya,
Tipe Tempat/Cara
Perkiraan, Keuntungan Kerugian Komentar
Termometer Pengukuran
_
Merkuri Aksila, oral, 2-5 Mudah dibaca, bia- Rapuh, tidak dapat di- Ditarik dari pasaran
rektal ya murah kalibrasi, waktu peng- pada tahun 2010 karena
ukuran yg lama (5-8 menit risiko keracunan mer-
dengan tipe nonprismatik kuri
klasik, berpotensi terhadap
keracunan merkuri
Digital Aksila, oral, 4-8 Akurasi tinggi, bi- Butuh penggantian ba- Model yang flek sibel
rektal aya murah, waktu terai, kalibrasi sulit dila- lebih dipilih karena
pengukuran singkat kukan, beberapa model alasan keamanan, ti-
(1-2 menit), mem- bergantung pada per- pe “dummy” (pacifier)
punyai alarm akus- ubahan temperatur/ wak- mempunyai akurasi yg
tik yg menandakan tu pengukuran dan dapat kurang
akhir pengukuran berhenti lebih cepat
Cairan Strip plastic di- 1-2 Mudah digunakan, Akurasi dan ketepatan Tipe “mother’s touch”
kristal tempel pada tidak rusak, non yang kurang lebih tepat dibanding
dahi toksik model lainnya
Inframerah Aurikula 30-50 Waktu pengukuran Tidak ada standarisasi Pengukuran aurikula
Kontak kulit 25-60 yg sangat singkat antar model menyebab- dapat memberikan hasil
Non kontak 40-90 (beberapa detik) kan kalibrasi yg tidak akurat ketika dilakukan
tepat, beberapa model oleh tenaga ahli
(aurikula) dapat sulit
untuk dimasukkan, ti-
pe kontak-kulit membu-
tuhkan disinfeksi rutin
atau hanya dikhususkan
pada 1 pasien
tidak menemukan adanya hubungan. Secara tersendiri, antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan
suhu tubuh yang tinggi (>39 oC) memiliki sensitivitas plasebo, walaupun hasil ini dipengaruhi oleh jumlah
dan spesifisitas yang rendah untuk infeksi bakteri pasien yang sedikit dalam studi.
berat. Demam tinggi menjadi faktor risiko hanya bila Menurut pedoman NICE, antipiretik tidak bisa
dihubungkan dengan variabel lainnya, seperti jumlah digunakan secara rutin pada penanganan anak dengan
leukosit atau nilai CRP yang tinggi. Sebagai tambahan, demam, walaupun dapat digunakan pada anak yang
respon terhadap obat antipiretik bukan merupakan menunjukkan gejala ketidaknyamanan, termasuk
faktor prediksi terhadap penyebab demam. menangis berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang
berkurang, selera makan menurun, dan gangguan
Rekomendasi1 tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan
Rekomendasi 9. Derajat demam tidak dapat dija- penggunaan parasetamol apabila suhu tubuh >39oC.
dikan sebagai indikator terhadap Dan dokumen terbaru dari WHO tidak menganjurkan
risiko adanya infeksi bakteri be- penggunaan rutin antipiretik pada anak, terutama pada
rat (evidence level III; kekuatan situasi keluarga harus menanggung biaya pengobatan
rekomendasi E). dan juga karena peran obat antipiretik pada anak
Rekomendasi 10. Pada beberapa keadaan, misalnya dengan malaria, sepsis atau malnutrisi kronik masih
usia <3 bulan adanya leukositosis belum ditetapkan.
atau peningkatan CRP dan demam
tinggi yang terjadi bersamaan, dapat Rekomendasi1
menjadi faktor prediktif terhadap Rekomendasi 11. Penggunaan antipiretik pada anak
infeksi bakteri berat (evidence level direkomendasikan hanya bila
III, kekuatan rekomendasi C). demam berhubungan dengan
adanya kejadian ketidaknyamanan
Apakah pemberian antipiretik dianjurkan pada (misalnya menangis yang ber-
anak dengan demam ? kepanjangan, iritabilitas, pe-
ngurangan aktivitas, selera ma-
Evidence1 kan yang menurun, gangguan
Demam merupakan salah satu bagian dari pertahanan tidur) (evidence level I; kekuatan
fisiologi alamiah dalam melawan agen infeksi. rekomendasi B).
Mekanisme imunologis meningkat dengan adanya
demam dan kemampuan virus dan bakteri untuk Bagaimana pemilihan antipiretik dan cara pembe-
bereplikasi akan menurun. Suatu randomized riannya
controlled trial pada anak dengan varisela menemukan
bahwa pemberian parasetamol (asetaminofen) tidak Evidence1
mengurangi gejala demam dan dapat memperpanjang Pada satu metaanalisis dari 8 penelitian mem-
proses penyakit. Walaupun demikian, praktisi klinis bandingkan efikasi antara antipiretik parasetamol
sering mengobati demam, dengan pemberian obat dan ibuprofen didapati penurunan temperatur tubuh
antipiretik untuk mengurangi ketidaknyamanan yang lebih tinggi pada anak yang diobati dengan
anak. ibuprofen dibandingkan dengan parasetamol pada
Obat antipiretik yang disetujui untuk digunakan pengukuran setelah 4 jam (perbedaan 0,63°C, p<
pada anak adalah parasetamol dan ibuprofen. Pengguna- 0,001) dan pada 6 jam setelah pemberian (perbedaan
an asetilsalisilat sangat tidak dianjurkan pada anak 0,58°C, p=0,005). Bagaimanapun, penulis tidak
usia <15 tahun oleh karena risiko terhadap sindrom memasukkan rincian dari strategi penelitian mereka,
Reye. Steroid tidak bisa digunakan pada anak dengan dan memasukkan penelitian dengan penggunaan
demam karena rasio keuntungan-kerugian yang rendah. dosis obat yang berbeda dan mengeksklusikan
Dari kelompok NSAIDs, ibuprofen memiliki risiko penelitian yang mengukur temperatur tubuhnya di
yang terkecil terhadap efek samping gastrointestinal. luar jam ke-4 dan ke-6.
Metaanalisis dari 12 studi memberikan hasil yang Suatu metaanalisis pada 17 penelitian yang
tidak meyakinkan bahwa parasetamol memiliki efikasi membandingkan efek antipiretik ibuprofen dan
parasetamol, hasil akhir dinilai berdasarkan besar Bagaimanakah pemberian parasetamol yang lebih
penurunan demam setelah dosis tunggal awal dari baik, per rektal atau per oral?
kedua antipiretik. Pada jam ke-4 dan ke-6 setelah
pemberian antipiretik, penurunan demam terjadi Evidence1
15% lebih banyak pada anak di kelompok ibuprofen, Sediaan oral dan rektal dari parasetamol sering
dibandingkan dengan kelompok paracetamol digunakan secara bergantian dengan asumsi keduanya
(besar efek penurunan setelah 2 jam: 0,19 (CI95%, memiliki efek antipiretik yang sama.
0,05-0,33), besar efek penurunan setelah 4 jam:
0,31 (CI95%, 0,19-0,44), besar efek penurunan Rekomendasi1
setelah 6 jam: 0,33 (CI95%, 0,19-0,47). Sebuah Rekomendasi 16. Pemberian oral parasetamol lebih
tinjauan narasi dari 22 penelitian mendapatkan baik digunakan daripada pem-
bahwa dosis tunggal ibuprofen lebih efektif dalam berian rektal pada anak, karena
menurunkan demam dibandingkan dengan dosis absorpsi lebih konstan dan lebih
tunggal parasetamol, dimana ibuprofen lebih efektif memungkinkan untuk membe-
setelah 6 jam pemberian, tetapi tidak setelahnya rikan dosis sesuai dengan berat
(temperatur dievaluasi sampai 8 jam), dan tidak ada badan (evidence level I; kekuatan
perbedaan yang signifikan antara efek antipiretik satu rekomendasi A).
obat atau yang lain pada penelitian yang melibatkan Rekomendasi 17. Pemberian parasetamol rektal
dosis yang multipel. hanya dipertimbangkan bila anak
Risiko dari efek samping telah dilaporkan sama muntah atau pemberian oral tidak
antara ibuprofen dan parasetamol. Pada uji terbaru, memungkinkan (evidence level I;
efek antipiretik dari ibuprofen tampak lebih cepat dan kekuatan rekomendasi A).
bertahan lama dibandingkan dengan parasetamol. Rekomendasi 18. Dosis rektal parasetamol yang me-
Bagaimanapun, perbandingan langsung antara ibu- lebihi dosis standar harus dihindari
profen dan parasetamol bukan merupakan tujuan pada anak karena meningkatkan
utama dari studi tersebut, dan perbedaaan tersebut tidak risiko toksisitas (evidence level I;
tampak secara relevan berhubungan terhadap klinis. kekuatan rekomendasi A).
Rekomendasi 19. Penggunaan parasetamol rektal
Rekomendasi1 harus berdasarkan berat badan
Rekomendasi 12. Parasetamol dan ibuprofen me- daripada umur. Jika dosis yang
rupakan antipiretik yang direko- tersedia dalam kemasan supo-
mendasikan untuk digunakan sitoria melebihi dosis yang sesuai
pada anak-anak (evidence level I ; berdasarkan berat badan, harus
kekuatan rekomendasi A). dipilih rute pemberian yang la-
Rekomendasi 13. Penggunaan asam asetil salisilat in (evidence level I, kekuatan
pada anak tidak direkomendasikan rekomendasi A).
karena risiko terjadi sindrom
Reye (evidence level III; kekuatan Apakah antipiretik ditoleransi dengan baik pada
rekomendasi E). anak?
Rekomendasi 14. Rasio keuntungan-kerugian yang
lemah, steroid sebaiknya tidak Evidence1
digunakan sebagai antipiretik pada Baik ibuprofen dan parasetamol ditoleransi dengan
anak (evidence level III; kekuatan baik pada anak. Dua studi acak melaporkan risi-
rekomendasi E). ko hospitalisasi yang rendah akibat perdarahan
Rekomendasi 15: Kombinasi atau penggunaan yang gastrointestinal, gagal ginjal, atau anafilaksis pada
bergantian antara parasetamol dan penggunaan parasetamol maupun ibuprofen. Pada
ibuprofen tidak direkomendasikan 27.065 anak demam usia 6 bulan hingga 2 tahun
(evidence level VI; kekuatan reko- yang dirandomisasi mendapatkan parasetamol
mendasi D). atau ibuprofen, risiko perawatan karena penyebab
apapun 1,4% (CI95%, 1,3–1,6%) dan tidak berbeda Anak dengan diabetes, riwayat keluarga dengan
berdasarkan antipiretik yg didapat. Tidak ada anak reaksi toksisitas hati, obese, malnutrisi kronik, dan
yang dirawat akibat gagal ginjal akut atau anafilaksis. menjalani puasa yang panjang mempunyai risiko yang
Penggunaan ibuprofen pada pasien dengan dehi- lebih tinggi terhadap toksisitas hati. Sangat disayangkan
drasi sebaiknya berhati-hati dikarenakan meningkatnya evidence atas toksisitas hepar dengan dosis terapeutik
risiko gagal ginjal. Penggunaan ibuprofen tidak parasetamol sangatlah sedikit.
direkomendasikan pada anak dengan varisela karena Penggunaan antipiretik tanpa pemberian resep dan/
berpotensi meningkatkan risiko superinfeksi pada kulit atau tanpa pengawasan medis meningkatkan risiko
dan jaringan lunak dan infeksi Streptokokus invasif. overdosis. Dilaporkan sebagian dari orangtua membawa
Beberapa laporan kasus menunjukkan peningkatan anaknya yang berusia <10 tahun ke instalasi gawat
risiko empiema torasik yg berhubungan dengan darurat dalam 24 jam setelah memberikan parasetamol
penggunaan ibuprofen. Penggunaan ibuprofen harus ataupun ibuprofen dengan dosis yang diketahui orang-
dihindari pada pasien Kawasaki yang telah mendapat tua sebagai dosis antipiretik, tetapi ternyata sebagai dosis
asam asetilsalisilat, karena menghambat efek akhir dari terlalu tinggi. Anak usia <1 tahun mempunyai risiko
anti agregasi trombosit. yang lebih besar untuk mendapatkan dosis yang tidak
tepat. Pada satu studi mengenai kesalahan pemberian
Rekomendasi1 dosis pada pengobatan dengan sirup, kesalahan tersering
Rekomendasi 20. Parasetamol dan ibuprofen ditoleran- ialah akibat misinterpretasi informasi pada leaflet dan
si dengan baik dan merupakan antipiretik yang efektif penggunan sendok teh atau sendok makan dibanding
ketika digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan. dengan penggunaan sendok takar atau spuit oral.
Untuk parasetamol oral, dosis standar 10–15 mg/kg Risiko overdosis yang lebih besar telah dilaporkan
per dosis (maksimum, 1 gr per dosis) diberikan 4–6 pada pemberian rektal dibanding pemberian oral
kali per hari. Dosis terapeutik maksimum 60 mg/kg parasetamol, terutama pada anak yang lebih kecil.
per hari pada anak usia <3 bulan dan 80 mg/kg per hari Penyebab tersering overdosis ialah pemberian produk
pada anak usia >3 bulan (maksimum, 3 gr/hari), dan over-the-counter yang mengandung parasetamol sebagai
dosis toksik ialah >150 mg/kg pada pemberian tunggal. tambahan parasetamol yang telah diresepkan oleh
Untuk ibuprofen oral, dosis standar 10 mg/kg per dosis dokter. Saran dan cara penentuan dosis antipiretik
(maksimum, 800 mg per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sebaiknya dijelaskan kepada orangtua pada setiap
sehari. Dosis terapeutik maksimum 30 mg/kg per hari kunjungan seperti pada Tabel 3.
(maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100 mg/kg Menjelaskan tanda dan gejala dari toksisitas
per hari (level level I; kekuatan rekomendasi A). antipiretik (anoreksia, nausea, muntah, oliguria, nyeri
Rekomendasi 21. Penggunaan ibuprofen tidak dire- perut, hiporesponsif, hipotermia) dan meyakinkan
komendasi pada anak dengan pentingnya untuk segera membawa anak ke instalasi
varisela atau dehidrasi (evidence gawat darurat ketika gejala tersebut timbul
level V; kekuatan rekomendasi Anak tersangka keracunan parasetamol harus
D). dirujuk segera ke instalasi gawat darurat. Meskipun
beberapa tanda yang tidak spesifik (seperti anoreksia,
Hal apa yang harus diperhatikan untuk mencegah nausea, muntah, ketidaknyamanan, dan diaforesis)
toksisitas antipiretik pada anak? yang dapat muncul pada fase awal dari keracunan
parasetamol, seringkali tidak terlihat. Bahkan
Evidence1 overdosis yang serius dapat asimptomatik. Pemberian
Toksisitas parasetamol dapat terjadi setelah pemberian N-acetylcysteine untuk keracunan parasetamol akut
dosis tunggal yang tinggi atau dosis multipel yang paling efektif jika diberikan dini.
berlebihan, dan dapat berhubungan dengan efek Beberapa kasus dari 20 kasus keracunan ibuprofen
samping yang sangat fatal yaitu nekrosis hepar akut. akut pada anak yang telah dilaporkan merupakan
Meskipun dosis tunggal parasetamol 150 mg/kg kasus fatal. Dosis ibuprofen <100 mg/kg jarang
dilaporkan sebagai batas untuk toksisitas hati pada memberik efek toksik pada anak, dosis >400 mg/
anak, toksisitas yang berat telah dilaporkan pada kg berhubungan dengan toksisitas berat. Gambaran
pemberian dosis yang lebih rendah. klinis dari keracunan ibuprofen ialah nausea, muntah,
Rekomendasi1 Evidence
Rekomendasi 27. Neonatus dengan demam usia < Dua tinjauan uji klinis mengenai penggunaan anti-
28 hari harus dirawat karena risiko piretik untuk mencegah kejang demam menyimpulkan
penyakit berat yang meningkat meskipun adanya keterbatasan metodologi pada studi
(evidence level I; kekuatan reko- yang tersedia, tidak didapatinya hasil yang positif atas
mendasi A). penggunaan tersebut.1
Rekomendasi 28. Parasetamol merupakan satu-
satunya antipiretik yang diberikan Rekomendasi
pada neonatus. Dosis dan frekuensi Rekomendasi 30. Penggunaan parasetamol atau
pemberian pada neonatus harus ibuprofen sebagai pencegahan
disesuaikan berdasarkan usia ges- tidak direkomendasikan dalam
tasi (evidence level III; kekuatan mencegah kejang demam pada
rekomendasi A). anak demam (evidence level I;
kekuatan rekomendasi E).1
Apakah sebaiknya antipiretik digunakan dalam
mencegah kejadian ikutan pasca immunisasi?
Kesimpulan
Evidence
Satu systematic review mengenai 5 studi mengemuka- Pengukuran temperatur tubuh di aksila menggunakan
kan bahwa tidak adanya keuntungan yang ber- termometer digital direkomendasikan pada anak usia
hubungan dengan penggunaan ibuprofen atau <4 minggu. Sedangkan untuk anak usia >4 minggu,
direkomendasikan pengukuran di aksila dengan atau gagal ginjal berat atau malnutrisi berat. Bayi baru
termometer digital atau pengukuran di timpani lahir dengan demam harus dirawat inap karena risiko
menggunakan termometer inframerah. Untuk yang meingkat terhadap penyakit berat, parasetamol
pengukuran temperatur tubuh oleh orangtua di rumah, dapat diberikan tetapi dengan penyesuaian dosis
dianjurkan penggunakan termometer digital. Anak berdasarkan usia gestasi. Penggunaan parasetamol atau
yang pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai demam ibuprofen tidak efektif dalam mencegah kejang demam
tetapi dilaporkan oleh orangtua mengalami demam, atau efek samping dari vaksinasi.1
harus dipertimbangkan sedang menderita demam.
Pada bayi kecil, demam tinggi dapat sebagai
faktor prediktif untuk terjadinya infeksi bakteri berat. Daftar pustaka
Penggunaan metode fisik untuk menurunkan demam
tidak dianjurkan, kecuali dalam kasus hipertermia. 1. Chiappini E, Principi N, Longhi R. Management of
Penggunaan antipiretik parasetamol (acetaminophen) fever in children: summary of the Italian Pediatric Society
atau ibuprofen direkomendasikan untuk menurunkan guidelines. Clin Ther 2009; 31: 1826-43.
demam untuk mengurangi ketidaknyamanan. Peng- 2. Walsh A, Edwards H. Management of childhood fever
gunaan kombinasi atau alternatif antipiretik tidak by parents: literature review. J Adv Nurs 2006; 54: 217-
dianjurkan. Dosis antipiretik harus berdasarkan berat 27.
badan anak bukan berdasarkan usia. Pemberian oral 3. Tolan RW Jr. Fever of unknown origin: a diagnostic
parasetamol lebih dianjurkan dibanding pemberian approach to this vexing problem. Clin Pediatr 2010; 49:
rektal, apabila memungkinkan penggunaan ibuprofen 207-13.
tidak direkomendasikan pada anak demam disertai 4. Baraff LJ. Management of infants and young children
varicella atau dehidrasi. Penggunaan ibuprofen atau with fever without source. Pediatr Ann 2008; 37:
parasetamol tidak dikontraindikasikan pada anak 673-9.
demam dengan asma. Data masih sangat terbatas 5. Lierl M. Periodic fever syndromes: a diagnostic challenge
untuk membentuk rekomendasi dalam hal penanganan for the allergist. Allergy 2007; 62: 1349-58.
demam pada anak dengan kondisi kronis, tetapi 6. Klinkhammer MD, Colletti JE. Pediatric myth: fever
peringatan harus diberikan pada kasus gagal hati berat and petechiae. CJEM 2008; 10: 479-82.