Anda di halaman 1dari 10

Artikel Asli

Penanganan Demam pada Anak


Inke Nadia Diniyanti Lubis, Chairuddin Panusunan Lubis
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS. H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan

Fobia demam yang terjadi pada orang tua seringkali mendorong orang tua untuk mencari informasi mengenai
penanganan demam pada anak. Definisi demam bervariasi, tetapi banyak yang mendefinisikan demam
sebagai temperatur >38oC. Pengukuran suhu tubuh anak haruslah mempertimbangkan masalah ekonomis,
juga merupakan pengukuran yang sederahana dan cepat dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada
anak. Berbagai penanganan demam telah diketahui secara umum termasuk dengan pemberian antipiretik
maupun dengan metode fisik. Jenis antipiretik yang disetujui pemberiannya pada anak ialah parasetamol
dan ibuprofen. Pemilihan antipiretik, cara pemberian, dan dosis antipiretik penting untuk diketahui oleh
praktisi maupun orangtua dalam menangani demam, sehingga informasi yang lengkap harus diberikan
kepada orang tua pada setiap kunjungan untuk mencegah kesalahan pemberian obat dan juga mencegah
toksisitas antipiretik. Sari Pediatri 2011;12(6):409-18.

Kata kunci: demam, anak, penanganan

F
obia demam” umum terjadi dikalangan mengenai kekhawatiran orang tua terhadap demam
orang tua dan pengasuh di Eropa, sehingga dan mengenai tata laksana demam yang tidak tepat
seringkali peresepan obat tidak dilakukan telah dipublikasikan dalam beberapa kurun waktu
sesuai dengan kejadian.1 Orang tua sangat terakhir. Perkembangan program pendidikan untuk
khawatir bila anaknya sakit, dan sering mengalami membantu orang tua menangani demam pada anak
kesulitan dalam menilai keparahan penyakit. Demam terbukti efektif. Namun, orang tua tetap khawatir dan
dianggap membahayakan dan digunakan sebagai salah dalam menangani demam, dan mencari informasi
indikator penyakit serius oleh orang tua. Orang tua dan kepastian mengenai cara penanganan demam dari
merasa kesulitan apabila anak mereka sakit, dan merasa keluarga, teman, profesi medis, buku, majalah, dan
tidak memberikan perhatian yang cukup apabila internet.2
demam tidak dapat diturunkan. Beberapa literatur Sejak 1980 fobia demam pada orang tua
diperkuat dengan konsultasi berlebih kepada praktisi
medis mengenai demam ringan, telah menjadi
motivasi penelitian di bidang ini. Penelitian yang
Alamat korespondensi: dilaksanakan pada tahun 1980-an merupakan
Dr. Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Departemen Ilmu
penelitian deskripsi dan dilakukan di Amerika,
Kesehatan Anak, RS. H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, JL. Bunga Lau No. 17 Medan, Sumatera Utara,
Kanada, dan Arab Saudi. Pada dekade ini, hanya
Indonesia Telp: 061 8365663, Fax: 061 8216264, E-mail: inkenadia@ dua penelitian intervensi dengan kontrol yang di-
gmail.com laporkan di Amerika Serikat.2

Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011 409


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

Metode penelusuran Tabel 1. Evidence levels dan kekuatan rekomendasi1


Evidence levels
Penelusuran dilakukan pada basis data Medline, I. Lebih dari > 1 randomized controlled trial dan/atau
CINAHL, PsycINFO, PsycARTICLES dan Web of systematic review of randomized trials
Science dari Januari 1980 sampai Oktober 2004. Artikel II. Satu randomized controlled trial yang di disain
disertakan apabila penelusuran berasal dari negara dengan baik
berkembang, ditulis dalam bahasa Inggris, demam yang III. Studi kohort non randomisasi dengan kelompok
dipantau pada penyakit anak secara umum (kecuali kontrol (baik yang bersamaan ataupun sebelum-
meningitis dan malaria), dan pada penelitian kuantitatif, nya) atau sebuah metaanalisa dari studi-studi
besar sampel lebih dari 30. Kata kunci penelusuran ada- tersebut
lah demam, anak, orang tua, pendidikan, pengetahuan, IV. Studi retrospektif, seperti studi case-control, atau
kepercayaan, kepedulian, temperatur, antipiretik, metaanalisa dari studi-studi tersebut
informasi, dan kombinasinya.2 V. Serial kasus tanpa kelompok kontrol
Identifikasi publikasi dalam bahasa Inggris dan Itali VI. Pendapat ahli atau komite ahli, atau konsensus
yang berhubungan juga dilakukan melalui penelusuran dari konferensi-konferensi, atau berdasarkan
dari Medline dan the Cochrane Database of Systematic pendapat dari anggota kelompok yang sedang
Reviews dari awal penerimaan publikasi hingga 31 De- mengembangkan suatu pedoman
sember 2007. Hasil penelusuran kemudian dievaluasi
dan dipilih berdasarkan relevansi dan metodologinya.1 Kekuatan rekomendasi
A. Kekuatan rekomendasi sesuai dengan prosedur atau
Seleksi penelitian, levels of evidence, dan uji diagnostik tertentu; rekomendasi didukung
kekuatan rekomendasi dengan kejadian ilmiah dengan kualitas yang baik,
meskipun tidak termasuk dalam tipe I atau II
Seleksi penelitian, evaluasi metodologi penelitian, dan B. Meragukan apakah prosedur atau intervensi
proses ekstraksi data dilaksanakan oleh personil yang tersebut harus selalu direkomendasikan, tetapi
terlatih. Pada setiap penelitian evaluasi dan ekstraksi data harus selalu masuk ke dalam pertimbangan
dilaksanakan dengan menggunakan daftar metodologi C. Tidak meyakinkan apakah prosedur ataupun
yang diadaptasi dan diterjemahkan yang berasal dari intervensi sebaiknya atau tidak sebaiknya direko-
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Data yang mendasikan
diekstraksi dari setiap penelitian dirangkum dalam D. Prosedur ataupun intervensi tidak direkomen-
tabel yang spesifik untuk setiap pertanyaan dan tipe dasikan
penelitian. Tabel rangkuman dibuat dalam format yang E. Prosedur ataupun intervensi sangat tidak direko-
direkomendasikan oleh National Institute for health mendasi kan
and Clinical Exellence (NICE) atau dalam format yang
dibuat khusus oleh panel. Metode NGLP digunakan
untuk membagi tingkatan data sesuai 6 tingkatan bukti tral, ekonomis, sederhana, cepat, dan tidak menyebab-
(I-VI) dan 5 gradasi rekomendasi (A-E). Levels of evidence kan ketidaknyamanan pada anak. Pengukuran
dibuat berdasarkan metodologi dan bentuk penelitian, temperatur sentral memerlukan metode invasif, maka
sesuai yang dievaluasi oleh panel. Pendapat panel disusun temperatur diukur dengan cara yang lebih mudah
menggunakan metode konsensus Delphi.1 (tabel 1) melalui aksila, oral, rektal, maupun pada membran
timpani. Pengukuran temperatur melalui rektal secara
Pedoman tata laksana demam umum dianggap yang paling mendekati suhu sentral.
Namun, ketika temperatur sentral meningkat atau
Bagaimana cara pengukuran suhu pada anak yang menurun secara tiba-tiba, temperatur rektal berubah
seharusnya? lebih lama dan dapat berbeda dari temperatur sentral.
Pemeriksaan rektal tidak direkomendasikan pada pasien
Evidence1 keganasan, bayi baru lahir, atau pasien dengan diare,
Metode ideal dalam pengukuran suhu tubuh pada anak neutropenia atau gangguan imun. Feses atau darah
harus menggambarkan secara akurat temperatur sen- dapat berpengaruh terhadap keakuratan pemeriksaan.

410 Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

Sebagai tambahan, metode rektal menyebabkan risiko kemungkinan akan terjadinya keracunan logam.
terjadinya lesi di rektal atau perforasi, serta risiko Termometer digital dapat digunakan untuk
kontaminasi bakteri oleh karena prosedur pembersihan pengukuran pada rektal, oral atau aksila, namun
kurang baik. hasil mungkin dapat berbeda antara satu sama lain.
Pengukuran di aksila mudah dilakukan, namun Tergantung pada perubahan temperatur/waktu
memiliki sensitivitas yang bervariasi dan dapat pengukuran, dapat berhenti sebelum saatnya,
dipengaruhi oleh jenis termometer dan lama peng- cara pengukuran tersebut tidak digunakan untuk
ukuran. Pembacaan di aksila secara umum 0,5oC lebih mendapatkan pengukuran yang akurat.
rendah daripada pembacaan rektal, walaupun konversi Beberapa peneliti mempertimbangkan pengukuran
faktor yang tepat antara dua jenis pengukuran belum timpani dengan menggunakan termometer inframerah
ditetapkan. Hasil pengukuran pada aksila akurat pada sebagai metode pengukuran non invasif untuk temperatur
bayi baru lahir. Pengukuran temperatur tubuh pada oral sentral. Satu studi melaporkan tingginya keakuratan pada
keakuratannya bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh pengukuran dengan metode ini, walaupun beberapa
faktor perancu seperti mukositis, makanan panas atau peneliti lain mendapatkan hasil yang bertentangan,
dingin, temperatur udara serta frekuensi pernapasan. terutama ketika pengukuran tidak dilakukan oleh
Lebih lanjut, pengukuran pada oral memerlukan tenaga profesional. Perbedaan model termometer
kerjasama dari pasien. Termometer merkuri seharusnya inframerah dapat menyebabkan hasil yang bervariasi.
tidak digunakan untuk pengukuran pada oral karena Sebagai tambahan, lekukan liang telinga juga dapat

Tabel 2. Tipe termometer, berdasarkan wawancara telepon dengan sampel acak pada komunitas ahli farmasi di Itali pada tahun
20081
Biaya,
Tipe Tempat/Cara
Perkiraan, Keuntungan Kerugian Komentar
Termometer Pengukuran
_
Merkuri Aksila, oral, 2-5 Mudah dibaca, bia- Rapuh, tidak dapat di- Ditarik dari pasaran
rektal ya murah kalibrasi, waktu peng- pada tahun 2010 karena
ukuran yg lama (5-8 menit risiko keracunan mer-
dengan tipe nonprismatik kuri
klasik, berpotensi terhadap
keracunan merkuri
Digital Aksila, oral, 4-8 Akurasi tinggi, bi- Butuh penggantian ba- Model yang flek sibel
rektal aya murah, waktu terai, kalibrasi sulit dila- lebih dipilih karena
pengukuran singkat kukan, beberapa model alasan keamanan, ti-
(1-2 menit), mem- bergantung pada per- pe “dummy” (pacifier)
punyai alarm akus- ubahan temperatur/ wak- mempunyai akurasi yg
tik yg menandakan tu pengukuran dan dapat kurang
akhir pengukuran berhenti lebih cepat
Cairan Strip plastic di- 1-2 Mudah digunakan, Akurasi dan ketepatan Tipe “mother’s touch”
kristal tempel pada tidak rusak, non yang kurang lebih tepat dibanding
dahi toksik model lainnya
Inframerah Aurikula 30-50 Waktu pengukuran Tidak ada standarisasi Pengukuran aurikula
Kontak kulit 25-60 yg sangat singkat antar model menyebab- dapat memberikan hasil
Non kontak 40-90 (beberapa detik) kan kalibrasi yg tidak akurat ketika dilakukan
tepat, beberapa model oleh tenaga ahli
(aurikula) dapat sulit
untuk dimasukkan, ti-
pe kontak-kulit membu-
tuhkan disinfeksi rutin
atau hanya dikhususkan
pada 1 pasien

Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011 411


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

memberi kesulitan untuk mencapai membran timpani, mengalami kesalahan tergantung


terutama pada bayi baru lahir. Adanya hiperemia dari operator.
atau kotoran telinga juga dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Termometer digital “dummy” (pacifier- Apakah penggunaan metode fisik sesuai untuk
style) dan termometer cairan kristal tidaklah akurat. menurunkan temperatur tubuh anak?
Hasil pengukuran temperatur tubuh pada kulit dengan
menggunakan termometer inframerah harus diinterpretasi Evidence1
dengan hati-hati, dikarenakan berdasarkan laporan jumlah Metode fisik untuk menurunkan demam termasuk
pasien yang terbatas. Begitu juga, masih kurangnya data memandikan, mengelap badan, pemaparan dengan air
untuk menyusun rekomendasi mengenai penggunaan dingin, penggunaan selimut dingin atau kantung es,
termometer alkohol dan gallium. dan menggosokkan tubuh dengan alkohol. Penggunaan
metode fisik dapat berhubungan dengan efek samping,
Rekomendasi1 termasuk peningkatan demam yang paradoksikal
Rekomendasi 1. Pengukuran rektal seharusnya tidak sebagai akibat dari terjadinya vasokonstriksi yang
dilakukan secara rutin pada anak < dipicu oleh penurunan temperatur tubuh, gemetar
5 tahun karena prosedur tersebut dan menggigil yang lama, meningkatnya penurunan
invasif dan menimbulkan rasa tidak energi akibat demam itu sendiri, dan hipoglikemia
nyaman (evidence level III, kekuatan berat, koma ataupun kematian yang berhubungan
rekomendasi D). dengan penggunaan busa mandi dengan etil atau
Rekomendasi 2. Pengukuran suhu tubuh melalui isopropil alkohol. Mengelap tubuh dengan air suam-
oral sebaiknya dihindari pada suam kuku belum pernah dikaitkan dengan terjadinya
anak (evidence level III, kekuatan efek samping yang berat, meskipun berkaitan dengan
rekomendasi D). rasa tidak nyaman.
Rekomendasi 3. Penggunaan termometer merkuri Penggunaan metode fisik ini tidak menguntungkan
tidak direkomendasikan karena pada anak dengan demam, karena dampaknya terbatas
adanya risiko untuk pecah dan dan sementara, dan tidak berpengaruh terhadap
terjadinya toksisitas merkuri (evidence mekanisme pusat pengendali temperatur tubuh.
level III, kekuatan rekomendasi E). Penggunaan metode fisik ini direkomendasikan pada
Rekomendasi 4. Pengukuran aksila menggunakan kasus hipertermia, karena suhu tubuh meningkat
termometer digital direkomendasikan sendiri tanpa pengaruh kerja pusat pengendali suhu
pada anak < 4 minggu (evidence level (seperti, heat stroke dan sunstroke).
III, kekuatan rekomendasi B).
Rekomendasi 5. Di rumah sakit atau rawat ja- Rekomendasi1
lan, pengukuran aksila dengan Rekomendasi 7. Penggunaan metode fisik untuk
menggunakan termometer digital menurunkan demam tidak direko-
atau pengukuran timpani dengan mendasikan (evidence level I; ke-
menggunakan termometer infra- kuatan rekomendasi E).
merah direkomendasikan untuk Rekomendasi 8. Penggunaan metode fisik dire-
anak usia t4 minggu (evidence level komendasikan pada kasus hiper-
II, kekuatan rekomendasi B). termia (evidence level I; kekuatan
Rekomendasi 6. Untuk pengukuran di rumah oleh rekomendasi A).
orangtua atau pengasuh, peng-
ukuran aksila dengan menggu- Apakah terdapat hubungan antara derajat demam
nakan termometer digital dire- dengan derajat penyakit dasar ?
komendasikan pada semua anak
(evidence level II, kekuatan reko- Evidence1
mendasi B). Penggunaan termometer Beberapa studi pada anak menemukan adanya hubung-
inframerah pada timpani tidak an antara suhu tubuh > 41,1oC dengan risiko bakterimia
direkomendasikan, sebab cenderung dan infeksi bakteri invasif, sementara beberapa studi

412 Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

tidak menemukan adanya hubungan. Secara tersendiri, antipiretik yang lebih baik dibandingkan dengan
suhu tubuh yang tinggi (>39 oC) memiliki sensitivitas plasebo, walaupun hasil ini dipengaruhi oleh jumlah
dan spesifisitas yang rendah untuk infeksi bakteri pasien yang sedikit dalam studi.
berat. Demam tinggi menjadi faktor risiko hanya bila Menurut pedoman NICE, antipiretik tidak bisa
dihubungkan dengan variabel lainnya, seperti jumlah digunakan secara rutin pada penanganan anak dengan
leukosit atau nilai CRP yang tinggi. Sebagai tambahan, demam, walaupun dapat digunakan pada anak yang
respon terhadap obat antipiretik bukan merupakan menunjukkan gejala ketidaknyamanan, termasuk
faktor prediksi terhadap penyebab demam. menangis berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang
berkurang, selera makan menurun, dan gangguan
Rekomendasi1 tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan
Rekomendasi 9. Derajat demam tidak dapat dija- penggunaan parasetamol apabila suhu tubuh >39oC.
dikan sebagai indikator terhadap Dan dokumen terbaru dari WHO tidak menganjurkan
risiko adanya infeksi bakteri be- penggunaan rutin antipiretik pada anak, terutama pada
rat (evidence level III; kekuatan situasi keluarga harus menanggung biaya pengobatan
rekomendasi E). dan juga karena peran obat antipiretik pada anak
Rekomendasi 10. Pada beberapa keadaan, misalnya dengan malaria, sepsis atau malnutrisi kronik masih
usia <3 bulan adanya leukositosis belum ditetapkan.
atau peningkatan CRP dan demam
tinggi yang terjadi bersamaan, dapat Rekomendasi1
menjadi faktor prediktif terhadap Rekomendasi 11. Penggunaan antipiretik pada anak
infeksi bakteri berat (evidence level direkomendasikan hanya bila
III, kekuatan rekomendasi C). demam berhubungan dengan
adanya kejadian ketidaknyamanan
Apakah pemberian antipiretik dianjurkan pada (misalnya menangis yang ber-
anak dengan demam ? kepanjangan, iritabilitas, pe-
ngurangan aktivitas, selera ma-
Evidence1 kan yang menurun, gangguan
Demam merupakan salah satu bagian dari pertahanan tidur) (evidence level I; kekuatan
fisiologi alamiah dalam melawan agen infeksi. rekomendasi B).
Mekanisme imunologis meningkat dengan adanya
demam dan kemampuan virus dan bakteri untuk Bagaimana pemilihan antipiretik dan cara pembe-
bereplikasi akan menurun. Suatu randomized riannya
controlled trial pada anak dengan varisela menemukan
bahwa pemberian parasetamol (asetaminofen) tidak Evidence1
mengurangi gejala demam dan dapat memperpanjang Pada satu metaanalisis dari 8 penelitian mem-
proses penyakit. Walaupun demikian, praktisi klinis bandingkan efikasi antara antipiretik parasetamol
sering mengobati demam, dengan pemberian obat dan ibuprofen didapati penurunan temperatur tubuh
antipiretik untuk mengurangi ketidaknyamanan yang lebih tinggi pada anak yang diobati dengan
anak. ibuprofen dibandingkan dengan parasetamol pada
Obat antipiretik yang disetujui untuk digunakan pengukuran setelah 4 jam (perbedaan 0,63°C, p<
pada anak adalah parasetamol dan ibuprofen. Pengguna- 0,001) dan pada 6 jam setelah pemberian (perbedaan
an asetilsalisilat sangat tidak dianjurkan pada anak 0,58°C, p=0,005). Bagaimanapun, penulis tidak
usia <15 tahun oleh karena risiko terhadap sindrom memasukkan rincian dari strategi penelitian mereka,
Reye. Steroid tidak bisa digunakan pada anak dengan dan memasukkan penelitian dengan penggunaan
demam karena rasio keuntungan-kerugian yang rendah. dosis obat yang berbeda dan mengeksklusikan
Dari kelompok NSAIDs, ibuprofen memiliki risiko penelitian yang mengukur temperatur tubuhnya di
yang terkecil terhadap efek samping gastrointestinal. luar jam ke-4 dan ke-6.
Metaanalisis dari 12 studi memberikan hasil yang Suatu metaanalisis pada 17 penelitian yang
tidak meyakinkan bahwa parasetamol memiliki efikasi membandingkan efek antipiretik ibuprofen dan

Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011 413


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

parasetamol, hasil akhir dinilai berdasarkan besar Bagaimanakah pemberian parasetamol yang lebih
penurunan demam setelah dosis tunggal awal dari baik, per rektal atau per oral?
kedua antipiretik. Pada jam ke-4 dan ke-6 setelah
pemberian antipiretik, penurunan demam terjadi Evidence1
15% lebih banyak pada anak di kelompok ibuprofen, Sediaan oral dan rektal dari parasetamol sering
dibandingkan dengan kelompok paracetamol digunakan secara bergantian dengan asumsi keduanya
(besar efek penurunan setelah 2 jam: 0,19 (CI95%, memiliki efek antipiretik yang sama.
0,05-0,33), besar efek penurunan setelah 4 jam:
0,31 (CI95%, 0,19-0,44), besar efek penurunan Rekomendasi1
setelah 6 jam: 0,33 (CI95%, 0,19-0,47). Sebuah Rekomendasi 16. Pemberian oral parasetamol lebih
tinjauan narasi dari 22 penelitian mendapatkan baik digunakan daripada pem-
bahwa dosis tunggal ibuprofen lebih efektif dalam berian rektal pada anak, karena
menurunkan demam dibandingkan dengan dosis absorpsi lebih konstan dan lebih
tunggal parasetamol, dimana ibuprofen lebih efektif memungkinkan untuk membe-
setelah 6 jam pemberian, tetapi tidak setelahnya rikan dosis sesuai dengan berat
(temperatur dievaluasi sampai 8 jam), dan tidak ada badan (evidence level I; kekuatan
perbedaan yang signifikan antara efek antipiretik satu rekomendasi A).
obat atau yang lain pada penelitian yang melibatkan Rekomendasi 17. Pemberian parasetamol rektal
dosis yang multipel. hanya dipertimbangkan bila anak
Risiko dari efek samping telah dilaporkan sama muntah atau pemberian oral tidak
antara ibuprofen dan parasetamol. Pada uji terbaru, memungkinkan (evidence level I;
efek antipiretik dari ibuprofen tampak lebih cepat dan kekuatan rekomendasi A).
bertahan lama dibandingkan dengan parasetamol. Rekomendasi 18. Dosis rektal parasetamol yang me-
Bagaimanapun, perbandingan langsung antara ibu- lebihi dosis standar harus dihindari
profen dan parasetamol bukan merupakan tujuan pada anak karena meningkatkan
utama dari studi tersebut, dan perbedaaan tersebut tidak risiko toksisitas (evidence level I;
tampak secara relevan berhubungan terhadap klinis. kekuatan rekomendasi A).
Rekomendasi 19. Penggunaan parasetamol rektal
Rekomendasi1 harus berdasarkan berat badan
Rekomendasi 12. Parasetamol dan ibuprofen me- daripada umur. Jika dosis yang
rupakan antipiretik yang direko- tersedia dalam kemasan supo-
mendasikan untuk digunakan sitoria melebihi dosis yang sesuai
pada anak-anak (evidence level I ; berdasarkan berat badan, harus
kekuatan rekomendasi A). dipilih rute pemberian yang la-
Rekomendasi 13. Penggunaan asam asetil salisilat in (evidence level I, kekuatan
pada anak tidak direkomendasikan rekomendasi A).
karena risiko terjadi sindrom
Reye (evidence level III; kekuatan Apakah antipiretik ditoleransi dengan baik pada
rekomendasi E). anak?
Rekomendasi 14. Rasio keuntungan-kerugian yang
lemah, steroid sebaiknya tidak Evidence1
digunakan sebagai antipiretik pada Baik ibuprofen dan parasetamol ditoleransi dengan
anak (evidence level III; kekuatan baik pada anak. Dua studi acak melaporkan risi-
rekomendasi E). ko hospitalisasi yang rendah akibat perdarahan
Rekomendasi 15: Kombinasi atau penggunaan yang gastrointestinal, gagal ginjal, atau anafilaksis pada
bergantian antara parasetamol dan penggunaan parasetamol maupun ibuprofen. Pada
ibuprofen tidak direkomendasikan 27.065 anak demam usia 6 bulan hingga 2 tahun
(evidence level VI; kekuatan reko- yang dirandomisasi mendapatkan parasetamol
mendasi D). atau ibuprofen, risiko perawatan karena penyebab

414 Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

apapun 1,4% (CI95%, 1,3–1,6%) dan tidak berbeda Anak dengan diabetes, riwayat keluarga dengan
berdasarkan antipiretik yg didapat. Tidak ada anak reaksi toksisitas hati, obese, malnutrisi kronik, dan
yang dirawat akibat gagal ginjal akut atau anafilaksis. menjalani puasa yang panjang mempunyai risiko yang
Penggunaan ibuprofen pada pasien dengan dehi- lebih tinggi terhadap toksisitas hati. Sangat disayangkan
drasi sebaiknya berhati-hati dikarenakan meningkatnya evidence atas toksisitas hepar dengan dosis terapeutik
risiko gagal ginjal. Penggunaan ibuprofen tidak parasetamol sangatlah sedikit.
direkomendasikan pada anak dengan varisela karena Penggunaan antipiretik tanpa pemberian resep dan/
berpotensi meningkatkan risiko superinfeksi pada kulit atau tanpa pengawasan medis meningkatkan risiko
dan jaringan lunak dan infeksi Streptokokus invasif. overdosis. Dilaporkan sebagian dari orangtua membawa
Beberapa laporan kasus menunjukkan peningkatan anaknya yang berusia <10 tahun ke instalasi gawat
risiko empiema torasik yg berhubungan dengan darurat dalam 24 jam setelah memberikan parasetamol
penggunaan ibuprofen. Penggunaan ibuprofen harus ataupun ibuprofen dengan dosis yang diketahui orang-
dihindari pada pasien Kawasaki yang telah mendapat tua sebagai dosis antipiretik, tetapi ternyata sebagai dosis
asam asetilsalisilat, karena menghambat efek akhir dari terlalu tinggi. Anak usia <1 tahun mempunyai risiko
anti agregasi trombosit. yang lebih besar untuk mendapatkan dosis yang tidak
tepat. Pada satu studi mengenai kesalahan pemberian
Rekomendasi1 dosis pada pengobatan dengan sirup, kesalahan tersering
Rekomendasi 20. Parasetamol dan ibuprofen ditoleran- ialah akibat misinterpretasi informasi pada leaflet dan
si dengan baik dan merupakan antipiretik yang efektif penggunan sendok teh atau sendok makan dibanding
ketika digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan. dengan penggunaan sendok takar atau spuit oral.
Untuk parasetamol oral, dosis standar 10–15 mg/kg Risiko overdosis yang lebih besar telah dilaporkan
per dosis (maksimum, 1 gr per dosis) diberikan 4–6 pada pemberian rektal dibanding pemberian oral
kali per hari. Dosis terapeutik maksimum 60 mg/kg parasetamol, terutama pada anak yang lebih kecil.
per hari pada anak usia <3 bulan dan 80 mg/kg per hari Penyebab tersering overdosis ialah pemberian produk
pada anak usia >3 bulan (maksimum, 3 gr/hari), dan over-the-counter yang mengandung parasetamol sebagai
dosis toksik ialah >150 mg/kg pada pemberian tunggal. tambahan parasetamol yang telah diresepkan oleh
Untuk ibuprofen oral, dosis standar 10 mg/kg per dosis dokter. Saran dan cara penentuan dosis antipiretik
(maksimum, 800 mg per dosis) diberikan 3 atau 4 kali sebaiknya dijelaskan kepada orangtua pada setiap
sehari. Dosis terapeutik maksimum 30 mg/kg per hari kunjungan seperti pada Tabel 3.
(maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100 mg/kg Menjelaskan tanda dan gejala dari toksisitas
per hari (level level I; kekuatan rekomendasi A). antipiretik (anoreksia, nausea, muntah, oliguria, nyeri
Rekomendasi 21. Penggunaan ibuprofen tidak dire- perut, hiporesponsif, hipotermia) dan meyakinkan
komendasi pada anak dengan pentingnya untuk segera membawa anak ke instalasi
varisela atau dehidrasi (evidence gawat darurat ketika gejala tersebut timbul
level V; kekuatan rekomendasi Anak tersangka keracunan parasetamol harus
D). dirujuk segera ke instalasi gawat darurat. Meskipun
beberapa tanda yang tidak spesifik (seperti anoreksia,
Hal apa yang harus diperhatikan untuk mencegah nausea, muntah, ketidaknyamanan, dan diaforesis)
toksisitas antipiretik pada anak? yang dapat muncul pada fase awal dari keracunan
parasetamol, seringkali tidak terlihat. Bahkan
Evidence1 overdosis yang serius dapat asimptomatik. Pemberian
Toksisitas parasetamol dapat terjadi setelah pemberian N-acetylcysteine untuk keracunan parasetamol akut
dosis tunggal yang tinggi atau dosis multipel yang paling efektif jika diberikan dini.
berlebihan, dan dapat berhubungan dengan efek Beberapa kasus dari 20 kasus keracunan ibuprofen
samping yang sangat fatal yaitu nekrosis hepar akut. akut pada anak yang telah dilaporkan merupakan
Meskipun dosis tunggal parasetamol 150 mg/kg kasus fatal. Dosis ibuprofen <100 mg/kg jarang
dilaporkan sebagai batas untuk toksisitas hati pada memberik efek toksik pada anak, dosis >400 mg/
anak, toksisitas yang berat telah dilaporkan pada kg berhubungan dengan toksisitas berat. Gambaran
pemberian dosis yang lebih rendah. klinis dari keracunan ibuprofen ialah nausea, muntah,

Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011 415


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

Tabel 3. Saran dan informasi drasi, terapi bersamaan dengan


s Menyediakan informasi yang jelas mengenai formulasi penghambat ACE, cyclosporine,
obat, dosis yang tepat, dosis maksimum harian, interval metotreksat, litium, baklofen,
pemberian dosis, dan lama terapi. diuretik, kuinolon, dan derivat
s Penjelasan bagaimana menghitung dosis berdasarkan dikumarol) atau oleh parasetamol
berat badan anak dalam kilogram. (diabetes, obesitas, malnutrisi,
s Mendemonstrasikan cara penggunaan yang benar risiko keluarga dengan reaksi
dari alat pengukur dosis, meminta orangtua untuk hepatotoksik, puasa lama, terapi
mengulangi instruksi dan memberitahu bahwa bersamaan dengan karbamazepin,
memberikan tanda pada alat pengukur dapat membantu isoniazid, fenobarbital dan bar-
untuk menandakan dosis yang benar. biturat lainnya, pirimidon, dan
s Tidak menyarankan formulasi dewasa pada anak rifampisin) (evidence level V; ke-
(contoh, membagi dosis dewasa). kuatan rekomendasi A).
s Tidak menyarankan penggunaan formulasi rektal tanpa Rekomendasi 24. Ketika keracunan antipiretik di-
saran medis karena kesulitan pencapaian dosis per curigai, anak harus segera dirujuk
kilogram yang tepat . ke pusat perawatan keracunan atau
s Penjelasan mengenai perbedaan konsentrasi pada instalasi gawat darurat, sebagai
parasetamol sirup dan drops. intervensi yang cepat berkaitan
s Menghilangkan pengertian bahwa semakin banyak obat dengan prognosis yang lebih baik
dikonsumsi anak, maka demam akan semakin cepat (evidence level I; kekuatan reko-
terkontrol. mendasi A).
s Penjelasan bahwa obat harus diberikan oleh orang
dewasa. Dapatkan antipiretik digunakan anak dengan
s Menyediakan informasi mengenai risiko dari overdosis kondisi penyakit kronis?
antipiretik.
Evidence1
Beberapa randomized controlled trial telah melaporkan
nyeri kepala, nyeri epigastrial, gangguan penglihatan, tolerabilitas dari parasetamol dan ibuprofen pada
dan takikardia, kejadian yang lebih jarang termasuk kelompok usia anak seringkali tidak memasukkan anak
kolaps kardiosirkulasi, asidosis, hipokalsemia, dengan kondisi penyakit kronis. Pada investigasi sebuah
hipomagnesemia, hipotermia, perdarahan paru dan metaanalisis dengan 3 buah RCT pada anak demam,
gastrointestinal, gagal ginjal, dan gagal organ multipel. didapati tidak adanya hubungan yang signifikan
Vertigo, krisis apnea, kejang dan penurunan kesadaran antara penggunaan parasetamol atau ibuprofen
(termasuk koma) telah dilaporkan. Bersamaannya dengan episode asma. Penggunaan parasetamol telah
dengan penyakit hati kronis meningkatkan risiko diduga berhubungan dengan peningkatan yang sedang
toksisitas ibuprofen. Pada kasus terminumnya terhadap risiko wheezing.
ibuprofen dengan dosis >100 mg/kg atau pada anak Pada anak dengan kardiopati kronis, penggunaan
yang muncul dengan gejala, activated charcoal harus parasetamol dan ibuprofen harus dengan peringatan
diberikan. untuk mencegah terjadinya kelebihan beban kar-
diovaskular yang dapat terjadi selama demam.
Rekomendasi1 Kemungkinan terjadinya interaksi ibuprofen dengan
Rekomendasi 22. Dosis harus diberikan mengguna- obat antihipertensi dan diuretik harus dipertimbang-
kan alat pengukur yang disediakan kan, dibutuhkan studi spesifik lebih lanjut.
beserta dengan paket obat (evidence
level V; kekuatan rekomendasi A). Rekomendasi1
Rekomendasi 23. Sangat penting bagi klinisi un- Rekomendasi 25. Penggunaan ibuprofen dan pa-
tuk menilai faktor yang dapat rasetamol tidak kontraindikasi
meningkatkan risiko keracunan pada anak penderita asma de-
ibuprofen (misal, varicella, dehi- ngan demam. Parasetamol dan

416 Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

ibuprofen kontraindikasi pada parasetamol dalam mencegah efek samping (ter-


kasus paracetamol- atau NSAID masuk demam) akibat vaksinasi. Satu studi pada >
induced asthma (evidence level I; 300 anak yang divaksinasi terhadap difteri, tetanus,
kekuatan rekomendasi A). dan pertussis (DTP) mendapatkan tidak adanya
Rekomendasi 26. Kurangnya data untuk evaluasi efek protektif dari parasetamol atau ibuprofen pada
penggunaan parasetamol dan ibu- insidens demam, eritema, nyeri, edema, ataupun
profen pada anak demam dengan gatal. Pada 3 studi acak mengenai vaksin DTP,
kelainan kronik lainnya (contoh, baik parasetamol dan ibuprofen yang diberikan
malnutrisi, kardiopati kronik, dan sebelum atau pada saat vaksinasi dan setiap 4-8 jam
hepatopati kronik). Peringatan hingga setidaknya 12 jam setelahnya menunjukkan
dibutuhkan pada kasus gagal hati efektivitas yang signifikan dalam menurunkan
berat atau gagal ginjal berat atau demam, nyeri dan reaksi lokal dibanding plasebo
pada anak dengan malnutrisi (p<0,01). Sehingga, penggunaan antipiretik dapat
berat (evidence level III; kekuatan diindikasikan dalam menurunkan insidens efek
rekomendasi C). samping pada vaksinasi DTP. 1

Bagaimanakah tata laksana demam pada anak usia Rekomendasi


<28 hari? Rekomendasi 29. Penggunaan parasetamol atau
ibuprofen tidak direkomendasikan
Evidence1 untuk menurunkan kejadian de-
Perawatan selalu direkomendasikan pada neonatus mam dan reaksi lokal pada anak
dengan demam karena tingginya risiko terjadinya yang mendapatkan vaksinasi (evi-
komplikasi berat. Meskipun ibuprofen dapat diberikan dence level II; kekuatan rekomen-
pada neonatus dengan indikasi lain (contoh, pada dasi E).1
pengobatan untuk penyakit kardiologi), parasetamol
merupakan satu-satunya yang direkomendasikan oleh Apakah sebaiknya antipiretik diberikan untuk
NICE sebagai antipiretik pada neonatus. mencegah kejang demam pada anak?

Rekomendasi1 Evidence
Rekomendasi 27. Neonatus dengan demam usia < Dua tinjauan uji klinis mengenai penggunaan anti-
28 hari harus dirawat karena risiko piretik untuk mencegah kejang demam menyimpulkan
penyakit berat yang meningkat meskipun adanya keterbatasan metodologi pada studi
(evidence level I; kekuatan reko- yang tersedia, tidak didapatinya hasil yang positif atas
mendasi A). penggunaan tersebut.1
Rekomendasi 28. Parasetamol merupakan satu-
satunya antipiretik yang diberikan Rekomendasi
pada neonatus. Dosis dan frekuensi Rekomendasi 30. Penggunaan parasetamol atau
pemberian pada neonatus harus ibuprofen sebagai pencegahan
disesuaikan berdasarkan usia ges- tidak direkomendasikan dalam
tasi (evidence level III; kekuatan mencegah kejang demam pada
rekomendasi A). anak demam (evidence level I;
kekuatan rekomendasi E).1
Apakah sebaiknya antipiretik digunakan dalam
mencegah kejadian ikutan pasca immunisasi?
Kesimpulan
Evidence
Satu systematic review mengenai 5 studi mengemuka- Pengukuran temperatur tubuh di aksila menggunakan
kan bahwa tidak adanya keuntungan yang ber- termometer digital direkomendasikan pada anak usia
hubungan dengan penggunaan ibuprofen atau <4 minggu. Sedangkan untuk anak usia >4 minggu,

Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011 417


Inke Nadia Diniyanti Lubis dkk: Penanganan demam pada anak

direkomendasikan pengukuran di aksila dengan atau gagal ginjal berat atau malnutrisi berat. Bayi baru
termometer digital atau pengukuran di timpani lahir dengan demam harus dirawat inap karena risiko
menggunakan termometer inframerah. Untuk yang meingkat terhadap penyakit berat, parasetamol
pengukuran temperatur tubuh oleh orangtua di rumah, dapat diberikan tetapi dengan penyesuaian dosis
dianjurkan penggunakan termometer digital. Anak berdasarkan usia gestasi. Penggunaan parasetamol atau
yang pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai demam ibuprofen tidak efektif dalam mencegah kejang demam
tetapi dilaporkan oleh orangtua mengalami demam, atau efek samping dari vaksinasi.1
harus dipertimbangkan sedang menderita demam.
Pada bayi kecil, demam tinggi dapat sebagai
faktor prediktif untuk terjadinya infeksi bakteri berat. Daftar pustaka
Penggunaan metode fisik untuk menurunkan demam
tidak dianjurkan, kecuali dalam kasus hipertermia. 1. Chiappini E, Principi N, Longhi R. Management of
Penggunaan antipiretik parasetamol (acetaminophen) fever in children: summary of the Italian Pediatric Society
atau ibuprofen direkomendasikan untuk menurunkan guidelines. Clin Ther 2009; 31: 1826-43.
demam untuk mengurangi ketidaknyamanan. Peng- 2. Walsh A, Edwards H. Management of childhood fever
gunaan kombinasi atau alternatif antipiretik tidak by parents: literature review. J Adv Nurs 2006; 54: 217-
dianjurkan. Dosis antipiretik harus berdasarkan berat 27.
badan anak bukan berdasarkan usia. Pemberian oral 3. Tolan RW Jr. Fever of unknown origin: a diagnostic
parasetamol lebih dianjurkan dibanding pemberian approach to this vexing problem. Clin Pediatr 2010; 49:
rektal, apabila memungkinkan penggunaan ibuprofen 207-13.
tidak direkomendasikan pada anak demam disertai 4. Baraff LJ. Management of infants and young children
varicella atau dehidrasi. Penggunaan ibuprofen atau with fever without source. Pediatr Ann 2008; 37:
parasetamol tidak dikontraindikasikan pada anak 673-9.
demam dengan asma. Data masih sangat terbatas 5. Lierl M. Periodic fever syndromes: a diagnostic challenge
untuk membentuk rekomendasi dalam hal penanganan for the allergist. Allergy 2007; 62: 1349-58.
demam pada anak dengan kondisi kronis, tetapi 6. Klinkhammer MD, Colletti JE. Pediatric myth: fever
peringatan harus diberikan pada kasus gagal hati berat and petechiae. CJEM 2008; 10: 479-82.

418 Sari Pediatri, Vol. 12, No. 6, April 2011

Anda mungkin juga menyukai