Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia

terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan 17.499 pulau dan luas wilayah

sekitar 7,81 juta km2. Luas wilayah 3,25 juta km2 adalah laut dan 2,55 juta km2

adalah zona ekonomi eksklusif. Luas daratannya hanya sekitar 2,01 juta km2.

Dengan perairannya yang luas, Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan

yang besar. Untuk melindungi wilayah yang luas ini, Indonesia memiliki tujuh

lembaga penegak hukum yang memiliki satuan tugas patroli di laut. Lembaga

penegak hukum tersebut antara lain TNI Angkatan Laut, POLRI Polisi Perairan,

Biro Umum Kementerian Perhubungan Hubla, Biro Umum Perikanan Kelautan

PSDCK, Biro Umum Kepabeanan Kementerian Keuangan; Satgas pemberantasan

Bakamura dan illegal fishing (Satgas115). Keluasan laut yang berada di Indonesia

menjadi bagian tersendiri setiap provinsi yang ada di indonesia, salah satunya

provinsi Aceh. Aceh menjadi salah satu provinsi dengan luas wilayah sekitar

57.956,00 km2 dan memiliki 331 pulau yang ada di provinsi tersebut. (law.ui.id,

2021)

Provinsi Aceh merupakan salah satu bagian Indonesia yang miliki potensi

yang sangat besar dibidang perikanan hal ini dikarenakan hampir seluruh daerah

Kabupaten/kota di Provinsi Aceh memiliki ketersedian laut yang luas. Selain itu,

penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan seperti bahan peledak, listrik

dan bahan kimia dapat membahayakan kerusakan laut pada terumbu karang

sebagai habitat ikan berdasarkan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 Tentang

Universitas Syiah Kuala


2

Perikanan. Terdapat 331 pulau yang berada di Provinsi Aceh salah satunya yaitu

pulau Pinang yang terletak di Kabupaten Simeulue, Kecamatan Simeulue Timur,

Desa, Air Pinang.(repository.utu.ac.id, 2021)

Pulau Pinang merupakan suatu pulau yang terletak di perairan Desa Air

Pinang, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue. Kabupaten Simeulue

sendiri merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Aceh. Kabupaten

Simeulue terdiri dari 10 Kecamatan dan 138 gampong dengan kode pos 23891-

23894 dari total 243 Kecamatan dan 5827 gampong diseluruh Aceh. Kabupaten

Simeulue yang terdiri dari beberapa kecamatan antara lain yaitu kecamatan

Simeulue Timur, Kecamatan Simeulue Tengah, Kecamatan Simeulue Barat,

Kecamatan Simeulue Cut, Kecamatan Teupah Selatan, Kecamatan Teupah Barat,

Kecamatan Teugah, Kecamata Teluk Dalam, Kecamatan Alafan, dan Kecamatan

Salang. Namun Kecamatan Simeulue Timur yang menjadi titik permasalahan

dalam kabupaten tersebut dimana terjadinya konflik antara Kelompok Pengawas

Masyarakat (POKMASWAS) dengan masyarakat nelayan dari luar desa yang

mengakibatkan adanya jatuh korban penganiayaan yang dilakukan

POKMASWAS terhadap nelayan tersebut. (id.wikipedia.org, 2021)

Dampak dari konflik tersebut menimbulkan beberapa pihak yang dirugikan

dan menimbulkan jatuhnya korban akibat dari konflik tersebut. Perbedaan

kepentingan menjadi hal yang mendasar terjadinya konflik, karena selalu ada

suatu tujuan tertentu dari berbagai pihak yang menentang pihak lain atau

pertentangan yang terjadi antar individu atau kelompok sehingga menjadikan

suatu alasan untuk berkonflik yang disertai kekerasan maupun ancaman pada

pihak lawan. (Soerjono, 2006: 91)

Universitas Syiah Kuala


3

Konflik adalah suatu gejala sosial yang tidak dapat dihindari dan akan selalu

hadir dalam kehidupan masyarakat. Konflik bersifat inheren, yang merupakan

akan senantiasa selalu ada dalam setiap waktu dan ruang yang terjadi. Seperti

halnya konflik yang terjadi di Desa Air pinang, Kecamatan Simeulu Timur,

Kabupaten Simeulue. Terbentuknya POKMASWAS tidak berjalan dengan lancar

seperti yang diharapkan, dimana masih terjadi konflik antara POKMASWAS

dengan masyarakat nelayan yang mengakibatkan jatuhnya korban dalam perkara

tersebut. Seperti yang terjadi pada 30 November 2020 lalu, yang menyebabkan

adanya korban penganiayaan yang dilakukan oleh pihak POKMASWAS terhadap

masyarakat nelayan. Kasus kekerasan tersebut terjadi ketika kelompok pengawas

tersebut melakukan razia terkait penggunaan alat tangkap yang dilakukan oleh

para nelayan tersebut yang di duga melanggar aturan perundang-undangan yang

berlaku terkait penangkapan ikan dilaut, sehingga terjadilah konflik antar

kelompok masyarakat dengan para nelayan tersebut yang mengakibatkan jatuhnya

korban. (KKP.go.id, 2021)

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS), di atur

menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58 Tahun 2001

Tentang Tata Cara Pelakasanaan Sistem Pengawasan Masyarakat dalam

Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Beberapa

hal mengapa di bentuknya POKMASWAS tersebut yakni pertama terbentuknya

pengawasan berbasis masyarakat. Masyarakat tersebut dapat berperan aktif dalam

melindungi laut di sekitaran perairan Desa Air Pinang, Kecamatan Simeulue

Timur, Kabupaten Simeulue, yang secara integratif dilakukan oleh pemerintah,

organisasi non pemerintah, serta menyangkut dalam dunia usaha dengan tetap

Universitas Syiah Kuala


4

mengacu kepada peraturan dan perundangan yang berlaku. Kedua, dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mejaga sumber daya kelautan dan

perikanan yang berada di perairan di Desa Air Pinang tersebut. Ketiga, dapat

meningkatakan kerjasama antara masyarakat setempat dan perngawasan sumber

daya kelautan dan perikanan serta aparat keamanan dan penegak

hukum.(KKP.go.id, 2021)

Ada beberapa tugas atau kewajiban dari Kelompok Masyarakat Pengawas

(POKMASWAS) yang akan dijalankan meliputi :

1. POKMASWAS harus bertindak sesuai dengan prosedur-prosedur dan

hukum-hukum yang berlaku;

2. POKMASWAS bertindak tanpa melakukan kekerasan, penyiksaan,

pemaksaan, perlakuan kejam serta tidak melanggar hukum HAM sehinga

tidak menyebapkan sesuatu yang mengancam keselamatan manusia.;

3. POKMASWAS tidak menerima suap serta mengambil hasil dari

tangkapan dari para pelaku pelanggaran sehingga dapat menjaga citra

dalam suatu organisasi tersebut;

4. Dengan penuh tanggung jawab POKMAWAS melaksanakan semua

kegiatan pengamanannya;

5. POKMASWAS perlu adanya koordinasi dengan pengawasan pendamping

dalam pelaksaanan kewenangannya . (KKP.go.id, 2021)

Terbentuknya POKMASWAS tidak berjalan dengan lancar seperti yang

diharapkan, dimana masih terjadi konflik antara POKMASWAS dengan

masyarakat nelayan yang mengakibatkan jatuhnya korban dalam perkara tersebut.

Seperti yang terjadi pada 30 November 2020 lalu, yang menyebabkan adanya

Universitas Syiah Kuala


5

korban penganiayaan yang dilakukan oleh pihak POKMASWAS terhadap

masyarakat nelayan di perairain laut Simeulue, Kecamatan Simeulue Timur, Desa

Air Pinang. Kasus kekerasan tersebut terjadi ketika kelompok pengawas tersebut

melakukan razia terkait penggunaan alat tangkap yang dilakukan oleh para

nelayan tersebut yang di duga melanggar aturan perundang-undangan yang

berlaku terkait penangkapan ikan dilaut, sehingga terjadilah konflik antar

kelompok masyarakat dengan para nelayan tersebut yang mengakibatkan jatuhnya

korban. (aceh.tribunnews.com, 2021)

Korban dari konflik tersebut beberapa mengalami luka serius yakni: Armada

(52), Hamdan (30), Harus Jamil (40), dimana ketiga korban tersebut berasal dari

Desa Ana’o, Kecamatan Teupah Selatan. Kabupaten Simeulue. Sementara dua

korban lainnya masing-masing yakni Murdalami (25), Warga Desa Suka Maju,

Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue. Serta Rusman (45), Warga

Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Akibat penganiayaan yang dilakukan

oleh Organisasi POKMASWAS Desa Air Pinang kepada korban sampai pada 2

Desember 2020 para korban tersebut masih mendapatkan perawatan medis secara

intensif di rumah sakit milik pemerintah daerah Kabupaten Simeulue. Sudah tiga

bulan terjadinya perselisihan antara Kelompok Masyarakat Pengawas

(POKMASWAS) Desa Air Pinang dengan Masyarakat nelayan tersebut yang tak

kunjung selesai. (aceh.tribunnews.com, 2021)

Banyak terjadi pro dan kontra dalam permasalahan tersebut karena di satu

sisi kelompok masyarakat pengawas tersebut menjalankan tugas meraka dalam

melindungi laut disisi lain kelompok masyarakat pengawas tersebut sudah

bertindak sesuatu yang melanggar hukum yang mengakibatkan terjadinya kasus

Universitas Syiah Kuala


6

penganiayaan terhadap para nelaya tersebut. Namun demikian, untuk itu jaringan

Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh (KuALA) memdesak Pemerintah Kabupeten

Simeulue dan Panglima Laot Aceh untuk agar dapat menemui Kapolda Aceh

untuk mencari jalan keluar terhadap kasus tersebut bagaimana baiknya kedepan.

Perselisihan yang terjadi di Desa Air Pinang menunjukan bahwa masih lemahnya

pendapingan dan peningkatan kapasitas yang diberikan oleh pemerintah kepada

nelayan. (www.ajnn.net, 2021)

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa penelitian ini

memfokuskan pada mengapa terjadinya konflik antara kelompok masyarakat

pengawas dengan mayarakat nelayan dari luar desa dan bagaimana peran

pemerintah Kabupaten Simeulue dalam penyelesaian konflik yang terjadi antara

kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) dengan masyarakat dari luar di

Desa Air Pinang, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue.

1.3 Rumusan Masalah

1. Mengapa terjadinya konflik antara Kelompok Masyarakat Pengawas

dengan mayarakat nelayan dari luar desa?

2. Bagaimana Peran Pemerintah Kabupaten Simeulue dalam penyelesaian

konflik yang terjadi antara Kelompok Masyarakat Pengawas dengan

masyarakat dari luar di perairan laut Pulau Pinang?

Universitas Syiah Kuala


7

1.4 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana upaya yang telah

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Simeulue dalam penyelesaian

konflik yang terjadi di desa Air Pinang oleh POKMASWAS dengan

masyarakat dari laur desa.

2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-

faktor terjadinya konflik yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam

permasalahan tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain,yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hal ini dimaksudkan agar pembaca memperoleh pengetahuan yang

lebih baik tentang teori-teori dalam domain Ilmu Politik dan Ilmu

pemerintahan sebagai hasil dari penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap Pemerintah

Kabupaten Simeulue agar kedepanya lebih cepat mengambil tindakan

terhadap konflik yang terjadi antara pokmaswas dengan masyarakt dari

luar di perairan laut Desa Air Pinang Kecamatan Simeulue Timur.

3. Manfaat Akademis

Temuan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pedoman bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa

yang lebih baik.

Universitas Syiah Kuala


8

Universitas Syiah Kuala


BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Penulisan penelitian pertama dilakukan oleh Agussabti, Neliyanti dan Indra

Program Studi MPSPT Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (2017)

yang berjudul “Analisis Tingat Partisipasi Anggota Pokmaswas dalam

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan”. Dalam penelitian ini

bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana tingkatan partisipasi anggota

POKMASWAS dan bagaimana faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi

anggota POMASWAS tersebut. Dalam penelitian ini jenis metode yang

digunakan ialah jenis metode fenomenologi, yang mendeskripsikan tentang

bagaimana segala bentuk suatu tindakan dan juga fenomena yang di lakukan oleh

subyek yang akan diteliti dalam segi pengawasan perairan laut, penelitian ini

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data

tersebut.

Penelitian tersebut dimulai pada 6 januari 2016 dimana lokasi penelitian

dilakukan di Kota Sabang yang terfokus bagaimana peningkatan partisipasi

anggota POKMASWAS diberbagai kelompok wilayah Kota Sabang itu sendiri

seperti kelompok Pante Timur, Pante jaya, Ci Bina, dan berbagai kelompok

lainnya. Waktu penelitian ini berakhir pada 6 juni 2016 dengan menggunakan

sumber data dari kualitatif yang diperoleh dari kuisioner dengan teknis

pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Populasi yang diteliti

adalah masyarakat yang menjadi ketua, dan dua anggota POKMASWAS yang

berjumlah 44 orang 11 POKMASWAS.

9
Universitas Syiah Kuala
10

Penelitian kedua dilakukan oleh Nursahbani Komarudin Bidang PSDKP

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat yang berjudul “Pelaksanaan

Tugas Kelompok Masyarakat Pengawas Dalam Membantu Kegiatan Pengawasan

Penangkapan Ikan di Sepanjang Pantai Utara Jawa Barat Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

31 Tahun 2004 Tentang Perikanan”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

peran Kelompok Pengawas Masyarakat (POKMASWAS) yang sangat membantu

dalam kegiatan pengawasan penangkapan ikan dipesisir pantai Utara Jawa Barat.

Metode penulisan ini menggabungkan spesifikasi penelitian analisis

deskriptif dengan pendekatan hukum normatif. Penelitian keputusan dengan

menggunakan sumber data sekunder dan pendekatan analisis kualitatif

menghasilkan metode pengumpulan data. Hasil temuan mengungkapkan bahwa

tugas POKMASWAS di Jawa Barat dalam operasi penangkapan ikan didasarkan

pada Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan melalui petunjuk teknis pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi POKMASWAS.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Aninda Dyah Ayu Ratri Program Studi

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Malang yang berjudul “Peran Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas)

Dalam Penyadaran Konservasi Penyu Pantai Taman Kili-Kili (Studi di Dusun

Bendogolor, Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan peran kelompok

masyarakat pengawas (POKMASWAS) dalam penyadaran konservasi penyu di

Pantai Taman Kili-Kili, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo, dan Untuk

Universitas Syiah Kuala


11

menjelaskan dampak peran kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS)

melalui penyadaran konservasi penyu di Pantai Taman Kili-Kili terhadap

lingkungan, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo.

Terdapat perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini, dimana

penelitian ini lebih memfokuskan bagaimana peran pemerintah Kabupaten

Simeulue dalam penyelesaian konflik antar POKMASWAS dengan masyarakat

dari luar desa yang terjadi di perairan desa Air Pinang, Kecamatan Simeulue

Timur, Kabupaten Simeulue dan untuk mengetahui bagaimana proses sehingga

terjadinya konflik tersebut.

2.2 Perspektif Teoritis

2.2.1 Peran

Soekanto (2007: 213) berpendapat bahwa peran adalah suatu kedudukan

atau status yang dinamis, ketika seorang individu melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan apa yang didudukinya, maka individu tersebut

sedang menjalankan perananannya. Sedangkan Biddle dan Thomas dalam

Sarwono (2013: 224), mengatakan terdapat serangkaian rumusan dalam peran

yang terbatasi perilaku-perilaku dari individu-individu yang memegang suatu

kedudukan tertentu. Hal ini senada dengan Suhardono (1994: 15),

mengungkapkan bahwa peran adalah seseorang yang mebatasi suatu perilaku

dengang seperangkat patokan dengan menduduki suatu posisi yang telah

ditetapkan.

Suhardono dalam Patoni (2007: 40), mengatakan ada beberapa cara yang

menjelaskan tentang peran yaitu: pertama, menjelaskan tentang historis: konsep

peran tersebut diambil dari konsep drama maupun teater yang sering digunakan

Universitas Syiah Kuala


12

pada zaman Yunani Kuno atau Romawi. Dengan lakon tertentu dalam sebuah

pentas ada seseorang yang menyandang suatu peran yang akan dijalankannya.

Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial, ketika seseorang menduduki

kedudukan dalam strukur sosial tertentu maka seseorang tersebut telah

menjalankan funsi peranan dalam ilmu sosial.

Dalam dunia sosiologi, psikologi, dan antropologi terdapat sebuah teori

peran yang merupakan berpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu.

Peran tersebut biasanya digunakan dalam suatu teater dimana toko-toko

menjalankan perannya masing-masing dan berprilaku secara tertentu. Namun di

dalam masyarakat sendiri memiliki kesamaan dengan posisi aktor yang berada di

dalam suatu teater. Dalam suatu teatar peran tersebut menjadi karakteristik

seorang aktor dalam sebuah pentas drama yang akan di mainkan, begitu pula di

dalam sebuah struktur sosial ketika menduduki suatu posisi yang akan dijalanka.

Dari paparan menurut beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa

teori peran merupakan teori tentang posisi dan prilaku individu yang diharapkan

dari padanya tidak berdiri sendiri, yang dalam kaitannya selalu berada dan

berhubungan dengan orang-orang atau aktor tersebut. Pelaku peran menjadi sadar

akan struktur sosial yang didudukinya, oleh karena itu seorang aktor berusaha

untuk selalu nampak “mumpuni” dan dipersepsi oleh aktor lainnya sebagai “tak

menyimpang” dari sistem harapan yang ada dalam masyarakat.

Universitas Syiah Kuala


13

2.2.2 Aspek-aspek Peran

Terdapat 4 golongang peristilahan dalam teori peran yang dibagi oleh

Biddle dan Thomas. Adapun 4 golongan tersebut adalah :

1. Ada orang-orang yang berperan mengambil bagian dalam intraksi;

2. Terdapat suatu perilaku yang muncul dalam berintraksi;

3. Adanya kedudukan dari setiap orang dalam berprilaku;

4. Berkaitannya antara orang dan prilaku.

A. Orang Yang Berperan

Dalam teori peran terdapat beberapa istilah tentang orang-orang

didalamnya dan orang-orang yang berintraksi di dalam peran dibagi menjadi

dua golongan yaitu:

a. orang yang menjalankan peran yang sesuai dengan perilaku disebut

aktor atau pelaku;

b. sedangkan seseorang yang berhubungan dengan pelaku atau aktort

tersebut disebut target atau sasaran.

B. Perilaku Dalam Peran

a. Harapan tentang peran (expectation)

Harapan tetang peran yang dimaksud adalah harapan dari orang-

orang tentang perilaku yang pantas, dimana seseorang harus mempunyai

peran untuk ditunjukan. Harapan dari perilaku bersifat luas, terdapat

suatu harapan dari suatu orang tertentu atau harapan dari segerombolan

orang-orang.

Universitas Syiah Kuala


14

b. Norma (norm)

Menurut Secord dan Backman norma tersebut merupakan salah

satu dari harapan itu sendiri. Beberapa jenis bagian dari harapan menurut

Secord dan Backman yaitu :

1. Meramalkan (anticipatory), yaitu harapan dimana sesuatu peristiwa

yang akan terjadi;

2. normatif dalam peran (role expectation), dalam menyertai suatu peran

terdapat kaharusan.

c. Dalam peran terwujud suatu perilaku (perfomance)

Seorang aktor dalam perilakunya mewujudkan suatu peran.

Terdapat variasi dan yang dalam peran tersebut, variasi tersebut selalu

memiliki perbedaan dengan aktor yang lain. Namun dalam teori peran ini

hal tersebut dipandang normal dan tidak ada batasnya.

2.2.3 Konflik

2.2.3.1 Definisi Konflik

Kilman dan Thomas (1978) berpendapat, konflik terjadi karena ketidak

cocokan antar tujuan dan nilai-nilai yang ingin dicapai seorang tersebut, baik yang

ada dalam diri orang lain maupun dalam diri orang itu sendiri. Kondisi yang telah

dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat terjadinya emosi

atau stres yang dapat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja.

(Wijono,1993: 4)

banyak makna tentang konflik yang di definisikan berbeda-beda, beberapa

tema umum mendasari sebagian besar dari konflik tersebut. Konflik merupakan

sebuah persoalan perspektif dimana terdapat pihak pihak yang telibat di dalamnya

Universitas Syiah Kuala


15

apakah ada atau tidanya suatu konflik. Jadi dapat mendefinisikan bahwa

terjadinya konflik tersebut akibat perspektif dari pihak yang menganggap pihak

lain yang meberikan pengaruh secara negative.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat terjadi

disebabkan berbedanya perspektif dari suatu individu dengan individu lainnya

yang menurutnya dari pihak individu lainnya dapat memberikan dampat secara

negatif terhadapnya. Seperti halnya dalam kasus yang terjadi di perarairan laut

Pulau Pinang, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue yang

mengakibatkan jatuhnya korban akibat dari konflik tersebut, sehingga banyak

terjadinya pro dan kontra dari konflik ini.

2.2.3.2 Aspek-Aspek Konflik

A. Ciri-ciri Konflik

Menurut Wijono (1993: 37), Terdapat ciri-ciri mengapa konflik

tersebut terjadi. Adapun ciri-ciri terjadinya konflik tersebut yaitu:

a. Paling tidak, ada banyak pihak yang bersengketa, baik individu,

kelompok, atau organisasi dengan tujuan yang berbeda.

b. Terdapat suatu pertentangan yang di akibatkan kedua bela pihak yang

memancin sesutau yang berujung terjadinya konflik;

c. Dalam berinteraksi selalu muncul gejala dari pihak-pihak tertentu

yang saling menekan dan membatalkan untuk memperoleh

keuntungan seperti kedudukan, status, dan tanggung jawab.

Timbulnya interaksi yang sering ditandai dengan gejala perilaku

terencana dari pihak-pihak tertentu untuk saling meniadakan,

Universitas Syiah Kuala


16

mengurangi, dan menekan pihak lain guna memperoleh manfaat

seperti status, kedudukan, dan tanggung jawab;

d. dari pertentangan yang terus berlarut-larut dapat menyebabkan

pertentangan yang saling berhadapan; dan

e. terjadinya ketidak seimbangan yang disebabkan usaha pihak-pihak

pihak yang terkait dengan, status sosial, kedudukan, pangkat,

kewibawaan, kekuasan, pretisie, harga diri, dan sebagainya.

B. Dampak Konflik

Konflik dapat memiliki konsekuensi positif dan negatif, seperti yang

dijelaskan di bawah ini:

a. Dampak positif konflik

Menurut Wijono (1993: 3), apabila upaya pengelolaan dan

penanganan konflik dilakukan secara efisien dan efektif, maka akan

muncul dampak positif terhadap sumber daya manusia, dengan

konsekuensi potensial seperti peningkatan ketertiban dan kedisiplinan

dalam waktu kerja, peningkatan waktu kerja sama yang produktif, dan

peningkatan produktifitas. Mengurangi tuntutan, intrik yang dapat

menyebabkan stres, dan bahkan meningkatkan produktivitas di tempat

kerja.

b. Dampak negative konflik

konflik yang merugikan Hal ini sebenarnya disebabkan oleh

pengelolaan yang tidak efektif, menurut Wijono (1993: 2) yang

menyatakan bahwa ada kecenderungan untuk membiarkan konflik

berkembang sambil menghindari konflik. Akibat munculnya

Universitas Syiah Kuala


17

keadaan-keadaan yakni : Dapat menimbulkan kelalaian dalam

menjalankan tugas masing masing indvidu, waktu bekerja di jadikan

waktu untuk bersantai sehingga dapat menimbulkan konflik internal

dan mengakibatkan penurunan pencapaian dalam suatu bidang yang

dikerjakan.

Adapun Hal ini lebih mengarah pada prinsip teori negosiasi dalam situasi

ini karena prinsip teori negosiasi menjelaskan konflik yang ditimbulkan oleh

posisi yang tidak selaras dan perbedaan perspektif tentang konflik di antara pihak-

pihak yang terkait. Untuk mengatasi masalah tersebut, semua pihak harus

melakukan komunikasi dan negosiasi agar kesepakatan dapat diterima

2.2.3 Manajemen Konflik

2.2.3.1 Pengertian Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian reaksi maupun aksi dalam

suatu konflik dari seorang pelaku maupun pihak luar. Manajemen konflik

mengarah pada suatu pendekatan yang mengarah pada komunikasi dengan secara

terorientasi pada proses antara pihak-pihak luar maupun pelaku dan

mempengaruhi kepitingan masing-masing dengan interpretasi. Stevenin (1993:

139-141), berpendapat bahwa ketika seseorang ditengah-tengah konflik ada

beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, yaitu:

1. Ketikan seseorang sedang memperebutkan kekuasaan dengan orang

lain maka jangan terlalu hanyut dalam permasalahan tersebut;

Universitas Syiah Kuala


18

2. Selalu berada dalam permasalahan tersebut. Sehingga hasil dari

konflik atau dinamika tersebut dapat ditangani dari dalam sehingga

terselesaikan tanpah melibatkan pihak ketiga; dan

3. Ketika terjadi konflik jangan membiarkan seseorang untuk

membangun visi di dalamnya.

2.2.2.2 Metode Manajemen Konflik

Stevenin (2000, 134-135), mengatakan terdapat lima langkah dalam

meraih kedamian ketika terjadi konflik. Apapun masalah yang terjadi dalam

konflik, lima masalah tersebut bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:

1. Pengenalan

Dalam keadaan yang seharusnya, yang didentifikasi antara

kesenjangan dan keadaan. Mendeteksi adalah salah satu kesalahan yang

menjadi perangkap dalam permasalahan (mempermasalahkan sesuatu yang

dianggap tidak ada masalah).

2. Diagnosis

Langkah ini menjadi yang terpenting karena lebih memusatkan

kepada hal-hal yang terpenting bukan hal yang sepele. Langkah ini

menjadi metode yang benar dan telah diuji mengenai apa, siapa, mengapa,

dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna.

3. Menyepakati suatu solusi

Mengumpulkan masukan dari orang-orang yang terlibat mengenai

jala keluar dari permasalahan tersebut. Kemudian menyaring penyelesaian

yang tidak praktis atau tidak dapat diterapkan. Carilah cara yang terbaik

Universitas Syiah Kuala


19

dalam menyelesaikan permasalahan jangan sesekali menyeselasailkan

dengan cara yang tidak baik.

4. Pelaksanaan

Dalam penyelesaian tersebut diharapkan selalu berhati-hati dalam

menimbang hal yang timbul karena dapat menyebapkan keuntungan

maupun kerugian.

5. Evaluasi

Jika suatu penyelesaian masalah tersebut tanpak tidak berhasil

maka kembalilah ke langkah sebelumnya dan coba lagi karena jika terus

berlanjut maka akan melahirkan permasalahan baru.

Universitas Syiah Kuala


20

2.3 Kerangka Berpikir

PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE DALAM


PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT
PENGAWAS DESA AIR PINANG DENGAN NELAYAN DARI LUAR DI
PERAIRAN LAUT PULAU PINANG

Permasalahan :

Bagaimana Peran Pemerintah Kabupaten Simeulue dalam


penyelesaian konflik yang terjadi antara POKMASWAS dengan
masyarakat dari luar di perairan laut Pulau Pinang

Kondisi yang di harapkan :

Dalam konflik yang terjadi antara


Teori :
POKMASWAS dengan masyarakat dari
1. Peran luar desa air pinang segera menemukan
2. Konflik titik terang dalam permasalahan tersebut
3. Manajemen konflik dan pemerintah Kabupaten Simeulue
untuk berperan lebih bijak agar
kedepannya tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan sehingga tidak
menimbulkan lagi jatuhnya korban.

Hasil/Tujuan :

Pemerintah Kabupaten Simeulue diharapkan berperan aktif dalam


penyelesaian konflik antara POKMASWAS dengan Masyarakat dari luar Desa
Air Pinang, Kecamatan Simelue Timur.

Universitas Syiah Kuala


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilakukan di Desa Air Pinang, Kecamatan Simelue

Timur, Kabupaten Simeulue. Penentuan lokasi ini dikarenkan tempat lokasi

terjadinya konflik antara POKMASWAS dengan masyarakat nelayan dari luar

desa, sehingga lokasi ini sangat tepat menjadi lokasi penelitian tersebut.

3.2. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian secara

holistik dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dengan menggunakan

berbagai metode ilmiah. (Moelong, 2007: 6)

Penelitian ini mengambil strategi deskriptif dengan tujuan mencirikan suatu

penelitian atau hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 29), pemahaman

deskriptif adalah strategi untuk menggambarkan atau memberikan gambaran

tentang hal yang diselidiki tanpa melalui data atau sampel yang telah

dikumpulkan apa adanya, melakukan analisis, dan menarik kesimpulan yang luas.

3.3. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaakan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian dan merupakan

orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Informan

21
Universitas Syiah Kuala
22

penelitian juga diyakini sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas tentang

permasalahan yang sedang diteliti.(Moleong, 2015: 163)

Purposive sampling adalah metode untuk mengidentifikasi informan yang

sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, purpose

sampling digunakan untuk mengidentifikasi informan. Merupakan strategi

pemilihan sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Karena

pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak, temuan penelitian tidak dapat

diterapkan pada seluruh populasi. Memilih sumber data atau orang yang dianggap

paling tahu tentang apa yang diharapkan adalah beberapa pertimbangan yang

dimaksud. (Sugiyono,2014: 216)

Dalam penelitian ini, informan yang digunakan adalah orang yang terlibat

langsung dengan POKMASWAS atau yang berkaitan dengan konflik yang terjadi

di perairan Pulau Pinang, Desa Air Pinang, Kecamatan Simeulue Timur,

Kabupaten Simeulue. Adapun Informan tersebut sebagai berikut :

Tabel 3.3 Informan Penelitian


No. Informan Jumlah
1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan 1
Kabupaten Simeulue
2. LSM di bidang Perikanan dan Kelautan 1
3. Kepala Desa Air Pinang 1
4. Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Desa 1
Air Pinang
5. Nelayan yang menjadi korban dari konflik 3
Yang terjadi di perairan Pulau Pinang tersebut
6. Masyarakat Desa Air Pinang dan Anggota 4
POKMASWAS Desa Air pinang
Jumlah 11
Sumber: Data diolah 2021

Universitas Syiah Kuala


23

3.4 Sumber Data

Sumber data kunci dalam penelitian kualitatif, menurut Lofland, adalah

kata-kata dan tindakan, dengan tambahan data seperti dokumen dan sumber

lainnya. Ada dua sumber data dalam penelitian ini yang membantu dalam

penyelesaian penelitian. Sumber data mengacu pada subyek informasi yang

diperoleh. Berikut ini adalah dua sumber data yang telah digunakan:

1. Sumber Data Primer

Pengumpulan data melalui instrumen observasi, wawancara, kerja

lapangan, dan penggunaan dokumen merupakan sumber data primer. Data

yang diperoleh secara langsung melalui studi dari sumber pertama disebut

sebagai sumber data primer.(Sugiyono, 2015: 187)

Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah konflik antara

kelompok masyarakat pengawas dengan nelayan dari luar di Perairan Laut

Pulau Pinang, Desa Air Pinang, Kecamatan Simelue Timur, Kabupaten

Simeulue.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder meliputi informasi yang dikumpulkan langsung

oleh peneliti sebagai pelengkap sumber data primer, seperti tinjauan

pustaka, dokumen, buku, surat kabar, dan arsip tekstual yang berkaitan

dengan hal-hal yang diteliti. Sumber data ini adalah salah satu yang tidak

secara langsung menawarkan data kepada pengumpul data, seperti melalui

orang lain atau melalui dokumen. (Sugiyono, 2015: 187)

Universitas Syiah Kuala


24

Sumber data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk

mendukung temuan dan memberikan penelitian dengan tingkat validitas

yang tinggi.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Tata cara memperoleh data dalam suatu penelitian dikenal dengan istilah

teknik pengumpulan data . Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif

harus tepat dan jelas. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu

wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Untuk mengumpulkan data

baik dari sumber primer ataupun sekunder, peneliti menggunakan teknik sebagai

berikut. (Sugyono, 2014)

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara dua orang di mana mereka

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab untuk mengembangkan

makna dalam masalah tertentu (Sugiyono, 2014: 231). Wawancara ini

merupakan metode pengumpulan informasi dari responden secara

langsung. Wawancara semi terstruktur, yang merupakan semacam

wawancara mendalam, dilakukan. Tujuan wawancara ini adalah untuk

mengidentifikasi kesulitan secara terbuka, dan pihak-pihak yang diundang

untuk wawancara dimintai pandangan dan gagasannya (Sugiyono, 2011).

2. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian

guna memperoleh informasi dari kesulitan-kesulitan yang timbul dikenal

dengan istilah observasi. Penglihatan langsung dapat digunakan untuk

melakukan pengamatan.

Universitas Syiah Kuala


25

Dalam penelitian ini peneliti melihat keadaan langsung pada tempat

penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap

subjek, perilaku subyek, interaksi subyek, seperti mengamati hasi yang

telah terealisasi dari pihak Pemerintah Kabupaten Simeulue dalam

penyelesaian konflik antara Pokmaswas dan masyarakat nelayan dari luar

Desa Air Pinang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa masa lalu. Dokumen dapat

ditulis, difoto, atau dibuat oleh seseorang. Catatan, sejarah, biografi,

peraturan, dan kebijakan adalah contoh dokumen tertulis. Foto, gambar

langsung, sketsa, dan dokumen berbasis gambar lainnya. Dalam penelitian

kualitatif, analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metodologi observasi dan wawancara (Sugiyono, 2012: 326).

4. Kepustakaan

Kepustakaan merupakan data yang diperoleh melalui kajian literatur

seperti karya ilmiah, jurnal, skripsi, surat kabar dan lain-lain untuk

memperoleh data tambahan yang berhubungan dengan permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini. Kegiatan ini untuk mencari sumber data

sekunder yang mendukung penelitian dengan menggunakan bahan

dokumentasi (Moelong, 2012: 217).

Universitas Syiah Kuala


26

3.5.Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tindakan mencari data dan mengumpulkannya secara

metodis dari wawancara, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan dengan

menyusun data dan memutuskan mana yang penting dan perlu diteliti, serta

membuat kesimpulannya mudah didapat (Sugiyono, 2007: 333-345). Analisis

kualitatif digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan tiga

langkah kegiatan analisis, menurut Miles dan Huberman. Langkah-langkah

analisis kualitatif adalah sebagai berikut. (Sugiyono, 2007: 204)

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses mengubah data mentah menjadi

informasi yang relevan dengan memilih, memfokuskan, dan

memvalidasinya, sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan.

Reduksi data adalah jenis analisis yang menajamkan, mengkategorikan,

mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan menyusunnya

sehingga dapat ditarik kesimpulan dan pengorganisasian. Setelah

investigasi lapangan, proses reduksi atau transformasi data berlanjut

hingga laporan akhir yang lengkap selesai dibuat. Hal ini dapat

disederhanakan dan diubah dalam penelitian kualitatif dengan berbagai

cara, seperti melalui ringkasan atau deskripsi singkat, klasifikasi dalam

pola yang lebih luas, dan sebagainya.

b. Penyajian data

Aspek terpenting kedua dari penelitian kualitatif adalah penyajian

data, yang melibatkan penyajian data sebagai informasi dengan

Universitas Syiah Kuala


27

kemampuan untuk menyimpulkan dan menarik kesimpulan. (Ulber

Silalahi, 2009: 340).

Dalam penelitian kualitatif, triangulasi prosedur digunakan untuk

menilai keabsahan data selain reduksi data. Triangulasi adalah strategi

untuk menentukan keabsahan data yang membandingkan wawancara

dengan item penelitian dengan menggunakan sesuatu yang lain

(Moelong, 2004: 330) Triangulasi dapat dilakukan melalui berbagai

prosedur, termasuk wawancara, observasi, dan dokumentasi; tapi,

kebenaran juga bisa berupa data. Triangulasi, menurut akademisi, dapat

efektif untuk menjamin kebenaran interpretasi data karena bersifat

reflektif (Nasution, 2003: 115).

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk

menghilangkan dikotomoni antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif

sehingga di temukan teori yang tepat. Menurut Yim R.K menyatakan

bahwa pengumpulan data triangulasi melibatkan wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Tujuan umum triangulasi adalah meningkatkan

kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset.

c. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisi data adalah penarikan kesimpulan

dan verivikasi. Seseorang peneliti akan mencari penjelasan, keteraturan,

alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum

jelas akan meningkat lebih jelas dan terperinci. Reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau penarikan dari operasi sebelumnya

Universitas Syiah Kuala


28

semuanya dilakukan sebelum melakukan penarikan. Analisisnya,

menurut Miles dan Huberman, bersifat interaktif, bolak-balik antara

pengurangan, pengurangan, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau

pengungkit sepanjang penyelidikan.

Upaya mengidentifikasi fakta apa adanya (natural setting) semakin

menitikberatkan pada proses analisis data untuk kesulitan, dengan

metodologi analisis yang mendalam (verstegen). Langkah-langkah

berikut diikuti untuk menawarkan gambaran umum dari data penelitian:

1. Tahap penyajian data

Data disajikan dalam bentuk deskripsikanyang terintegrasi.

2. Tahap komparasi

Proses membandingkan hasil analisis data yang telah

dideskripsikan dengan interpretasi data untuk menjawab masalah yang

diteliti. Data yang diperoleh dari hasil dekripsi akan dibandingkan dan

dibahas berdasarkan landasan teori, yang dikemukakan di bab 2.

3. Tahap penyajian hasil peneelitian

Tahap ini dilakukan setelah tahap komparasi, yang kemudian

dirangkum dan diarahakan pada kesimpulan untuk menjawab

masalah yang telah dikemukakan peneliti.

Universitas Syiah Kuala


29

3.7. Jadwal Kegiatan Penelitian

Rincian waktu dan jenis kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian

2021-2022

No Rencana Kegiatan Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb

Penelitian

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

Penelitian dan
3.
Penyusunan Penelitian

4. Ujian Sindang Skripsi

Universitas Syiah Kuala


30

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Alheit, J., Lorenzo, E. D., Rykaczewski, R. R., & Sundby, S. (2019). Drivers of
dynamics of small pelagic fish resources: environmental control of long-
term changes. Deep Sea Research Part II: Topical Studies in
Oceanography, 159, 1-3.
Creswell, J. W., & Miller, D. L. (2000). Determining validity in qualitative
inquiry. Theory into practice, 39(3), 124-130.
Dinas Kelautan dan Perikana Kota Sabang. (2016). Data Pokmaswas Bidan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan, Sabang:DKP
Efendy, M. (2009). Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu: Solusi
Pemanfaatan Ruang, Pemanfaatan Sumberdaya Dan Pemanfaatan
Kapasitas Asimilasi Wilayah Pesisir Yang Optimal Dan
Berkelanjutan. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science
and Technology, 2(1), 81-86.
Heridiansyah, J. (2014). Manajemen konflik dalam sebuah organisasi. Jurnal
STIE Semarang (Edisi Elektronik), 6(1), 28-41.
Yuliana, E., & Winata, A. (2012). Pengaruh Karakteristik dan Persepsi terhadap
Tingkat Partisipasi Anggota dalam Kelompok Masyarakat Pengawas
(Pokmaswas) Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Jurnal Bumi
Lestari, 12(2), 251-259.

SKRIPSI

Ratri, A. D. A. (2019). Peran kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS)


dalam penyadaran konservasi penyu pantai Taman Kili-Kili (Studi di
Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten
Trenggalek) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang).
Valiantza, R. D. (2019). Analisis Konflik Sosial Dalam Kasus Pembangunan
Pabrik Semen Gresik Di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati (Doctoral
dissertation, UNNES).

Universitas Syiah Kuala


31

ARTIKEL INTERNET

Law.ui.id (2021) Penegak Hukum Di Wilayah Laut Indonesia


(https://law.ui.ac.id/v3/penegakan-hukum-di-wilayah-indonesia/).
Diakses 3 November 2021

Repository.utu.ac.id (2021) Latar Belakang Provinsi Aceh


(http://repository.utu.ac.id/1109/1/BAB%20I.pdf). Diakses 17 November
2021

Id.wikipedia.org (2021) Kabupaten Simeulue


(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simeulue). Diakses 17
November 2021

KKP.go.id (2021) Tata Cara Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat


Dalam Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan Dan
Perikanan
(https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-
pendukung/Ditjen%20PSDKP/Humas%20PSDKP/Kempen%20KP%20
Nomor%2058%20Tahun%202001%20tentang%20Sismaswas.pdf).
Diakses 17 November 2021

Aceh.tribunnews (2021) Sidang Kasus Dugaan Penganiayaan Nelayan di


Simeulue, Lima Anggota Pokmaswas Sampaikan Pledoi
(https://aceh.tribunnews.com/2021/06/22/sidang-kasus-dugaan-
penganiayaan-nelayan-di-simeulue-lima-anggota-pokmaswas-
sampaikan-pledoi). Diakses 22 Oktober 2021

Ajnn.net (2021) Konflik Nelayan di Simeulue, KuALA desak Pemkab dan


Panglima Laot Temui Kapolda Aceh
(https://www.ajnn.net/news/konflik-nelayan-di-simeulue-kuala-desak-
pemkab-dan-panglima-laot-temui-kapolda-aceh/index.html). Diakses 17
Oktober 2021

Lentera24 (2021) imtek Pokmaswas, Kapolres Simeulue Berikan Arahan dan


Bimbingan
https://www.lentera24.com/2019/11/bimtek-pokmaswas-
kapolressimeulue.html). Diakses 21 Oktober 2021

Universitas Syiah Kuala


32

BUKU

Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif.(Cet XXII). Bandung. PT.


Remaja Rosdakarya Offset.
Moleong, L. J., & Edisi, P. R. R. B. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung:
Penerbit Remaja Rosdakarya.
Ahmad, T. A. (2016). Sejarah Kontroversial Di Indonesia: Perspektif Pendidikan.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Kinseng, R. A. (2019). Konflik kelas nelayan di Indonesia tinjauan kasus
Balikpapan. PT Penerbit IPB Press.
Sudarmanto, E., Sari, D. P., Tjahjana, D., Wibowo, E., Mardiana, S. S., Purba,
B.,& Arfandi, S. N. (2021). Manajemen Konflik. Yayasan Kita Menulis.
Rahmantya, K. F., Wibowo, D., Somad, W. A., Nainggolan, H., Asianto, A. D., &
Nugroho, U. (2016). Profil sumber daya kelautan dan perikanan
Kabupaten Simeulue. Pusat data, statistik dan informasi. Kementrian
Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta, 38.

Universitas Syiah Kuala

Anda mungkin juga menyukai