Anda di halaman 1dari 18

Prosedur Teknik Kamar Operasi

A. Pengertian
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci
hama (steril). Prosedur teknik kamar opersi merupakan sebuah deskripsi mengenai
tahapan-tahapan yang dijalani di dalam kamar operasi.
B. Persiapan tindakan operasi
1. Serah terima pasien
Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat
ruangan dan staf kamar operasi.
Tujuan :
a) Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan
dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan baik dan
mengutamakan keselamatan pasien.
b) Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang
dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut.
Kebijakan : Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas
persiapan pasien calon operasi ini.
Prosedur :
a) Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi
b) Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang berlaku.
c) Petugas ruangan mengisi berita acara.
d) Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien termasuk surat
izin operasi untuk dibawa bersama pasien ke ruang operasi.
e) Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi misalnya :
persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang diperlukan saat operasi
dilakukan yang akan dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
f) Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari petugas
kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan memakai tempat tidur
yang dipakai di ruangan.
g) Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.
h) Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah terima yang
ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar operasi dan ditulis
dalam buku register kamar operasi.
i) Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan
identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin tindakan dan
kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-obatan dan persediaan darah.
j) Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat dalam
berita acara oleh asisten operasi / omloop.
k) Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan medik pasien.
l) Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.
m) .Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi menyerahkan
pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai dengan penandatanganan
berita acara serah terima pasien pasca operasi
2. Persiapan fisik
Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang ditandai oleh:
a) Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan
fisik oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen RSBL menunjukkan
kondisi dalam batas toleransi
b) Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi pemeriksaan
laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain yang diperlukan dengan hasil
pemeriksaan penunjang dalam batas normal atau dalam batas toleransi / aman
c) Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter
konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat
dioperasi
d) Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk menunjang
kelancaran operasi, seperti pemasangan infus, lavement, puasa, istirahat total,
pemasangan Supportif seperti O2, Foley catheter, NGT , dll.
e) Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih.
f) Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter

3. Persiapan mental
a) Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko yang harus
dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai
prosedur.
b) Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi
tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut
keyakinannya masing-masing.
c) Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril.
4. Persiapan area operasi
Pengertian : Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan
dilakukan operasi.
Tujuan : Menyiapkan area operasi untuk menghindari dari infeksi nosokomial.
Kebijakan :
a) Adanya rencana operasi yang ditentukan oleh dokter operator yang diketahui
oleh dokter ruangan, petugas ruangan dan bagian keuangan.
b) Petugas ruangan yang bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi
ini.
Prosedur :
a) Petugas ruangan mengetahui rencana operasi dari pasien tersebut.
b) Petugas ruangan mengetahui jenis operasi yang akan dilakukan sehingga bisa
mengetahui area mana yang perlu dipersiapkan. 3. 2 jam sebelum jadwal
operasi ditentukan, petugas ruangan mempersiapkan area operasi.
c) Selain itu diperhatikan higiene pasien : mulut, kuku, rambut dan kulit.
d) Persiapkan area operasi dengan dilakukan pencukuran di area operasi yang
cukup luas dengan mempertimbangkan keperluan untuk perluasan luka
operasi.
e) Pencukuran menggunakan pisau cukur searah dengan rambut kemudian dicuci
dengan sabun sampai bersih. Setelah dilakukan pencukuran, pasien
dimandikan dan dikenakan pakaian khusus dan memakai tutup kepala.
f) Perhiasan, gigi palsu, kontak lens dan lain-lain harus sudah ditanggalkan dan
diserahkan pada keluaga.

C. Persiapan kamar operasi


1) Pembersihan Rutin
a. Pembersihan Harian
1. Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di bersihkan dan
di desinfeksi
2. Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih,
kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb
3. Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan dengan lampu ultraviolet
secara terus menerus hingga saat dibersihkan keesokan harinya.
4. Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan penanggung jawab adalah Kepala
OK dan Kepala VK
b. Pembersihan Mingguan
1. Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan air
mengalir dan didesinfeksi
2. Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot , dicuci dengan
detergent, di keringkan dan didesinfeksi
3. Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu operasi,trolley anestesi,
Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2,
4. Tabung N2O, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi
5. Kamar mandi dibersihkan
6. Semua peralatan sterilisasi dibersihkan
7. Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .
8. Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah kepala
OK dan Kepala VK
c. Pembersihan Bulanan
1. Dilakukan Pemeriksaan dan penilaian kondisi dan fungsi serta
inventarisasi dan kondisi sarana fisik bangunan, prasarana dan peralatan
serta obat-obatan di kompleks OK– VK
2. Semua bahan medis yang disterilisasi kering diperiksa kapasitas
formalinnya
3. Semua hasil pemeriksaan dilaporkan di rapat bulanan
2) Pembersihan pra dan pasca operasi
a. Pembersihan Pra Operasi
1. Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin
maka ruangan bedah tidak perlu dibersihkan lagi
2. Bila jadwal operasi sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka segera
dilakukan pembersihan ruangan Operasi dan sekitarnya.
b. Pembersihan Pasca Operasi
1. Cipratan pada dinding dibersihkan dan didesinfeksi
2. Lantai dibersihkan dan di desinfeksi
3. Meja Operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Bebaskan pengunci roda,
lantai dibawah meja operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Roda meja
operasi digelindingkan ke atas cairan desinfektan bolak balik. Setelah
selesai semua,kembalikan meja operasi ke posisi semula dan kunci
rodanya.
4. Semua kabel dan selang alat yang beada di dalam ruangan bedah
dibersihkan
5. Alat-alat penunjang seperti suction, cauter meja instrumen bila
terkontaminasi cairan tubuh pasien dibersihkan dan dibawa keluar OK.
Hati hati kontaminasi roda. Bila perlu roda dibersihkan sebelumnya.
6. Setelah selesai, ruangan operasi ditutup dan lampu UV dinyalakan
7. Bersihkan koridor dan ruangan lainnya
8. Penanggung Jawab adalah paramedik yang bertugas di OK
D. Persiapan instrumen, Linen dan peralatan lain
1) Persiapan Instrumen
a. Persiapan instrumen dilakukan oleh instrumenter dibantu oleh Omloop dan
Asisten dua. Bila Operasi cito, maka persiapan dapat dilakukan oleh
paramedik jaga rawat inap
b. Instrumenter mengetahui rencana tindakan operasi.
c. Bila diperlukan instrumenter bisa melihat langsung pasien sehingga
mendapatkan gambaran tentang segala kebutuhan di ruang operasi
d. Instrumen , dan omloop berbagi tugas mempersiapkan instrumen, alat dan
ruangan
e. Instrumen yang akan dipakai dikeluarkan dan disusun pada trolley.
f. Jenis instrumen dan jumlah disesuaikan standar .
g. Instrumen diperiksa kelayakan pakainya. Pastikan kebersihannya.
h. Instrumen dikelompokkan per jenis instrumen.
i. Pastikan semua kunci instrumen terbuka.
j. Lakukan sterilisasi
k. Sterilisasi dapat dilakukan dengan steam pressure (autoclave) atau dry heat
( UV+panas) sesuai prosedur.
l. Siapkan nampan yang sudah dialasi duk steril, Siapkan Trolley yang sudah
dialasi Duk steril berlapis
m. Keluarkan instrumen, letakkan pada nampan kemudian pindahkan pada
trolley. Teknik dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga jarak antara
bahan medik atau instrumen yang keluar dari sterilisator dengan trolley
sependek mungkin dan setertutup mungkin dari kemungkinan kontaminasi
pasca sterilisasi
n. Susun sedemikian rupa sehingga instrumen mudah disediakan secara
berurutan sesuai urutan tindakan.
o. Tutup trolley denganduk sehingga instrumen diatas trolley tertutup
seluruhnya.
2) Persiapan Linen
a. Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen sesuai kebutuhan
jenis tindakan operasi
b. Jenis linen disesuaikan dengan standar
c. Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai sebelum instrumen
d. Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu berlapis 2.
e. Letakkan linen pada trolley
f. Tutup trolley dengan linen steril
E. Pelaksanaan tindakan operasi
1) Surgical Scrub
Pengertian :
Adalah cara cuci tangan bedah yang dilakukan sebelum operasi
Tujuan :
Mencegah terjadinya infeksi dari tangan kepada pasien selama operasi
Kebijakan :
a. Cuci tangan dilakukan ditempat cuci tangan khusus
b. Air yang digunakan adalah air tanah yang mengalir dan sudah teruji secara
biologis
c. Antiseptik yang digunakan adalah Chlorhexidine tanpa diencerkan
Prosedur :
1. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan
2. Pastikan bagian lengan pakaian OK tidak terlalu dekat ke siku
3. Buka keran, biarkan air mengalir sejenak
4. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, alirkan air sedemikian rupa
sehingga seluruh permukaan jari-jari,telapak tangan, punggung tangan,
pergelangan dan lenganbawah terbasuh dan air mengalir ke arah siku
5. Lakukan pada lengan yang satunya.
6. Keluarkan Chlorhexidine secukupnya dengan tangan satu dan menampungnya
dengan tangan lainnya
7. Lakukan tujuh langkah pencucian tangan
8. Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa dibagi2 per
langkah atau lagkah tadi dilakukan berulang2
9. Biarkan keran air terbuka dan air mengalir sepanjang proses cuci tangan tadi
10. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh tangan dan
lengan dengan air mengalir sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan
terbasuh dan buih dari antiseptik terbasuh
11. Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti diatas dengan antiseptik chlorheksidin
sekali lagi.
12. Tutup keran dengan menggunakan siku
13. Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu jabatkan kedua
tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi jangan terlalu dekat dengan wajah.
Kenakan jas operasi dan Handschoen dengan lengan dan tangan masih terbalur
antiseptik
2) Surgical gown
a. Pakaian OK dan APP tim operasi sesuai prosedur
b. Jas wajib dipakai pada setiap operasi sedang hingga besar/
c. luar biasa
d. Setelah cuci tangan selesai, dan petugas sudah di dalam ruang operasi, buka
Ikatan jas operasi
e. Kenakann jas dengan memasukkan tangan dan lengan
f. kedalam lengan jas yang sesuai. Genggam ujung lengan jas dengan tangan.
g. Biarkan omloop mengikatkan tali di bagian belakang jas
h. Ikatlah tali pada lengan jas sehingga ujung lengan jas melekat pada
pergelangan
i. Kenakan Handschoen dan posisikan tangan selalu diatas pusar
j. Ingat, walaupun sudah memakai jas, bagian pusar ke bawah tetap dianggap
non steril.
3) Handgloving
a. Kenakan Handschoen secara hand to hand Glove to glove
b. Handschoen selalu dalam keadaan bagian lengan terlipat keluar.
c. Ambil handshoen kanan dengan tangan kiri dengan memegang bagian lipatan
handschoen kanan yang merupakan sisi yang melekat ke kulit
d. Masukkan tangan kanan hingga semua jari masuk ketempatnya masing
masing. Lepaskan tangan kiri dan biarkan handschoen masih dalam keadaan
terlipat ditangan kanan
e. Ambil handschoen kiri dengan menggunakan tangan kanan yang sudah
memakai handschoen dengan mengaitkan jari tangan kanan ke dalam lipatan,
yaitu sisi yang kelak akan menghadap ke luar, tidak melekat ke kulit
f. Masukkan tangan kiri hingga jari-jari masuk ketempatnya masing masing.
Dengan jari tangan kanan yang masih mengait ke lipatan handschoen kiri,
lipatan kemudian di buka sedemikian rupa sehingga bagian lengan handschoen
menutupi sepertiga distal lengan bawah tangan kiri.
g. Jari tangan kiri mengait ke lipatan handschoen kanan pada sisi yang kelak
menghadap keluar, kemudian membuka lipatan sedemikian rupa sehingga
sepertiga distal lengan bawah kana tertutup handschoen
h. Posisikan tangan diatas pusar
4) Posisikan tubuh pasien
a. Posisi Anestesi
1. Anestesi Umum
Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum pasien sudah
diposisikan terlentang. Posisikan senyaman mungkin. Ikat tungkai pada
bagian atas lutut. Posisi lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.
2. Anestesi spinal
Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk
dengan tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed
operasi, tangan diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar
diatas, lemas, kepala tertunduk. Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi
setelah anestesi
selesai.
3. Posisi Terlentang
Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan
kebutuhan apakah akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau
terlipat dibawah kepala, atau lurus disamping tubuh pasien, Tungkai
biasanya lurus dan terikat pada bagian atas lutut, tambahan-tambahan lain
semisal penyanggah bahu, penyanggah panggul dsb disesuaikan kebutuhan
4. Posisi Litothomi
Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi.
Siapkan penyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut. Letakkan
pelindung / pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian belakang
lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum
terekspos dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman. Posisikan
lengan terlentang dan terikat pada penyanggah .Tutup pasien dengan baik
5. Posisi miring
Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi
terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi
pasien stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.
6. Posisi tengkurap
Idem posisi miring.
5) Antiseptik area operasi
1. Dengan bantuan sponge clamp / klem kassa / penser klem, balurkan Betadine
ke area operasi menggunakan kassa steril
2. Bila area operasi dinilai kotor , terkontaminasi, misal pada fraktu daerah
ekstremitas, terutama tungkai, apalagi fraktur terbuka, area operasi dapat
dicuci dulu dengan NaCl 0,9% steril dengan atau tanpa larutan savlon sebelum
dibalur betadine. Pencucian dilakukan oleh omloop menggunakan handschoen
non steril.
3. Balurkan mulai titik tengah area operasi berputar kekiri atau ke kanan terus
makin luas sedemikian rupa sehingga area yang terbalur betadine cukup luas
dan jauh dari area operasi.
4. Bila terpaksa membalur dengan arah lurus, maka balurkan menjauh area
operasi.
5. Betadine yang dibalurkan harus cukup banyak, tidak tipistipis. Pada area
operasi pembaluran dapat dilakukan berkalikali disertai sedikit tekanan agar
kasa sekaligus berfungsi membersihkan kulit juga.
6. Buanglah kasa ke tempat sampah bila betadine yang terdapatpada kasa tinggal
sedikit. Ganti kasa dengan yang baru sebelum memulai membalur lagi.
7. Daerah sela-sela selangkangan dbalur terakhir. Klem kasa yang sudah dipakai
membalur daerah selangkangan tidak boleh dipakai lagi sebelum disteril
ulang,
8. Setelah selesai antisepsis, klem kasa dipisahkan dengan alat lain dan dianggap
non steril.
9. Bila sudah ditutup dengan duk, betadine pada area operasi dibersihkan dengan
alkohol 70%
6) Menutup area operasi
1. Setelah Proses antisepsis selesai, batasi area operasi dengan duk steril.
2. Pertama tutup bagian tungkai hingga batas bawah area operasi. Pada posisi
lithotomi tutup bagian alas bokong dan bagian bawah bed.
3. Bila menggunakan duk bolong, maka langkah selanjutnya hanya memakai duk
bolong ini.
4. Bila menggunakan duk biasa, maka setelah bagian tungkai, maka tutup bagian
atas pasien hingga batas atas area operasi. Hati-hati duk menutupi wajah
pasien
5. Setelah itu tutup bagian samping tubuh pasien hingga batas lateral area operasi
kiri dan kana. Fiksasi duk dengan doek klem. Posisikan doek klem supaya
tidak menonjol / mengganggu pelaksanaan operasi.
6. Lapisi bagian bawah dengan duk satu lagi sehingga bila bagian bawah dipakai
menyimpan instrumen tidak mudah melorot atau basah dan terkena bed
operasi.

F. Pelaksanaan tindakan pasca operasi


1) Pengelolaan Pasien
a. Perawatan luka operasi
1. Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan
NaCL 0,9% steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas
kesekitarnya.
2. Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine , lalu kasa steril
polos. Fixasi kasa dengan Hypafix atau plester
3. Setelah masuk rawat inap perawatan luka sebagaimana standar asuhan
keperawatan
b. Membersihkan Pasien dan memberikan pakaian
1. Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan pasien dipindahkan ke
brankar dengan hati-hati.
2. Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada bed operasi dengan
air bersih dan washlap. Miring-mairingkan pasien untukmencapai bagian
itu.
3. Sambil dibersihkan, pakaian pasien diiapkan. Kenakan pakaian pada
pasien, beri sarung atau kain bersih, serta selimuti ia.
4. Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar / tidak, pakaian dan
tempat tidur rapi.
c. Recovery Room (RR) dan Pengawasan di ruang rawat inap
1. Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar betul.
2. Petugas OK melaksanakan tugas pasca operasi sambil mengawasi pasien.
Setelah selesai atau setelah pasien stabil dan sadar betul , pasien ditranfer
ke rawat inap.
3. Kemungkinan lain adalah setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer
ke rawat inap dan ditempatkan di HCU untuk beberapa jam sampai pasien
sadar betul dan diawasi petugas rawat inap. Bila sudah sadar betul / stabil,
dapat dipindahkan ke ruangan inapnya.
d. Pengelolaan Linen
1. Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5%, untuk cuci handschoen
operator. Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam pada
waskom tsb.
2. Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember linen kotor
berpenutup.
3. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan
menjatuhkan duk di lantai.
4. Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember tsb.
5. Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap
cairan tubuh pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi
bila terbuat dariparasit dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh
pasien, harus diperlakukan sebagaimana linen.
6. Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember.
7. Penutup kepala dan masker dibuang kedalam tempat sampah infeksius.
Selanjutnya Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan
trolley khusus dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang
laundry.
8. Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.
e. Pengelolaan Instrumen
1. Segera rendam instrumen kedalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat
dalam wadah / ember plastik.
2. Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit.
3. Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka
hitungan 10 menit sejak instrumen terakhir dimasukkan.
4. Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa
membuka pengunci instrumen
5. Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling
dulu dengan larutan chlorine 0,5% untuk kemudian direndam selama 10
menit.
6. Setelah 10 menit lakukan pencucian dengan detergent dan pembilasan
dengan air bersih mengalir dan penyikatan jika diperlukan. Untuk kanul
dispooling dengan air detergent dan dispooling dengan airbersih dan
dibilas.
7. Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan
menggunakan hairdryer
8. Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan
packing kembali dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak
termasuk yang di packing maka instrumen disimpan dalam lemari kaca
yang dilengkapi kantung karbon hidrophilik dan
9. penerangan sekaliguss pemanasan dengan lampu pijar 10 Watt.
g) Pengelolaan Peralatan dan Fasilitas
a. Bed Operasi
1. Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%
2. Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai dibawah bed bisa
dibersihkan. Gulirkan roda diatas genangan larutan chlorine bolak
balik, keringkan lantai, kemudian kembalikan bed ke tempat semula
dan di kunci roda
3. Trolley
Perlakuan sama dengan bed operasi. Trolley diletakkan di ruang
peralatan
4. Brankar dan standar
Perlakuan sama dengan bed operasi. Standar diletakkan di ruang
peralatan, brankar di koridor transport / RR
5. Lampu Operasi
Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%.
Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada
6. Alat anestesi
a) Permukaan trolley di bersihkan dengan chlorine 0,5%
b) Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup.
c) Facemask di bersihkan denganchlorine 0,5%
d) Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen.
7. Monitor EKG
Matikan monitor ECG, cabut kabel dari stekker. Gulung dengan bai
semua kabel dan letakkan padgantungannya.
h) Pengelolaan Ruangan
1. Lantai dibersihkan dengan chlorine 0,5%
2. Dinding dibersihkan dengan chlorine 0,5%
3. Tempat cuci tangan diperiksa kebersihannya
4. Spoolhoek diperiksa kebersihannya
5. Ruang ganti pakaian dan Ruang dokter diperiksa kebersihannya
6. Kamar mandi diperiksa
7. Ruang instrumen diperiksa
8. Ruang RR diperiksa
9. Ruang sterilisasi diperiksa.

G. Dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi


1. Dekontaminasi
Tahap 1 : jika benda mati terkontaminasi cairan atau jaringan tubuh pasien dalam
bentuk yang lebih padat, atau keras, atau jumlah banyak . Biasanya dilakukan
pada linen, sedangkan instrumen dan peralatan jarang terkontaminasi dengan
kondisi seperti diatas. Contoh : Linen terkontaminasi stoolcell, atau feces , atau
sisa makanan akibat muntah. Sebab dikhawatirkan bahan desinfektan yang
selanjutnya akan diberikan bisa berkurang efektifitasnya jika bereaksi dengan
bahan2 tsb.
Cara :
Dilakukan pencucian pada daerah yang terpapar saja dengan bantuan air mengalir
yang kuat / disemprot dan dibantu penyikatan. Dilaksanakan oleh paramedis
sebelum linen ditransfer ke laundry. Dilaksanakan di spoolhoek di OK / VK/
UGD/ HCU / Verbedding.
Tahap 2 : Dengan merendam instrumen / alat / linen dalam larutan chlorine 0,5%
selama 10 menit. Tahap ini dapat membasmi kuman hingga 80% termasuk Virus
HIV, HBV dan HCV
Cara membuat larutan chlorine :
1. Menggunakan Bayclin: 1 bagian bayclin + 9,5 bagian air bersih
2. Menggunakan Presept: 5 gram Presept setiap liter air
3. Menggunakan Kaporit 60%: 1 ons / 100 gram kaporit + 12 liter air bersih
4. Menggunakan Kaporit 0,5%: 14 gram kaporit setiap liter air bersih
Cara merendam :
1. Untuk instrumen dan handschoen Dilaksanakan di spoolhoek di OK / VK/
UGD/ HCU/ Verbedding. Untuk Linen dilaksanakan di Ruang Laundry.
2. Untuk Instrumen dan handschoen larutan chlorine disediakan dalam wadah
plastik. Beri tanda ketinggian pada wadah tersebut untuk tiap kenaikan 1 liter
airnya. Wadah untuk Handschoen dan instrumen terpisah. Untuk Linen ,
larutan chlorine disediakan dalam bak cuci.
3. Handschoen sebelum dilepaskan dicuci dahulu dalam larutan chlorine, baru
dilepaskan sesuai aturan dan direndam dalam keadaan terbalik.\
4. Instrumen direndam dalam keadaan terbuka kuncinya, dan sebaiknya
direndam sekaligus tidak sedikit2. Sebab sifat korosif chlorine, maka masalah
lama perendaman menjadi penting. Bila direndam sedikit-sedikit, maka
hitungan 10 menit dimulai sejak instrumen terakhir dimasukkan.
5. Linen langsung direndam dalam bak berisi larutan chlorine, serta diaduk-aduk
sebentar agar semua linen terbasahi dengan baik.
6. Rendam selama 10 menit.
7. Instrumen kemudian diangkat, dicuci dan disikat dengan air detergent, dan
dibilas dengan air mengalir
8. Handschoen diangkat, dicuci dan dikucek dengan air detergent, dan dibilas
bersih dengan air mengalir
9. Linen diangkat, diperas, dan dibilas bersih dengan air mengalir.
10. Selanjutnya sesuai prosedur pengelolaan masing-masing.
2. Desinfeksi
Adalah suatu proses / kegiatan yang berusaha membasmi sebagian besar
mikroorganisme pada benda mati. Pengertian yang sama pada makhluk hidup
disebut Antisepsis.

No Jenis Karakteristik Penggunaan


Sabun Antiseptik Antiseptik lemah Cuci tangan biasa
Efektif melepaskan
kotoran pada tubu atau
benda mati

Desinfektan kuat
Karbol (phenol) Iritable dan toksik Mengepel Lantai
Cresol (Lysol) dan dinding keramik

Spektrum luas, Antisepsis area


Iodine/Betadine antisepsis/desinfektan tindakan / operasi
sedang Desinfeksi darurat
Tidak begitu toksik, tidak Instrumen
iritatif,tidak korosif
Terpengaruh darah
Ekonomis
Antisepsis dan

Antisepsis dan desinfektan


kuat, spektrum luas Antisepsis tubuh
Alkohol 70% Tidak terlalu toksik, sedikit Desinfeksi darurat
iritatif, mudah menguap, Instrumen
tidak korosif, mdh terbakar
Harga ekonomis

Chlorhexidine Antiseptik kuat, makin kuat Cuci tangan bedah


jika dicampur alkohol atau
detergent Merendam
Tidak toksik Instrumen
Relatif ekonomis

H2O2 (Hidrogen Antiseptik lambat, namun Membersihkan linen


Peroksida) karena melepaskan ion dari darah
dapar membasmi kuman
anaerob
Iritatif pada luka
Ekonomis

Formalin antisepsis dan desinfektan Mengawetkan


kuat spesimen
sangat iritatif dan Desinfeksi
karsinogenik handschoen daur
Bila dicampur ulang
Desinfeksi

3. Strerilisasi
Ada 4 cara sterilisasi yang dilaksanakan:
a. Sterilisasi Steam pressure (Uap Bertekanan) dengan Autoclave
b. Sterilisasi kering dengan Sterilisator Kombinasi UV-Heat
c. Sterilisasi dengan bahan Kimia.

Anda mungkin juga menyukai