”B”
TERHADAP IBU NIFAS Ny.”A” P2002 USIA 34 TAHUN HARI KE 7
DENGAN NYERI LUKA PERINEUM DI DESA KAMPUNGBARU
KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK
TANGGAL 26 APRIL - 8 MEI 2021
Oleh:
DESTIANA ANGGI PRAMILA SARI
NIM 201802056
PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Tn.”B” Terhadap Ibu Nifas Ny.”A” P2002
Usia 31 Tahun Hari Ke 7 Dengan Nyeri Luka Perineum Di Desa Kampungbaru
Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk
Tanggal 26 April – 8 Mei 2021
Mahasiswa
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun
Laporan Praktek Kerja Lapangan di PMB Siti Asiyah, SST mulai tanggal 26 April s/d 8
Mei 2021.
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan penerapan kurikulum pada mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas, khususnya tentang kesehatan ibu dan anak serta KB.
Sehingga kami mendapatkan pengalaman nyata mata kuliah kesehatan ibu dan anak
serta keluarga berencana di masyarakat.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan masukan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu tak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada
1. Ibu Endah Luqmanasari, SSiT, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan STIKES
Karya Husada Kediri
2. Ibu Anis Setyowati, SST, selaku dosen pembimbing Prodi D3 Kebidanan STIKES
Karya Husada Kediri
3. Ibu Bidan Siti Asiyah, SST, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan
4. Keluarga Tn “B” dan mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri Prodi D3
Kebidanan STIKES Karya Husada Kediri dan semua pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pelaksanaan PKL.
Semoga Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa STIKES
Karya Husada Kediri pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.............................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................................iii
Daftar Isi.............................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................2
1.3 Metode Penulisan..................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan...........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Konsep Keluarga...................................................................................................5
2.2 Konsep Teori (Masa Nifas)...................................................................................9
2.3 Nyeri Perineum...................................................................................................21
BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................................22
3.1 Pengkajian...........................................................................................................22
3.2 Analisis Data.......................................................................................................32
3.3 Intervensi.............................................................................................................33
3.4 Implementasi.......................................................................................................33
3.5 Evaluasi...............................................................................................................34
3.6 Catatan Perkembangan........................................................................................35
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................................41
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................................42
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................42
5.2 Saran...................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................43
LAMPIRAN.......................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerpurium yaitu dari kata Puer
yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerpurium berarti masa setelah
melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi. Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan ibu nifas
meliputi perawatan bayi baru lahir, penanganan 2 jam setelah persalinan, dan
pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas, maka prinsip asuhan kebidanan
bagi ibu pada masa nifas dan menyusui harus bermutu tinggi serta tanggap
terhadap budaya setempat (Susilo Rini dan Kumala Feti, 2017).
Di Negara Indonesia insiden kematian ibu sebesar 60% terjadi pada
postpartum atau masa nifas, dan sebesar 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama (Kemenkes RI, 2013) dikutip dari (Kemenkes RI, 2018). Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa 38 % ibu mengatakan nyeri perineum meningkat
pada hari ketujuh setelah persalinan, 60 % dari ibu primipara mengalami
robekan perineum derajat 2 dan 91 % mengalami robekan perineum derajat 3
dan derajat 4. Didalam penelitian studi kohort terdapat 241 ibu postpartum
mengalami nyeri perineum, 172 (92 %) ibu postpartum melaporkan nyeri
perineum pada hari pertama. Sebuah penelitian dengan survei skala besar yang
telah dilakukan 2 bulan pada ibu postpartum sebagian besar hasil penelitian ibu
mengatakan masih merasakan nyeri pada perineumnya, 77 % diantaranya adalah
primipara dan 52 % multipara (Rosmiyati, 2017).
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada di dalam keluarga dan masyarakat (Mansyur, 2020). Pelayanan kesehatan
berbasis komunitas mencakup layanan yang diberikan oleh berbagai tenaga
kesehatan komunitas sesuai pelatihan dan kapasitasnya. Bidan memandang klien
sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi, politik sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur
yang tercakup dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
lingkungan, pengetahuan serta teknologi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam keluarga sehingga
terwujud keluarga yang sehat dan sejahtera.
1.2.2 Tujuan Khusus
v
a) Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga Tn “B” terutama
pada ibu mengenai masa nifas luka jahitan perineum dan cara
mengatasi nyeri luka jahitan perineum
b) Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga Tn “B” mengenai
PHBS terutama mengenai personal hygiene.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
2.1.3 Bentuk Keluarga
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga inti berisi pasangan yang sudah menikah (dan barangkali dengan
satu anak atau lebih).
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga besar adalah keluarga inti yang memasukkan saudara (seperti: bibi,
paman, nenek/kakek dan sepupu).
viii
3) Keluarga dengan orang tua tunggal (Single Parent Family)
Keluarga tunggal terbentuk ketika salah satu orang tua pergi dari keluarga
inti oleh karena kematian, perceraian, atau ketika orang tua tunggal
memutuskan untuk memiliki atau mengadopsi anak
4) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga campuran terbentuk ketika orang tua membawa anak tak sedarah
dari adopsi atau hubungan pemeliharaan orang tua kedalam situasi batu dan
hidup bersama
5) Keluarga Alternatif (Alternative Family)
Hubungan meliputi beberapa orang dewasa dalam satu rumah tangga,
keluarga tanda generasi (kakek-nenek merawat cucu-cucunya), grup
komunal dengan anak, bukan keluarga (orang dewasa tinggal sendiri), dan
pasangan kohabitasi (Novieastari, Enie, 2020).
ix
atau masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
adalah sebagai berikut.
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
6) Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah
kesehatan para anggotanya (KemenKes, 2018).
x
2) Melakukan skrining, mendeteksi masalah, atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB) (Yuliana, Wahida
dan Nul Hakim Bawon, 2020).
3) Tahapan masa nifas
Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin:
a) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
(a) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
(b) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
(c) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
(d) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal
(e) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b) Periode Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
(a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya
(b) Ibu memprioritaskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh
(c) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok
(d) Ibu cenderung terbuak menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi
(e) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
c) Periode Letting Go
(a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian keluarga
(b) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam
kebebasan dan hubungan sosial.
(c) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini (Sulastri, 2020).
4) Perubahan fisiologis masa nifas
a) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem reproduksi
(a) Involusi uterus. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses
involusi ke kondisi sebelum hamil adalah:
xi
(b) Iskemia Miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
(c) Atrofi jaringan. Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
(d) Autolysis. Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum
hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan
progesteron.
(e) Efek oksitosin. Oksitosis menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
(f) Involusi tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Pada pemulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Regenerasi endometrium
terjadi di tempat impantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung didalam desidua
basalin. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lochea.
(g) Perubahan ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain:
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi, ligamen fasia jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.
(h) Perubahan pada serviks
xii
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara
korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan
setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena
hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh.
Namun semikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu
sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternumlebih besar, tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya.
(i) Lochia. Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lochea. Lochia adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal.
(j) Vulva, vagina dan perineum
Perubahan pada periuneum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, latihan otot periuneum dapat mengembalikan tonus tersebut
dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian (Sulastri,
2020)..
b) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem pencernaan
(a) Nafsu makan
Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari.
(b) Motilitas
Secara khas, penurunan tobus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia dapat memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
(c) Pengosongan usus
xiii
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan
lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk
kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur, antara lain:
a) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat.
b) Pemberian cairan yang cukup
c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
e) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah
atau obat yang lain (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim Bawon, 2020).
c) Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem perkemihan
(a) Hemostatis internal
Beberapa hal yang berkaitan dengan caira tubuh antara lain
edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan
akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah
kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena
pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
(b) Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan
tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH
<7,35 disebut asidosis (Tonasih, 2019).
(c) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil. Pada sebagian wanita, dilatasi traktus urinaria bisa
menetap selama 3 bulan (Tonasih, 2019).
d) Perubahan fisiologis masa nifas sistem musculoskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilitas sendi
lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan
(Yuliana, Wahida dan Nul Hakim Bawon, 2020).
e) Perubahan fisiologis masa nifas sistem endokrin
Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu
xiv
pascapartum. Penurunan esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama masa hamil (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim Bawon, 2020).
f) Perubahan fisiologis masa nifas sistem kardiovaskuler
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler/edemafisiologis. Hipervolemia yang
diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu dapat menoleransi
kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300-400 ml
darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar 2 kali
lipat jumlah ini saat operasi sesaria (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim
Bawon, 2020).
5) Kebutuhan fisik nifas
(a) Kebutuhan gizi
Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus mengandung
karbohidrat, tinggi protein, zat besi, vitamin, dan mineral untuk
mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar sekresi.
Ibu nifas dan menyusui membutuhkan tambahan kalori ± 700
kalori pada enam bulan pertama untuk memberikan ASI eksklusif
dan bulan selanjutnya kebutuhan kalori menurun ± 500 kalori,
karena bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI
(Tonasih, 2019).
(b) Ambulasi dini
Ambulasi dini dapat mencegah terjadinya sumbatan pada
aliran darah. Tersumbatnya aliran darah bisa menyebabkan
terjadinya trombosis vena dalam dan dapat menimbulkan infeksi
pada pembuluh darah.
Keuntungan ambulasi dini :
a) Ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat.
b) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan maupun
pendidikan kepada ibu mengenai cara perawatan bayi sehari-
hari.
d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)
(Yuliana, Wahida dan Nul Hakim Bawon, 2020).
(c) Eliminasi
Dalam enam jam pertama postpartum, pasien sudah harus
dapat buang air kecil. Semakin lama urien tertahan dalam
kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien juga
xv
sudah harus dapat buang air besar karena semakin lama feses
tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk
buang air besar secara lancar (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim
Bawon, 2020).
(d) Kebersihan diri
Menjaga kebersihan diri selama masa nifas merupakan
upaya untuk memelihara kebersihan tubuh mulai dari pakaian,
kebersihan dari ujung rambut sampai kaki. Terutama pada daerah
genetalia perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena terdapat
pengeluaran cairan/darah lochea (Yuliana, Wahida dan Nul
Hakim Bawon, 2020).
(e) Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu nifas dan menyusui minimal 8
jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan
siang, ibu dapat beristirahat selagi bayinya tidur (Yuliana, Wahida
dan Nul Hakim Bawon, 2020).
(f) Seksual
Setelah 6 minggu diperkirakan pengeluaran lochea telah
bersih, semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi
dan luka bekas SC biasanya telah sembuh dengan baik, ssehingga
ibu dapat memulai kembali hubungan seksual. Hubungan seksual
yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang.
Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga
produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat.
Cairan pelumas yang minim akan berakibat gesekan penis dan
dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akibatnya akan terasa
nyeri dan tidak jarang akan adea luka lecet baik di dinding vagina
maupun kulit penis suami (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim
Bawon, 2020).
(g) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu pasca
melahirkan, sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan.
Setelah ibu cukup beristirahat dan dilakukan secara bertahap,
sistematis, dan kontinu.
Tujuan senam nifas :
a) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.
b) Mempercepat proses involusi uteri.
c) Memperlancar pengeluaran lochea.
d) Membantu mengurangi rasa sakit.
e) Mengurangi resiko komplikasi.
xvi
f)
Membantu pemulihan dan mengencangkan otot panggul,
perut, dan perineum (Yuliana, Wahida dan Nul Hakim
Bawon, 2020).
6) Jadwal kunjungan masa nifas
Tabel 2.1.4 Jadwal kunjungan nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
Ke 1 Kunjungan 1 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
(pertama) 6-8 jam uteri
setelah persalinan 2. Mendeteksi penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga jika
terjadi masalah.
4. Memfasilitasi ibu untuk pemberian ASI awal.
5. Memfasilitasi, mengajarkan cara hubungan ibu
dan bayi (bounding attachment).
xvii
lebih berat dipilih preparat analgesi yang lebih kuat berupa anti inflamasi non-
steroid seperti ibuprofen atau pemberian diklofenak (Pangastuti, Nuning. 2021).
Untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada perineum yang terluka dapat
diberikan sebagai berikut :
a) Teknik distraksi, merupakan salah satu upaya untuk melepaskan emdorfin,
penggunaan musik dirumah dapat memberikan stimulus sensori yang
menyenangkan, sehingga dapat menyebabkan pelepasan endorfin
(Rosmiyati, 2017).
b) Teknik relaksasi, merupakan metode yang dapat digunakan untuk
menurunkan kecemasan dan ketegangan otot (muscle tension).
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru
dalam udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil
terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
c) Stimulasi kulit
Masase adalah melakukan tekanan pada jaringan lunak, biasanya otot,
tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan
posisi sendi yang ditujukan untuk meredakan nyeri, menghasilkan
relaksasi / memperbaiki sirkulasi.
Kompres es dingin, memberi rasa dingin pada daerah luka dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga
memberi efek dingin pada daerah tersebut (Pakpahan, Sulastry dan
Sianturi, Elly. 2021).
xviii
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Anamnesa Dilakukan
Tanggal/jam : 7 Mei 2021 / 15.00 WIB
Oleh : Destiana Anggi Pramila Sari
Tempat : Rumah Tn. B
A. Struktur Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga: Tn. B
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Penghasilan : Rp. 2.500.000
Alamat : Ketangi-Kampungbaru
b. Daftar Anggota Keluarga
e. Pola Kebiasaan
N Anggota Pola Makan / Pola Istirahat Pola Eliminasi dan Kegiatan
o. Keluarga Minum Personal Hygiene
1. Tn. B - Makan 3x sehari - Siang tidur - BAK ±5x /hari Bekerja setiap
dengan menu jarang tidur - BAB 1x /hari harinya ± 8 jam
nasi sayur dan - Malam tidur ±6-7 - Mandi 2 x /hari
xix
lauk. jam per hari
- Minum air putih
± 6-7 gelas
sehari dan
minum kopi
setiap pagi hari
dan sore hari.
Tanpa ada
pantangan dan
keluhan dalam
pola minum dan
minum.
2. Ny. A - Makan 3x - Siang tidur ±2 - BAK ±4x perhari Setiap hari di
perhari porsi jam saat bayinya - BAB 1x /hari rumah, dan
sedang nasi tdur terkadang - Mandi 2x /hari
sekarang
sayur lauk ibu juga ikut
- Minum air putih tidur melakukan
± 5-6 gelas - Malam tidur ± 7- aktivitas
perhari 8 jam tapi sering pekerjaan rumah
Tanpa ada bangun untuk tangga dibantu
pantangan dan menyusui
keluarga.
keluhan dalam bayinya
pola minum dan
minum.
3. An. K Susu formula - Siang tidur 8 - BAK ±6-7x perhari Setiap hari di
dan makanan jam - BAB 1x/hari rumah bersama
- Malam tidur 12- - Mandi 2x/hari
tambahan lain ibunya belum
15 jam
boleh diajak
keluar rumah
terlalu jauh
hanya disekitar
rumah.
4. By R ASI Eksklusif - 13-14 jam di -BAB 4-6x/hari Menyusu dan
siang hari bahkan sampai menangis saat
- 11 jam di malam 10x/hari
akan disusui
hari -BAK 4-6x/hari
xx
B. Sosial Buaya dan Ekonomi
Nama
N
Anggota Pekerjaan Penghasilan Peran dalam Keluarga
o
Keluarga
1 Tn B Wiraswasta Pendapatan rata-rata Tn.B Rp. Tn.B kepala keluarga yang
2.500.000,00 perbulan dari bertugas menafkahi dan
pekerjaan Tn B sebagai membimbing keluarganya
wiraswasta, Pengeluaran
terbanyak keluarga adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari (makan, keperluan
rumah tangga dan kebutuhan
lainnya) sisanya akan ditabung.
2 Ny A IRT - Ny.A bertugas sebagai ibu
rumah tangga seperti bersih-
bersih rumah menyiapkan
makanan dan keperluan
suami serta anaknya.
3 An. K - - An.K hanya minum susu
formula dan makanan
tambahan lainnya.
4. By R - - By R hanya minum ASI
Eksklusif dari ibunya
C. Lingkungan
a. Keadaan rumah : Dinding rumah dari tembok, jumlah ruangan ada 6
yang terdiri dari ruang tamu, kamar tidur 2, dapur,
kamar mandi, serta ruang bersantai.
b. Sumber air minum : sumber air minum setiap hari membeli air galon
c. Pembuangan sampah : tempat pembuangan sampah berada di belakang
rumah dan dibakar.
d. Pembuangan tinja : Pembuangan tinja pada WC.
e. Kandang ternak : Tidak ada
xxi
Pengobatannya
biasa dengan
obat yang dibeli
di apotek atau
terkadang
datang kebidan.
2. Ny.A Ny. A tidak Keadaan Sebelum Imunisasi Melahirkan
memiliki gizi Ny. A melahirkan TT 5 x spontan
penyakit yang baik, dan anak pertama pervaginam
serius (menular, tidak ada Ny. M pernah di bidan
menahun, tarak menggunakan dengan
menurun). makan KB suntik 3 jenis
Biasanya hanya bulan selama kelamin
demam, batuk, 1 tahun. laki-laki,
flu, nyeri luka Kemudian BB 3.100
jahitan . tidak gram, PB
Pengobatannya menggunakan 49 cm
biasa datang KB dan
kerumah bidan Hamil anak
pertama.
3. An. K An. K tidak Keadaan - Imunisasi -
memiliki gizi An. K dasar
penyakit yang terpenuhi, lengkap
serius (menular, dengan
menahun, ASI
menurun). dan ekseklusif
belum pernah dan
sakit makanan
tambahan
lain seperti
(nasi, lauk,
sayur)
4. By R By R usia 6 hari ASI - Hb 0 BB : 3500
keadaan baik Eksklusif gram
dan sehat PB : 50 cm
xxii
G. Status Kesehatan Keluarga
1) Tn. B
S : mengatakan tidak memiliki keluhan apapun sekarang ini
O:
KU : Baik
Kesadaran : composmetris
TD : 120/70 mmHg
N : 75/menit
S : 36,70C
RR : 20x/menit
TB : 162 cm
BB : 69 kg
A : Tn B usia 41 tahun, KU baik dengan keadaan normal
P:
2) Ny. A
S : Ny. A mengatakan baru melahirkan anak pertamanya 6 hari yang lalu
secara spontan dan berjenis kelamin laki-laki.
O:
KU : Baik
Kesadaran : composmetris
TD : 110/80 mmHg
N : 82/menit
xxiii
S : 36,50C
RR : 22x/menit
BB sebelum : 47 kg BB sekarang : 53 kg
TB : 160 cm
LILA : 26 cm
Muka : tidak ada odema, tidak ada cloasma gravidarum
Genetalia : luka perineum masih sedikit basah, tidak berbau, lochea
sanguilenta.
3) An. K
xxiv
S : Ny A mengatakan balita K tidak memiliki keluhan apapun
O:
KU : Baik
Kesadaran : Composmetris
S : 36,60C
N : 90x/menit
RR : 24x/menit
A : Balita K usia 4 tahun keadaan normal dan baik
P:
1) Memberitahu dan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
balita K dalam keadaan normal.
E/ Ny. A mengerti dan paham dengan apa yang telah disampaikan
2) Memberitahu keluarga untuk memberikan nutrisi seimbang seperti susu
dan makanan tambahan lain agar balita K dapat tumbuh kembang dengan
baik.
E/ Ny A dan Tn B mengerti
3) Menganjurkan Tn B dan Ny A untuk memberikan kasih sayang kepada
balita K dengan memberikan pengertian tentang adik barunya agar tidak
terjadi siblings rivalry.
E/ Ny A dan Tn B mengerti
4) By. R
S : Ny. M mengatakan bahwa bayinya baru lahir 6 hari yang lalu berjenis
kelamin laki-laki dan tidak memiliki keluhan apapun.
O:
KU : Baik
Kesadaran : Composmetris
S : 36,60C
N : 140x/menit
RR : 24x/menit
BB : 3.500 gram
PB Lahir : 50 cm
A : By R neonatus aterm usia 6 hari lahir pervaginam dengan keadaan
normal dan baik.
P:
1) Memberitahu dan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
bayinya dalam keadaan normal.
E/ Ny. A mengerti dan paham dengan apa yang telah disampaikan
xxv
2) Menganjurkan dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif
kepada bayinya
E/ Ny. A bersedia
3) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dan menjaga
kehangatan bayinya setiap hari
E/ Ny. A bersedia melakukannya
4) Menganjurkan ibu untuk menjaga tali pusat bayi agar tidak infeksi
dengan mengganti kasanya
E/ Ny. A mengerti dan bersedia melakukan
5) Menjelaskan pada ibu tanda bahaya yang terjadi pada bayi baru lahir.
E/ Ny. A mengerti
6) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kepada bayinya
sesuai jadwal atau saat ada posyandu.
E/ Ny. A mengerti dan bersedia.
xxvi
Tanggal/jam Dx/Mx/Kebutuhan Data dasar
tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
Dada : Simetris ka/ki, puting susu
menonjol dan sudah ada pengeluaran
Genetalia : Vagina bersih, tidak ada
tanda infeksi (REEDA), luka perineum
masih basah, lochea rubra (merah
kehitaman), tidak ada hemoroid atau
perdarahan.
Ekstremitas : tidak ada oedema, tidak
ada varises, tidak ada tanda homan
(kekakuan sendi), turgor kulit baik
2. Perumusan Masalah
a. Apa penyebab ibu mengalami nyeri luka perineum?
b. Bagaimana cara mengurangi sakit nyeri luka perineum?
3. Prioritas Masalah
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan bagi ibu
Kemungkinan 1/2 x 2 1 Adanya keinginan ibu untuk
masalah dapat memelakukan pemeriksaan
diubah nifas
Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Terjadinya nyeri luka jahitan
dapat dicegah perineum pada masa nifas
dapat dicegah dengan
relaksasi, tidak tarak
makanan, istirahat cukup,
motivasi ASI Eksklusif
Penonjolan 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari dan
masalah perlu mengatasi masalah
tersebut
Jumlah Skor 2 4/3
3.3 INTERVENSI
xxvii
Tanggal DX, Mx dan Intervensi
Kebutuhan
depan ke belakang menggunakan sabun dan
air bersih
5. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan
Tujuan : berprotein tinggi agar luka segera kering,
Setelah dilakukan anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur-
asuhan masa nifas sayuran, buah-buah an
diharapkan 6. Beritahu ibu untuk tidak tarak terhadap
a. Masa nifas ibu makanan
berjalan normal 7. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya
b. Ibu dapat masa nifas spt demam, bengkak pada muka
mengontrol rasa dan kaki
nyeri 8. Beritahu ibu untuk tidak perlu takut atau
c. Kondisi ibu dalam khawatir terhadap luka jahitan saat BAK
keadaan baik atau BAB, jika setelah BAB atau BAK
d. Masalah basuh dengan bersih menggunakan sabun
ketidaknyamanan dan air bersih
dapat teratasi 9. Motivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya
sampai 6 bulan
10. Lakukan pemantauan dan kontrol ulang 1
Kriteria Hasil : minggu
a. TTV dalam batas 11. Anjurkan ibu untuk rutin minum tablet Fe
normal dan vitamin
Tekanan Darah
(100/60-130/80
mmHg)
Nadi (80-100x/
menit)
RR (12-20x/ menit)
Suhu(36,5-37,50C)
3.4 IMPLEMENTASI
Tanggal/jam Dx/Mx/Kebutuhan Implementasi
07-05-2021 / Dx: 1. Memberitahu informasi kepada ibu tentang
Jam 15.30 hasil pemeriksaan normal ibu dan bayi dalam
Ny “A” usia 34 tahun keadaan baik
P2002 postpartum hari 2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
ke 7 dengan nyeri untuk mengurangi nyeri luka jahitan
perineum 3. Memberitahu ibu untuk meningkatkan
istirahat cukup
4. Mengajarkan ibu untuk selalu menjaga
personal hygiene terutama membasuh
genetalia dari depan ke belakang
menggunakan sabun dan air bersih
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi
xxviii
Tanggal/jam Dx/Mx/Kebutuhan Implementasi
makanan berprotein tinggi agar luka segera
kering, anjurkan ibu untuk mengonsumsi
sayur-sayuran, buah-buah an
6. Memberitahu ibu untuk tidak tarak terhadap
makanan dan asupan cairan tercukupi
7. Memberitahu tanda-tanda bahaya masa nifas
seperti demam, bengkak pada muka dan kaki
8. Memberitahu ibu untuk tidak perlu takut atau
khawatir terhadap luka jahitan saat BAK atau
BAB, jika setelah BAB atau BAK basuh
dengan bersih menggunakan sabun dan air
bersih
9. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui
bayinya sampai 6 bulan sampai bayi
mendapatkan MPASI
10. Menganjurkan ibu untuk konsumsi Tablet Fe
dan Vitamin yang di berikan secara rutin
3.5 EVALUASI
xxix
3.6 CATATAN PERKEMBANGAN
2. Keluhan utama :
o Ny. A mengatakan baru melahirkan anak keduanya 6 hari yang lalu
secara spontan pervaginam di bidan dan mengeluh nyeri pada luka jahitan
perineum.
3. Riwayat Menstruasi :
a. Siklus haid : 28-30 hari (teratur)
b. Lama : 7-8 hari
c. Karakteristik : Cair, merah segar, terkadang ada gumpalan
d. HPHT : 25-7-2020
e. TP : 02-05-2021
xxx
1 1 1 40 - √ - - - √ - - √ - - - P 3.200 5 ASI - H
mgg gram/ tahun
50cm
2 1 2 38 - √ - - - - - - - - L 3100 6 ha ASI - H
mgg gram/ ri
49
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :
6. Riwayat Kehamilan
Ny. A mengatakan hamil anak kedua dan melahirkan pada usia
kehamilan 38 minggu, tidak ada penyulit saat hamil dulu, ibu rutin ANC 12x
dan sudah imunisasi TT 5x, ibu juga selalu minum tablet FE yang diberikan
bidan. Ibu sangat mengharapkan kelahiran anak keduanya ini.
7. Riwayat Persalinan
Ny. A mengatakan melahirkan di PMB, ditolong oleh Bidan, secara
spontan. Plasenta lahir secara spontan, perineum ada luka robekan derajat 1
dan dijahit. Bayi lahir 30 April 2021, jenis kelamin laki-laki masa gestasi 38
minggu dengan BB : 3100 gram PB : 49 cm. Kondisi bayi setelah lahir
menangis kuat, kulit berwarna merah, gerak aktif, sehat.
xxxi
2. Pola Eliminasi 4-6 (kuning jernih) 4-6 (kuning jernih)
a. BAK
1x/hari (konsistensi 1x/hari (konsistensi Tidak ada masalah
b. BAB
lunak) lunak)
3. Pola Istirahat ± 1-2 jam ± 2-3 jam Tidak ada masalah
a. Siang ± 7-8 jam ± 4-5 jam
b. Malam
4. Pola Aktivitas Melakukan aktivitas Belum melakukan
rumah tangga ringan aktivitas rumah tangga Tidak ada masalah
(dibantu keluarga)
5. Personal Mandi 2x/hari Mandi 2x/hari
Hygiene Gosok gigi 2x/hari Gosok gigi 2x/hari Tidak ada masalah
Keramas 3x/minggu Keramas 3x/minggu
Mengganti pembalut 3-
4x/hari
6. Pola Seksual Selama TM II ± Belum melakukan Tidak ada masalah
1x/minggu hubungan seksual
7. Pola Tidak merokok, minum Tidak merokok, minum Tidak ada masalah
Kesehatan alkohol ataupun jamu alkohol ataupun jamu
tradisional. Ibu tradisional. Ibu
mengonsumsi vitamin mengonsumsi vitamin
dan obat-obatan dari dan obat-obatan dari
bidan bidan
11. Psikologis
Ibu mengatakan kelahiran ini diharapkan dan ibu mengatakan bahwa
pihak keluarga sangat mendukung dengan kehamilannya. Ibu mengatakan
bahwa bisa melaksanakan tradisi dengan selametan.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a) KU : Baik
b) Kesadaran : composmetris
c) TD : 110/80 mmHg
d) N : 82/menit
e) S : 36,50C
f) RR : 22x/menit
g) BB sebelum hamil : 47 kg BB sekarang : 53 kg
h) TB : 160 cm
i) LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, Sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : Bibir simetris tidak pucat, lidah bersih, bibir lembab
xxxii
Gigi : Tidak ada caries, tidak berlubang, bersih
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris ka/ki, puting susu menonjol dan sudah ada
pengeluaran
Genetalia : Vagina bersih, tidak ada tanda infeksi (REEDA), ada jahitan
luka perineum masih basah, lochea rubra (merah kehitaman),
tidak ada hemoroid atau perdarahan.
Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada tanda homan
(kekakuan sendi), turgor kulit baik
PENATALAKSANAAN
Jam Kegiatan
16.15 WIB 1. Melakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik kepada ibu.
E/ Ibu kooperatif
2. Menginformasikan hasil pemeriksanaan kepada ibu bahwa proses masa nifas ibu berjalan
normal.
E/ Ibu mengerti dengan penjelasan
3. Memberikan KIE pada ibu tentang nutrisi ibu nifas dan personal hygiene
E/ Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan bidan
4. Mengajari ibu cara relaksasi saat ibu mengalami nyeri pada luka perineum dengan cara
tarik nafas dan hembuskan secara berulang-ulang sampai nyeri luka perineum berkurang
E/ Ibu mengerti dan bisa cara relaksasi
5. Mengajurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
E/ Ibu bersedia
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatannya.
E/ Ibu bersedia
7. Memfasilitasi dan mengajari ibu untuk melakukan perawatan payudara
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan
8. Mengajari ibu tentang posisi menyusui yang benar
E/ Ibu mengerti
9. Memberitahu ibu tanda dan bahaya masa nifas seperti demam lebih dari 38,3 oC, nyeri
panggul, perdarahan pervaginam abnormal.
E/ Ibu mengerti tanda dan bahaya masa nifas
10. Menyepakati untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ibu memiliki
keluhan
E/ Ibu bersedia melakukan kunjunang 1 minggu lagi
Mengetahui,
Pembimbing Institusi CI/Kepala Ruang Mahasiswa
xxxiii
Anis Setyowati, SST Siti Asiyah, SST Destiana Anggi Pramila S
xxxiv
BAB IV
PEMBAHASAN
xxxv
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil yang telah di dapat dari asuhan kebidanan komunitas keluarga
Tn “B” tehadap ibu nifas Ny “A” dengan keluhan nyeri luka perineum hari ke 7.
Asuhan yang telah diberikan yaitu menjaga personal hygiene, asupan gizi dan
istirahat cukup, serta motivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI
Ekslusif selama 6 bulan sebelum MPASI, relaksasi dianjurkan untuk
meminimalkan rasa nyeri luka.
Peran serta kepala keluarga sangat mendukung terciptanya keluarga yang
harmonis serta menciptakan rasa nyaman dan bahagia pada ibu nifas dengan
memperhatikan dan membantu ibu dalam mengurus bayinya.
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Pasien
Diharapkan bagi para ibu dan anggota keluarga dengan adanya
asuhan kebidanan komunitas pada ibu masa nifas ini lebih peduli
dengan kondisi kesehatan fisik terutama personal hygiene, kesehatan
jasmani maupun rohani.
5.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan
asuhan kebidanan komunitas secara continuity of care dengan tepat
dalam proses belajar mengajar dan memperbaiki praktik pembelajaran
menjadi lebih efektif dan efesien, sehingga kualitas sumber daya
manusia di institusi meningkat.
xxxvi
DAFTAR PUSTAKA
xxxvii
xxxviii