GEOMETRI EUCLIDE
GEOMETRI NON-EUCLIDE
Ada dua macam geometri non-euclide yaitu gometri hiperbolik dan
geometri eliptik.
1) Geometri Hiperbolik
Geometri hiperbolik merupakan salah satu bentuk dari geometri non-
Euclid yang muncul akibat kontroversi terhadap postulat kesejajaran euclid.
Didalam geometri Euclid terdapat lima postulat yang sangat terkenal. Empat
postulat pertama sangat jelas dan mudah dibuktikan oleh para matematikawan
pada saat itu, tetapi postulat yang kelima menimbulkan perdebatan diantara
para matematikawan. Postulat kelima tersebut dikenal dengan postulat
kesejajaran geometri euclid. Hal inilah yang menjadi titik tolak munculnya
geometri non-euclid. Geometri hiperbolik adalah geometri yang
menggunakan empat postulat geometri Euclid dan mengganti postulat
kesejajaran hiperbolik.
2) Geometri Eliptik
Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada postulat
kesejajarannya. Postulat kesejajaran dari Riemann adalah tidak ada garis-garis
sejajar dengan garis lain. Berdasarkan pada Postulat tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pada geometri eliptik dua garis selalu berpotongan dan
tidak ada dua garis sejajar.
LOBACHEVSKIA
EUCLIDE REIMANN
N
(GEOMETRI (GEOMETRI
(GEOMETRI
EUCLIDEAN) ELIPTIK)
HIPERBOLIK)
Dua garis yang
Satu titik (Eliptik
berbeda akan Paling banyak Paling banyak satu
tunggal), dua titik
berpotongan satu titik titik
(Eliptik ganda)
pada
Satu dan hanya
Diberikan garis Sekurang-kurangnya Tidak ada garis
satu garis melalui
L dan titik P di dua garis melalui P melalui P
P sejajar dengan
luar L, maka ada sejajar dengan L sejajar dengan L
L
Tidak dibagi
Dibagi menjadi Dibagi menjadi dua
menjadi dua
Sebuah garis dua bagian bagian oleh sebuah
bagian oleh
oleh sebuah titik
sebuah titik
titik
Jaraknya sama Jaraknya tidak pernah
Garis sejajar Tidak ada
dimana-mana sama dimana-mana
Jika sebuah garis
memotong satu Harus memotong Boleh ya, boleh tidak
-
dari dua garis yang lain memotong yang lain
sejajar, maka
Hipotesis
Sacherri yang Sudut siku-siku Sudut lancip Sudut tumpul
valid adalah
Dua garis yang
berbeda dan
Sejajar Sejajar Berpotongan
tegak lurus pada
garis yang sama
Jumlah sudut =1800 <1800 >1800
suatu segitiga
adalah
Tidak bergantung
Luas suatu Proposional terhadap Proporsional
pada jumlah
segitiga adalah defect terhadap excess
sudut
Dua segitiga
dengan sudut-
sudut yang Sebangun Kongruen Kongruen
bersesuaian
sama adalah
DEFINISI OPERASI
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu
fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen
tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Dalam logika matematika
terdapat dua jenis operasi, yaitu operasi uner dan biner.
1. Operasi Uner
Operasi uner berarti hanya melibatkan satu unsur, yang dalam hal ini unsur
tersebut berupa pernyataan. Yang termasuk operasi uner ini adalah operasi
negasi, atau penyangkalan. Negasi biasanya dilambangkan dengan “ ~ ”.
Nilai kebenaran negasi dari sebuah pernyataan adalah kebalikan dari nilai
kebenaran pernyataan itu. Jadi, jika nilai kebenaran suatu pernyataan adalah
B, maka nilai kebenaran negasinya adalah S, begitu pun sebaliknya.
Contoh:
p : 23 + 51 = 100
τ (p) = S dan τ (~ p) = B.
2. Operasi Biner
Operasi biner adalah operasi yang melibatkan dua unsur. Contoh operasi
biner yang sering dijumpai dalam matematika adalah: penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan sebagainya.
DEFINISI FUNGSI
Misal A dan B sembarang himpunan., f dikatakan fungsi dari A ke B, jika f
⊆ × α∈ A
A B dan untuk setiap , ada tepat satu elemen sehingga (α,b)
∈ ∈ ⇒
f (dengan kata lain, (α,b) (α,b’) f b = b’ )
∈
Jika (a,b) f , maka dapat ditulis
↦
b = f (a) atau f : a b.
∈ ⇒
Sehingga pernyataan (α,b) (α,b’) f b = b’ dapat ditulis:
⇒
a=b f(a) = f(b).
.
Contoh
1. Misal A=
{1 ,2 , 3} dan B = {4 , 5 } .
b. g = {(1,4 ),(2,5)}
Jawab
∈ ≠
(a) f bukan fungsi karena ada (1,4), (1,5) f , tetapi 4 5.
Dengan cara lain,
≠
1 = 1, tetapi f(1) = 4 5 = f (1).
∈
(b) g bukan fungsi karena ada 3 A yang tidak memiliki pasangan di B.
⊆ ×
Maka h A B.
∈
Karena tidak ada anggota h dengan (a,b), (a,b’) h, maka pernyataan
∈ ⇒
(a,b), (a,b’) h b = b’ selalu bernilai benar.