Anda di halaman 1dari 59

 

 
MODUL PRAKTIKUM 
 

  ASUHAN KEBIDANAN
 

 
PASCA PERSALINAN
  DAN MENYUSUI
 

 
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA
 
 
 

Sekolah
MODUL Tinggi Ilmu Kesehatan
PRAKTIKUM

GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN
PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

Kode MK BS11323 

PENYUSUN

Selasih Putri IH, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb

ii
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN
MENYUSUI

KODE DOKUMEN GBY_SPMI/08.07/DOK_031

REVISI -
TANGGAL 9 Juli 2019
DIAJUKAN OLEH Koordinator Modul Praktikum

Selasih Putri IH, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


DIPERIKSA OLEH Ketua Program Studi

Selasih Putri IH, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


DIKENDALIKAN OLEH Ketua LPMI

Chentia Misse Issabella,


S.ST.,M.Tr.Keb
DISETUJUI OLEH PUKET 1

Siti Fadhilah,S.SiT.,M.Kes

iii
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA

VISI

Menghasilkan lulusan profesi bidan yang unggul dan inovatif dalam asuhan kebidanan
berbasis kearifan lokal

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kebidanan yang bermutu untuk menghasilkan lulusan


profesi bidan yang unggul dan inovatif sebagai community leader dalam pemberian
asuhan kebidanan dengan memanfaatkan kearifan lokal yang sesuai evidence based
2. Menyelenggarakan penelitian kebidanan yang berkontribusi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berbasis kearifan lokal
3. Menerapkan dan mendayagunakan IPTEK Kebidanan dalam pengabdian masyarakat
4. Menjalin kerjasama dengan stakeholder dalam negeri dan luar negeri untuk mendukung
Tri Dharma Perguruan Tinggi.

iv
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib menggunakan seragam STIKES Guna Bangsa Yogyakarta disertai jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2. Alas kaki harap dilepas dan diletakkan pada rak sepatu dengan rapi.
3. Mengisi daftar hadir dan mengambil kunci loker.
4. Di dalam laboratorium hanya boleh membawa pensil dan buku panduan praktikum
(tas, jaket, HP, dompet, dan barang berharga harap ditinggalkan di dalam loker).
5. Mahasiswa dilarang merokok, membawa makan dan minuman serta benda-benda
tajam dan berbahaya lainnya ke dalam laboratorium.
6. Dilarang mengenakan perhiasan (gelang tangan, gelang kaki dan cincin) di dalam
laboratorium.
7. Bagi mahasiswa yang tidak berjilbab, wajib mengenakan hairnet dan jepit rambut
(untuk yang berponi).
8. Turut serta dalam pemeliharaan peralatan laboratorium serta mematuhi SOP (Standar
Operating Prosedur) dan MOP (Manual Operating Prosedur) yang berlaku.
9. Melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi kepada laboran, antara lain tertusuk dan
terluka pada saat praktikum yang sebelumnya telah diatasi dengan cara-cara yang
sudah diketahui.
10. Melaporkan adanya kerusakan alat dan atau kehilangan alat yang dipinjam, bagi
mahasiswa yang merusakkan wajib mengganti sesuai barang yang dirusakkan atau
dihilangkan.
11. Membuang sampah sesuai jenisnya pada tempat yang telah disediakan.
12. Sebelum meninggalkan ruang wajib mengunci loker kembali dan menandatangani
daftar hadir.
13. Pengguna laboratorium wajib menjaga kebersihan dan kerapian laboratorium.
14. Sebelum meminjam alat mahasiswa wajib mengisi formulir peminjaman alat.
15. Peminjaman alat dilakukan maksimal satu hari sebelum praktikum.
16. Peminjaman dan pengembalian alat hanya boleh dilakukan dengan pengawasan
petugas laboratorium oleh penanggung jawab kelompok yang sebelumnya sudah
dalam kondisi bersih dan rapi.
17. Praktikan wajib mematuhi tata tertib yang berlaku, bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi.

v
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca
Persalinan dan Menyusui. Modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa semester 5 Program
Studi Kebidanan Program Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.
Modul praktikum ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa pada
proses pembelajaran khususnya praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan
Menyusui .Diharapkan modul praktikum ini menjadi pedoman sekaligus alat evaluasi
pelaksanaan praktikum bagi mahasiswa maupun pembimbing praktikum.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan modul praktikum ini. Kami menyadari bahwa modul ini
belum sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan masukan demi kesempurnaan
modul asuhan kebidanan pasca persalinan dan menyusui. Semoga modul ini dapat
bermanfaat.

Yogyakarta, Juli 2019


Tim Penyusun

vi
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................iii
VISI MISI PROGRAM STUDI......................................................................................... iv
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................................ v
PRAKATA ...................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
TOPIK 1 KIE PEMBERIAN ASI....................................................................................... 1
Rating Scale KIE Pemberian ASI ............................................................................. 12
TOPIK 2 TEKNIK DAN POSISI MENYUSUI ................................................................. 14
Rating Scale MembimbingTeknik Menyusui ............................................................. 20
Rating Scale Posisi Menyusui .................................................................................. 22
TOPIK 3 STIMULASI REFLEK OKSITOSIN ................................................................. 24
Rating Scale Stimulasi Reflek Oksitosin ................................................................... 27
TOPIK 4 PERAWATAN PAYUDARA ............................................................................ 28
Rating Scale Perawatan Payudara ........................................................................... 36
TOPIK 5 PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS ................................................................. 38
Rating Scale Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas ................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA

vii
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
TOPIK 1
KIE PEMBERIAN ASI
A. Pengertian ASI
ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung
semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan bayi.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia enam bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai usia dua
tahun. Pemberian ASI saja pada bayi sampai sampai usia enam bulan dianjurkan
dengan menetapkan inisiasmi menyusu dini (IMD) selama satu jam setelah kelahiran
bayi, diberikan tanpa makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan tidak
menggunakan dot atau cangkir, mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah
dengan tangan di saat tidak bersama bayi dan menjaga pikiran dengan tenang (WHO,
2011)

B. Manfaat ASI

Manfaat ASI Bagi Bayi menurut Roesli (2008) antara lain:

1. Sebagai nutrisi lengkap.


2. Meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta spiritual yang
matang diikuti perkembangan sosial yang baik.
4. Mudah dicerna dan diserap.
5. Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara sempurna.
6. Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan Vitamin.
7. Perlindungan penyakit infeksi melipiti otitis media akut, daire dan saluran pernafasan.
8. Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
9. Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
10. Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal

Manfaat menyusui Bagi Ibu antara lain:


1. Terjalin kasih sayang.
2. Membantu menunda kehamilan (KB alami).
3. Mempercepat pemulihan kesehatan.

1
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
4. Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara.
5. Lebih ekonomis dan hemat.
6. Mengurangi resiko penyakit kardio vaskuler.
7. Secara sikologi memberikan kepercayaan diri.
8. Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan ibu dan bayi
9. Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat dipenuhi
C. Tahapan Pembentukan ASI dan Komposisi ASI
1. Kolostrum
Keluar dihari ke-1 sampai ke-3 kelahiran bayi, berwarna kekuningan, kental.
Kolostrum mengandung zat gizi dan antibody lebih tinggi daripada ASI matur.
Kandungan gizi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%,
garam dan mineral 0,4%, air 85,1 %.
2. ASI masa transisi
Keluar dari hari ke 4 sampai hari ke 10 kelahiran bayi. Kadar protein semakin rendah
sedangkan kadar lemak, karbohidrat semakin tinggi, dan volume meningkat.
3. ASI Matur
Keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI sebagai
sumber energi untuk otak.

ASI Awal (Foremilk) Bening dan cair Kegunaan : Mengatasi rasa haus bayi.
ASI Akhir (Hindmilk) Lebih keruh Kegunaan : Sumber makanan, untuk
pertumbuhan, memberikan rasa kenyang. ASI Akhir mengandung lemak 4x lebih
banyak dari ASI Awal, jadi ibu harus menyusui bayinya hingga payudara terasa
kosong.

Perbandingan ASI dan Susu Formula

2
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
ASI Susu Formula
Antibodi Sangat banyak Sangat sedikit sehingga perlu
ditambahkan
Pencernaan Sangat mudah dicerna Tergantung kecocokan bayi, kadang
beberapa bayi yang tidak cocok dapat
mengalami diare
Tingkat Bervariasi menyesuaikan usia Harus berganti jenis dudu berbeda
Kecocokan bayi menyesuaikan umur bayi (misalnya 0-6
bulan, 6-18 bulan, 18-36 bulan)
Keuangan Hemat tidak perlu membeli Mahal
Kebersihan Pasti bersih dan higienis Belum tentu bersih, tergantung cara
membersihkan peralatan

Kebutuhan ASI untuk Bayi Ukuran lambung bayi usia 0-6 bulan

Takaran ASI Perah Pada Bayi Sehat Hingga Umur 0-6 Bulan

D. Cara meningkatkan produksi ASI

3
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Menurut Riksani (2012)beberapa cara meningkatkan produksi ASI antara lain:
1. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam
masing-masing payudara 10-15 menit, susui bayi dengan satu payudara hingga
payudara terasa kosong.
2. Susui bayi sesering mungkin atau setiap 2 jam sekali, jika bayi tertidur angkat dan
susui bayi tanpa membangunkannya.
3. Tiap menyusui menggunakan 2 payudara secara bergantian.
4. Bayi hanya menyusu pada ibu tidak dianjurkan menggunakan susu botol/empeng,
atau makanan lain termasuk suplemen dan susu formula.
5. Menghindari kelelahan atau kecemasan pada ibu.
6. Meningkatkan asupan nutrisi sayur, buah, ikan, daging, susu, dan kacang-kacangan
minimal (500 kalori ) per porsi atau lebih banyak lebih baik.
7. Tidak merokok dan menggunakan obat-obatan.
8. Banyak minum minimal 12-16 gelas / hari
9. Usahakan Ibu selalu bahagia dan tidak stres
Ibu menyusui yang bahagia dapat membantu produksi hormon prolaktin dan
oksitosin ( hormon produksi ASI) akan bekerja secara optimal

E. Faktor pemicu Terhambatnya Pengeluaran ASI


1. Stres
Berkurangnya waktu istirahat dan kontak dengan teman serta keluarga juga kadang
bisa memicu masalah emosional. Selain itu, adanya mom shaming baik secara
langsung maupun dari media sosial juga bisa menjadi pemicu stres. Akibatnya,
depresi mudah dialami terutama oleh ibu baru. Stres diidentifikasi oleh praktisi medis
sebagai salah satu alasan utama untuk berbagai penyakit, termasuk di antaranya
kurangnya produksi ASI.

2. Ketidakseimbangan hormon
Kelenjar tiroid meskipun kecil tetapi memiliki peran sangat penting untuk menjaga
keseimbangan hormon dalam tubuh. Kelenjar tiroid yang tidak berfungsi dengan baik
akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon, sehingga produksi ASI bisa
menurun atau bahkan tidak ada sama sekali. Hormon-hormon penting yang berkaitan
dengan produksi ASI antara lain: estrogen, progesterone, prolaktin dan oksitosin.

4
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Prolaktin merupakan hormon yang diproduksi di bagian depan kelenjar hipofisis,
rahim, otak, prostat, lapisan lemak, kulit, dan sel imun. Produksi prolaktin dipengaruhi
oleh dopamin dan esterogen. Fungsi prolaktin adalah untuk merangsang produksi
ASI, pertumbuhan payudara, serta pengaturan siklus menstruasi Pada wanita hamil
hingga menyusui, hormon prolaktin akan meningkat dan akan kembali normal setelah
beberapa bulan menyusui. Pada wanita yang melahirkan tetapi tidak menyusui,
hormon prolaktin akan turun kembali tidak lama setelah melahirkan.

Estrogen akan menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah selama menyusui. Selama kehamilan
payudara mempersiapkan diri untuk laktasi dengan memproduksi kolostrum. Tingkat
progesteron saat ini tinggi sehingga akan mencegah keluarnya ASI. Progestron
mempengarhui pertumbuhan dan ukuran kelenjar produksi ASI. Pada beberapa
orang kolostrum keluar saat masih hamil dan hal ini normal terjadi. Ketika melahirkan,
keluarnya plasenta menyebabkan turunnya hormon progesteron dan esterogen
secara tiba-tiba. Tetapi saat ini prolaktin tetap tinggi sehingga hal ini yang
menyebabkan produksi ASI terjadi. Kurangnya keseimbangan jumlah hormon-
hormon tersebut, terutama karena terhambatnya fungsi kelenjar tiroid, dapat
mengganggu produksi ASI.

3. Gaya Hidup Tidak Sehat


Gaya hidup sehari-hari turut berperan penting dalam kelancaran proses produksi ASI.
Apabila seorang perempuan cenderung jarang olahraga, pola makan tidak teratur
dan tidak sehat, sering minum minuman beralkohol, sembarangan konsumsi obat,
merokok serta tingginya asupan kafein juga bisa berdampak pada produksi ASI.
4. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Ibu menyusui disarankan menghindari KB yang mengandung hormon estrogen di
dalamnya karena dapat mengurangi ASI.

5. Minum Obat dan Herbal Tertentu


Ada beberapa jenis obat-obatan yang bisa dipilih ibu baru setelah melahirkan guna
mempercepat proses pemulihan, salah satunya obat herbal. Konsumsi obat atau
herbal tertentu tanpa pengawasan dari dokter salah satu efeknya bisa mengganggu
produksi ASI. Beberapa jenis herbal yang perlu diperhatikan oleh ibu menyusui
adalah daun sage, oregano, peterseli, dan peppermint, karena dikhawatirkan dapat
menghambat produksi ASI

5
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
6. Polusi udara dan kontaminasi makanan
Kualitas lingkungan hidup yang buruk juga dapat berperan dalam hal mengganggu
produksi ASI. Termasuk di antaranya seperti meningkatnya polusi udara, kontaminasi
air dan makanan, dan degradasi lingkungan.

7. Proses persalinan yang sulit


Proses persalinan seringkali tidak bisa berjalan dengan cepat dan lancar seperti yang
direncanakan. Ada beberapa masalah yang mungkin terjadi, misalnya seperti proses
persalinan yang sulit, perdarahan hingga masalah medis lainnya. Hal tersebut dapat
memicu stres pada ibu baru, serta membuat bayi tidak bisa langsung disusui oleh
ibunya setelah dilahirkan dalam jangka waktu tertentu. Berkurangnya waktu untuk
menyusui secara langsung juga bisa membuat produksi ASI menjadi terhambat.

F. Nutrisi Ibu Menyusui


Makanan sehat dan bergizi sangat dibutuhkan ibu pasca melahirkan, untuk
membantu melawan syndrome baby blues. Makanan bergizi tinggi untuk membantu
meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI. Selama menyusui ibu membutuhkan
tambahan nutrisi lebih dari 500 kalori untuk memproduksi ASI. Makanan diperlukan
dengan gizi seimbang dan beragam makanan terutama sayuran berwarna hijau,
makanan mengandung kalsium dan zat besi. Bagi ibu menyusui mengkonsumsi
makanan dan minuman sehat sangatlah penting sebagai salah satu upaya menjaga
peningkatan produksi dan kualitas ASI. Adapun menu sehat bagi ibu menyusui menurut
Fraser (2009) adalah sebagai berikut:

1. Makan  Nasi, Lauk pauk, Sayur, Buah


Makan dengan frekuensi 5-6 kali/ hari.
2. Minum  Air putih, Jus buah, Susu, Sari kacang hijau, Sari kedelai,dll (kurangi
Teh, Kopi, hindari minuman beralkohol dan merokok) Minum dengan frekuensi 12-
16 kali/ hari. Contoh : Bayi menyusu ± setiap 3 jam sekali, ibu dianjurkan minum 1
gelas setelah menyusui sehingga dalam 24 jam jika bayi menyusu ± 8 kali ibu pun
sudah bisa minum minimal 8 gelas perhari ditambah 4-8 kali minum setelah makan
maka ibu sudah minum 12-16 gelas/hari.

Jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI yaitu:

6
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
1. Kacang- kacangan terutama yang berwarna gelap seperti kacang merah, kenari
dll.
2. Buah- buahan yang mengandung Vitamin C dan anti oksidan yang tinggi seperti
Jeruk, blueberry, apel, pepaya, stroberi, alpukat.
3. Makanan pokok Nasi dari beras putih atau merah, roti gandum, sereal/ bubur
gandum, jagung, gandum, ubi/ singkong
4. Sayur- sayuran berwarna hijau seperti bayam, selada, brokoli , labu siam, daun
katuk, ketimun.
5. Lauk pauk Ikan seperti Tuna, Salmon, Lele, daging ayam, telur, daging sapi,
tahu, tempe.
6. Susu sapi maupun susu kedelai.

Pantangan bagi ibu menyusui : 1. Makanan dan minuman yang mengandung alkohol
(bir, mix max dan sejenisnya, minuman bersoda seperti (sprite, coca cola, pepsi, Fanta)
atau yang mengandung soda lainnya serta minuman yang mengandung caffein (coffe)
dan teh. 2. Mengkonsumsi obat- obatan tidak dengan resep dokter. 3. Mengkonsumsi
jamu-jamuan tanpa konsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya. 4. Merokok.

G. Persiapan ASI Perah untuk Ibu Bekerja


Cara Memerah ASI
1. Memerah dengan tangan
a. Cuci tangan.
b. Kompres kedua payudara dengan air hangat selama 15 menit.
c. Lakukan pemijatan ringan pada payudara, pijat perlahan ke arah bawah, lakukan
gerakan melingkar membuat spiral kearah puting.
d. Santai dan pikirkan sang bayi.
e. Tempatkan tangan pada salah satu payudara, tepatnya tepi areola (area kehitaman
di sekitar puting susu).
f. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Letakkan ibu jari jam 12 dan
jari telunjuk pada jam 6.
g. Tekan tangan kearah dada lalu tekan ibu jari dan telunjuk dengan lembut secara
bersamaan. Pertahankan jangan sampai menggeser ke puting.
h. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran, ulangi payudara yang lain.

7
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
i. Pijat payudara diantara waktu
pemerahan, jangan meremas dan
menggosok kulit payudara agar tidak
terjadi kerusakan jaringan.
j. Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk
memerah kedua payudara.
k. Minum air putih setelah memerah ASI

2. Memerah dengan Pompa ASI


Pompa ASI yang digunakan dapat berupa pompa ASI manual maupun elektrik sesuai
dengan kemampuan dan kenyamanan ibu. Pastikan pompa ASI yang digunakan benar-
benar bersih dan sudah disterilkan.

a. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI maupun
menyimpannya.
b. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol kaca
atau kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas bisphenol A
(BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun botol
susu disposable karena wadah-wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi.
Kontainer harus dicuci dengan air panas dan sabun serta dianginkan hingga kering
sebelum dipakai.
c. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
d. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan tanggal
ASI diperah.
e. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa ASI yang
dipakai adalah ASI yang lebih lama.
f. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru
pada wadah penyimpanan.
g. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.
h. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas
tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen
penting dalam susu

Waktu Penyimpanan ASI

8
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Penyimpanan ASI perah sebaiknya disesuaikan dengan penggunaannya. ASI yang akan
digunakan secepatnya, lebih baik dimasukkan ke dalam bagian lemari pendingin yang
tidak akan membuat beku. ASI perah dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga
beberapa bulan, tergantung dari suhu penempatannya.

Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm

Cara menghangatkan ASI perah yang telah dibekukan:

1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpan
2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam keadaan dingin
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke dalam bak
berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-
lahan hingga mencapai suhu pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah
ASI dalam bak berisi air hangat atau air dalam
panci yang telah dipanaskan selama beberapa
menit. Jangan menghangatkan ASI dengan
api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat memanaskan
ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI dan membentuk
bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke dalam
microwave dalam waktu lama.

9
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih dahulu untuk
mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24
jam. Jangan membekukan ulang ASI yang sudah
dihangatkan. Gunakan sendok, gelas at au pipet
untuk memberikan ASI perah. HINDARI dot karena
dapat menyebabkan bingung putting.

Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti sabun
karena hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman untuk
dikonsumsi. Apabila ASI berbau anyir karena kandungan lipase (enzim pemecah lemak)
tinggi, setelah diperah, hangatkan ASI hingga muncul gelembung pada bagian tepi
(jangan mendidih) lalu segera didinginkan dan dibekukan. Hal ini dapat menghentikan
aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi inipun kualitas ASI masih lebih baik
dibandingkan dengan susu formula.

H. Tanda-tanda normal bayi mendapatkan cukup ASI

Menurul Evelin (2017) tanda bayi cukup ASI antara lain:

1. Buang air kecil 1-2 x per hari dalam 12-24 jam pertama kehidupan
2. Urin yang sangat pekat dalam beberapa hari pertama dapat terlihat endapan merah
bata yang merupakan kristal asam urat (brick dust)
3. Buang air kecil 6-8 x per hari setelah 5 hari
4. Tinja bayi pertama (mekonium) keluar dalam 24 jam pertama
5. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium lebih cepat
6. Mekonium akan menipis menjadi hijau kecoklatan / hijau kekuningan dalam 3-6
hari. Lebih dari 6 hari, tinja ASI sudah terbentuk (cair, bau asam, ber-gas).

Tanda ASI cukup selanjutnya dapat dilihat dari:


 Berat badan
Berat badan bayi 1-2 minggu pertama ketika dibawa pulang ke rumah setelah lahir
biasanya akan menurun. Namun kemudian akan naik secara bertahap, yaitu 170-
220 gram per minggu atau 450-900 gram per bulan sampai beberapa bulan
pertama. Masuki usia 4-6 bulan, berat badan bayi biasanya akan meningkat dua
kali lipat dari berat badan lahir dan menjadi tiga kali lipat ketika masuk usia 12
bulan.
10
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
 Keadaan bayi (tenang dan nyaman)
 Frekuensi BAB dan BAK
Ketika masih berusia di bawah 30 hari, bayi
akan pipis sebanyak 10-20 kali dalam sehari
dan pup sampai dengan 10 kali sehari. Masuk
usia 1 sampai 4 bulan, frekuensi BAB dan
BAK bayi akan berubah. Biasanya bayi juga
akan mudah pipis ketika ada sedikit sentakan
di otot perutnya, biasanya saat menangis
maupun ketika menggerakkan tubuhnya.
Ketika sudah berusia 5 bulan, frekuensi BAK
bayi akan menurun dari saat ia baru lahir,
sekitar 10-15 kali dalam sehari dan BAB 2-4
kali sehari.

Tanda-tanda bahaya, yaitu:


1. Urin berwarna merah bata pada popok setelah hari ke-5
2. Buang air kecil <6 kali dalam 24 jam setelah hari ke 5
3. Mekonium masih keluar setelah usia 5 hari
4. Kehilangan berat badan sebesar 7% atau lebih dalam 72 jam pertama, atau berat
badan belum kembali ke berat lahir pada hari ke 7-10 maka sebaiknya mendapat
evaluasi yang baik.

Agar berhasil dalam memberikan ASI eksklusif disarankan:


1. Menyusu on demand (sesuka bayi) dan membangunkan bayi dengan membuka
“bedong” tiap 2 jam agar bayi terbangun dan menyusu
2. Menyusu sesering mungkin minimal 8 – 12 x/hari
3. Tidak memberikan minuman / makanan lain selain ASI
4. Tidak memberikan dot / kempeng karena akan mengakibatkan “bingung puting”
5. Mempelajari tehnik menyusui yang benar; posisi dan pelekatan bayi pada payudara
agar bayi dapat mengosongkan payudara ibu dengan optimal
6. Mengevalusi berat badan pada hari hari pertama kelahiran. Bila penurunan berat
badan terlalu banyak, dan proses menyusui masih sulit, memerah ASI dan
memberikannya pada bayi seringkali sangat membantu (sambil tetap berlatih
menyusui)

11
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
RATING SCALE KIE PEMBERIAN ASI
Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja

NO LANGKAH MAHASISWA

A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5

1 Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan


salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan pada klien
3 Komunikasi dan kontak mata dengan klien
selama tindakan
B CONTENT

4 Komunikasi dan kontak mata dengan klien


selama tindakan
5 Menanyakan pada ibu mengenai pengeluaran
ASI nya

6 Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif

7 Menjelaskan manfaat ASI untuk ibu dan bayi

8 Menjelaskan mengenai tahapan pembentukan


ASI

9 Menjelaskan kandungan ASI

10 Menjelaskan yang dapat memperlancar ASI

11 Menjelaskan yang dapat memperlancar ASI

12 Menjelaskan pemberian ASI untuk ibu bekerja

13 Menjelaskan lama dan cara menyimpan ASI

14 Menjelaskan mengenai kecukupan produksi ASI

15 Membantu ibu bahwa kegiatan telah selesai

16 Mengakhiri pertemuan dan ucap terima kasih

17 Pendokumentasian asuhan

C TEKNIK

18 Melaksanakan tindakan secara urut dan


sistematis

12
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
19 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan
tidak ragu-ragu

20 Menjaga privasi klien

Total Score

Nilai: (Total score/40)x100

13
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
TOPIK 2
TEKNIK DAN POSISI MENYUSUI

A. TEKNIK/CARA MENYUSUI YANG BENAR


1. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
c. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
d. Tempelkan dagu bayi pada payudara
ibu
e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi
akan berada dalam satu garis dengan
leher dan lengan bayi
f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
 
2. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).

 
 

b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut secara


lebar (rooting reflek) dengan cara menyentuhkan
puting susu/jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi.
 

14
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
 

c. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan


membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.
d. Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu
dengan cara menekan bahu belakang bayi
bukan bagian belakang kepala.
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapanhadapan dengan hidung
bayi.
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langitlangit mulut bayi.
g. Usahakan sebagian aerola
(kalang payudara) masuk ke
mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantara
pertemuan langitlangit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle).
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga
ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi.

Posisi Bayi Menyusu

15
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
l. Cara menyendawakan bayi:
1) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa
2) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan
keluar dengan sendirinya.

 
3. Langkah – langkah menyusui yang benar
a. Ibu mencuci tangan sebelum dan setelah menyusui bayinya.
b. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi
dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung.
c. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan.
e. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
f. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus.
g. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah
serta tidak menekan puting susu atau areola.
h. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui.
i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
j. Ibu menatap bayi saat menyusui.
k. Pasca menyusui
1) Melepas isapan bayi dengan
cara jari kelingking di
masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau
dagu bayi ditekan ke bawah.

16
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
2) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
l. Menyendawakan bayi dengan (gambar 3.22)
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan atau
2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-
lahan.
m. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)

B. POSISI MENYUSU
1. Posisi bersandar (laid back breastfeeding)
Posisi ibu bersandar merupakan posisi alami
yang biasa dilakukan ketika ibu menyusu
pertama kali. Ibu merasa nyaman dan lebih
santai ketika menyusui bayinya.

                                                                                                                       
Posisi Laid back breastfeeding 

2. Posisi cradle hold


Salah satu tangan ibu menekuk guna menopang
tubuh bayi; jika bayi disusui pada payudara sebelah
kanan, kepala bayi dan tangan ibu yang digunakan
untuk menopang tubuh juga dari sisi kanan.                                                 

Posisi Cradle hold 

3. Posisi cross cradle hold


Posisi mirip cradle hold, yang membedakan
tangan ibu yang menopang tubuh bayi adalah
tangan kiri. Posisi ini memudahkan melihat dan
mengontrol puting susu yang diisap bayi.  
 
Posisi Cross cradle hold 

17
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

4. Posisi side lying


Posisi ibu berbaring menghadap ke salah satu
sisi bayi. 

Posisi Side lyng 

5. Posisi football hold atau clutch hold


Posisi mengapit bayi pada sisi tubuh ibu,
tepat di bawah lengan ibu. Posisi ini sangat
cocok untuk ibu yang memiliki bayi kembar,
karena dapat memastikan kedua bayinya
ball hold  mendapatkan nutrisi dalam jumlah yang
sama dalam waktu bersamaan
6. Posisi sitting baby:
Posisi bayi duduk tegak.

Posisi sitting baby 

Gambar Macam-Macam Posisi Menyusui

18
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

C. TANDA-TANDA POSISI BAYI MENYUSUI YANG BENAR


a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
b. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
c. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara (payudara
bagian bawah)
d. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
e. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
f. Sebagian besar areola tidak tampak
g. Bayi menghisap dalam dan perlahan
h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
i. Terkadang terdengar suara bayi menelan
j. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet

D. LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI


a. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap
saat bayi membutuhkan.
b. ASI dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
c. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengosongkan payudara selama 5-7 menit

19
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

RATING SCALE MEMBIMBING TEKNIK MENYUSUI


Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja
 
NO LANGKAH MAHASISWA

A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5

1 Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan salam


dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
3 Komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
tindakan
B CONTENT

4 Menyiapkan alat dan lingkungan


 Bantal
 Penyangga kaki
 Kursi dengan sandaran punggung
 Kapas DTT
 Bengkok

5 Mendekatkan alat

6 Mencuci tangan dengan 7 langkah

7 Meminta ibu untuk mencuci tangan

8 Mengatur posisi ibu duduk dengan punggung lurus dan


bersandar, kaki tidak menggantung atau menggunakan
penayngga kaki
9 Mempersilahkan ibu membuka pakaian atas dan BH

10 Membersihkan puting susu dengan kapas DTT

11 Mengeluarkan ASI dengan cara memencet areola


mammae kemudian mengoleskan ASI tersebut pada
bagian putting dan areola
12 Membimbing ibu posisi kepala bayi berada di siku ibu
sebelah dalam, satu garis dengan bokong bayi, perut
bayi menempel pada perut ibu
13 Menganjurkan pada ibu agar bayi disentuhkan
dengan jari kelingking/ putting susu agar mulut bayi
terbuka lebar
14 Ibu jari ditempatkan di atas payudara dan 4 jari lain di
bawah menopang payudara
20
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
15 Menganjurkan agar ibu memasukkan putting susu
sampai areola ke dalam mulut bayi (areola mammae
berada diantara gusi atas dan bawah)
16 Setelah selesai menyusu membantu ibu melepaskan
isapan dengan bantuan jari kelingking

17 Membersihkan mulut bayi dan sekitarnya dari


kemungkinan ASI yang menempel dengan kapas
basah

18 Mengajarkan pada ibu untuk mengoleskan ASI pada


puting susu dan areola, biarkan kering dengan sendirinya
19 Menyendawakan bayi

20 Memberikan kesempatan ibu untuk mencoba sendiri

21 Membereskan alat

22 Mencuci tangan

23 Memberitahukan bahwa kegiatan sudah selesai

C TEKNIK

24 Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis

25 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak


ragu-ragu

26 Menjaga privasi klien

Total Score

Nilai: (Total score/52)x100

   

 
21
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
 

RATING SCALE POSISI MENYUSUI


Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja

NO LANGKAH MAHASISWA
A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5
1 Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan salam
dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
3 Komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
tindakan

B. CONTENT
4 Mempersiapkan ruangan dan alat (bantal, kursi,
tempat tidur, penyangga kaki)
5 Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan
setelah menyusui bayi
6 Menjelaskan pada ibu posisi-posisi menyusui: laid back
breastfeeding, cradle hold, cross cradle hold, side lying,
football hold dan sitting baby
7 Menjelaskan posisi ibu duduk dengan santai dan
nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi
dan kaki diberi alas/bangku kecil sehingga tidak
menggantung
8 Menjelaskan pada ibu untuk mengeluarkan sedikit ASI
dan mengoleskan pada puting susu & sekitar areola
9 Menjelaskan posisi bayi dipegang dengan satu lengan,
kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan
10 Menjelaskan posisi perut bayi menempelkan pada
perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi
menghadap ke payudara
11 Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
12 Menjelaskan ibu untuk memegang payudara dengan
ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah
serta tidak menekan puting susu atau areola: ajarkan
posisi tangan C, U atau gunting

22
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
13  
Menjelaskan utk merangsang rooting reflek dengan
menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut
 
bayi sebelum menyusui sehingga mulut bayi membuka
lebar  
14 Menganjurkan pada ibu setelah bayi mulai menghisap,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi dan  
ibu menatap bayi saat menyusui
15 Menjelaskan pada ibu setelah bayi kenyang; melepas  
isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi  
ditekan ke bawah*
16  
Menjelaskan ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu & aerola, biarkan kering
dengan sendirinya  
Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan
17
benar*
18 Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat
bayi menginginkan (on demand)
19
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ibu*
20
Menggunakan alat bantu / peraga
21 Menanyakan apakah ibu sudah mengerti dengan
penjelasan yang telah di berikan
22 Mempersiapkan ibu untuk bertanya dan memberi
jawaban dengan jelas
Melakukan feedback dan evaluasi untuk mengetahui
23 keberhasilan kegiatan

D TEKNIK

24 Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis


25 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak
ragu-ragu

26 Menjaga privasi klien

TOTAL SCORE

NILAI: (Total Score/52)x100

23
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
TOPIK 3
STIMULASI REFLEK OKSITOSIN

Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya ion


kalsium ke dalam intrasel. Keluarnya hormon oksitosin akan memperkuat ikatan aktin dan
myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan proses involusi uterus semakin bagus.
Oksitosin yang dihasilkan dari hiposis posterior pada nucleus paraventrikel dan nucleus
supra optic. Saraf ini berjalan menuju neuro hipofise melalui tangkai hipofisis, dimana
bagian akhir dari tangkai ini merupakan suatu bulatan yang mengandung banyak granula
sekretrotik dan berada pada permukaan hipofise posterior dan bila ada rangsangan akan
mensekresikan oksitosin. Sementara oksitosin akan bekerja menimbulkan kontraksi bila
pada uterus telah ada reseptor oksitosin. Untuk merangsang hormon oksitosin dapat
distimulasi melalui proses pijat oksitosin.

Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan
membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan (
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus
ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk

24
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suradi, 2006;
Hamranani 2010).
Pijat oksitosin juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa pijatan pada punggung ibu
untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin. Sehingga dapat mempercepat
penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah perdarahan, serta
memperbanyak produksi ASI. Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan
kenyamanan ibu.
Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui, adalah sebagai berikut.
1. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta.
2. Mencegah terjadinya perdarahan post partum.
3. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus.
4. Meningkatkan produksi ASI.
5. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui.
6. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga.
Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos uterus
baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga bisa mempercepat
proses involusi uterus. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu
menyusui.
Saat ibu menyusui merasa nyaman dan rileks pengeluaran oksitosin dapat
berlangsung dengan baik. Terdapat titik-titik yang dapat memperlancar ASI diantaranya,
tiga titik di payudara yakni titik di atas putting, titik tepat pada putting, dan titik di bawah
puting. Serta titik di punggung yang segaris dengan payudara. Pijat stimulasi oksitosin
untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat
memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu.
Berikut ini adalah cara yang dilakukan untuk menstimulasi refleks oksitosin.
1. Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu menyusui mampu menyusui dengan
lancar.
2. Gunakan teknik relaksasi misalnya nafas dalam untuk mengurangi rasa cemas atau
nyeri.
3. Pusatkan perhatian ibu kepada bayi.
4. Kompres payudara dengan air hangat.
5. Pemijatan oksitosin.

25
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk pijat oksitosin adalah sebagai berikut.
1. Meja
2. Kursi
3. Handuk kecil 1 buah
4. Handuk besar 2 buah
5. Baskom berisi air hangat
6. Waslap 2 buah
7. Baby oil
8. Kom kecil 1 buah
9. Kassa
10. Gelas penampung ASI
11. Baju ganti ibu
Teknik pijat oksitosin adalah sebagai berikut.
1. Menstimulasi puting susu: bersihkan puting susu ibu dengan menggunakan kassa
yang telah dibasahi air hangat, kemudian tarik putting susu ibu secara perlahan.
Amati pengeluaran ASI.
2. Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah pangkal payudara ke
arah puting susu.
3. Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian licinkan kedua telapak
tangan dengan menggunakan baby oil. Pijat leher, posisikan tangan menyerupai
kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2 – 3 menit.
4. Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara) menggunakan ibu jari. Tekan
kuat membentuk gerakan melingkar kecil – kecil. Lakukan gerakan sebatas tali bra
selama 2 – 3 menit.
5. Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua tangan menyerupai
kepalan tinju dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan.
6. Amati respon ibu selama tindakan.

26
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
RATING SCALE STIMULASI REFLEK OKSITOSIN
Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja

NO LANGKAH MAHASISWA

A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5

1 Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan salam


dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
3 Komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
tindakan
B CONTENT

4 Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk


pribadi

5 Duduk diam sendirian atau dengan teman yang


mendukung
6 Membantu melepaskan pakaian bagian atas dan BH ibu

7 Mengatur posisi ibu

8 Pegang bayi dengan kontak kulit dengan kulit jika


memungkinkan
9 Menghangatkan payudara (dikompres hangat)

10 Menstimulir putting susunya (memutar/ menarik putting


susu)
11 Mengurut atau mengusap ringan payudara

12 Mengusap punggung

13 Ibu duduk bersandar ke depan melihat lengan di atas


mejanya di dapannya dan meletakkan kepalanya di atas
lengannya. Payudara tergantung lepas tanpa baju
14 Penolong menggosoki kedua sisi tulang belakang,dengan
menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari
menghadap ke arah atas dan depan
15 Menekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran
kecil dengan kedua ibu jari, Ialu menggosok ke arah
bawah dikedua sisi tulang belakang, pada saat yang
sama, dari leher ke arah tulang belikat selama 2 atau 3
menit
16 Memberitahu ibu tindakan telah selesai

17 Membantu ibu memekai BH dan pakaian kembali

27
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
18 Merapikan pasien

19 Mencuci tangan

C TEKNIK

20 Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis

21 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak


ragu-ragu

22 Menjaga privasi klien

Total Score

Nilai: (Total score/44)x100

28
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
TOPIK 4
PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara pada masa nifas adalah suatu kebutuhan bagi ibu yang baru
saja melahirkan. Masa nifas sendiri adalah selama enam minggu atau 40 hari setelah
persalinan. Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat
penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancara pengeluaran air susu ibu
(ASI). Hal ini terjadi karena pada masa ini ibu mengalami perubahan fisik dan alat
reproduksi yang kembali ke keadaan sebelum hamil, masa laktasi maupun perubahan
psikologis untuk mendapatkan keturunan baru. Dengan melakukan perawatan yang tepat
yang biasanya berupa pegurutan dan pemijatan menggunakan beberapa bahan dan alat-
alat yang alami, diharapkan ibu merasa lebih nyaman menyusui bayinya.
Dengan melakukan perawatan payudara saat nifas diharapkan ibu dapat
meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar air susu.Payudara adalah satu-
satunya penghasil ASI.Jika hal itu sudah terjadi maka dapat berdampak pada bayi. Selain
itu,payudara ibu juga berisiko menjadi kendur setelah menyusui jika tidak langsung dirawat
saat masa nifas.
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara dapat
dilakukan dua kali sehari yaitu saat mandi pagi dan mandi sore.

Manfaat Perawatan Payudara:

1. Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah menyusu pada ibunya


2. Melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga bayi mudah menyusu
3. Mengurangi risiko luka saat bayi menyusu
4. Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar
5. Untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara
6. Mencegah penyumbatan pada payudara.
Langkah-Langkah Perawatan Payudara
Persiapan ibu
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Buka pakaian ibu
Persiapan alat
1. Handuk
2. Kapas yang dibentuk bulat
3. Minyak zaitun, minyak kelapa atau baby oil
29
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
4. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
5. Dua baskom masing-masing berisi air hangat dan air dingin

Pelaksanaan
1. Buka pakaian ibu
2. Letakkan handuk di atas pangkuan ibu tutuplah payudara dengan handuk
3. Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak
4. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak (minyak zaitun/baby
oli/minyak kelapa) selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu
bersihkan kerak-kerak pada putting susu 

5. Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk puting susu yang datar

6. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.

Pengurutan I
7. Licinkan kedua tangan dengan baby oil
8. Lakukan pemijatan dengan teknik effleurage (1 tipe pijatan) dengan penuh
kelembutan pada kedua payudara 10-15x

30
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Pengurutan II
9. Payudara kiri disangga tangan kiri terapis, kemudian dengan sisi ulnar tangan
kanan, lakukan tekanan (pressure) dari mulai pangkal payudara ke arah ujung
payudara (arah putting susu). Intensitas kekuatan tekanan pada payudara dari
kekuatan yang ringan ke sedang 10-15x. Penekanan ini dilakukan dari seluruh sisi
(atas, samping kanan-kiri dan bawah) kemudian bergantian payudara kanan. 

Pengurutan III
10. Payudara kiri masih tetap disangga tangan kiri terapis, kemudian tangan kanan
terapis menggenggam, dengan menggunakan ujung-ujung jari lakukan tekanan
dari mulai pangkal payudara ke arah ujung payudara (arah putting susu).
Intensitas kekuatan tekanan pada payudara dari kekuatan yang ringan ke sedang
10-15x. Penekanan ini dilakukan dari seluruh sisi (atas, samping kanan-kiri dan
bawah) kemudian bergantian payudara kanan.

Pengurutan IV
11. Apabila putting datar dapat dilakukan penarikan putting secara lembut ke arah
luar, kemudian menyiram payudara dengan air hangat bergantian dengan air
dingin sebayak 5 kali kemudian keringkan dengan handuk dan kenakan BH yang
menyangga.

31
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

Contoh BH penopang Payudara

Dampak tidak melakukan perawatan payudara:


1. Anak susah menyusu karena payudara yang kotor
2. Putting susu tenggelam sehingga bayi susah menyusu
3. ASI menjadi lama keluar sehingga berdampak pada bayi
4. Produksi ASI terbatas karena kurang dirangsang melalui pemijitan dan pengurutan
5. Terjadi pembengkakan, peradangan pada payudara dan kulit payudara terutama pada
bagian puting mudah lecet

MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI


1. Puting Datar
Ibu yang memiliki putting susu datar atau terbenam tidak perlu khawatir dalam
menyusui. Meskipun demikian, beberapa bayi pada awalnya menemukan kesukaran,
tetapi setelah beberapa minggu ke depan dan usaha ekstra, puting susu yang datar
akan menonjol keluar sehingga bayi akan dapat menyusu dengan mudah. Sejak
kehamilan trimester III, ibu yang tidak mempunyai risiko kelahiran premature, dapat
diusahakan mengeluarkan puting susu datar atau terbenam dengan:
1. Tehnik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari
2. Dibantu dengan spuit suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa ASI.

32
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

Modifikasi spuit untuk menarik putting susu datar/tenggelam


Setelah bayi lahir puting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara:

1. Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu.
2. Susui bayi sesering mungkin (misalnya 2-2 ½ jam), ini akan menghindarkan
payudara akan terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi akan menyusu.
3. Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat
membantu bila terdapat bendungan payudara dan puting susu tertarik kedalam.
4. Lakukan gerakan memutar dan tarik pada putting susu (sebelumnya putting susu
diolesi dengan minyak zaitun ataupun minyak kelapa untuk menghindari putting
lecet).
5. Penarikan juga dapat dilakukan dengan spuit suntik
6. Pompa ASI yang efektif (bukan berbentuk “terompet” atau bentuk squeezen dan
bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui.

2. Puting susu lecet


Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena
putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Cek bagaimana perlekatan ibu dengan bayi.

b. Cek apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit
merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering
bersisik (flaky).
Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
33
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
b. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krim, salep dan lain-lain.
c. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24
jam.
d. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan, tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
e. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun.

3. Payudara bengkak
Bedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI dengan payudara
bengkak. Pada payudara penuh, rasa berat pada payudara, payudara panas dan
keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak,
payudara oedem, sakit, putting kenceng, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila
diperiksa atau diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini
terjadi karena antara lain produksi ASI yang meningkat, terlambat menyusukan dini,
pelekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga
ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah hal ini diperlukan:
a. Menyusui dini.
b. Pelekatan yang baik.
c. Menyusui on demand, bayi harus lebih sering disusui.
Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun, dan untuk merangsang refleks
oxytocin, maka dilakukan:
a. Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
b. Ibu harus rileks.
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan daerah payudara).
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah tengah).
e. Stimulasi payudara dan puting.
f. Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udema.
Pakailah BH yang sesuai, menyangga payudara. Bila terlalu sakit dapat
diberikan analgetik.

4. Mastitis atau abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi erah, bengkak

34
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada
masa padat (lump), dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara
dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada
payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada dua jenis mastitis, yatu mastitis yang terjadi karena milk stasis adalah non
infection mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri (infective mastitis). Lecet pada
puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Perinasia, 2004).
a. Kompres hangat dan pemijatan.

b. Rangsang oxytocin dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulai
puting, pijat leher-punggung dan lain-lain.

c. Pemberian antibotik; selama 7-10 hari (kolaburasi dokter).

d. Sebaiknya diberikan istirahat total dan bila perlu obat penghilang nyeri.
e. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan
karena mungkin memerlukan tindakan bedah.

35
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

RATING SCALE PERAWATAN PAYUDARA


Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja

NO LANGKAH MAHASISWA

A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5

1 Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan salam


dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
pada klien
3 Komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
tindakan
B CONTENT

4 Menyiapkan peralatan:
o Air hangat dan air dingin dalam2 waskom
o Handuk kering dan bersih
o Kursi yang bersih
o Minyak zaitun/baby oil/Virgin Coconut Oil
o Waslap kering 2 lembar
o Kemben yang bersih
o Kapas dan kassa
o BH dan pakaian yang bersih

5 Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk


pribadi
6 Mempersilahkan klien untuk melepas pakaian beserta
Branya dan mengenakan kemben
7 Mempersilahkan klien untuk duduk tegak dan bersandar
pada kursi
8 Turunkan kemben sampai batas perut diganti dengan
handuk
9 Luluri tangan terapis dengan minyak zaitun/baby oil/virgin
coconut oil lalu ratakan pada kedua payudara
10 Hangatkan kedua tangan terapis dengan menggosok
kedua tangan
11 Kompres putting susu dengan kapas yang telah dilumuri
minyak selama 3-5 menit kemudian bersihkan putting susu
dari sebum atau kulit mati dengan cara memutar.

12 Lakukan pemijatan dengan teknik effleurage (1 tipe


pijatan) dengan penuh kelembutan pada kedua payudara
10-15x
13 Payudara kiri disangga tangan kiri terapis, kemudian
dengan sisi ulnar tangan kanan, lakukan tekanan
36
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
(pressure) dari mulai pangkal payudara ke arah ujung
payudara (arah putting susu). Intensitas kekuatan tekanan
pada payudara dari kekuatan yang ringan ke sedang 10-
15x. Penekanan ini dilakukan dari seluruh sisi (atas,
samping kanan-kiri dan bawah) kemudian bergantian
payudara kanan
14 Payudara kiri masih tetap disangga tangan kiri terapis,
kemudian tangan kanan terapis menggenggam, dengan
menggunakan ujungujung jari lakukan tekanan (pressure)
dari mulai pangkal payudara ke arah ujung payudara (arah
putting susu). Intensitas kekuatan tekanan pada payudara
dari kekuatan yang ringan ke sedang 10-15x. Penekanan
ini dilakukan dari seluruh sisi (atas, samping kanan-kiri dan
bawah) kemudian bergantian payudara kanan
15 Putting susu kemudian kita tarik keluar secara tarikan
ringan dengan arah memutar sesuai jarum jam 5-10x
16 Siram payudara dengan air hangat bergantian dengan air
dingin sebayak 5 kali kemudian keringkan dengan handuk

17 Anjurkan ibu menggunakan Bra yang menyokong.

C TEKNIK

18 Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis

19 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak


ragu-ragu

20 Menjaga privasi klien

Total Score

Nilai: (Total score/40)x100

TOPIK 5
37
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS
Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk mengetahui
keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1. Selalu meminta kesediaan/ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
2. Jagalah privasi pasien
3. Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan,
cara dan bagian yang akan diperiksa)
5. Beri instruksi spesifik yang jelas
6. Berbicaralah yang komunikatif
7. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
8. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

JENIS PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera
penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian
tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna,
posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.
Cara pemeriksaan
a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri.
b. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri
pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya
untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
c. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.
d. Catat hasilnya

2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan
dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,
kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh.
Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,
disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
38
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Cara pemeriksaan:
a. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang
diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman untuk
menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
c. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
d. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
e. Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan
ringan dan tidak terlalu lama.

Palpasi abdomen

f. Palpasil daerah yang dicurigai; adanya nyeri tekan menandakan kelainan.


g. Lakukan palpasi secara hati-hati, terutama apabila diduga adanya fraktur
tulang.
h. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
i. Lakukan palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang dalamnya
kurang dari 1 cm.
j. Lakukan palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan
kedalaman 1 - 2,5 cm.
k. Lakukan palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan
kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan
dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah
organ/jaringan tubuh, sedangkan yang dibawah untuk mendeteksi
karakteristik organ/ jaringan.
l. Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor
bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut,
ukurannya dan ada/tidaknya getaran/trill, serta rasa nyeri raba/tekan
m. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat

39
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Palpasi Payudara

a. Anjurkan ibu dalam posisi berbaring terlentang


b. Buka pakaian ibu bagian atas
c. Lakukan inspeksi payudara: bentuk pembesaran simetris/tidak, kemerahan,
pembengkakan, luka, keadaan putting susu dan massa abnormal/kelainan kulit
payudara.
d. Lakukan palpasi pada payudara: pembengkakan, nyeri tekan, produksi ASI:

Mastitis: pembengkakan dan kemerahan pada daerah Kelainan kulit seperti kulit jeruk pada korpus mammae yang
korpus mammae merupakan tanda kanker payudara

Dermatitis payudara Kelainan putting susu

Abses pada korpus mammae Puting susu lecet

ketegangan, adanya tahanan dari alveoli, keluarnya kolostrum; dan massa


abnormal.

40
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

3. Pemeriksaan Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi


getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada
permukaan tubuh. Perjalanan getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan
media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang
dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah
kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah
hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

Cara pemeriksaan

a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang
akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka.
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari
ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
c. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
d. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.

e. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan:


1) Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan
langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
2) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut:
41
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
a) Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter
diletakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan
telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan
tubuh.
b) Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor,
untuk memukul/ mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan
kiri.
c) Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak dan
pergelangan tangan rilek.
d) Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
e) Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
f) Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.

Reflek patella

4. Hasil Pemeriksaan Perkusi

a. Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan
kualitas seperti drum (lambung).
b. Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama,
kualitas bergema (paru normal).
c. Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas
ledakan (empisema paru).
d. Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi,
waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
e. Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek,
kualitas datar (otot)

4. Pemeriksaan Auskultasi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya
kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang

42
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen
mendengarkan suara bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
a. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
b. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
c. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
d. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada
organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna.
Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara.
Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang
karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus lentur dengan panjang
30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya
ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan
menempel pada kulit pasien.
Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu: Bell stetoskop, digunakan untuk bunyi
bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila
ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit
menjadi terenggang, maka cara kerjanya seperti diafragma. Diafragma, digunakan
untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.

Cara pemeriksaan

a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang
diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
43
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
b. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
c. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala,
selang dan telinga
d. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah,
ukuran dan lengkungannya.
e. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan
pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
f. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan
lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
g. Pergunakanlah bell stetoskop
untuk mendengarkan bunyi
bernada rendah pada tekanan
ringan yaitu pada bunyi jantung
dan vaskuler dan gunakan
diafragma untuk bunyi bernada
tinggi seperti bunyi usus dan
paru
h. Informasikan hasil pemeriksaan
dan catat pada status.
Bunyi Jantung

POSISI PEMERIKSAAN
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi pemeriksaan sangat
menentukan. Beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu :
1. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk
pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.
2. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga
bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru,
mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
3. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki
menyentuh tempat tidur dan posisi sims (tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal
dan vagina.
4. Posisi Prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung.
5. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi untuk
pemeriksaan rectal dan vagina
6. Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal
44
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
7. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan
keseimbangan.

PERUBAHAN ANATOMI PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI


1. Perubahan System Reproduksi
a. Uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini disebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan
antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nerkosis dan lepas. Ukuran uterus
mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilicus, setelah
2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Jika sampai 2 minggu postpartum, uterus belum masuk panggul, curiga ada
subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh perdarahan lanjut (late postpartum
haemorrage). Jika terjadi subinvolusio dengan kecurigaan infeksi, diberikan
antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan uterotonika
(ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek sampan menghambat
produksi laktasi karena menghambat produksi prolaktin. Terjadi involusi/pengerutan
uterus yaitu uterus kembali ke kondisi semula seperti belum hamil dengan berat
uterus 60 gram.
Proses involusi uterus :
- Autolisis
- Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vaskuler dan
system limphatik
- Efek oksitosin
Tinggi Fundus Uteri masa post partum :
- TFU hari 1 post partum 1 jari di bawah pusat
- TFU hari 2 post partum 2-3 jari di bawah
pusat
- TFU 4-5 post partum pertengahan simpisis
dan pusat
- TFU hari 7 post partum 2-3 jari di atas simpisis
- TFU hari 10-12 post partum tidak teraba lagi

b. Involusi Tempat Plasenta

45
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka mengecil,
pada akhir minggu kedua hanya 3-4 cm, dan akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta sangat khas sekali.Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah yang tersumbat oleh
thrombus. Biasanya luka seperti ini sembuh dengan meninggalkan bekas parut,
tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan jaringan parut. Hal ini disebabkan
karena luka ini sembuh dengan cara yang luar biasa, yaitu dengan pertumbuhan
endometrium baru pada permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka
dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligament rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
letak uterus menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
d. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala III, serviks menjadi sangat lembek, kendur,
dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior.
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang
serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan pinggir-pinggirnya
retak karena robekan dalam persalinan.
e. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama
masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda pada setiap wanita.
Akibat involusio uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea
mengalami perubahan karena proses involusio. Perbedaan masing-masing lochea
dapat dilihat sebagai berikut:
a) Lochea rubra (Cruenta), keluar pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dan
desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.
46
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
b) Lochea sanguinolenta, keluar pada hari ke 3-7 pasaca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
c) Lochea serosa, keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum dan lebih sedikit darah, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d) Lochea alba, keluar sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lender serviks dan serabut
jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar
saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lochea sekitar 240 ml hingga 270 ml.
f. Perubahan vagina dan perineum
a) Membentuk lorong berdinding lunak dan luas, perlahan mengecil tetapi
jarang kembali ke ukuran nulipara rugae terlihat kembali pada minggu ke-3.
b) Berkurangnya sirkulasi progesterone mempengaruhi otot-otot pada panggul,
perineum, vagina dan vulva.
c) Proses ini membantu pemulihan kearah tonisitas/elastisitas normal dari
ligament otot rahim.
d) Merupakan proses bertahap yang berguna bila ibu melakukan mobilisasi,
senam nifas dan mencegah timbulnya konstipasi.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam 2 atau 3 hari dapat ditolong
dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah
wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa
pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan.
47
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil. Diuresis pasca partum, yang disebabkan oleh
penurunan ekstrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan
hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme cairan
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a. Dinding perut biasanya kembali dalam 6 minggu
b. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otototot recti
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fascia tipis dan kulit.
c. Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan
mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang
dinamakan striae. Striae pada dinding abdomen tidak
dapat menghilang sempurna melainkan membentuk
garis lurus yang samar.
d. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding
abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam
beberapa minggu.
e. Tulang-tulang sendi panggul dan ligamentum kembali dalam waktu sekitar 3 bulan
5. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah: biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post
partum dapat menandakan terjadinya preeklamsia post partum.
b. Suhu : kembali normal setelah masa persalinan sedikit meningkat (37,3°C) dan
akan stabil dalam waktu 24 jam kecuali bila ada infeksi

c. Nadi : dalam batas normal jika lebih 100x/menit abnormal dan merupakan tanda
infeksi atau terjadi perdarahan infeksi. Beberapa wanita mungkin mengalami
brandicardi (40-50x/menit) segera setelah persalinan dan beberapa jam setelah
post partum.
d. Pernafasan : dalam batas normal

6. Perubahan Sistem Cardiovaskular dan Hematologi


Segera setelah lahir, kerja jantung mengalami peningkatan 80% lebih tinggi
daripada sebelum persalinan karena autotransfusi dari uteroplasenter. Resistensi
pembuluh perifer meningkat karena hilangnya proses autoplasenter.

48
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
Volume darah turun seperti keadaan sebelum hamil dan viskositas meningkat,
tonus otot halus pada dinding pembuluh darah meningkat, cardiac output kembali stabil
setelah 3 minggu. Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi
pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematrokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

RATING SCALE PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS

Petunjuk

1. Mahasiswa dievaluasi dengan memberikan nilai:


0 = jika langkah kerja tidak dikerjakan
1 = jika langkah kerja dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan
2 = jika langkah kerja dikerjakan dengan tepat dan benar
2. Catatan diberikan sebagai umpan balik pada setiap langkah
3. Sikap dan tekhnik terintegrasi dalam setiap langkah kerja

NO LANGKAH MAHASISWA

49
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
A SIKAP DAN PERILAKU 1 2 3 4 5
Menyambut klien dengan ramah, mengucapkan salam
1
dan memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2
pada klien
Komunikasi dan kontak mata dengan klien selama
3
tindakan
B. CONTENT
Mempersiapkan alat dan lingkungan :
~ Tensimeter
~ Thermometer
4 ~ Sarung tangan bersih dan DTT
~ Korentang
~ Kapas DTT
~ Larutan klorin 0,5%
Mencuci tangan dan mengeringkan menggunakan
5
handuk pribadi

6 Pasien diminta untuk BAK terlebih dahulu

7 Memposisikan pasien sesuai pemeriksaan

8 Menggunakan sarung tangan bersih

9 Memeriksa antropometri ibu dan Vital Sign


Pemeriksaan kepala :
~ Rambut ~ Mulut
10 ~ Wajah ~ Gigi
~ Mata ~ Telinga
~ Hidung
11 Pemeriksaan leher
Pemeriksaan payudara (bentuk, konsistensi, putting,
12
pengeluaran)
13 Pemeriksaan perut untuk menilai involusio
Pemeriksaan ekstremitas (tangan dan kaki, oedema,
14
varises, homan sign)
Melepas sarung tangan bersih dan rendam dalam larutan
15
klorin 0,5%
16 Memposisikan pasien dengan posisi dorsal rekumben

17 Menggunakan sarung tangan DTT


Pemeriksaan genetalia (tanda infeksi, oedema, lokhea,
18
perdarahan, jahitan perineum)
Melepas sarung tangan dan merendam dalam larutan
19
klorin 0,5%
20 Membantu mengenakan celana dalam dan pembalut

50
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
 
21 Membereskan alat
 
22 Mencuci tangan
 
23 Memeriksa kadar Hb (jika perlu)
 
D TEKNIK
 
24 Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis
Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak  
25
ragu-ragu  
26 Menjaga privasi klien
 
TOTAL SCORE

NILAI: (Total Score/52)x100

51
 
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan
dan Menyusui Program Studi Kebidanan Program
Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta  

 
DAFTAR PUSTAKA
 
Australian Breastfeeding Association. 2013. Expressing and storing breastmilk. Diunduh
dari: https://www.breastfeeding.asn.au/bf-info/breastfeeding-and-work/expressing-
and-storing-breastmilk pada tanggal 19 April 2014
Center of Disease Control and Prevention. 2010. Proper handling and storage of human
milk. Diunduh
dari: http://www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm
pada tanggal 19 April 2014
Eveline. 2017. ASI Saya Kurang?. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-
anak/asi-saya-kurang.
Fraser & Cooper A. 2009. Myles Text Book for Midwives. Elsevier. United Kingdom.
Kay-Hatfield, J. 2011. Exploring the Factors that Influence Adolescent Mother’s Choice of
Infant Feeding Method. Paper presented at the Conference of Consultant for
Community Nurses Association of Canada, Canada.
Kemenkes, RI .2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Indonesia.
______. 2000. Pedoman ASI eksklusif. Jakarta
______. 2008. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif 6 bulan.
Jakarta.
______. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang “Kewajiban Ibu
Memberikan ASI pada Bayinya Secara Eksklusif
La Leche League International. 2012.What are the LLLI guidelines for storing my pumped
milk. Diunduh dari: https://www.llli.org/faq/milkstorage.html pada tanggal 19 April
2014
Office on Womens Health. 2010. Breastfeeding: Pumping and milk storage. Diunduh
dari:http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/pumping-and-milk-storage/pada
tanggal 19 April 2014
Roesli, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Riksani,
Ria. 2012. Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat
WHO. 2011. Guidelines on Optimal feeding of low birth weight infants in low- and middle-
income countries. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

52
 

Anda mungkin juga menyukai