ABSTRAK
Pembuatan gypsum dari batu kapur yang telah dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mempelajari pembuatan kalsium sulfat (gypsum) dari batu
kapur.Percobaan dilakukan dengan mensintesis batu kapurkamudian dikalsinasi.
Kemudian direndam sambil diaduk dan diambil filtratnya. Setelah itu diuapkan dan
ditambahkan setetes demi setetes asam sulfat hingga terbentuk padatan putih dan
dinginkan hingga terbentuk endapan. Saring endapan yang terbentuk dan kemudian
timbang. Metode yang kedua adalah analisa kualitatif dengan melarutkan hasil sintesis
asam sulfat dengan KSCN, Asam Nitrat (HNO₃) dan Natrium Karbobat (Na₂CO₃) dan
amati perubahanya. Tujuan dari percobaan ini adalah mengidentifikasi dan
memperlajari pambuatan kalsiun sulfat (Gypsum) dari batu kapur. Setelah melakukan
uji dan perlakuan terhadap batu kapur sehingga didapatlah hasil berat kalsium sulfat
yang didapatkan yaitu sebanyak 1,41 gram serta hasil rendemen kalsium sulfat yang
didapatkan yaitu sebesar 14,1 % dengan uji kualitatif membuktikan bahwa hasil
tersebut merupakan CaSO4. Reaksi pada percobaan ini :
Kalsinasi : CaCO3 → CaO + CO2
Sintetis : CaO + H2SO4 → CaSO4 + H2O
Leaching : CaCO3 + HCl → CaCl2 + H2CO3
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
Kalteng (449 Jt), Kalsel (8,33 Mt), Kaltim (57 Mt), Sulut (18,8 Jt), Gorontalo (18,5
Mt), Sulteng (696 Jt), Sulsel (31,33 Mt), Sultra (1.527 Mt), Malut (8,87 Mt), dan Papua
(2,6 Mt).
Beliau juga menjelaskan mengenai karakterisasi Batu kapur (limestone) adalah
jenis batuan karbonat yang terjadi di alam, disebut juga batu gamping. Mineral utama
batu kapur adalah kalsit (CaCO3), mineral lainnya merupakan mineral pengotor,
biasanya terdiri dari kuarsa (SiO2), karbonat yang berasosiasi dengan mineral besi dan
mineral lempung, serta bahan organik sisa tumbuhan. Mineral kalsit terbentuk melalui
proses sedimentasi sehingga batu kapur disebut pula batuan sedimen. Mineral kalsit
berstruktur kristal sistem heksagonal. Selain kalsit di alam ditemukan pula mineral
karbonat lainnya yaitu aragonit (CaCO3) yang mempunyai komposisi kimia sama
dengan kalsit namun struktur kristalnya berbeda yaitu sistem ortorombik. Aragonit
ditemukan pada kulit kerang (oyster shells) dan keong (oolites). Aragonit bersifat
metastabil, dalam waktu lama akan berubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang
berasosiasi dengan kalsit adalah siderit (FeCO3), ankerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3), mineral-mineral tersebut umumnya ditemukan dalam jumlah
kecil.
2.2. Gypsum
Trisna dan Mahyudin (2012), Gypsum merupakan material serbaguna dan bagian
yang penting dari habitat alam. Gypsum adalah salah satu mineral dengan kadar
kalsium yang mendominasi pada mineralnya dan merupakan salah satu bahan galian
industri. Gypsum digunakan sebagai bahan mentah tambahan dalam pembuatan semen
dan merupakan sumber kalsium sulfat (CaSO4.2H2O) dengan reaksi pembentukan
yang menghasilkan sedikit panas.
Bambang Kuswanto (2013), Material gypsum (Ca So4 – 2H2O) adalah salah satu
material pengganti untuk pembuatan cetakan plastik yang dapat dipertimbangkan.
Gypsum termasuk dalam kelompok jenis material keramik cements. Material cements
umumnya digunakan dengan cara dicampur air (H2O). Jumlah air sangat berpengaruh
dalam campuran ini, dan akan membentuk padatan lunak seperti tanah liat dengan
tingkat kelembekan seperti yang dikehendaki. Produk dari material gypsum sampai
saat ini banyak dijumpai dalam berbagai bentuk untuk memenuhi keperluan arsitektur.
Amaliyah (2015), Salah satu bentuk pemanfaatan gypsum adalah sebagai papan
gypsum . Papan gypsum biasa digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi
dan papan/ plafon untuk menggantikan triplek. Papan gypsum memiliki keunggulan
tahan api dan mudah diperbaiki. Saat ini penggunaan papan gypsum masih terbatas.
Hal ini dikarenakan ketersediaan papan gypsum di pasaran masih sangat kurang dan
kekuatannya tidak sebaik triplek, serta sifat gypsum yang getas, rapuh dan tidak tahan
air. Sifat gypsum yang kurang baik tersebut dapat diperbaiki dengan menambahkan
serat dalam produksinya. Secara umum papan gypsum merupakan salah satu bentuk
papan tiruan dengan bahan dasar semen, menggunakan bahan perekat (semen) dan
serat fiber yang kemudian di kempa dingin. Sebagai bahan substitusi serat fiber yang
harganya cukup mahal, digunakan limbah serutan rotan sebagai alternatif bahan pengisi
papan gypsum
diinginkan (Anusavice, 2003). Selama proses pemanasan, gipsum kehilangan 1,5 g mol
dari 2 g mol air dan berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat (Craig, 2002). Berbeda
dengan reaksi pembentukan plaster dan stone, reaksi pengerasan gipsum berkebalikan
dengan reaksi pembentukan plaster dan stone. Ketika kalsium sulfat hemihidrat
dicampur dengan air maka akan terbentuk kalsium sulfat dihidrat dan energi. Reaksi
kimianya sebagai berikut: CaSO4.1/2H2O (Plaster) + 11/2 H2O (air) →CaSO4.2H2O
Reaksi tersebut adalah reaksi eksotermis.
susut kering dan berat kering (densitas), menurunkan kemampuan penyerapan air,
pengembangan tebal dan kuat lentur. Pencampuran 25% gipsum Karangnunggal
dengan 75% gipsum Australia dengan konsentrasi sluri antara 20% sampai 25%
merupakan komposisi terbaik papan gipsum dengan perubahan karakteristik di bawah
10%.
Aziz Zahari (2019) dalam penelitianya yang berjudul “Synthesis of Calsium
Sulphate as Biomaterial” bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu kalsinasi yang
berbeda untuk menghasilkan kalsium sulfat anhidrat. Kehadiran kalsium sulfat dalam
sampel dikonfirmasi lebih lanjut melalui analisis FTIR yang mendeteksi keberadaan
SO₂. Baik OH dan SO2 dapat dideteksi dalam sampel sebelum dikalsinasi karena fasa
yang disajikan adalah CaSO 2H₂O dan CaSOH₂O. Namun, setelah sampel dikalsinasi
pada 500 "C dan lebih tinggi, hanya berfungsi kelompok SO, terdeteksi sebagai struktur
air telah dihapus.
BAB III
Hasil dan Pembahasan
Setelah itu dilakukan uji kualitatif dengan melarutkan hasil sintesis dengan
KSCN. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa larutan tersebut benar benar
gypsum. Larutan terbukti benar benar gypsum jika dilarutkan dengan KSCN akan
berubah warna menjadi berwarna ke merah mudaan. Dengan reaksi berikut:
saat senyawa CaSO4 ditambahkan dengan pereaksi KSCN terjadi perubahan warna dari
senyawa CaSO4 yang menandakan senyawa tersebut benar benar gypsum. Sedangkan
percobaan kedua adalah penambahan senyawa Na2CO3 yang bertujuan untuk
melengkapi uji kuantitatif sebelumnya yang menggunakan KSCN. Hasil percobaan
dikatakan positif apabila terdapat gelembung-gelembung kecil pada saat penambahan
pereaksi kedalam larutan. Hasil reaksinya sebgai berikut:
Pada saat senyawa CaSO4 ditambahkan dengan natrium karbonat terjadi perubahan
seperti muncul gelembung-gelembung kecil dan hasil dari pencampuran kedua larutan
tersebut mengakibatkan CaSO4 kembali menjadi CaCO3 .
BAB IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah gypsum jika ditambahkan dengan KSCN
akanmengalami perubahan warna dari putih menjadi merah muda. Kemudian jika
gypsum ditambahkan natrium karbonat akan menghasilkanat gelembung-gelembung
kecil dan kembali menjadi senyawa CaCO3. Pada proses pengujian kualitatif atau
sintesi kalsium sulfat terdapat tiga buah reaksi yang terjadi yaitu :
Kalsinasi : CaCO3 → CaO + CO2
4.2. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini sebaiknya berhati hati dalam proses liching saat
menghirup udara karena ditakutkan akan menyebabkan keracunan. Hati hati pula
dalam penggunaan alat yang mudah pecah. Serta teliti saat penyaringan filtrat agar
filtratnya tersaring dengan benar jangan sampai terkena pengotor
Daftar pustaka
Aziz Muchtar.2010.Batu Kapur dan Peningkatan Nilai Tambah Serta Spesifikasi Untuk
Industri.Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara.6(3):116-131.
Aziz Zahari. 2020. Synthesis of calcium sulphate as biomaterial, AIP Conference
Proceedings, 2267. doi: 10.1063/5.0015693.
Darwin A. Siregar. 2010. Pemanfaatan Gipsum Karangnunggal, Kabupaten
Tasikmalaya Untuk Pembuatan Papan Gipsum. Jurnal Teknologi dan Batubara.
6(2). 92 – 99.
Desi Mustika Amaliyah dkk. 2015. Sifat Fisik Mekanik Papan Gypsum Berbahan
Pengisi Alternatif Limbah Serutan Rotan. Balai Riset dan Standardisasi Industri
Banjarbaru. 1(1).21-19.
Dewantoro dkk. 2018. Effect of Phosphate Addition and Exposure of MicroWaves on
Comparatives Ca/F in Gipsum Waste: Preliminary Study of Hydroxyappatite
Synthesis (HAp) from Ceramics Gypsum Industry Waste. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi 21(4) .218 - 223
Ridho Pratama dkk. 2019. Sifat Fisik Dan Mekanik Papan Gipsum Dari Limbah Kayu
Akasia (Acacia Mangium Willd) Berdasarkan Kadar Gipsum Dan Ukuran Serbuk
Kayu. Jurnal Hutan Lestari. 7 (1) . 305 – 315.
Waseen ul Ayoob dkk. 2019. Comparison of tap water, distilled water and slurry water
on surface hardness of gypsum die an in vitro study. International Journal of
Applied Dental Sciences . 5(2). 281-283
Lampiran
1. Dokumentasi
2. Perhitungan
1000 𝑥 𝜌 𝑥 % 𝐻𝐶𝑙
M HCl 37 % =
𝑀𝑟
1000 𝑥 1,18 𝑥 37%
=
36,46
M HCl 37% = 11,975 M
Pengenceran HCl 1 M :
M1 . V1 : M2 . V2
11,975 . V1 : 1 . 25 mL
V1 : 2,0876 mL
V1 : 2,1 mL
1000 𝑥 𝜌 𝑥 % HNO3
M HNO3 65 % =
𝑀𝑟
1000 𝑥 1,41 𝑥 65 %
=
63,01
M HNO3 65 % = 14,5453 M
Pengenceran HNO3 1 M :
M1 . V1 : M2 . V2
14,5453 . V1 : 1 . 25 mL
V1 : 1,7187 mL
V1 : 1,7 mL
1000 𝑥 𝜌 𝑥 % H2SO4
M H2SO4 37 % =
𝑀𝑟
1000 𝑥 1,84 𝑥 96 %
=
98
M H2SO4 37% = 18,0244 M
Pengenceran H2SO4 1 M :
M1 . V1 : M2 . V2
18,0244 . V1 : 1 . 50 mL
V1 : 2,77 mL
V1 : 2,8 mL
3. Data pengamatan
4. Jurnal Acuan