Anda di halaman 1dari 118

MATERI 1:

Misi Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi alam semesta,


pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan.

Kompetensi Dasar
Misi Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi alam semesta,
pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan.

Indikator
Menjelaskan kondisi masyarakat Mekah sebelum kedatangan agama
Islam
URAIAN MATERI
A. Kondisi Mayarakat Mekah Sebelum Islam

Sebelum datang Islam, penduduk Mekkah dikenal dengan penduduk


jahiliyah (bodoh). Mereka bukan bodoh secara intelektual tapi mereka
mememiliki prilaku yang buruk di aspek agama, sosial, ekonomi, dan
politik.
1. Dari aspek agama, mereka menyembah berhala yang berada di
sekitar Ka’bah.
2. Dari aspek sosial, mereka suka minum hamar, mabuk, berzinah dan
merampok. kedudukan wanita di tempat yang paling rendah, dan
masalah perbudakan masih ada.
3. Dari aspek ekonomi, mereka mempraktekan riba dan menjual barang
dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan besar.
4. Dari aspek politik, mereka sangat gemar berperang dan sering terjadi
perang antar suku.
Masyarakat Mekkah memiliki karakter positif antara pemberani,
fisik yang kuat, daya ingat yang kuat, loyalitas tehadap pimpinan.
Profesi mereka adalah berdagang, bertani dan berternak. Mereka
melakukan perniagaan ke Syam di musim dingin, dan pergi ke Syam di
musim panas.
B. Misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin yaitu
Prioritas dakwah Nabi Muhammad saw. Periode Mekah
1. Akidah.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 1


Mengajarkan kepada manusia tentang akidah dan larangan
menyembah selain Allah swt.
2. Hari kiamat.
Menegaskan tentang adanya hari pembalasan
3. Akhlak
Mengajarkan akhlak terpuji dan melarang berbuat kemungkaran.
4. Peramaan derajat .
Mengakui dan melindungi hak asasi manusia.

Sebutkan bukti dari misi dakwah Nabi Muhammad SAW di


Mekah!
C. Beberapa bukti dari misi dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah,
antara lain :

1.    Adanya gua hira dan Jabal Nur.

2.    Masyarakat yang sebelumnya  menyembah berhala, beralih


mentauhidkan Allah SWT.

3.    Akhlak yang sebelumnya buruk (seperti membunuh bayi


perempuan, mabuk-mabukan, sumpah palsu, dsb), berubah
menjadi berakhlak baik dan mulia.

4.    Adanya kepemerintahan berlandaskan Al-Quran dan As-


Sunnah.

5.    Perekonomian masyarakat Mekah yang menjadi maju


setelah mengikuti syariat Islam.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 2


6.    Masyarakat yang sebelumnya buta huruf, banyak yang
kemudian menjadi ahli tafsir, ahli hadis, ahli sirah, dsb.

7.    Wanita yang sebelumnya sangat hina, setelah adanya Nabi


Muhammad SAW derajat wanita menjadi mulia, perlu dipelihara
dan dijaga.

8.    Peperangan yang sebelumnya hanya berdasarkan balas


dendam, menjadi perang yang bertujuan untuk mempertahankan
agama dan negara.

MATERI 2:
Dakwah Nabi Muhammad saw di Mekah
Kompetensi Dasar
Memahami strategi dakwah Nabi Muhammad saw. di Mekah
Indikator
Menghubungkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan
dakwah Nabi saw. di Mekah.
URAIAN MATERI
a. Pola Dakwah Nabi Muhammad saw. di Mekah
Selama di Mekkah, Nabi Muhammad menerapkan beberapa pola
dakwah antara lain:
1. Dakwah sirriyah (dakwah diam-diam).
Sebagai cara dakwah yang digunakan ketika kondisi dan situasi
tidak mendukung.
2. Dakwah Jahriyah (dakwah terang-terangan).
Sebagai cara menyebarkan dakwah lebih luas dan pengikutnya
sudah siap dengan segala resiko.
3. Hijrah ke Habasyah
Sebagai cara melindungi dan memelihara nyawa dan agama
pengikut Nabi.
4. Hijrah ke Thaif.
Sebagai cara mencari tempat yang ideal untuk menyebarkan Islam.
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 3
5. Baiat Aqabah I dan II.
Sebagai cara persiapan pendukung dan tempat untuk membangun
basis Islam.
b. Repon Masyarakat Mekah Terhadap Dakwah Nabi
Masyarakat Mekkah merespon dakwah nabi dengan penolakan.
Hanya sebagian kecil yang menerima dakwah Nabi. Para pembesar
Mekkah menolak ajaran Nabi dan berusaha mencegah dakwah nabi
dengan bebagai cara, seperti:
1. Meminta bantuan Abu Thalib untuk merayu Nabi,
2. Menawarkan kedudukan, wanita, dan harta, dan
3. Menyiksa para pengikutnya. Walaupun mendapatkan respon
negatif, Nabi Muhammad tidak berhenti untuk menyebarkan
Islam.
c. Faktor Keberhasilan Dakwah Nabi saw di Mekah
Keberhasilan dakwah Islam dikarenakan Nabi Muhammad memiliki
karakter pendukung yaitu:
1. Sabar menghadapi ancaman,
2. Gigiha dan ulet dalam menyebarkan Islam,
3. Memiliki kenyakinan yang kuat,
4. Memiliki akhlak yang mulya,
5. Selalu menghindari kemungkaran, dan
6. Mengakui kesetaraan derajat manusia.

MATERI 3:
Dakwah Nabi Muhammad saw. di Madinah
Kompetensi Dasar
Memahami strategi dakwah Nabi saw. di Madinah
Indikator
Menentukan salah satu langkah awal dakwah Nabi Muhammad saw.
ketika tiba di Madinah
URAIAN MATERI
Sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw dan Umat Islam, Madinah
bernama Yasrib. Yasrib terkenal dengan daerah subur dengan hasil
pertanian kurma. Selain itu, posisinya sebagai jalur perdagangan antara
selatan dan utara. Kondisi ini menarik orang-orang untuk menetap di
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 4
Madinah. Penduduk Yasrib pertama adalah Suku Amaliqoh. Kedatangan
Yahudi dari Siria membuat peralihan kekuasaan dari Amaliqoh ke tangan
Yahudi. Suku Yahudi datang ke Madinah karena diusir dan disiksa oleh
Kerajaan Romawi. Suku-suku Yahudi yang datang ke Madinah adalah Bani
Nadhir, Bani Quraizhah, Bani Ghathafan, dan Bani Qainuqa. Mereka
membawa kepercayaan agama Yahudi. Setelah itu datang Imigran dari Arab
Yaman yaitu suku Aus dan Khazraj dengan membawa agama pagan yaitu
kepercayaan kepada benda-benda dan kekuatan alam. Arab Yaman
mengikuti kepercayaan sama dengan kepercayaan orang Arab Makkah.

A. Hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah


Hijrah menurut bahasa meninggalkan, sedangkah menurut istilah
meninggalkan sesuatu untuk menuju sesuatu yang baru.
Dalam sejarah Islam, Hijrah adalah kegiatan perpindahan Nabi
Muhammad bersama para shahabat dari Makah ke Madinah dengan
tujuan mempertahankkan dan menegakkan Islam.
Hijrah terbagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Hijrah makaniyah; yaitu meninggalkan tempat.
Selama masa kenabian, terjadi 3 hijrah makaniyah yaitu ke
Habasyah, Thaif, dan Madinah.
2. Hijrah maknawiyah yaitu meninggalkan semua apa yang dilarang
oleh Allah. Hijrah maknawiyah terdiri dari 4 macam yaitu hijrah
i’tiqady, fikriyah, syu’uriyah, dan sulukiyyah.

Nabi Muhammad memilih hijrah untuk menghindari ancaman dan


penyiksaan kaum Quraisy. Madinah menjadi pilihan selanjutnya dengan
mempertimbangkan posisinya tidak jauh dari Makkah, dia memiliki
ikatan kerabat dari kakeknya Abdul Mutholib, karakter penduduknya
yang lembut, dan tentunya Hijrah merupakan perintah Allah swt.
Kafir Quraisy meningkatkan tekanan dan ancaman terhadap Nabi
Muhammad terutama setelah meninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah.
Mereka merencakan untuk membunuh Nabi saw sebelum beliau hijrah.
Mereka merasa hijrah nabi saw dan pengikutnya ke tempat baru akan
memperkuat umat Islam dan nantinya akan menyerang mereka. Kafir
Quraisy memilih para algojo untuk membunuh Nabi Muhammad, tapi
akhirnya gagal.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 5


Nabi Muhammad telah mempersiapkan proses hijrah dengan
matang. Setelah mayoritas umat Islam telah hijrah ke Madinah. Nabi
Muhammad saw mendapat perintah hijrah bertepatan dengan
pengempungan rumahnya oleh para algojo kafir Quraisy. Atas
kekuasaan Allah Nabi Muhammad bisa lolos. Sebelum keluar rumah,
Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi Thalib untuk memakai
mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya untuk mengelabui para
algojo.
Nabi Muhammad saw mengajak Abu Bakar untuk menami berhijrah.
Langkah pertama, mereka pergi ke gua Tsur yang berada di sebelah
selatan Makkah, bertolak belakang dengan arah ke Madinah yaitu utara
Makkah. Mereka berdua tinggal di gua Tsur selama 3 hari sambil
melihat perkembangan situasi di Makah. Pada hari keempat mereka
meninggalkan gua Tsur menuju kota Madinah. Setelah berjalan 7 hari,
Nabi Muhammad saw beristirahat di Quba dan sempat membangun
masjid yang dikenal dengan masjid pertama dalam sejarah Islam.
Setelah itu keduanya berangkat ke Madinah dengan sambutan yang
meriah dari penduduk Madinah.

B. Langkah-Langkah Dakwah Nabi saw. di Madinah


Nabi Muhammad saw melakukan beberapa rencana yaitu:
1. Membangun masjid,
2. Mempersaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar.
3. Membuat perjanjian antara umat Islam dengan Yahudi.

MATERI 4:
Sejarah Nabi Muhammad saw Dalam Membangun Masyarakat
Melalui Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan
Kompetensi Dasar
Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. dalaM membangun
masyrakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan.

Indikator
Menjelaskan sikap Nabi Muhammad saw. dalam membangun
masyarakat melalui kegiatan ekonomi
Menjelaskan sikap Nabi Muhammad aw. dalam membangun

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 6


masyarakat melalui kegiatan perdagangan.
URAIAN MATERI
A. Metode dakwah Nabi Muhammad saw dalam membangun
Perekonomian Madinah
Para pengikut Nabi Muhammad saw melakukan hijrah dengan
resiko nyawa dan harta. Mereka meninggalkan Makkah secara
sembunyi-sembunyi dan meninggalkan harta bedanya di Makkah.
Akibatnya Mereka datang ke Madinah tidak membawa harta benda.
Oleh karena, Nabi Muhammad membangun perekonomian masyarakat
Madinah dengan cara sebagai berikut:
1. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Persaudaran berlandaskan Iman bukan persaudaraan berlandaskan
darah. Sehingga Kaum Anshar dapat menjamin dan membantu
saudaranya kaum muhajirin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Menempatkan orang-orang fakir-miskin yang tidak punya tempat-
tinggal di Masjid.
Mereka dikenal dengan Ahlu Shuffah, yaitu orang-orang miskin
atau sedang menuntut ilmu dan tinggal di laman masjid.
3. Membuka lapangan kerja.
Bekerjasama dengan kaum Anshar menciptakan lapangan pekerjaan
bagi kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin tidak mau menjadi beban
bagi kaum Anshar sehingga adanya lapangan kerja memberikan
mereka untuk memperoleh nafkah dengan hasil keringat sendiri.
4. Mengajurkan berdagang bagi yang punya modal.
Nabi saw menganjurkan bagi kaum Muhajirin yang mempunyai
pengalaman dagang dan modal sebagai pedagang. Ajuran ini sesuai
dengan profesi kaum Muhajirin ketika mereka tinggal di Makkah.
5. Menganjurkan bertani bagi orang yang tidak punya modal.
Bagi kaum Muhajirin yang tidak mempunyai modal, Nabi
Muhammad mengajurkan mereka bekerja sebagai petani. Karena
Madinah dikenal dengan tanah subur dan memiliki hasil pertanian
yang bagus, terutama buah kurma dengan berbagai jenisnya.
6. Mengelola zakat dengan baik.
Setelah menerima perintah zakat, pembinaan perekonomian umat
Islam lebih mendapat perhatian. Nabi Muhammad saw

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 7


mengefektifkan zakat dan memperkuat jalinan antara pemberi zakat
dan penerima zakat.
Sistem Persaudaraan berlandaskan Iman dan Aturan toleransi beragama
menjadil modal utama kesuksesan dakwah nabi saw di Madinah

B. Faktor Pendukung Kesuksesan Dakwah Nabi Muhammad di


Madinah
Nabi Muhammah menampilkan kearifan dan kedamaian dalam
dakwahnya. Sikap penuh kedamaian tidak hanya waktu tenang, bahkan
dalam kondisi kritis, Nabi Muhammad saw tetap mendahulukan
perdamaian. Sikapnya membuat simpatik musuh-musuh Islam sehingga
mereka tertarik masuk Islam.

C. Repon Dakwah Nabi Muhammad saw di Madinah


Nabi Muhammad saw menghadapi tantangan dalam berdakwah dari
dalam Madinah yaitu orang-orang Yahudi, dan dari pihak luar Madinah
yaitu kafir Quraisy. Peristiwa pertentangan dari kedua pihak
menimbulkan beberapa peristiwa yaitu perang Badar, perang Uhud,
Perang Khandak, Perjanjian Hudaibiyah, dan Fathul Mekkah.

MATERI 5:
Kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi berbagai kemajuan yang dicapai umat Islam pada
masa Khulafaur Rasyidin

Indikator
Mengidentifikasi salah satu khulafaur Rasyidin dengan prestasinya
Memahami pola kepemimpinan Uman bin Affan
Memahami sikap tegas Khulafaur Rayidin
URAIAN MATERI

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 8


A. Pengertian Khulafaur Rayidin

Khulafaurrosyidin menurut bahasa orang-orang yang mendapat


petunjuk. Menurut pengertian Khulafaurrosyidin adalah para penganti
dan penerus kepemimpinan Islam setelah wafat Rosulullah saw.
Khulafaurrosyidin yaitu Abu Bakar ash-Shidik, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib.

B. Proses Pengangkatan Khulafaur Rasyidin

Nabi Muhammad saw tidak mengajarkan langsung bagaimana


memilih pemimpin setelah beliau meninggal. Secara tidak langsung,
Islam memberikan kebebasan untuk membuat model pemilihan
pemimpin. Sejarah pengangkatan khulafaurrosyidin memberikan
pelajaran berharga bagaimana cara memilih pemimpin umat.

Khulafaurrosyidin diangkat melalui proses yang berbeda-beda.

1. Abu Bakar ash-Shidik.

Khalifah pertama Abu Bakar diangkat berdasarkan musyawarah


antara kaum Muhajirin dan Anshar secara mufakat.

2. Umar bin Khattab.

Khalifah kedua Umar bin Khattab dipilih berdasarkan penunjukan


langsung Khalifah Abu Bakar yang disetujui oleh semua umat
Islam.

3. Utsman bin Affan.

Khalifah ketiga Utsman bin Affan dipilih melalui tim formatur yang
dipilih oleh Khalifah Umar bin Khattab.

4. Ali bin Abi Thalib.

Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib dipilih oleh sebagian besar
umat Islam.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 9


C. Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Kepemimpinan keempat khulafaurrosyidin berbeda-beda sesuai


dengan karakter pribadinya dan situasi masyarakatnya.

1. Model Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddik.

Khalifah Abu bakar memprioritaskan permasalahan di dalam


tubuh Umat Islam. hal ini akibat bermunculannya pemberotakan
terhadap Khalifah setelah Nabi Muhammad wafat. Para
pemberontak menyatakan keluar dari Islam, sebagian orang anak
yang mengaku sebagai nabi dan menentang untuk mengluarkan
zakat. Khalifah memegang kekuasaan penuh dalam mengatur
pemerintahannya. Khalifah Abu Bakar menunjuk langsung
penggantinya.

2. Model Kepemimpinam Umar bin Khattab

Khalifah Umar bin Khattab memproklamirkan sebagai


amirulmukminin. Karakter Umar yang tegas dan keras,
mempermudah perluasan wilayah Islam. elain itu merapikan sistem
administrasi pemerintahan, mendirikan sistem penggajian dan
menetapkan kalender hijriah.

3. Model Kepemimpinan Usman bin Affan

Khalifah Utsman bin Affan melanjutkan program Khalifah Umar


bin Khattab dalam memperluas wilayah Islam. kepemimpinan
Utsman bin Affan membuat banyak kecewa Umat Islam karena
usianya yang sudah tua 70 tahun dan karakternya lemah lembut.
Ditambah kebijakannya dengan mengangkat kerabatnya menduduki
jabatan penting.

4. Model Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 10


Khalifah Ali bin Abi Thalib memimpin dalam kondisi tidak stabil.
Beliau menghadapi pemberontakan yang menolak pengangkatan
beliau sebagai khalifah. Ditambah kebijakannya memecat para
gubernur yang tidak kompeten, yang mayoritas kerabat dari Utsman
bin Affan.

D. Pretasi Khulafaur Rasyidin

1. Prestasi Abu Bakar Ash-Shiddik

Adapun prestasi Khalifah Abu Bakar adalah Memerangi Kelompok


pembangkang, kodifikasi al Qur’an, dan perluasan wilayah.

2. Prestasi Umar bin Khattab

Prestasi Umar bin Khattab yaitu perluasan daerah Islam, administrasi


keuangan, dan menetapkan tahun hijriah.

3. Prestai Usman bin Affan

Prestasi Khalifah Utsman bin Affan yaitu Kodifikasi Mushaf Al


Quran, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan
perluasan wilayah Islam.

4. Prestasi Ali bin Abi Thalib

Prestasi Ali bin Abi Thalib yaitu mengganti pejabat yang tidak
cakap, membenahi maitul maal, memajukan bidang bahasa, dan
pembangunan kota kufah.

MATERI 6:
Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada masa Dinasti
Bani Umayyah
Kompetensi Dasar
Memahami perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa
Dinasti bani Umayyah.
Indikator
Memahami kemajuan pada masa Dinasti Bani Umayyah
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 11
Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah
URAIAN MATERI

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 12


A. Sejarah Dinasti Bani Umayyah
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin
‘Abdul Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin
kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah.  Bani Umayyah baru masuk
agama Islam pada fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M,
Pertikaian politik terjadi dikalangan umat Islam, puncaknya adalah
ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah khalifah
terbunuh, umat Islam di wilayah Iraq mengangkat al-Hasan putra tertua
Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah bin Abi
Sufyan sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga menobatkan
dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi
Sufyan bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan
pemerintahannya kepada Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah
merupakan pendiri dinasti Bani Umayyah. Karier politik Mu'awiyah
mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Setelah
kematian Yazid bin Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah
diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena sukses
memimpinya, menjadi gubernur Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah
selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan perluasan
wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan
Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib,
Mu'awiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Mu'awiyah mulai
berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah.
Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah menjadi penguasa
seluruh imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara merupakan
peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya.

B. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah


Masa Pemerintahnya, Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan
memberlakukan sistem Monarki yaitu sistem kekuasaan turun menurun.
Sistem ini mengadopsi dari sistem monarki di Persia dan Bizantium.
Sistem ini menghapus sistem Demokrasi. Muawiyah mengangkat
anaknya, Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkotanya.

C. Khalifah Bani Umayyah

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 13


Dinasti Bani Umayah berkuasa selama 90 tahun dari tahun 41 H s.d 132
H atau 661 M s.d 750 M. Selama dinasti Bani Umayah terdapat 14
khalifah antara lain: Muawiyah bin Abu Sufyan, Yazid bin Muawiyah,
Muawiyah bin Yazid, Marwan bin Hakam, Abdul Malik bin Marwan,
Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul
Azis, Yazid bin Abdul Malik, Hiisyam bin Abdul Malik, Walid bin
Yazid bin Abdul Malik, Yazid bin Walid bin Abdul Malik, Ibrahim bin
Walid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan.

D. Faktor-Faktor Penyebab Mundurnya Dinasti Umayyah


Kemunduran Dinasti Bani Umayah karena Perang antara kelompok
Arab Utara dan Arab selatan, Ketidak puasan Islam non Arab, adanya
konflik diawal berdiri Dinasti bani Umayah, sistem monarki yang tidak
disetujui, hidup mewah para pejabat, dan munculnya gerakan keturunan
Abbas bin Abdul Mutholib.

E. Pengembangan Kebudayaan Zaman Dinasti Bani Umayyah


Kemajuan Dinasti Umayyah dilakukan dengan ekspansi, sehingga
menjadi negara Islam yang  besar dan luas. Dari persatuan berbagai
bangsa dibawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan dan
peradaban Islam yang baru. Meskipun demikian, Bani Umayyah lebih
banyak memusatkan perhatian pada kebudayaan arab.
Dinasti Bani Umayah memiliki kontribusi besar dalam kemajuan
peradaban dan Kebudayaan Islam. kemajuan tersebut didukung oleh
langkah-langkah pengembangan yang dilakukan oleh para Khalifah
dinasti bani Umayah. Pengembangan tersebut menyentuh berbagai
bidang kehidupan yaitu Administrasi pemerintahan, sosial
kemasyarakatan, ekonomi, seni budaya, pendidikan, politik militer.
1. Di Bidang Administrasi Pemerintahan,
Dinasti Bani Umayah melakukan perubahan sistem pemerintahan
dari demokrasi ke Monarki, membangun sistem pemerintahan
sentralistik dengan membagi pemerintahan ke beberapa wilayah.
Untuk memperlancar hubungan antar wilayah dibentuk beberapa
departemen yaitu Diwan Rasail, Diwan Kharaj, Diwan jundy, Diwan
Khatam. Pemerintah memiliki lambang negara dan menerapkan
bahasa Arab sebagai bahasa administrasi
2. Di bidang Sosial kemasyarakata,

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 14


Dinasti Bani Umayah mendirikan panti sosial dan membagi
masyarakat menjadi dua kelompok yaitu Arab dan Mawali (non
Arab), serta mengeluarkan peraturan-peraturan dan membangun
infrakstruke sebagi sarana pendukung kehidupan masyarakat.
3. Di bidang seni budaya,
Dinasti Bani Umayah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa
resmi, mata uang dan membangun infrastruktur seperti gedung,
pabrik, irigasi pertanian, pusat ilmu dan adab, serta membuat sistem
administrasi keuangan negara.
4. Di bidang ekonomi,
Dinasti Bani umayah mengoptimalkan pengelolaan zakat di Baitul
Maal serta menerapkan mata uang sendiri dan pengorgaisasian
keuangan negara. Juga Di bidang pendidikan, Bani umayah
membangun tempat-tempat pendidikan seperti kuttab, masjid,
Arabisasi dan baitul Hikmah.
5. Di bidang Politik dan militer,
Dinasti Bani Umayah membentuk lembaga-lembaga pemerintah
yaitu An Nizam Al Syiyasyi, an Nizam Al Maly, Nizam Idary,
Nizam, Qady, dan Nizam harby. Serta kebijakan militer, Dinasti
Bani Umayah memberlakukan undang-undang militer dan
melakukan ekspansi.
6. Di bidang Ilmu pengetahuan,
Dinasti Bani Umayah memiliki perhatian dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga lahir para ilmuwan-
ilmuwan besar Islam. bersamaan itu, muncul ilmu-ilmun agama
yang menjadi disiplin ilmu tersendiri, seperti ilmu hadits, ilmu
tafsir, fiqih, tasawuf, sejarah dan geografi serta ilmu kedokteran.

MATERI 7:
Ilmuwan mulim dan perannya dalam memajukan kebudayaan/peradaban
Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah
Kompetensi Dasar
Mengidentifikai ilmuwan muslim dan perannya dalam memajukan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah.

Indikator
Memahami ilmuwan ahli bahasa dan sastra masa Dinasti Bani
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 15
umayyah
Memahami ilmuwan ahli fikih masa Dinasti Bani Umayyah
Memahami ahli sejarah dan geografi masa Dinasti Bani Umayyah.

URAIAN MATERI
A. Para Tokoh dan Peranya pada masa Dinasti Umayyah

Peran para Khalifah mengembangakan ilmu-ilmu agama sangat


besar. Seperti Khalifah Umar bin Abdul Azis yang memerintahkan
gubernur dan para ulama untuk mengumpulkan hadits, juga khalifah
Muawiyah bin Abu Sufyan memerintahkan Ubaid bin Syariyah
untuk menyusun buku sejarah.

Pada Masa Bani Umayah muncul ulama besar seperti Ibnu


Syihab As Zuhri sebagai ahli hadits, Sa’id bin Juber sebagai Ahli
tafsir, Syuriah bin Harits sebagai ahli fiqih, Sa’id bin Musayyab dan
Hasan Basri sebagai ahli tasawuf, Syubawaihi sebagai ahli bahasa,
Ubaid bin syariayah sebagai ahli sejarah, dan Harits bin Kildah dan
Nazhar putranya sebagai dokter.

MATERI 8 :
Sikap dan Gaya kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Kompetensi Dasar
Memahami sikap dan gaya kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Indikator
Mengklasifikasi sikap terpuji Umar bin Abdul Aziz
Mengklasifikasikan keberhasilan kepemimpinan Umar bin Abdul
Aziz

URAIAN MATERI
A. Profil Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Azis bernama lengkap Nama lengkapnya Umar bin
Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 16


bin Abd Syams bin Manaf. Lahir di Madinah tahun 61 H di masa
Khalifah Yazid bin Muawiyah. Ayahnya, Abdul Azis adalah seorang
gubernur. Ibunya adalah Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab.
Istrinya adalah fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, Khalifah kelima
Bani Umayah.
B. Pola Kepemimpinan Umar bin Abdul Azis
Beberapa kebijakan masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis antara
lain:
1. Menghapus cacian terhadap Ali bin Abi Thalib dan pengikutnya,
1. Mengembalikan harta yang bukan haknya,
2. Memecat pegawai yang tidak cakap dan menyelewengkan
kekuasaannya,
3. Menghapus pengawal pribadi,
4. Memfokuskan pelayanan rakyat miskin,
5. Membangkitkan semangat keislaman,
6. Menterjemahkan buku-buku asing,
7. Mengirim para ulama dan pendakwah ke daerah-daerah,
8. Menghapus bayaran jizyah bagi orang non muslim, dan
9. Pemintah mengumpulkan hadits Nabi saw.

C. Kepribadian Umar bin Abdul Azis

Kepribadian Umar bin Abdul Azis adalah rasa takut kepada Allah,
wara terhadap dunia, Zuhud dari kehidupan dunia, Tawadhu, adil dan
sabar.

MATERI 9:
Sejarah Berdirinya Dinati Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar
Memahami sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
Indikator
Memahami sejarah berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah
Memahami langkah-langkah Bani Abbas dalam mendirikan Daulah

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 17


Abbasiyah

URAIAN MATERI
A. Keruntuhan Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah berjaya kurang lebih 90 tahun, namun pada
akhirnya mengalami masa-masa kemunduran, ditandai dengan
melemahnya sistem politik dan pemerintahan, di samping munculnya
berbagai tekanan dari luar, berupa pemberontakan-pemberontakan.
Setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani
Umayyah sangat lemah dan tidak bisa mengendalikan pemerintahan dan
keamanan. Di kalangan keluarga internal Khalifah, sering terjadi
pertikaian disebabkan perebutan kekuasaan mengenai siapa yang akan
menduduki kekhalifahan sesudahnya.
Kurang lebih tujuh tahun setelah kekhalifahan Hisyam, penerusnya
adalah al-Walid II, Yazid III, Ibrahim dan Marwan bin Muhammad. Al-
Walid memerintah kurang lebih satu tahun 3 bulan, selanjutnya
digantikan oleh Yazid III yang hanya memerintah kurang lebih enam
belas bulan saja. Selanjutnya digantikan oleh Ibrahim bin al-Walid bin
Abdul Malik, namun hanya berkuasa kurang lebih tiga bulan dan
digantikan oleh Marwan. Selama masa kepemimpinannya, Khalifah
Marwan disibukkan mengatasi berbagai pemberontakan, sampai akhirnya
ia tewas di medan perang.
Diantara beberapa peristiwa yang mendorong kemunduran Bani
Umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
(a) Figur Khalifah yang lemah. Sepeninggal Khalifah Hisyam, tidak ada
khalifah yang kuat yang mampu mengkonsolidasikan pemerintahan,
menjaga keutuhan dan kewibawaan negara.
(b) Tidak adanya ketentuan mekanisme pengangkatan khalifah,
menimbulkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan anggota
keluarga Bani Umayyah.
(c) Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus yang merupakan
bekas ibu kota Kerajaan Bizantium, mengakibatkan gaya hidup
mewah bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan ditiru
keluarga Dinasti Umayah.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 18


(d) Para ulama merasa kecewa terhadap para penguasa yang tidak
memiliki integritas keagamaan dan politik yang sesuai dengan nilai-
nilai syari’at Islam.
(e) Pertentangan keras yang sudah sejak lama terjadi antara suku Arab
Utara (disebut Arab Quraisy atau Mudariyah) yang menempati Irak
dengan Arab Selatan (disebut Yamani atau Himyariyah) yang
berdiam di wilayah Suriah mencapai puncaknya, karena para
khalifah berpihak kepada suku Arab Yamani.
(f) Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, yakni pendatang
baru dari bangsa-bangsa yang dikalahkan yang disebut “Mawali”.
Mereka bersama-sama bangsa Arab mengalami beratnya
peperangan, tetapi diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua.
Golongan non Arab, terutama di Irak dan wilayah bagian timur
lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali menggambarkan
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
(g) Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa
dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa
kekhalifahan Khulafaur Rasyidin yang terakhir, yaitu Khalifah Ali
bin Abi Thalib. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij
terus menjadi gerakan oposisi. Penumpasan terhadap gerakan-
gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
(h) Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori  oleh keturunan al-
Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan
penuh dari Bani Hasyim. golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang
merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah
Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah benar-benar terjadi dengan
kemenangan pasukan Abul Abbas yang didukung oleh pasukanAbu
Muslim Al-Khurasani dalam pertempuran Zab Hulu melawan pasukan
Khalifah Marwan pada tahun 748 M. Kekalahan ini menjadi akhir dari
kekuasaan Dinasti Bani Umayyah dan menjadi awal berdirinya Dinasti
Bani Abbasiyah mulai tahun 750 M -1258 M.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 19


B. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Sebelum upaya mengalahkan Dinasti Bani Umayyah dalam
pertempuran, pemikiran bahwa setelah meninggalnya Rasulullah yang
berhak untuk melanjutkan kepemimpinan adalah keturunan Rasulullah
pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (kaum Alawiyun). Terdapat
tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakan
kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul
Muthalib, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat perencanaan; kota
Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota
gerakan praktis.
Para keluarga Abbas di kota-kota ini melakukan berbagai strategi
dan persiapan, salah satunya dengan melakukan gerakan propaganda
bahwa orang-orang Abbasiyah lebih berhak dari pada Bani Umayyah
atas kekhalifahan Islam, karena mereka adalah keturunan Bani Hasyim
yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi SAW. Pemimpin
gerakan ini adalah Al-Imam Muhammad bin Ali, salah seorang
keluarga Abbasiyah yang tinggal di Humaymah. Muhammad bin Ali
tidak menonjolkan nama Bani Abbas, melainkan menggunakan nama
Bani Hasyim untuk menghindari perpecahan dengan kelompok Syi’ah.
Strateginya berhasil menggabungkan berbagai kekuatan, antara
pendukung fanatik Ali bin Abi Thalib dengan kelompok-kelompok lain.
Untuk melakukan berbagai kegiatan propaganda, diangkatlah 12
propagandis yang tersebar di berbagai wilayah, seperti di Khurasan,
Kufah, Irak dan Makkah. Diantara propagandis yang terkenal adalah
Abu Muslim Al-Khurasani, seorang tokoh masyarakat di Khurasan
yang merasa dirugikan selama masa pemerintahan Dinasti Bani
Umayyah. Isu ketidakadilan yang dilontarkannya mendapat banyak
sambutan dari berbagai kelompok yang tidak senang dengan
pemerintahan Bani Umayyah. Para perwakilan kelompok menyatakan
kesetiaan kepada Abu Muslim Al-
Khurasani untuk membela Bani
Hasyim dan Bani Abbas.
Gerakan dan propaganda yang
dimotori oleh Muhammad bin Ali
dengan dibantu 12 propagandisnya
terus mendapat sambutan yang luar

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 20


Abu al-Abbas al-Saffah
Sumber :
http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com
biasa dan tanggapan positif dari masyarakat, begitu juga dari golongan
mawali. Pada tahun 743 M, Muhammad bin Ali meninggal dan
gerakannya dilanjutnya oleh putranya yang bernama Ibrahim Al-Imam.
Ibrahim Al-Imam menunjuk Abu Muslim Al-Khurasani sebagai
panglima perangnya, mengingat kemampuan Abu Muslim Al-
Khurasani sangat ahli dalam menarik simpati masyarakat dan berbagai
kelompok. Pernah dalam waktu satu hari berhasil mengumpulkan
penduduk dari sekitar 60 desa di Merv. Abu Muslim Al-Khurasani
mengajak kelompok yang kecewa kepada Bani Umayah untuk
mengembalikan kekhalifahan kepada Bani Hasyim, baik dari keturunan
Abbas bin Muthalib maupun dari keturunan Ali bin Abi Thalib.
Setelah Ibrahim Al-Imam meninggal, gerakan dilanjutkan oleh
saudaranya yang bernama Abdullah bin Muhammad yang lebih terkenal
dengan nama Abul Abbas As-Saffah, yang juga mempercayai dan
mengangkat Abu Muslim Al-Khurasani sebagai panglima perang.
Gabungan kekuatan antara Abul Abbas As-Saffah dengan Abu Muslim
Al-Khurasani menjadi sebuah kekuatan besar yang sangat ditakuti Bani
Umayyah.
Akhirnya, dinasti yang berkuasa selama kurang lebih 90 tahun dan
telah berhasil mengukir kejayaan dunia Islam mulai dari Asia Barat,
Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika Utara hingga ke Eropa, mengalami
kekalahan total dalam pertempuran. Khalifah Marwan II bersama
120.000 tentaranya yang berusaha mempertahankan dinastinya dengan
menyebrangi sungai Tigris menuju Zab Hulu atau Zab Besar berhasil
dikalahkan oleh gerakan kelompok Bani Hasyim dibawah komando
Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasani. Khalifah
Marwan II tewas dalam pertempuran di Busir, wilayah Al- Fayyum,
tahun 132 H/750 M. Maka kematian Khalifah Marwan menjadi akhir
dari runtuhnya Dinasti Bani Umayyah sekaligus menjadi awal
berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah dipimpin oleh khalifah pertamanya,
yaitu Abbul Abbas As- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di
Kufah.
Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 M, menjadi
tonggak awal berdirinya kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah. Khalifah
pertama dari Dinasti ini adalah Abdullah As- Saffah bin Muhammad
bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinamakan
Dinasti Bani Abbasiyah karena para pendiri dan khalifah dinasti ini

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 21


adalah keturunan Al-Abbas ibn Abdul Muthalib, paman Nabi
Muhammad saw. Masa kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d 656 H
(1258).

C. Abul Abas as-Ssaffah, Tokoh Pendiri


Nama lengkap Abul Abas As-Saffah adalah Abdullah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dilahirkan di Hamimah
pada tahun 104 H. Ibunya bernama Rabtah binti Abaidullah Al-Haritsi
dan ayahnya adalah Muhammad bin Ali, pemimpin adalah gerakan
Abbasiyah. Abdullah bin Muhammad mendapat gelar As-Saffah, yang
berarti pengalir darah dan pengancam siapa saja yang membangkang.
Maksudnya adalah pengancam dan mengalirkan darah bagi pihak yang
menentang.
Abul Abbas adalah seorang yang bermoral tinggi dan mempunyai
loyalitas sehingga beliau disegani dan dihormati oleh kerabat-
kerabatnya. Beliau memiliki pengetahuan yang luas, pemalu, budi
pekerti yang baik dan dermawan. Menurut as-Sayuti, Abul Abbas As-
Saffah ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat
pada waktunya. Pada tanggal 3 Rabiul Awal 132 H dibaiat menjadi
khalifah pertama Dinasti Bani Abbasiyah dan berpusat di Kuffah. Dua
tahun kemudian pada tahun 134 H, meninggalkan Kufah menuju daerah
Anbar (kota Kuno di Persia), dan menjadikannya pusat pemerintahan.
Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak melakukan
perluasan wilayah, tetapi lebih melakukan konsolidasi internal untuk
menguatkan pilar-pilar negara. Abul Abbas menjadi khalifah selama 4
tahun 9 bulan, dan wafat dalam usia 33 tahun di kota dikota Anbar,
pada bulan Zulhijah tahun 136 H/753M.

D. Khalifah-Khalifah Besar Dinassti Abbasiyah


Dari 37 khalifah Dinasti Bani Abbasiyah, terdapat beberapa
orang khalifah yang terkenal, di antaranya Abu Ja’far Al-Mansur,
Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmun.
Al-Mansur merupakan khalifah kedua, merupakan khalifah yang
menetapkan dasar-dasar pemerintahan Daulat Bani Abbas. Masa
pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansur merupakan masa awal
perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan cikal bakal

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 22


perkembangan kejayaan Abbasyiah di masa pemerintahan setelahnya.
Kota Baghdad yang dibangunya menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah
dan selain merupakan pusat perdagangan juga kebudayaan dan ilmu
pengtahuan. Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia dan
menjadi salah satu pusat peradaban dunia. 
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Makmun,
peradaban Islam mencapai masa keemasan. Kebudayaan India dan
Yunani juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan
kebudayaan Islam. Kota-kota Jundisapur, Harran, dan Iskandariyah
adalah pusat-pusat peradaban Yunani sebelum Islam. Setelah Islam
datang tradisi keilmuwan Yunani terjaga bahkan mengalami
perkembangan yang semakin pesat. Beberapa sastrawan dan budayawan
yang muncul pada masa itu adalah Ibnu Maskawaih dan Al-Kindi.
Al-Mansur, Harun Ar-Rasid dan Al-Makmun merupakan masa-masa
keemasan peradaban Islam. Para khalifah agung tersebut dikenal
sebagai penguasa adil dan bijaksana serta memiliki perhatian dan
kecintaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Dukungan dan
kegigihan mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
pengembangan perdaban Islam tercermin dalam berbagai kebijakan
pemerintahannya.

MATERI 10:
Perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti
Bani Abbasiyah
Kompetensi Dasar
Memahami perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada maa
Dinati Bani Abbasiyah
Indikator
Memahami kemajuan kebudayaan Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah
Mengidentifikasi bukti kemajuan kebudayaan Islam pada masa
Dinasti Abbaiyah bidang administrasi pemerintahan

URAIAN MATERI
KEMAJUAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA DINASTI
ABBASIYAH

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 23


A. Kemajuan Adminitrasi pemerintahan, Militer dan Kebijakan Politik
a. Administratsi Pemerintahan dan militer
Agar semua kebijakan pemerintahan berjalan dengan baik dan
lancar, kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbaharui administrasi
pemerintahan, sistem politik dan tatanan kemiliteran. Kalifah Al-
Mansur, melakukan perbaikan administrasi pemerintahan guna
meningkatkan pelayanan publik melalui sistem koordinasi dan kerja
sama lintas sektoral, misalnya kerjasama antara Qadhi dengan polisi
rahasia, dewan pajak dan kepala jawatan pos. Khalifah Al-Mahdi,
membuat dewan korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang
menangani surat menyurat dan ketetapan khalifah, dewan pengawas
(dewan az-zimani), dewan penyelidik kekuasaan, depertemen
kepolisian dan pos, dan pengadilan tingkat tinggi. Khalifah Harun
Ar-Rasyid melengkapi dengan melakukan perbaikan pengelolaan
Baitul Maal untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan.
Pada masanya juga membentuk departemen pertahanan dan
keamanan, disebut diwanul jundi untuk mengatur organisasi militer
dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan
keamanan. Organisasi militer terdiri dari pengawal khalifah (haras),
pasukan tetap (jund), pasukan sukarela (thawwi’ah), dan pasukan
reguler yang terdiri dari pasukan infanteri (harbiyyah), pasukan
pemanah (ramiyah), dan pasukan kavaleri (fursan). Semua pasukan
ini didominasi oleh orang-orang Persia, bukan bangsa Arab. Ada
juga dari para relawan yang direkrut dari orang Badui, para petani,
dan orang kota melalui disiplin tinggi dan pelatihan militer.
Karenanya pada masa Ar-Rasyid kekuatan militernya sangat
dikagumi dan disegani, menjadikan wilayah kekuasaan Dinasti
Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai Hindukush, India.
Afrika disebelah barat gurun Libya bersama dengan Sisilia, Mesir,
Suriah, palestina, Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan,
Bahrain dan Oman, Sawat atau Irak. Adapun secara keseluruhan
wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah masa kekhalifahan Baghdad
meliputi Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq,
Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia,
Tunisia, Al-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan
sekitar daerah laut Kospra. Namun seluruh daerah kekuasaan di atas
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 24
tidak seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah, seperti Andalusia
(Spanyol), Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini
dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim demokrasi yang merata,
bukan dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap daerah
memiliki wewenang untuk memimpin daerahnya masing-masing.

b. Sitem Politik
Sejarawan membagi kepada 4 (empat) periode, maka sistem
pemerintahan Dinasti Abbasiyah pun berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial,dan budaya.
A. Pada Periode I atau periode pengaruh Arab dan Persia I, pada
tahun 132-232 H/750-847 (seiring meninggalnya khalifah Al-
Wasiq), sebagai berikut:
(1) Khalifah dibantu oleh wazir, gubernur, menteri, dan para
panglima memegang penuh kekuasaan.
(2) Kegiatan politik, sosial, ilmu pengetahuan dan  kebudayaan
berpusat di ibu kota negara, Baghdad.
(3) Ilmu pengetahuan dijadikan sebagai suatu hal yang sangat
penting.
(4) Kebebasan berpikir dijunjung tinggi dan diakui sepenuhnya.
(5) Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam
menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memiliki
peranan yang penting dalam membina peradaban Islam
B. Periode II atau periode pegaruh Turki I, yakni tahun 232-334
H/847-945 M dimana Khalifah Al-Mutawakkil memegang
kekhalifahan; Periode III atau periode  pengaruh Persia II (334-
447 H/945-1055 M), yakni  kekuasaan dinasti Bani Buwaihi
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; Periode IV atau periode
pengaruh Turki II(447-590 H/1055-1194 M), yakni masa
kekuasaan daulat Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah sampai datangnya pengaruh lain seperti invasi dari
bangsa Tar-Tar dan ekspansi bani Utsmani, sebagai berikut:
(1) Kekuasaan khalifah mulai melemah, bahkan hanya sebatas
lambang (formalitas) saja.
(2) Berdirinya daulah Umayyah II di Andalusia yang
mengangkat  Abdurrahman Al-Nasir.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 25


(3) Afrika Utara terbagi menjadi daulah Idrisiyyah di Maroko,
Aghlabiyah di Tunisia, dan Ikhsyidiyah di Mesir.
(4) Kota Baghdad tidak lagi menjadi pusat peradaban dan kota
internasional
(5) Ilmu pengetahuan semakin melesit dan berkembang seiring
dengan keadaan politik dan militer merosot.
(6) Golongan Syiah Ismailiyah mendirikan daulah Fatimiyyah dan
mengangkat Ubaidillah al-Mahdi.

B. Kemajuan Ekonomi, Sosial dan Budaya


1. Sistem Sosial
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam
menggambarkan pada masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum.
(a) Kelas khusus terdiri dari:
1. Khalifah
2. Keluarga Khalifah, Bani Hasyim
3. Para pejabat negara
4. Para bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani
Quraisy
5. Para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai
istana
(b) Kelas Umum
1. Para seniman
2. Para ulama, fuqaha dan pujangga
3. Para saudagar dan pengusaha
4. Para tukang dan petani
Namun demikian, untuk menciptakan keadilan sosial
kekhalifahan Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan membentuk
Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan.
Tugasnya untuk melayani masyarakat dari berbagai golongan. Tidak
ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil
golongan bebas berpendapat di depan khalifah.
Dalam lindungan kebijakan ini pula, masyarakat non muslim
dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Mereka
bebas melaksanakan berbagai aktivitas keagamaannya. Bahkan

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 26


beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di
pemerintahan, seperti Gabriel bin Bakhtishu.

2. Sisten Ekonomi
Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan
pertanian. Di berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah terdapat
kegiatan-kegiatan industri diantaranya, Industri kain linen di Mesir,
sutra di Syiria dan irak, kertas di Samarkand, serta berbagai produk
pertanian seperti gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain. Secara bersamaan dengan
kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami
masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara
keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah
membuktikan bahwa masa Abbasiah hubungan diplomatik dalam
bidang ekonomi perdagangan sudah dibangun sebelum orang Arab
terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan barang
tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan
Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan berbagai sarana
pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat
istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun
armada-armada dagang, membangun armada pertahanan laut untuk
melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut, dan lain-
lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam
meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri, karena para
kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri,
bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal mampu mengarungi
tujuh lautan.
Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela
dan menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil
bumi dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian
berkembang pesat karena pemerintahannya berada pada
pemerintahan yang subur di tepi sungai Sawad. Tanaman asli terdiri
dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar
sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 27
Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar.
Khalifah Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar adalah Abu Al-
Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak
koin, kalimat Muhammad Rasulullah dipakai mengganti Allah Ahad,
Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.
Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan
Damaskus dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan
gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah, kecuali
tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin baru
diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-
koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan
oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).

3. Sistem Budaya
Di masa Bani Abbassiyah terjadinya asimilasi Arab dengan non
Arab dan perluasan wilayah telah melahirkan kemajemukan warga
negara. Warga negara terdiri dari berbagai suku bangsa, dan agama.
Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur
kebudayaan. Dalam perkembangan kebudayaan, berkembang corak
kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Ada empat unsur
kebudayaan yang mempengaruhi bangunan kebudayaan pada masa
Abbasiyah, yaitu:
A. Kebudayaan Persia; pengaruh kebudayaan Persia terjadi
diantaranya karena 2 faktor :
a.Pembentukan lembaga wizarah
b.Pemindahan ibukota
2. Kebudayaan India; pengaruh India dalam membentuk kebudayaan
Islam terjadi dengan dua cara:
a.Secara langsung, kaum muslimin berhubungan dengan orang-
orang India
diantaranya melalui perdagangan.
b.Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam
kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat kebudayaan Yunani setelah
berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan
pengembangan diantaranya:
a. Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani.
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 28
b. Harran, pusat pertemuan berbagai peradaban
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab; pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui
penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa
agama.

C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual dan riset
melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang pengetahuan, sebagai
berikut:
1. Filsafat
Filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi tentang
segala yang ada, hakekat yang ada, sebab yang ada, asal yang ada,
hukum yang ada dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan
mendasar. Pada masa Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak
diterjemahkan, tidak hanya dari kebudayaaYunani, termasuk Romawi,
Persia, India, Syiria. Proses ini biasanya disebut dengan istilah
Hellenisasi. Buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
antara lain Categories, Pyssices dan Makna Maralia karya Aristoteles,
Republik, Laws, da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan
yang dilakukan dengan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai
ajaran Islam, sehingga munculah yang dinamakan ilmu filsafat Islam.
Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau
ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah
tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat Islam diantaranya: Al-
Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail,

2. Kedokteran
llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar dan
kedudukan terhormat. Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah
I, yaitu masa Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada
masa Abbasiyah II, III, dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak
dijumpai di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai
buku rujukan untuk dunia kedokteran. Semua khalifah memiliki dokter
pribadi. Khalifah Al-Mansur memindahkan pusat kedokteran dari
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 29
Jundisapur ke Baghdad. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, tercatat
sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan kemajuan pengetahuan
dalam bidang kedokteran. Rumah sakit-rumah sakit didirikan
sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran,
sementara teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu
telah didirikan apotik yang pertama di dunia yaitu tempat menjual
obat. Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal
diantaranya: Ali bin Rabban At-Tabbari, Ar-Razi atau Razes, Ibnu
Sina, Hunain bin Ishaq Al Abadi.
3. Matematika
Terjemahan buku-buku dari Yunani, Romawi dan India ke
dalam bahasa Arab, menghasilkan berbagai karya termasuk dalam
bidang matematika. Selanjutnya ilmu matematika/ilmu hisab
berkembang karena kebutuhan dasar pemerintah untuk menemukan
waktu yang tepat dalam setiap pembangunan. Setiap sudut harus terukur
secara tepat supaya tidak terjadi kesalahan hitung dalam pembangunan
gedung-gedung.
Di antara ahli matematika muslim yang terkenal adalah Al-
Khawarizmi, pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung),
dan penemu angka nol. Kemudian Abu Al-Wafa Muhammad bin
Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli
matematika. .Tokoh-tokoh lain yang juga dikenal ahli matematika dan
memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan matematika
adalah: Al-Biruni, Umar Khayyam.

4. Astronomi
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang
mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan
planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di
Babylonia. Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem
penanggalan. Dalam dunia Islam lmu astronomi sangat penting karena
sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat,
penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah.  Khalifah Al-
Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya,
menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli
astronomi dari India. 

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 30


Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi dengan
peralatan yang maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu
tersebut. Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan observasi sejak
usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun
(Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun.
Tabel pertama mengkritik metode Al-Khawarizmi, kedua menulis
tentang Al-Ziz Al-Mumtahan, ketiga Al-Zij As-Syah.
Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad Al-Fazani,
dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu
perbintangan pertama di kalangan muslim. Tokoh-tokoh lainnya
antara lain: Nasiruddin Al-Thusi, Ali bin Isa Al-Usturlabi,
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, Al- Fargani (Al-Faragnus), Al-
Battani (Albatenius, Al-Biruni, Nasiruddin At-Thusi
5. Sejarah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, kajian sejarah masih terfokus pada
tokoh atau peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi
Muhammad SAW. Minat terhadap kajian sejarah sangat besar dan
mendapat dukungan dari khalifah. Ilmuwan dalam bidang sejarah pada
masa Abbasiyah diantaranya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar,
lebih dikenal sebagai Ibnu Ishaq, sejarawan muslim pertama, lahir
pada tahun 85H / 704 M dan meninggal pada tahun 151 H / 768 M.
Dialah yang pertama kali menulis Sirah al-Nabawiyah lil Ibn Ishaq
yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling
komprehensif. Kemudian disunting oleh muridnya Ibn Hisyam
(w.230 H/845 M) menjadi Sirah al-Nabawiyah lil Hisyam.
Muhammad Ibnu Sa'ad, (w.230 H/845 M) yang menulis karya al-
Thabaqat al-Kubra (8 jilid) berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan
yang pertama mengumpulkan sejumlah ekspedisi dari Utusan Allah
(Muhammad) dan mencatatnya."
Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah
menulis buku sejarah yang berjudul Chronology.

6. Ilmu Buni/ Geografi


Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan
astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim adalah
Hisyam Al–Kalbi (abad ke 9 M,) dengan studinya tentang kawasan
Arab.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 31


Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah
Al-Makmun (813-833 M) memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim
untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil
untuk mengukur jarak. Usaha tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun
memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi
yang besar. Di bawah koordinasi Al-Khawarizmi bersama 70
geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama pada tahun
830 M.
Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul
Surah Al-Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya
Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi landasan ilmiah bagi
geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga
menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang
Berpenghuni’. Demikian juga Al-Biruni berhasil menemukan radius
bumi mencapai 6.339,6 km dimana dunia Barat belum mampu
mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al-Biruni.
Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan astronomi
Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta
meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan
ibadah haji merndukung semakin berkembangnya geografi di dunia
Islam. Semakin banyak bermnculan ahli di bidang geografi, di
antaranya
1. Al-Ya’qubi (wafat 897 M), menulis buku geografi berjudul
’’Negeri-negeri’’ dengan studi topografisnya.
2. Ibn Khordadbeh (820 M - 912 M), murid Al-Kindi yang
mempelajari jalan-jalan di berbagai provinsi secara cermat dan
menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik
(Jalan dan Kerajaan).
3. Al-Dinawari (828 M-898 M)
4. Hamdani (893 M - 945 M)
5. Ali al-Masudi (896 M - 956 M), mempelajari faktor-faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan batu-
batuan di bumi.
6. Ahmad ibn Fadlan (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia dan
kisah perjalanan ke daerah Volga dan Kaspia.
7. Ahmad ibn Rustah (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia besar
mengenai geografi.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 32


8. Al Balkhi, mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara
khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
9. Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal (abad ke-10 M), membuat
pemetaan dunia.
10. Al Baghdadi (1162 M)
11. Abdul-Leteef Mawaffaq (1162 M)
12. Abu Ubaid Al- Bakri (abad 11 M) menulis kitab Mu’jam Al-
Ista’jam (Eksiklopedi Geografi). berisi nama-nama tempat di
Jazirah Arab dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan
Kerajaan), berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.
13. Al-Idrisi (1100 M), membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah
Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu
Menembus Cakrawala).. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin, menjadi Geographia Nubiensis.
14. Dan lain-lain.

D. Kemajuan Ilmu-Ilmu Agama


1. Ilmu Hadis
Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Hadis yang merupakan tradisi lisan sejak masa Rasulullah, sahabat
hingga tabi’in telah mengalami banyak permasalahan. Diantaranya
adalah pemisahan antara Hadist dengan qaul sahabat, klasifikasi
Hadist, dan pemalsuan Hadist. Untuk mengatasi hal tersebut, para
ulama melakukan penelusuran dan pengklasifikasian Hadits-hadist
Rasul tersebut. Dalam sejarah perkembangan ilmu Hadist,
kodifikasi dan klasifikasi terhadap Hadist sudah dimulai pada masa
Dinasti Bani Umayah, di bawah kekhalifahan Umar bin Abdul
Aziz. Selanjutnya pada masa Dinasti Abbasiyah dilakukan
kodifikasi Hadist-hadist didasarkan pada metode kritik matan dan
kritik sanad. Untuk menentukan keabsahan dan keotentikan suatu
Hadist para ulama meneliti dan mengkaji dengan sungguh-sungguh
hadist dari segi sanad, rawi, dan matan (sifat dan bentuk hadist.
Para ulama Hadist kemudian menghimpun Hadist-hadist rasul ke
dalam berbagai kitab, berupa Sahih, Sunan dan Musnad.
Usaha ini diawali oleh Ishak bin Rawaih (guru Imam Bukhari),
yang meminta murid-muridnya untuk menulis kitab yang
menghimpun hadis-hadis shahih. Imam Bukhari dan Muslim

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 33


kemudian menulis kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.
Berikutnya Abu Dawud, Tirmizi, Nasa'i dan Ibnu Majah yang
menyusun kitab Sunan. Dari dua kitab Sahih dan empat Sunan,
disebut dengan Kutubus-sittah (Enam Kitab Induk Hadis). Adapun
kitab musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa Al-Abasi,
Musaddad al-Basri Asad bin Musa dan Nu'aim bin Hamad al-
khaza'i.
Di antara kitab-kitab Hadist yang berkembang, kutubusittah
merupakan salah satu di antara kitab hadis yang paling populer dan
mendapat perhatian luas dari masyarakat. Di antara ulama bahkan
mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih setelah Al-Qur’an
selain kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan ulama bahwa kitab
Shahih Imam al-Bukhari ini memiliki akurasi yang tinggi, bukan
tanpa alasan. Tetapi, memang dipahami dari metode Imam al-
Bukhari sendiri di dalam menyeleksi Hadist-hadist yang
dimasukan ke dalam kitab Shahih-nya. Dengan demikian pada
masa kejayaan Dinasti Abbasiyah meninggalkan khazanah yang
yang tak ternilai harganya yakni, para ahli Hadist yang termashur.
a)    Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b)   Imam Muslim, kitab karangannya Sahih Muslim.
c)   Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
d)   Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
e)    Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’i, karyanya Sunan An-Nasa’i

2. Ilmu Tafsir
Pada masa Abbasiyah ilmu tafsir mengalami perkembangan
yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara
sistematis, mandiri dan komprehensif, terpisah dari hadist. Pada
masa ini terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam
melakukan penafsira ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode Tafsir
bil Ma’tsur, yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir
dengan cara memberi penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan
penjelasan para sahabat. Tokoh-tokohnya adalah Al-Subhi (w.127
H), Muqatil Bin Sulaiman (w.150 H), Muhammad Bin Ishaq, dan
yang cukup termasyhur adalah At-Tabari. Nama lengkap Abu Ja'far
Muhammad At-Tabari. At-Tabari menyusun kitab tafsir berjudul

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 34


Jami' Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an (Himpunan Penjelasan dalam
Al-Qur'an) yang corak penafsiran adalah tafsir bil ma'tsur
(penafsiran dengan menyandarkan pada ayat Al-Qur'an, hadis dan
ijtihad sahabat).
Kedua,  Tafsir bi Al-Ro’yi, yaitu penafsiran berdasarkan
ijtihad. (akal lebih banyak dari pada Hadist). Tokohnya-tokohnya
adalah Abu Bakar Al-Asham (w 240 H) dan Abu Muslim Al-
Asfahani (w. 322 H). Corak penafsiran bil Ar-Ra’yi ini kemudian
melahirkan kelompok-kelompok yang tidak terikat oleh Hadist
maupun perkataan sahabat, dan mendapatkan perkembangan ilmu
baru yang disebut Ilmu Kalam.
Menurut A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena dua faktor
yaitu:
1. Untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat
2. Karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar
dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.

3. Ilmu Fikih
Dalam sejarah perkembangan Ilmu fikih, pada masa Dinasti
Abbasiyah mengalami perkembangan gemilang. Dipandang
sebagai periode kesempurnaan, yakni periode munculnya imam-
imam mujtahid besar. Pada masa ini juga disebut sebagai periode
pembinaan dan pembukuan hukum Islam. Penulisan dan
pembukuan hukum Islam dilakukan secara intensif, baik berupa
penulisan Hadist-hadist nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in,
tafsir Al-Qur’an, kumpulan pendapat-pendapat imam-imam fiqih,
dan penyusunan ilmu ushul fiqh.
Munculah ulama yang dikenal dengan sebutan “Empat Imam
Mazhab’’, yang menyusun kitab-kitab fiqih terkenal dan
mengembangkan faham/mazhabnya, yaitu Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
1. Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal
Musta’an, dan Al-Masad.
2. Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-
Sagir.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 35


3. Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Ar-Risalah, dan Usul
Fiqih.
4. Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-
Sagir, dan Jami’ Al-Kabir.
Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis
dalam mengambil hukum (istinbath al-hukum)
2. Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam
mengambil hokum (istinbath al-hukm). Tokoh dalam bidang ini
adalah Imam Abu Hanifah.
Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya
perkembangan ilmu fiqh khususnya atau ilmu pengetahuan
umumnya, pada periode ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap
ilmu fiqh khususnya.
2. Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-
diskusi ilmiah diantara para ulama.
3. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-
Qur’an (pada masa khalifah rasyidin), Hadist (pada masa
Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz), Tafsir dan Ilmu tafsir pada
abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas (w.68H) dan
muridnya Mujahid (w104H) dan kitab-kitab lainnya.

4. Ilmu Tasawuf
Semakin berkembangnya kecenderungan pemikiran yang
bersifat filosofis menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat
Islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba
mencari bentuk gerakan lain, diantaranya gerakan yang kemudian
disebut dengan tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti
ajarannya menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan mendekatkan
diri kepada Allah.
Upaya menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang
menggoda dan hanya mendekatkan diri kepada Allah dalam tradisi
tasawuf dilakukan melalui jalan atau tahapan-tahapan yang disebut
maqam.
Tahapan atau maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah:

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 36


1. Zuhud, adalah kehidupan yang telah terbebas dari silaunya
duniawi. Tokoh yang masuk kategori ini adalah Sufyan As-Sauri
(97-161 H/716-778 M), Abu Hasyim (w. 190 H)
2. Mahabbah, adalah rasa cinta yang sangat mendalam kepada
Allah SWT. Tokoh terkenal adalah Rabi’ah A-Adawiyah (w.
185 H/801 M)

3. Ma’rifat, adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun


Al-Misri dan Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al–Misri lahir di
Akhmim pada tahun 155-245 H / 772-860 M.
4. Fana dan baqa, adalah suatu keadaan dimana seorang sufi
belum dapat menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum
menghancurkan dirinya. Tokoh pertama kali adalah Abu Yazid
al-Bustami (w.874 M).
5. Ittihad dan hulul, adalah fase dimana seorang sufi telah
merasakan dirinya bersatu dengan Tuhan. Tokohnya adalah Abu
Yazid al-Bustami
Tokoh-tokoh sufi terkenal lainnya, yang memberikan
sumbangan besar dalam karya tasawuf adalah: Al-Ghazali
diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah Ihya ulum al-din
lmu Tasawuf, al Bashut, al Wajiz; Al Qusyairy (wafat 465 H),
karyanya: Ar Risalatul Qusyairiyah; Syahabuddin (wafat 632
H), karangannya, Awariful Ma’arif.

E. Kemajuan Seni Kesusastraan dan Arsitektur


Pada masa Bani Umayyah hanya mengenal dunia syair sebagai titik
puncak ekspresi seni, dikarenakan Bani Umayyah sangat resisten
terhadap pengaruh selain Arab. Berbeda dengan zaman Abbasiyah
interaksi peradaban dan budaya dengan bangsa non Arab, dimana
heterogintas etnis, suku bangsa, dan bahasa yang ada dilindungi,
membawa pada heterogonitas bahasa dan bentuk sastra. Heterogenitas
ini membawa pada kekayaan khazanah Islam pada masa Abbasiyah.
Bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara semakin menyebar, dan
mendapatkan penyeimbang dari bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa
Persia, Turki, dan India. Kemajemukan bahasa membuka ruang bagi
tumbuh suburnya karya-karya kesusastraan. Bermunculanlah para
sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik puisi maupun prosa.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 37


Wilayah kajian sastra tidak hanya puisi dan prosa tetapi sudah meluas
dalam bidang karya tulis lainnya. Sastrawan pada masa ini dianggap
sebagai gudangnya ilmu pengetahuan.  
Masa golden age Abbasiah pada berbagai bidang membawa
kemajuan pesat dalam bidang sastra. Masa Abbasiyah dapat dikatakan
sebagai masa keemasan kesusastraan Muslim masa klasik.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadi perkembangan
dunia sastra pada masa dinasti Abbasiyah, yakni 1) stabilitas politik, 2)
kemajuan sektor ekonomi (kesejahteraan masyarakat), 3)
Berkembangnya sistem pendidikan dan meningkatnya semangat
pengembangan ilmu pengetahuan, 4) interaksi antar budaya dan
peradaban yang semakin meningkat, dan 5) Popularitas para sastrawan,
6) kualitas karya sastra semakin meningkat,  dan 7) perkembangan
variasi genre sastra, 8) apresiasi masyarakat dan pemerintah yang tinggi
terhadap karya sastra.   
1. Genre Sastra Maa Abbasiyah
a. Perkembangan Prosa
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Banyak
buku sastra novel, riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-uraian
sastra yang dikarang atau disalin dari bahasa asing. Muncul
sastrawan-sastrawan dengan berbagai karyanya:
1. Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang
dirintisnya diantaranya Kalilab wa Dimnab, terjemahan dari
bahasa Sansekerta, karya seorang filosof India bernama
Baidaba, yang kemudian disalinnya dalambahasa Arab.
2. Abdul Hamid Al-Katib, sebagai pelopor seni mengarang surat.
3. Al-Jabidb (wafat 255H), karyanya memiliki nilai sastra tinggi,
sehingga menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi para
sastrawan kemudian.
4. Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). dikenal sebagai ilmuwan dan
sastrawan yang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang
sangat luas tentang bahasa kesusastraan.
5. Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H), seorang penyair yang
berbakat memiliki kecendrungan ke sajak drama. Sesuatu yang
sangat langka dalam tradisi sastra Arab. Karya terkenalnya

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 38


adalah Al-Aqdul Farid, semacam ensiklopedia Islam yang
memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
6. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah ‘Kisah Seribu
Satu Malam’.

b. Perkembangan Puisi
Para sastrawan masa Abbasiyah membuat genre sajak/puisi
mengombinasikan dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi
Arab. Tokoh penyair terkenal pada masa Bani Abbasiah adalah:
1. Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani
2. Abu’ At-babiyat (130-211 H)
3. Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya Habib bin Auwas
At-Toba’i
4. Dabal Al-Kbuza’i (wafat 246 H), nama aslinya Da’bal bin
Ali Razin dari Kbuza’ab. Penyair besar yang berwatak kritis.
5. Al-Babtury (206-285 H), nama aslinya Abu Ubadab Walid
Al-Babtury Al-Qubtbany.
6. Ibnu Rumy (221-283 H). nama aslinya Abu Hasan Ali bin
Abbas. Penyair yang berani menciptakan tema-tema baru.
7. Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya Abu Thayib
Ahmad bin Husin Al-Kuft penyair istana yang haus hadiah,
pemuja yang paling handal.
8. Al-Mu’arry (363-449 H) nama aslinya Abu A’la Al-Mu’arry.
Penyair berbakat dan berpengetahuan luas.

c. Perkembangan Seni Musik


Seni musik berkembang pesat di era keemasan Dinasti
Abbasiyah. Hal ini tidak lepas dari gencarnya penerjemahan
risalah musik dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain
itu, sokongan dan dukungan para penguasa terhadap musisi dan
penyair membuat seni musik makin berkembang. Para khalifah
dan pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian yang sangat
besar terhadap musik.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 39


Apalagi di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai
cabang dari matematika dan filsafat. Boleh dibilang, peradaban
Islam melalui kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang
pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’. Al-Isfahani (897 M-
976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian
seni musik di dunia Islam.
Selain itu, pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik,
sehingga seni suara atau seni musik menjadi suatu keharusan bagi
mereka sejak zaman jahiliyah. Diantara para pengarang kitab
musik adalah sebagai berikut:
1. Yunus bin Sulaiman (wafat tahun 765 M), pengarang teori
musik pertama dalam Islam. Karya musiknya sangat bernilai,
sehingga banyak musikus Eropa yang        meniru.
2. Kbalib bin Abmad (wafat tahun 791 M). mengarang buku-
buku teori musik mengenai not dan irama. Dijadikan sebagai
bahan rujukan bagi sekolah-sekolah tinggi musik             di
seluruh dunia.
3. Ishak bin Ibrahim Al-Mousuly (wafat tahun 850 M), telah
berhasil memperbaiki musik jahiliyah dengan sistim baru.
Dia mendapat gelar ‘Raja Musik’.
4. Hunain bin Isbak (wafat tahun 873 M). berhasil
menerjemahkan buku-buku teori musik karangan Plato dan
Aristoteles.
5. Al-Farabi selain sebagai seorang filosof, ia juga dikenal
sebagai seniman dan ahli musik. Karyanya banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan menjadi bahan
rujukan bagi para seniman dan pemusik Eropa.
Masa keemasan Abbasiyah telah menyumbangkan
beragam warisan penting bagi masyarakat modern. Peradaban
dunia ternyata tak hanya berutang budi karena telah
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga
di bidang musik dan seni rupa. Pencapaian yang tinggi di
bidang musik menunjukkan betapa masyarakat muslim telah
mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan.

2. Seni Bangunan dan Arsitek

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 40


Perkembangan arsitektur pada masa Dinasti Bani yang berkuasa
lebih dri 500 tahun telah meninggalkan warisan arsitektur Islam yang
mengagumkan. Pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah
pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-
Romawi, sedangkan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia
Tengah. Pada era itu, perkembangan arsitektur Islam yang begitu
besar terlihat pada berikut.

a. Bangunan dan Arsitek Masjid


Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat Islam yang
merupakan bentuk menonjol dari Arsitektur Islam. Beberapa
mesjid yang didirikan pada masa pemerintahan Bani Abbas:
1. Masjid Samarra, di Baghdad.
Masjid Agung Samarra dibangun oleh Khalifah Al-
Mutawakkil pada 647 M. Bangunan masjid ini sangat unik,
memiliki menara berbentuk spiral tinggi 52 meter, terbuat dari
batu bata bakar.
Apabila datang waktu sholat muadzin menuju ke atas menara
dengan menaiki jalan spiral. Hingga kini masjid unik ini masih
berdiri dengan kokoh di Samarra dan menjadi masjid terbesar
di dunia serta salah satu kebanggaan kebudayaan Islam. .
2. Masjid Ibn Thulun
Didirikan pada tahun 876 M oleh Ahmad bin Thulun, penguasa
dinasti Thulun di Mesir. Masjid ini terletak di Sayyeda Zainab,
Kairo dan merupakan masjid ketiga terbesar di Mesir sejak
penaklukan Mesir oleh Islam.
Masjid ini dihiasi oleh sejumlah ornamen khas Islam,
disamping menaranya yang spesifik dengan tangga yang
melingkar.

b. Bangunan dan Arsitek Kota


(2) Kota Baghdad
Pada 30 Juli 762 M, Khalifah Al-Mansur menemukan sebuah
lokasi di tepian Sungai Tigris yang cocok untuk menjadi ibu
kota baru. Khalifah memberi nama kota tersebut Madinat al-
Salaam, berarti Kota Perdamaian, sekaligus menjadi nama
resmi yang tercetak di koin dinar dan dirham serta dalam
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 41
penggunaan resmi. Namun penduduknya menyebut nama
kota itu Baghdad, nama desa terdekat dari kota tersebut.
Empat tahun sebelum pembangunan Baghdad, tepatnya pada
758 M, Al-Mansur mengumpulkan para insinyur, seniman,
dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang kota
perdamaian. Lebih dari 100 ribu pekerja konstruksi terlibat
dalam pembangunan kota itu.
Desain kotanya berbentuk lingkaran dengan istana setinggi
39 meter dan Masjid Agung sebagai pusatnya. Ketersediaan air
terjamin. Dibangun kanal pengangkut air dari Sungai Tigris yang
memenuhi kebutuhan kota.
Baghdad dikelilingi empat tembok besar. Baghdad tumbuh
menjadi kota yang makmur dan sejahtera, bergelimang gading, emas,
sutra, rempah-rempah, mutiara, serta permata dari Afrika, India, dan
timur jauh. Lokasi Baghdad di tepian Sungai Tigris yang
berhubungan dengan laut Arab menjadikan Baghdad pusat
perdagangan.
Terinspirasi oleh perpustakaan Persia yang memiliki koleksi
lengkap, Al-Mansur menginginkan adanya perpustakaan di kota baru
itu. Buku-buku ilmu pengetahuan dari umat Hindu, bangsa Persia,
dan Yunani kuno dikumpulkan, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab, yang menghabiskan waktu seratus tahun.

(3) Kota Samara


Kota Samara pernah menjdi Ibu kota Dinasti Abbasiyah
menggantikan kota Baghdad. Pembangunan besar-besaran terjadi
pada zaman Khalifah Al-Mu;tasim pada 221 H/836 M. Samarra
kemudian menjadi pusat pemerintahan tujuh khalifah Abbasiyah dan
kota kebanggaan dengan istana-istana indahnya. Khalifah Al-
Mu’tasim mendirikan istana al-Jawsaq dan Khalifah Al-Wasiq,
membangun istana al-Haruni. Khalifah Al-Mutawakkil bahkan
sempat membangun 24 istana, di antaranya adalah Balkawari,
alArus, al-Mukhtar dan al-Wahid. Sementara Al-Mutamid, khalifah
terakhir membangun istana al-Masyuq.
Samarra, sekitar 124 km utara Baghdad, adalah salah satu
dari empat Kota Suci Islam Irak, dan dianggap sebagai kota kuno
terbesar yang diketahui di seluruh Dunia dengan reruntuhan yang
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 42
megah yang memanjang sekitar 9 km dan 34 km horisontal vertikal
di sepanjang timur tepi Tigris.

c. Bangunan dan Arsitek Istana


Seni bangunan istana khalifah Abbasiyah mempunyai ciri khas
dan gaya tersendiri, dalam pintu pilar, lengkung kubah, hiasan
lebih bergantung (muqarnas hat). Pemerintah dinasti Abbasiyah
adalah kota Baghdad, yang dibangun Al-Mansur (136-158 H/754-
775). Tempat lokasi di tepi sungai Eufrat (Furat) dan Dajlah
(Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab dan
Amran bin Wadldlah.
Tepat di tengah Kota Baghdad didirikan istana khalifah yang
bernama Al-Qasr Az-Zahabi (Istana Emas), melambangkan
keagungan dan kemegahan, luasnya sekitar 160.000 Hasta
persegi. Dibangun juga masjid raya bernama Masjid Jami' Al-
Mansur, di depannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta
persegi. Tak ketinggalan dibangun perumahan penduduk, pasar,
dan kantor-kantor pemerintahan.
Sekitar tahun 157 H, Al-Mansur membangun istana baru di luar
kota yang diberi nama Istana abadi (Qasbrul Khuldi) khalifah Al-
Mansur membagi kota Baghdad menjadi empat daerah, yang
masing-masing daerah dikepalai oleh seorang Naib Amir (wakil
gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak mengurusi wilayah
sendiri yaitu daerah otonom.    

F. Kemajuan Pendidikan dan Perpustakaan


1. Pendidikan
Pada masa Abbasiyah, yang disebut lembaga pendidikan dasar
(kuttab) umumnya merupakan bagian terpadu dengan masjid, bahkan
memfungsikan masjid sebagai sekolah dasar. Kurang lebih 30.000
masjid yang digunakan sebagai lembaga pendidikan dasar. Selain
itu, terdapat kegiatan pendidikan di rumah-rumah pendudukan dan di
tempat-tempat lain, seperti maktab, zawiyah dan halaqah.
Kurikulum utamanya dipusatkan pada Al-Quran sebagai bacaan
utama para siswa, selain belajar membaca dan menulis. Anak-anak
perempuan mendapat kesempatan yang sama dengan anak laki-laki

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 43


untuk mempelajari ajaran-ajaran agama pada tingkatan yang lebih
rendah sesuai dengan kemampuannya.
Untuk pendidikan lanjutan, dilakukan di Bait al-Hikmah, sebagai
lembaga pendidikan menengah pertama dalam Islam, didirikan oleh
Khalifah Al-Makmun (830 M). Kurikulumnya meliputi pelajaran
tafsir, Hadis, ushul fiqh, ilmu kalam, ilmu matiq dan kesusasteraan.
Bait al-Hikmah, selain berfungsi sebagai pusat penerjemahan,
dikenal sebagai pusat kajian akademis, dan perpustakaan umum,
serta memiliki sebuah observatorium. Bahkan, pada saat itu
observatorium-observatorium bermunculan sebagai pusat
pembelajaran astronomi. Adapun untuk pendidikan sejenis
perguruan tinggi didirikan Madarasah Nizhamiyah oleh Nizham al-
Mulk (1065-1067). Madarasah ini dibangun sebagai pusat studi
teologi (mdrasah), khususnya untuk mempelajari ajaran-ajaran
Mazhab Syafi’i dan teologi Asy’ariyah. Alquran dan puisi-puisi
Arab kuno menjadi sumber utama pengembangan dan penngkajiann
ilmu-ilmu humaniora dan sastra (‘ilm al-adab), hal yang sama
dilakukan oleh orang Eropa klasik beberapa abad kemudian.
Sebagian sejarawan mengatakan bahwa berbagai kegiatan
Madarasah Nizhamiyah ini ditiru oleh orang Eropa untuk
membangun universitas-universitas Eropa yang pertama.

2. Perputakaan
Masjid, selain sebagai pusat pendidikan, juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan buku. Buku-buku didapat dari hadiah-hadiah
atau hasil pencarian dari berbagai sumber. Karenanya, masjid pada
saaat itu memiliki khazanah buku-buku keagamaan yang sangat
kaya. Salah seorang donatur buku-buku itu adalah seorang sejarawan
terkenal yaitu al-Khatib al-Baghdadi (1002-1017) yang menyerahkan
buku-bukunya sebgai wakaf untuk umat Islam.
Perpustakaan-perpustakaan (khizanat al-kutub) lain dibangun
oleh kalangan bangsawan atau orang kaya sebagai lembaga-lembaga
kajian untuk umum, menyimpan koleksi sejumlah buku logika,
filsafat, astronomi dan bidang ilmu lainnya. Salah satu diantaranya
yang dibangun oleh penguasa Buwaihi, Abdud Ad-Dawlah, di
Syirazi, yang semua buku-bukunya disusun di atas lemari-lemari,

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 44


didaftar dalam katalog, dan diatur dengan baik oleh staf
administrator yang berjaga secara bergiliran.
Selain perpustakaan, gambaran tentang kemajuan budaya baca
pada masa Abbasiyah bisa dilihat dari banyaknya toko buku. Toko-
toko ini berpengaruh besar bagi pengembangan dunia pendidikan,
Al-Ya’qubi meriwayatkan bahwa pada masanya (sekitar 819 M)
ibukota negara diramaikan oleh lebih dara seratus toko buku yang
berderet di satu ruas jalan yang sama.
Hinga awal abad ke-3 Hijriah, bahan yang umum digunaka untuk
menulis adalah kain perca dan papirus. Baru kemudian setelah,
kertas Cina mulai masuk ke Irak. industri kertas tumbuh menjamur.
Industri itu pertama kali muncul di Samarkand, yang diperkenalkan
oleh beberapa tawanan Cina pada 751.

BUKTI KEMAJUAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA


DINASTI ABBASIYAH

Perkembangan kebudayaan/peradaban pada masa Dinasti


Abbasiyah mengalami masa keemasan dan dikenang sebagai masa
golden age atau peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam.
Diantara kemajuan-kemajuan- tersebut meliputi berbagai bidang,
meliputi hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari kemajuan di
bidang politik dan pemerintahan, kemajuan di bidang sosial budaya,
kemajuan ekonomi dan pertanian, kemajuan pengetahun dan teknologi
dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan.
Kemajuan-kemajuan tersebut melahirkan berbagai bentuk-bentuk
wujud kebudayaan yang kemudian menjadi bukti pencapaian
kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam. Kebesaran dan keindahan
wujud kebudayaan tersebut masih bisa dilihat dan dinikmati sepanjang
sejarah bahkan sampai hari ini. Diantaranya seni bangunan dan
arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, maupun bangunan kota.
Istana Qashrul Dzahabi, Qashrul Khuldi, masjid agung Samara, masjid
Ibn Thulun dan pembangunan kota Baghdad dan kota Samara.
Keindahan kebudayaan lainnya tercermin pada bidang sastra, bahasa
dan seni musik. Sastrawan dan budayawan terkenal Abu Nawas, Abu
Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lain. Karya
dan buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 45


Kalilah wa Dimna. Sementara dalam bidang musik yang sampai kini
karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin
Ahmad, Al-Farabi dan lain-lain.
Selain bidang-bidang tersebut diatas, kemajuan dalam bidang
pengembangan pengetahuan dan keilmuan tercermin pada pendirian
lembaga-lembaga pendidikan, perpustakaan, majlis kajian agama, dan
lain-lain.

MATERI 10:
Tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan
kebudayaan/peradaban Islampada maa Dinati bani Abbaiyah
Kompetensi Dasar
Mengidentifikai tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam
kemajuan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa Dinasti Bani
Abbaiyah.
Indikator
Mengidentifikai tokoh ilmu kedokteran pada masa Dinasti
Abbasiyah
Mengidentifikasi tokoh filsafat pada masa dinasti Abbasiyah
Memahami ibrah /hikmah yang bia diteladani dari tokoh ilmu
pengetahuanmasa Dinasti Abbasiyah

URAIAN MATERI
ILMUWAN MUSLIM ZAMAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Bani Abasiyiah, yang berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-
656 H/750-1258 M, merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan
besar bagi kegemilangan peradaban Islam. Dengan dukungan para khalifah
yang memiliki perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban, melahirkan banyak ilmuan dan para ulama cemerlang yang
karya-karyanya abadi sepanjang sejarah sekaligus membuktikan bahwa
peradaban dan kebudayaan Islam memberi sumbangan besar bagi
peradaban dunia. Untuk mengenal lebih dekat, ilmuwan dan ulama-ulama
besar tersebut, berikut uraiannya.
A. Ahli Kedokteran
1. Ali Rabban at-Tabari (838-870M) Penemu Pertama Ensiklopedia
Kedokteran)

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 46


Orang pertama yang mengarang buku kedokteran berjudul
Firdaus al-Hikmah (850M). Karya terkenalnya tersebut ditulis
setelah ia memeluk Islam.
2. Ibnu Sina (370 H – 428 H) penemu macam-macam penyakit
Ibnu Sina, di dunia Barat dikenal dengan nama Avvicenna. Ibnu
Sina dibesarkan di Bukhara. Pada usia sepuluh tahun telah banyak
mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur’an.
Dalam dunia kedokteran, Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim
pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam
ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia juga
yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam
kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Dia juga
yang mula-mula mempraktekkan pembedahan dan menjahitnya.
Dan dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut
psikoterapi . Ibnu Sina adalah ilmuwan produktif, menulis buku
mencapai 200 buah yang meliputi filsafat, kedokteran, geometri,
astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Karya monumentalnya
berjudul Al-Qanun fit-Tibb (Undang-Undang Kedokteran). Buku ini
merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya
Ibnu Sina ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa
yang mempelajarai kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17
M. Buku ini membedakan antara mediastinum dan pleurisy
(pembengkakan pada paru-paru); mengenai kemungkinan penalaran
wabah penyakit phthisis (penyakit saluran pernafasan, utamanya
asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai
penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis
ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita
sebagai penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan
dalam buku ini.

3. Ar-Razi (251-313H/864-930M) (penemu penyakit cacar dan darah


tinggi)
Di Barat cukup dikenal dengan nama Razhes murid cemerlang
dari Ali bin Sahl Rabban At-Tabari. Setelah mempelajari
matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia memusatkan
perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat. Ia menjadi seorang
dokter dan filosof besar pada zamannya.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 47

b. Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Sina/ Ibnu Sina (370 H – 428 H /
Beliau seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad. Ar-Razi
merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar
penyakit cacar.
Ar-Razi sangat rajin melakukan penelitian dan menuliskan
berbagai hasil penelitiannya. Ia pernah menulis dalam setahun lebih
dari 20.000 lembar kertas. Karya ar-Razi mencapai 232 buku atau
risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.
Karya tulis hasil penelitiannya yang termashur adalah al-Hawi,
Ensiklopedi Kedokteran berjumlah 20 jilid. Buku ini berisi ilmu
kedokteran Yunani, Arab, dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin
pada tahun 1279 M. Sejak saat itu, buku tersebut menjadi rujukan di
universitas -universitas Eropa sampai abad ke-17 M. Bukunya yang
lainnya yang terkenal adalah Fi al-Judari wa al-Hasbat yang
membahas penyakit campak dan cacar dan diterjemahkan juga ke
dalam bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang
ke-40 kalinya. Ar-Razi wafat pada tahun 932 M di kota kota
kelahirannya.

4. Ibnu Massawaih (dokter spesialis diet)


Nama lengkapnya Abu Zakariyya Yuhana Ibnu Massawaih.
Karya-karyanya adalah: An-Nawadir At-Tibbiya ( sebuah kumpulan
aporisme medis.

B. Ahli Filsafat
1. Al-Kindi (185-260 H/ 801-873 M)
Al-Kindi sosok yang dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting,
yaitu Yunani, Suryani, dan Arab dikuasainya, sebuah kelebihan
yang jarang dimiliki orang pada era itu. Al-Kindi adalah filosof
muslim pertama, karena ia adalah orang Islam pertama yang
mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pada saat itu, sampai abad ke-7 M,
pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen Suriah.
Al-Kindi menerjemahkan dan menyimpulkan karya-karya filsafat
Helenisme. Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang
menyelaraskan filsafat dan agama. Al-Kindi memandang filsafat
sebagai ilmu yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari
segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 48


untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari
kebudayaan Islam.
Al-Kindi menguasai beragam ilmu pengetahuan. Karyanya
berjumlah kurang lebih 270 buah, yang dapat dikelompokkan dalam
bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri,
medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi. Salah satu
karya Al Kindi di bidang filsafat adalah Risalah fi Madkhal al
Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar
logika.

2. Al-Ghazali (1059-1111M)
Al-Ghazali selalu hidup berpindah-pindah, khususnya untuk
mendalami pengetahuan. Setelah dari Baghdad berangkat ke Syam,
menetap hampir 2 (dua) tahun untuk berlatih membersihkan diri,
menyucikan hati dengan mengingat Tuhan dan beri’tikaf di mesjid
Damaskus. Kemudian menuju ke Palestina untuk mengunjungi kota
Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para Nabi sejak dari Nabi
Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari Allah. Terus
berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua bagi kemajuan dan
kebesaran Islam sesudah Baghdad. Di Mesir, dari Kairo dilanjutkan
ke Iskandariyah, selanjutnya ke Mekkah untuk menunaikan rukun
Islam yang kelima dan berzirah ke kuburan Nabi Ibrahim.
Selanjutnya ia kembali ke Naisabur dan mendirikan Madrasah Fiqh
dan asrama (khanqah) untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam
paham sufi.
Al-Ghazali menulis banyak sekali kitab, meliputi bidang ilmu
yang populer pada zamannya, di antaranya tentang tafsir al-Qur’an,
ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lain-lain.
Beberapa yang sangat termasyhur dan banyak menjadi rujukan di
lembaga-lemba pendidikan di Indonesia adalah:
a)  Ihya Ulum Ad-Din, yang membahas ilmu-ilmu agama.
b) Tahafut al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau
dari segi agama.
c) Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan rahasia-
rahasia ilmu.
d) Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam),   

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 49


e) Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-
Qur’an)
f) Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
g) Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang
arti nama- nama Tuhan).
h) Al-Basith (fiqh).
i) Al-Mustasfa (ushul fiqh), dan lain-lain.
A-Ghazali wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada
tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.

3. Ibnu Miskawaih (320-412H/ 932-1030M)


Ibnu Miskawaih dikenal sebagai sejarawan besar yang
kemasyhurannya melebihi pendahulunya, At-Thabari. Ia juga
seorang dokter, penyair, dan ahli bahasa serta seorang filosof muslim
yang mampu memadukan tradisi pemikiran Yunani dan Islam, di
samping juga ahli dalam filsafat Romawi, India, Arab, dan Persia.
Selanjunya yang menjadi perhatian terbesarnya adalah filsafat etika
Islam, hal ini terlihat pada banyak buku-buku karyaya, diantaranya:
Risalah fi al-Lazzat wa al-Alam, Risalah fi at-Thabi'at, Risalah fi
Jaubar an-Nafs, Maqalat an-Nafs wa al-'Aql, Fi Isbat as-Shuwar al-
Ruhaniyat allati la Yabula Lama, min Kitab al-'Aql wa al-Ma'qul,
Ta'rif li Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa az-Zaman,
Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A'raq dan Risalah fi Jawab fi Su'ali
li 'Ali Ibnu Miskawaih Ila Abi Hayyan as-Shauli fi Haqiqat al-'Adl.
Oleh sebab itu, Ibnu Miskawaih menjadi ilmuwan muslim
pertama di bidang filsafat akhlak.

C. Ahli Kimia
a. Jabir bin Jayyan
Orang Barat mengenalnya dengan sebutan ‘Geber’. Abu Musa
Jabir bin Hayyan lahir di Kufah pada tahun 750 M. Sumbangan
terbesar Jabir dalam dunia ilmu pengetahuan adalah dalam bidang
kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru bernama
Barmaki Vizier pada era pemerintahan Harun Ar-Rasyid di
Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di
dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat
direproduksi kembali.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 50


Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan
reaksi kimia yang terjadi. Jabir dapat dipandang telah merintis
ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Sumbangan lainnya yang penting antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-
proses tersebut.
Jabir menulis kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia,
antara lain; Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een, Kitab Al Rahmah,
Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern
Mercury, dan Book of Balance.

D. Ahli Astronomi
1. Mua Ibrahim Al-Fazari
Musa Ibrahim Al Fazari adalah tokoh astronomi Islam pertama.
Ia ditugaskan oleh khalifah Ja’far Al-Mansur untuk
menerjemahkan beberapa risalah astronomi India. Kumpulan
risalah tersebut bernama Brahmasputrasidanta, dan risalah pertama
di terjemahkan berjudul Almagest.

2. Al-Khawarimi
Nama lengkap Al-Khawarizmi adalah Muhammad Ibnu Musa
Al-Khawarizmi atau Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Di dunia Barat dikenal sebagai Al-Khawarizmi, Al-
Cowarizmi, Al-Ahawizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi dan
beberapa ejaan lain.
Al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang berpengetahuan luas,
bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang filsafat,
logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan
kimia serta penulis ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Beberapa karya yang menjadi sumbangan besarnya
a. Al-Jabr wa’l Muqabalah, pemakaian secans dan tangens
dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
b. Ilmu perbintangan (astronomi).

E. Ahli Matematika
1. Al-Khawarizmi (780-850M)

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 51


Dalam usia muda bekerja di Bait al-Hikmah di bawah
pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Ia bekerja dalam sebuah
observatorium matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga
dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah.
Al-Khawarimi memperkenalkan angka-angka India dan cara-
cara perhitungan India pada dunia Islam. Ia adalah ilmuwan yang
pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Pengetahuan
dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep
matematika yang masih digunakan sampai sekarang.
Beberapa karya yang menjadi sumbangan besarnya:
a. Al-Jabr wa’l Muqabalah, pemakaian secans dan tangens
dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
b. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, contoh-contoh soal
matematika.
c. Sistem nomor dan memperkenalkan Cos, Sin, Tangen dalam
penyelesian persamaan trigonometri, teorema segitiga sama
kaki, segi empat, dan lingkaran dalam geometri.
d. Memperkenalkan cabang-cabang ilmu matematika seperti,
geometri, aljabar, aritmatika.
e. Angka nol memiliki nilai, dengan angka nol terbuka jutaan
kemungkinan. Dari gagasan inilah operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bisa jadi lebih mudah
dan sederhana.
f. Mengembangkan sistem nilai-tempat desimal dengan angka 1
sampai 9 sebagai angka sekaligus pengisi nilai tempat dan angka
nol sebagai angka saja.
Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang aljabar telah
diterjemahkan oleh Gerard of Gremano dan Robert of Chaster
kedalam bahasa Eropa pada abad ke 12.

2. Abu Kamil Suja’


Nama lengkapnya adalah Abu Kamil Suja’ bin Aslam bin
Muhammad bin Suja’ Al-Hasib Al-Misri. Tulisan-tulisannya
tentang geometri memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar
terhadap geometri Barat terutama uraian-uraian Al-Jabar terhadap
geometri.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 52


Karya-karyanya yang terkenal adalah sebagai berikut:

a. Kitab fil Al-Jam wa Tafrik (tentang penambahan dan


pengurangan)
b. Kitab Al-Khataya (tentang dua kesalahan)
c. Liber Abacci yang terkandung tentang:
d. Pengetahuan tentang berhitung dengan bilangan bulat dan
pecahan
e. Cara berhitung akar 2 (kuadrat) dan akar 3 (kubik)
f. Cara pemecahan linier dan kuadrat
g. Cara menghitung melalui penjajagan dan jawaban palsu (rules
of false position)
h. Pengetahuan matematika yang kemudian disebut barisan
fibonacci, yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144.

MATERI 12:
Ulama Penyusun Kutubusittah (Ahli hadis) dan Perannya dalam kemajuan
kebudayaan/peradaban Islam pada maa Dinasti Abbasiyah
Kompetensi Dasar
Mengidentifikai ulama kutubusittah (ahli hadis), Empat imam mahab
(ahli Fikih), imam At-Tabari, Ibnu Katsir (ahli tafir) dan perannya
dalam kemajuan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa Dinasti
Bani Abbaiyah.
Indikator
Memahami ulama-ulama penyusun Kutubusittah yang muncul pada
masa Bani Abbasiyah.
Mengidentifikasi karya ulama yang terkenal dari tokoh ulama hadis
Dinasti Abbaiyah
Mengidentifikasi karya ulama Tafir pada masa Dinasti Abbasiyah

URAIAN MATERI
A. Ulama Penyusun Kutubusittah (ahli hadis).
1. Imam Bukhari
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 53


bulan Syawal 194 H di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah sehingga
dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat
beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hiban menulis  bahwa
ayah Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, seorang ulama
bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik, ulama besar dan
ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.
Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu
sejak berusia sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy,
Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam
Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang
mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun  ia mengunjungi kota suci
Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar
Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan
Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq,
menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab. Dari satu juta
Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275
Hadist.
Untuk  mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih, Imam
Bukahri  menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi
berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadist. Diantara kota-kota
yang disinggahinya antara lain  Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah,
Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.
Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam
Bukahri adalah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin
Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-
Baikandhi. Selain itu, banyak ahli Hadist yang  berguru
kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi,
Muhammad Ibnu Nazr,  dan Imam Muslim.
Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis
kitab-kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-
karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-
Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh
al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah,
Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 54


tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al-
Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H
dalam usia 62 tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah
desa di Samarkand.

2. Imam Muslim
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin
Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di
Naisabur pada tahun 202 H/ 817 M. Naisabur, saat itu termasuk
wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan
Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang
Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan
kurang lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota
Naisabur dikenal juga saat itu sebagai salah satu kota ilmu, tempat
berkumpulnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia
Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. Kecerdasan dan
ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10
tahun, sering datang berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang
ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal
Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah
dalam periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist
menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan untuk
mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.
Imam Muslim banyak menulis kitab-kitab Hadist, diantaranya
yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai
Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal,
al-Qaran, Sualat  Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’,
Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab
Auladish-shaba , dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang
paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah al-
Musnad as-Shahih al- Mukhtashar  Min as-Sunan bin Naql al-
Adl’an Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 55


Beliau wafat  pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, 
salah satu daerah di luar Nisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261
H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.

3. Imam Abu Dawud


Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir
bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun
202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai
ilmu dan para ulama. Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi
dan mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak,
Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar
Hadist dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring
dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.
Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk
mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan
menggunakan kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan
karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh
termasyhur dalam empat Imam Madzhab.
Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan
gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi
pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat
banyak jumlahnya, diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi,
Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’,
Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian dari gurunya
ada yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti
Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin
Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil
ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman
An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu
Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin
Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang
prilakunya wara’, saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya
diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:
“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam
perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 56


keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’,
Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur,
Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai
‘Alqamah dan ia menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu
Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”
Imam Abu Dawud menulis banyak kitab Hadist, antara lain:
Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-
Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd.
Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij.
Kitabnya yang banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia
adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud.
Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal
275 H/889 M.

4. Imam At-Tirmidzi
Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-
ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan
yang terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan
disebutkan  bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist Hasan.
Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang
dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu
Daud dan An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya,  keempat
dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sendiri. ‘’Yang
kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah
diamalkan oleh sebagian ulama’’.
Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan
oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau:
‘kitab At-Tirmidzi bagiku  lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari
dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh
setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat,
berdiskusi,  bertukar pikiran dan mengarang  pada ahir hidupnya
dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam
keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia
wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8
Oktober 892 dalam usia 70 tahun.
5. Imam An-Nasai

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 57


Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu
Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 H. Dikenal
dengan nama  Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu
kota di Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq
bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist  di
Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab
Sunan An-Nasa’i  mengandung lebih sedikit Hadist  Dhaifnya, 
setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para
gurunya adalah  Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin
Rahawaih  Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu
Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama yang
pernah berguru kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-
Tabarani (pengarang kitab Mu’jam),  Abu Ja’far At-Thahawi, Al-
Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin
Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin
Ahmad As-Sunni.
Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-
Sunan  al-Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan
al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz, Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali,
Musnad Ali, Musnad Malik dan Manasik al-Hajji .
Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan
dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.
6. Imam Ibnu Majah
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin
Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah.
Ibnu Majah terkenal kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di
Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan
kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah
Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan
menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang
guru ternama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya
di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah
berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari,
mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia
kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad,
Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 58


ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya
dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin
Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin
Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta
Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin
Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.
Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di
berbagai tempat inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis
puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya
kesahihannya.
Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan
buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di
bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di
bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi
Hadist sejak awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang
paling monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur
klasik adalah kitab di bidang Hadist berjudul Kitab Sunan Ibnu
Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku
Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah
Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.
Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang
ilmu Hadis, banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya.
Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini mengatakan, “Ibnu Majah
adalah seorang yang terpercaya, yang disepakati tentang
kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. Ia
mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’.
Begitu juga Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan
dalam kitabnya, Al-Bidayah: “Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah)
adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu
merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan
dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada
Hadis dan usul serta furu’.”
Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887
M, di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.

B. Emapat Ulama Mazhab (ahli fikih)


1. Imam Hanafi

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 59


Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan At-Taymi, dikenal
sebagai Abu Ḥanifah, lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M dan
wafat di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M, sebagai pendiri Madzhab
Hanafi.
Pada masa remajanya, telah menunjukkan kecintaannya kepada
ilmu. Disamping menuntut ilmu fiqh, juga mendalami ilmu tafsir,
hadits, bahasa arab dan ilmu hikmah. Meski anak seorang saudagar
kaya, kehidupannya sangat sederhana. Abu Hanifah seorang yang
takwa dan soleh, seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal
ibadah. Jika berdoa air matanya bercucuran mengharapkan
keridhaan Allah SWT.
Abu Hanifah merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah
sahabat Nabi, karena pernah bertemu dengan sahabat Nabi,
diantaranya bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan Hadist
darinya.
Selanjutnya, Imam Hanafi disebut sebagai tokoh yang pertama
kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok mulai
dari bab kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian
diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam
Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.
Madzab Hanafi dan fatwa-fatwanya disebarluaskan oleh murid-
muridnya sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai salah satu
madzab yang empat. Di antara muridnya yang terkenal adalah
Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru dari Imam Syafi’i.
Karya-karya yang ditinggalkan oleh Imam Hanafi diantaranya
Fiqh Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
Dalam menetapkan hukum, Imam Hanafi menggunakan metode
berdasarkan Al Quran, Sunnah Rasul, Fatwa sahabat, Qiyas,
Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. 'Urf maksudnya adalah adat kebiasaan
orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang tidak ada nashnya
dalam Al-Qur’an, Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa
sahabat.

2. Imam Maliki
Nama lengkapnya Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin
Abi Amir bin Amr bin Al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 60


bin Al-Haris Dzi Ashbah, dilahirkan di Madinah al Munawwaroh
pada tahun 93 H (pendapat lain tahun 90 H, 94 H dan 95 H).
Imam Malik menerima Hadist dari 900 orang (guru), 300 dari
golongan Tabi’in dan 600 dari Tabi’ut tabi’in.
Imam Malik belajar di Madinah dan menulis kitab Al-Muwatta,
yang disusun selama 40 tahun, dan telah ditunjukan kepada 70 ahli
Fiqh di kota Madinah. Kitab Al Muwaththa’ berisi 100.000 hadits,
yang diriwayatkan oleh lebih dari seribu orang dan yang paling
masyhur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah Al-Laitsi Al-
Andalusi Al-Mashmudi.
Kitab Al-Muwaththa berisi Hadist-hadist serta pendapat para
sahabat dan ulama-ulama Tabi’in yang membahas tentang ilmu dan
hukum-hukum agama Islam. Kitab ini ditulis atas anjuran Khalifah
Al-Mansur.
Imam Malik menyusun mazhabnya atas empat dasar rujukan:
Kitab Suci, Sunnah Rasul, Ijma’, dan Qias. Pada masanya Imam
Malik paling berpengaruh di seluruh Hijaz, dikenal dengan sebutan
“Sayyid Fuqaha Al-Hijaz” (pemimpin ahli fiqih di seluruh daerah
Hijaz). Ia mempunyai banyak sahabat (murid), di antaranya yang
terkenal ialah Muhammad bin Idris bin Syafii, Al-Laisy bin Sa’ad,
Abu Ishaq Al-Farazi.
Pengikut mazhab Imam Malik yang terbanyak terdapat di
Tunisia, Tripoli, Magribi, dan Mesir.
Imam Malik menderita sakit selama 22 hari, kemudian 10 hari
setelah itu ia wafat. Sebagian meriwayatkan Imam Malik wafat
pada 14 Rabiul awwal 179 H pada usia 87 tahun.
3. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i merupakan keturunan Quraisy, dari Bani
Muththalib, nasabnya bertemu Rasulullah di Abdul Manaf.
Dilahirkan di Khuzzah tahun 150 H. Perjalanan hidupnya dimulai
sejak wafat ayahnya. Sang ibu membawanya ke Mekah. Sejak kecil
Imam Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra.
Saat usia 7 tahun, telah hafal Al-Qur’an, dan pada usia10 tahun, 
hafal Al-Muwatta). Imam Syafi’i berguru fiqh kepada Muslim bin
Khalid Az-Zanji. Juga belajar kepada Dawud bin Abdurrahman Al-
Atthar, Muhammad bin Ali bin Syafi’, Sufyan bin Uyainah,
Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 61


bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada usia 15
tahun diizinkan berfatwa oleh gurunya, Muslim bin Khalid Az-
Zanji.. Kecerdasannya ini mendapat pujin dari Ali bin Usman,
“Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar daripada
Syafii”. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang menyamainya
di masa itu. Ia pintar dalam segala pengetahuan, sehingga bila ia
melontarkan anak panah, dapat dijamin 90% akan mengenai
sasarannya”.
Ketika hampir berumur 20 tahun, pergi ke Madinah untuk
berguru kepada Imam Malik. Kemudian pergi ke Irak, bergaul
dengan sahabat-sahabat Imam Abu Hanifah. Selanjutnya ke Parsi
dan beberapa negeri lain.
Dalam perjalanan ke berbagai negeri membawa banyak
pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan manusia. Hal ini
menjadi sangat berguna baginya sebagai alat untuk
mempertimbangkan hukum berbagai peristiwa.
Imam Syafi’i diminta oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid supaya
tinggal di Baghdad dan menyiarkan agama. Pandangan dan
pendapatnya diterima oleh segala lapisan.
Imam Syafi’i bergaul baik dengan rakyat maupun dengan
pemerintah, bertukar pikiran dengan ulama-ulama terutama sahabat-
sahabat Imam Abu Hanifah. Pertemuan langsung Imam Syafi’i
dengan Imam Ahmad bin Hanbal terjadi di Mekah pada tahun 187
H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal,
Imam Syafi’i banyak belajar tentang ilmu fiqh, ushul madzhab,
penjelasan nasikh dan mansukhnya. Melalui pergaulannya inilah
Imam Syafi’i dapat menyusun pandangan-pandangannya, yang
dikenal dengan ‘’qaul qadim” (pendapat yang pertama).
Kemudian ia kembali ke Mekah hingga tahun 198 H. Pada tahun
yang sama pergi ke Mesir. Di Mesir inilah, Imam Syafi’i menyusun
pendapatnya yang baru, yang dikenal dengan istilah ‘’qaulul
jadid’’.
Imam Syafi’i seorang mujtahid mutlak, Ulama Fiqh, Ulama
Hadist, dan Ushul. Ia mampu memadukan Fiqh ahli Irak dan Fiqh
ahli Hijaz. Dasar madzhabnya ialah Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan
Qiyas. Diantara karya monumentalnya adalah “Ar- Risalah” buku

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 62


pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al -Umm” yang berisi
Madzhab Fiqhnya yang baru.
Wasiatnya yang penting, terutama bagi ulama yang mendukung
dan mengikuti mazhab Syafi’i, ialah “Apabila hadits itu sah, itulah
mazhabku, dan buanglah perkataanku yang timbul dari ijtihadku”.
Pengikut mazhab Syafi’i yang terbanyak adalah di Mesir,
Kurdistan, Yaman, Aden, Hadramaut, Mekah, Pakistan, dan
Indonesia. Imam Syafi’i wafat di akhir bulan Rajab pada tahun 204
H, di Mesir.

4. Imam Hambali
Nama lengkapnya, Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin
Hilal bin Asad Al-Marwazi Al Baghdadi, lahir pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun 164 H di Baghdad. Pada usia 15 tahun hafal Al-
Qur’an. Dia juga dikenal sebagai orang yang paling indah
tulisannya.
Imam Ahmad bin Hambal mempunyai hafalan yang kuat, hafal
lebih dari satu juta Hadist. Banyak pujian dari para ulama tetang
keistimewaan hafalan Imam Hambali, sebagaimana dikatakan
Imam Asy-Syafi’i, bahwa “Ahmad bin Hambal adalah imam
dalam delapan hal: Imam dalam Hadist, Imam dalam Fiqih, Imam
dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran,
Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam
Sunnah”.
Kezuhudannya pun sangat terkenal, seperti yang diceritakan
oleh Al-Maimuni bahwa rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal
sempit dan kecil. Ia memakai peci yang dijahit sendiri dan kadang
ke tempat membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya.
Begitu juga sifat tawadhu'nya. Yahya bin Ma’in berkata, “Saya
tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal,
saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan
tidakpernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan
yang ada padanya kepada kami”.
Guru-guru Imam Ahmad bin Hambal jumlahnya lebih dari 280
ulama yang berasal dari berbagai tempat seperti Mekkah Kufah,
Bashrah, Baghdad, Yaman dan lainnya. Guru-guru tersebut
diantaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 63


bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar
As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah,
Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Ma’qil. Adapun para
muridnya diantaranya Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu
Daud, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Asy-
Syafi’i, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Imam
Ahmad bin Hambal, Hambal bin Ishaq dan lainnya.
Kitab-kitab karyanya sangat banyak, diantaranya: Kitab Al
-Musnad yang berisi lebih dari dua puluh tujuh ribu Hadist, Az-
Zuhud, Fadhail Ahlil Bait, Jawabatul Qur’an, Al -Imaan, Ar-Radd
‘alal Jahmiyyah, Al-Asyribah dan Al-Faraidh.
Imam Hambali meninggal pada umur 77 tahun hari Jum’at, 12
Rabi’ul Awwal tahun 241 H. Dalam proses penguburannya dihadiri
oleh 800.000 orang pelayat lelaki dan 60.000 orang pelayat
perempuan.

C. Ulama Tafsir
a. Imam Ibnu Jarir At-Tabari
Nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Katsir bin Ghalib Al-Amali At-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu
Jarir atau At-Tabari. Lahir di daerah Amol, Tabaristan (sebelah
selatan Laut Kaspia) pada tahun 838 M. Hidup dan tumbuh di
lingkungan keluarga berada dan perhatian penuh terhadap
pendidikan, terutama bidang keagamaan. Pada masanya,
perkembangan kebudayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan
sedang mengalami kejayaan dan kemajuannya. Kondisi ini semakin
mengembangkan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan.
Kegiatan menghafal Al-Qur’an dimulainya sejak usia 7 tahun, dan
melakukan pencatatan hadis dimulai sejak usia 9 tahun.
Semangatnya luar biasa dalam menuntut ilmu sekaligus juga
semangat untuk melakukan ibadah. Pada usia 8 tahun, memperoleh
kepercayaan menjadi imam salat.
Ia melakukan perjalanan keilmuan ke kota Ray, Baghdad,
Suriah dan juga di Mesir. Ke Rayy berguru kepada al-Razi, di
bidang Hadist kepada Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Ke
Baghdad ingin berguru kepada Ahmad bin Hanbal, sayang

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 64


sesampainya disana ternyata telah wafat. Kemudian menuju dua
kota besar di selatan Baghdad, yakni Basrah dan Kufah.
Di Basrah berguru kepada Muhammad bin’Abd Al-A’la Al-
San’ani (w. 245 H/ 859 M), Muhammad bin Musa Al-Harasi (w.
248 H/ 862 M) dan Abu Al-‘As’as Ahmad bin Al-Miqdam (w. 253
H/ 857 M), dan Abu Al-Jawza’ Ahmad bin ‘Usman (w. 246 H/ 860
M). Khusus di bidang tafsir ia berguru kepada seorang Basrah
Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az Al-‘Aqadi (w.akhir 245
H/ 859-860 M), meski sebelumnya pernah banyak menyerap
pengetahuan tafsir dari seorang Kufah Hannad bin Al-Sari (w. 243
H/ 857 M).
Setelah beberapa waktu di dua kota tersebut, kemudian
kembali  ke Baghdad dan menetap untuk waktu yang lama. Ia
memusatkan perhatian pada qira’ah (cara baca) dan fiqh dengan
bimbingan guru, seperti Ahmad bin Yusuf Al-Sa’labi, Al-Hasan
Ibnu Muhammad Al-Sabbah Al-Za’farani dan Abi Sa’id al-
Astakhari. Kemudian, melakukan perjalanan keilmuan lagi ke
berbagai kota untuk mendalami gramatika, sastra dan qira’ah.
Hamzah dan Warasy  termasuk orang-orang yang memberikan
kontribusi ilmunya kepada At-Tabari. Keduanya tidak saja dikenal
di Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan Beirut.
Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir diberikan oleh salah
seorang gurunya Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan Waqi’ Ibnu Al-Jarrah,
Syu’bah bin Al- Hajjaj, Yazid bin Harun dan ‘Abd Ibnu Hamid.
At-Tabari banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai
bidang ilmu, seperti ilmu Tafsir, Ilmu Sejarah, Hadist, hukum,
teolgi, etika, dan lain-lain. Di antara karyanya yang terkenal adalah
Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja), atau
lebih dikenal sebagai Tarikh at-Tabari. Kitab ini berisi sejarah
dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam
menuliskan berbaga peristiwa dalam sejarah Arab dan Muslim.
Karya lainnya yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama
Tafsir Al-Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh
pemikir muslim lainnya, seperti Baghawi, As-Suyuthi dan juga Ibnu
Katsir.
At-Tabari wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan
dengan 17 Pebruari 923 M dalam usia 85 tahun.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 65


b. Imam Ibnu Katsir
Nama lengkapnya, Imaduddin Isma’il bin, Umar bin Katsir Al-
Qurasyi Al-Bushrawi, dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota
Bashrah pada tahun 701 H/1302 M). Ayahnya, seorang khatib dan
meninggal ketika Ibnu Katsir baru berusia empat tahun.
Selanjuntnya, diasuh dan dididik oleh kakaknya, Syaikh Abdul
Wahhab. Pada usia lima tahun diajak pindah ke Damsyik, negeri
Syam pada tahun 706 H.
Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya adalah:
1. Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman Al-Fazari yang
terkenal dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).
2. Di Damsyik Syria, beliau belajar dengan Isa bin Al-Muth’im,
3. Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat
730H),
4. Ibnul Hajjar yang (wafat 730 H),
5. Baha-uddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri
Syam yang wafat pada tahun 723 H,
6. Ibnu Asy-Syirazi,
7. Ishaq bin Yahya Al-Amidi Afifuddin ulama Zhahiriyah (wafat 725
H),
8. Muhammad lbnu Zarrad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin
Az-Zaki Al’Mizzi (wafat 742H), beliau mendapat banyak faedah
dan menimba ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi puterinya.
9. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis
Salam bin Taimiyyah (wafat 728 H),
10. Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin
Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz Adz-Dzahabi
(wafat pada tahun 748 H).
11. Ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-
Qarafi,
12. Abul Fath Ad-Dabbusi
13. Ali bin Umar As-Sawani dan lain-lain.

Beberapa pandangan para ulama tentang Ibnu Katsir,


diantaranya Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam Al-Mu’jam al-
Mukhtashsh mengatakan:
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 66
“Ia adalah seorang imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang
pakar, ahli fiqih yang berwawasan luas, ahli tafsir dan memiliki
banyak tulisan yang bermanfaat.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam ad-Duraral-Kaaminah
mengatakan:
“Ia selalu menyibukkan diri dengan Hadits, menelaah matan
dan rijal hadis. Beliau adalah orang yang memiliki hafalan yang
banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya tulis semasa
hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak
kepada orang-orang selepas meninggal.”
Murid-murid yang belajar kepadanya sangatlah banyak,
diantaranya Ibnu Haji.
Beberapa karyanya yang terkenal adalah:

1. Tafsir al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan


berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
2. Al-Bidaayah wan Nihayah, terdiri dari 14 jilid, berisi kisah-kisah
para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam.
3. At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di
dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi
zzi dan adz-Dzahabi(Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan
I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang
bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.
4. Jami’ al-Masanid, berisi Musnad Imam bin Hanbal, A|-Bazzar,
Abu Ya’la Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah.
Disusun berdasarkan bab-bab fiqih
5. Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam Asy-Syafi’i.
6. Sirah Nabawiah, berisi sejarah Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain.

Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani, Ibnu Katsir hilang


penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun
77 4 H/ 1373 M.

MATERI 13:
Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Kompetensi Dasar
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 67
Memahami sejarah berdirinya Dinasti Ayyubyah
Indikator
Memahami proses berdirinya Dinasti Ayyubiyah
URAIAN MATERI
A. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Mesir,
Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir. Dinasti
Ayyubiyah didirikan oleh Salahuddīn al-Ayyubi. Penamaan al-
Ayyubiyah dinisbatkan kepada nama belakangnya Al-Ayyubi, diambil
dari nama kakeknya yang bernama Ayyub. Nama besar dinasti ini
diperoleh sejak Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berhasil mendirikan
kesultanan yang bermazhab Sunni, menggantikan kesultanan
Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah.
Salahuddīn Al-Ayyubi memulai karir politiknya ketika ia masih
muda. Ketika itu Sang Ayah yang bernama Najmuddin bin Ayyub
menjabat sebagai komandan pasukan di kota Ba’labak (sebelah utara
Suriah). Najmuddin bin Ayyub ditunjuk menjadi komandan oleh
panglima yang berkuasa saat itu yaitu Nuruddin Zanki.
Pada tahun 1164 M, Shalahuddin Al-Ayyubi mengikuti ekspedisi
pamannya Asaduddin Syirkuh ke Mesir. Lima tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1169 M, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi diangkat menjadi
wazir (Gubernur) oleh penguasa Dinasti Fathimiyah dalam usia 32
tahun, menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh yang wafat setelah
dua bulan menjabat sebagai wazir. Sebagai Perdana Menteri
Shalahuddin mendapati gelah Al-Malik An-Nasir artinya ‘penguasa
yang bijaksana’.
Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang terakhir
wafat pada tahun 1171 M, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berkuasa
penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Maka sejak
saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun
lamanya.
Setelah Shalahudin menguasai Dinasti Fathimiyah, ia menghapus
tradisi mendoakan khalifah Fathimiyah dalam khutbah Jum’at dan
menggantinya dengan mendoakan khalifah Dinasti Abbasiyah yaitu Al-
Mustadhi yang berkuasa sejak 566-575H/ 1170-1180M. Namun ia
tidak mengusik atau melarang rakyat yang mengikuti faham Syi’ah.
Kemudian pada bulan Mei tahun 1175M, sejak Dinasti Ayyubiyah

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 68


berkuasa di Mesir, khalifah Abbasiyah, Al-Mustadhi memberikan
beberapa daerah seperti Yaman, Palestina, Suriah Tengah, dan
Maghribi kepada Shalahuddin. Shalahuddin mendapat pengakuan dari
Khalifah Abbasiyah sebagai penguasa Mesir, Afrika Utara, Nubia,
Hejaz, dan Suriah Tengah. Satu dasa warsa (sepuluh tahun)
kepemimpinannya kemudian ia berhasil menaklukkan Mesopotamia
(Iran) dan berhasil mengangkat para penguasa setempat menjadi
pemimpinnya.

MATERI 14:
Perkembangan Kebudayaan/peradabanIslam pada masa Dinasti Ayyubiyah
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Dinasti Ayyubiyah
Indikator
Mengklasifikasikan bukti perkembangan kebudayaan Islam pada
masa Dinasti Ayyubiyah

KEMAJUAN ZAMAN DINASTI AYYUBIYAH


1. Pendidikan
Pemerintahan dinasti Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan
Nuruddin dan Shalahuddin telah berhasil menjadikan Damaskus
sebagai kota pendidikan. Damaskus, ibu kota Suriah, masih
menyimpan bukti yang menunjukkan jejak arsitektur dan pendidikan
yang dikembangkan kedua penguasa tersebut. Nuruddin tidak hanya
merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa
pintu gerbang dan menara, serta membangun gedung-gedung
pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini, tetapi juga
mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang
difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus
berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok Suriah.
Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari masjid atau sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara
formal menerima murid-murid dan mengikuti model madrasah yang
dikembangkan pada masa Nizhamiyah. Madrasah yang didirikan
Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan Ba’labak mengikuti
madzhab Syafi’i.
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 69
Nuruddin juga membangun rumah sakit yang terkenal dengan
memakai namanya,yaitu Rumah sakit al-Nuri. Rumah Sakit Al-Nuri ini,
menjadi rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-walid
dan ditambah fungsinya tidak hanya sebagai tempat pengobatan, juga
sebagai sekolah kedokteran.
Pada bangunan monumen-monumen, Nuruddin menorehkan seni
menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik
para ahli paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu
diperkirakan seni kaligrafi (khat) Arab gaya Kufi muncul dan
berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui dan
melahirkan gaya kaligrafi Naskhi.
Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih bisa dilihat dan dibaca
terdapat di menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam catatan orang
Suriah dan Hittiyah, benteng pertahanan tersebut merupakan mahakarya
arsitektural Arab kuno dan terus ada berkat jasa pemeliharaan dan
renovasi Nuruddin. Di samping itu, makam Nuruddin, yang terletak di
akademi Damaskus Al-Nuriyah, hingga kini masih dihormati dan
diziarahi.
Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah
masjid, juga sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Nuruddin
terbangun konsep multifungsi yang berhubungan dengan masjid di
Suriah. Bahkan pada pemerintahan selanjutnya, setelah Dinasti
Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Mamluk, melahirkan satu tradisi
baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah kubah
bangunan yang mereka dirikan.
Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan
perhatian pada bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan
pendidikan Madrasah ke berbagai wilayah di bawah kekuasaannya,
seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu Jubayr menyebutkan
ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara madrasah
terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri,
yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizam al-
Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan madrasah, yaitu
Madarasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah ini,
madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa ditemukan lagi,
namun sisa-sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 70


berikutnya, gaya arsitektur ini melahirkan beberapa monument Arab
yang indah di Mesir. Salah satunya yang terindah dan menjadi model
terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.
Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-
Ayyubi juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua
rumah sakit itu dirancang mengikuti model rumah sakit Nuriyah di
Damaskus, yakni selain sebagai tempat pengobatan, sekaligus sebagai
sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal yang juga menjadi
dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama Yahudi.
Pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, mulai dikenal perayaan hari
lahir Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulud Nabi di
Indonesia.

2. Bidang ekonomi dan perdagangan


Dalam hal perekonomian pemerintahan Dinasti Ayyubiah bekerja
sama dengan penguasa muslim di wilayah lain, membangun
perdagangan dengan kota-kota di laut Tengah, lautan Hindia dan
menyempurnakan sistim perpajakan. Hubungan internasional dalam
perdagangan baik jalur laut maupun jalur darat semakin ramai dan
membawa pengaruh bagi negara Eropa dan negara-negara yang
dikuasainya. Sejak saat itu dunia ekonomi dan perdagangan sudah
menggunakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit, bahkan
ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat dari emas.
Selain itu, dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus).
Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Al- Kamil ibn Al Adil Al-
Ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar
terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus
untuk setiap dirhamnya.
Dalam bidang industri pada masa Ayyubiah, sudah mengenal
kemajuan di bidang industri dengan dibuatnya kincir oleh seorang
Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Juga sudah ada
pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 71


3. Militer dan Sistem Pertahanan
Pada masa pemerintahan Shalahuddin, kekuatan militernya terkenal
sangat tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki dan
Afrika. Selain juga memiliki alat-alat perang, pasukan berkuda, pedang
dan panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala
burung-burung dalam peperangan. Shalahuddin juga membuat
bangunan monumental berupa tembok kota di Kairo dan Muqattam
yaitu benteng Qal’al Jabal Sultan Salahuddin al-Ayubi atau lebih
dikenal dengan sebutan benteng Salahuddin Al-Ayubi, yang sampai hari
ini masih berdiri dengan megahnya.
Benteng ini terletak bersebelahan Bukit Muqattam dan berhampiran
dengan Medan Saiyyidah Aisyah. Ide membuat benteng ini hasil
pemikirannya sendiri yang direalisasikan pada tahun 1183M.
Shalahuddin melihat bahwa Kota Kaherah begitu luas dan besar, dan
membutuhkan sistem pertahanan benteng yang kokoh sebagaimana di
Halab dan Syria.
Salahuddin Al-Ayubi menyuruh bahan batu yang digunakan untuk
membangun pondasi benteng tersebut diambil dari batu-batu yang
terdapat di Piramid di Giza. Benteng ini dikelilingi pagar yang tinggi
dan kokoh.
Untuk memasuki benteng, terdapat beberapa pintu utama
diantaranya pintu Fath, pintu Nasr, pintu Khalk dan pintu Luq.
Kemudian terdapat saluan air berasal dari sungai Nil, yang pada masa
itu menjadi bekal minum para tentara. Pada zaman kerajaan
Usmaniyyah benteng ini mengalami perluasan. Di bahagian utara
benteng terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang terbuat dari
marmar dan granit.
Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul
Jawhara (Muzium Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja
Mesir. Terdapat juga Mathaf al-Fan al-Islami (Muzium Kesenian
Islam) yang terletak di bab (pintu) Khalk yang menyimpan ribuan
barang yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 72


Muhammad SAW, termasuk diantaranya surat Rasulullah SAW untuk
penguasa Mesir saat itu bernama Maqauqis, agar beriman kepada Allah
SWT.

MATERI 15:
Semangat juang para penguasa Dinasti Ayyubiyah
Kompetensi Dasar
Memahami semangat juang para penguasa Dinasti Ayyubiyah yang
terkenal
Indikator
Memahami keberhasilan Salahuddin al-Ayyubi, al-Adil, dan Al-
Kamil
Memahami keberhasilan salahuddin al-Ayyubi dalam bidang
Agama
URAIAN MATERI
PENGUASA DINASTI AYYUBIYAH YANG MENONJOL

Selama lebih kurang 75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9


orang penguasa yakni sebagai berikut:
1. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
2. Malik Al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)
4. Malik Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
5. Malik Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6. Malik Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8. Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9. Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Diantara urutan 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa
penguasa yang menonjol, yaitu: Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193
M), Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-
Kamil Muhammad (1218-1238 M)
1. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (596-615 H /1200-1218
M)

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 73


Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil
Saifuddin Abu Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti
Ayyubiah yang memerintah pada tahun 596-615 H/1200-1218 M
berkedudukan di Damaskus. Beliau putra Najmuddin Ayyub yang
merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dia menjadi
Sultan menggantikan Al-Afdal yang tewas dalam peperangan.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan
pengatur strategi yang berbakat dan efektif.
Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :
1. Antara tahun 1168 – 1169 M mengikuti pamannya ( Syirkuh )
ekspedisi militer ke Mesir
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Salahuddin Yusuf Al
Ayyubi, sedangkan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi mengembangkan
pemerintahan di Damaskus
3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang
Kristen Koptik di Qift-Mesir
4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi
pasukan Salib
5. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir
6. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di
Mosul
7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus
Menjadi Sultan di Damaskus
2. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Nama lengkap Al-Kamil, adalah Al-Malik Al-Kamil Nasruddin
Abu Al-Maali Muhammad. Al-Kamil adalah putra dari Al-Adil.
Pada tahun 1218 Al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi
pasukan salib yang mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian
menjadi Sultan setelah ayahnya wafat. Pada tahun 1219, hampir
kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik. Al-Kamil
kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan
konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-
Mu’azzam yang menjabat sebagai Gubernur Suriah.
Pada bulan Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati
perdamaian selama 10 tahun dengan  Frederick II, yang berisi antara
lain:

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 74


a. Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada
pasukan salib
b.  Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di
sekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Selain itu beberapa peristiwa yang dialami Al-Malik Al-Kamil, antara
lain:
1. Pada tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan
Salib yang mengepung kota Dimyat ( Damietta )
2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M,
menggantikan Al-Adil yang meninggal
3. Pada tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya.
4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-
orang Kristen
5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan
pasukan Salib yaitu dilakukan perjanjian damai dengan imbalan
:Mengembalikan Yerussalem kepada pasukan Salib.
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh
Al-Mu’azzam saudaranya.
7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu
Baitul Maqdis kepada orang Kristen.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya
sebagai Sultan digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.

3. Salahuddin Al-Ayyubi, Penguasa terkenal


a. Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi(564-589 H/ 1171-1193 M)
Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul
Muzaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin Al-Ayyubi
berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan
pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan
kampung halamannya dekat
Danau Fan dan pindah ke
daerah Tikrit (Irak).
Shalahuddin lahir di benteng
Tikrit, Irak tahun 532 H/1137
M, ketika ayahnya menjadi
penguasa benteng Seljuk di

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 75


Abu al-Abbas al-Saffah
Sumber :
http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com
Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada
Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika
Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534
H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi
gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah
Nuruddin Mahmud.
Pendidikan masa kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk
menguasai sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits
di madrasah. Dalam buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita
awal Shalahuddin ialah menjadi orang yang ahli di bidang ilmu-
ilmu agama Islam (ulama). Ia senang berdiskusi tentang ilmu kalam,
Al-Qur’an, fiqih, dan hadist.
Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa
mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik.
Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus
untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam
lingkungan istana Nuruddin.
Dari kecil sudah terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah
hati, santun serta penuh belas kasih. Salahudin tumbuh di
lingkungan keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria.
Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin
menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan
pada umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan
pamannya (Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan
muslimin ke Mesir atas tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin
Zanki), untuk membantu perdana menteri Dinasti Fathimiyah
(Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak Dirgam.
Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada
kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.
Tiga tahun kemudian, Nuruddin Zanki kembali menugaskan
Panglima Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
untuk menaklukkan Mesir. Hal ini dikarenakan Perdana Menteri
Syawar telah mengadakan perjanjian dengan Amauri, Panglima
tentara Salib, yang dulu pernah membantu Dirgam. Perjanjian
tersebut dipandang membahayakan posisi Suriah dan umat Islam
pada umumnya. Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir
dapat dikuasai.  Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 76


Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh. Pada
tahun 1169 ia diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur
menggantikan pamannya.
b. Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya
dalam kepemimpinan. Ia mampu melakukan mobilisasi dan
reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk
menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Berkali-kali
serangan pasukan Salib ke Mesir dapat dipatahkan. Akan tetapi
keberhasilan Shalahuddin dalam memimpin Mesir mengakibatkan
Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan mereka
memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk
menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya
sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan.
Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat
muda.
Shalahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela
sungkawa. Kedatangannya  banyak disambut dan  dielu-elukan.
Shalahuddin yang santun berniat untuk menyerahkan kekuasaan
kepada raja yang baru yang masih belia ini. Pada tahun itu juga raja
muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin
yang diangkat menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria
menggantikan Sultan Nuruddin yang wafat. Suksesi yang ia lakukan
sangat terhormat, yaitu dengan menikahi janda mendiang Sultan
demi menghormati keluarga dinasti sebelumnya. Ia memulai dengan
revitalisasi ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-
negara muslim kecil untuk dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada
September 1174, Shalahuddin berhasil menundukkan Dinasti
Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di
Baghdad. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berdiri di Mesir
menggantikan dinasti sebelumnya yang bermazhab syi’ah.
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling
berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia
berhasil mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia,
wilayah barat jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan
Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusat

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 77


pemerintahannya.
Shalahuddin meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam
usia 57 tahun.

b. Keteladanan Salahuddin al-Ayyubi


1. Kepemimpinan
Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang
memiliki kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam
memilih para Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya
(Wazir) orang-orang cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-
Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya
bernama Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai
penulis biografinya.
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan
terpusat di Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-
saudara dan keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang
dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:
1.  Kesultanan Ayyubiyah di Mesir
2.  Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
3.  Keamiran Ayyubiyah di Aleppo
4.  Kesultanan Ayyubiyah di Hamah
5.  Kesultanan Ayyubiyah di Homs
6.  Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin
7.  Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar
8.  Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa
9.  Kesultanan Ayyubiyah di Yaman
10. Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan
penguasa muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan
dengan kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan
sistem perpajakan.
Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai
pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni.
Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah
memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia).
Khalifah Al-Mustadi juga memberikan Mesir, Naubah, Yaman,
Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Shalahuddin

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 78


Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin
dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat
Islam dan kaum muslimin).

2. Keperwiraan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang
memiliki kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa
pemerintahannya kekuatan militernya terkenal sangat tangguh,
diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan Afrika. Ia membangun
tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan.
Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama beliau
menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng pertahanan
yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada tahun
1183 M.
Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan
perjuangan dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang
yang dilakukannya dalam rangka membela negara dan agama.
Shalahuddin seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
a.   Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang
Kristen
b.  Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan
orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
Sebagai khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab
terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari
orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan
kepemimpinannya. Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin
Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah menumpas segala bentuk
pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan tujuan
agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan baik dan mampu
menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga
Khalifah Al-Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai
selatan Nubiah (568 H/1173 M)
b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M)

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 79


c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570
H/1175 M).
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir,
Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di
bawah komando Al-Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam
yang kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-
usaha yang dilakukan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut
menuai hasil yang gemilang.
Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi adalah Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar
tahun1144-1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat Islam,
terutama bertujuan membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi:
a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat
Islam. Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah
menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk menegakkan harga
diri umat Islam. Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam
perang salib merupakan anugerah. Strategi yang dikembangkan oleh
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam membangun koalisi umat Islam
benar-benar telah menyatukan kekuatan umat Islam dalam membela
agamanya.
Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya
diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.

MATERI 16:
Ilmuwan Muslim Dinasti Ayyubiyah
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi ilmuwan muslim dinasti Ayyubiyah dan perannya
dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam
Indikator
Memahami ilmuwan muslim Dinasti Ayyubiyah dalam bidang
Sastra

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 80


URAIAN MATERI
ILMUWAN/ULAMA MUSLIM ZAMAN DINATI AYYUBYAH
1. As-Suhrawardi al-Maqtul
Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak
Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M
di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat
Zanjan. Ia memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master
of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.
Ajaran Tarekat Suhrawardi
Dalam kitab Awarif al-Ma’arif  dibahas tentang latihan rohani
praktis, terdiri dari:
1) Ma’rifah, yaitu mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah, bahwa
Allah saja-lah Wujud Hakiki dan Pelaku Mutlak.
2) Faqr, yaitu tidak memiliki harta; seorang penempuh jalan hakikat
tidak akan sampai ke tujuan, kecuali jila sudah melewati tahap ke-
zuhud-an.
3) Tawakkul, yaitu mempercayakan segala urusan kepada Pelaku
Mutlak (Allah).
4) Mahabbah, artinya Cinta kepada Allah.
5) Fana’ dan Baqa’; Fana’ artinya akhir dari perjalanan menuju Allah,
sementara Baqa’ artinya awal dari perjalanan dalam Allah.

a. Pemikiran Teosofis Suhrawardi


Pemikiran teosofi Suhrawardi disebut konsep cahaya (iluminasi,
ishraqiyyah) yang lahir sebagai perpaduan antara rasio dan intuisi.
Istilah ishraqi sendiri sebagai simbol geografis mengandung makna
timur sebagai dunia cahaya. Proses iluminasi cahaya-cahaya
Suhrawardi dapat diilustrasikan sebagai berikut: dimulai dari Nur al-
Anwar yang merupakan sumber dari segala cahaya yang ada. Ia Maha
Sempurna, Mandiri, Esa, sehingga tidak ada satupun yang menyerupai-
Nya. Ia adalah Allah. Nur Al-Anwar ini hanya memancarkan sebuah
cahaya yang disebut Nur Al-Aqrab. Selain Nur Al-Aqrab tidak ada
lainnya yang muncul bersamaan dengan cahaya terdekat. Dari Nur Al-
Aqrab (cahaya pertama) muncul cahaya kedua, dari cahaya kedua
muncul cahaya ketiga, dari cahaya ketiga timbul cahaya keempat, dari
cahaya keempat timbul cahaya kelima, dari cahaya kelima timbul

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 81


cahaya keenam, begitu seterusnya hingga mencapai cahaya yang
jumlahnya sangat banyak.
Pada setiap tingkat penyinaran setiap cahaya menerima pancaran
langsung dari Nur Al-Anwar, dan tiap-tiap cahaya dominator
meneruskan cahayanya ke masing-masing cahaya yang berada di
bawahnya, sehingga setiap cahaya yang berada di bawah selalu
menerima pancaran dari Nur Al-Anwar secara langsung dan pancaran
dari semua cahaya yang berada di atasnya sejumlah pancaran yang
dimiliki oleh cahaya tersebut. Dengan demikian, semakin bertambah ke
bawah tingkat suatu cahaya maka semakin banyak pula ia menerima
pancaran.
Karya-karya Suhrawardi diantaranya: kitab At-Talwihat al-
Lauhiyyat al-‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan Hikmah al-‘Ishraq yang
membahas aliran paripatetik; Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah
fi al-‘Ishraq yang membahas filsafat yang disusun secara singkat
dengan bahasa yang mudah dipahami; Qissah al-Ghurbah al
Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Yauman ma’a Jama’at al-Sufiyyin’
ulasan penjelasan sufistik menggunakan lambang yang sulit dipahami
dan, Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq terjemahan dari filsafat
klasik, dan Al-Waridat wa al-Taqdisat berisi serangkaian do’a, dan
lain-lain.
2. Ibn Al-Adhim (588-660 H/ 1192- 1262 M)
     Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin
Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil, berasal dari bani Jaradah yang
bermigrasi dari Bashrah ke Allepo karena wabah penyakit. Al-Adhim
lahir di Allepo, ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu.
Sejak tahun 616 H/ 1219 M,    mulai mengajar di Allepo,
setelah mendalami berbagai pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis,
Damaskus, Hijaz dan Irak.
Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-
Nashir dari dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes kedua
penguasa ini di Baghdad dan Kairo.
    Karya-karya Al-Adhim diantaranya, Zubdah al hallab min tarikh
Hallaba, Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo /
Halaba yang disusun secara alfabetik terdiri dari 40 juz atau 10 jilid.
Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol
menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 82


3. Al-Bushiri
Nama lengkapnya Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin
Abdullah as Shanhaji al Bushiri, lahir pada tahun 1212 M di Maroko.
Al-Bushiri seorang sufi besar, pengikut Thariqat Syadziliyah, dan
menjadi salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan Asy-
Syadzily, r.a. Gurunya yang lain beberapa ulama tasawuf seperti Abu
Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al ‘Iz bin Jama’ah al Kanani Al
Hamawi.
Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam
mempelajati Al-Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan
kesusastraan Arab.
Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah
suatu ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan
Mesir, akan tetapi melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya
menolak.
Al-Bushiri lebih menonjol dalam bidang sasra dengan hasil
karyanya yang terkenal yaitu Kasidah Burdah yang diciptakannya pada
abad 7 Hijrah dan dibaca dalam berbagai acara. Kasidah Burdah adalah
mutiara syair kecintaan kepada Rasulullah. Puisi Pujian Al-Bushiri
kepada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi Nabi, tetapi
mengungkap kelebihan Nabi yang utama yaitu mukjizat Al-Quran.
Beberapa ulama sufi yang menjadi guru Al-Bushiri, diantaranya,
terutama pada bidang Imam Abu Hayyan, Abul Fath bin Sayyidunnas Al-
Ya’mari Al Asybali Al Misri pengarang kitab ‘Uyunul Atsar fi Sirah
Sayyidil Basyar, Al ‘Iz bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi salah seorang
hakim di Mesir, dan masih banyak lagi kalangan ulama besar Mesir yang
memberikan ilmu pengetahuannya kepada Al-Bushiri.
Al Bushiri sebenamya tak hanya, terkenal dengan karya Burdahnya
saja. la juga dikenal sebagai seorang ahli fikih, ilmu kalam dan ahli
tasawuf.

4. Abdul Latief Al Baghdadi


Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-
Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran,
dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam
pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 83


5. Abu Abdullah Al Quda’i
Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab
(Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam
Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para
Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz
Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir).

6. Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi


Seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat
penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat an-Nabat (Kitab
kumpulan dan Tanaman).

7. Ad-Dawudi
Seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al-
Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang
Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan Pepohonan).

8. Syeikh Syams al-Din Ibn Khalikan


Seorang ahli sejarah yang mengarang kitab wafiyyat al-‘Ayan

9. Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti


Seorang ahli fiqih.

10. Al Hufi, ahli bahasa,

11. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat,


Seorang ahli Nahwu dan ahli tafsir.

MATERI 17:
Sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan
pengajaran
Kompetensi Dasar
Memahami sejarah masuknya Islam di nusantara melalui
perdaganagan, sosial dan pengajaran
Indikator
Mengidentifikasi sejarah mauknya Islam di Nusantara melalui
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 84
perdaganangan, sosial dan pengajaran
Menjelaskan masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan,
sosial, dan pengajaran

URAIAN MATERI

A. Sejarah dan Bukti Masuknya Islam Nusantara


1. Sejarah Islam di Nusantara
Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad
ke-7 M, menimbulkan suatu energi penggerak yang luar biasa, yang
pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan
raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya Islam di
Indonesia masih bisa diperdebatkan. Oleh karena itu perlu ada
penjelasan lebih dahulu tentang pengertian “masuk” antara lain,
dalam arti:
a. sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
b. sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
c. sudah berdiri kerajaan Islam.
Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan
berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber
barat, dan timur.
1. Bukti adanya Islam di Nusantara
Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
a. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Seminar masuknya Islam di Indonesia (di Aceh), sebagian
dasar adalah catatan perjalanan Al Mas’udi, yang
menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari
raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada
tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di
pantai timur Sumatera.
2. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History
(1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 85


pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam
perjalannya ke China.
3. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate
on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian
Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa
kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia
pada 672 M.
4. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to
Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum
Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
5. Prof.S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah
ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya
dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber
tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun
687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin
Indonesia.
b. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber pada abad ini adalah
ditemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar,
Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan
rombongannya. Pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab
Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082).
c. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia
menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin
Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
2. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck
Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13,
berdasarkan sudah adanya beberapa kerajaaan Islam di
kawasan Indonesia.

B. Cara berkembangnya Islam di Nusantara


Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat
dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf
dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya
mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 86


Indonesia. Secara umum Islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara
sebagai berikut :
1. Perdagangan
Masuknya Islam ke Indonesia melalui perdagangan terjadi
pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas
perdagangan laut pada awal abad ke 7 M - 16 M. Pada masa itu,
pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia semakin banyak
sehingga membentuk pemukiman yang disebut Pekojan. Dari
tempat inilah mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan
masyarakat asli seraya menyebarkan agama Islam.
1. Sosial (perkawinan)
Para pedagang Islam yang datang ke Indonesia banyak yang
menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung,
para wanita pribumi yang beragama Islam di minta mengucapkan
kalimah syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya.
Dengan proses inilah kelompok mereka makin besar dan menjadikan
berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
2. Pendidikan dan Pengajaran
Penyebaran Islam melalui pendidikan dan pengajaran
dilakukan melalui pesantren-pesantren, terutama oleh para kyai.
Beberapa pesantren terkenal diantaranya adalah :
a. Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel
b. Pesantren Sunan Giri yang kebanyakan muridnya berasal dari
Maluku.
Disamping mengajar di pesantren-pesantren, para kyai juga menjadi
penasehat raja atau bangsawan.
3. Tasawuf
Penyebaran Islam di Nusantara yang tidak kalah pentingnya
adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dan memudahkan dalam mengerti
dan menerima ajaran Islam. Ajaran tasawuf ini banyak didapati
dalam cerita-cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Diantara
tokoh penyebar tasawuf yang terkenal adalah :
a. Hamzah Fansyri
b. Syamsudin
c. Syekh Abdul Shamad
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 87
d. Nuruddin Ar Raniri

4. Kesenian
Penyebaran agama Islam di Indonesia terlihat pula dalam
kesenian Islam, misalnya peninggalan seni :
a. Bangunan
b. Pahat
c. Musik
d. Sastra
Hasil seni tersebut dapat dilihat pada bangunan masjid-masjid
kuno di Demak, Cirebon, Banten dan Aceh.

C. Faktor yang menyebabkan Islam mudah berkembang di Indonesia:


Faktor yang menyebabkan Islam mudah berkembang di Indonesia:
1. Syarat untuk masuk Islam sangat mudah dan sederhana yaitu dengan
mengucap kalimah syahadat .
2. Islam tidak mengajarkan kelas sosial dalam masyarakat (kasta)
3. Islam disebarkan melalui jalan damai, yaitu melalui interaksi sosial
perdagangan, dengan sarana kesenian, dan belajar di pesantren..
4. Sifat bangsa Indonesia yang ramah dan mudah bergaul dengan
bangsa lain.

MATERI 18:
Sejarah Kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi
Kompetensi Dasar
Memahami sejarah kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi
Indikator
Mengidentifikasi peranan penting dari kerajaan di Sumatera
Menentukan kerajaan Islam yang pertama berdiri di jawa
Menunjukkan bukti kejayaan kerajaan di Sulawesi

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 88


A. Alur perjalanan para pedagang Arab dalam berdakwah di
Indonesia
Bangsa Arab, Persia, India dan China memiliki andil besar dalam
mensyiarkan dan mengembangkan Islam di Nusantara.
a. Gujarat (India)
Pedagang Islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti
antara lain :
1. Ukiran batu nisan gaya Gujarat.
2. Adat istiadat dan budaya India Islam.
b. Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti
antar lain :
1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
c. Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan
Indonesia, dengan bukti antara lain:
1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas
Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk
menyebarkan Islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa,
dan Malaka.
2. Munculnya nama “kampung Arab” dan tradisi Arab di
lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan Islam.
d. China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana
Cheng Ho/Dampo awan), mengenalkan Islam di pantai dan
pedalaman Jawa dan Sumatera, dengan bukti antar lain:
1. Gedung Batu di Semarang (masjid gaya China).
2. Beberapa makam China muslim.
3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.

B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara


1. Kerajaan Islam di Jawa

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 89


a. Kesultanan Demak
Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah
kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden
Patah pada tahun 1478 dan tercatat menjadi pelopor penyebaran
agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya.
Kesultanan Demak mengalami kemunduran karena terjadi
perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Salah satu
peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung
Demak, yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo.
Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih
dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah
menjadi kota Demak di Jawa Tengah.
b. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten merupakan kerajaan Islam yang didirikan
oleh Sunan Gunung Jati. Menurut sumber Portugis, sebelumnya
Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain
pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda
Kalapa dan Cimanuk. Kerajaan Banten mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah
atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu
Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional
sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah
kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut
kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi
provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun
1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan
Banten.
c. Keultanan Mataram Islam.
Kesultanan Mataram merupakan kerajaan Islam di Jawa yang
didirikan oleh Sutawijaya, keturunan dari Ki Ageng Pemanahan
yang mendapat hadiah sebidang tanah dari raja Pajang,
Hadiwijaya, atas jasanya. Kerajaan Mataram pada masa
keemasannya dapat menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya
termasuk Madura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah
yang dapat dilihat hingga kini, seperti wilayah Matraman di
Jakarta dan sistem persawahan di Karawang.
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 90
2. Kerajaan Islam di Sumetera
a. Kesultanan Samudera
Kesultanan Samudera Pasai dikenal juga dengan Samudera
Pasai, atau Samudera Darussalam, merupakan kerajaan Islam
yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Kerajaan ini
didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Malik al-Saleh, pada
sekitar tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya Pasai oleh
Portugis pada tahun 1521. Raja pertama bernama Malik as-
Saleh, kemudian dilanjutkan pemerintahannya oleh Malik at-
Thahir. Setelah mati, ia digantikan oleh Sultan Mahmmud Malik
az-Zahir.
b. Kesultanan Malaka
Kesultanan Malaka merupakan kesultanan yang didirikan oleh
Parameswara, seorang putera Sriwijaya yang melarikan diri dari
perebutan Palembang oleh Majapahit. Pada 1402, dia
mendirikan sebuah ibu kota baru, Melaka yang terletak pada
penyempitan Selat Malaka. Pada 1414, dia berganti menjadi
seorang Muslim dan menjadi Sultan Malaka. Kesultanan ini
berkembang pesat menjadi sebuah entrepot dan menjadi
pelabuhan terpenting di Asia Tenggara pada abad ke-15 dan
awal 16. Kegemilangan yang dicapai oleh Kerajaan Melaka
adalah daripada beberapa faktor yang penting. Diantaranya,
Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalinkan
hubungan baik dengan negara Cina ketika Laksamana Yin
Ching mengunjunginya.
c. Kesultanan Aceh
Kesultanan Aceh merupakan kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Diawal

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 91


pemerintahannya wilayah Kesultanan Aceh berkembang hingga
mencakup Daya, Deli, Pedir, Pasai, dan Aru. Pada tahun 1528,
Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun
1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin
Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1568.
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636).

3. Kerajaan Islam di Sulawesi


a. Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama
Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data,
Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai
cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung
untuk membentuk Kerajaan Gowa. Masing-masing kerajaan
tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-
masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo
membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan
suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan
Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari
kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama
ibukota propinsi Sulawesi Selatan.

b. Faktor-faktor penyebab Kerajaan Gowa Tallo berkembang


menjadi pusat perdagangan, sebagai berikut:
1. Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran
Malaka dan Jawa ke Maluku.
2. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas
perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan
baik.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 92


3. Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang
berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga
keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para
pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual
belikan rempah-rempah.
5. Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris
ternyata kurang memperhatikan pemngembangan
pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil
alih oleh Makasar.
6. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran
dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.

5. Kerajaan Islam di Maluku


Kerajaan Ternate dan Tidore, sebelah barat pulau Halmahera.
Kerajaan ini terletak di kepulauan Maluku, di wilayah ini terdapat
dua persekutuan yaitu:
a. Ulilima (pulau Obi, Bacan,Seram,Ambon, Ternate pemimpinnya).
b. Ulisiwa (pulau Makyan, Jailolo, dansekitar Irian Barat yang di
pimpin oleh Tidore. Kehidupan politik kerajaan Ternate dan
Tidore, merupakan adanya Persaingan antar Ulilima dan Ulisiwa
bersaing menguasai Maluku.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate dan Tidore:


a. Ternate-Tidore berkembang sebagai kerajaan Maritim.
b. Penghasil komoditi perdagangan rempah-rempah.
c. Kedatangan pedagang Ternate, Jawa, Melayu,pedagang
Arab.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Ternate dan Tidore:


1). Islam berkembang di Maluku, 2). Seni Bangunan Mesjid dan
Istana Raja, 3). Agama Katolik juga berkembang, 4). Jumlah perahu
(kora-kora), 5). Keanekaragaman agama.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 93


MATERI 19:
Biografi Para Tokoh dan perannya dalam mengembangkan Ilam di
Indonesia (Wali Songo, Abdurrauf Singkel, Muhammad Arsyad al-
Banjari, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari)
Kompetensi Dasar
Memahami biografi para tokoh dan perannya dalam mengembangkan
Islam di Indonesia (Wali Songo, Abdurrauf Singkel, Muhammad
Arsyad al-Banjari, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari)
Indikator
1. Menunjukkan peran para Wali Songo dalam
mengembangkan Islam di Indonesia
2. Menunjukkan metode dakwah salah satu Walisongo dalam
mengembangkan Islam di Indonesia
3. Menentukan peran Abdurrauf Singkel
4. Mengembali ibrah dari peran KH. Ahmad Dahlan
5. Mengambil ibrah dari peran KH Hasyim As’ari
A. Peran Wali Songo Dalam Mengembangkan Islam
Walisongo merupakan nama sebuah dewan yang beranggotakan 9
orang. Anggotanya termasuk orang-orang pilihan dan oleh karena itu oleh
orang jawa dinamakan wali. Istilah wali berasal dari bahasa arab aulia, yang
artinya orang yang dekat dengan Allah Subhaanahu wa ta’aala karena
ketakwaannya. Sedangkan istilah songo merujuk kepada penyebaran agama
Islam ke segala penjuru. Orang jawa mengenal istilah kiblat papat limo pancer
untuk menggambarkan segala penjuru, yaitu utara-timur-selatan-barat disebut
keblat papat dan empat arah diantaranya ditambah pusat disebut limo pancer.

Perkembangan Islam di Jawa tidak dapat dipisahkan dari peranan


para Wali. Walisongo" berarti sembilan orang wali" , diantara Nama-
nama Walisongo tersebut antara lain:
1. Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Giri
3. Sunan Bonang
4. Sunan Ampel
5. Sunan Drajat
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 94
6. Sunan Muria
7. Sunan Gunung Jati
8. Sunan Kudus
9. Sunan Kalijaga

Para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di


Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam
mengembangkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah
mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit
di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa
Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing
sangat bekaitan satu sama lain yaitu “Mana yang Isi (Wayang Wong)
dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari
(Wayang Golek)”.
Di samping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya,
para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk
akulturasi budaya lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-
tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon islami.

B. Metode Dakwah Wali Songo Dalam Mengembangkan Islam

1. SUNAN GRESIK (MAULANA MALIK IBRAHIM)


 Berkedudukan: di Gresik Jawa Timur
 Media Dakwahnya: Pondok Pesantren
 Metode Dakwahnya:
1. Membuka warung untuk berjualan kebutuhan sehari-sehari
dengan harga murah;
2. Mengadakan pengobatan gratis;
3. Membangun pondok pesantren pertama di Pesucian
4. Orang Islam pertama yang masuk ke Jawa.
 Hasil Karyanya:
1. Bidang Kesenian: Tembang Suluk, Gundul-gundul pacul,dll
2. Bidang Pendidikan: Pondok Pesantren di Leran, Gresik

Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Magribi/Skekh


Magribi. Ia dianggap sebagai orang Islam pertama yang masuk ke Jawa.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 95


Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari
Nabi Muhammad. Ia diperkirakan lahir di Samarkand (As-Samarqandiy)
di Asia Tengah, pada pertengahan abad ke-14. Dalam cerita rakyat, ada
yang memanggilnya “Kakek Bantal” karena beliau sangat menyayangi
dan dekat dengan kaum yang kurang mampu.

Sunan Gresik dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam


di Jawa. Dalam usaha dakwahnya itu beliau menggunakan sistem pondok
pesantren. Bahkan beliaulah yang dipandang sebagai peletak batu
pertama penggunaan sistem pondok pesantren dalam pengajaran dan
pendidikan agama Islam di Pulau Jawa. Sistem pondok pesantren ini
sampai sekarang masih tetap dipergunakan dengan berbagai macam
bentuk perkembangannya.

Maulana Malik Ibrahim juga terkenal karena keberhasilannya mendidik


dan mempersiapkan para santrinya menjadi kader penerus
perjuangannya, sebagai muballigh dan dai yang tangguh.

Segi lain dari keistimewaan Maulana Malik Ibrahim yang patut dicatat
adalah keberhasilannya dalam mengambil hati rakyat dan para penguasa,
walaupun berlainan kepercayaan. Beliau menyampaikan dakwahnya
dengan penuh kebijaksaan, sehingga tidak terjadi gejolak masyarakat,
walaupun yang disampaikan berlainan dengan kepercayaan dan adat-
istiadat yang sudah menjadi darah daging penduduk.

Kepandaiannya mengambil hati para pejabat kerajaan menjadikan


dakwahnya berjalan dengan lancar. Beliau dapat leluasa menyampaikan
seruan tanpa mengalami halangan atau hambatan dari para penguasa.
Walaupun para pembesar kerajaan itu tidak banyak tertarik masuk Islam,
tetapi mereka tidak menghalangi dakwah yang dilakukan oleh Maulana
Malik Ibrahim.

Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul


rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan
pada masa akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik
hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 96


Selain ahli ilmu agama, Sunan Gresik juga ahli pertanian, ahli tata negara
dan perintis lembaga pendidikan pesantren. Beliau wafat pada tahun
1419 M (882 H), beliau dimakamkan di Gapura Wetan Gresik.

2. SUNAN AMPEL (RADEN RAHMAT)


 Berkedudukan: di Ampel Denta Surabaya
 Media Dakwahnya: Pondok pesantren
 Metode Dakwahnya
1. Mendirikan pesantren Ampel  Denta;
2. Aspek akidah dan ibadah;
3. Perancang kerajaan Islam Demak;
4. Mengadakan perkawinan dengan puteri   Manila;
5. Molimo : Larangan berjudi, mabuk, mencuri, narkoba dan zina,
moh main, ngombe, maling madat dan madon
 Hasil Karya
Politik : Rancangan Kerajaan Islam Demak

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi
Muhammad. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-
Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan
Putri Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel dilahirkan
di Aceh tahun 1401 M.

Sunan Ampel adalah sesepuh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat


di Ampel Denta Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam tertua di Jawa.

Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila,


putri adipati Tuban bernama Arya Tejo dan menikah juga dengan Dewi
Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan
Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera:
Sunan Bonang, Siti Syari’ah alias Nyi Ageng Maloka, Sunan Drajat, Siti
Muthmainnah dan Siti Hafsah.

Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah putri Ki Kembang


Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri), Asyiqah alias

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 97


Dewi Murtasimah (istri Raden Fatah), Raden Husamuddin (Sunan
Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel
dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).

Raden Rahmat mulai menetap di Pulau Jawa pada tahun 1431, dua belas
tahun setelah Maulana Ibrahim wafat. Beliau datang dengan tujuan
melanjutkan usaha penyebaran dan dakwah Islam yang dirintis oleh
Maulana Malik Ibrahim. Berkat bakat kepemimpinan yang dimilikinya,
Raden Rahmat dalam waktu yang singkat tekah mempunyai pengaruh
yang luas di kalangan penduduk sehingga dengan mudah beliau dapat
melaksanakan dakwahnya.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para


santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan
pada penanaman akidah dan ibadah. Dialah yang mengenalkan istilah
“Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh
madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras,
tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”

Sebagimana Maulana Malik Ibrahim, Raden Rahmat juga memiliki


keistimewaan, dalam menjalankan dakwahnya beliau melakukannya
dengan bijaksana. Beliau mengajak dan mendidik masyarakat untuk
meninggalkan kepercayaan dan tardisi lama menuju keimanan dan
akhlak yang dilandasi tauhid dengan cara-cara yang bijaksana.

Selain itu, Raden Rahmat juga pandai menarik simpati penguasa yang
masih teguh memegang kepercayaan lama. Bahkan akhirnya beliau
dijadikan menantu oleh seorang adipati (raja muda) kerajaan Majapahit,
yaitu adipati Ario Tejo yang penguasa wilayah Tuban dan sekitarnya.
Raden Rahmat dikawinkan dengan Nyi Ageng Manila, putri adipati Ario
Tejo. Hubungannya yang dekat dengan para pembesar Kerajan itu tidak
membuat Raden Rahmat lupa akan tugas sucinya, tetapi justru
dipergunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan dakwahnya. Sejak
perkawinannya, Raden Rahmat tinggal di Ampel Denta, suatu daerah di
Surabaya. Di tempat itulah beliau meneruskan perjuangan Maulana
Malik Ibrahim, memimpin pesantren dan dakwahnya,

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 98


Jasa besar lain yang diberikan Raden Rahmat bagi perkembangan agama
Islam adalah bantuannya merancang, mempersiapkan dan mendirikan
kerajaan Islam Demak. Raden Rahmat juga orang yang mengangkat
Raden Fatah sebagai Sultan pertama Demak yang mempunya jasa paling
besar dalam meletakkan peran politik umat Islam Nusantara. Seperti
diketahui, Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah, putra raja
terakhir Kerajaan Majapahit, Prabu Kertabumi Brawijaya V. Raden Fatah
adalah salah seorang dari beberapa bangsawan Majapahit yang menerima
dakwah Raden Rahmat dan menjadi salah seorang muridnya yang setia.
Selama berguru pada Raden Rahmat inilah Raden Fatah memperoleh
pendidikan agama, sehingga setelah tiba waktunya, ia berhasil
meneruskan memimpin kendali kedaulatan Kerajaan Majapahit, tetapi
dengan corak yang berbeda sama sekali. Raden Fatah mendirikan
Kerajaan Demak sebagai penerus kedaulatan Majapahit dengan landasan
ajaran Islam.

Sunan Ampel wafat di Desa Ampel Denta tahun 1481 M. Beliau


dimakamkan di Ampel Denta dekat Masjid Sunan Ampel Surabaya.

3. SUNAN GIRI (RADEN PAKU)


(kedudukannya di Giri dekat Gresik Jawa Timur; Media dakwahnya:
dolanan anak-anak, gending)
 Kedudukan: di Giri dekat Gresik Jawa Timur
 Media dakwahnya: dolanan anak-anak, gending
 Metode Dakwahnya
1. Mendirikan pesantren Giri;
2. Menciptakan permainan anak-anak;
3. Mengirim juru dakwahnya yang terdidik ke berbagai pelosok
daerah diluar Jawa

 Hasil Karyanya
1. Permainan Jelungan, gendi ferit, jor, gula anti, cublak-cublak
suweng, lir ilir,dll.
2. Gending Asmarandana dan pucung

Sunan Giri atau Raden Paku adalah putra dari Maulana Ishaq dengan
Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 99


Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit. Lahir di
Blambangan tahun 1442, beliau memiliki beberapa nama panggilan,
yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden ‘Ainul
Yaqin dan Joko Samudro.

Sunan Giri merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara


seperguruannya dari Sunan Bonang yang ahli Fiqih dan menguasai ilmu
Falak. Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai
Raja peralihan sebelum Raden Fatah naik menjadi Sultan Demak. Ketika
Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai Mufti tanah Jawa.

Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik;


yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa,
Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke kepulauan
Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen,
yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.

Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap


berhubungkan dengan Sunan Giri, di antaranya adalah permainan-
permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak-cublak Suweng, serta
beberapa gending(lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradanadan
Pucung.

Raden Ainul Yaqin adalah muballigh yang menitikberatkan dakwahnya


melalui usaha pendidikan. Beliau mendirikan pusat pendidikan di Giri,
sehingga akhirnya beliau dikenal dengan Sunan Giri.

Selain sebagai guru dan ulama, Raden Ainul Yaqin juga dikenal sebagai
pemimpin masyarakat. Dari pusat pendidikannya di Giri itu, beliau
memimpin pelaksanaan pendidikan agama dan sekaligus memimpin
masyarakat. Karena peranannya ini, Giri dianggap sebagai Kerajaan dan
Raden Ainul Yaqin mendapat gelar Sultan, dengan sebutan Sultan Abdul
Faqih. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Giri adalah kerajaan
Islam pertama di Pulau Jawa dengan Sunan Giri sebagai pendiri dan raja
pertama.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 100


Segi lain yang menonjol dalam kegiatan dakwah Raden Ainul Yaqin
adalah bahwa beliau tidak hanya berdakwah di lingkungan masyarakat di
sekitar Giri dan Jawa Timur pada umumnya, tetapi juga menyebar ke
daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Dari pusatnya di Giri, beliau mengirim
santri-santrinya untuk berdakwah ke daerah-daerah tersebut dan dari
daerah-daerah itu bertandatangan para santri ke Giri untuk memperdalam
pengetahuan agamanya kepada Sunan Giri.

Raden Ainul Yaqin dikenal sebagai pemimpin agama dan pemimpin


masyarakat yang gigih dan berjuang, tabah menghadapi rintangan dan
hambatan. Jika beliau mempunyai suatu rencana, beliau akan
memeperjuangkannya terus sampai yang dicita-citakannya menjadi
nyata.

Sunan Giri meninggal pada tahun 1506 M dan dimakamkan di desa Giri
kabupaten Gresik, provinsi Jawa Timur.

4. SUNAN BONANG (MAKHDUM IBRAHIM)


 Berkedudukan: di Tuban Jawa Timur
 Media dakwahnya: Bonang, gending yaitu Gending Dharma
 Metode Dakwah Sunan Bonang:
1. Menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat.
2. Menciptakan gamelan Bonang/gending.
3. Mengganti nama-nama dewa dengan nama Malaikat
4. Menggunakan pewayangan.

 Hasil Karya Sunan Bonang:


Kesenian: gending, tembang tombo ati dan suluk.

Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim adalah Putra Sunan Ampel yang
lahir tahun 1465. Maulana Makhdum Ibrahim adalah salah seorang dari
lima putra Raden Rahmat. Sebagaimana ayahandanya. Maulaha
Makhdum Ibrahim juga memiliki keistimewaan memimpin dan bergaul
dengan masyarakat. Bakat ini sangat menunjang dalam menjalankan
tugasnya meneruskan dakwah yang telah dilakukan oleh ayahnya.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 101


Maulana Makhdum Ibrahim yang memiliki ilmu ulama dan kebijakan
sebagai seorang pemimpin, sangat peka terhadap gerak kehidupan
masyarakat, terutama dalam bidang seni dan budaya. Oleh sebab itu
beliau lebih banyak menggunakan seni dan budaya sebagai media
dakwahnya. Melalui berbagai macam unsur kesenian, beliau tanamkan
roh Islamiyah, baik yang berkenaan dengan aqidah hukum, maupun
etika.

Maulana Makhdum Ibrahim yang akhirnya dikenal dengan Sunan


Bonang itu banyak menggubah sair lagu-lagu gending dengan tema
ajaran tauhid, ibadah, akhlak, kisah-kisah Nabi. Beliau juga banyak
mengarang dongeng-dongeng rakyat yang berisi pendidikan budi pekerti.
Dengan cara demikian, berangsur-angsur terkikis bermacam jenis
kepercayaan dan adat-istiadat lama yang menyesatkan dan tumbuh
bersemi aqidah dan ajaran Islam yang menjanjikan kebahagiaan dunia
dan akhirat.

Beliau juga menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku.


Beliaulah yang mendidik Raden Fatah. Beliau diperkirakan wafat tahun
1525 M dan dimakamkan di kompleks Masjid Agung Tuban Jawa Timur.

5. SUNAN KALIJAGA (JAKA SAID ATAU RADEN SAID)


 Berkedudukan: di Demak Jawa tengah
 Media dakwahnya: wayang, lukisan batik, bedug, kentongan, baju
takwa
 Metode Dakwah Sunan Kalijaga
1. Perancang masjid Demak (Tata dan pecahan kayu)
2. Sufistik berbasis salaf
3. Menggunakan wayang dan gamelan sebagai media dakwahnya.
4. Mengarang cerita-cerita pewayangan.
5. Mengembangkan deni suara, ukir, busana, pahat.
6. Pencipta baju takwa.
 Hasil Karya Sunan Kalijaga:
Kesenian: wayang Purwa, cerita pewayangan Jamus Kalisada, babat
alas wonomarto. Wahyu tohjala dsb.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 102


Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia
adalah putra Adipati Ario Tejo, Adipati Kerajaan Majapahit untuk
wilayah Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur.
Dengan demikian, beliau adalah ipar Raden Rahmat (Sunan Ampel).
Hubungannya dengan Raden Rahmat itu tidak hanya sekedar pertalian
kekerabatan, karena Raden Said adalah seorang murid setia Raden
Rahmat. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syaikh Malaya,
Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan
mempunyai 3 putra: R. Umar Said alias Sunan Muria, Dewi Rakayuh,
dan Dewi Sofiah.

Sunan Kalijaga menetap di Demak dan menjadi muballigh besar di


lingkungan Kerajaan Islam Demak. Selain itu, beliau juga dikenal
sebagai negarawan dan ahli strategi perang. Keistimewaan yang
dimilikinya itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan dakwah,
terutama terhadap para pembesar kerajaan dan para cendikiawan.

Sunan Kalijaga banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia


membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Selain
itu, beliau menciptakan Tembang suluk Lir-Ilirdan Gundul-gundul Pacul.

Sunan Kali Jaga menggunakan saluran seni dan budaya sebagai media
dakwahnya, seperti yang dilakukan oleh Sunan Bonang. Sunan Kali Jaga
memasukkan dakwahnya ke dalam berbagai unsur seni dan budaya yang
berkembang di kalangan penduduk, seperti seni suara, seni musik, seni
ukir, seni pahat, sastra (drama), dan sebagainya. Di antara unsur seni
yang paling banyak dimanfaatkan oleh beliau sebagia media dakwahnya
adalah seni wayang kulit, karena jenis kesenian ini sangat populer
dikalangan penduduk.

Di samping itu, Sunan Kali jaga juga dikenal sebagai ulama yang sangat
menganjurkan agar setiap orang rajin bekerja pada bidang kehidupan
masing-masing. Beliau sangat benci terhadap sifat malas. Beliau selalu
menekankan, apa pun pekerjaan seseorang, hendaklah ia melaksanakan
tugas-tugasnya itu dengan tekun, rajin, dan bertanggung jawab.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 103


Sebagai ulama dan pembesar Kerajaan, Sunan Kali Jaga dikenal sebagai
tokoh yang dekat dengan rakyat. Beliau sering melakukan perjalanan ke
desa-desa, mengunjungi kediaman rakyat kecil guna menyilidiki
keinginan dan kesenangan mereka. Dengan demikian, beliau dapat
memilih dan menentukan cara yang tepat untuk melaksankan dakwahnya.

6. SUNAN DRAJAT (SYARIFUDDIN)


 Berkedudukan: di Drajat Laongan Jawa Timur
 Media dakwahnya: gamelan Jawa, gending pangkur
 Metode Dakwah Sunan Drajat:
1. Pengajaran tauhid dan akidah secara langsung.
2. Mengorentasikan dakwahnya pada gotong royong.
3. Mengadakan pendekatan kultural.
4. Menciptakan tembang jawa.
5. Menciptakan suluk: “Berilah tongkat pada si buta, berilah makan
pada yang lapar, berilah pakaian pada yang telanjang”.

 Hasil Karya Sunan Drajat:


Kesenian: Tembang Pangkur dan gamelan Singomengkok.

Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan


Bonang). Sunan Drajat juga mewarisi bakat kepemimpinan dan
kepekaan terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Namun berbeda
dengan Sunan Bonang yang lebih cenderung kepada kehidupan seni dan
budaya, Sunan Drajat lebih tertarik kepada kehidupan sosial ekonomi.
Oleh sebab itu beliau menitik-beratkan dakwahnya dalam bidang sosial
ekonomi.

Sunan Drajat lebih banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia


menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran
masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdidikan, bertempat
di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan Jawa. Tembang macapat
Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok
peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 104


Sunan Drajat wafat pada 1522 dan dimakamkan di daerah Drajat
Lamongan Jawa.

7. Sunan Gunug Jati (Syarif Hidayatullah)


(Berkedudukan di Gunungjati, Cerebon, Jawa Barat; media dakwahnya:
Pondok Pesantren)
 Berkedudukan : di Gunug Jati, Cirebon Jawa Barat.
 Media dakwahnya: pondok pesantren
 Metode dakwahnya:
1. Membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang
menghubungkan antar wilayah.
2. Melakukan ekspedisi ke Banten
3. Memanfaatkan pengaruhnya sebagai cucu kerajaan Pajajaran
4. Menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon kepedalaman
Pasundan/Priangan.
 Hasil karyanya:
Situs kerajaan Banten

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syaikh Husain Jamaluddin
Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui
Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan
Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/Cakra atau Mbah
Kuwu Cirebon Girang.

Syarif Hidayatullah yang memiliki beberapa nama seperti Syaikh


Nurullah, Raden Abdul Qadir, Fatahillah, adalah ulama yang namanya
tercatat dalam sejarah penyebaran agama di Jawa Barat khususnya bagian
pantai utara, yaitu daerah Banten, Jakarta, dan Cirebon.

Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan


pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten,
sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 105


Syarif Hidayatullah selain dikenal sebagai ulama, juga tercatat sebagai
seorang negarawan dan panglima perang. Pada masa mudanya, beliau
adalah panglima perang Kerajaan Islam Demak. Di antara tugas-tugas
beliau dalam fungsinya sebagai panglima perang, yang paling penting
adalah tugas mempertahankan wilayah Jawa Barat dari penjajah portugis.
Dalam rangka pelaksanaan tugas ini lah namanya menjadi sangat
terkenal, karena keberhasilannya mendirikan Kerajaan/Kesultanan
Banten dan Cirebon, sebagai kerajaan Islam, di bawah Kerajaan Islam
Demak. Jasa besar lain yang diberikan Syarif Hidayatullah adalah
keberhasilannya mengusir Portugis dalam tahun 1527 dari Batavia,
kemudian mengubah nama kota itu menjadi Jayakarta dan sekarang
barnama Jakarta. Tahun 1527 itu telah ditetapkan sebagai tahun
berdirinya kota Jakarta.

Walaupun karir militer dan kenegaraan Syarif Hidayatullah terlihat lebih


menonjol dibanding peranannya sebagai ulama, tidaklah berarti bahwa
beliau hanya mementingkan kedua bidang tugas tersebut. Bahkan pada
hakekatnya, keberhasilan dalam karir militer dan kenegaraan itu beliau
manfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan dakwah Islam. Beliau
tidak saja memimpin peperangan dan pemerintahan, tetapi juga
memimpin dakwah dan pengembangan agama.

Setelah usia beliau semakin tua, beliau mengurangi kegiatan dalam


bidang militer maupun kenegaraan dan lebih menitik-bertkan usahanya
dalam bidang dakwah/keagaman. Tugas-tugas pemerintahan beliau
serahkan kepada putera-puteranya dan beliau sendiri membuka pusat
pendidikan agama di Cirebon, mendidik santri-santrinya dalam rangka
mepersiapkan kader-kader ulama untuk mengembangkan agama Islam di
masa-masa sesudahnya.

Demikianlah, Syarif  Hidayatullah telah memberikan teladan bagaimana


memadukan tugas-tugas keagamaan dengan tugas-tugas kenegaraan dan
kemiliteran, tanpa mengorbankan salah satu dari tugas-tugas tersebut.

8. SUNAN KUDUS (JA’FAR SHADIQ)


 Berkedudukan: di Kudus, Jawa Tengah
 Media dakwahnya: dendhing maskumambang dan mijil

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 106


 Metode Dakwah Sunan Kudus:
1. Mengubah cerita-cerita ketauhidan
2. Menggunakan pendekatan kultur.
3. Memanfaatkan simbol Hindu-Budha.
4. Membetulkan menara, gerbang, tempat wudhu’.
5. Menambatkan sapi dihalaman masjid.
6. Menciptakan gending.

 Hasil Karya Sunan Kudus:


Kesenian: cerita agama Maskumambang dan mijil.

Sunan Kudus lahir dengan nama asli Ja’far Shadiq, lahir pada
pertengahan abad ke 15. Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam
pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang,
penasihat Sultan Demak, mursyid thariqah, dan hakim peradilan negara.

Syaikh Ja’far Shadiq yang bernama asli Raden Amir Haji adalah putera
Sunan Ngundung, penghulu dan panglima perang kerajaan Demak. Pada
masa mudanya, R. Amir Haji juga menjabat sebagai panglima perang
perang kerajaan Demak, menggantikan ayahnya.

Sebagai putera penghulu kerajaan, Raden Amir Haji semenjak kecil


sudah terdidik dalam lingkaran yang patuh menjalankan agama dan aktif
mempelajari ajaran-ajaran agana. Itulah sebabnya, ketika berhenti dari
jabatan panglima perang, beliau langsung bergerak dalam dunia dakwah.

Raden Amir Haji dikenal sangat luas pengetahuannya dalam ilmu-ilmu


agama, terutama dalam ilmu hukum Islam (syari’at) dan peradilan.
Beliau adalah ulama dan muballigh yang dalam dakwahnya lebih
menitik-beratkan pada pelaksanaan hukum Islam di kalangan penduduk.

Selain itu beliau juga dikenal sebagai ulama yang menekankan


pentingnya meletakkan fungsi sosial dalam harta kekayaan seseorang.
Beliau selalu menekankan bahwa kesejahteraan sosial dapat terwujud
jika para pemilik harta mau menyadari bahwa dalam hartanya itu terdapat
milik orang lain. Beliau tidak menentang orang-orang kaya, tetapi justru
mendekatinya dan membimbing mereka agar menginsyafi tanggung

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 107


jawab sosialnya. Raden Amir Haji sendiri adalah seorang pengusaha
kaya, sehingga mudah baginya memberi contoh, bagaimana seharusnya
membelanjakan harta kekayaan yang dimiliki itu untuk kepentingan
agama dan masyarakat. Masjid Menara Kudus yang masih berdiri megah
sampai sekarang adalah bukti nyata dari sikap dan tindakannya terhadap
harta miliknya.

Sunan Kudus banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan Priayi


Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto
penguasa Demak Jawa Tengah, dan Arya Penangsang Adipati Jipang
Panolan
Ia memiliki keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis,
tafsir serta logika sehingga mendapat julukan waliyyul ‘ilmi.

Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Masjid Menara Kudus,


yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara. Sunan Kudus wafat pada tahun
1550 M.

9. SUNAN MURIA (RADEN UMAR SAID)


 Berkedudukan: di lereng gunug Muria
 Media dakwahnya: gamelan Jawa, gendhing sinom dan kinanti
 Metode Dakwahnya Sunan Muria:
1. Menjadikan desa-desa terpencil sebagai pusat dakwahnya.
2. Mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, nelayan, dan
rakyat biasa seperti berdagang, bercocok tanam, melaut dll.
 Hasil Karya Sunan Muria:
Kesenian: Tembang dakwah Sinom dan Kinanti.

Sunan Muria dilahirkan dengan nama asli Raden Prawoto atau Raden
Umar Said putra Sunan Kalijaga. Bersama dengan ayahandanya yang
terkenal dalam dunia politik, militer, dan dakwah, Raden Umar Said
dikenal sebagai ulama yang menitik-beratkan dakwahnya dalam bidang
tasawuf (sufi). Beliau dikenal sangat zuhud terhadap harta benda dan
kehidupan dunia lainnya.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 108


Raden Umar Said (Sunan Muria) mengajar murid-muridnya yang ingin
mendalami ilmu tasawuf. Sebagian besar murid-muridnya berasal dari
lingkungan rakyat kecil dari desa atau mereka yang sengaja ingin
memperdalam ilmu tasawuf. Beliau sendiri memilih tempat kediaman
yang terletak jauh dari keramaian kota.

Raden Umar Said adalah ulama yang seluruh hidupnya diisi dengan
ibadah, bermunajat kepada Allah dan mengajar santri-santrinya.
Kehidupan Raden Umar Said mencerminkan pribadi yang cintanya
kepada Allah mengalahkan cintanya kepada yang lain.

Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan,


wayang, serta kesenian daerah lainnya.

Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi,
Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.

Sunan Muria memusatkan dakwahnya di desa-desa terpencil. Beliau


dimakamkan di Gunung Muria, di sebelah utara Kota Kudus Jawa
Tengah.

Kegiatan : Mensimulasikan adab bertetangga


 Buat kelompok 4-5 orang!
 Susun naskah drama sederhana tentang salah satu wali dari
Walisongo!
 Durasi waktu tidak lebih dari 15 menit.
 Pastikan semua anggota kelompok mendapatkan peran yang merata!
 Kelompok lain memperhatikan dengan seksama kelompok yang
sedang tampil.
 Beri penghargaan pada kelompok yang terbagus tampilannya secara
obyektif !

C. Abdurrauf Singkel
a. Peran Abdurrauf Singkel
Peran Abdurrauf Singkel dalam mensyiarkan Islam di Indonesia
antara lain: menjadi pelajar yang gigih, menjadi ulama yang produktif

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 109


dalam pelbagai disiplin ilmu dan membuat karya tulis dalam berbagai
disiplin ilmu bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir.

b. Keteladanan Abdurrauf Singkel


Keteladanan yang dapat diambil dari Abdurrauf Singkel antara
lain: semangat tinggi dalam belajar (beliau menuntut ilmu sampai ke
Tanah Haram), Ulama yang sangat produktif (sebagai buktinya 30 kitab
telah dihasilkan dari pelbagai disiplin ilmu dan Ahli dalam berbagai
disiplin ilmu sebagai buktinya adanya karya tulis lebih kurang dua
puluh buah dalam berbagai bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan
tafsir.

c. Biografi Abdurrauf Singkel


Abdur Rauf Singkel merupakan seorang ulama, penyair,
budayawan, ulama besar, pengarang tafsir, ahli hukum, cendikiawan
muslim dan seorang Sufi Melayu dari Fansur, Singkel, di wilayah
pantai barat-laut Aceh. Nama lengkapnya Abd Rauf bin Ali al-Jawi al-
Fansuri as-Sinkili.
Pendidikan As-Sinkili di masa kecil ditangani oleh ayahnya-
seorang alim yang mendirikan madrasah dengan murid-murid berasal
dari pelbagai tempat di Kesultanan Aceh. Ia lantas pergi ke Banda Aceh
untuk berguru kepada Syam ad-Din as-Samartrani. Pada tahun
1052/1642, as-Sinkili mengembara ke Tanah Haram untuk menambah
pengetahuan agama sekaligus menunaikan ibadah haji.
As-Sinkili merupakan ulama yang sangat produktif. Tidak kurang
dari 30 kitab dari pelbagai disiplin ilmu telah dihasilkan. Karya tulisnya
yang diketahui lebih kurang dua puluh buah dalam berbagai bidang
ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir.
Karya-karya tulis Abdurrauf Singkel diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Bidang fiqh
1. Mir’ah at-Tullâb fî Tashîl Ma’rifah al-Ahkâm asy-Syar’iyyah li
al-Mâlik al-Wahhâb
2. Bayân al-Arkân, Bidâyah al-Bâligah, dan sebagainya
b. Bidang tasawuf
1. ‘Umdah al-Muhtâjîn ilâ Sulûk Maslak al-Mufarridîn
2. Daqâ’iq al-Hurûf
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 110
3. Tanbîh al-Mâsyi al-Mansûb ilâ Tarîq al-Qusyasyi,
dan sebagainya
c. Bidang hadits
1. Syarh Latîf ‘ala ‘Arbain Hadîŝan lî al-Imâm an-Nawâwi
2. al-Mawâ’iz al-Badî’ah
d. Bidang tafsir Al-Qur’an
1. Tarjumân al-Mustafîd bi al-Jâwwiyy.

2. Muhammad Arsyad al-Banjari


Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-
Banjari (atau lebih dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari yang lahir di Lok Gabang, Astambul, Banjar, Kalimantan
Selatan, 17 Maret 1710 – meninggal 3 Oktober 1812 pada umur 102
tahun) adalah ulama fiqih mazhab Syafi'i yang berasal dari kota
Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan.
Beliau pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan
bagi para pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.
Pendidikannya ketika kecil tidak begitu jelas, tetapi
pendidikannya dilanjutkan ke Mekkah dan Madinah. Di Mekkah sekitar
30 tahun dan di Madinah sekitar 5 tahun. Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari mendapat pendidikan penuh di Istana sampai usia 30 tahun.
Kemudian ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Tuan
Bajut. Hasil perkawinan tersebut ialah seorang putri yang diberi nama
Syarifah.
Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad belajar kepada masyaikh
terkemuka pada masa itu, di antara guru beliau adalah:
a. Syekh ‘Athoillah bin Ahmad al-Mishry,
b. al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi 3.
c. al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-
Hasani al-Madani merupakan guru Muhammad Arsyad di bidang
tasawuf, dimana di bawah bimbingannya Muhammad Arsyad
melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya
dengan kedudukan sebagai khalifah.
Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah
Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal
Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya "Jalan bagi orang-orang

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 111


yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh
Muhammad Arsyad telah menulis untuk pengajaran serta pendidikan,
beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya:
a. Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Dua puluh,
b. Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad
serta perbuatan yang sesat,
c. Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-
isteri,
d. Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.
Peran Muhammad Arsyad al-Banjari dalam perkembangan Islam
di Indonesia, antara lain:
a. Sebagai orang yang gigih dalam menuntut ilmu sampai ke Mekkah
dan Madinah
b. Sebagai pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi
rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.
c. Mensyiarkan Islam sampai ke Asia Tenggara.
Keteladanan yang dapat diambil dari Muhammad Arsyad al-
Banjari, antara lain :
a. Semangat tinggi dalam menuntut ilmu.
b. Rajin dalam menulis buku
c. Mensyiarkan Islam sampai ke Asia Tenggara.

D. KH. Ahmad Dahlan


KH. Ahmad Dahlan merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.
Beliau adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H.
Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib
terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan
ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga
menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
Silsilah beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang
terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama
dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan
Safwan, 1991). Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di
Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai
berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam,
seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 112


Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan
menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru
kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, K.H.
Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di
kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah,
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional
dan pendiri Aisyiyah.
KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa
ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional
dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu ialah sebagai berikut:
a. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih
harus belajar dan berbuat;
b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah
banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya.
Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi
masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;
c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal
usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi
kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan
d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah)
telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap
pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Peran KH. A. Dahlan dalam perkembangan Islam di Indonesia,


antara lain:
a. Mendirikan organisasi Muhammadiyah
b. Mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
c. Memiliki gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan
oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 113


d. Mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk
mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada
tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22
Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan
organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.
e. Mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk
mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sekilas tentang Muhammadiyah, Muhammadiyah menyebar ke
seluruh wilayah Indonesia dengan membawa al-Qur’an, Sunnah dan
Ijtihad. Muhammadiyah, begitu orang kebanyakan menyebut,
merupakan sebuah gerakan sosial-agama yang mampu membumikan
makna Islam pada tataran kultural, rasional dan dinamis. Amal usaha
nya telah banyak terlihat sebagai bukti adanya organisasi
Muhammadiyah. Masjid, Rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, panti
asuhan, panti jompo dan berbagai amal usaha yang lain merupakan ciri
keberadaan Muhammadiyah yang bergerak dinamis tiada henti.
Keteladanan yang dapat diambil dari KH. A. Dahlan antara lain :

a. Semangat tinggi dalam belajar (beliau menuntut ilmu sampai ke


Mekkah).
b. Semangat tinggi dalam menghadapi berbagai rintangan dihadapinya
dengan sabar, keteguhan hati untuk melanjutkan cita-cita dan
perjuangan pembaharuan Islam di tanah air.
c. Mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

E. KH. HASYIM ASY’ARI

Kyai Haji Mohammad Hasyim merupakan pendiri Nahdlatul


Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

a. Silsilah K.H. Mohammad Hasyim


Beliau putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari,
pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 114


Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan
kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang).
Berikut silsilah lengkapnya:
1. Raden Cahaya 1. Raden Amangkurat Jawi
2. Brawijaya II 2. Sunan Amangkurat I
3. Brawijaya III 3. Haji Ali Tingkir
4. Kyai Mangunkiras 4. Fatasillah Tingkir
5. Bhre Kertabhumi 5. Hamengkubuwono I
6. Bhre Mangundjoko 17. Hamengkubuwono II
7. Haji Ali Namung 18. Patih Tegalrejo
8. Lembu Amisani 19. Kyai Asy'ari
9. Jaka Tingkir 20. Hasyim Asy'ari
10. Jaka Posobillah 21. KH.Wahid Hasyim
11. Mangunkiras Tingkir 22. KH.Abdurrahman Wahid

b. Pendidikan KH Hasyim Asyari


KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan
kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di
Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di
berbagai pesantren, antara lain:
a. Pesantren Wonokoyo di Probolinggo
b. Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di
Semarang
c. Pesantren Kademangan di Bangkalan
d. Pesantren Siwalan di Sidoarjo

c. Perjuangan KH. Hasyim A’ari


Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah,
dan berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi.
Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari
mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kemudian menjadi pesantren
terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.
Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan
ulama.Pemahaman kita tentang NU akan lebih tepat jika kita sekilas
memahami apa itu NU dan Sejarah NU.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 115


d. Peran KH Hasyim Asyari dalam perkembangan Islam di Indonesia
Tahun 1899 Mendirikan Pesantren Tebu Ireng
Tahun 1926 Menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul
Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama

e. Sekilas Tentang Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan
Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang
besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan
bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim
Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga
merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab
tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan
sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam
bidang sosial, keagamaan dan politik.

Tujuan organisasi NU
Tujuan Organisasi adalah menegakkan ajaran Islam menurut paham
Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usaha Organisasi NU
Sedangkan usaha organisasi, antara lain:
1. Bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam
perbedaan.
2. Bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya
Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar
di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
3. Bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4. Bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 116
berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya
BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu
masyarakat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

Keteladanan yang dapat diambil dari KH. Hasyim Asyari, antara


lain :
a. Semangat tinggi dalam menuntut ilmu (beliau
belajar sampai ke Mekkah).
b. Mensyiarkan Islam melalui pendidikan di
Pesantren.
c. Memprakarsai berdirinya Nadhlatul Ulama (NU),
yang berarti kebangkitan ulama.

Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 117


Modul Bimbel - MTs-Negeri 3 Mempawah 118

Anda mungkin juga menyukai