Anda di halaman 1dari 129

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

REPUBLIK INDONESIA

SRATEGI KOMUNIKASI DAN DISEMINASI INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH TERKAIT PENANGGULANGAN PANDEMI COVID-19
GOVERNMENT PUBLIC RELATIONS SERIES

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


REPUBLIK INDONESIA

Halaman Moeka Publishing ISBN 978-602-269-431-1


www.halamanmoeka.com DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK
www.halamanmoeka.net
E: halamanmoeka@gmail.com
Strategi
KOMUNIKASI DAN DISEMINASI
INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH
TERKAIT PENANGGULANGAN
PANDEMI COVID-19

Penulis : Prof.Dr. Widodo Muktiyo


Editor : Drs.Ismail Cawidu,M.Si
Marolli J Indarto
Prasetyo Hadi
Dewi Yuliana Lestari
Vitya Rani Hapsari
Filmon L Warauw
Taufik Rauf
Dewi Rahmarini
Tsurayya Ghaida
Carla Isati Octama
Nurjiyanto

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik

i
ii
SRATEGI KOMUNIKASI DAN DISEMINASI
INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH
TERKAIT PENANGGULANGAN PANDEMI COVID-19

Penulis : Prof.Dr. Widodo Muktiyo


Editor : Drs.Ismail Cawidu,M.Si
Marolli J Indarto
Prasetyo Hadi
Dewi Yuliana Lestari
Vitya Rani Hapsari
Filmon L Warauw
Taufik Rauf
Dewi Rahmarini
Tsurayya Ghaida
Carla Isati Octama
Nurjiyanto

Desain: Tim HalamanMoeka.com

Cetakan Pertama, Desember 2020

ISBN: 978-602-269-431-1

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik

iii
iv
KATA PENGANTAR

C
oronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus
jenis baru. Penyakit ini diawali dengan kemunculan
kasus pneumonia di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember
2019 yang tidak diketahui asal usul penyakitnya.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada
tanggal 2 Maret 2020 dan hingga kini jumlahnya terus bertambah.
Per 30 Juni 2020, Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR
5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi
pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-
54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Adapun
angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia
- 10 - 55-64 tahun.
Secara umum, peran Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen)
Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) dalam menghadapi
Pandemi COVID-19 ini adalah melakukan diseminasi informasi
kepada publik tentang aktivitas yang dilakukan pemerintah
dalam melaksanakan program percepatan penanggulangan
Pandemi COVID-19.
Penyebarluasan informasi yang benar kepada publik,
baik tentang Pandemi COVID-19 itu sendiri dan aktivitas yang
dilakukan pemerintah untuk penanggulangannya, diharapkan
dapat menambah rasa aman, optimisme masyarakat dalam

v
menghadapi Pandemi, yang tidak hanya dihadapi oleh
masyarakat Indonesia, tetapi juga dirasakan secara luas di
seluruh dunia.
Rasa aman, optimisme yang tumbuh di masyarakat, tidak
hanya memberikan “kekebalan” masyarakat dalam artian
resiliensi atau daya tahan publik, tetapi juga menambah
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Hal ini menjadi
penting di tengah merebaknya post truth, di mana hoaks, berita
palsu, juga gencar menghujani masyarakat luas yang bila
dibiarkan dapat meresahkan, membuat masyarakat putus asa,
dan dapat tidak terkendali.
Buku ini membahas bagaimana pemerintah
menyebarluaskan informasi kepada publik tentang segala
bentuk Pandemi Covid-19 dalam menghadapinya. Semoga
bermanfaat.

Tim Penulis

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................ v


Daftar Isi ................................................................................ vii

1. LATAR BELAKANG ............................................................... 1


A. Gambaran Umum COVID-19 ................................................1
B. Penyebaran COVID-19 ke Berbagai Negara dan Kesiapan
Pemerintah Indonesia ........................................................9

2. TUJUAN.................................................................................... 19

3. ARAH DAN KEBIJAKAN PENANGANGAN COVID-19 ........... 23


A. Regulasi .............................................................................. 25
B. Posisi Ditjen IKP dalam keanggotaan Gugus Tugas......... 31
C. Arah dan Implikasi Kebijakan Pemerintah Indonesia ..... 33

4. Gambaran Situasi COVID-19 Di Indonesia.................. 43


A. Pemulangan WNI dari Luar Negeri .................................... 43
B. Penyebaran Kasus COVID-19 di Indonesia ........................ 46
C. Situasi di Indonesia............................................................. 47
D. Data Perkembangan Penyebaran COVID-19 di Indonesia. 50

5. STRATEGI KOMUNIKASI PENANGANAN COVID-19 ............ 55


A. Konteks Strategi Komunikasi Publik COVID-19............... 55
B. Gambaran Strategi Komunikasi Publik ............................. 63

6. PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN ............................. 71


A. Lini Masa (Timeline) Komunikasi Publik ........................... 71

vii
B. Program Sosialisasi............................................................. 74
C. Kinerja Produksi Konten ..................................................... 75
D. Kinerja Diseminasi Informasi.............................................. 76

7. FEEDBACK DARI MASYARAKAT........................................ 105


A. Profil Responden............................................................... 105
B. Hasil Survei........................................................................ 110
C. Rekomendasi..................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA................................................................ 115


TENTANG PENULIS............................................................... 119

viii
1

LATAR BELAKANG

A. Gambaran Umum COVID-19


Pandemi atau wabah penyakit global COVID-19
(Coronavirus Disease2019) yang disebabkan oleh virus
corona terbaru yang dikenal dengan nama SARS-CoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) telah
menjadi peristiwa yang mengancam kesehatan masyarakat
secara umum dan menjadi perhatian dunia sejak awal tahun
2020. COVID-19 awalnya muncul dari daerah Wuhan, Republik
Rakyat Tiongkok dan menyebar ke berbagai negara di seluruh
dunia.
Penyebaran luas COVID-19 menuntut respons kesiapan
berbagai negara untuk dapat menanggulangi wabah ini. Pada
tanggal 30 Januari 2020, WHO (World Health Organization)
menetapkan persoalan virus SARS-CoV-2 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKMMD). Saat itu,
tercatat 7818 kasus konfirmasi secara global yang tersebar
di 18 Negara dan total kematian mencapai 170 kasus. Pada

1
awal penetapan COVID-19 sebagai KKMMD, tingkat kematian
akibat infeksi virus ini mencapai 2,2 %. Dari 82 kasus yang
dilaporkan di 18 negara di luar negara Cina, 7 kasus terdeteksi
tanpa gejala, 7 kasus tidak memiliki riwayat perjalanan ke
Cina, dan tiga negara terindikasi adanya penularan antar
manusia.
Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan penyakit
yang disebabkan oleh virus corona terbaru atau SARS-CoV-2
tersebut bernama COVID-19, artinya coronavirus disease
2019. Pada akhir Februari (27 Februari 2020), jumlah kasus
konfirmasi secara global sudah mencapai 82.294 kasus
dengan tingkat kematian mencapai 3,49 % (2747 kematian).
Dilihat dari perkembangan penyebaran COVID-19,
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang
melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara
berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah
Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang
ke negara-negara lain. Di bulan Februari 2020, tercatat 9
(Sembilan) negara melaporkan kasus COVID-19 pertama
yaitu Brazil, Denmark, Estonia, Georgia, Yunani, Norwegia,
Pakistan, Romania, dan Makedonia Utara.
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian
di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak
melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil,
Rusia, India, dan Inggris. Sementara, negara dengan angka

2
kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, Inggris,
Italia,Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran COVID-19 di dunia
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.2 Peta Penyebaran COVID-19

Sumber : Gambar bersumber dari WHO dan diambil dari Keputusan Menteri
Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/2020 Tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian COVID-19

Selepas Juni 2020, penyebaran COVID-19 masih terus


berlanjut di berbagai negara di dunia. Menurut laporan WHO,
total kasus konfirmasi COVID-19 global per tanggal 30 Juli
2020 adalah 16.812.755 kasus dengan 662.095 kematian
(CFR 3,9%) di 215 negara terjangkit. Indonesia melaporkan
kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan

3
jumlahnya terus bertambah. Hingga 30 Juli 2020, tercatat
total konfirmasi COVID-19 mencapai 104.432 kasus dengan
4.975 kematian atau CFR mencapai 4,8 %, yang berarti lebih
tinggi dari CFR secara global.
Kejadian luar biasa akibat penyebaran virus Corona
bukanlah hal pertama kali di dunia. Tahun 2002, Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) disebabkan oleh SARS Corona
Virus (SARS-CoV) dan penyakit Middle East Respiratory
Sydrome (MERS) pada tahun 2012 disebabkan oleh MERS
Corona Virus (MERS-CoV). Sama sepeerti SARS dan MERS,
penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam
famili coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain
tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat
4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein
N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),glikoprotein
spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong
ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini
dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Struktur Corona
Virus dapat dilihat pada gambar berikut :

4
Gambar 1.2 Struktur Corona Virus

Sumber: Gambar bersumber dari Shereen, et al. (2020) Journal of Advanced


Research 24 dan diambil dari Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/
MENKES/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
COVID-19.

Coronavirus yang menjadi etiologi atau asal usul


penyakit COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus,
umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik,
dan berdiameter 60 - 140 nm. Hasil analisis filogenetik
(asal usul organisme) menunjukkan, virus ini masuk dalam
subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.
Berdasarkan analisis tersebut, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.

5
Gambar 1.3 Gambaran mikroskopis SARS-CoV-2

Sumber : Gambar bersumber dari CDC (2020) dan diambil dari Keputusan
Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan


bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah
besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan
penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing
dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu
virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak
sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar,
tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Dalam proses transmisi,
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host.
Virus tidak bisa hidup tanpa sel host.

6
COVID-19 menular melalui percikan lendir atau cairan
(droplets) yang mengandung virus saat kasus terinfeksi
bersin atau batuk. Pada sistuasi Pandemi, saling kontak-
dekat dengan orang lain atau berada di ruangan tertutup
dengan banyak orang berisiko tertular atau menularkan virus.
Penelitian melaporkan keberadaan virus pada feses dan
darah, tetapi belum diketahui apakah dapat menjadi sumber
penularan. Belum diketahui pasti, apakah penularan dapat
terjadi sebelum timbul gejala, namun diduga kuat kasus
infeksi tanpa-gejala (Karier) dapat menularkan virus. Risiko
menularkan virus lebih tinggi pada kasus infeksi bergejala
dibanding kasus infeksi tanpa-gejala.
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran
napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas
atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke
saluran napas bawah. Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan
gejala ringan, sedang atau berat. Tanda-tanda umum infeksi
termasuk gejala pernapasan, demam (suhu >38° C), batuk,
sesak napas dan kesulitan bernafas. Pada kasus yang lebih
parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Masa inkubasi COVID-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan
pada umumnya terjadi di hari ketiga sampai hari ketujuh.
Demam, kelelahan, dan batuk kering merupakan tanda-tanda
umum infeksi corona disertai dengan gejala seperti hidung
tersumbat, pilek,dan diare pada beberapa pasien..Dalam
kasus yang parah, hipoksemia (kondisi kadar oksigen di

7
dalam darah rendah), biasanya terjadi setelah satu minggu
setelah onset (waktu permulaan) penyakit. Sementara, pada
kondisi yang lebih buruk, pasien terinfeksi COVID-19 dapat
mengalami gangguan pernapasan akut yang sulit ditangani.
Pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami demam
ringan, kelelahan ringan dan sebagainya, tanpa manifestasi
pneumonia.
Seperti coronavirus lain, fasilitas kesehatan terutama
rumah sakit dan klinik pengobatan merupakan tempat yang
rawan penularan. Satu penelitian melaporkansekitar 40% dari
kasus infeksi tertular di fasilitas layanan kesehatan Petugas
layanan kesehatan termasuk dokter, perawat, dan bidan yang
melayani langsung pasien sebagai kelompok yang rawan
terhadap penularan virus. Dibanding anak, pasien dengan usia
60 tahun atau lebih lebih berisiko tertular dibanding mereka
dengan usia lebih muda. Dibanding lanjut usia, infeksi pada
anak cenderung bergejala lebih ringan dan bahkan tanpa-
gejala. Mereka yang sering bepergian, sering bergerombol,
dan tinggal di daerah padat penduduk berisiko tinggi tertular
atau menularkan virus. Dalam konteks penanggulangan
COVID-19, upaya proteksi khusus perlu diberikan kepada
kelompok populasi yang rawan penularan.
Sampai sekarang belum ditemukan vaksin pencegahan
penyakit dan obat penyembuhan COVID-19. Pengobatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi gejala (simtomatik) atau
bersifat mendukung (suportif) umumnya terfokus pada upaya
meningkatkan imunitas pasien. Sementara, isolasi kasus

8
dan karantina bagi mereka dengan riwayat kontak bertujuan
meredam sumber penularan dan jaga-jarak sosial dan fisik
bertujuan memutus rantai penularan. Penyembuhan penyakit
tergantung kepada keparahan penyakit dan imunitas tubuh,
dan sampai sekarang belum diketahui pasti apakah penyakit
dapat sempurna sembuh atau meninggalkan gejala sisa yang
menetap.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran
infeksi termasuk mencuci tangan secara teratur, menutupi
mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, memasak daging
dan telur dengan matang sempurna. Hindari kontak dekat
dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin.

B. Penyebaran COVID-19 ke Berbagai Negara


dan Kesiapan Pemerintah Indonesia
Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan
COVID-19 sebagai Pandemi. WHO berharap negara-negara
di dunia selain Republik Rakyat Tiongkok, bisa lebih agresif
dalam mengambil tindakan pencegahan dan perawatan. Jika
pemerintah bisa dengan cepat melacak, mendeteksi, menguji,
merawat, dan mengisolasi orang-orang yang disinyalir
terinfeksi COVID-19, diharapkan dapat menghentikan
penyebaran, sehingga pemerintah dan tim medis terfokus
pada penanganan dan perawatan mereka yang terinfeksi
saja.

9
Intinya, melalui aksi pencegahan dan tindakan
agresif pemerintah, diharapkan dapat menurunkan tingkat
penyebaran COVID-19. Hal ini karena ketika suatu wabah
menjadi pandemi, tidak hanya berdampak pada sektor
Kesehatan tetapi juga pada perekonomian, sosial, bahkan
kestabilan suatu negara.
Dilihat dari segi penyebaran, sebenarnya sudah sejak
pertengahan Januari, COVID-19 sudah menyebar di luar
Tiongkok. Penyebaran virus COVID-19 di luar wilayah Republik
Rakyat Tiongkok untuk pertama kalinya dapat dilihat pada
tabel berikut:
No Tanggal Negara Keterangan
1 13 Januari 2020 Thailand penyebaran pertama
di luar Tiongkok
2 20 Januari 2020 Amerika Seri- data pertama pasien
kat COVID-19 di Amerika
Serikat yang pulang
dari perjalanan ke
Wuhan, Tiongkok
3 25 Januari 2020 Prancis penyebaran pertama
di Benua Eropa
4 25 Januari 2020 Australia penyebaran pertama
di Benua Australia
5 29 Januari 2020 Uni Emirat penyebaran pertama
Arab di Timur Tengah
6 14 Februari Mesir penyebaran pertama
2020 di Timur Tengah

10
Pada tanggal 23 Januari 2020, kota Hubei, ibukota
Propinsi Hubei di Tiongkok, menetapkan penutupan kota dari
transportasi dari dan ke luar kota Wuhan. Bersamaan dengan
itu, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian
Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan, memulai upaya
pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih
berada di Wuhan. Proses ini dapat diselesaikan dengan
pemulangan 238 WNI dari Wuhan ke Indonesia. Setelah
tiba di Indonesia, WNI yang telah dipulangkan harus melalui
proses karantina di Natuna, sebelum kembali ke daerah asal
masing-masing. Pada 15 Februari 2020, proses karantina
dinyatakan selesai, dengan hasil semua yang dievakuasi dari
Wuhan dinyatakan negatif dari COVID-19.
Penyebaran COVID-19 ke berbagai negara membuat
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat Indonesia
menghadapi tantangan berat. Penyakit ini dengan virus
SARS-CoV-2 sangat menular melalui kontak dekat dan virus
penyebab dalam hitungan minggu melalui mobilitas penduduk
telah menyebar cepat ke banyak negara lain, termasuk
Indonesia. Upaya menangkalpenyebaran virus dilakukan
antara lain melalui skrining suhu dan/ atau testing penyakit
di pintu masuk dan keluar jalur transportasi internasional,
namun masih banyak kasus lolos tidak terdeteksi.
Dalam konteks kebijakan penangggulangan wabah
penyakit menular, Indonesia telah memiliki Undang-Undang
(UU) Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

11
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular dan Peraturan
Menteri Kesehatan No 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan. Dalam rangka upaya
penanggulangan dini wabah COVID-19, Menteri Kesehatan
(Menkes) telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan
Infeksi Novel Corona Virus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai
Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan
bahwa infeksi Corona Virus (infeksi 2019-nCoV) telah
dinyatakan WHO sebagai Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Selain itu,
meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara dengan
risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap
penyakit tersebut. Keputusan Menkes ini ditetapkan pada 4
Februari 2020.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Pemerintah Indonesia
mengumumkan kasus pertama positif COVID-19. Kasus
pertama pasien positif COVID-19 ini dialami oleh warga
Depok. Berdasarkan penelusuran, warga tersebut terpapar
COVID-19 dari interaksinya dengan warga negara Jepang
yang baru pulang dari Malaysia. Dalam perkembangan
selanjutnya, pada 11 Maret 2020, untuk pertama kalinya
warga negara Indonesia meninggal akibat COVID-19. Korban

12
yang meninggal di Solo adalah seorang pria berusia 59 tahun,
diketahui sebelumnya menghadiri seminar di Kota Bogor,
Jawa Barat, 25 - 28 Februari 2020. Setelah itu, penyebaran
COVID-19 dapat dikatakan menjangkau hamper seluruh
wilayah Provinsi di Indonesia. Penyebaran COVID-19 ini
nampak dari jumlah kasus dan / atau jumlah kematian yang
semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Sebagai respons terhadap ancaman COVID-19,
pemerintah Indonesia tanggal 13 Maret 2020 membentuk
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dan seperti
banyak negara lain mengambil dua kebijakan strategis:
1. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan
tujuan membatasi penyebaran virus. Kebijakan
ini mencakup pembatasan mobilitas penduduk,
pembatasan kegiatan ekonomi, penutupan tempat
kerja dan sekolah, pembatasan berkumpul, dan
pemberlakuan jaga-jarak fisik dan protokol kesehatan,
termasuk memakai masker di tempat umum, dan
berperilaku sering mencuci tangan pakai sabun.
2. Skrining periodik melalui testing dengan tujuan deteksi
dini kasus, tindaklanjut penanganan dan isolasi kasus,
telusur kontak dan karantina bagi mereka dengan
riwayat kontak.
Kebijakan strategis terkait PSBB ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang

13
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
resmi ditandangani Presiden RI 31 Maret 2020. Secara
teknis, PP No.21 Tahun 2020 ini dijabarkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Permenkes ini ditetapkan pada tanggal 3 April 2020.
Pemerintah juga menetapkan soal Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) COVID-19 dalam Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 11 tahun 2020 yang juga ditetapkan
pada 31 Maret 2020. Keppres tersebut menetapkan COVID-19
sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM). Keppres ini juga menetapkan
KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan
penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penanggulangan KKM dilakukan dengan
menyelenggarakan kekarantinaan kesehatan baik di pintu
masuk maupun di wilayah. Indonesia mengambil kebijakan
untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk menekan
penyebaran COVID-19 semakin meluas didasarkan pada
pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas,
dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah,
dilakukan setelah melalui kajian yang cukup komprehensif.

14
Dalam perkembangan selanjutnya, Pemerintah juga
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Nasional Non Alam Penyebaran
COVID-19 sebagai Bencana Nasional. Keputusan ini
dikeluarkan pada 13 April 2020. Keppres No.12 Tahun 2020
ditetapkan dengan memperhatikan dampak penyebaran
COVID-19 pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian
harta benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta
menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas
di Indonesia.
Berkaitan dengan bencana nasional non alam
penyebaran COVID-19, Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 yang didukung seluruh elemen bangsa bersepakat
untuk menjalankan secara bersama untuk percepatan
penanganan pandemi dan wabah penyakit COVID-19. Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menjalankan
tanggap darurat bencana pandemi dan wabah penyakit yang
merujuk pada definisi bencana yang diatur dalam Undang-
Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Pandemi dan wabah COVID-19 yang terjadi di
wilayah Republik Indonesia, dikategorikan sebagai bencana
non alam yang juga berdampak pada kehidupan sekaligus
mempengaruhi penghidupan masyarakat.
Menyadari akan dampak negatif sosial-ekonomi dari
COVID-19 dan PSBB, pemerintah menyiapkan program
bantuan sosial kepada masyarakat terdampak dengan
anggaran triliunan rupiah. Bantuan sosial dalam bentuk

15
uang dan/ atau sembako diberikan kepada keluarga tidak
mampu melalui jalur kelurahan, RW dan RT. Sementara
epidemi belum sepenuhnya mereda dan perilaku masyarakat
baru mulai berubah, pemerintah pada bulan Mei 2020
bertahap mulai melonggarkan kebijakan jaga-jarak sosial dan
menggiatkan kembali kegiatan sosial-ekonomi dengan tetap
memberlakukan protokol perilaku kesehatan. Pelonggaran
kebijakan jaga-jarak sosial tersirat melalui kebijakan
pemerintah memasuki tahap masa ‘New Normal’, disebut pula
‘Adaptasi Kebiasaan Baru’, dengan memulai kembali kegiatan
sosial-ekonomi tetapi bersamaan melakukan normalisasi
perilaku waspada terhadap penularan virus.
Normalisasi perilaku waspada terhadap penuluran
virus dilakukan dengan mejalankan protokol Kesehatan yang
disebut 3M, yakni; menggunakan masker, mencuci tangan
dengan sabun, dan menjaga jarak minimal 1,5 meter. Seiring
dengan itu, Pemerintah juga menerapkan praktik 3T terdiri
dari tiga kata yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan
(tracing), dan perawatan (treatment). Pemeriksaan dini
menjadi penting agar bisa mendapatkan perawatan dengan
cepat. Tak hanya itu, dengan mengetahui lebih cepat, sangat
dimungkinkan untuk menghindari potensi penularan ke orang
lain. Lalu, pelacakan dilakukan pada kontak-kontak terdekat
pasien positif COVID-19. Setelah diidentifikasi oleh petugas
kesehatan, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau
mendapatkan perawatan lebih lanjut. Kemudian, perawatan
akan dilakukan apabila seseorang positif COVID-19. Jika

16
ditemukan tidak ada gejala, maka orang tersebut harus
melakukan isolasi mandiri di fasilitas yang sudah ditunjuk
pemerintah. Sebaliknya, jika orang tersebut menunjukkan
gejala, maka para petugas kesehatan akan memberikan
perawatan di rumah sakit yang sudah ditunjuk pemerintah.

17
18
2

TUJUAN

S
ecara umum, peran Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) melalui Direktorat Jenderal
(Ditjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) dalam
menghadapi Pandemi COVID-19 ini adalah melakukan
diseminasi informasi kepada publik tentang aktivitas
yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan program
percepatan penanggulangan Pandemi COVID-19.
Penyebarluasan informasi yang benar kepada publik,
baik tentang Pandemi COVID-19 itu sendiri dan aktivitas yang
dilakukan pemerintah untuk penanggulangannya, diharapkan
dapat menambah rasa aman, optimisme masyarakat dalam
menghadapi Pandemi, yang tidak hanya dihadapi oleh
masyarakat Indonesia, tetapi juga dirasakan secara luas di
seluruh dunia.
Rasa aman, optimisme yang tumbuh di masyarakat,
tidak hanya memberikan “kekebalan” masyarakat dalam
artian resiliensi atau daya tahan publik, tetapi juga menambah
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Hal ini menjadi

19
penting di tengah merebaknya post truth, di mana hoaks,
berita palsu, juga gencar menghujani masyarakat luas yang
bila dibiarkan dapat meresahkan, membuat masyarakat
putus asa, dan dapat tidak terkendali.
Resiliensi Indonesia, secara garis besar adalah
nilai yang ingin ditanamkan oleh pemerintah melalui
pengelolaan penanganan Pandemi COVID-19 secara terpadu,
terintegrasi di bawah Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19. Gugus tugas dibentuk Pemerintah Indonesia
untuk mengkoordinasikan kegiatan antar lembaga dalam
upaya mencegah dan menanggulangi dampak COVID-19 di
Indonesia.
Adapun tujuan dari pembuatan dokumentasi kegiatan
ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran secara utuh atas seluruh program
dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mengemban
tugas dari gugus tugas pengelolaan COVID-19 bidang
komunikasi dan diseminasi informasi. Aktivitas tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Merumuskan pola komunikasi publik dengan
mengedukasi publik tentang COVID-19, pengenalan
tentang dampak dan hal lain terkait, serta cara
menghindari penyebaran COVID-19 dengan
menerapkan pola kebiasaan baru dalam menjaga
kebersihan diri, kebersihan anggota keluarga dan
kebersihan lingkungan sekitar
• Mengelola informasi dan umpan balik (feedback)

20
komunikasi dari publik, terutama terkait aktivitas yang
dilakukan oleh Gugus Tugas Penanganan COVID-19.
Seluruh umpan balik atas aktivitas gugus tugas,
baik dalam bentuk umpan balik atas rencana kerja,
pelaksanaan program kerja hingga evaluasi atas
aktivitas, dan dijadikan panduan untuk merumuskan
langkah-langkah selanjutnya, yang berkaitan dengan
diseminasi informasi publik sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab Ditjen IKP sebagai bagian dari Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
• Penangkalan hoax, fake news, baik terkait COVID-19,
Pandemi COVID-19, serta aktivitas percepatan
penanggulangan wabah COVID-19 yang dilakukan
oleh Gugus Tugas.

2. Menjelaskan secara utuh bagaimana strategi komunikasi


COVID-19 yang telah dilaksanakan untuk dapat dijadikan
sebagai rujukan dalam penanganan komunikasi bencana.
Dokumentasi ini sebagai bahan pembelajaran bagi
lembaga/kementerian lainnya dalam hal penanganan
komunikasi publik terkait bencana non alam seperti
wabah penyakit. Dokumentasi ini diharapkan menjadi
lesson learned bagi aktivitas pengelolaan komunikasi
bencana pada masa-masa selanjutnya.
3. Sebagai bahan dokumentasi dan pelaporan pelaksanaan
diseminasi informasi COVID-19 kepada publik. Dalam
hal ini, dokumentasi dimaksudkan untuk menyajikan

21
segala aktivitas, sehingga menjadi bahan pembelajaran
atau mungkin diduplikasi pada kegiatan komunikasi
terkait bencana lainnya. Sementara, sebagai pelaporan,
dokumentasi ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
publik dari Ditjen IKP kepada masyarakat luas. Diharapkan,
melalui dokumentasi ini publik dapat memahami upaya
pemerintah dalam penanggulangan COVID-19 melalui
aktivitas komunikasi publik. Sehingga, publik juga dapat
mengapresiasi kinerja pemerintah dalam percepatan
penanggulangan COVID-19.

22
3

ARAH DAN KEBIJAKAN


PENANGANGAN COVID-19

S
ecara umum, aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah
suatu negara dalam menjalankan negara adalah
melakukan semua program secara terencana, yang
memungkinkan sebesar mungkin partisipasi masyarakat,
guna mencapai tujuan bersama. Partisipasi masyarakat pada
dasarnya bersifat sukarela namun tetap dibutuhkan panduan,
agar pihak masyarakat dan pihak pemerintah dalam hal ini
sebagai pengelola negara, dapat berbagi upaya, asa menuju
suatu tujuan yang disepakati bersama.
Pengelolaan bencana, pada awalnya, terlihat sebagai
proses atau aktivitas pemerintah dalam melindungi,
memberikan rasa aman, menjaga keselamatan masyarakat
tetapi, lambat-laun, secara ideal, akan menjadi aktivitas
bersama, partisipasi aktif masyarakat, kerjasama masyarakat
- pemerintah dalam melakukan pencegahan, penanggulangan
hingga pemulihan atas bencana.

23
Pengelolaan bencana oleh pemerintah, - mulai dari
tanggap bencana, evakuasi, hingga pemulihan - pada akhirnya
ditujukan agar pihak masyarakat selalu waspada terhadap
bencana yang dapat menimpa mereka, baik yang dapat
dicegah, diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan.
Kewaspadaan masyarakat yang baik terhadap bencana -
secara ideal - akan menghasilkan resiliensi atau ketahanan
masyarakat sekaligus ketangguhan masyarakat dalam
menghadapi bencana, sehingga optimisme kebangkitan
pascabencana, dapat dirasakan secara bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat, guna memudahkan pemulihan
masyarakat - pemerintah pasca bencana.
Arah dan kebijakan penanggulangan COVID-19 oleh
Pemerintah dan kaitannya dengan komunikasi publik secara
umum dapat dilihat dari 3 (tiga) poin berikut ini;
a. Regulasi yang bersifat nasional,
b. Posisi Ditjen IKP dalam keanggotaan sebagai Gugus
Tugas,
c. Arah Kebijakan Pemerintah Indonesia;

Ketiga bagian tersebut bersifat saling melengkapi,


dimana posisi Ditjen IKP sebagai perumus, pengelola,
pelaksana aktivitas komunikasi publik, juga bertindak
sebagai evaluator terutama terkait komunikasi publik yang
telah dilakukan.
Ketiga bagian tersebut juga merupakan bagian penting
dalam percepatan penanganan COVID-19. Dalam hal ini,

24
Ditjen IKP secara bersama-sama, dengan anggota satuan
tugas lainnya, melakukan aktivitas komunikasi publik guna
menginformasikan kepada publik aktivitas penanggulangan
COVID-19 yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh
Pemerintah. Selain itu, Ditjen IKP sebagai bagian dari Gugus
Tugas juga berperan mengedukasi publik untuk mendukung
upaya penanggulangan COVID-19, termasuk di dalamnya
adalah edukasi publik agar terhindar dari infeksi COVID-19.

A. Regulasi
Sejak awal pandemi merebak dan masuk ke wilayah
Indonesia, Pemerintah terus melakukan upaya penanganan
pandemi secara serius, dan mengkomunikasikan melalui
kampanye masif melalui berbagai media dan membangun
jejaring kemitraan dalam diseminasi, baik melalui jalur
pemerintah ataupun non pemerintah.
1) Sehubungan dengan upaya diseminasi informasi terkait
aspek kesehatan dan kebijakan pemerintah dalam hal
penanganan pandemi, Pemerintah menyiapkan instrumen
hukum yang menjadi landasan kerja bagi Satuan Tugas,
yaitu :Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun
2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 (terlampir), yang memuat beberapa hal penting
terkait penanganan COVID-19, diantaranya;
• Tujuan pembentukan Gugus Tugas - utamanya -
meningkatkan resiliensi / ketahanan nasional di bidang

25
kesehatan, dengan mensinergikan kerjasama antar
kementerian/lembaga dalam percepatan penanganan
COVID-19 (Pasal 3)
• Gugus Tugas memiliki tugas, yaitu :
a. Menetapkan dan melaksanakan rencana
operasional percepatan penanganan COVID-19;
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan
COVID-19;
c. Melakukan pengawasan pelaksanaan
percepatan pananganan COVID-19;
d. Mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan
kegaiatan percepatan penanganan COVID-19;
dan
e. Melaporkan pelaksanaan percepatan
penanganan COVID-19 kepada Presiden dan
Pengarah.

2) Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2020


tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor
7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 (terlampir). Ditandatangani pada
tanggal 20 Maret 2020, Keppres ini memuat hal-ha,
diantaranya adalah :
• Pelibatan Kepala Lembaga/Instansi/Propinsi sebagai
bagian anggota Dewan Pengarah pada Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19,

26
• Pelibatan Unsur Lembaga/Instansi Pemerintah
sebagai Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19,
• Pengaturan Pendanaan Percepatan Penanganan
COVID-19 yang meliputi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), Anggara Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) serta sumber lain yang sah dan
tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan,
• Pemberian pengecualian perizinan tata niaga impor
kepada Ketua Gugus Tugas terkait percepatan
penanganan COVID-19.

3) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 Tentang


Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), ditandatangani
pada tanggal 31 Maret 2020, dalam rangka percepatan
penanggulangan COVID-19. Diterbitkan pada tanggal 31
Maret 2020, dalam rangka percepatan penanggulangan
COVID-19. Pemerintah mengharapkan PSBB dapat
mempercepat proses penanggulangan COVID-19 di
wilayah yang sudah terdampak COVID-19 dan menjaga
wilayah yang belum terdampak agar tetap bersih dari
infeksi COVID-19. Beberapa hal penting pada peraturan
tersebut diantaranya adalah :
• Pemberlakuan PSBB, paling sedikit melalui :
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja
b. Pembatasan kegiatan keagamaan

27
c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum
d. Pembatasan kegiatan social dan budaya
e. Pembatasan moda transportasi, dan
f. Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait
aspek pertahanan dan keamanan

• Kriteria pemberlakuan / penetapan PSBB :


Penetapan PSBB di suatu daerah/wilayah
berada pada Kementerian Kesehatan.Turunan dari
PP ini dijelaskan secara lebih rinci melalui Peraturan
Kementerian Kesehatan, sebagai pihak yang memiliki
kewenangan untuk menetapkan suatu daerah/wilayah
berada pada PSBB atau tidak.

4) Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 9 Tahun


2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Peraturan Menteri yang ditetapkan pada tanggal 3 April
2020 tersebut, memuat mengenai :
− Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar;
− Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar;
− Pencatatan dan Pelaporan pelaksanaan PSBB pada
masing-masing wilayah;
− Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan
PSBB.

28
Peraturan Menteri Kesehatan ini merupakan turunan
dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang
PSBB, di mana Kementerian Kesehatan ditetapkan sebagai
lembaga yang memiliki hak dan kewenangan penetapan
PSBB bagi suatu daerah/wilayah di Indonesia. Beberapa
hal penting yang diatur pada peraturan ini diantaranya
adalah ;
• Indikator - indikator penetapan PSBB
• Tata cara pengajuan PSBB dari Propinsi/Kota/
Kabupaten kepada Kementerian Kesehatan
• Pembinaan, pengawasan atas pelaksanaan PSBB
dilakukan oleh Menteri, Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, Gubernur/Bupati/Walikota,
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
• Hal - hal yang dibatasi pada saat PSBB meliputi ;
a) Peliburan sekolah dan tempat kerja;
b) Pembatasan kegiatan keagamaan;
c) Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum;
d) Pembatasan kegiatan sosial dan budaya;
e) Pembatasan moda transportasi; dan
f) Pembatasan kegiatan khusus lainnya terkait aspek
pertahanan dan keamanan.
• Hal-hal yang dikecualikan (tidak dibatasi) tetapi diatur
pengelolaannya seperti fasilitas pelayanan kesehatan,
pasar, aktivitas umum/publik yang menyangkut hajat

29
orang banyak serta aktivitas pertahanan dan keamanan
dalam rangka menegakkan kedaulatan negara.

5) Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020


tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran
COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Ditandatangani
pada tanggal 13 April 2020, Keppres ini menetapkan
Bencana Nasional Non Alam, juga mengharuskan seluruh
Kepala Pemerintahan Daerah menetapkan kebijakan
di daerah masing dengan memperhatikan kebijakan
Pemerintah Pusat.
6) Protokol Komunikasi Publik Penanganan COVID-19. Dalam
protokol ini ditegaskan narasi utama dalam penyampaian
komunikasi oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah kepada masyarakat yaitu ;
• “Pemerintah Serius, Siap dan Mampu Menangani
COVID-19”
• “Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada”
• “COVID-19 Bisa Sembuh”
• #LAWANCOVID19
7) Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
2 Tahun 2020 tentang Percepatan Sosialisasi Pencegahan
Penyebaran COVID-19 Di Tingkat Propinsi, Kabupaten/
Kota. Surat Edaran tersebut mengkomunikasikan kepada
Para Gubernur, Bupati dan Walikota untuk melakukan
komunikasi, pembuatan konten sosialisasi tentang
pencegahan COVID-19 dalam lingkup narasi nasional di

30
bawah koordinasi Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik.
8) Keputusan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Nomor 16 Tahun 2020 tentang Uraian Tugas,
Struktur Organisasi, Sekretariat, dan Tata Kerja Pelaksana
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19), tanggal 18 Maret 2020.

Regulasi dan protokol tersebut dibentuk sebagai


instrumen hukum yang menjadi landasan kerja bagi Gugus
Tugas. Sebagai panduan dan landasan bertindak bagi Gugus
Tugas, dan Pemerintah secara umum dalam melakukan
kampanye masif, melalui berbagai media dan jejaring
kemitraan dalam diseminasi, baik melalui jalur pemerintah
maupun non pemerintah, yang mengkomunikasikan
keseriusan pemerintah dalam menangani Pandemi COVID-19.

B. Posisi Ditjen IKP dalam Keanggotaan Gugus


Tugas
Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020
tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) yang ditandatangani oleh Presiden
pada tanggal 13 Maret 2020, Keppres ini menetapkan Gugus
Tugas dalam hal percepatan penanganan COVID-19 secara
cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergis antar kementerian/
lembaga dan pemerintah daerah. Ketua Gugus Tugas yang
ditunjuk adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan

31
Bencana. Gugus Tugas memiliki tugas :
1) Menetapkan dan melaksanakan rencana operasional
percepatan penanganan COVID-19;
2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
kegiatan percepatan penanganan COVID-19;
3) Melakukan pengawasan pelaksanaan percepatan
pananganan COVID-19;
4) Mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegaiatan
percepatan penanganan COVID-19; dan
5) Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan
COVID-19 kepada Presiden dan Pengarah.

Unsur dari Kementerian Komunikasi dan Informatika


ditetapkan sebagai anggota dari Gugus Tugas adalah Dirjen
IKP. Mengacu pada Keputusan Ketua Gugus Tugas Percepatan
COVID-19 No.16 Tahun 2020 tentang Uraian Tugas, Struktur
Organisasi, Sekretariat, dan Tata Kerja Pelaksana Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19),Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi
Publik (Dirjen IKP) ditugaskan menangani bidang Komunikasi
Publik, bersama Deputi Bidang Komunikasi Politik dan
Diseminasi Informasi - KSP, Kepala Pusat Data, Informasi, dan
Komunikasi Kebencanaan – BNPB, Kepala Pusat Komunikasi
Publik – Kementerian Kesehatan, dan Staf Ahli Bidang
Reformasi Birokrasi dan Regulasi – Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, yang memiliki tugas :
1) Melaksanakan komunikasi publik;

32
2) Agenda setting;
3) Menyusun strategi komunikasi;
4) Melaksanakan monitoring terhadap media pemberitaan;
dan
5) Menjadi juru bicara Pelaksana Gugus Tugas.

Struktur gugus tugas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Struktur Gugus Tugas

C. Arah dan Implikasi Kebijakan Pemerintah


Indonesia
Pandemi COVID-19 merupakan hal yang belum
pernah dilalui secara bersama-sama dan terorganisir oleh
pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia pada masa

33
lampau. Oleh karena itu, upaya dan kebijakan yang diambil
oleh Pemerintah, yang harus bergerak cepat menangani
penyebaran COVID-19 di wilayah Indonesia, memberikan efek
kejut yang nyata di masyarakat Indonesia.
Antisipasi atas keterkejutan di semua lini pada kehidupan
masyarakat, mengharuskan kementerian dan lembaga
melakukan aktivitas-aktivitas pendukung agar kebijakan
pemerintah pusat, dapat menenangkan, memberikan rasa
aman, perlindungan nyata bagi masyarakat. Aktivitas berupa
pembuatan kebijakan, pembuatan protokol dalam melakukan
aktivitas juga memberikan harapan dan optimisme, bahwa
aktivitas pemerintahan, pelayanan masyarakat dan kegiatan
ekonomi tidak berhenti, tetapi berjalan melalui beberapa
panduan dan protokol yang disiapkan dalam mencegah
penyebaran pandemi COVID-19 meluas di masyarakat.
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2020,
membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat, di
mana masyarakat diminta untuk membatasi aktivitas sosial
yang biasa mereka lakukan, termasuk di dalamnya aktivitas
masyarakat dalam bekerja mencari matapencaharian.
Untuk itu, kecepatan Pemerintah dalam melakukan
perubahan kebijakan mata anggaran, memfokuskan anggaran
pembangunan menjadi anggaran percepatan penanganan
pandemik COVID-19, yang dilanjutkan dengan pemulihan
ekonomi nasional (PEN), perlu mendapat dukungan dari
semua Kementerian/Lembaga (K/L), agar dapat terserap

34
dengan baik, serta memberikan optimisme bagi masyarakat
banyak. Selain itu, agar kehidupan ekonomi dapat tetap
berjalan secara baik, layak dan terukur, kementerian / lembaga
membuat protokol tetap kesehatan yang berlaku umum
maupun khusus. Protokol umum mengacu pada protokol
kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui
Gugus Tugas dan protokol khusus berlaku pada kementerian/
lembaga serta aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga.
Secara umum, terdapat dua kebijakan besar yang
mempengaruhi masyarakat, sebagai bentuk kewaspadaan,
pencegahan terhadap mewabahnya pandemi COVID-19.
Kebijakan pertama adalah kebijakan Protokol Kesehatan, dan
kedua, kebijakan Jaring Pengaman Sosial. Kedua kebijakan
ini perlu dikomunikasikan melalui Kementerian/Lembaga
(K/L) terkait, tidak hanya oleh pemerintah pusat, dengan tetap
mengedepankan narasi tunggal yakni kesiapan Pemerintah
dalam menghadapi pandemi COVID-19. Berikut uraiannya :

1. Kebijakan Protokol Kesehatan


Kebijakan Protokol Kesehatan memberikan kebiasaan
baru bagi masyarakat, seperti penggunaan masker pada
saat berada keluar rumah maupun saat mengalami flu atau
kondisi tubuh tidak sehat. Tidak hanya itu, menjaga jarak
minimal 1 meter dengan anggota masyarakat lainnya untuk
menghindari droplet, mencuci tangan menggunakan sabun
dengan air mengalir, serta meningkatkan daya tahan tubuh

35
dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga.
Protokol Kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan, diadaptasi oleh K/L dalam memberikan pelayanan
publik diantaranya sebagai berikut;
a) Kementerian Perhubungan, kebijakan melakukan
rapid test maupun swab test bagi masyarakat sebelum
melakukan perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri
dengan menggunakan transportasi umum
b) Kementerian Kesehatan, diantaranya, mengurangi
aktivitas tatap muka antara pasien yang memiliki
penyakit tertentu atau mengalami gejala penyakit ringan
dengan melakukan konsultasi via WhatsApp, video call,
dan anamnesa tanpa tatap muka, yang difasilitasi oleh
para tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat milik pemerintah seperti puskesmas dan
rumah sakit. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kepadatan di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga para
tenaga kesehatan dapat berfokus membantu percepatan
penanganan COVID-19.
c) Kementerian Koperasi dan UMKM serta Kementerian
Perindustrian meminta pelaku usaha tertentu beralih
produksi ke pembuatan alat kesehatan, masker, serta face
shield guna memenuhi kebutuhan domestik, agar harga
produk alat kesehatan tersebut tetap dalam kemampuan
daya beli masyarakat.
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mengutamakan

36
proses kerja dari rumah, guna menghindari terjadinya
penumpukan para pekerja pada saat yang bersamaan. Tak
hanya itu, untuk fasilitas pelayanan publik seperti Kantor
Pajak, Jamsostek, dan lainnya juga terjadi pembatasan
jam pelayanan dengan melakukan proses pendaftaran
(antrian) pelayanan melalui online.
e) Kementerian Riset dan Teknologi dengan institusi
pendidikan dan perusahaan farmasi, dalam menyiapkan
riset hingga vaksin untuk pencegahan penyebaran
COVID-19 serta obat-obatan yang dapat membantu
kesembuhan penderita COVID-19.
f) Kemitraan antar perusahaan swasta guna memastikan
aktivitas masyarakat dapat tetap berjalan dengan baik
dan patuh pada protokol kesehatan yang ditetapkan
pemerintah. Contoh kebijakan penyediaan hand sanitizer
di Grab Car/ Go Car, Taxi Blue Bird, penyediaan sekat/
pembatas antara ruang penumpang dan ruang pengendara
taksi online atau ojek motor online, dan lain-lain.
g) Partisipasi masyarakat di setiap kota/kabupaten, dengan
mengampanyekan “Kampung Siaga COVID-19” yang
memberikan akses sangat terbatas bagi para pendatang
di luar kampung tersebut untuk berkunjung dan/atau
melakukan kunjungan dengan pengaplikasian protokol
kesehatan yang ketat, seperti contoh penyediaan tempat
cuci tangan dan sabun di depan gang, atau di depan rumah
tiap anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
untuk menyediakan sarana/prasarana tersebut.

37
2. Kebijakan Jaring Pengaman Sosial
Kebijakan Jaring Pengaman Sosial adalah kebijakan
yang diupayakan oleh pemerintah agar masyarakat tetap
memiliki ketahanan dalam mencukupi kebutuhan primernya,
menjaga daya beli, dan menjaga optimisme untuk selalu
siap bangkit, bekerja kembali, beraktivitas kembali pada saat
keadaan/situasi telah membaik.
Dalam prakteknya, kebijakan ini dilakukan dengan
memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak
COVID-19, agar mereka dapat merasakan bahwa semua
masyarakat Indonesia, bergerak bersama, saling bahu-
membahu melawan Pandemi COVID-19. Jaring Pengaman
Sosial tersebut diantaranya dilakukan melalui ;
a) Presiden, memberikan bantuan dalam bentuk bahan
pokok kepada masyarakat terdampak COVID-19 yang
disalurkan - diantaranya - melalui Kementerian Sosial.
b) Kementerian Keuangan, melakukan alokasi dana untuk
pemberian bantuan sosial bagi masyarakat terdampak
dari APBN, disalurkan melalui K/L.
c) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melakukan negoisasi
kepada perbankan nasional, pemberi jasa layanan
keuangan (seperti fintech, lembaga keuangan non
bank) agar memberikan kesempatan bagi anggota
masyarakat yang menggunakan layanan mereka
untuk merestrukturisasi pengembalian pinjaman ,
agar meringankan beban masyarakat, terutama yang
terdampak.

38
d) Kementerian Keuangan, melalui Direktorat Pajak dan
Penerimaan Keuangan Negara, memberikan relaksasi
bagi UMKM dan para pelaku usaha dalam melakukan
pembayaran kewajiban pajak kepada negara.
e) Kementerian Ketenagakerjaan, dengan menambah kuota
bagi para penerima Kartu Prakerja, dengan pengutamaan
mereka yang tidak bekerja, tidak bekerja karena terdampak
COVID-19 atau yang belum bekerja tetapi dalam rentang
usia produktif (usia pekerja). Pemberian insentif dilakukan
dengan memberikan pelatihan kerja, serta bantuan tunai
yang diberikan ke rekening penerima.
f) Kementerian Sosial memberikan bantuan sosial kepada
masyarakat terdampak di seluruh Indonesia, dengan
penyaluran yang terkoordinasi bersama para pemimpin
daerah seperti gubernur/bupati/walikota.
g) Kementerian BUMN, meminta BUMN untuk turut
memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak
seperti pemberian insentif bantuan tunai bagi para
pekerja yang terdaftar di Jamsostek dengan penghasilan
di bawah 5 juta rupiah perbulan, pengalokasian dana
Corporate Social Responsibility (CSR) guna pengadaan alat
kesehatan bagi para pekerja kesehatan maupun pasien
COVID-19, seperti yang dilakukan oleh Telkom, Pertamina,
BRI, BNI, dan lain-lain.
h) Kementerian Koperasi dan UMKM, memberikan bantuan
tambahan modal untuk para pelaku UMKM (mikro) agar
tetap bertahan di era pandemi.

39
i) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),
sejalan dengan pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB), yang memberi dampak ketiadaan
proses belajar mengajar di sekolah, digantikan dengan
belajar daring, maka pihak Kemdikbud bekerjasama
dengan Kkementerian Ssosial dan pihak swasta terkait,
melakukan beberapa hal untuk mendukung proses belajar
mengajar daring dari rumah, diantaranya;
• Bekerjasama dengan Kementerian Sosial, Kementerian
Keuangan,dan pemerintah daerah terkait, memberikan
bantuan sosial berupa sembilan bahan pokok
kepada para pengajar honorer, baik sekolah negeri
maupun swasta. Proses pemberian bantuan ini telah
dilaksanakan sejak bulan Mei 2020
• Bekerjasama dengan pihak penyedia jasa layanan
telekomunikasi (Telkomsel, Smartfren, XL, Indosat,
3) memberikan bantuan pulsa untuk kuota internet,
diberikan untuk keperluan belajar online, untuk para
pengajar maupun peserta didik.
j) Kementerian Agama, seiring dengan pemberlakuan PSBB,
mensyaratkan proses beribadah secara ketat di tempat
ibadah seperti masjid dan gereja.Kementerian Agama
melakukan beberapa hal yang mendukung proses edukasi
masyarakat terkait kepatuhan terhadap PSBB, serta jaring
pengaman bagi para pengajar, lembaga pendidikan yang
berada di lingkup kerja Kementerian Agama, diantaranya;
• Bekerjasama dengan tokoh masyarakat, pemuka

40
agama untuk mengedukasi masyarakat agar sementara
waktu tidak melakukan ibadah secara komunal pada
masa PSBB ketat diberlakukanatau pada Zona Merah
(wilayah paling terdampak COVID-19).
• Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan
pemerintah daerah melakukan proses edukasi,
disinfektan dan pemberian alat kesehatan seperti
termometer infrared kepada para pengurus masjid dan
tempat ibadah lainnya yang akan melakukan ibadah
secara komunal.
• Bekerjasama dengan Kementerian Sosial, Kementerian
Keuangan dan pemerintah daerah memberikan
bantuan kepada madrasah, pondok pesantren, serta
lembaga keagamaan lainnya agar dapat mencukupi
kebutuhan vital untuk memastikan proses belajar
mengajar secara daring maupun aktivitas belajar
mengajar menetap (berasrama) dapat berjalan dengan
baik.
• Kemitraan dengan masyarakat melalui Badan Amil
Zakat atau agregator seperti KitaBisa.Com untuk
membangun jejaring pengaman sosial disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat penerima di wilayah
kerja masing-masing.

Seluruh kebijakan tersebut,pada akhirnya menjadi


salah satu strategi bersama, pemerintah dan masyarakat
dalam saling mendukung, saling membantu, membangkitkan

41
resiliensi, ketahanan bersama dalam percepatan penanganan
COVID-19. Satu narasi bahwa Pemerintah Indonesia siap
menghadapi COVID-19 pada akhirnya merupakan kesiapan
bersama, masyarakat Indonesia dalam menghadapi
COVID-19. Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, bersama-
sama dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19, diminta mempercepat proses adaptasi narasi
tunggal pemerintah dalam menghadapi COVID-19, menjadi
narasi bersama, narasi masyarakat Indonesia dalam melawan
COVID-19.

42
4

Gambaran Situasi COVID-19


Di Indonesia

D
alam memahami gambaran situasi COVID-19 di
Indonesia pada masa awal pandemi (Februari-
Maret 2020) hingga Juli 2020, uraian berikut ini
akan menyajikan runutan pemulangan WNI dari luar negeri,
penyebaran COVID-19 di Indonesia serta data penyebaran
COVID-19 sampai dengan Juli 2020.

A. Pemulangan WNI dari Luar Negeri


Pemerintah Indonesia hadir untuk melindungi seluruh
Warga Negara Indonesia (WNI), baik yang berada di dalam
negeri maupun di luar negeri. Perlindungan WNI di luar negeri
terkait pandemi COVID-19, secara umum terbagi menjadi
tiga bagian utama, yaitu pemantauan kesehatan WNI yang
terdampak COVID-19, bekerjasama dengan otoritas negara
setempat, pemberian bantuan bagi WNI di luar negeri, dan
repatriasi (pemulangan) WNI dari luar negeri terkait dampak
dari pandemi COVID-19.

43
Kasus WNI pertamakali terinfeksi Coronavirus terjadi
di Singapura, menurut laporan dari otoritas Pemerintah
Singapura kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
di Singapura, pada tanggal 4 Februari 2020. WNI tersebut
adalah Asisten Rumah Tangga yang tertular COVID-19 dari
pemberi kerjanya, Warga Negara Singapura. Setelah dirawat
selama 15 Hari di rumah sakit di Singapura, WNI tersebut
dinyatakan negatif COVID-19. WNI tersebut adalah Kasus
Nomor 21 COVID-19 di Singapura.
Aktivitas lainnya yang dilakukan Kementerian Luar
Negeri terkait percepatan penanganan COVID-19 bagi WNI di
luar negeri, diantaranya adalah ;
a) Pemulangan 243 WNI dari Provinsi Hubei, China, menuju
fasilitas karantina yang telah disiapkan pemerintah di
Natuna, Indonesia. Kedatangan para WNI tersebut pada 2
Februari 2020 menggunakan penerbangan charter (LION
Grup) , dan seluruh penumpang langsung menjalani isolasi
mandiri di fasilitas yang disediakan pemerintah di Natuna
selama 14 hari, sebelum dikembalikan ke daerah asal
masing-masing.. Provinsi Hubei adalah provinsi di China
yang disinyalir menjadi awal penyebaran Coronavirus.
b) Pemulangan 69 WNI awak kapal pesiar Diamond Princess,
setelah bersandar terakhir di Jepang. Pemulangan
berhasil dilakukan pada tanggal 1 Maret 2020 dengan
penerbangan charter (Garuda Indonesia) melalui Bandara
Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Setelah
sampai di Indonesia, seluruh penumpang diberangkatkan

44
ke fasilitas isolasi dan observasi di Pulau Sebaru Kecil,
kepulauan Seribu selama 14 hari. Kapal Pesiar “Diamond
Princess” adalah salah satu kluster penyebaran COVID-19
pertama yang bukan berbasiskan kewilayahan/area di
dunia.
c) Pemulangan anggota jamaah tabligh asal Indonesia di 13
Negara. Infomasi dari Direktur Perlindungan WNI dan BHI
Kementerian Luar Negeri , Judha Nugraha, pertanggal 29
Mei 2020, terdapat 1.195 jamaah tabligh asal Indonesia di
13 Negara, dengan jumlah terbanyak berada di India (751
orang). Dari keseluruhan anggota jamaah tabligh tersebut,
351 orang telah berhasil difasilitasi kepulangannya ke
Indonesia.
Terkait perlindungan WNI di luar negeri dalam rangka
penanganan COVID-19, Direktur Kerjasama Internasional dan
Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri, Andi Rahmiyanto
menyatakan dalam rapat kerja dengan Panja Ketahanan
Nasional Komisi I DPR, 7 Juli 2020, sebanyak 123.319 orang
WNI telah berhasil direpatriasi, kembali ke Indonesia. Jumlah
tersebut berasal dari 53 Negara, dengan Malaysia sebagai
negara dengan jumlah WNI repatriasi terbanyak, yaitu 88.710
orang.

45
B. Penyebaran Kasus COVID-19 di Indonesia
Kasus positif COVID-19 pertama kali ditemukan dan
diumumkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, kasus
1 dan kasus 2 adalah warga Depok. Kasus pertama terpapar
karena berinteraksi dengan Warga Negara Jepang yang
tinggal di Malaysia pada saat hari Valentine. Kasus kedua
adalah Ibu dari pasien kasus pertama . Setelah pengumuman
tersebut, proses tracing dilakukan oleh pihak berwenang,
sejak saat itu, pasien positif COVID-19 di Indonesia terus
bertambah.
Pada tanggal 13 Maret 2020, pasien kasus pertama
dinyatakan sembuh , dan diperbolehkan pulang ke rumah,
dengan keharusan menjalankan isolasi mandiri selama 14
hari di rumah. Kesembuhan pasien kasus pertama terjadi
bersamaan dengan kesembuhan pasien kasus ketiga, yang
kebetulan memiliki kontak dengan pasien pertama.
Setelah ditemukan kasus pertama dan kedua positif
COVID-19, serta dimulainya proses tracing dengan semua
pihak yang pernah berinteraksi dengan keduanya, maka jumlah
pasien COVID-19 sejak itu semakin bertambah dan meluas,
menyebar ke berbagai wilayah, tidak hanya di Depok dan
Jakarta, melainkan ke wilayah lainnya. Guna mengantisipasi
masifnya penyebaran serta jatuhnya korban jiwa karena
terinfeksi virus tersebut, pada 13 Maret 2020, Pemerintah
membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
yang meintegrasikan, mensinergikan kebijakan dan aktivitas
Kementerian/Lembaga dalam penanganan COVID-19.

46
C. Situasi di Indonesia
Sebelum ditemukannya kasus positif COVID-19,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengupayakan langkah-
langkah antisipasi dan mitigasi untuk bencana non alam
ini. Diantara langkah-langkah awal penanganannya adalah
sebagai berikut ;
• 25 Februari 2020
Presiden Jokowi menerbitkan paket kebijakan fiskal senilai
Rp10,3 triliun untuk meredam dampak negatif pandemi
COVID-19
• 2 Maret 2020
Presiden Jokowi mengumumkan dua warga Indonesia
positif COVID-19, dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta
• 6 Maret 2020
− Pemerintah menyiapkan Pulau Galang di Kepulauan
Riau sebagai lokasi observasi dan rehabilitasi pasien
terduga COVID-19 selain Pulau Natuna dan Pulau
Sebaru.
− Pemerintah menerbitkan 5 (lima) protokol penanganan
COVID-19 meliputi kesehatan, area institusi pendidikan,
area transportasi publik, perbatasan dan komunikasi
publik.
• 13 Maret 2020
− Pembentukan Satuan Tugas Penanggulangan Wabah
COVID-19 diketuai oleh ketua BNPB
− Pemerintah mengeluarkan paket stimulus kedua berupa

47
paket fiskal dan non fiskal agar sektor riil tetap bergerak
serta menjaga daya beli masyarakat.
•15 Maret 2020
Pemerintah mempercepat penerapan Kartu Prakerja untuk
semua sektor yang dirilis pada akhir Maret 2020, dengan
anggaran Rp10 triliun untuk 2 (dua) juta peserta Kartu
Prakerja 2020.
•16 Maret 2020
Penerapan pembatasan sosial atau social distancing
•20 Maret 2020
Pemerintah menyiapkan dana hinga Rp121,3 triliun rupiah
untuk menangani pandemi COVID-19
•30 Maret 2020
Presiden memutuskan, memberlakukan PSBB untuk
mengatasi COVID-19
•31 Maret 2020
Pemerintah mengumumkan status Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (KKM) sekaligus mengeluarkan payung hukum
penerapan PSBB.

Langkah-langkah awal tersebut merupakan bentuk


keseriusan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19
bersama-sama, bahu membahu dengan masyarakat luas.
PSBB yang diberlakukan ,memberikan dampak yang signifikan
bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia, di mana waktu
kerja, waktu sekolah, waktu beribadah (di fasilitas umum)
dibatasi secara ketat.

48
PSBB meniadakan tatap muka dalam interaksi belajar
yang biasanya dilakukan di sekolah, belajar melalui online
menjadi pilihan bijak dan harus diadaptasi oleh semua anak
didik di Indonesia, dari kalangan apapun. Termasuk, bekerja
dari rumaha atau Work From Home (WFH) yang menjadi pilihan
bagi para pekerja saat pemberlakuan PSBB.
Kewajiban untuk menggunakan masker, jaga jarak
dengan anggota masyarakat lain, serta mencuci tangan
menggunakan sabun dengan air mengalir adalah bagian
dari protokol kesehatan yang harus diadaptasi oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Namun, di awal pandemi sempat
terjadi minimnya ketersediaan masker dan alat kesehatan di
pasaran sehingga sempat membuat masyarakat melakukan
panic buying untuk peralatan personal hygiene dan peralatan
kesehatan. Harga masker dan hand sanitizer pada masa
pemberlakuan PSBB sempat berada di luar jangkauan
kemampuan beli kebanyakan masyarakat Indonesia.
Ketidaksiapan untuk belajar secara daring di rumah
bagi peserta didik di Indonesia, sempat menimbulkan
ketidaknyamanan, terutama untuk para orang tua yang
terbiasa menyerahkan pendidikan dan pengajaran anaknya
kepada pihak sekolah. Pada masa itu, kebutuhan atas
smartphone, laptop dan kuota data di lingkungan keluarga
bertambah, sementara karena banyak aktivitas yang
dibatasi, maka banyak para pengusaha yang pada akhirnya
merumahkan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja
kepada karyawannya. Pandemi COVID-19 yang melanda

49
dunia, menimbulkan resesi ekonomi di banyak negara,
termasuk Indonesia.
Pembatasan ibadah secara bersama-sama, membuat
seluruh umat Islam di dunia, terutama di Indonesia,
merayakan Idul Fitri dan Idul Adha dalam keprihatinan.
Masih beroperasinya pasar, supermarket, mini market - yang
sebenarnya menunjang distribusi kebutuhan pokok - sempat
dipertentangkan dengan “keharusan” membuka masjid untuk
shalat berjemaah. Suatu analogi yang mungkin keliru, tetapi
itu hadir dan ada saat PSBB. Larangan mudik bagi masyarakat
muslim di Indonesia, saat Idul Fitri, tidak dipatuhi secara
bersama, sehingga penyebaran COVID-19 yang awalnya
diperkirakan dapat dikendalikan, akhirnya menjadi liar. Pada
akhirnya, ketidakpatuhan banyak anggota masyarakat dalam
menjalankan protokol kesehatan harus diakui menjadi salah
satu penyebab pertambahan pasien positif COVID-19 di
Indonesia..

D. Data Perkembangan Penyebaran COVID-19


di Indonesia
Setelah ditemukannya pasien kasus positif pertama dan
kedua COVID-19 ,pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan
bekerjasama dengan pemerintah daerah (DKI Jakarta dan
Kota Depok) melakukan tracing para anggota masyarakat
yang pernah berinteraksi dengan kedua pasien dalam rentang
waktu 14 hari sebelum kedua pasien dinyatakan terpapar.

50
Selain itu, pemerintah pun mulai melakukan rapid test secara
acak pada anggota masyarakat (terutama para tenaga
kesehatan yang merawat kedua pasien sebelum dinyatakan
positif) sehingga ditemukan kasus-kasus baru yang masih
terkait dengan kasus pertama dan kedua.
Pada proses rapid test secara acak, bila ditemukan
anggota masyarakat yang memiliki hasil test positif, segera
ditindaklanjuti dengan proses pengambilan sample melalui
Polymerase Chain Reaction (PCR) test, bila dalam dua kali
pengambilan sample, hasil PCR test seorang anggota
masyarakat positif berturut-turut, maka yang bersangkutan
segera dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19.
Pertumbuhan kasus positif COVID-19 di Indonesia
periode Maret s/d Juli 2020, dapat dilihat dari data-data di
bawah ini.

Maret 2020
Jumlah Pasien Positif COVID-19 dari Desember 2019 -
hingga 29 Maret 2020 secara nasional adalah sebagai berikut;

Jumlah Orang yang diperiksa 6.534 orang


Jumlah Pasien Positif 1.285 orang
Jumlah Pasien Sembuh 64 orang
Jumlah Pasien Meninggal 114 orang
Negatif COVID-19 5.249 orang
Provinsi DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan
kasus positif terbanyak (675 kasus positif, 45 sembuh, 65
meninggal).

51
April 2020
Jumlah Pasien Positif COVID-19 dari Desember 2019 -
hingga 29 April 2020 adalah sebagai berikut;
Jumlah Orang yang diperiksa 67.784 orang
Jumlah Pasien Positif 9.771 orang
Jumlah Pasien Sembuh 1.398 orang
Jumlah Pasien Meninggal 784 orang
Negatif COVID-19 58.013 orang

Tercatat, Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan


kasus positif terbanyak (4.092 kasus positif, 440 sembuh,
370 meninggal).
Mei 2020
Jumlah Pasien Positif COVID-19 dari Desember 2019 -
hingga 29 Mei 2020 adalah sebagai berikut;
Jumlah Orang yang diperiksa 205.165 orang
Jumlah Pasien Positif 25.216 orang
Jumlah Pasien Sembuh 6.492 orang
Jumlah Pasien Meninggal 1.520 orang
Negatif COVID-19 179.949 orang
Tercatat, Propinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan
kasus positif terbanyak (7.128 kasus positif, 1.739 sembuh,
509 meninggal).

Juni 2020
Jumlah Pasien Positif COVID-19 dari Desember 2019 -
hingga 29 Mei 2020 adalah sebagai berikut;

52
Jumlah Orang yang diperiksa 465.583 orang
Jumlah Pasien Positif 55.092 orang
Jumlah Pasien Sembuh 23.800 orang
Jumlah Pasien Meninggal 2.805 orang
Negatif COVID-19 410.591 orang
Pada periode Juni, Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai
provinsi dengan kasus positif terbanyak (11.805 kasus positif,
3.891 sembuh, 863 meninggal). Berdasarkan data tersebut,
terjadi peningkatan lebih dari 100% dari bulan Mei 2020, baik
untuk jumlah orang yang diperiksa dengan jumlah kasus
positif COVID-19.
Adapun pergerakan Case Fatality Rate (CFR) pada bulan
Maret 2020 sebesar 8,9%, kemudian menurun pada bulan
April 2020 menjadi 8,1%, kembali mengalami penurunan
pada bulan Mei 2020 menjadi 6%, kemudian pada bulan Juni
2020, menurun menjadi 5,1%. Berdasarkan penurunan CFR,
Pemerintah telah membuktikan kesiap-siagaan pemerintah
dalam menghadapi COVID-19, yaitu dengan melalukan
perawatan terbaik terhadap masyarakat yang terinfeksi,
yang terbukti, membantu penyembuhan dan menyelamatkan
masyarakat.

53
54
5

STRATEGI KOMUNIKASI
PENANGANAN COVID-19

A. Konteks Strategi Komunikasi Publik


COVID-19
When health promotion works, the opposition begins…
(James Cowley, 2003)

S
trategi komunikasi yang efektif dan kolaboratif adalah
setengah keberhasilan dari aktivitas komunikasi publik,
terutama isu COVID-19 yang relatif baru di Indonesia.
Ditjen IKP harus adaptif dengan karakter komunikasi Era
Post Truth, yang cirinya ditandai dengan tiga hal utama.
Pertama, Kebenaran, fakta, dan bukti tidak terlalu penting
lagi sepanjang narasi, cerita, dan pemikiran diterima
berdasarkan kesamaan pandangan, pikiran, dan keyakinan.
Kedua, tumbuh suburnya cara-cara manipulatif dan menyihir
orang untuk mempercayainya berdasarkan prinsip-prinsip
di luar penalaran dan akal sehat. Ketiga, masyarakat adalah

55
konsumen, produsen, sekaligus distributor informasi melalui
maraknya media sosial. Terkait penanganan informasi
COVID-19, ketiga faktor diatas selanjutnya dielaborasi untuk
dapat meningkatkan kepercayaan (trust) masyarakat kepada
pemerintah dalam penanganan COVID-19.
Era Digital atau era sosial media juga menambah
kompleksitas strategi komunikasi penanganan COVID-19.
Secara ideal, dunia digital memudahkan akses informasi,
penyebaran informasi dari Pemerintah kepada masyarakat,
tetapi pada bagian lain, digital divide dalam artian kesenjangan
literasi digital masyarakat Indonesia, membuat hal yang
seharusnya memudahkan, terkadang menjadi tantangan
yang berat. Literasi digital yang tidak merata, yang pada
batasan tertentu, melekat pada kesenjangan pendidikan di
masyarakat Indonesia, membuat sebagian besar masyarakat
Indonesia, masih mudah percaya dengan berita bohong atau
hoaks.
Keragaman budaya dalam masyarakat Indonesia
membuat tiap-tiap materi komunikasi yang akan disampaikan,
perlu mewakili budaya masyarakat setempat, semata-mata
agar masyarakat dapat dengan mudah mencerna informasi
yang disampaikan untuk kemudian mengadopsi pesan yang
disampaikan sebagai bagian dari keseharian masyarakat
dalam menghadapi COVID-19. Kondisi geografis wilayah
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, masih banyak
wilayah yang sulit untuk diakses, menyebabkan informasi
yang disebarkan ke masyarakat belum tentu dapat diterima

56
oleh seluruh masyarakat dalam waktu yang bersamaan (real
time). Hal ini diungkapkan Dirjen IKP, sebagai berikut :

“Kendalanya salah satunya adalah kondisi geografi


Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan ragam kebudayaan
tiap wilayahnya. Ada yang di kota ada yang di pelosok sampai
pada yang di terpencil. Geografis Indonesia dan ragam budaya
inilah yang mempengaruhi penyampaian dan penerimaan
informasi di tengah masyarakat sehingga melahirkan berbagai
bentuk respons.Respons yang muncul mulai dari yang belum
tahu menjadi belum percaya kemudian memicu kepanikan hingga
pada akhirnya mengubah perilaku masyarakat dan berujung
stres dan panik. Paniknya tidak hanya ada di dalam diri kita,
tapi paniknya sampai pada perilaku ekonominya. Panic buying.
Ini yang terjadi di awal-awal virus merebak di Indonesia. Menjadi
tantangan besar untuk dikendalikan adalah tidak terjadinya panic
buying ini. Ini terjadi karena hoaks yang tumbuh dan menyebar
cepat.”

Dari penjelasan Dirjen IKP dapat diketahui, respons


masyarakat yang berbeda-beda atas informasi yang
disampaikan oleh pemerintah - salah satunya - adalah
karena kebedaraan hoaxs, berita bohong yang mudah sekali
menyebar secara masif di masyarakat. Penyebaran ini sulit
dikendalikan oleh pihak Pemerintah karena menyebar dengan
cepat melalui media sosial yang ada dan melekat di gawai
- baik itu yang berupa telpon pintar maupun laptop - yang
dimiliki masyarakat.
Tantangan-tantangan terkait besarnya penyebaran
informasi di masyarakat - dalam penanganan COVID-19 -

57
dikategorikan oleh Emily K Vraga, dan Kathryn H Jacobsen
(2020) sebagai berikut;
1) Informasi yang terlalu banyak, hal ini disebabkan setelah
merebaknya virus di Wuhan China, selanjutnya ditemukan
pula kasus positif lain di negara lain, yang masyarakatnya
sempat bepergian ke sana. Hal ini dapat ditangkap oleh
masyarakat di negara lain (bahkan yang belum terdampak)
telah terjadi transmisi lokal penyebaran COVID-19 di
banyak negara di dunia, padahal transmisi lokal yang
ada pada awal mula kejadian COVID-19 hanya di Wuhan,
dan di Kapal Pesiar Diamond Princess, yang kembali dari
China dan terakhir merapat di Jepang.
2) Ketidakpastian informasi yang beredar, hal ini disebabkan
butuh waktu untuk mendapatkan bukti-bukti terukur,
pengetahuan yang memadai tentang ciri-ciri COVID-19
yang menyebar, sementara, rasa keingintahuan
masyarakat sangat besar, ketidakpastian informasi ini
dapat menimbulkan kepanikan di masyarakat.
3) Penyebaran informasi yang salah (misinformasi).
Informasi yang salah adalah informasi yang dinyatakan
salah berdasarkan bukti otentik yang ada, terkait COVID-19.
Misinformasi dengan mudah diperkuat oleh media
sosial. Pandemi COVID-19 telah menghasilkan rumor
dan teori konspirasi yang tidak berdasar terkait dengan
asal virus, cara penularannya, pilihan untuk mencegah
dan mengobatinya, dan tindakan yang diambil atau tidak
diambil pemerintah untuk membatasi penyebarannya.

58
WHO menyebut penyebaran informasi yang salah dan
masif melalui media sosial terkait COVID-19 sebagai
infodemic.

Dalam merumuskan strategi komunikasi publik


COVID-19, pemahaman perilaku menjadi sangat penting
Pemahaman perilaku terkait penanganan COVID-19 terbagi
menjadi dua bagian pemahaman yaitu pemahaman akan
perilaku sebelum terjadinya Pandemi COVID-19 (yang akan
diubah) dan perilaku yang ditargetkan untuk diterapkan
(perubahan perilaku yang diharapkan). Selain itu, perlu
diidentifikasi dengan baik perilaku penentu, yang dapat
mendorong masyarakat untuk meninggalkan perilaku lama,
kepada perilaku yang baru. Perilaku umum yang berlaku di
masyarakat Indonesia sebelum Pandemi, yang ingin diubah,
diantaranya sebagai berikut;
• Senang berkerumun, guyub, baik untuk acara sosial
maupun acara ibadah (shalat jamaah, misa, hingga mudik
ketika Idul Fitri atau saat Natal)
• Tidak terbiasa menggunakan masker (baik kain maupun
medis) pada saat berada di luar rumah atau ruang publik
• Tidak terbiasa bersegera membersihkan tubuh setelah
bepergian atau berada di luar rumah
• Tidak terbiasa mencuci tangan kecuali pada waktu
tertentu seperti akan dan sesudah makan, setelah
berkemih atau buang air besar.

59
Adapun faktor penentu, sebagai pemicu - terkait
penanganan Pandemi COVID-19 - akan adanya perubahan
perilaku adalah sebagai berikut ;
• Belum ada vaksin COVID-19 yang terbukti ampuh untuk
mengatasi penyebaran infeksi COVID-19
• Belum ada obat yang terbukti ampuh untuk menyembuhkan
COVID-19
• Sudah banyak korban jiwa akibat COVID-19
• Penyebaran COVID-19 melalui droplet dari mereka yang
terinfeksi, dengan radius satu hingga dua meter ke orang
sekitarnya
• Penggunaan masker dapat melindungi penyebaran droplet
ke orang lain dan atau masuknya droplet dari orang lain ke
diri kita.
• Virus COVID-19 dapat bertahan hingga waktu tertentu
sebelum melekat kepada inangnya.
• Proses inkubasi yang memakan waktu hingga 14 hari.

Adapun perilaku yang diharapkan berubah - terkait


penanganan COVID-19 - adalah sebagai berikut;
• Masyarakat menggunakan masker selama berada di luar
rumah atau di ruang publik
• Masyarakat menghindari kerumunan, atau acara yang
tidak perlu demi menjaga kesehatan dirinya dan orang
sekitarnya

60
• Menjaga jarak ketika harus melakukan aktivitas di
luar rumah atau bertemu pihak lain sesama anggota
masyarakat
• Selalu mencuci tangan dengan sabun, sebagai bagian
dari personal hygiene.

Setiap perilaku yang ada, perilaku-perilaku yang


dijadikan penentu, hingga mencapai perubahan perilaku
yang diharapkan, harus dapat dijabarkan secara mendalam,
kepada masyarakat sebagai target adopter. Sehingga nantinya
masyarakat dapat mengubahnya perilakunya- pada akhirnya
-secara sukarela. Berikut contoh dari proses Behavioural
Change Communication (BCC);
• Kasus Mudik Idul Fitri bagi Masyarakat Muslim Indonesia,
tradisi ini untuk kelompok masyarakat muslim tertentu,
hampir disamakan sebagai bagian dari kewajiban, yaitu -
diantaranya - kewajiban bersilaturahmi dengan orang tua
atau keluarga di kampung.
• Perilaku yang ingin diubah adalah, membatalkan mudik
selama COVID-19 masih berlangsung dan atau hingga
vaksin sudah ditemukan dan teruji (dapat diberikan
kepada masyarakat umum).
• Faktor penentu, yang dapat dijadikan pijakan pembuatan
pesan adalah, kesiapan fasilitas kesehatan di Jakarta
jauh berbeda dengan fasilitas kesehatan yang tersedia
di kampung halaman masyarakat. Konsekuensi tersebut

61
dapat menyebarkan virus, menginfeksi keluarga/kerabat
di kampung, yang “menghilangkan” makna silaturahmi
dan dapat menjadi kenangan buruk/trauma bagi mereka
yang mengalaminya.
• Para pihak yang dapat diminta untuk menjadi pembawa
pesan kepada masyarakat diantaranya adalah, tokoh
agama, tokoh masyarakat sebagai pendukung dari
kampanye lewat daring, televisi maupun media lainnya.
• Regulasi, perundang-undangan yang mengatur secara
tegas dan ketat larangan mudik pada Idul Fitri , sebagai
bentuk kewaspadaan nasional atas penyebaran virus
COVID-19 . Regulasi tidak hanya harus disosialisasikan
tetapi juga harus ditegakkan aturannya, dengan segala
konsekuensinya (seperti pelibatan TNI-Polri untuk
mengawal regulasi, pelibatan para pegawai Pajak
atau Dispenda untuk menerima denda sebagai bentuk
penerimaan negara bukan pajak, hingga kesiapan sel-sel
di rumah tahanan untuk para pelanggar yang menolak
untuk mengikuti aturan tersebut.
• Ukuran keberhasilan BCC ini adalah, tidak adanya, atau
minimal, terjadinya penurunan arus mudik dari Jakarta ke
luar Jakarta.

62
B. Gambaran Strategi Komunikasi Publik
Komunikasi penanganan COVID-19, dari perspektif
kesehatan masyarakat, adalah suatu aktivitas promosi
kesehatan. Dalam hal ini, promosi kesehatan adalah proses
untuk memungkinkan masyarakat - membuat masyarakat
mampu - meningkatkan kendali atas faktor penentu kesehatan
guna meningkatkan kesehatan mereka. WHO mendefinisikan
dalam Piagam Ottawa, tahun 1986.
Dalam penanganan wabah penyakit di dunia, Anthony
de Mello pernah mengingatkan, jumlah korban bisa menjadi
lima kali lipat, kalau terjadi ketakutan di saat terjadi wabah
penyakit. Seribu orang menjadi korban karena sakit,
sedangkan empat ribu orang menjadi korban karena panik.
Berkaca pada hal tersebut, komunikasi adalah
bagian terpenting dalam menghadapi ancaman pandemi.
Kepercayaan publik perlu dibangun dan dijaga agar tidak
terjadi kepanikan dalam masyarakat dan agar penanganan
dapat berjalan lancar.
Salah satu instruksi yang diberikan Presiden Joko
Widodo adalah Pemerintah harus menunjukan bahwa
Pemerintah serius, Pemerintah siap dan Pemerintah mampu
untuk menangani wabah ini. Persepsi tentang kesiapan dan
keseriusan Pemerintah perlu disampaikan kepada publik
melalui penjelasan yang komprehensif dan berkala, dengan
menjelaskan apa yang sudah dan akan dilakukan oleh
Pemerintah.

63
• Pilar Komunikasi Publik
Berdasarkan Protokol Komunikasi yang ditetapkan
Kantor Staf Presiden (KSP) dijelaskan empat pilar komunikasi
publik terkait COVID-19 , yang meliputi;
1) Himbauan masyarakat tetap tenang dan waspada
2) Koordinasi dengan instansi terkait.
3) Pemberian akses informasi ke media
4) Pengarusutamaan gerakan “cuci tangan dengan sabun”

• Tujuan Komunikasi Publik


Tujuan utama komunikasi publik penanganan Covid-19
ditetapkan dalam kerangka Behavioral Change Communication
yaitu suatu komunikasi publik yang sistematis, repetitif dan
komprehensif dilakukan untuk mengubah suatu kebiasaan
dan perilaku dari target khalayaknya. Melalui komunikasi
perubahan perilaku ini, tujuan utama komunikasi publik
COVID-19 adalah bagaimana dapat mengubah perilaku
masyarakat untuk berperilaku sehat seperti mencuci tangan
pakai sabun selama dua puluh detik, memakai masker dan
menjaga jarak (Social and Physical Distancing). Dengan
penyebaran informasi yang dilakukan secara terus menerus
ada transformasi perubahan perilaku yang hasil akhirnya
dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 di Indonesia.
Pada tataran kognitif, tujuan dari penyampaian pesan
melalui behavioral change communication ini adalah sebagai
berikut ;

64
1) Menciptakan masyarakat yang tenang, dan paham
apa yang mereka harus lakukan bagi lingkungan
terdekatnya;
2) Membangun persepsi masyarakat bahwa Negara hadir
dan tanggap dalam mengendalikan situasi krisis yang
terjadi

• Pendekatan Komunikasi Publik


Behavioral Change Communication adalah pendekatan
komunikasi untuk mempromosikan - terutama sekali - promosi
kesehatan yang memerlukan pendekatan dan pemahaman
mendalam tentang perilaku masyarakat untuk merancang
komunikasi yang persuasif. BCC dianggap sebagai bentuk
turunan dari pemasaran sosial atau kampanye sosial,
sehingga banyak strategi atau pola pemasaran/ komunikasi/
kampanye sosial yang dapat diterapkan. Terdapat banyak
strategi yang dapat digunakan dalam melakukan BCC.
Strategi yang digunakan dalam melakukan komunikasi terkait
penanganan COVID-19 adalah Ideational Communication
Model.
Ideasi mengacu pada bagaimana cara berpikir baru
(atau berperilaku baru) disebarkan melalui komunitas melalui
komunikasi dan interaksi sosial antar individu dan kelompok.
Perilaku dipengaruhi oleh banyak sosial dan faktor psikologis,
serta ketrampilan dan kondisi lingkungan yang memfasililtasi
perilaku guna menerapkan komunikasi perubahan perilaku.
Hal ini dapat dilihat pada kerangka pemikiran Ideational

65
Communication Model sebagai berikut:

Gambar 2.1
Model Ideational Communication

Pelibatan komunitas, interaksi sosial antar individu dan


kelompok, diharapkan dapat menjadikan masyarakat secara
sukarela mengadopsi perilaku atau kebiasaan baru. Pola
komunikasi di dalam model ideasi ini adalah sebagai berikut;
• Intruksional, pada bagian ini dikomunikasikan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali COVID-19
, serta bagaimana cara melindungi diri, keluarga dan
lingkungannya. Diharapkan terjadi perubahan perilaku
setelah masyarakat mengetahui kenapa mereka harus

66
mengubah perilaku dan menegaskan bahwa mereka
mampu mengubah perilaku.
• Direksional, yaitu mengarahkan kepada masyarakat
melalui komunikasi satu arah seperti pelatihan bagi
relawan guna membantu terjadinya perubahan perilaku
dalam masyarakat untuk menghadapi COVID-19 , meminta
relawan untuk bahu membahu membuatkan sarana
sanitasi, agar mereka dapat mencuci tangan dengan baik
di lingkungan rumah tinggal mereka.
• Non directive, dalam hal ini kesukarelaan, dalam hal
ini berupaya melibatkan masyarakat (dengan dibantu
relawan atau petugas fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat) terlibat dalam dialog, interaksi, baik tatap
muka maupun melalui sosial media, untuk melakukan
perubahan perilaku. Contoh terbaik untuk hal ini adalah
ketika seseorang dalam status ODP atau PDP, maka
setiap hari dia akan dajak berdialog, berkomunikasi
dengan relawan atau petugas fasyankes setempat guna
menjaga kesegaran tubuh, kesehatan tubuhnya, aktivitas
ini biasanya dilakukan melalui whatsapp chat atau
whatsapp video call. Upaya ini dilakukan secara teratur,
dapat harian atau per dua hari sekali, sehingga mereka
yang berstatus ODP dan PDP dapat menjaga kesehatan,
mematuhi protokol kesehatan baik untuk dirinya maupun
lingkungannya, sehingga menjadi contoh yang baik bagi
masyarakat di lingkungannya, dan dapat menjadi motor
penggerak di lingkungan tersebut.

67
• Bersifat Publik, baik itu berupa pembuatan regulasi,
penegakannya maupun advokasi. Contoh terbaik
adalah, ketika menetapkan regulasi wajib menggunakan
masker di tempat atau fasilitas umum, mereka yang
tidak menggunakan masker, harus dihukum, baik secara
kurungan maupun denda yang besar, sehingga dapat
menimbulkan jera, baik bagi pelanggar regulasi maupun
masyarakat sekitarnya.

Terdapat kelompok faktor pendukung aktivitas


komunikasi melalui model ideasi, yaitu;
• Kognitif, seperti nilai, keyakinan yang dimiliki individu,
pemahaman resiko atas pentingnya perubahan
perilaku, dan lain-lain.
• Emosional seperti rasa empati pada seseorang
untuk menjaga dirinya dan keluarganya, keberhasilan
mengendalikan diri untuk mematuhi protokol
kesehatan, dan lain-lain.
• Sosial merupakan interaksi sosial diantara sesama
anggota masyarakat yang dapat memaksa seseorang
untuk menggunakan masker ketika dia sedang tidak
sehat, atau persuasi yang dilakukan antar anggota
masyarakat, agar mereka semua dapat mematuhi
protokol kesehatan, terutama sekali pada saat berada
di fasilitas umum.

68
Penerapan model ideasi, sebagaimana bagian dari cara
komunikasi perubahan perilaku atau perubahan sosial, maka
harus disertai dengan pengetahuan mendalam dari pihak yang
akan mengkomunikasikan perubahan tentang budaya target
adopter, risiko yang harus dialami target adopter bila enggan
mengadopsi perubahan perilaku, tata cara penyampaian yang
sesuai dengan target adopter (baik dari segi bahasa maupun
grafis). Tanpa pengetahuan yang mendalam, maka model
ideasi ini tidak dapat diharapkan mencapai tujuannya. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan Dirjen IKP, sebagai berikut

…. Lebih dari itu, narasi dan konten yang kami produksi juga
menyesuaikan dengan selera pasar. Tujuannya supaya pesannya
diterima oleh masyarakat dan kemudian dijadikan pedoman
untuk perilakunya.

69
70
6

Program
dan Realisasi Kegiatan

A. Lini Masa (Timeline) Komunikasi Publik


Sejak diumumkannya kota Wuhan sebagai Epicenter
Covid-19 pada akhir 2019 Ditjen IKP telah melaksanakan
langkah-langkah konkrit dalam menyikapi pelbagai hal
khususnya dalam lingkup komunkasi publik. Secara periodik,
komunikasi publik pun dibuat lebih komperhensif
Gambar 6.1 dengan lini
masa yang disesuaikan dengan kondisi
Lini Masa dan situasi
Komunikasi yang
Publik Awal saat
Pandemi
itu sedang dihadapi:

• Lini Masa Komunikasi Publik Awal Pandemi

Gambar 6.1
Lini Masa Komunikasi Publik Awal Pandemi

71
Pengumuman Kota Wuhan Sebagai Epicenter COVID-19 –
Sekitar bulan Desember 2019
 Koordinasi penanganan CoV antara Kemenko PMK,
Kominfo, KSP, Kemenkes dan stakeholder lainya;
 Penyusunan konten edukatif terkait pencegahan
penyebaran virus, jaga imunitas dan meredam kepanikan
masyarakat

Pasca Pengumuman Kota Wuhan Sebagai Epicentrum


COVID-19 – Sekitar bulan Januari – Februari 2020
 Dukungan sosialisasi terkait pengendalian hoaks;
 Kerjasama dengan LKBN Antara dalam ekspose
pemberitaan terkait WNI di Wuhan dan Natuna
 Diseminasi terbatas pada pintu masuk negara dan wilayah
Kepri .

Pengumuman pasien positif COVID-19 pertama di Indonesia


-- 2 Maret 2020,
 Koordinasi intesif dengan KSP dan Kemenkes;
 Penyebaran konten lebih masif melalui media komunikasi
yang beragam;
 Dukungan Media Centre di Kantor Staf Presiden

Pengumuman pembentukan Gugus Tugas COVID-19 –


Ditetapkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun

72
2020 tanggal 13 Maret 2020
 Koordinasi dengan stakeholder dalam penyusunan tugas
bidang komunikasi publik;
 Dukungan media centre (Live streaming/FMB9 dan Juru
Bahasa Isyarat);
 Diseminasi konten terkait protokol kesehatan.

• Lini Masa Komunikasi Publik PSBB & New Normal

Gambar 6.2
Lini Masa Komunikasi Publik Masa PSBB dan New Normal

73
B. Program Sosialisasi
• Program Sosialisasi Pada Masa PSBB
Sosialisasi bekerjasama dengan pemangku
kepentingan terkait penerapan PSBB. Adapun Pesan:
#BekerjaDiRumah #BelajarDiRumah #BeribadahDiRumah
#TidakMudikTidakPiknik, disebarluaskan menggunakan
media mainstream dan media digital.
• Program Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru
Sosialisasi bekerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait adaptasi kebiasaan baru; Pesan Masyarakat
Produktif dan aman Covid19, disebarluaskan
menggunakan media mainstream dan media digital.
• Program Sosialisasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
dan Bangga Buatan Indonesia
Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui
perlindungan sosial, pemberdayaan UMKM, peningkatan
export dan lain sebagainya. Bangga Buatan Indonesia:
Peningkatan pejualan produk dalam negeri (dengan
aplikasi Bela Pengadaan).Sosialisasi ini menggunakan
media mainstream dan media digital.
• Program Sosialisasi PILKADA 2020 dalam Masa Pendemi
COVID-19
Dukungan atas target partisipasi 77,5% dalam Pilkada
Serentak tahun 2020. Target Masyarakat yang berada
di 9 Provinsi, 224 Kabupaten dan 37 Kota yang
menyelenggarakan Pilkada 2020. Sosialiasi dilakukan
dengan menggunakan media mainstream dan media
digital.

74
C. Kinerja Produksi Konten
Dalam kurun waktu dari Maret – Juli 2020, Ditjen IKP
sebagai bagian dari Gugus Tugas Bidang Komunikasi Publik
telah memproduksi berbagai macam konten yang dibagi
dalam berbagai model, antara lain:
1. Konten berbasis teks dalam bentuk Berita, artikel, teks
untuk messaging platform (WA, telegram, dsb) dan
advertorial, dengan rincian sebagai berikut:
• 3.708 naskah berita (infopublik.id dan Indonesia.
go.id)
• tiga kali advertorial media cetak
• GPRnews edisi Mei 2020
• Komik Komunikasi edisi Corona
• Buku Panduan Cegah Covid-19
• 7 (Tujuh artikel) media
2. Konten berbasis grafis dalam bentuk Infografis dan
Videografis/ Motiongrafis, dengan rincian sebagai berikut:
 1.323 produksi Infografis tentang penanggulangan
Covid-19
 102 motion/videografis/miniclip
3. Konten berbasis audio dalam bentuk Iklan layanan
masyarakat (ILM) dan adlip melalui Radio yaitu 3 Iklan
Layanan Masyarakat melalui media Radio berjejaring
dalam menjangkau masyarakat tertentu.
4. Konten berbasis video dalam bentuk ILM Televisi dan

75
Konten TV, dengan rincian sebagai berikut:
• 37 video pendek, 22 talkshow
• 6 Iklan Layanan Masyarakat
• 6 konten tiktok (CTPS dan Etika Batuk)
5. Pada aspek dukungan kepada gugus tugas, Ditjen IKP
mendukung perihal pelaksanaan live streaming konferensi
pers di BNPB dan produksi infografis sebanyak:
• 392 produksi konten infografis*
• 365 video conference
• Penyediaan tenaga profesional
Aktivitas ini merupakan kolaborasi dengan Relawan
TIK, Stafsus Milenial, Indonesia Baik, cFds UGM, LSPR
dan Siberkreasi
6. Hubungan media, ini aspek penting sebagai intervening
variable dalam penyebaran informasi publik secara masif.
Ditjen IKP melakukan pertemuan Pemimpin Redaksi
sebanyak 5 (lima) kali dalam kurun waktu Maret s/d Juli
2020

D. Kinerja Diseminasi Informasi


• Kinerja Diseminasi Informasi secara Umum
Sebagai upaya penanganan dan pemulihan dampak
pandemi COVID-19, komunikasi publik difokuskan dengan
tema dan konten terkait COVID-19. Pemerintah membentuk
Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dengan salah satu

76
tujuannya yaitu mendorong perubahan perilaku masyarakat
secara sistematis dan komprehensif untuk memutus mata
rantai penyebaran COVID-19 melalui pelayanan informasi dan
komunikasi publik (PIKP).
Pemerintah berkolaborasi dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk merumuskan pesan utama: disiplin,
gotong royong, optimis, dan positif. Selain itu juga
mendukung penyebarluasan informasi mengenai COVID-19
yang menargetkan kewaspadaan dini, mengurangi kepanikan
masyarakat dan adaptasi kebiasaan baru, bekerja sama
dengan K/L terkait.
Pengendalian hoaks virus corona juga terus dilakukan
dengan pendekatan terintegrasi melalui jejaring kerja sama
pentahelix, melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik
lembaga pemerintah maupun nonpemerintah (komunitas
masyarakat, kalangan akademisi, dunia usaha dan
media). Adapun kinerja diseminasi informasi publik terkait
penanganan COVID-19 sampai dengan bulan Juni 2020
adalah sebagai berikut:
No Media Jumlah Konten Jangkauan
1 Media Sosial 1447 Konten 22.147.571
2 Media Online 4245 Konten 53.847.330
3 Media Elektronik 79 Spot 13.714.974 pemirsa

(TV & Radio Jarin-


gan Nasional)
4 Webinar 13 Kali 2.600 peserta
5 Livestream Forum 269 Kali 104.893.394 pemirsa
Merdeka Barat 9

77
• Diseminasi Berbasis Media Penyiaran
1. Layanan Streaming Konferensi Pers melalui program
Forum Merdeka Barat (FMB)9
Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) adalah kanal atau
medium untuk mempertemukan media dengan narasumber
pemerintah. Tujuan FMB 9 adalah untuk mengarusutamakan
kebijakan dan program pemerintah agar dapat
terdiseminasikan secara masif melalui media massa.
Dengan cara tersebut, pemahaman dan dukungan
masya rakat terhadap kebijakan dan program pemerintah
diharapkan akan meningkat. Program FMB9 muncul dengan
menggabungkan beberapa konsep komunikasi menjadi satu
kesatuan, yaitu komunikasi dalam bentuk konferensi pers,
komunikasi dalam bentuk diskusi publik,dan komunikasi
sosial media. Tiga rangkaian komunikasi diperkuat dengan
riset monitoring media dan analisis konten sebagai kekuatan
narasi yang dihasilkan.
Sebagai ajang diskusi pemerintah sangat penting
untuk menekankan arah diskusi mengalir. Sehingga, tujuan
untuk dapat menyuarakan narasi pemerintah dapat dicapai.
FMB9 sendiri menangani proses komunikasi dari hulu –
hilir. Mulai dari aktivitas riset, penetapan agenda setting,
penyelenggaraan diskusi terframing, pembuatan konten,
publikasi konten, media mainstream dan media social
treatmen, hingga monitoring pemberitaan.
Selama periode Januari - Juni 2020 FMB9 telah
melakukan 4 kali kegiatan konfrensi pers/diskusi terkait
penanganan Covid-19. Kegiatan tersebut mampu menjangkau

78
20.017.500 orang melalui berbagai media yang ikut hadir dan
memberitakan kegiatan ini. Berikut tema-tema yang diangkat
dalam kegiatan FMB9:
Tema Waktu
Antisipasi Penyebaran Corona Kamis, 30 Jan 2020
SP2020 : Satu Data Indonesia Kamis, 13 Februari 2020
Polemik: Sains, Covid 19. dan Ko- Jumat, 3 Juli 2020
munikasi Publik
Antisipasi Karhutla di Pusaran Pan- Jumat, 17 Juli 2020
demi
Kegiatan-kegiatan FMB9 juga ikut dipublikasikan
melalui kanal media sosial serta melalui metode live stream.
Penggunaan platform ini juga sebagai salah satu cara dalam
memperluas jangkauan atas penyebarlausan kegiatan FMB9.
Selama periode Januari - Juni 2020 tercatat telah diproduksi
sebayak 582 konten di media sosial FMB9 yang dapat
menjangkau 11.048.778 orang. Sementara untuk live forum
dilakukan sebanyak 269 kali dengan jangkauan 104.893.394
pemirsa.

2. Penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dan Talk


Show
Penayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Tak Show
di media penyiaran (televisi dan radio) yang dilakukan selama
periode Maret s/d Juli 2020 adalah sebagai berikut :
1) Penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di
media Metro TV dan CNN Indonesia dengan 75 spot
menjangkau 42 juta pada bulan Maret s.d Juni 2020.

79
Selain itu, produksi konten covid pada GPR News Edisi
Mei 1.053.963 viewer.
2) Penayangan ILM di Radio (MNC Radio, RDI, MRA,
KBR68 dan Radio Berjaringan Nasional) menjangkau
14,4 Juta pendengar. Advertorial Media Cetak
Nasional (Kompas, Republika) & Lokal (99 Mitra Lokal
LKBN Antara);
3) Talkshow Persiapan Adaptasi Kebiasaan Baru
(Kompas TV, TV One, Metro TV) berjumlah 4 kegiatan

• Diseminasi Berbasis Media Lini Bawah


Diseminasi informasi publik penanganan COVID-19
juga dilakukan melalui media lini bawah yang mencakup
media luar ruang di area -area publik. Berikut uraiannya :
1) Penayangan billboard (Out of Home) pada 8 bandara
sebanyak 1.050 spot dan Giant banner di Lingkungan
Kementerian Kominfo
2) Pemasangan Baliho mengenai pencegahan
penyebaran Covid-19 pada 12 kota prioritas
3) Standing banner pada rumah sakit, stasiun MRT dan
49 stasiun di Jabodetabek
4) Penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di Bus
Transjabodetabek (PPD) sebanyak selama 1 bulan

• Diseminasi Berbasis Media Baru


Diseminasi informasi penanganan COVID-19 dilakukan
dengan mengoptimalkan media berbasis internet dan media

80
social. Berbagai kegiatan diseminasi tersebut meliputi;
1) Pendidikan Karakter Pancasila (Pendekar Pancasila)
dalam rangka mendukung pencegahan penyebaran
Covid-19.
Pendekar Pancasila merupakan akronim dari
Pendidikan Karakter Pancasila. Ini merupakan salah satu
program dimana narasi terkait nilai-nilai Pancasila menjadi
konten utama. Produk dari Pendekar Pancasila meliputi
infografis, motiongrafis, videografis yang disebarkan melalui
media sosial Ditjen IKP. Adapula kegiatan diseminasi tatap
muka langsung kepada masyarakat. Selama periode Januari
- Juni 2020 Pendekar Pancasila telah memproduksi sebanyak
90 konten baik infografis, motiongrafis dan videografis yang
telah dapat menjangkau 2.174.736 orang.

Sumber: https://twitter.com/gnfi/status/1264095891499020288?lang=en

81
2) Placement Banner Digital di Media Online Nasional dengan
total Exposure 18 juta orang
3) Jangkauan konten Tiktok mencapai 8 juta untuk konten
cuci tangan pakai sabun pada akun tiktok @djikp
4) Akun Indonesiabaik.id
Indonesiabaik.id merupakan kanal komunikasi publik
pemerintah berbasis media sosial (ig, fb, ytb, tw) dan situs
(indonesiabaik.id) yang dikelola pemerintah. Konten utama
Indonesiabaik adalah data kinerja, program, dan kebijakan
pemerintah yang dikemas dalam format grafis (infografis,
motiongrafis, videografis, komik, & ebook).
Target audiens Indonesiabaik adalah anak muda
Indonesia (generasi milenial), dimana visi Indonesiabaik
adalah “Menjadi Rujukan Utama Anak Muda tentang Data
Pemerintah”. Selama periode Januari - Juni 2020 telah
menjangkau 39.000.000 orang

5) Komik Komunikasi
Komik Komunika adalah program yang ditujukan kepada
masyarakat yang masih terbatas mendapatkan akses internet,
sehingga diperlukan medium baca tercetak, terutama daerah-
daerah terpencil. Paket informasi ini dikemas kedalam bentuk
komik untuk menyampaikan program prioritas pemerintah
dalam bentuk visualisasi yang lebih mudah dipahami oleh
semua kalangan. Informasi disampaikan dengan gaya yang
sangat sederhana.

82
Pilihan bentuk komik menjawab kebutuhan perubahan
pola komunikasi kalangan milenial yang sudah berupa visual.
Dalam distribusinya produk Komik Komunika menggandeng
komunitas Pustaka Bergerak Indonesia yang memiliki 2.744
Simpul Taman Baca yang tersebar di seluruh Indonesia.
Produk ini juga ditayangkan melalui kanal IndonesiaBaik.id
yang dikelola oleh Ditjen IKP.
Selama periode Januari - Juni 2020 Komik Komunika
telah memproduksi sebanyak 1 edisi dengan tema Teror
Corona. Produk tersebut telah diunduh sebanyak 1186 kali
dengan jumlah viewer 8.390.976

Sumber : http://indonesiabaik.id/media/member-group/292

6) Situs www.indonesia.go.id
Portal Indonesia merupakan “halaman depan” Negara
Kesatuan Republik Indonesia di duniamaya. Portal Indonesia
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara utuh

83
tentang Indonesia untuk memberi informasi kepada
masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri sebagai
upaya nation branding dengan tagline Proud of Indonesia.
Visi dan misi dari Indonesia.go.id adalah menjadi
media informasi dan layanan pemerintah serta portal rujukan
dunia tentang Indonesia yang akurat dan terpercaya untuk
merepresentasikan keIndonesiaan;
a) Membangun reputasi nasional melalui nation branding
(Pariwisata, Masyarakat, Budaya dan Tradisi, Investasi
dan Imigrasi, Tata Pemerintahan, Perdagangan).
b) Menarik masyarakat luar negeri untuk berinvestasi,
berwisata dan membangun relasi sosial di Indonesia.
c) Menyampaikan program dan capaian kinerja
pemerintah.
d) Menyajikan data yang dibutuhkan masyarakat baik di
dalam maupun di luar negeri.
e) Memberikan informasi kebijakan pemerintah dan
layanan publik (tata cara perijinan, pengurusan
kependudukan, dll).
f) Mendorong partisipasi masyarakat.
g) Memberikan informasi yang tepat, mendalam, akurat
dan terpercaya segala tentang Indonesia.

Target khalayak dari portal ini sangat luas antara lain;


publik secara umum, jurnalis, kelompok strategis seperti
kedutaan-kedutaan, akademisi dan komunitas ekonomi.
Selama periode Januari - Juni 2020 Indonesia.

84
go.id telah memproduksi sebanyak 227 berita berbetuk
straight news. Berita-berita yang diporudksi tersebut telah
menjangkau sebanyak 5.338.998 orang.

Sumber : https://indonesia.go.id/layanan/kesehatan/ekonomi/
panduan-sehat-sektor-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif

7) Situs www.infopublik.id
Infopublik merupakan media online yang berisi berita
(straight news) dari sudut pandang berbeda dan informasi
tentang Layanan Publik baik dari Pemerintah Pusat maupun
Daerah dengan visi menjadi media rujukan nasional dan
internasional tentang informasi layanan publik di Indonesia.
Visi yang ingin dicapai adalah kehadiran IP bisa menjadi
rujukan nasional dan internasional terkait informasi layanan
publik.
Selama periode Januari - Juni 2020, Infopublik.id telah
memproduksi sebanyak 3552 berita berbetuk straight news.

85
Berita-berita yang diporudksi tersebut telah menjangkau
sebanyak 1.127.356 orang.

8) Akun media sosial @djikp, @infokompmk, dan OA @LINE


Kemkominfo
Informasi diseminasi juga disebarluaskan melalui
akun-akun media sosial yang dimiliki oleh Ditjen IKP.
Selama periode Januari - Juni 2020 tercatat telah disebar
sebanyak 350 konten dengan jangkauan 8.864.907

9) Webinar Adaptasi Kebiasaan baru


Forum diskusi melalui daring juga menjadi salah satu
platform yang digunakan dalam melakukan diseminasi
informasi terkai penanganan Covid-19. Pada periode
Januari - Juni 2020 tercatat telah dilaksanakan 13 kali
kegiatan Webinar dengan peserta sebanyak 2.600 orang

10) Forum Pemimpin Redaksi (Forum Pemred)


Kesamaan narasi dalam komunikasi publik merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Adanya ketidaksamaan persepsi
seringkali membuat suatu pesan sering kurang tepat saat
ditafsirkan. Dalam periode pandemic Covid-19, hubungan
dengan para pelaku industri media merupakan hal yang juga
perlu diperhatikan.
Tercatat telah dilakukan 5 kali pertemuan dengan para
pemimpin redaksi media-media nasional guna menyelaraskan

86
persepsi terkait komunikasi publik pemerintah dalam
penanganan Covid-19. Berikut rinciannya:

No Kegiatan Tanggal
1 Forum Pemred di Hotel Borobudur 3 Maret 2020
2 Video conference 3 April 2020
3 Video conference 9 Mei 2020
4 Forum Pemred 21 Mei 2020
5 Pertemuan dengan Jubir baru 3 Juni 2020

11) Jaringan Kelembagaan


Penyebaran informasi juga dilakukan melalui jaringan
kelembagaan serta para pemangku kepentingan meliputi
Penyediaan Juru Bahasa Isyarat untuk Konfrensi Pers,
Penyebaran melalui Jaringan, Bakohumas, Dinas Kominfo,
Satgas media sosial, Provinsi/Kabupate/Kota, Sinergi Media
Sosial Aparatur Negara (SIMAN) dan Penyuluh Informasi
Publik (PIP). Serta Kerjasama dengan LKBN ANTARA dengan
pembuatan 596 konten dan placement di 99 media lokal.

Gambar 6.3
Penyebaran Informasi melalui Jaringan Kelembagaan

87
Data detail mengenai capaian kinerja dapat diakses melalui
:https://k-cloud.kominfo.go.id/s/PwRPZSyHSJ3MsMX

• Dukungan Gugus Tugas berbasis Penyediaan Sumber


Daya Manusia (SDM) profesional
Sebagai bagian dari Gugus Tugas, Ditjen IKP
Berkoordinasi langsung dengan para pemuda yang
berlatarbelakang dari Organisasi Kepemudaan yang berbeda-
beda, untuk terjun langsung ke lapangan melakukan kegiatan
kerelawanan baik bersifat penyaluran Alat Pelindung Diri
(APD), makanan, sembilan bahan pokok (sembako) dan
penyampaian data informasi yang valid mengenai Covid-19.
Tentunya dari keseluruhan ini perlu adanya kerjasama
yang baik diantara Tim Gugus Tugas, baik Tim Media Sosial,
Relawan Covid-19, organisasi masyarakat sipil, dan pegiat/
relawan informasi.
Lingkup Tanggung-Jawab dukungan SDM profesional
dalam mendukung Gugus Tugas meliputi
1. Menyampaikan Informasi data mengenai COVID-19 yang
dibuat oleh Tim Komunikasi Publik kepada organisasi-
organisasi masyarakat, tidak terkecuali kepada para
Organisasi Kepemudaan dan Mahasiswa.
2. Adanya informasi yang akurat langsung dari Tim
Gugus COVID-19 kepada Organisasi Kepemudaan dan
Mahasiswa maupun organisasi masyarakat yang berada
di berbagai daerah.

88
3. Menjadi perantara antara Gugus Tugas dengan organisasi
Kepemudaan dan organisasi lainnya di masyarakat
melalui kordinasi penyampaian Informasi data antara Tim
Gugus Tugas dengan Organisasi Kepemudaan maupun
organisasi lain yang berada di Masyarakat.
4. Menangani keluhan atau menyampaikan harapan-harapan
lain yang ingin disampaikan kepada Gugus Covid-19
5. Memfasilitasi diskusi terbuka agar bisa dipahami oleh
masyarakat. Seperti Millenial Fest bersama kepala
BNPB, bersama para Relawan Influencer, dan beberapa
organisasi kepemudaan.
6. Para Relawan Kepemudaan membantu menyiarkan
informasi di grup-grup kepemudaan maupun organisasi
masyarakat lainnya.

89
Gambar 6.4
Poster Kegiatan Diksusi dan Milienial Fest

Target capaian dari dukungan gugus tugas berbasis SDM


Profesional meliputi;
1) Tersedianya informasi terbaru yang beredar di masyarakat
mengenai Pandemi Covid-19 yang akan dibantu oleh Tim
Media Sosial agar informasi tersebut dapat tersampaikan
dengan konten-konten yang menarik yang telah dibuat
oleh Tim Dapur Gugus Tugas Covid-19.
2) Organisasi Kepemudaan, organisasi kemahasiswaan, dan
organisasi masyarakat yang berada di seluruh daerah
yang ada di Indonesia dapat membantu Tim Gugus Tugas

90
Covid-19 untuk menyampaikan informasi dan ikut terjun
langsung dalam hal kerelawanan seperti penyaluran
bantuan, dll.
3) Dapat menjadi perantara yang baik antara Tim Gugus
Tugas Covid-19 dengan seluruh masyarakat maupun
organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia.

• Dukungan Gugus Tugas melalui Tim Sosialisasi Covid-19


(Tim-4)
Tim Sosialisasi Covid-19 (Tim-4) memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi penugasan Tim Sosialisasi Covid-19
terkait dengan identifikasi usulan isu/ tema yang relevan dan
penting untuk dilakukan sesuai skala prioritas dan kondisi saat
itu, Dalam melakukan pengerjaan kegiatan di Tim-4 terkait
dengan kanal-kanal media sosial Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, langkah awal yang dilakukan adalah
merapihkan aset-aset kanal digital yang dimiliki dan dikelola
oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Dalam pelaksanaan proses ini dilakukan identifikasi
beberapa kanal digital/ media sosial yang yang digunakan
untuk kebutuhan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19, terdiri dari kanal Twitter, Facebook Page, Facebook
Group, Youtube Channel, Instagram. Aset digital/ media sosial
yang disiapkan pondasinya dan kegiatan komunikasinya
adalah akun Instagram @lawancovid19_id (https://www.
instagram.com/lawancovid19_id/).

91
Sebagai akun yang baru dibuat, tentunya akan sangat
sulit untuk konten yang diunggah dapat terbaca oleh publik
(kecuali melalui iklan berbayar, yang mana pada saat akun
ini dibuat, tim tidak memiliki sumber daya pendanaan dan
belum terjadi kerjasama dengan Facebook Indonesia). Itu
sebabnya, sebagai Koordinator Tim Sosialisasi Covid-19 (Tim-
4), mempelajari perilaku platform Instagram dan alogritma
terkait tipe dan karakter konten yang akan diprioritaskan oleh
algoritma Instagram untuk dibaca oleh publik.
Berikut hasil rangkaian kegiatan IG Live berkolaborasi
bersama tim pakar media:
Media Rupa Konten
Live IG

92
Live IG

Live IG

93
Live IG

Live IG

94
Live IG

Selain itu Tim-4 juga melakukan kerjasama dengan


TikTok dalam menyebarluaskan konten-kontennya. Berikut
ini adalah hasil kampanye #MudikOnline kolaborasi antara
Gugus Tugas Covid-19 bersama TikTok Indonesia di dalam
platform TikTok:
Media Rupa Konten
TikTok

95
TikTok

Kampanye #mudikOnline di TikTok tembus 391,9 juta


views (bahkan mengalahkan kampanye #banantrend). Hal
ini turut membantu meningkatkan penyebaran informasi
mengenai ajakan tidak mudik.
Figur publik yang turut serta di dalam kampanye
#mudikonline ini juga sangat variatif, hal ini juga untuk
menunjukkan bahwa ajakan untuk tidak mudik dan untuk
#mudikonline dilakukan oleh semua kalangan dan oleh
semua pihak, antara lain: Cak Lontong, Ustadz Solmed, Wakil

96
Presiden Republik Indonesia Kyai Haji (KH) Ma’ruf Amin,
Menko Polhukham Mahfud M.D., Ustadz Haikal Hassan,
Deddy Corbuzier, Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia
Bapak Jusuf Kalla, Ustadz Abdul Somad, Yuni Sara, Deddy
Dhukun, Slank, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 Doni Manardo, Eyang Titiek Puspa, Gubernur Jawa
Barat Ridwan Kamil.
Tentunya, ada beberapa kampanye lain di kanal media
sosial seluruh Kementerian dan Lembaga (K/L) bersama-
sama dengan tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 untuk melakukan ajakan tidak mudik. Hasil dari
kolaborasi berbagai pihak, Kementerian dan Lembaga ini
dapat dilihat dari kegiatan mudik di tahun 2020.
Setelah dilakukan kampanye ajakan untuk tidak mudik
melalui kanal TikTok dengan pesan #mudikonline, tantangan
berikutnya adalah potensi penyebaran Covid-19 saat Malam
Takbiran. Umumnya disaat Malam Takbiran, masyarakat akan
turun ke jalan merayakan hari kemenangan dengan Takbiran
sambil keliling kota, keliling komplek, dst. Hal ini bisa menjadi
momentum penyebaran Covid-19.
Tepat pada hari sidang isbat yang menentukan hari
Raya Idul Fitri, pada saat rapat besar pertama di Ruang
Serbaguna Sutopo Purwo Nugroho lantai 15 Gedung Graha
BNPB dengan nomor undangan rapat: UND.173/BNPB/D
II/PK.03.02/05/2020 pada hari Jumat 22 Mei 2020, salah
satu yang dibahas saat pertemuan meeting tersebut adalah
mengenai antisipasi Malam Takbiran. Sebagai Koordinator

97
Tim Sosialisasi Covid-19 (Tim-4) turut mendukung usulan
kampanye Takbiran Online dan menyampaikan ide-ide
bagaimana melakukan eksekusi dan pesan yang cocok untuk
ajakan Takbiran Online.
Langkah strategis yang dilakukan adalah menghubungi
jejaring-jejaring yang relevan untuk melakukan pelaksanaan
kegiatan ini. Ada empat jejaring dengan klaster yang
berbeda-beda dihubungi antara lain, klaster jejaring simpul
relawan di bawah Sekretariat Gugus tugas Relawan Covid
19 berkoordinasi dengan Joanes Joko, Jejaring Seribu untuk
Indonesia berkoordinasi dengan Deteksi Koko, Jaringan
Rumah Millenials dan Komunitas Lintas Karya XYZ, Jaringan
Siberkreasi, Jaringan Forum Demokrasi Digital, Jaringan
Sahabat Budaya.
Dari sini untuk Jaringan simpul relawan dibawah
Sekretariat Sekretariat Gugus tugas Relawan Covid 19
berkoordinasi dengan Joanes Joko, Jejaring Seribu untuk
Indonesia berkoordinasi dengan Deteksi Koko, masing-
masing jejaring membuat Takbiran Online sendiri-sendiri
di dalam jejaring mereka sambil berkoordinasi dengan
Koordinator Tim Sosialisasi Covid-19 (Tim-4). Selain itu Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga berkolaborasi
bersama Rumah Millenials dan Siberkreasi melakukan
Takbiran Online.

98
Tim Sosialisasi Covid-19 (Tim-4) juga menjalin
koordinasi dan kolaborasi bersama dua institusi pendidikan
yang bersedia untuk melakukan kerjasama bersama tim
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, antara
lain STMM Yogyakarta dan LSPR. Bersama Tim dari STMM
Yogyakarta telah dilakukan koordinasi dan kolaborasi untuk
pembuatan konten dan distribusi konten di kanal-kanal media
sosial dan chatting platform di Whatsapp Group. Koordinasi

99
dilakukan di Whatsapp Group, ada 8 kelompok dari STMM
Yogyakarta yang berkolaborasi dan bekerjasama Tim
Sosialisasi Covid-19 atau disebut juga Tim-4.
Mereka berperan sebagai pembuat konten, baik desain
poster digital, video, maupun copywriting untuk postingan di
Whatsapp. Semua konten yang mereka buat akan diunggah
dan disebar di kanal-kanal media sosial yang mereka miliki.
Hal ini akan berfungsi sebagai penyebaran lingkar dan
klaster pemirsa yang lebih variatif dan membuat penyebaran
konten lebih meluas. Berikut uraian media dan rupa konten
sosialisasi:
Media Rupa Konten
Infografis Med-
sos

100
Infografis Med-
sos

Infografis Med-
sos

101
Infografis Med-
sos

Video

102
Video

Tweet

103
Posting di Face-
book

104
7

Feedback dari Masyarakat

U
ntuk mengetahui efektivitas kegiatan komunikasi
publik terkait penanganan COVID-19, maka
telah dilakukan survei persepsi publik. Survei
dimaksudkan untuk mendapatkan feedback atau umpan
balik dari masyarakat terhadap aktivitas komunikasi publik
penanganan COVID-19. Survei ini dilakukan terhadap populasi
yang berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta
dan Tegal berdasarkan rasionalisasi jumlah masyarakat yang
terpapar COVID-19 di wilayah tersebut sampai dengan akhir
bulan Agustus tahun 2020. Sampling dilakukan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu berdasarkan sebaran wilayah
yang terinfeksi Covid-19 yang masuk dalam kategori tinggi,
sedang dan rendah.

A. Profil Responden
Profil responden yang diteliti meliputi sebaran wilayah (kota)
asal responden, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
status pernikahan, intensitas responden mencari informasi

105
mengenai Covid-19 dalam sehari, dan sumber informasi
utama/prioritas yang digunakan untuk mencari informasi
perkembangan Virus Covid-19.

Gambar 7.1. Sebaran Sampel Berdasarkan Kota

Gambar 7.2. Usia Responden

106
Gambar 7.3. Jenis Kelamin

Gambar 7.4. Pendidikan

107
Gambar 7.5 Pekerjaan

Gambar 7.6. Status Pernikahan

108
Gambar 7.7 Intensitas Mencari Informasi Covid-19 dalam
Sehari

Gambar 7.8. Media yang digunakan untuk Mencari Informasi

109
B.Hasil Survei
Secara garis besar survei dilakukan untuk mengetahui
dua hal berikut:
1) Persepsi masyarakat terhadap pesan;
2) Persepsi masyarakat terhadap sumber pesan
mengenai penanganan Covid-19.
Kedua hal tesebut kemudian digambarkan melalui dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah.

• Persepsi Responden Terhadap Pesan


Berdasarkan tabel dan gambar berikut ini, dapat
diketahui tanggapan responden terhadap faktor pesan paling
banyak berada pada kategori Tinggi (58,1%), dan sisanya
terkategori Rendah (41,9%).

Gambar 7.9. Kategori Penilaian Terhadap Faktor Pesan

110
Hal ini menunjukkan, kualitas pesan yang disampaikan
juru bicara dalam menyampaikan pesan mengenai
penanganan Covid-19 dinilai baik. Namun demikian masih
ditemukan hampir setengah dari responden yang memberikan
nilai “rendah” sehingga masih perlu ditingkatkan kualitas
pesan. Sebagaimana tercermin dari jawaban informan dalam
wawancara mengenai informan lebih berharap pesan agar
dikemas lebih menarik dan informatif bagi semua kalangan.
Hal ini dikarenakan, untuk keadaan di lapangan saat
ini, meski diberlakukannya PSBB, orang tetap menjalankan
aktivitas seperti biasa. Bahkan, beberapa informan
menyampaikan bahwa informasi yang disampaikan oleh
pemerintah cenderung tidak terbuka, dengan kata lain, masih
ada informasi yang ditutupi. Hal ini mengakibatkan, publik
memiliki kecenderungan tidak percaya pemerintah.

• Persepsi Responden Terhadap Sumber Pesan


Berdasarkan tabel dan gambar di bawah, diketahui
bahwa tanggapan responden terhadap faktor sumber paling
banyak terkategori Tinggi (60%), dan sisanya terkategori
Rendah (40%). Adapun sumber pesan yang dimaksud adalah
narasumber dari pemerintah yang menyampaikan pesan
terkait penanganan COVID-19.

111
Gambar 7.10. Kategori Penilaian terhadap Faktor Sumber/
Komunikator

Hal ini menunjukkan, kualitas sumber/komunikator/juru


bicara dalam menyampaikan pesan mengenai penanganan
COVID-19 dinilai baik. Namun demikian masih ditemukan
cukup banyak responden yang menilai kurang yakni hampir
setengahnya, yang menunjukkan bahwa masih diperlukan
peningkatan kualitas sumber baik dari sisi keahlian, tingkat
kepercayaan maupun daya tariknya.

C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian survei komunikasi publik
dalam penanganan COVID-19 berikut sejumlah rekomendasi
yang bisa ditawarkan:
1) Mengingat COVID-19 masih terus berkembang,
kementerian/lembaga hendaknya dapat berkoordinasi
untuk menyiapkan komunikator yang dapat

112
menyampaikan pesan kepada publik, komunikator harus
memiliki keahlian, kompetensi dan kredibilitas. Pemilihan
ini akan membuat informasi mengenai covid-19 akan
lebih jelas diterima oleh publik. Kementerian/Lembaga
(K/L) bisa saja memilih banyak komunikator, namun
komunikator tersebut tetap memegang “principle of one
voice”.
2) Kementerian/Lembaga (K/L) dapat menyediakan kanal
tunggal informasi yang dapat diakses oleh publik. Kanal
tunggal informasi juga menjadi sumber rujukan informasi
seputar COVID-19. Dalam penyajiannya dapat digunakan
visualisasi yang menarik tanpa mengurangi substansi
informasi sehingga dapat membangun kepercayaan
publik atau public trust bahwa pemerintah (kementerian/
lembaga) dapat menangani Covid-19.
3) Penanganan COVID-19 memerlukan kolaborasi di
semua sektor kementerian/lembaga. Hal utama yang
harus menjadi perhatian seluruh Kementerian/Lembaga
(K/L) bahwa COVID-19 merupakan krisis yang menjadi
perhatian utama untuk segera bisa diselesaikan oleh
karena itu varian informasi mengenai COVID-19 harus
dikelola dengan mengedepankan prinsip transparansi.

113
114
Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah
• Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)

Peraturan Presiden
• Peraturan Presiden No. 52 tahun 2020 tentang
Pembangunan Fasilitas Observasi dan Penampungan
Dalam Penanggulangan COVID-19 atau Penyakit Infeksi
Emerging di Pulau Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau
• Peraturan Presiden No.82 tahun 2020 tentang Komite
Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional

Keputusan Presiden
• Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 19
(COVID-19)
• Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Perubahan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020
tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 19 (COVID-19)
• Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang

115
Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus
Disease 19 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional

Peraturan Menteri
• Peraturan Menteri Kesehatan No 9 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Keputusan Menteri
• Keputusan Menteri Kesehatan HK 01.07/ Menkes/413
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
COVID-19

Pedoman
• Protokol Komunikasi Publik, Kantor Staf Presiden RI,
Maret 2020
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19,
Kementerian Kesehatan, Maret 2020
• Pedoman Umum Menghadapi Pandemi COVID-19 bagi
Pemerintah Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Maret
2020
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19,
Kementerian Kesehatan, Juli 2020

116
Literatur
• Health Communication Capacity Collaborative, Ideational
Communication Model
• Unicef, Strategic Communication for Behavioral Change in
Southeast Asia The United Nations Children’s Fund (UNICEF)
Regional Office for South Asia, February 2005
• Minh Hao Nguyen , Jonathan Gruber, Jaelle Fuchs , Will
Marler, Amanda Hunsaker, and Eszter Hargittai , Changes
in Digital Communication During the COVID-19 Global
Pandemic: Implications for Digital Inequality and Future
Research Social Media + Society July-September 2020: 1
• BNPB & Universitas Indonesia, Pengalaman Indonesia
Dalam Menangani Wabah COVID-19 Januari-Juli 2020,
Agustus 2020

Laporan
• Situasi Terkini Perkembangan COVID-19 Kementerian
Kesehatan RI periode Maret s/d Juni 2020
• Laporan Kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Juni 2020
• Laporan Hasil Akhir Survei Persepsi Publik Tentang
Komunikasi Pemerintah Dalam Penanganan COVID-19
Tahun 2020

117
118
Tentang Penulis

Prof. Dr. Widodo Muktiyo lahir di


Klaten, 27 Februari 1964. Kini, ia
menjabat sebagai Direktur Jenderal
Informasi dan Komunikasi Publik
Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI. Penulis menyelesaikan
pendidikan sarjana ilmu komunikasi
dari Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gajah Mada (UGM)
pada tahun 1987 dan sarjana ekonomi dari Universitas Islam
Indonesia tahun 1988. Selanjutnya, penulis menyelesaikan
studi pascasarjana di Universitas Indonesia (UI) tahun
1995. Penulis meraih gelar Doktor dari program Doktor Ilmu
Komunikasi UI tahun 2007.
Prof. Dr. Widodo Muktiyo mengawali karirnya sebagai
dosen komunikasi Universitas Negeri Surakarta tahun 1988 .
Di tahun 2010, Ia diangkat menjadi Asesor Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Jabatan sebagai
Asesor BAN PT masih dipegang hingga kini. Prof Dr Widodo
Muktiyo pernah menjabat sebagai ketua Ikatan Sarjana Ilmu
Komunikasi (ISKI) Jawa Tengah periode 2015-2020. Ia juga
pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Kehormatan BPP
Perhumas periode 2017-2020. Di tahun 2015, Prof Dr Widodo

119
Muktiyo menjabat sebagai asesor SKKNI Kompetensi
Kehumasan dari LPS RI. Pada periode 2015-2019, Prof Dr.
Widodo Muktiyo menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang
Perencanaan dan Kerjasama UNS. Prof. Dr. Widodo Muktiyo
juga pernah aktif di Muhammadiyah. Di Muhamadiyah, Prof
Dr Widodo Muktiyo menjabat sebagai Anggota Majelis DIKTI
PP Muhammadiyah.
Sepanjang perjalanan karirnya sebagai akademisi, Prof.
Dr. Widodo Muktiyo meraih berbagai penghargaan. Ia pernah
menerima penghargaan dosen berprestasi UNS pada tahun
2008. Di tahun 2013. Prof. Widodo meraih penghargaan
Member of International Public Relations (MIPR) dari BPP
Perhumas. Prof. Widodo juga pernah menerima PR Award
for Educators dari London School of Public Relations (LSPR)
pada tahun 2014. Selang dua tahun kemudian (2016), Prof.
Widodo mendapatkan penghargaan dari Perhumas sebagai
pelopor pendidikan kehumasan Indonesia. Terakhir (2018),
Prof Widodo mendapatkan penghargaan kehormatan Satya
Lencana Karya Satya XXX dari Presiden RI.

120

Anda mungkin juga menyukai