Anda di halaman 1dari 8

I.

TUJUAN PERCOBAAN
- Membuat dan mempraktikan alat yang dibuat sendiri sesuai dengan percobaan Boyle
- Membuktikan hukum Boyle, bahwa PV bernilai konstan

II. LANDASAN TEORI

Hukum Robert Boyle (1662)


"Jika suatu (kuantitas) dari sesuatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) mempunyai
temperatur yang konstan, maka juga hasil kali (volume) dan tekanannya merupakan bilangan
konstan".
Hukum Boyle mungkin adalah pernyataan paling awal dari persamaan keadaan. Pada 1662,
fisikawan dan kimiawan ternama Irlandia, (Robert Boyle), melakukan serangkaian percobaan
menggunakan tabung gelas bentuk-J yang ujung bagian pendeknya tertutup. (Air raksa)
ditambahkan ke dalam tabung, memerangkap sejumlah tetap gas di ujung tabung yang
pendek dan tertutup. Kemudian perubahan volume gas diukur dengan teliti seiring
ditambahkannya air raksa sedikit demi sedikit ke dalam tabung. Tekanan gas kemudian dapat
ditentukan dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di bagian pendek tabung yang
tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka. Melalui percobaan ini, Boyle mencatat
bahwa perubahan volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.
Berdasarkan penemuan yang dilakukanya, Boyle menemukan bahwa udara dapat
dimanfaatkan dan dapat berkembang bila dipanaskan. Akhirya ia mnemukan hukum yang
kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan
tertutup berbanding terbalik dengan tekananya”.
Percobaan ini berdasarkan penemuan Guericke tentang pompa hampa udara pada tahun 1650.
Guericke menemukan bahwa cahaya dapat menerobos tabung hampa udara tapi bunyi tidak.
Boyle segera meminta bantuan Robert Hooke untuk membuat pompa hampa udara.Boyle dan
Hooke adalah orang yang menemukan pompa hampa udara yang pertama di Inggris. Boyle
mengadakan eksperimen seperti Guericke. Ia juga menemukan bahwa bunyi tidak dapat
menerobos tabung udara Tapi eksperimen Boyle tidak berhenti hanya sampai disini.
Gambar percobaan Boyle.
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, om Robert Boyle menemukan bahwa apabila
suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin
berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin
bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas.
Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan :
- Selang - Air
- Suntikan - Solasi
- Gunting
- Alat tulis
IV. CARA KERJA

1. Membentuk selang seperti huruf U yang ditempelkan di tembok, kemudian merekatkannya


dengan solasi. (seperti pada video)
2. Mengisi selang dengan air sampai tinggi air 2 sisi selang sama. Mengukur dan Mencatat
tingginya.
3. Memberi tekanan pada salah satu ujung selang dengan menggunakan suntikan kosong.
4. Sedikit demi sedikit member tekanannya, kemudian mengukur perubahan tinggi pada selang
yang airnya naik.
5. Melakukan berulang kali dengan menambah tekanan lagi sampai variasi 5 kali.

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

h0 = 9,2 x 10-2 m ∆h1 = 3,8 x 10-2 m


h1 = 13 x 10-2 m ∆h2 = 8,3 x 10-2 m
h2 = 17,5 x 10-2 m ∆h3 = 10,3 x 10-2 m
h3 = 19,5 x 10-2 m ∆h4 = 11,8 x 10-2 m
h4 = 21 x 10-2 m ∆h5 = 13 x 10-2 m
h5 = 22,2 x 10-2 m
ρ air = 103 kg/m3
g = 9,8 m2/s
r selang = 5 x 10-3 m

CARA PERHITUNGAN

P1 = ρ.g. ∆h1 P4 = ρ.g. ∆h4


= 103. 9,8. 3,8 x 10-2 = 103. 9,8. 11,8 x 10-2
= 372,4 Pa = 1156,4 Pa
P2 = ρ.g.∆h2 P5 = ρ.g. ∆h5
= 103. 9,8. 8,3 x 10-2 = 103. 9,8. 13 x 10-2
= 813,4 Pa = 1274 Pa
P3 = ρ.g. ∆h3
= 103. 9,8. 10,3 x 10-2
= 1009 Pa

V1 = Π. r2. t1 V4 = Π. r2. t4
= 3,14. (5 x 10-3)2. 0,87 = 3,14. (5 x 10-3)2. 0,973
= 6,8295 x10-5 m3 = 7,638 x10-5 m3
2
V2 = Π. r2. t2 V5 = Π. r . t5
= 3,14. (5 x 10-3)2. 0,918 = 3,14. (5 x 10-3)2. 0,988
= 7,2063 x10-5 m3 = 7,7554 x10-5 m3
V3 = Π. r2. t3
= 3,14. (5 x 10-3)2. 0,953
= 7,481 x10-5 m3

= 1,4642 x 10-4 m3

= 1,3876 x 10-4 m3

= 1,3367 x 10-4 m3
= 1,3092 x 10-4 m3

= 1,2894 x 10-4 m3

VI. PEMBAHASAN
Persamaan keadaan gas ideal: PV=nRT, dimana:
P = tekanan (Pa)
V= volum (m3)
n = jumlah mol (mol)
T = temperature (K)
Pada percobaan Boyle ini, n, R, dan T adalah konstan. Sehingga, P berbanding lurus dengan
1/V (P ~ 1/V).
P = nRT(1/V)
1/V P
-4
1,4642 x 10 372,4
1,3876 x 10-4 813,4
-4
1,3367 x 10 1009
-4
1,3092 x 10 1156,4
1,2894 x 10-4 1274

Dari data di atas, dapat kita ketahui bahwa semakin besar harga , maka harga P pun akan

semakin tinggi. Disini, nilai merupakan variable bebas, sedangkan P merupakan

variable terikat.
Dari percobaan Boyle ini, didapatkan bahwa:
PV= konstan

VII. KESIMPULAN
Telah dibuktikan kebenaran hukum Boyle, bahwa PV= konstan
Hubungan antara tekanan dan volume pertama kali dicatat oleh ilmuwan amatir, Richard
Towneley dan Henry Power. Boyle mengkonfirmasi penelitian dan eksperimen mereka dan
menerbitkan hasilnya. Berdasarkan keterangan dari Robert Gunther dan otoritas lain, saat itu
adalah asisten Boyle, Robert Hooke, yang membuat peralatan eksperimen. Hukum Boyle
adalah berdasarkan dari eksperimen dengan udara, dimana ia mempertimbangkan adanya
partikel fluida di tengah mata air yang tidak terlihat. Saat itu, udara masih terlihat sebagai
satu dari empat elemen, tetapi Boyle tidak setuju. Minat Boyle kemungkinan adalah untuk
mengerti bahwa udara adalah bagian penting dalam hidup;[4] ia mempublikasikan sebagai
contoh pertumbuhan tumbuhan tanpa udara.[5] Fisikawan Perancis, Edme Mariotte (1620-
1684) juga menemukan hukum yang sama secara terpisah dengan Boyle tahun 1676, tetapi
Boyle telah mempublikasikan hukum tersebut tahun 1662. Jadi, hukum ini, kemungkinan,
secara tidak tepat, direferensikan juga merupakan hukum Mariotte, atau Hukum Boyle-
Mariotte. Kemudian, pada tahun 1687, di Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica,
Newton, menunjukkan, secara matematis, jika fluida elastis berisi sisa partikel, di tengah
kekuatan repulsif dengan proporsional terbalik kepada jaraknya, kepadatannya secara
proporsional langsung kepada tekanan,[6] tetapi risalah matematisnya bukan penjelasan secara
fisika terhadap hubungan pengamatan. Daripada teori statis, teori kinetis dibutuhkan, dimana
ditemukan oleh Maxwell dan Boltzmann.

Definisi
Hubungan dengan teori kinetis dan udara ideal

Hukum Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan
absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa dinyatakan
sebagai: secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume selalu konstan.

Kebanyakan udara berjalan seperti udara ideal saat tekanan dan suhu cukup. Teknologi pada
abad ke-17 tidak dapat memproduksi tekanan tinggi atau suhu rendah. Tetapi, hukum tidak
mungkin memiliki penyimpangan pada saat publikasi. Sebagai kemajuan dalam teknologi
membolehkan tekanan lebih tinggi dan suhu lebih rendah, penyimpangan dari sifat udara
ideal bisa tercatat, dan hubungan antara tekanan dan volume hanya bisa akurat, dijelaskan
sebagai teori udara sesungguhnya.[7] Penyimpangan ini disebut sebagai faktor kompresibilitas.

Robert Boyle (dan Edme Mariotte) menyatakan bahwa hukum tersebut berasal dari
eksperimen yang mereka lakukan. Hukum ini juga bisa berasal secara teori, berdasarkan
anggapan bahwa atom dan molekul dan asumsi tentang gerakan dan elastis sempurna (lihat
teori kinetis udara). Asumsi tersebut ditemukan dengan resisten hebat dalam komunitas
ilmiah positif saat itu, tetapi, saat mereka terlihat, merupakan konstruksi teoretis murni yang
tidak ada sedikit pun bukti pengamatan.
Pada tahun 1738, Daniel Bernoulli, mengembangkan teori Boyle menggunakan Hukum
Newton dengan aplikasi tingkat molekul. Ini tetap tidak digubris sampai kira-kira tahun 1845,
dimana John Waterston menerbitkan bangunan kertas dengan persepsi utama adalah teori
kinetis; tetap tidak digubris oleh Royal Society of England. Kemudian, James Prescott Joule,
Rudolf Clausius, dan Ludwig Boltzmann menerbitkan teori kinetis udara, dan menarik
perhatian teori Bernoulli dan Waterston.[8]

Debat antara proponen energetika dan atomisme mengantar Boltzmann untuk menulis buku
pada tahun 1898, dimana membuahkan kritik dan mengakibatkan ia bunuh diri pada tahun
1906.[8] Albert Einstein, pada tahun 1905, memperlihatkan bagaimana teori kinetis berlaku
kepada Gerakan Brown dengan partikel yang berisi fluida, dikonfirmasi tahun 1908 oleh Jean
Perrin.[8]

Persamaan
Persamaan matematis untuk Hukum Boyle adalah:

pV=k

dimana:

p berarti sistem tekanan.


V berarti volume udara.
k adalah jumlah konstan tekanan dan volume dari sistem tersebut.

Selama suhu tetap konstan, jumlah energi yang sama memberikan sistem persis selama
operasi dan, secara teoritis, jumlah k akan tetap konstan. Akan tetapi, karena penyimpangan
tegak lurus diterapkanm, kemungkinan kekuatan probabilistik dari tabrakan dengan partikel
lain, seperti teori tabrakan, aplikasi kekuatan permukaan tidak mungkin konstan secara tak
terbatas, seperti jumlah k, tetapi akan mempunyai batas dimana perbedaan jumlah tersebut
terhadap a.

Kekuatan volume v dari kuantitas tetap udara naik, menetapkan udara dari suhu yang telah
diukur, tekanan p harus turun secara proporsional. Jika dikonversikan, menurunkan volume
udara sama dengan meninggikan tekanan.

Hukum Boyle biasa digunakan untuk memprediksi hasil pengenalan perubahan, dalam
volume dan tekanan saja, kepada keadaan yang sama dengan keadaan tetap udara. Sebelum
dan setelah volume dan tekanan tetap merupakan jumlah dari udara, dimana sebelum dan
sesudah suhu tetap (memanas dan mendingin bisa dibutuhkan untuk kondisi ini), memiliki
hubungan dengan persamaan:

P1V1=P2V2

Hukum Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay-Lusaac menghasilkan hukum kombinasi
udara. Tiga hukum udara tersebut berkombinasi dengan Hukum Avogadro dan disamaratakan
dengan hukum udara ideal.

Contoh penggunaan
1. Pergantian tekanan dalam penyuntik

2. Meniup balon

3. Peningkatan ukuran gelembung saat mereka naik ke permukaan.

4. Kematian makhluk laut dalam karena perubahan tekanan.

5. Masalah pada telinga di ketinggian tinggi.

6. hukum boyle
7. Robert Boyle menyatakan tentang sifat gas bahwa massa gas (jumlah mol)dan
temperatur suatu gas dijaga konstan, sementara volume gas diubah ternyata tekanan
yang dikeluarkan gas juga berubah sedemikian hingga perkalian antara tekanan (P)
dan volume (V) , selalu mendekati konstan. Dengan demikian suatu kondisi bahwa
gas tersebut adalah gas sempurna (ideal).

Kemudian hukum ini dikenal dengan Hukum Boyle dengan


persamaan :
RUMUS:
P1V1 = selalu konstan
Atau , jika P1 dan V1 adalah tekanan awal dan volume awal,sedangkan P2 dan V2
adalah tekanan dan volume akhir, maka :
RUMUS:

P1.V1 = P2.V2= konstan.

Syarat berlakunya hukum Boyle adalah bila gas berada dalam keadaan ideal (gas
sempurna), yaitu gas yang terdiri dari satu atau lebih atom-atom dan dianggap identik
satu sama lain. Setiap molekul tersebut tersebut bergerak swcara acak, bebas dan
merata serta memenuhi persamaan gerak Newton. Yang dimaksud gas sempurna
(ideal) dapat didefinisikan bahwa gas
yang perbangdingannya PV/nT nya dapat idefinisikan sama dengan R pada setiap
besar tekanan. Dengan kata lain, gas sempurna pada tiap besar tekanan bertabiat sama
seperti gas sejati pada tekanan rendah.
Persaman gas sempurna :
P.V = n.R.T
Keterangan :

P : tekanan gas
V : volume gas
n : jumlah mol gas
T : temperatur mutlak ( Kelvin)
R : konstanta gas universal
(0,082liter.atm.mol-1.K-1)
8. Diposkan oleh mariska di 01
PERSAMAAN GAS IDEAL:
Hukum Boyle
Robert Boyle menyatakan tentang sifat gas bahwa massa gas (jumlah
mol)dan temperatur suatu gas dijaga konstan, sementara volume gas diubah
ternyata tekanan yang dikeluarkan gas juga berubah sedemikian hingga
perkalian antara tekanan (P) dan volume (V) , selalu mendekati konstan.
Dengan demikian suatu kondisi bahwa gas tersebut adalah gas sempurna
(ideal).

Kemudian hukum ini dikenal dengan Hukum Boyle dengan


persamaan :

RUMUS:
P1V1 = selalu konstan
Atau, jika P1 dan V1 adalah tekanan awal dan volume awal,sedangkan P 2 dan
V2 adalah tekanan dan volume akhir, maka :

RUMUS:
P1.V1 = P2.V2= konstan.

Syarat berlakunya hukum Boyle adalah bila gas berada dalam keadaan ideal
(gas sempurna), yaitu gas yang terdiri dari satu atau lebih atom-atom dan
dianggap identik satu sama lain. Setiap molekul tersebut tersebut bergerak
swcara acak, bebas dan merata serta memenuhi persamaan gerak Newton.
Yang dimaksud gas sempurna (ideal) dapat didefinisikan bahwa gas
yang perbangdingannya PV/nT nya dapat idefinisikan sama dengan R pada
setiap besar tekanan. Dengan kata lain, gas sempurna pada tiap besar
tekanan bertabiat sama seperti gas sejati pada tekanan rendah.
Persaman Gas Ideal:
P.V = n.R.T
Keterangan :
P : tekanan gas
V : volume gas
n : jumlah mol gas
T : temperatur mutlak ( Kelvin)
R : konstanta gas universal
(0,082liter.atm.mol-1.K-1)

Mudah bukan penjelasan mengenai hukum boyle dan rumus persamaan


gas ideal. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai